siip referat gangguan stres pasca trauma

Upload: herlina-anggraini-jalalludin

Post on 03-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    1/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Gangguan Stres Pascatraumatik merupakan gangguan mental pada seseorang

    yang muncul setelah mengalami suatu pengalaman traumatik dalam kehidupan atau suatu

    peristiwa yang mengancam keselamatan jiwanya. Sebagai contoh peristiwa perang,

    perkosaan atau penyerangan secara seksual, serangan yang melukai tubuh, penyiksaan,

    penganiayaan anak, peristiwa bencana alam seperti : gempa bumi, tanah longsor, banjir

    bandang, kecelakaan lalu lintas atau musibah pesawat jatuh. Orang yang mengalami

    sebagai saksi hidup kemungkinan akan mengalami gangguan stres.1

    Supaya pasien dapat diklasifikasikan sebagai penderita gangguan stres

    pascatraumatik, mereka harus mengalami suatu stres emosional yang besar yang akan

    traumatik bagi setiap orang. 1

    Gangguan stres pascatraumatik terdiri dari :

    Pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran yang membangunkan (

    waking thought).

    Penghindaran yang yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan

    penumpukan responsivitas pada penderita tersebut.

    Kesadaran berlebihan ( hyperararousal ) yang persisten.

    Gejala penyerta yang sering dari gangguan stres pascatraumatik adalah depresi,

    kecemasan dan kesulitan kognitif (sebagai contohnya, pemusatan perhatian yang buruk).

    Di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM IV),

    lama gejala minimal untuk gangguan stres pascatraumatik adalah satu bulan. 1,2

    Trauma untuk pria biasanya akibat pengalaman peperangan dan trauma untuk

    wanita paling sering adalah penyerangan atau pemerkosaan. Gangguan sangat mungkin

    terjadi pada mereka yang sendirian, bercerai, janda, mengalami gangguan ekonomi atau

    menarik diri secara sosial. Gangguan Stres Pasca Trauma termasuk dalam gangguan

    cemas. Gangguan cemas disebabkan oleh situasi atau obyek yang sebenarnya tidak

    membahayakan yang mengakibatkan situasi atau obyek tersebut dihindari secara khusus

    1

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    2/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    atau dihadapi dengan perasaan terancam. Perasaan tersebut tidak berkurang walaupun

    mengetahui bahwa orang lain menganggap tidak berbahaya atau mengancam. 1

    Gejala kecemasan patologis antara lain rasa was-was yang berlebihan, ketakutan,

    penarikan diri dari masyarakat dan lingkungan, kesukaran konsentrasi dan berfikir,

    gejala-gejala somatik seperti tremor, panas dingin, berkeringat, sesak napas, jantung

    berdebar, serta dapat pula ditemui gejala gangguan persepsi seperti depersonalisasi,

    derealisasi dan mungkin terdapat gejala yang lain. 1

    2

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    3/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 DefinisiGangguan Stress Pasca Trauma / Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dapat

    didefinisikan sebagai keadaan yang melemahkan fisik dan mental secara ekstrim yang

    timbul setelah seseorang melihat, mendengar, atau mengalami suatu kejadian trauma

    yang hebat dan atau kejadian yang mengancam kehidupannya. Keadaan ini ditandai

    dengan suasana perasaan murung, sedih, kurangnya semangat dalam melakukan kegiatan

    sehari-hari maupun kegiatan yang menimbulkan kesenangan, kadang-kadang disertai

    dengan waham dan bila sudah berat dapat menimbulkan gangguan dalam fungsi peran

    dan kehidupan sosial. 1

    Gangguan Stress Pascatraumatik adalah gangguan cemas yang terdiri dari :

    1. Pengalaman trauma yang muncul kembali dalam mimpi atau pikiran-pikiran waktu

    terjaga.

    2. Emosi yang tumpul dalam kehidupan atau hubungan interpersonal

    3. Terdapat gejala-gejala otonom yang tidak stabil, depresi dan gangguan kognitif

    (seperti kesukaran konsentrasi)

    Gangguan tersebut timbul apabila mengalami stres emosional / trauma psikologik

    yang besar yang berada di luar batas - batas pengalaman manusia yang lazim.

    Gangguan stres pascatraumatik dapat terjadi dengan segera, hal ini dapat dilihat

    langsung pada bencana alam, pengalaman seseorang terhadap reaksi dari trauma tersebut

    merespon kejadian yang baru dialaminya di luar kontrol dirinya, menangis, hilang

    ingatan sesaat, menjerit-jerit, histeria dan sebagainya. Gangguan stres pascatraumatik

    juga dapat disebabkan oleh stres ringan yang pada awalnya, akan tetapi stres berlangsung

    secara kontinu, stres tersebut berlangsung sampai berminggu-minggu, bulan dan bahkan

    tahunan.1

    3

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    4/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    2.2 Epidemiologi

    Prevalensi gangguan stres pascatraumatik pada masyarakat umum diperkirakan

    dari 1 sampai 3 persen dimana 0,5 % untuk pria dan 1,2 % pada wanita, anak-anak juga

    mengalami gangguan tersebut. Sebagai contoh peristiwa perang, perkosaan atau

    penyerangan secara seksual, serangan yang melukai tubuh, penyiksaan, penganiayaan

    anak, peristiwa bencana alam seperti : gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang,

    kecelakaan lalu lintas atau musibah pesawat jatuh. 1,2

    Walaupun gangguan stres pascatraumatik dapat tampak pada setiap usia,

    gangguan ini paling menonjol pada dewasa muda, karena sifat situasi yang

    mencetuskannya. Tetapi, anak-anak dapat mengalami gangguan stres pascatraumatik.1

    Trauma untuk pria biasanya akibat pengalaman peperangan dan trauma untuk

    wanita paling sering adalah penyerangan atau pemerkosaan. Gangguan sangat mungkin

    terjadi pada mereka yang sendirian, bercerai, janda, mengalami gangguan ekonomi atau

    menarik diri secara sosial. 1,2

    Penelitian terhadap korban yang selamat dalam kamp NAZI menemukan bahwa

    97% dari korban masih terganggu dengan kecemasan sampai 20 tahun setelah ia

    dibebaskan dari kamp tersebut. Banyak dari mereka yang membayangkan trauma

    hukuman mati di dalam mimpi mereka dan merasa takut bahwa sesuatu dapat terjadi pada

    pasangan atau anak-anak saat tidak terlihat. 2

    Suatu survei yang menyangkut veteran Vietnam disebutkan bahwa 15% dari

    veteran tersebut mengalami gangguan stres paca-traumatik sejak kepulangan mereka

    (Centers Disease Control, 1988), sementara penelitian lain menyebutkan bahwa reaksi

    stres terhadap horor perang juga ditemukan pada Perang Dunia I yang disebut dengan

    shell shock sindrom dan combat fatigue pada Perang Dunia II. 2

    2.3 Etiologi

    Stresor adalah penyebab utama dalam perkembangan gangguan stres

    pascatraumatik. Tetapi tidak semua orang akan mengalami gangguan stres

    pascatraumatik setelah suatu peristiwa traumatik. Walaupun stressor diperlukan, namun

    stressor tidak cukup untuk menyebabkan gangguan. Faktor-faktor yang harus ikut

    4

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    5/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    dipertimbangkan adalah faktor biologis individual, faktor psikososial sebelumnya dan

    peristiwa yang terjadi setelah trauma. 3

    Penelitian terakhir pada gangguan stres pascatraumatik sangat menekankan pada

    respon subjektif seseorang terhadap trauma ketimbang beratnya stresor itu sendiri.

    Walaupun gejala gangguan stres pascatraumatik pernah dianggap secara langsung

    sebanding dengan beratnya stresor, penelitian empiris telah membuktikan sebaliknya.

    Jika dihadapkan dengan trauma yang berat, sebagian orang tidak akan mengalami

    gangguan stres pascatraumatik. Sebaliknya peristiwa yang mungkin tampaknya biasa atau

    kurang berbahaya bagi kebanyakan orang mungkin dapat menyebabkan gangguan stres

    pascatraumatik pada beberapa orang karena arti subjektif dari peristiwa tersebut. 3

    Faktor kerentanan yang merupakan predisposisi tampaknya memainkan peranan penting

    dalam menentukan apakah gangguan akan berkembang yaitu :

    1. Adanya trauma masa anak-anak

    2. Sifat gangguan kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau antisosial

    3. Sistem pendukung yang tidak adekuat

    4. Kerentanan konstitusional genetika pada penyakit psikiatrik

    5. Perubahan hidup penuh stres yang baru terjadi

    6. Persepsi lokus kontrol eksternal

    7. Penggunaan alkohol, walaupun belum sampai pada taraf ketergantungan.

    Penelitian psikodinamika terhadap orang yang dapat bertahan hidup dari trauma

    psikis yang parah telah menemukan aleksitimia, yaitu ketidakmampuan untuk

    mengidentifikasi atau mengungkapakan keadaaan perasaan sebagai ciri yang umum. Jika

    trauma psikis terjadi pada masa anak- anak, biasanya dihasilkan perhentian

    perkembangan emosional. Jika trauma terjadi pada masa dewasa, regresi emosional

    sering kali terjadi. Mereka tidak mampu menenangkan dirinya jika dalam keadaan stres. 3

    BAGAN STRES DAN STRES PASCA TRAUMA

    5

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    6/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    2.4 Faktor Psikodinamika

    Model kognitif dari gangguan stres pascatraumatik menyatakan bahwa orang

    yang terkena stres pascatraumatik tidak mampu memproses atau merasionalkan trauma

    yang mencetuskan gangguan. 3

    Mereka terus mengalami stres dan berusaha untuk tidak mengalami kembali stres

    dengan teknik menghindar. Sesuai dengan kemampuan parsial mereka untuk mengatasi

    peristiwa secara kognitif, pasien mengalami periode mengakui peristiwa dan

    menghambatnya secara berganti-ganti. 3

    Model perilaku dari gangguan stres pascatraumatik menyatakan bahwa gangguan

    memiliki dua fase dalam perkembangannya. Pertama, trauma (stimulus yang tidak

    dibiasakan) adalah dipasangkan, melalui pembiasaan klasik dengan stimulus yang

    dibiasakan (pengingat fisik atau mental terhadap trauma). Kedua, melalui pelajaran

    instrumental, pasien mengambangkan pola penghindaran terhadap stimulus yang

    dibiasakan maupun stimulus yang tidak dibiasakan. 1

    6

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    7/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    Model psikoanalitik dari gangguan menghipotesiskan bahwa trauma telah

    mereaktivasi konflik psikologis yang sebelumnya diam dan belum terpecahkan.

    Penghidupan kembali trauma masa anak-anak menyebabkan regresi dan penggunaan

    mekanisme pertahanan represi, penyangkalan, dan meruntuhkan (undoing). Ego hidup

    kembali dan dengan demikian berusaha menguasai dan menurunkan kecemasan. Pasien

    juga mendapatkan tujuan sekunder dari dunia luar, peningkatan perhatian atau simpati,

    dan pemuasan kebutuhan ketergantungan. Tujuan tersebut mendorong gangguan dan

    persistensinya. Suatu pandangan kognitif tentang gangguan stres pascatraumatik adalah

    bahwa otak mencoba untuk memproses sejumlah besar informasi yang dicetuskan oleh

    trauma dengan periode menerima dan menghambat peristiwa secara berganti-ganti. 1,2

    2.5 Faktor biologis

    Teori biologis tentang gangguan stres pascatraumatik telah dikembangkan dari

    penelitian praklinik dari model stres pada binatang dan dari pengukuran variable biologis

    dari populasi klinis dengan gangguan stres pascatraumatik. Banyak system

    neurotransmitter telah dilibatkan dalam kumpulan data tersebut. Model praklinik pada

    binatang tentang ketidakberdayaan, pembangkitan, dan sensitisasi yang dipelajari telah

    menimbulkan teori tentang norepinefrin, dopamine, opiat endogen, dan reseptor

    benzodiazepine dan sumbu hipotalamus, hipofisis adrenal. Pada populasi klinis, data

    telah mendukung hipotesis bahwa system noradrenergik dan opiat endogen, dan juga

    sumbu hipotalamus-hipofisis adrenal, adalah hiperaktif pada sekurangnya beberapa

    pasien dengan gangguan stres pascatrauamtik. 1,2

    Temuan biologis utama lainnya adalah peningkatan aktivitas dan responsivitas

    system saraf otonom, seperti yang dibuktikan oleh peninggian kecepatan denyut jantung

    dan pembacaan tekanan darah, dan arsitektur tidur yang abnormal (sebagai contohnya,

    fragmentasi tidur dan peningkatan latensi tidur). 1

    2.6 Gambaran Klinis dan Diagnosis

    Gambaran klinis utama dari gangguan stres pascatraumatik adalah pengalaman

    ulang peristiwa yang menyakitkan, suatu pola menghindar dan kekakuan emosional dan

    kesadaran yang berlebihan yang hampir tetap. Gangguan mungkin tidak berkembang

    7

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    8/19

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    9/19

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    10/19

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    11/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    2. Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau

    horor.

    B. Salah satu selama mengalami atau setelah mengalami kejadian yang menakutkan,

    individu tiga (atau lebih) gejala disosiatif berikut :

    1. perasaan subyektif kaku, terlepas, atau tidak ada responsivitas emosi

    2. penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya (misalnya, berada dalam

    keadaan tidak sadar)

    3. derelisasi

    4. depersonalisasi

    5. amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat aspek

    penting dari trauma)

    C. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali sekurangnya satu cara berikut

    : bayangan, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik yang rekuren, atau suatu

    perasaan hidupnya kembali pengalaman atau penderitaan saat terpapar dengan

    mengingat kejadian traumatik

    D. Penghindaran jelas terhadap stimuli yang menyadarkan rekoleksi trauma

    (misalnya, pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat, orang).

    E. Gejala kecemasan yang nyata atau pengingat kesadaran (misalnya, sulit tidur,

    iritabilias, konsentrasi buruk, kewaspadaan berlebihan, respon kejut yang

    berlebihan, dan kegelisahan motorik).

    F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan

    dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain, menganggu kemampuan

    individu untuk mengerjakan tugas yang diperlukan, seperti meminta bantuan yang

    diperlukan atau menggerakan kemampuan pribadi dengan menceritakan kepada

    anggota keluarga tentang pengalaman traumatic.

    G. Gangguan berlangsung selama minimal 2 hari dan maksimal 4 minggu dan terjadi

    dalam 4 minggu setelah traumatik

    H. Tidak karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang

    disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik diterangkan

    oleh gangguan psikotik singkat dan tidak semata-mata suatu eksaserbasi

    gangguan Aksis I atau Aksis II dan telah ada sebelumnya.

    11

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    12/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    2.8 Perjalanan penyakit dan Prognosis

    Gangguan stres pascatraumatik biasanya berkembang pada suatu waktu setelah

    trauma, dapat sependek satu minggu atau selama 30 tahun. Gejala dapat berfluktuasi

    dengan berjalannya waktu dan mungkin paling kuat selama periode stres. Kira-kira 30%

    pasien piulih secara lengkap, 40% terus menderita gejala ringan, 20% terus menderita

    gejala sedang, dan 10% tetap tidak berubah atau menjadi buruk. 3

    Prognosis yang baik diramalkan oleh onset gejala yang cepat, durasi gejala yang

    singkat (kurang dari enam bulan), fungsi pramorbid yang baik, dukungan sosial yang kuat

    dan tidak adanya gangguan psikiatrik, atau berhubungan dengan zat lainnya. 3

    Pada umumnya, orang yang sangat muda atau sangat tua memiliki lebih banyak

    kesulitan dengan peristiwa traumatik dibandingkan mereka yang dalam usia pertengahan.

    Kecacatan psikiatrik yang ada sebelumnya, apakah suatu gangguan kepribadian atau

    suatu kondisi yang lebih serius, juga meningkatkan efek stresor tertentu. 3

    Tersedinya dukungan sosial juga mempengaruhi perkembangan, keparahan dan

    durasi gangguan stres pasca traumatik. Pada umumnya, pasien yang mendapat dukungan

    sosial yang baik kemungkinan tidak mengalami gangguan atau tidak mengalami

    gangguan dalam bentuk yang parah. 3

    2.9 Diagnosis Banding

    Pertimbangan utama dalam diagnosis banding gangguan stress pascatraumatik

    dengan kemungkinan bahwa pasien juga mengalami cedera kepala selama trauma. 1

    Pertimbangan organik lainnya yang dapat menyebabkan atau mengeksaserbasi

    gejala adalah epilepsi, gangguan penggunaan alkohol dan gangguan yang berhubungan

    dengan zat lainnya. 1

    Intoksikasi akut atau putus dari suatu zat mungkin juga menunjukkan gambaran

    klinis yang sulit dibedakan dari gangguan stres pascatraumatik sampai efek zat hilang.

    Gangguan stress pascatraumatik pada umumnya sering keliru didiagnosis sebagai

    gangguan mental lain, yang menyebabkan pengobatan yang tidak tepat. Klinisi harus

    mempertimbangkan gangguan stres pascatraumatik pada pasien yang menderita

    12

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    13/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    gangguan nyeri (pain disorder), penyalahgunaan zat, gangguan kecemasan lain, dan

    gangguan mood. 1

    Pada umumnya, gangguan stres pascatraumatik dapat dibedakan dari gangguan

    mental organik dengan mewawancarai pasien tentang peristiwa traumatik sebelumnya

    dan melalui sifat gejala sekarang ini. 1

    Gangguan kepribadian ambang, gangguan disosiatif, gangguan buatan atau

    berpura-pura juga harus dipertimbangkan. Gangguan kepribadian ambang mungkin sulit

    dibedakan dari gangguan stress pascatraumatik. Dua gangguan tersebut dapat terjadi

    bersama-sama atau bahkan saling berhubungan sebab akibat. 1

    Gangguan disosiatif biasanya tidak memiliki derajat perilaku menghindar,

    kesadaran berlebih otonomik, atau riwayat trauma yang dilaporkan oleh pasien gangguan

    stres pascatraumatik. Sebagian karena publisitas yang telah diterima gangguan stres

    pascatraumatik dalam berita populer, klinisi harus juga mempertimbangkan kemungkinan

    suatu gangguan buatan dan berpura pura. 1,2

    2.10 Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan Gangguan Kecemasan khususnya Gangguan Stres Pascatrauma

    Terdapat tiga pendekatan terapetik untuk mengatasi gejala berhubungan dengankecemasan yaitu 4,5:

    1. Manajemen krisis

    2. Psikoterapi

    3. Farmakoterapi

    Tujuan utama dari Manajemen Krisis adalah :

    1. Peredaan gejala

    2. pencegahan konsekuensi yang merugikan dari krisis tersebut untuk jangka pendek

    3. Suportif (dukungan)

    Psikoterapi

    13

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    14/19

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    15/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    Terapi keluarga seringkali membantu mempertahankan suatu perkawinan melalui periode

    gejala yang mengalami eksaserbasi. Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan jika

    gejala adalah cukup parah atau jika terdapat risiko bunuh diri atau kekerasan lainnya.

    Farmakoterapi

    Obat-obat anti anxietas sebaiknya digunakan untuk waktu yang singkat karena

    ditakutkan akan terjadi ketergantungan, meskipun banyak obat yang efektif untuk

    meredakan anxietas.

    1. Trycyclic and monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)

    Bahwa reversible MAOIs, moclobimide juga dapat berguna dalam perawatan

    gangguan stress pascatrauma.

    2. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)

    Perubahan terutama terlihat untuk reexperiencing dan gejala hyperarousal daripada

    penolakan. Yang juga menarik adalah penurunan rasa bersalah dari yang selamat.

    Fluvoxamine tampaknya lebih efektif.

    Digunakan pula paroxetine sampai 60 mg untuk 12 minggu. Disamping itu dapat pula

    dicoba dengan Trazodone, dosis sampai 400 mg/hari.

    3. Benzodiazepin

    Benzodiazepin telah merupakan obat terpilih untuk gangguan kecemasan umum.

    Pada gangguan benzodiazepin dapat diresepkan atas dasar jika diperlukan, sehingga

    pasien menggunakan benzodiazepin kerja cepat jika mereka merasakan kecemasan

    tertentu. Pendekatan alternatif adalah dengan meresepkan benzodiazepin untuk suatu

    periode terbatas, selama mana pendekatan terapetik psikososial diterapkan.

    Beberapa masalah adalah berhubungan dengan pemakaian benzodiazepin dalam

    gangguan kecemasan umum. Kira-kira 25 sampai 30 persen dari semua pasien tidak

    berespon, dan dpat terjadi toleransi dan ketergantungan. Beberapa pasien juga

    mengalami gangguan kesadaran saat menggunakan obat dan dengan demikian, adalah

    berada dalam risiko untuk mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau mesin.

    4. Obat-obat lainnya

    15

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    16/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    Propanolol dan Clonidin, keduanya secara efektif menekan aktivitas noradrenergik,

    telah digambarkan berguna dalam beberapa serial kasus terbuka.

    Selain itu juga terdapat laporan kasus yang menunjukkan keberhasilan dari alfa-

    agonis Guanfacine pada wanita muda.

    Serotonergik dibandingkan antidepresan lainnya juga berguna untuk kasus gangguan

    stress pascatrauma, sebagai contoh Buspirone.

    Dosis 60 mg/hari atau lebih dapat efketif, trauma untuk gejala hyperarousal.

    Sebagai tambahan, Cyproheptadine (sampai 12 minggu saat tidur) dilaporkan berguna

    untuk melepaskan mimpi buruk pada pasien dengan gangguan stress pascatrauma.

    Dopamine blocker juga dilaporkan berguna untuk beberapa kasus gangguan stress

    pascatrauma. Ada pula yang melaporkan kegunaan Risperidone gangguan stress

    pascatrauma ditunjukkan melalui kilas balik yang jelas dan mimpi-mimpi buruk.

    Naltrexone (50 mg/hari) dilaporkan efektif dalam mengurangi kilas balik pada pasien

    dengan gangguan stress pascatrauma. Tetapi tidak terdapat controlled studies dengan

    opiat agenda pada gangguan stress pascatrauma.

    Ada beberapa laporan mengenai kegunaan Thymoleptics-lithium Carbamazepine dan

    Valproat dalam gangguan stress pascatrauma.

    16

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    17/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Gangguan Stres Pascatraumatik adalah gangguan cemas yang terdiri dari :

    1. Pengalaman tentang trauma melalui mimpi dan pikiran yang datang runtun beruntun

    2. penghindaran terhadap trauma dan

    3. kesadaran berlebihan yang persisten sifatnya

    Prevalensi gangguan stres pascatraumatik pada masyarakat umum yaitu 0,5%

    untuk pria dan 1,2% untuk wanita. Anak-anak dapat mengalami gangguan tersebut.

    Etiologi dari gangguan stres pascatraumatik antara lain :

    1. Stresor

    2. Faktor psikodinamik

    3. Faktor biologis

    4. Stresor merupakan penyebab utama dalam perkembangan gangguan stress

    pascatrauma.

    DSM-IV menyebutkan bahwa gejala pengalaman ulang, menghindar, dankesadaran yang berlebihan harus berlangsung lebih dari satu bulan.

    Bagi pasien yang gejalanya ditemukan kurang dari satu bulan, diagnosis yang

    tepat adalah gangguan stress akut.

    Kriteria diagnostik DSM-IV untuk gangguan stress pascatraumatik

    memungkinkan klinisi menentukan apakah gangguan adalah akut (jika gejala

    berlangsung kurang dari tiga bulan) atau kronis (lebih dari tiga bulan).

    Manfaat Imipramin dan Amitriptilin, dua obat Trisiklik, dalam pengobatan

    gangguan stress pascatraumatik didukung oleh sejumlah uji coba klinisi terkontrol baik.

    Obat lain yang mungkin berguna dalam pengobatan gangguan stress

    pascatraumatik adalah Serotonin-Specific Reuptake Inhibitors (SSRI), Mono-Amine

    17

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    18/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    Oxidase Inhibitors (MAOI), dan anti konvulsan (carbamazepin). Clonidin dan Propanol

    dianjurkan.

    Intervensi psikodinamika untuk gangguan stress pascatraumatik adalah terapi

    perilaku, terapi kognitif, dan hypnosis. Banyak klinisi menganjurkan psikoterapi singkatuntuk korban trauma. Terapi tersebut biasanya menggunakan pendekatan kognitif dan

    juga memberikan dukungan dan jaminan.

    Psikoterapi harus dilakukan secara individual, karena beberapa pasien ketakutan

    akan pengalaman ulang trauma.

    Psikoterapi setelah peristiwa traumatic harus mengikuti suatu model intervensi

    krisis dengan dukungan pendidikan, dan perkembangan mekanisme mengatasi dan

    penerimaan peristiwa.

    Jika gangguan stress pascatraumatik telah berkembang, dua pendekatan

    psikoterapi utama dapat diambil.

    Pertama adalah pemaparan engan peristiwa traumatic melalui teknik

    pembayangan (imaginal technique) atau pemaparan invivo. Pemaparan dapat menjadi

    kuat, seperti pada terapi implosif, atau bertahap, seperti pada desentisasi sistemik.

    Pendekatan kedua adalah dengan cara mengajarkan kepada pasien metode

    pelaksanaan stress, termasuk teknik relaksasi dan pendekatan kognitif untuk mengatasi

    stress.

    18

  • 7/28/2019 SIIP Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

    19/19

    Referat Psikiatri dr. Laila Sylvia Sari, Sp.Kj

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kaplan, Sadock : Synopsis of Psychiatry, 7th Edition, William & Wilkins,

    Baltimore, 1993

    2. Gabbard GO : Anxiety Disorders : The DSM IV Edition, American Psychiatric

    Press, Washington, 1994

    3. Ibrahim A. S : Panik, Neurosis dan Gangguan Cemas, PT. Dian Ariesta,Jakarta,

    2003

    4. Andreasen. N.C and Black. D.W, 2001, Introductory Textbook of Psychiatry. 3rd

    ed, British Libarry, USA: 335-342.

    5. http://psiko-indonesia.blogspot.com/2007/01/ gangguan Stres Pasca Trauma.html

    19