trauma pelvis

35
Oleh : A-5

Upload: rina-widia-astuti

Post on 26-Oct-2015

104 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Trauma Pelvis

Oleh : A-5

Page 2: Trauma Pelvis

Ketua : Lany Indriastuti ( 1102008134 )Sekretaris : Clara Octaveny( 1102008060 )• M. Yovansyah ( 1102008155 )• Fadila ( 1102007098 )• Aisyah Mashito ( 1102007013 )• Anugrah Mahadewa ( 1102008039 )• Betty Oktaviany ( 1102007061 )• Billy Wijaya ( 1102008054 )• Erlangga Perwira ( 1102008092 )• Neng Dewi Mustika ( 1102008174 )

Page 3: Trauma Pelvis

TRAUMA PELVIS

Seorang lelaki dewasa mengalami kecelakaan lalu-lintas terjatuh dari sepeda motor menabrak pohon dengan riwayat kehilangan kesadaran (+) dan daerah selangkangannya terkena stang motor lalu dibawa berobat keUGD RSUD. Oleh dokter yang memeriksanya didapatkan : A.B.C : baik, GCS :15 st.Lokalis: Regio Orbita Dextra :Inspeksi : Visus : 1/60 dan tak terkoreksi ; hematoma palpebra; Conjungtiva bulbi : injeksi siliaris (+), oedem kornea, darah di COA/BMDPupil : bulat, reflex cahaya (+)Fundus : sulit di evaluasiTIO : normal per palpasiRegio Pelvis :Inspeksi : Jejas di daerah suprapubic, bulging (+), hematomaPenis dan scrotum : ada bercak darah di meatu orificium eksterna yang sudah mengeringPalpasi : kistik, Nyeri tekan daerah suprapubic

Page 4: Trauma Pelvis

STEP 1 KATA – KATA SULIT1. GCS : skala untuk melihat tingkat

kesadaran2. Bulging : Pembengkakan daerah

suprapubik3. Hematoma : bercak kemerahan akibat

pecahnya pembuluh darah

Page 5: Trauma Pelvis

MEMBUAT PERTANYAAN BBESERTA JAWABAN1. Mengapa visus menurun ?Jawab : karena adanya udem kornea dan darah di COA2. mengapa fundus sulit di evaluasi ?Jawab : karena terdapat darah di COA3. Mengapa kesadaran menurun ?Jawab : akibat hematoma subdural4. Mengapa terdapat bercak darah dari meatus

orificium eksterna ?Jawab : Kemungkinan terdapat trauma di buli – buli atau

di uretra5. Kemungkinan diagnosis apakah yang dapat

disimpulkan dari jejas di daerah suprapubic, bulging (+), hematoma ?

6. Apakah indikasi untuk RJP ?Jawab : henti napas, henti jantung, kkehilangan

kesadaran

Page 6: Trauma Pelvis

MEMBUAT HIPOTESA Pada pasien dengan kehilangan kesadaran

didapat nilai GCS 15 dan dilakukannya RJP karena ada henti napas, henti jantung, dan kehilangan kesadaran. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik pada Regio Orbita dextra, adanya edema kornea dan darah di COA yang mengakibatkan visus menurun, kemudian pada Regio pelvis didapatkan jejas didaerah suprapubic, bulging (+), hematoma, penis dan scrotum ada bercak darah di meatus orificium eksterna yang sudah mengering, kistik, nyeri tekan pada daerah suprapubic. Kemungkinan diagnosis adalah trauma pelvis dan trauma mata.

 

Page 7: Trauma Pelvis

Patofisiologi trauma pelvis

• Ruptura ekstraperitoneal biasanya terjadi oleh karena fragmen dari fraktur pelvis menusuk buli – buli sehingga perforasi. Hal ini mengakibatkan terjadi ekstravasasi urin di rongga perivesikal.

• Ruptura intraperitoneal terjadi bila buli – buli dalam keadaan penuh dan terjadi trauma langsung pada daerah abdomen bawah. Pada kasus ini akan terjadi gejala – gejala peritonitis.

 

Page 8: Trauma Pelvis
Page 9: Trauma Pelvis

Patofisiologi trauma uretra

• Ruptur uretra posterior hampir selalu disertai fraktur tulang pelvis.

• Pada ruptur uretra total, uretra terpisah seluruhnya dan ligamentum puboprostatikum robek sehingga buli – buli dan prostat terlepas ke kranial.

• Cedera uretra bulbosa terjadi akibat jatuh terduduk atau terkangkang sehingga uretra terjepit antara objek yang keras, seperti batu, kayu, atau palang sepeda dengan tulang simpisis.

• Cedera uretra anterior selain oleh cedera kangkang juga dapat disebabkan oleh instrumentasi urologik, seperti pemasangan kateter, businasi, dan bedah endoskopi. 

Page 10: Trauma Pelvis
Page 11: Trauma Pelvis

Manifestasi klinik trauma pelvis

• Nyeri supra pubik baik verbal maupun saat palpasi.

• Hematuria.• Ketidakmampuan untuk buang air kecil.• Regiditas otot.• Ekstravasase urine.• Suhu tubuh meningkat.• Anemia atau Syok.• Tanda-tanda peritonitis

Page 12: Trauma Pelvis

Manifestasi klinik trauma uretra

• Pada ruptur uretra posterior, terdapat tanda patah tulang pelvis. Pada daerah suprapubic dan dan abdomen bagian bawah, dijumpai jejas, hematom, dan nyeri tekan.

• Pada ruptur uretra anterior, terdapat daerah memar atau hematom pada penis dan skrotum. Beberapa darah segar di meatus uretra merupakan tanda klasik cedera uretra.

• Jika terjadi ruptur uretra total, penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi trauma dan nyeri perut bagian bawah dan daerah suprapubik.

Page 13: Trauma Pelvis

Pemeriksaan trauma pelvis

Pada foto pelvis atau foto polos perut terlihat fraktur tulang pelvis.Trauma VU ditegakkan dengan Sistogram: untuk mengetahui ada atau tidaknya ruptur VU dan lokasi ruptur apakah intra/ ekstraperitonealPemeriksaan sistogram dilakukan dengan memasukkan medium kontras ke kandung kemih sebanyak 300 – 400 ml, kemudian dibuat foto antero-posterior. Kandung kemih lalu di kosongkan dan dibilas, dan dibuat foto sekali lagi. Dengan hasil:

• Tidak ada ekstravasasi merupakan diagnosa dari kontusio buli-buli

• Ekstravasasi seperti nyala api pada daerah perivesikal menunjukkan rupture ekstraperitoneal

• Kontras masuk rongga abdomen menunjukkan ruptur intraperitoneal

Page 14: Trauma Pelvis

Pemeriksaan trauma uretra

Ruptur uretra posterior harus dicurigai bila terdapat darah sedikit di meatus uretra disertai patah tulang pelvis.

1. Pemeriksaan colok dubur: prostat seperti mengapung karena tidak terfiksasi lagi pada diafragma urogenital / tidak teraba sama sekali karena pindah ke kranial.Hati- hati karena fragmen tulang dapat mencederai rektumKecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat cedera kangkang atau instrumentasi dan darah yang menetas dari meatus uretra.

 2. Pemeriksaan radiologi dengan uretrogram

retrograd dapat memberikan keterangan letak dan tipe ruptur uretra.

• LAB: anemia, urin tidak ada karena retensi • RADIOLOGI: fraktur pelvis

Page 15: Trauma Pelvis

penatalaksanaan trauma pelvis dan trauma uretra

Trauma Pelvis :• Pada kontusio buli-buli, cukup dilakukan

pemasangan kateter dengan tujuan untuk mengistirahatkan buli-buli. Dengan cara ini diharapkan buli-buli sembuh setelah 7-10 hari.

• Pada cedera intraperitonial harus dilakukan eksplorasi laparotomi untuk mencari robekan pada buli-buli Jika tidak dioperasi ekstravasasi urin ke rongga intraperitonium dapat menyebabkan peritonitis. Rongga intraperitonium dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2 lapis, kemudian dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan laparotomi.

• Pada cedera ekstraperitonial, robekan yang sederhana (ekstravasasi minimal) dianjurkan untuk memasang kateter selama 7-10 hari, tetapi sebagian ahli lain menganjurkan untuk melakukan penjahitan buli-buli dengan pemasangan kateter sistostomi.

Page 16: Trauma Pelvis

Trauma Uretra :Ruptur uretra posterior Ruptur uretra posterior biasanya diikuti oleh

trauma mayor pada organ lain (abdomen dan fraktur pelvis) beserta perdarahan. Tindakan yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan yang lebih banyak pada cavum pelvis dan prostat. Pada keadaan akut, dilakukan sistostomi untuk diversi urin

Page 17: Trauma Pelvis

Ruptur uretra anterior Kontusio uretra tidak memerlukan terapi

khusus, tapi setelah 4-6 bulan perlu dilakukan pemeriksaan uretrografi ulangan. Pada ruptur uretra parsial dengan ekstravasasi ringan, cukup dilakukan sistostomi. Jika ada striktur uretra, dilakukan reparasi uretra atau sachse

Page 18: Trauma Pelvis

Memahami dan menjelaskan kesadaran dan struktur di serebral yang berfungsi mengatur kesadaran

Definisi.• Kesadaran ( consiousness ) suatu keadaan “

menyadari keadaan diri sendiri juga keadaan lingkungannya “. Selain itu dapat diartikan sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls afferent ( input )dan impuls efferent ( output ).

• Kesadaran adalah keadaan di mana suatu individu yang sadar akan diri dan lingkungannya dalam menghadapi stimulus yang adekuat. Kesadaran mengacu pada kesadaran subyektif mengenai pikiran, persepsi, mimpi, dan sebagainya.

Page 19: Trauma Pelvis

menjelaskan mekanisme gangguan kesadaran

Page 20: Trauma Pelvis

Memahami dan mengerti cara penilaian kesadaran baik secara kualitatif dan kuantitatif terutama dengan penilaian GCS ( Glasgow Coma Scale )

Kualitatif

• Compos Mentis (conscious)• Apatis• Delirium• Somnolen (obtundasi, letargi• Stupor (soporo koma• Coma (comatose

Page 21: Trauma Pelvis

Kuantitatif• Yaitu dengan menggunakan Glasgow Coma Scale ( GCS ). • Glasgow Coma Scale ( GCS ) adalah skala yang menilai 3 fungsi yaitu :A. Respon Mata ( Eyes ) 1. Tidak dapat membuka mata. 2. Mata membuka dengan rangsang nyeri 3. Mata membuka dengan rangsang suara. 4. Mata membuka spontan.

B. Respon Verbal ( V ) 1. Tidak ada respon suara 2. Suara - suara tak berarti ( mengerang / mengeluh dan tidak berbentuk

kata – kata ) 3. Kata - kata tidak berhubungan ( Berkata - kata acak atau berseru -

seru, namun tidak sesuai percakapan ) 4. Bingung atau disorientasi ( pasien merespon pertanyaan tapi terdapat

kebingungan dan disorientasi ) 5. Orientasi baik ( pasien merespon dengan baik dan benar terhadap

pernyataan, seperti nama, umur, posisi sekarang dimana dan mengapa, bulan, tahun, dsb ).

Page 22: Trauma Pelvis

C. Respon Motorik (M) 1. Tidak ada respon gerakan 2. Ekstensi terhadap rangsang nyeri ( abduksi jari

tangan, bahu rotasi interna, pronasi lengan bawah,ekstensi pergelangan tangan )

3. Fleksi abnormal terhadap rangsang nyeri ( adduksi jari - jari tangan, bahu rotasi interna, pronasi lengan bawah, flexi pergelangan tangan )

4. Flexi / penarikan terhadap rangsang nyeri ( fleksi siku, supinasi lengan bawah, fleksi pergelangan tangan saat ditekan daerah supraorbita; menarik bagian tubuh saat dasar kuku ditekan )

5. Dapat melokalisasi nyeri ( gerakan terarah dan bertujuan ke arah rangsang nyeri; misal tangan menyilang dan mengarah ke atas klavikula saat area supraorbita ditekan )

6. Dapat bergerak mengikuti perintah ( melakukan gerakan sederhana seperti yang diminta )

Page 23: Trauma Pelvis

Memahami dan menjelaskan kasus kegawatdaruratan mata.

  Kegawatdaruratan (emergency) di bidang oftalmologi (penyakit mata) diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:

 1. gawat sangat, 2. gawat 3. semi gawat 1. Gawat Sangat

Yang dimaksud dengan keadaan "gawat sangat" adalah keadaan atau kondisi pasien memerlukan tindakan yang harus sudah diberikan dalam waktu beberapa menit. Terlambat sebentar saja dapat mengakibatkan kebutaan.

 2. GawatYang dimaksud dengan keadaan "gawat" adalah keadaan atau kondisi pasien memerlukan penegakan diagnosis dan pengobatan yang harus sudah diberikan dalam waktu satu atau beberapa jam.

Page 24: Trauma Pelvis

Semi GawatYang dimaksud dengan keadaan "semi gawat" adalah keadaan atau kondisi pasien memerlukan pengobatan yang harus sudah diberikan dalam waktu beberapa hari atau minggu

Page 25: Trauma Pelvis

Memahami dan menjelaskan hifema sebagai kasus kegawatdaruratan mata.

 DefinisiHifema merupakan keadaan dimana terdapat darah didalam bilik mata depan, yaitu darah diantara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aquos yang jernih.

Etiologi :Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu dll. Selain itu hifema juga dapat terjadi karena kesalahan prosedur operasi mata.

Page 26: Trauma Pelvis

Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi

menjadi :• Hifema traumatic• Hifema akibat tindakan medis• Hifema akibat inflamasi yang parah pada

iris dan badan siliar, sehingga pembuluh darah pecah.

• Hifema akibat kelainan sel darah merah atau pembuluh darah.

• Hifema akibat neoplasma.

Page 27: Trauma Pelvis

Diagnosis :- Pemeriksaan ketajaman penglihatan :

menggunakan kartu mata snellen. Visus dapatmenurun akibat kerusakan kornea, aquos humor, iris dan retina.

- Lapangan pandang : penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler okuler atau glaucoma.

- Pengukuran tonometri : untuk mengetahui tekanan intra okuler.

- Slit lamp biomicroscopy : untuk menentukan kedalaman COA dan iridocorneal contact, aqueous flare dan sinekia posterior.

Page 28: Trauma Pelvis

Pengobatan :Berdasarkan atas :- Tekanan intraokuler yang tinggi selama

lima hari akan menyebabkan imbibisi kornea dan kelainan papil yang menetap.

- Mobilitas dini akan menyebabkan hyphaema sekunder.

- Hifema lebih dari 10 hari akan menimbulkan reaksi radang intraokuler

Page 29: Trauma Pelvis

• Tatalaksana :Konservatif - Istirahat baring penuh dengan elevasi kepala

30o. pada dewasa tutup kedua mata, pada anak cukup satu mata agar tidak gelisah. Pada anak - anak yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Biasanya hifema akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam beberapa hari tergantung pada banyaknya darah.

- Untuk mengurangi nyeri, dapat diberikan paracetamol. Tidak disarankan pemberian jenis aspirin karena salah satu efek aspiran akan menyebabkan perdarahan kembali pada hifema yang disebabkan trauma. Obat - obatan untuk mengurangi tekanan intraocular dan kortikosteroid dapat diberikan.

Page 30: Trauma Pelvis

• Tunggu 24 jam.- Bila tekanan intraocular menurun atau

normal,pengobatan diteruskan.- Bila tekanan intra ocular tetap tinggi

lakukan parasentesis.Paresentesis sebaiknya dilakukan dipusat

mata.• Indikasinya :• Terdapat glaucoma sekunder akibat hifema.• Hifema yang penuh dan berwarna hitam.• Bila setelah 5 hari tidak ada tanda - tanda

hifema akan berkurang.

Page 31: Trauma Pelvis

Memahami dan menjelaskan patogenesis, menegakkan diagnosis, penatalaksanaan serta pencegahan kebutaan yang berhubungan dengan kasus kegawatdaruratan.

Definisi :Kriteria buta menurut WHO dan UNICEF :

buta adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat menjalankan pekerjaan - pekerjaan yang memerlukan penglihatannya sebagai hal yang esensial sebagaimana orang sehat.

Page 32: Trauma Pelvis

Etiologi : Penyebab kebutan yang utama di negara

yang sedang berkembang adalah katarak. Selain itu juga trakoma, lepra, onkoserkariasi dan xeroptalmia. Dinegara - negara yang sudah bertkembang kebutaan berhubungan dengan proses penuaan.

Diagnosis : - Pemeriksaan visus dan lapangan

pandang. - Kategori gangguan penglihatan

Page 33: Trauma Pelvis

Penatalaksanaan :• Rehabilitasi orang buta• Tujuan rehabilitasi :

- Mengembalikan ke dalam masyarakat.- Untuk meringankan beban keluarga dan masyarakat.- Memelihara kepercayaan kepada diri sendiri

• Rehabilitasi meliputi :– Memberi dorongan, menghindari terjadinya depresi– Memelihara, menggunakan indra yang tersisa seintensis mungkin,

dimana dia dapat mengenal alam sekitarnya melalui pendengaran, perabaan, pembau dan sebagian besar melalui ilham

Pencegahan :• Mencegah penyakit - penyakit infeksi misalnya trakoma, lepra dan

onkoserkariasis sertaxeroftalmia yang merupakan penyakit non - infeksi.

• Meningkatkan asupan vitamin A untuk mencegah xeroftalmia.• Mencegah terjadinya katarak.• Penyakit - penyakit herediter dapat dicegah melalui konsultasi genetic.• Kerjasama pemerintah dengan organisasi penderma non-pemerintah

untuk membantu orang buta. 

Page 34: Trauma Pelvis

• Daftar Pustaka1. Gondhowiardjo TD, Simanjuntak GWS ( ed

). Panduan Manajemen Klinis Perdami ( Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia ). CV ONDO. Jakarta. 2006.

2. SMF Mata RSUP Dr. Kariadi Semarang. Prosedur Tetap Penggunaan Peralatan Diagnostik dan Terapi. RSDK. Semarang. 2005.

3. Ilyas S,Tanzil M, Salamun, Azhar Z. Sari Ilmu Penyakit Mata. FK UI. Jakarta. 2000.

4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. FK UI. Jakarta. 2007.

 

Page 35: Trauma Pelvis