referat ansetasi umum

28
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………. 2 BAB II PEMBAHASAN……………............................................... .......................................................... 2.1 Definisi……………………………………………………………………………………………… 3 2.2 Metode Anestesi Umum……………………………………………………………………… 3 2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Anestesi Umum………………………………………... 3 2.4 Keuntungan Anestesi Umum……………………………………………………………….. 5 2.5 Kekurangan Anestesi Umum………………………………………………………………... 5 2.6 Stadium Anestesia………………………………………………………………………………. 7 2.7 Manajemen Perioperativ……………………………………………………………………... 14 2.8 Tatalaksana Jalan Napas……………………………………………………………………… 15 BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………….21 1

Upload: elzades

Post on 10-Feb-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

general anestesia

TRANSCRIPT

Page 1: referat ansetasi umum

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN…………….........................................................................................................

2.1 Definisi……………………………………………………………………………………………… 3

2.2 Metode Anestesi Umum……………………………………………………………………… 3

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Anestesi Umum………………………………………... 3

2.4 Keuntungan Anestesi Umum……………………………………………………………….. 5

2.5 Kekurangan Anestesi Umum………………………………………………………………... 5

2.6 Stadium Anestesia………………………………………………………………………………. 7

2.7 Manajemen Perioperativ……………………………………………………………………... 14

2.8 Tatalaksana Jalan Napas……………………………………………………………………… 15

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………….21

1

Page 2: referat ansetasi umum

BAB I

PENDAHULUAN

Anestesi secara umum adalah suatu tindakan yang menghilangkan rasa

sakit ketika dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang

minumbulkan rasa sakit pada tubuh. Namun, obat-obat anestesi tidak hanya

menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaraan, selain itu,

juga dibutuhkan relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan lancar.

Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai

hilangnya kedasaran dan bersifat reversible. Komponen anstesi yang ideal terdiri

dari : hipnotik, analgesia dan relaksasi otot. Praktek anestesi umum juga

termasuk mengendalikan pernapasan, pemantauan fungsi-fungsi vital tubuh

selama prosedur anestesi. Tahapannya mencakup induksi, maintenance, dan

pemulihan.

Tujuan dari pembuatan refrat ini untuk memahami mengenai anestesi

umum, yaitu penggunaan anestesi umum, teknik anestesi umum, jenis-jenis

anestesi umum, dan obat obat yang dugunakan dalam anestesi umum.

2

Page 3: referat ansetasi umum

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri sentral disertai

hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Dengan anestesia umum akan

diperoleh trias anestesia yaitu(1):

Hipnotik

Analgesia

Relaksasi otot

Hanya eter yang memiliki trias anestesia. Karena anestesi modern saat ini

menggunakan obat-obat selain eter, maka anestesi diperoleh dengan

menggabungkan berbagai macam obat(1).

2.2 METODE ANESTESI UMUM(2)

I. Parenteral

Anestesia umum yang diberikan secara parenteral baik intravena maupun

intramuskular biasanya digunakan untuk tindakan yang singkat atau

induksi anestesia

II. Perektal

Metode ini sering digunakan pada anak, terutama untuk induksi anestesia

maupun tindakan singkat

III. Perinhalasi

Yaitu menggunakan gas atau cairan anestetika yang mudah menguap

(volatile agent) dan diberikan dengan O2. Konsentrasi zat anestetika

tersebut tergantung dari tekanan parsial, zat anestetika disebut kuat

apabila dengan tekanan parsial yang rendah sudah mampu memberikan

3nesthesia yang adekuat.

2.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANESTESI UMUM(2)

I. Faktor Respirasi

Hal yang mempengaruhi tekanan parsial zat anestetika dalam alveolus

adalah:

3

Page 4: referat ansetasi umum

Konsentrasi zat anestetika yang diinhalasi; semakin tinggi

konsentrasi, semakin cepat kenaikan tekana parsial

Ventilasi alveolus; semakin tinggi ventilasi, semakin cepat

kenaikan tekanan parsial

II. Faktor Sirkulasi

Saat induksi, konsentrasi zat anestetika dalam darah arterial lebih

besar daripada darah vena. Faktor yang mempengaruhi adalah:

Perubahan tekanan parsial zat anestetika yang jenuh dalam

alveolus dan vena. Dalam sirkulasi, sebagian zat anestetika

diserap jaringan dan sebagian kembali ke vena

Koefisien partisi darah/gas yaitu rasio konsentrasi zat

anstetika dalam darah terhadap konsentrasi dalam gas setelash

keduanya dalam keadaan seimbang

Aliran darah, yaitu aliran darah paru dan curah jantung

III. Faktor Jaringan

Perbedaan tekanan parsial obat anestetika antara darah arteria

dan jaringan

Koefisien partisi jaringan/darah

Aliran darah dalam masing-masing 4 kelompok jaringan

(jaringan kaya pembuluh darah/JKPD, intermediate, lemak,

dan jaringan sedikit pembuluh darah/JSPD)

IV. Faktor Zat Anestetika

Pontensi dari berbagai macam obat anestetika ditentukan oleh MAC

(Minimal Alveolus Consentrasion), yaitu konsetrasi terendah zat

anestetika dalam alveolus yang mampu mencegah terjadinya respon

terhadap rangsang sakit. Semakin rendah nilai MAC, semakin poten

zat anestetika tersebut.

V. Faktor Lain

Ventilasi: semakin besar ventilasi, semakin cepat pendalaman

anestesi

Curah jantung; semakin tinggi curah jantung, semkain lambat

induksi dan pendalaman anestesia

4

Page 5: referat ansetasi umum

Suhu; semakin turun suhu, semakin larut zat anesthesia

sehingga pendalaman anestesia semakin cepat.

2.4 KEUNTUNGAN ANESTESI UMUM(3)

Pasien tidak sadar, mencegah ansietas pasien selama prosedur medis

berlangsung

Efek amnesia meniadakan memori buruk pasien yang didapatkan

akibat ansietas dan bebagai bebagai kejadian intraoperative yang

mungkin memberikan trauma psikologis.

Memungkinkan melakukan prosedur yang lama

Memudahkan control penuh ventilasi pasien

2.5 KEKURANGAN ANESTESI UMUM(3)

Sangat memengaruhi fisiologis

Memerlukan pemantauan yang lebih holistik

Tidak dapat mendeteksi gangguan SSP, misalnya penurunan

kesadaran

Risiko komplikasi pasca bedah lebih besar

Memerlukan persiapan pasien lebih seksama

2.6 STADIUM-STADIUM ANESTESIA(3)

I. Sadium Induksi

Periode dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya

kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah

dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan

ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar dapat dilakukan

pada stadium ini

II. Stadium Eksitasi

Setelah kehilangan kesadaran timbul eksitasi dan derilium. Dimulai

dari hilangnya kesadaran dan refleks bulu mata sampai pernapasan

kembali teratur.

III. Stadium Pembedahan

5

Page 6: referat ansetasi umum

Dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan

hilang. Stadium I I I dibagi menjadi 4 plana yaitu:

Plana 1: Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut

seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak menurut

kehendak, pupil midriasis, refleks cahaya ada, lakrimasi

meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada, dan belum

tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna (tonus otot mulai

menurun).

Plana 2: Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume

tidak menurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak,

terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai

menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang

sehingga dikerjakan intubasi.

Plana 3: Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal

mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral,

refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik

hampir sempuma (tonus otot semakin menurun).

Plana 4: Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot

interkostal paralisis total, pupil sangat midriasis, refleks

cahaya hilang, refleks sfingter ani dan kelenjar air mata tidak

ada, relaksasi otot lurik sempuma (tonus otot sangat

menurun).

IV. Stadium Overdosis Obat Anestetik

Dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium

III plana 4. pada stadium ini tekanan darah tak dapat diukur,

denyut jantung berhenti, dan akhirnya terjadi kematian. Kelumpuhan

pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan

buatan

6

Page 7: referat ansetasi umum

2.7 MANAJEMEN PERIOPERATIVE

Keseluruhan periode anestesia dimulai sejak pra-anestesia dan diakhiri pada

periode pasca-anestesia. Ketiga periode ini dikenal dengan periode

perioperatif

I. Periode Prabedah(1,4)

Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan baik elektif

maupun darurat harus dipersiapkan dengan baik karena keberhasilan

anestesi dan pembedahan sangat depengaruhi oleh persiapan

praanestesi. Kunjungan pra anestesi pada bedah elektif umumnya

dilakukan 1-2 hari sebelumnya, sedangkan pada bedah darurat waktu

yang tersedia lebih singkat. Periode ini tujuan utamanya adalah

mencari kemungkinan penyulit anesthesia atau tindakan

pembedahan.

Tujuan kunjungan pra anestesi(1):

Mempersiapkan mental dan fisik pasien secara optimal dengan

melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan

pemeriksaan lain

Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obatan anestesi

yang sesuai keadaan fisik dan kehendak pasien. Dengan

demikian, komplikasi yang mungkin terjadi dapat ditekan

seminimal mungkin

Menentukan klasifikasi yang sesuai dengan hasil pemeriksaan

fisik, dalam hal ini dipakai klasifikasi ASA (America Sosiety of

Anesthesiology) sebagi gambaran prognosis pasien secara

umum

A. Anamnesis(1)

Identitas pasien

Riwayat penyakit yang diderita

Gaya hidup dan kebiasaan, misalnya kebiasaan merokok,

minum alcohol atau penggunaan obat rekreasional

Riwayat kematian anggota keluarga diatas meja operasi

B. Pemerisaan Fisik(1)

7

Page 8: referat ansetasi umum

Kemungkinan kesulitan ventilasi dan intubasi dapat

diperkirakan dari bentuk wajah, leher pendek dan kaku,

jarak tiro-mental, lidah besar, maksila yang protrusive, gigi

geligi yang goyah dan sebagainya.

Pasien dengan sesak nafas dapat dilihat dari posisi;

berbaring, setengah duduk atau menggunakan bantal tinggi,

frekuensi nafas, jenis pernafsan dan tingkat saturasi HbO2

dari pulse oxymeter. Pengamatan dan pemeriksan ini

oentinga karena terkadang pasien mengaku tidak sesak.

Auskultasi dada untuk memeriksa jantung dan paru.

C. Pemeriksaan Laboratorium(1)

Uji laboratorium hendaknya sesuai indikasi.

D. Kebugaran Untuk Anestesi

Pembedahan elektif boleh ditunda tanpa batas waktu untuk

menyiapkan agar pasien dalam keadaan bugar, sebaliknya pada

operasi sito penundaan yang tidak perlu harus dihindari(4).

E. Masuk Oral(1)

Reflek laring mengalami penurunan selama anesthesia. Regurgitasi

isi lambung dan kotoran merupakan resiko utama yang dapat

terjadim maka pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif

dengan anesthesia harus dipantangkan dari msukan oral (puasa)

selama periode tertentu sebelum induksi anesthesia. Pasien

dewasa umumya puasa 6-8jam, anak kecil 4-6jam, bayi 3-4jam.

Cairan bening boleh diminum sedikit demi sedikit hingga 2 jam

prabedah. Pada pasien pediatric, harus diterangkan bahwa susu

digolongkan makanan padat. Sangat perlu juga menjelaskan tujuan

pusa demi keselamatan pasien karena dapat mencegah terjadinya

pneumonia aspirasi yang berakibat fatal.

F. Klasifikasi Status Fisik

Berdasarkan status fisik pasien pra anestesi, ASA ( American

Socienty Anesthesiologist) membuat klasifikasi yang membagi

pasien kedalam 5 kelompok sebagai berikut(3):

ASA I : Pasien sehat

8

Page 9: referat ansetasi umum

ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau

sedang tanpa pembatasan aktifitas

ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang

membatasi aktivitas rutin

ASA IV : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang

menyebabkan ketidak mampuan melakukan

aktivitas rutin, yang mengancam nyanwa setiap

waktu

ASA V : Pasien tidak ada harapan, dengan atau tanpa

pembedahan diperkirakan akan meninggal dalam

24jam

Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat (cito)

dengan mencantumkan tanda E (emergency).

G. Premedikasi

Premedikasi adalah tindakan awal anesthesia dengan memberikan

obat-obat pendahuluan yang terdiri dari obat-obat golongan

antokholinergik, sedative, dan analgetik.

Tujuan(3):

Menimbulkan rasanyaman bagi pasien, yang meliputi:

bebas dari rasa takut, tegang dan khawatir, bebas nyeri, dan

mencegah mual-muntah

Mengurangi sekresi kelenjar dan mnekan reflak vagus

Memperlancar induksi

Mengurangi dosis obat anesthesia

Mengurasi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah

obat

II. PERIODE INTRABEDAH(3)

A. Persiapan Anestesia

Sebelum memulai anestesi selayaknya disiapkan peralatan dan

obat-obatan yang diperlukan, sehingga seandainya terjadi keadaan

gawat dapat diatasi dengan lebih cepat dan lebih baik. Untuk

kepentingan praktis, akronim “STATICS” sangat dikenal. Namun,

persiapan anestesia lebih luas dari pada STATICS

9

Page 10: referat ansetasi umum

Hal pertama yang harus dilakukan ketika memasuki ruang bedah

adalah memastikan sumber listrik terpasang pada peralatan

elektronik. Sumber gas, terutama O2 harus disambungkan dengan

mesin anestesia. Pengecekan melalui flowmeter. Harus juga

dipastikan tidak ada kebocoran pada sirkuit nafas. Berikut adalah

menyiapkan STATICS :

S : Scope; laringoskop dan stetoskop. Laringoskop

diperiksa apakah lampunya menyala dan terang.

Stetoskop diperlukan untuk konfirmasi bunya nafas

paru kanan dan kiri setelah inubasi endotrakeal.

T : Tubes; ETT yang sesuai ukuran, diserati satu ukuran

diatas dan dibawahnya

A : Airway; Guedel atau pipa nasofaringeal

T : Tapes;

I : Introducer; kawat untuk memudahkan intubasi

C : Connector; penghubung ETT dan sirkuit nafas

S : Suction; mesin penghisap untuk membersihkan jalan

nafas

Setelah STATICS dan persiapan lain siap, barulah dipersiapkan

obat yang akan digunakan. Ketika Pasien masuk ruang bedah, ada

dua hal pertama yang harus dilakukan, yaitu emmastikan patensi

akses intravena dan memasang alat pantau pada pasien.

B. Pemantauan dan Pencatatan

Pada hakikatnya, semua system tubuh perlu dipantau selama

anesthesia. Semua perubahan dalam anesthesia dicatat dalam

rekam medis anestesia. Berbagai kejadian yang tidak diinginkan

dapat terjadi selama anesthesia dan pembedahan. Komplikasi ini

dapat mengenai oragan atau system manapun

1. Susunan saraf : stroke, kejang, cedera atau infeksi.

2. Kv : hipotensi, hipertensi, aritmia, hipovolemia,

perdarahan

10

Page 11: referat ansetasi umum

3. Pernapasan : Intubasi esophagus, intubasi endobronkial,

aspirasi, hipoksia dan hipovolemia,

pneumothorax, atelektasis paru.

4. Gastrointestinal : Distensi abdomen, perdarahan.

5. Hapatorenal: Gangguan koagulasi, metabolisme, gagal

ginjal akut

6. Lain-lain : Gangguan asambasa dan elektrolit,

hipotermia, hipertermia

Pemantauan dasar paling sedikit harus dapat mendeteksi hal-hal

yang mengancam nyawa oleh karena itu sering dikenal dengan

tanda-tanda vital. Untuk keperluan pemantauan tanda-tanda vital

tersebut, alat pantau yang perlu ada untuk setiap prosedur

anestesia adalah:

1. Oksimeter denyut

2. Pengukuran tekanan darah

3. EKG

4. Stetoskop

5. Kapnografi

6. Anesthetic gas monitor

III. PERIODE PASCABEDAH

Periode pascabedah merupakan tindaklanjut dari kondisi pra bedah

dan intrabedah. Jika dinilai kondisi pasien tidak memuaskan,

selayaknya diputuskan untuk memantau ketat seluruh fungsi tubuh

ditempat yang memiliki fasilitas lengkap, misalnya PACU atau ICU.

Semua pasien yang tidak memerlukan perawatan intensif di ICU atau

PACU, harus diobservasi di ruang pulih. Pemantauan dilakukan sesuai

kriteria Aldrette(3):

Hal yang dinilai Nilai

1. Kesadaran:

Sadar penuh

Bangun bila dipanggil

Tidak ada respon

2

1

0

11

Page 12: referat ansetasi umum

2. Respirasi:

Dapat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk

Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan

Apneu

2

1

0

3. Sirkulasi: perbedaan dengan tekanan preanestesi

Perbedaan ± 20

Perbedaan ± 20-50

Perbedaan lebih dari 50

2

1

0

4. Aktivitas: dapat menggerakkan ekstremitas atas

perintah:

4 ekstremitas

2 ekstremitas

Tidak dapat

2

1

0

5. Warna kulit

Normal

Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik

Sianotik

2

1

0

Tabel 4 : Aldrette’s score (dikutip dari daftar pustaka 3).

Untuk dapat keluar dari ruang pulih diperlukan nilai ≥ 9

Steward Score (anak-anak)(6)

Hal yang dinilai Nilai

1. Pergerakan:

Gerak bertujuan

Gerak tak bertujuan

Tidak bergerak

2

1

0

2. Pernafasan:

Batuk, menangis

Pertahankan jalan napas

Perlu bantuan

2

1

0

3. Kesadaran

Menangis

Bereaksi terhadap rangsangan

2

1

12

Page 13: referat ansetasi umum

Tidak bereaksi 0

Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan

Penyebab tersering morbiditas pasca bedah adalah analgesia yang

tidak adekuat dan hipoksia. Hipoksia pascabedah dapat merupakan

akibat dari tingginya konsumsi O2 (misalnya menggigil akibat

takikaria) dapat pula akbiat turunnya supply O2 (missal akibat

metabolit aktif pelumpuh otot yang menyeabkan pasien hipoventilasi

bahkan apnea). Komplikasi yang juga sering terjadi adalah mual-

muntah ( post operative nausea and vomitus)(3)

IV. Teknik Anestesi(1)

1. Inhalasi sungkup muka

Indikasi: Pada operasi kecil dan sedang, berlangsung

singkat dan posisi terlentang

Kontra Indikasi: operasi di daerah kepala dan jalan nafas,

dengan posisi miring/telungkup

2. Inhalasi sungkup laring

Indikasi: Pada operasi kecil dan sedang, berlangsung

singkat dan posisi terlentang

Kontra Indikasi: operasi di rongga mulut dan jalan nafas,

dengan posisi miring/telungkup

3. Inhalasi pipa endotrakea nafas spontan

Indikasi: Pada operasi didaerah kepala-leher dengan

posis terlentang, berlangsung singkat dengan

posisi terlentang dan tidak memerlukan

relaksasi otot yang maksimal

Kontra Indikasi: operasi intra kranial, torakotomi, laparotomy,

operasi dengan posisi khusus dan operasi

yang berlangsug lebih dari 1jam

4. Inhalasi pipa endotrakea nafas kendali

Indikasi: Kraniotomi, torakotomi, laparotomi, operasi

dengan posisi khusus, operasi yang

berlangsung lama (>1jam)

13

Page 14: referat ansetasi umum

Kontra Indikasi: Berhubungan dengan efek farmakologi obat

2.8 OBAT-OBAT ANESTESI UMUM

Anestiesia umum dilakukan dengan pemberian obat-obat anestetik inhalasi

atau intravena, atau kombinasi keduanya. Pada umumnya obat anestetik

dapat digunakan untuk induksi anesthesia dan diteruskan fase rumatan(3).

1. Tiopental

Golongan barbiturate, bekerja sebagai modulator GABA di SSP. Awitan

sangat cepat dan durasinya pendek.

2. Propofol

Bekerja meningkatkan tonus GABA di SSP. Awitan sangat cepat dan

durasinya sangat singkat (brp?)

3. Ketamin

Bekerja menghambat NMDA, dikenal dengan anestetika disosiatif

4. Etomidat

Kerjanya pada GABA tidak secara langsung. Tidak dianjurkan diberikan

dua kali bolus, mempunyai efeksamping mendepresi korteks adrenal

5. Midazolam

Golonga benzodeazepin. Mempunyai awitan yang cepat, dan mempunyai

efek amnesia anterograd.

6. Opioid

Di Indonensia yang sering digunakan fentanyl dan sufentanil. Fentanyl

dikemas steril dalm bentuk ampul 2 dan 10ml, tiap ml mengandung 50

g. Dosis fentanyl 2-50 g/kg onset 5-10 menit dengan durasi 2-3 jamμ μ

(intra-operative-anesthesia) 0,5-1,5 g (μ post-opertive-analgesia) onset 2

menit dengan durasi 45 menit. Selain fentanyl juga ada morfin dan

petidin. Morvin mempunyai kekuatan 10x dari petidin, berarti dosis

morfin sepersepuluh dari dosis petidin, dan fentanyl 100 kalo dari

petidin(1). Efek samping membuat mata miosis, hipotensi, bradikardi,

mual, muntah, pengososngan labung terhambat, spasme traktus biliaris.

Droperidol dapat diberikan untuk menghindari mual muntah. Obat

gologan MAO inhibitor harus diberhentikan 2 minggu sebelum operasi.

14

Page 15: referat ansetasi umum

7. Anestetika inhalasi

Obat anestesia inhalasi adalah obat berupa gas atau cairan yang mudah

menguapdan diberikan melalui pernapasan pasien. Campuran gas atau

uap obat anestesia dan oksigen masuk mengikuti aliran udara inspirasi,

mengisis seluruh rongga paru, selanjutnya mengalami difusi dari alveoli

ke kapiler paru sesuai dengan sifat masing-masing gas. Konsentrasi

minimal fraksi gas atau uap obat anesthesia di dalam alveoli yang sudah

menimbulkan efek anesgesia pada pasien, dipakai sebagai satuan potensi

dari obat anesthesia inhalasi tersebut yang popular disebut dnegan MAC (

minimal alveolar consentrasion)

8. Pelumpuh otot

Obat ini bekerja pada muscle-end plate, menghalangi kontraksi otot

skeletal. Pemberian obat ini harus dibantu dengan ventilasi mekanik.

Obat ini sangata berguna untuk memfasilitasi laringoskopi dan intubasi

serta kemungkinan pengambilalihan pernafasan pasien secara total.

2.9 TATALAKSANA JALAN NAPAS(4)

Tatalaksana jalan napas (airway) merupakan keterampilan yang harus

dimiliki oleh setiap anestetis, karena itu ia harus menguasai anatomi jalan

napas secara baik dan benar. Hubungan jalan napas dan dunia luar melalui 2

jalan:

Hidung

Menuju nasofaring

Mulut

Menuju orofaring

Hidung dan mulut dibagian depan dipisahkan oleh palatum durum dan

palatum molle dan dibagian belakang bersatu di hipofaring. Hipofaring

menuju esophagus dan laring dipisahkan oleh epiglotis menuju ke trakea.

Laring terdiri dari tulang rawan tiroid, krikoid, epiglotis dan sepasang

aritenoid, kornikulata dan kuneiform(4).

1. Manuver Tripel Jalan Napas

Terdiri dari:

15

Page 16: referat ansetasi umum

Kepala ekstensi pada sendi atlanto-oksipital.

Mandibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula

Mulut dibuka

Dengan manuver ini diharapkan lidah terangkat dan jalan napas bebas,

sehingga gas atau udara lancar masuk ke trakea lewat hidung atau mulut(4).

2. Jalan Napas Faring

Jika manuver tripel kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan napas mulut-

faring lewat mulut (oro-pharyngeal airway) atau jalan napas lewat hidung

(naso-pharyngeal airway).

3. Sungkup Muka

Mengantar udara / gas anestesi dari alat resusitasi atau sistem anestesi ke

jalan napas pasien. Bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga ketika

digunakan untuk bernapas spontan atau dengan tekanan positif tidak bocor

dan gas masuk semua ke trakea lewat mulut atau hidung.

4. Sungkup Laring (Laryngeal Mask)

Merupakan alat jalan napas berbentuk sendok terdiri dari pipa besar

berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat

dikembang-kempiskan seperti balon pada pipa trakea. Tangkai LMA dapat

berupa pipa keras dari polivinil atau lembek dengan spiral untuk menjaga

supaya tetap paten.

Dikenal 2 macam sungkup laring:

Sungkup laring standar dengan satu pipa napas

Sungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standar dan

lainnya pipa tambahan yang ujung distalnya berhubungan dengan

esophagus.

5. Pipa Trakea (Endotracheal Tube)

Mengantar gas anestesi langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari

bahan standar polivinil-klorida. Pipa trakea dapat dimasukan melalui mulut

(orotracheal tube) atau melalui hidung (nasotracheal tube).

6. Laringoskopi dan Intubasi

Fungsi laring ialah mencegah bedan asing masuk paru. Laringoskop

merupakan alat yang digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya

16

Page 17: referat ansetasi umum

kita dapat memasukkan pipa trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar

dikenal dua macam laringoskop:

Bilah, daun (blade) lurus (Macintosh) untuk bayi-anak-dewasa.

Bilah lengkung (Miller, Magill) untuk anak besar-dewasa.

Klasifikasi tampakan faring pada saat membuka mulut terbuka maksimal dan

lidah dijulurkan maksimal menurut Mallapati dibagi menjadi 4 gradasi.

Gradasi Pilar Faring Uvula Palatum Molle

1 + + +

2 - + +

3 - - +

4 - - -

Tabel 3 : Tampakan rongga mulut saat mulut terbuka lebar dan lidah menjulur maksimal

(dikutip dari daftar pustaka 4).

Gambar 1 : Mulut terbuka maksimal , lidah terjulur maksimal (dikutip dari daftar

pustaka 4).

A. Indikasi Intubasi Trakea

Intubasi trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam

trakea melalui rima glottis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira

dipertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea. Indikasi sangat

bervariasi dan umumnya digolongkan sebagai berikut:

1. Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun.

17

Page 18: referat ansetasi umum

Kelainan anatomi, bedah kasus, bedah posisi khusus, pembersihan sekret

jalan napas, dan lain-lainnya.

2. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi

Misalnya saat resusitasi, memungkinkan penggunaan relaksan dengan

efisien, ventilasi jangka panjang.

3. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi.

B. Kesulitan Intubasi

1. Leher pendek berotot.

2. Mandibula menonjol.

3. Maksila/gigi depan menonjol.

4. Uvula tak terlihat (Mallampati 3 atau 4).

5. Gerak sendi temporo-mandibular terbatas.

6. Gerak vertebra servikal terbatas.

C. Komplikasi Intubasi

1. Selama intubasi

a. Trauma gigi geligi.

b. Laserasi bibir, gusi, laring.

c. Merangsang saraf simpatis.

d. Intubasi bronkus.

e. Intubasi esophagus.

f. Aspirasi.

g. Spasme bronkus.

2. Setelah ekstubasi

a. Spasme laring.

b. Aspirasi.

c. Gangguan fonasi.

d. Edema glotis-subglotis.

e. Infeksi laring, faring, trakea.

D. Ekstubasi

1. Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar, jika:

a. Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitan

b. Pasca ekstubasi ada risiko aspirasi

18

Page 19: referat ansetasi umum

2. Ekstubasi dikerjakan pada umumnya pada anestesi sudah ringan dengan

catatan tak akan terjadi spasme laring.

3. Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring dari sekret dan

cairan lainnya.

19

Page 20: referat ansetasi umum

KESIMPULAN

Anestesi Umum adalah menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh secara

sentral disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Komponen

anestesi yang ideal (trias anestesi) terdiri dari hipnotik, analgetik, dan relaksasi

otot.

Sebelum dilakukan anestesi, perlu dilakukan persiapan pre-anestesi, yaitu

persiapan mental dan fisik pasien yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium, selain itu juga perencanaan anastesi, merencanakan

prognosis, serta persiapan pada hari operasi.

Cara pemberian anestesi umum dapat berupa parenteral yaiu

melalui intramuskular atau intravena, per rektal, dan melalui inhalasi. Teknik

anestesi ada bermacam-macam yaitu teknik anestesi spontan dengan sungkup

muka, teknik anestesi spontan dengan pipa endotrakeal, serta teknik anestesi

pipa endotrakeal dan napas kendali.

20

Page 21: referat ansetasi umum

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangku, Gde Tjokorda Gde Agung. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan

Reanimasi. Jakarta : Indeks. 2010.

2. Soenarjo , Jatmiko HD. Anestesi Umum . Dalam : Anestesiologi. Edisi

Pertama , Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Semarang : Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro , 2010.

3. Soenarto, Ratna F. Chandra, Susilo. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta :

Departemen Anestesiologi dan Intensive Care. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, 2012.

4. Said A.Latief dkk. Anestesi Umum . Dalam : Anestesiologi . Edisi Kedua,

Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif.Jakarta:Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2002.

5. General Anaesthesia dikutip dari :

http://www.nlm.nih.gov/mdlineplus/ency/article/0074 pada tanggal Juli

2015.

6. A simplified scoring sistem for the post-operative recovery room dikutip dari :

http://link.springer.com/article/10.1007%2FBF03004827 pada tanggal 20 Juli

2014.

21