perkembangan peserta didik

21
Daftar Isi Kata Pengantar…………………………………………………………………………….. 2 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang……………………………………………………........................... 3 Rumusan Masalah…………………………………………………………………..3 Tujuan………………………………………………………………………………3 BAB II PEMBAHASAN…………................................................ .......................................4 1. Kelompok teman sebaya sebagai wadah penyesuaian pribadi dan sosial………4 2. Persahabatan remaja dalam kelompok…………………………………………5 3. Pemimpin dan kepemimpinan remaja…………………………………………6 4. Pengaruh teman sebaya vs penyesuaian diri remaja………………………….. 8 5. Karakteristik penyesuaian remaja……………………………………………..9 6. lingkungan sebagai penentu penyesuaian diri……………………………….11

Upload: agoy-itu-yoga

Post on 26-Jun-2015

368 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: perkembangan peserta didik

Daftar Isi

Kata Pengantar…………………………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang……………………………………………………........................... 3

Rumusan Masalah…………………………………………………………………..3

Tujuan………………………………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN………….......................................................................................4

1. Kelompok teman sebaya sebagai wadah penyesuaian pribadi dan sosial………4

2. Persahabatan remaja dalam kelompok…………………………………………5

3. Pemimpin dan kepemimpinan remaja…………………………………………6

4. Pengaruh teman sebaya vs penyesuaian diri remaja………………………….. 8

5. Karakteristik penyesuaian remaja……………………………………………..9

6. lingkungan sebagai penentu penyesuaian diri……………………………….11

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………14

Page 2: perkembangan peserta didik

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subahanahu Wataalla, karena atas limpahan

Rahmat dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang

Penyesuaian-penyesuain Pribadi dan Sosial Remaja.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik sebagai

bentuk tugas kelompok tersetruktur.

Akhirnya tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak selaku dosen mata kuliah

Perkembangan Peserta Didik kami.

Disadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran positif

sangat kami harapkan demi perbaikan Makalah ini kedepannya.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Malang,09 oktober 2010

Penyusun

2

Page 3: perkembangan peserta didik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tipe sosial masyarakat Indonesia penyesuaian-penyesuaian pribadi dan sosial remaja,

khusus dalam pembahasanini sementara ditekankan dalam lingkup kelompok teman sebaya.

Alasannya pokoknya dalam hal ini adalah,bahwa kelompok teman sebaya merupakan

lingkungan sosial pertama di mana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang

bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru

,yang memiliki ciri,norma,kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam

lingkungan keluarga remaja. Terhadap hah-hal tersebut,remaja dituntut memiliki kemampuan

pertama dan baru dalam penyesuaian diri dan dapat dijadikan dasar dalam hubungan sosial

yang lebih luas.

Remaja meninggalkan rumah dan bergaul secara luas dalam lingkungan sosialnya.

Pergaulannya meluas mulai dari terbentuknya kelompok-kelompok teman sebaya sebagai

suatu wadah penyesuaian. Di dalamnya timbul persahbatan yang merupakan cirri khas

pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Dalam kelompok yang besar,persoalan

bertambah dengan adanya pemimpin dan kepemimpinanyang juga merupakan proses

pembentukan,pemilihan,dan penyesuaian pribadi dan sosial. Sangat penting dalam hal

pergsulsn ini adalah di dalamnya remaja mendapat pengaruh yang kuat dari teman sebaya

yang mana remaja mengalami perubahan-perubahan tingkah laku sebagai usaha penyesuaian.

B. Rumusan masalah

1. Remaja membentuk kelompok teman sebaya sebagai wadah penyesuaian pribadi

dan sosial remaja.

2. Persahabatan remaja dalam kelompok.

3. Pemimpin dan kepemimpinan remaja dalam kelompok.

4. Pengaruh kuat teman sebaya vs penyesuaian diri remaja.

5. Karakteristik penyesuaian diri remaja.

6. Lingkungan yang pengaruhi penyesuaian diri.

C. Tujuan

1. Mengetahui tingkat kpribadian remaja dalam pergaulan di lingkungan sosialnya.

2. Saling mengahargai teman sebaya dan kesolidaritas remaja.

3. Membentuk peran jiwa kepemimpinan remaja.

3

Page 4: perkembangan peserta didik

BAB II

PEMBAHASAN

1. Kelompok-kelompok teman sebaya sebagai wadah penyesuaian pribadi dan sosial

remaja.

Para ahli psikologi sepakat bahwa terdapat kelompok-kelompok yang terbentuk dalam

masa remaja. Kelompok-kelompok tersebut adalah: “Chums” (sahabat karib),”Cliques”

(komplotan sahabat),”Crowds” (kelompok banyak remaja), kelompok yang diorganisir,dan

“Gangs”.

1.1 kelompok “Chums” (sahabat karib)

Chums yaitu kelompok dalam mana remaja bersahabat karib dengan ikatan

persahabatan yang kuat. Anggota kelompoknya biasanya terdiri dari 2-3 remaja

dengan jenis kelamin yang sama,memiliki minat yang miri. Beberapa kemiripan itu

membuat mereka sangat akrab,walaupun kadang-kadang terjadi juga perselisihan

tetapi dengan mudah mereka lupakan;seperti halnya teman sekamar.

1.2 kelompok “Cliques” (komplotan sahabat)

Cliques biasanya terdiri dari 4-5 remaja yang memiliki minat,kemampuan dan

kemauan-kemauan yang relative sama. Cliques biasanya terjadi dari penyatuan dua

pasang sahabat karib atau dua Chums yang terjadi pada tahun-tahun pertama masa

remaja awal. Jenis kelamin remaja dalam Cliques umumnya sama. Seorang remaja

putrid bersahabat karib dengan remaja putrid lainnya,seoarang remaja putra

bersahabat dengan renaja putra lainnya. Pada pertengahan dan akhir remaja awal

umumnya terjadi cliques dengan anggota yang berlainan. Dalam cliques inilah remaja

pada mulanya banyak melakukan kegiatan-kegiatan bersama;menonton bersama,

rekreasi,pesta,saling menelpon,dan sebagainya. Mereka,para remaja ini banyak

menghabiskan waktu dalam kegiatan seperti itu sehingga sering menjadi sebab

pertentangan dengan orang tua mereka.

1.3 kelompok “Crowds” (kelompok banyak remaja)

Crowds biasanya terdiri dari banyak remaja,lebih besar disbanding dengan Cliques.

Karena besarnya kelompok,maka jarak emosi antara anggota juga agak renggang.

Kalau ditinjau dari proses terbentuknya,biasanya dari Chums menjadi cliques dan dari

sini tercipta Crowds. Dengan demikian terdapat jenis kelamin berbeda serta terdapat

keragaman kemampuan,minat dan kemauan di antara para anggota Crowds. Hal yang

4

Page 5: perkembangan peserta didik

sama dimiliki mereka adalah rasa takut diabaikan atau tidak diterima oleh teman

dalam Crowdsnya. Dengan kata lain remaja ini sangat membutuhkan penerimaan

peer-groupnya.

1.4 kelompok yang terorganisir

Kelompok yang diorganisir merupakan kelompok yang sengaja dibentuk dan

diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya melalui lembaga-lembaga

tertentu,misalnya sekolah dan yayasan keagamaan. Umumnya kelompok ini timbul

atas dasr kesadaran orang dewasa bahwa remaja sangat membutuhkan penyesuaian

pribadi dan sosial,penerimaan dan ikut serta dalam suatu kelompok-kelompok yang

dorganisir dan dibentuk secara sengaja imi terbuka untuk semua remaja dlam lembaga

atau yayasan yang bersangkutan. Anggota kelompok ini terdiri dari remaj-remaja baik

yang telah memiliki sahabat dalam kelompok tersebut terdahulu maupun (terutama)

remaja yang belum mempunyai kelompok.

1.5 Kelompok “gangs”

Gangs merupakan kelompok yang terbentuk dengan sendirinya yang pada umumnya

merupakan akibat pelarian dari empat jenis kelompok tersebut di atas dalam empat

jenis kelompok tersebut terdahulu,remaja kebanyakan trepenuhi kebutuhan pribadi

dan sosialnya. Mereka belajar memahami teman mereka dan peraturan-peraturan yang

ada. Kebanyakan remaja anggota gangs mengahabiskan waktu menganggur dan

kadang-kadang menggagnggu remaja lainnya dala kelompok tersebut terdahulu yang

sering di sebabkan balas dendam yang kurang disadari. Ada juga gangs yang kalem

tetapi banyak yang agressif dan bertingkah laku mengganggu.

2. Persahabatan remaja dalam kelompok

Perasaan bersahabat merupakan cirri khas dan sifat interaksi remaja dalam

kelompoknya. Hal yang demikian ini terutama terjadi dalam remaja awal,yang meskpun

sering pula terjadi “kegoncangan” persahabatan. Serng terbukti dalam peneltian bahwa

dalam kelompok yang besar baik Crowds maupun kelompok yang diorganisir,mash juga

terdapat 2-3 orang remaja yang sangat bersahabat. Namun demikian mereka juga tidak

mengabakan kelompok secara menyeluruh dalam hitungan persahabatan mereka. Mereka

banyak sadar bahwa dirinya dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman-teman

lain dalam kelompok yang meskipun beberapa saat tertentu meraka kurang dapat

memenuhi tuntutan kelompoknya itu.

Beberapa unsur lain yang menjadi standar pemilihan adalah pola tingkah laku,

minat/kesenangan,cirri fisik dan kepribadian,dan nilai yang dianut. Apa yang mereka

5

Page 6: perkembangan peserta didik

jadikan standar dilihatnya tentang keserasian dan kesamaan. Dalam usia 13-14 tahun

kelompok remaja wanita sudah mulai tertarik pada remaja pria. Akan tetapi remaja pria

belum tertarik. Disinilah persoalannya sehingga seringkali remaj wanita menjadi

“sungkan”. Untuk remaja pria dalam usia 14-16 tahun pria pun sudah mulai tertarik pada

wanita dalam usia itu. Sehubungan dengan persahabatan lawan jenis ini (mirip-mirip

dengan pendapatan Scheinfeld) L.Cole)pernah memberikan indikasi sebagai berikut :

Usia ± 8 tahun : anak lebih suka bermain dalam kelompok sejenis kelamin.

Usia ± 10-12 tahun : saling mengejek antara dua kelompok;kelompok pria melawan

kelompok wanita.

Usia ± 13-14 tahun : kelompok wanita mulai tertarik untuk bersahabat dengan

kelompok pria,tetapi kelompok pria masih belom tertarik

Usia ± 14-16 tahun : kelompok laki-laki mulai tertarik untuk bersahabat dengan

kelompok wanita.

Usia ± 16-17 tahun + : masing-masing remaja pria dan wanita menjadi senang berpasang

pasangan.

Manfaat penting dari persahabata dalam masa rekaja ini adalah mereka dapat bekerja sama

untuk mencapai tujuan bersama dan mengisi waktu luang. Lebih penting lagi, bahwa dalam

persahabatan itu remaja dapat merasa dibutuhkan,dihargai dan dengan demikian mereka

dapat merasa adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya.

3. Pemimpin dan kepemimpinan

Dalam kelompok-kelompok remaja yang tersebut terdahulu,remaja memegang

peranan dalam banyak kegiatan-kegiatan. Terutama dalam Crowds dan kelompok yang

diorganisir, terbentuk peranan-peranan informal pada mulanya yang terjadi dengan

sendirinya. Dalam peranan-peranan informal pada mulanya,yang terjadi dengan sendirinya.

Dalam peranan-peranan itu akan muncul pula pemimpin informal di antaranya mereka.

Pemunculan itu secara tidak disadari terjadinya,yang sesungguhnya adalah hasil “seleksi” di

antara mereka.

Persyaratan umum yang dijadikan patokan dalam pemilihan pemimpin,keadaannya

relatif sama bagi kelompok non/informal dan kelompok formal atau yang diorganisir.

6

Page 7: perkembangan peserta didik

Menurut pandangan remaja itu sendiri,persyaratan atau ciri-ciri yang diharapkan dimiliki oleh

pemimpin kelompok mereka adalah :

3.1. Ciri yang bersangkutan dengan penanmpilan (performance) dan perilaku.

Para remaja lebih suka memilih pemimpin yang;tampang (rupa) yang

menyenangkan,sopan dan berpakaian menurut norma kelompok,sering membantu

orang lain. Cekatan dalam bekerja,dan majir bergaul.

3.2. Ciri yang bersangkutan dengan kemampuan berfikir.

Para remaja lebih suka memilih pemimpin yang;kecerdasanya lebih sedikit

dibandingkan dengan anggota yang lainnya,hasil belajar atau prestasi (bagi yang

bersekolah) lebih tinggi dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya,kaya

inisiatif dan cepat mengambil keputusan.

3.3. Ciri yang bersangkutan dengan sikap/perasaan.

Para remaj lebih suka memilih pemimpin yang;memperhatikan dan memahami

orang lain,senang gaul,suka akan humor,dan dapat diharapkan dalam banyak hal

yang dapat menunjang kerjasama dan kebutuhan kelompok.

3.4. Ciri yang bersangkutan dengan pribadi.

Para remaja lebih suka memilih pemimpin yang lebih matang atau dewasa

dibandingkan anggota lainnya mempunyai rasa percaya diri besar, cepat

menyesuaikan diri dalam banyak situasi, mudah bekerjasama dengan siapa saja,

sportif dan jujur.

Dari segi perbedaan jenis kelamin dan tingkat usia rat-rata anggota kelompok

maka pada kelompok remaja usia 14 - 15 tahun lebih cenderugn memilih teman

pria sebagai pemimpin. Baik pria maupun wanita umumnya berpendapat bahwa

prialah yang pantas menjadi pemimpin khususnya dalam soal akademis.

Di samping itu,terdapat petunjuk bahwa remaja wanita lebih sadar akan adanya

“persamaan hak” dan rasa mampu diri dalam hal kepemimpinan;yang paling tidak

ingin kedudukan sekretaris atu bendahara dalam kepemimpinan (khususnya

kelompok yang diorganisir).

Para anggota belajar menyesuaikan diri dengan harapan-harapan dan perencanaan

yang dibuat pemimpinnya atas kerjasama dengan mereka. Dalam diri anggota

akan dapat berkembang secara solider melepas diri atau mengurang sifat “AKU”

dan harapan pribadi (egocentric) mereka demi kepentingan kelompok.

7

Page 8: perkembangan peserta didik

4. Pengaruh kuat teman sebaya vs penyesuaian diri remaja

Pengaruh kuat teman sebaya atau sesame remaja merupakan hal penting yang tidak

dapat diremehkan dalam maa-masa remaja. Di antara para remaja,terdapat jalinan ikatan

perasaan yang sangat kuat. Pada kelompok teman sebaya itu untuk pertama kalinya remaja

menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dalam jalinan yang kuat itu

terbentuki norma,nilai-nilai dan symbol antara kelompok satu dengan kelompok lainnya

sering kali berbeda. Ada istilah khusus yang mereka ciptakan sendiri,yang kadang merupakan

bahasa rahasia dan tidak boleh diketahui oleh orang dewasa bahkan oleh orang tua mereka

sendiri.

Pertentangan nilai dan norma yang sering terjadi antara nilai dan norma kelompok

dengan nilai dan norma keluarga. Renaja berusaha untuk tidak melanggar “peraturan”rumah

tangga,sementara ia juga merasa takut dikucilkan oleh teman-teman sekelompok mereka.

Hal-hal yang biasanya menjadi sumber konflik antara remaja dengan orang tua menyangkut

soal-soal keuangan,pakaian,penggunaan waktu dan juga soal teman bergaul. Pertentangan

yang terjadi antara seorang remaja sekelompoknya umumnya tidak kuat jika dibandingkan

dengan pertentangan antara remaja vs orang tua.

Penyesuaian remaja dalam kelompok teman sebaya umumnya terjadi dalam kelompok

besar yang hiterogen;minat,sikap dan sifat,usia dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam

dengan cara lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kelompok. Perubahan

tingkah laku merupakan satu di antara aspek penting dalam penyesuaian diri dalam kelompok

remaja. Disepakati oleh para ahli bahwa dalam masa remaja ini terjadi perubahan-perubahan

yang menyangkut:

1. Tingkah laku yang rebut mengarah pada tingkah laku yang tenang.

2. Keaktifan pada banyak ragam kegiatan berubah pada keaktifan pada sedikit

kegiatan tetapi mendalam.

3. Penyesuaian diri pada kelompok besar mengarah pada penyesuaian kelompok

kecil.

4. Pemilihan temanbergaul dari tidak berpatokan pada tingkat sosial ekonomi

keluarga,berubah ke arah pemilihan dengan dasar penilaian tingkat sosial ekonomi

keluarga.

5. Pergaulan akrab dengan teman sejenis kelamin berubah pada pergaulan kelamin

berbeda.

6. Kencan dengan lawan jenis yang berganti berubah menjadi kencan dengan lawan

jenis yang tetap.

8

Page 9: perkembangan peserta didik

Dalam perubahan-perubahan yang ada itu remaja menyesuaikan diri ke arah yang

lebih mantap,penyesuaian dari yang stabil dan adanya rasa percaya diri. Pertentangan-

pertentangan yang terjadi baik pertentangan antara seorang remaja dengan kelompoknya

sehubungan dengan nilai dan norma,merupakan faktor penghambat utama dalam proses

pencapaian keadaan yang mantap atau stabil dan rasa percaya diri tersebut. Dengan kata lain

dicapai atua tidaknya penyesuaian yang baik dan yang mengantarkan remaja ke kedewasaan

yang sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh intensitas dan kuantitas konflik yang dialaminya

dan keberhasilan remnaja menyelesaikan konflik secara efektif.

5. Karakteristik penyesuaian diri remaja

Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri karena kadang-

kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.

Rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya yang melakukan

penyesuaian diri secara positif maupun negatif.

Berikut ini penyesuaian secara positif atau pun negatif :

a. Penyesuaian Diri Secara Positif

Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai

dengan hal-hal berikut :

1) Tidak menunjukan adanya ketegangan emosional.

2) Tidak menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.

3) Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi.

4) Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.

5) Mampu dan belajar.

6) Menghargai pengalaman.

7) Bersikap realistik dan objektif.

Dalam penyesuaian diri secara positif,individu akan melakukannya dalam berbagai

bentuk antara lain :

1. Penyesuaian dengan mengahadapi diri secara langsung.

2. Penyesuaian dngan melakukan eksplorasi (penjelejahan).

3. Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba.

4. Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.

5. Penyesuaian dengan substitusi.

6. Penyesuaian dengan belajar.

7. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.

9

Page 10: perkembangan peserta didik

b. Penyesuaian diri yang negative.

Kegagalan dalam melakukan penyesuaian dirisecara positif dapat

mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang

salah ditandai dengan berbagai tingkah laku agresif,dan sebagainya. Ada tiga bentuk

reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu : (i) reaksi bertahan, (ii) reaksi

menyerang,dan (iii) reaksi melarikan diri :

1. Reaksi bertahan (defence reaction)

Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya seolah-olah tidak

menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha untuk menunjukan bahwa dirinya

tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain :

- Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alas an (dalam) untuk

membenarkan tindakanya.

- Represi, yaitu berusaha menekan pengalamannya yang dirasakan kurang

enak ke alam tidak sadar berusaha melupakan pengalamanya kurang

menyenangkan.

- Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain

untuk mencari alas an yang dapat diterima.

- “sour grapes” (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan.

Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik mengatakan bahwa mesin

ketiknya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik.

- Dan sebagainya.

2. Reaksi menyerang (aggressive reaction)

Orang-orang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah

laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalanya. Ia tidak mau

menyadari kegagalanya. Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku :

- Selalu membesarkan diri sendiri.

- Mau berkuasa dalam setiap situasi.

- Bersikap senang mengganggu orang lain.

- Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan.

- Menunjukan sikap menyerang dan merusak.

- Keras kepala dalam perbuatannya.

- Bersikap balas dendam.

- Memperkosa hak orang lain.

- Tindakan yang serampangan.

10

Page 11: perkembangan peserta didik

3. Reaksi melarikan diri (escape reaction)

Dalam reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan

melarikan diri situasi yang menimbulkan kegagalannya,reaksinya tampak

dalam tingkah laku sebagai berikut: berfantasi yaitu memuaskan keinginan

yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan (seolah-olah sudah tercapai),

banyak tidur,minum-minuman keras, bunuh diri,menjadi pecandu ganja,

narkotika dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang semodel dengan

tingkat perkembangan yang lebih awal (misal orang dewasa yang bersikap dan

berwatak seperti anak kecil).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri

- Kondisi fisik termasuk di dalamnya keturunan,konstitusi fisik,susunan

saraf,kelenjar dan system oto,kesehatan,penyakit dan sebagainya.

- Perkembangan dan kematangan,khususnya kematangan intelektual,

sosial,moral dan emosional.

- Penentu psikologis tremasuk di dalamnya pengalaman,belajarnya,

pengkondisian,penentu diri (self-determination),frustasi dan konflik.

- Kondisi lingkungan,khususnya keluarga dan sekolah.

- Penentu cultural,termasuk agama.

6. lingkungan sebagai penentu penyesuaian diri.

Berbagai lingkungan anak seperti keluarga dan pola hubungan di dalamnya,sekolah,

Masyarakat,kultur dan agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri anak.

a. Pengaruh rumah tangga dan keluarga

Faktor rumah tangga dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting,karena

kelurga merupakan satuan kelompok sosial kecil.\

b. Hubungan orang tua dan anak

Pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri antara lain :

1) Menerima (acceptance) yaitu situasi hubungan di mana orang tua menerima

anaknya dengan baik.

2) Menghukum dan disiplin yang berlebihan.

3) Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan.

4) Penolakan yaitu pola hubungan di mana orang tua menolak kehadiran anaknya.

c. Hubungan saudara

Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan,kooperatif,saling menghormati,

11

Page 12: perkembangan peserta didik

Penuh kasih saying,mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya

penyesuaian diri yang lebih baik.

d. Masyarakat

Keadaan lingkungan masyarakat di mana individu berada merupakan kondisi yang

menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri.

e. Sekolah

Sekolah mempunyai peranan sebagai media unruk mempengaruh kehidupan

intelektual,sosial dan moral para sisiwa. Suasana di sekolah baik sosial maupun

psikologis menentukan proses dan pola anak di sekolah akan merupakan bekal bagi

proses penyesuaian diri di masyarakat.

12

Page 13: perkembangan peserta didik

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri maka

penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup pertumbuhan dan perkembangan memerlukan

proses ayng cukup unik. Penyesuaian diri dapat di artikan adaptasi,konformitas,penguasaan

dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian

keharmonisan antar faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik,tekanan,

frustasi dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.

Kondisi fisik,mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor

lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah.

Selain faktor lingkungan,faktor psikologis,kematangan,kondisi fisik dan kebudayaan juga

mempengaruhi proses penyesuaian diri.

Saran

Makalah ini sesuai bagi remaja,karena di dalam makalah ini membahas tentang wadah

atau tempat penyusuaian pribadi dan sosial remaja secara detail.

13

Page 14: perkembangan peserta didik

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Sunarto,dra. Ny. B. agung hartono;Perkembangan Peserta Didik,Rineka

Cipta,Jakarta,1964

Mappiare,Andi.Drs; Psikologi Remaja,Usaha Nasional,Surabaya,1982.

14