perkembangan peserta didik
TRANSCRIPT
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………………........................... 3
Rumusan Masalah…………………………………………………………………..3
Tujuan………………………………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN………….......................................................................................4
1. Kelompok teman sebaya sebagai wadah penyesuaian pribadi dan sosial………4
2. Persahabatan remaja dalam kelompok…………………………………………5
3. Pemimpin dan kepemimpinan remaja…………………………………………6
4. Pengaruh teman sebaya vs penyesuaian diri remaja………………………….. 8
5. Karakteristik penyesuaian remaja……………………………………………..9
6. lingkungan sebagai penentu penyesuaian diri……………………………….11
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………14
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subahanahu Wataalla, karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang
Penyesuaian-penyesuain Pribadi dan Sosial Remaja.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik sebagai
bentuk tugas kelompok tersetruktur.
Akhirnya tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak selaku dosen mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik kami.
Disadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran positif
sangat kami harapkan demi perbaikan Makalah ini kedepannya.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Malang,09 oktober 2010
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tipe sosial masyarakat Indonesia penyesuaian-penyesuaian pribadi dan sosial remaja,
khusus dalam pembahasanini sementara ditekankan dalam lingkup kelompok teman sebaya.
Alasannya pokoknya dalam hal ini adalah,bahwa kelompok teman sebaya merupakan
lingkungan sosial pertama di mana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang
bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru
,yang memiliki ciri,norma,kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam
lingkungan keluarga remaja. Terhadap hah-hal tersebut,remaja dituntut memiliki kemampuan
pertama dan baru dalam penyesuaian diri dan dapat dijadikan dasar dalam hubungan sosial
yang lebih luas.
Remaja meninggalkan rumah dan bergaul secara luas dalam lingkungan sosialnya.
Pergaulannya meluas mulai dari terbentuknya kelompok-kelompok teman sebaya sebagai
suatu wadah penyesuaian. Di dalamnya timbul persahbatan yang merupakan cirri khas
pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Dalam kelompok yang besar,persoalan
bertambah dengan adanya pemimpin dan kepemimpinanyang juga merupakan proses
pembentukan,pemilihan,dan penyesuaian pribadi dan sosial. Sangat penting dalam hal
pergsulsn ini adalah di dalamnya remaja mendapat pengaruh yang kuat dari teman sebaya
yang mana remaja mengalami perubahan-perubahan tingkah laku sebagai usaha penyesuaian.
B. Rumusan masalah
1. Remaja membentuk kelompok teman sebaya sebagai wadah penyesuaian pribadi
dan sosial remaja.
2. Persahabatan remaja dalam kelompok.
3. Pemimpin dan kepemimpinan remaja dalam kelompok.
4. Pengaruh kuat teman sebaya vs penyesuaian diri remaja.
5. Karakteristik penyesuaian diri remaja.
6. Lingkungan yang pengaruhi penyesuaian diri.
C. Tujuan
1. Mengetahui tingkat kpribadian remaja dalam pergaulan di lingkungan sosialnya.
2. Saling mengahargai teman sebaya dan kesolidaritas remaja.
3. Membentuk peran jiwa kepemimpinan remaja.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kelompok-kelompok teman sebaya sebagai wadah penyesuaian pribadi dan sosial
remaja.
Para ahli psikologi sepakat bahwa terdapat kelompok-kelompok yang terbentuk dalam
masa remaja. Kelompok-kelompok tersebut adalah: “Chums” (sahabat karib),”Cliques”
(komplotan sahabat),”Crowds” (kelompok banyak remaja), kelompok yang diorganisir,dan
“Gangs”.
1.1 kelompok “Chums” (sahabat karib)
Chums yaitu kelompok dalam mana remaja bersahabat karib dengan ikatan
persahabatan yang kuat. Anggota kelompoknya biasanya terdiri dari 2-3 remaja
dengan jenis kelamin yang sama,memiliki minat yang miri. Beberapa kemiripan itu
membuat mereka sangat akrab,walaupun kadang-kadang terjadi juga perselisihan
tetapi dengan mudah mereka lupakan;seperti halnya teman sekamar.
1.2 kelompok “Cliques” (komplotan sahabat)
Cliques biasanya terdiri dari 4-5 remaja yang memiliki minat,kemampuan dan
kemauan-kemauan yang relative sama. Cliques biasanya terjadi dari penyatuan dua
pasang sahabat karib atau dua Chums yang terjadi pada tahun-tahun pertama masa
remaja awal. Jenis kelamin remaja dalam Cliques umumnya sama. Seorang remaja
putrid bersahabat karib dengan remaja putrid lainnya,seoarang remaja putra
bersahabat dengan renaja putra lainnya. Pada pertengahan dan akhir remaja awal
umumnya terjadi cliques dengan anggota yang berlainan. Dalam cliques inilah remaja
pada mulanya banyak melakukan kegiatan-kegiatan bersama;menonton bersama,
rekreasi,pesta,saling menelpon,dan sebagainya. Mereka,para remaja ini banyak
menghabiskan waktu dalam kegiatan seperti itu sehingga sering menjadi sebab
pertentangan dengan orang tua mereka.
1.3 kelompok “Crowds” (kelompok banyak remaja)
Crowds biasanya terdiri dari banyak remaja,lebih besar disbanding dengan Cliques.
Karena besarnya kelompok,maka jarak emosi antara anggota juga agak renggang.
Kalau ditinjau dari proses terbentuknya,biasanya dari Chums menjadi cliques dan dari
sini tercipta Crowds. Dengan demikian terdapat jenis kelamin berbeda serta terdapat
keragaman kemampuan,minat dan kemauan di antara para anggota Crowds. Hal yang
4
sama dimiliki mereka adalah rasa takut diabaikan atau tidak diterima oleh teman
dalam Crowdsnya. Dengan kata lain remaja ini sangat membutuhkan penerimaan
peer-groupnya.
1.4 kelompok yang terorganisir
Kelompok yang diorganisir merupakan kelompok yang sengaja dibentuk dan
diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya melalui lembaga-lembaga
tertentu,misalnya sekolah dan yayasan keagamaan. Umumnya kelompok ini timbul
atas dasr kesadaran orang dewasa bahwa remaja sangat membutuhkan penyesuaian
pribadi dan sosial,penerimaan dan ikut serta dalam suatu kelompok-kelompok yang
dorganisir dan dibentuk secara sengaja imi terbuka untuk semua remaja dlam lembaga
atau yayasan yang bersangkutan. Anggota kelompok ini terdiri dari remaj-remaja baik
yang telah memiliki sahabat dalam kelompok tersebut terdahulu maupun (terutama)
remaja yang belum mempunyai kelompok.
1.5 Kelompok “gangs”
Gangs merupakan kelompok yang terbentuk dengan sendirinya yang pada umumnya
merupakan akibat pelarian dari empat jenis kelompok tersebut di atas dalam empat
jenis kelompok tersebut terdahulu,remaja kebanyakan trepenuhi kebutuhan pribadi
dan sosialnya. Mereka belajar memahami teman mereka dan peraturan-peraturan yang
ada. Kebanyakan remaja anggota gangs mengahabiskan waktu menganggur dan
kadang-kadang menggagnggu remaja lainnya dala kelompok tersebut terdahulu yang
sering di sebabkan balas dendam yang kurang disadari. Ada juga gangs yang kalem
tetapi banyak yang agressif dan bertingkah laku mengganggu.
2. Persahabatan remaja dalam kelompok
Perasaan bersahabat merupakan cirri khas dan sifat interaksi remaja dalam
kelompoknya. Hal yang demikian ini terutama terjadi dalam remaja awal,yang meskpun
sering pula terjadi “kegoncangan” persahabatan. Serng terbukti dalam peneltian bahwa
dalam kelompok yang besar baik Crowds maupun kelompok yang diorganisir,mash juga
terdapat 2-3 orang remaja yang sangat bersahabat. Namun demikian mereka juga tidak
mengabakan kelompok secara menyeluruh dalam hitungan persahabatan mereka. Mereka
banyak sadar bahwa dirinya dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman-teman
lain dalam kelompok yang meskipun beberapa saat tertentu meraka kurang dapat
memenuhi tuntutan kelompoknya itu.
Beberapa unsur lain yang menjadi standar pemilihan adalah pola tingkah laku,
minat/kesenangan,cirri fisik dan kepribadian,dan nilai yang dianut. Apa yang mereka
5
jadikan standar dilihatnya tentang keserasian dan kesamaan. Dalam usia 13-14 tahun
kelompok remaja wanita sudah mulai tertarik pada remaja pria. Akan tetapi remaja pria
belum tertarik. Disinilah persoalannya sehingga seringkali remaj wanita menjadi
“sungkan”. Untuk remaja pria dalam usia 14-16 tahun pria pun sudah mulai tertarik pada
wanita dalam usia itu. Sehubungan dengan persahabatan lawan jenis ini (mirip-mirip
dengan pendapatan Scheinfeld) L.Cole)pernah memberikan indikasi sebagai berikut :
Usia ± 8 tahun : anak lebih suka bermain dalam kelompok sejenis kelamin.
Usia ± 10-12 tahun : saling mengejek antara dua kelompok;kelompok pria melawan
kelompok wanita.
Usia ± 13-14 tahun : kelompok wanita mulai tertarik untuk bersahabat dengan
kelompok pria,tetapi kelompok pria masih belom tertarik
Usia ± 14-16 tahun : kelompok laki-laki mulai tertarik untuk bersahabat dengan
kelompok wanita.
Usia ± 16-17 tahun + : masing-masing remaja pria dan wanita menjadi senang berpasang
pasangan.
Manfaat penting dari persahabata dalam masa rekaja ini adalah mereka dapat bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama dan mengisi waktu luang. Lebih penting lagi, bahwa dalam
persahabatan itu remaja dapat merasa dibutuhkan,dihargai dan dengan demikian mereka
dapat merasa adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya.
3. Pemimpin dan kepemimpinan
Dalam kelompok-kelompok remaja yang tersebut terdahulu,remaja memegang
peranan dalam banyak kegiatan-kegiatan. Terutama dalam Crowds dan kelompok yang
diorganisir, terbentuk peranan-peranan informal pada mulanya yang terjadi dengan
sendirinya. Dalam peranan-peranan informal pada mulanya,yang terjadi dengan sendirinya.
Dalam peranan-peranan itu akan muncul pula pemimpin informal di antaranya mereka.
Pemunculan itu secara tidak disadari terjadinya,yang sesungguhnya adalah hasil “seleksi” di
antara mereka.
Persyaratan umum yang dijadikan patokan dalam pemilihan pemimpin,keadaannya
relatif sama bagi kelompok non/informal dan kelompok formal atau yang diorganisir.
6
Menurut pandangan remaja itu sendiri,persyaratan atau ciri-ciri yang diharapkan dimiliki oleh
pemimpin kelompok mereka adalah :
3.1. Ciri yang bersangkutan dengan penanmpilan (performance) dan perilaku.
Para remaja lebih suka memilih pemimpin yang;tampang (rupa) yang
menyenangkan,sopan dan berpakaian menurut norma kelompok,sering membantu
orang lain. Cekatan dalam bekerja,dan majir bergaul.
3.2. Ciri yang bersangkutan dengan kemampuan berfikir.
Para remaja lebih suka memilih pemimpin yang;kecerdasanya lebih sedikit
dibandingkan dengan anggota yang lainnya,hasil belajar atau prestasi (bagi yang
bersekolah) lebih tinggi dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya,kaya
inisiatif dan cepat mengambil keputusan.
3.3. Ciri yang bersangkutan dengan sikap/perasaan.
Para remaj lebih suka memilih pemimpin yang;memperhatikan dan memahami
orang lain,senang gaul,suka akan humor,dan dapat diharapkan dalam banyak hal
yang dapat menunjang kerjasama dan kebutuhan kelompok.
3.4. Ciri yang bersangkutan dengan pribadi.
Para remaja lebih suka memilih pemimpin yang lebih matang atau dewasa
dibandingkan anggota lainnya mempunyai rasa percaya diri besar, cepat
menyesuaikan diri dalam banyak situasi, mudah bekerjasama dengan siapa saja,
sportif dan jujur.
Dari segi perbedaan jenis kelamin dan tingkat usia rat-rata anggota kelompok
maka pada kelompok remaja usia 14 - 15 tahun lebih cenderugn memilih teman
pria sebagai pemimpin. Baik pria maupun wanita umumnya berpendapat bahwa
prialah yang pantas menjadi pemimpin khususnya dalam soal akademis.
Di samping itu,terdapat petunjuk bahwa remaja wanita lebih sadar akan adanya
“persamaan hak” dan rasa mampu diri dalam hal kepemimpinan;yang paling tidak
ingin kedudukan sekretaris atu bendahara dalam kepemimpinan (khususnya
kelompok yang diorganisir).
Para anggota belajar menyesuaikan diri dengan harapan-harapan dan perencanaan
yang dibuat pemimpinnya atas kerjasama dengan mereka. Dalam diri anggota
akan dapat berkembang secara solider melepas diri atau mengurang sifat “AKU”
dan harapan pribadi (egocentric) mereka demi kepentingan kelompok.
7
4. Pengaruh kuat teman sebaya vs penyesuaian diri remaja
Pengaruh kuat teman sebaya atau sesame remaja merupakan hal penting yang tidak
dapat diremehkan dalam maa-masa remaja. Di antara para remaja,terdapat jalinan ikatan
perasaan yang sangat kuat. Pada kelompok teman sebaya itu untuk pertama kalinya remaja
menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dalam jalinan yang kuat itu
terbentuki norma,nilai-nilai dan symbol antara kelompok satu dengan kelompok lainnya
sering kali berbeda. Ada istilah khusus yang mereka ciptakan sendiri,yang kadang merupakan
bahasa rahasia dan tidak boleh diketahui oleh orang dewasa bahkan oleh orang tua mereka
sendiri.
Pertentangan nilai dan norma yang sering terjadi antara nilai dan norma kelompok
dengan nilai dan norma keluarga. Renaja berusaha untuk tidak melanggar “peraturan”rumah
tangga,sementara ia juga merasa takut dikucilkan oleh teman-teman sekelompok mereka.
Hal-hal yang biasanya menjadi sumber konflik antara remaja dengan orang tua menyangkut
soal-soal keuangan,pakaian,penggunaan waktu dan juga soal teman bergaul. Pertentangan
yang terjadi antara seorang remaja sekelompoknya umumnya tidak kuat jika dibandingkan
dengan pertentangan antara remaja vs orang tua.
Penyesuaian remaja dalam kelompok teman sebaya umumnya terjadi dalam kelompok
besar yang hiterogen;minat,sikap dan sifat,usia dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam
dengan cara lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kelompok. Perubahan
tingkah laku merupakan satu di antara aspek penting dalam penyesuaian diri dalam kelompok
remaja. Disepakati oleh para ahli bahwa dalam masa remaja ini terjadi perubahan-perubahan
yang menyangkut:
1. Tingkah laku yang rebut mengarah pada tingkah laku yang tenang.
2. Keaktifan pada banyak ragam kegiatan berubah pada keaktifan pada sedikit
kegiatan tetapi mendalam.
3. Penyesuaian diri pada kelompok besar mengarah pada penyesuaian kelompok
kecil.
4. Pemilihan temanbergaul dari tidak berpatokan pada tingkat sosial ekonomi
keluarga,berubah ke arah pemilihan dengan dasar penilaian tingkat sosial ekonomi
keluarga.
5. Pergaulan akrab dengan teman sejenis kelamin berubah pada pergaulan kelamin
berbeda.
6. Kencan dengan lawan jenis yang berganti berubah menjadi kencan dengan lawan
jenis yang tetap.
8
Dalam perubahan-perubahan yang ada itu remaja menyesuaikan diri ke arah yang
lebih mantap,penyesuaian dari yang stabil dan adanya rasa percaya diri. Pertentangan-
pertentangan yang terjadi baik pertentangan antara seorang remaja dengan kelompoknya
sehubungan dengan nilai dan norma,merupakan faktor penghambat utama dalam proses
pencapaian keadaan yang mantap atau stabil dan rasa percaya diri tersebut. Dengan kata lain
dicapai atua tidaknya penyesuaian yang baik dan yang mengantarkan remaja ke kedewasaan
yang sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh intensitas dan kuantitas konflik yang dialaminya
dan keberhasilan remnaja menyelesaikan konflik secara efektif.
5. Karakteristik penyesuaian diri remaja
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri karena kadang-
kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya yang melakukan
penyesuaian diri secara positif maupun negatif.
Berikut ini penyesuaian secara positif atau pun negatif :
a. Penyesuaian Diri Secara Positif
Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai
dengan hal-hal berikut :
1) Tidak menunjukan adanya ketegangan emosional.
2) Tidak menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
3) Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi.
4) Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
5) Mampu dan belajar.
6) Menghargai pengalaman.
7) Bersikap realistik dan objektif.
Dalam penyesuaian diri secara positif,individu akan melakukannya dalam berbagai
bentuk antara lain :
1. Penyesuaian dengan mengahadapi diri secara langsung.
2. Penyesuaian dngan melakukan eksplorasi (penjelejahan).
3. Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba.
4. Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
5. Penyesuaian dengan substitusi.
6. Penyesuaian dengan belajar.
7. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
9
b. Penyesuaian diri yang negative.
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian dirisecara positif dapat
mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang
salah ditandai dengan berbagai tingkah laku agresif,dan sebagainya. Ada tiga bentuk
reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu : (i) reaksi bertahan, (ii) reaksi
menyerang,dan (iii) reaksi melarikan diri :
1. Reaksi bertahan (defence reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya seolah-olah tidak
menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha untuk menunjukan bahwa dirinya
tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain :
- Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alas an (dalam) untuk
membenarkan tindakanya.
- Represi, yaitu berusaha menekan pengalamannya yang dirasakan kurang
enak ke alam tidak sadar berusaha melupakan pengalamanya kurang
menyenangkan.
- Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain
untuk mencari alas an yang dapat diterima.
- “sour grapes” (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan.
Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik mengatakan bahwa mesin
ketiknya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik.
- Dan sebagainya.
2. Reaksi menyerang (aggressive reaction)
Orang-orang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah
laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalanya. Ia tidak mau
menyadari kegagalanya. Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku :
- Selalu membesarkan diri sendiri.
- Mau berkuasa dalam setiap situasi.
- Bersikap senang mengganggu orang lain.
- Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan.
- Menunjukan sikap menyerang dan merusak.
- Keras kepala dalam perbuatannya.
- Bersikap balas dendam.
- Memperkosa hak orang lain.
- Tindakan yang serampangan.
10
3. Reaksi melarikan diri (escape reaction)
Dalam reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan
melarikan diri situasi yang menimbulkan kegagalannya,reaksinya tampak
dalam tingkah laku sebagai berikut: berfantasi yaitu memuaskan keinginan
yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan (seolah-olah sudah tercapai),
banyak tidur,minum-minuman keras, bunuh diri,menjadi pecandu ganja,
narkotika dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang semodel dengan
tingkat perkembangan yang lebih awal (misal orang dewasa yang bersikap dan
berwatak seperti anak kecil).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri
- Kondisi fisik termasuk di dalamnya keturunan,konstitusi fisik,susunan
saraf,kelenjar dan system oto,kesehatan,penyakit dan sebagainya.
- Perkembangan dan kematangan,khususnya kematangan intelektual,
sosial,moral dan emosional.
- Penentu psikologis tremasuk di dalamnya pengalaman,belajarnya,
pengkondisian,penentu diri (self-determination),frustasi dan konflik.
- Kondisi lingkungan,khususnya keluarga dan sekolah.
- Penentu cultural,termasuk agama.
6. lingkungan sebagai penentu penyesuaian diri.
Berbagai lingkungan anak seperti keluarga dan pola hubungan di dalamnya,sekolah,
Masyarakat,kultur dan agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri anak.
a. Pengaruh rumah tangga dan keluarga
Faktor rumah tangga dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting,karena
kelurga merupakan satuan kelompok sosial kecil.\
b. Hubungan orang tua dan anak
Pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri antara lain :
1) Menerima (acceptance) yaitu situasi hubungan di mana orang tua menerima
anaknya dengan baik.
2) Menghukum dan disiplin yang berlebihan.
3) Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan.
4) Penolakan yaitu pola hubungan di mana orang tua menolak kehadiran anaknya.
c. Hubungan saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan,kooperatif,saling menghormati,
11
Penuh kasih saying,mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya
penyesuaian diri yang lebih baik.
d. Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat di mana individu berada merupakan kondisi yang
menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri.
e. Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai media unruk mempengaruh kehidupan
intelektual,sosial dan moral para sisiwa. Suasana di sekolah baik sosial maupun
psikologis menentukan proses dan pola anak di sekolah akan merupakan bekal bagi
proses penyesuaian diri di masyarakat.
12
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri maka
penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup pertumbuhan dan perkembangan memerlukan
proses ayng cukup unik. Penyesuaian diri dapat di artikan adaptasi,konformitas,penguasaan
dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian
keharmonisan antar faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik,tekanan,
frustasi dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik,mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor
lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah.
Selain faktor lingkungan,faktor psikologis,kematangan,kondisi fisik dan kebudayaan juga
mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Saran
Makalah ini sesuai bagi remaja,karena di dalam makalah ini membahas tentang wadah
atau tempat penyusuaian pribadi dan sosial remaja secara detail.
13
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Sunarto,dra. Ny. B. agung hartono;Perkembangan Peserta Didik,Rineka
Cipta,Jakarta,1964
Mappiare,Andi.Drs; Psikologi Remaja,Usaha Nasional,Surabaya,1982.
14