peningkatan kemampuan pemahaman cerita melalui...

177
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DI KELAS VII-D MADRASAH TSANAWIYAH AL-ALAWIYAH KRANJI BEKASI BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) oleh: Muhammad Alfinur NIM. 1110013000002 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: nguyennga

Post on 09-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA

MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DI KELAS VII-D

MADRASAH TSANAWIYAH AL-ALAWIYAH

KRANJI –BEKASI BARAT

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

oleh:

Muhammad Alfinur

NIM. 1110013000002

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

i

ABSTRAK

MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Kemampuan Pemahaman Cerita melalui Media Audio Visual (Pemutaran Film

Drama Malin Kundang) di Kelas VII-D Madrasah Tsanawiyah Al-Alawiyah

Kranji –Bekasi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Drs. Cecep Suhendi, M.Pd.

2014.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman cerita

dengan menggunakan media audio visual (pemutaran film drama Malin Kundang)

baik selama proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran, dan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dengan penggunaan media pembelajaran (audio

visual). Penelitian ini dilakukan di MTs. Al-Alawiyah Kranji –Bekasi Barat.

Permasalahan yang muncul yaitu siswa kurang perhatian dan antusias dalam

pembelajaran cerita dengan sebab sulit untuk memahami isi cerita. Berdasarkan

permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan pada

peningkatan kemampuan pemahaman cerita melalui media audio visual

(pemutaran film drama Malin Kundang) pada siswa kelas VII-D MTs. Al-

Alawiyah.

Metode yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian

yang diambil pada penelitian ini yaitu, siswa kelas VII-D sebanyak 31 siswa. Data

yang diperoleh dari lembar observasi siswa, dan catatan lapangan, menyatakan

bahwa siswa kurang antusias dalam mengungkapkan pertanyaan dan pendapat.

Berdasarkan data tersebut, maka peneliti mengadakan siklus 2 dalam tindakan

pembelajaran. Pada tindakan pembelajaran siklus 1, menghasilkan nilai rata-rata

65,03 termasuk kategori kurang, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang

mendapatkan nilai kategori baik. Oleh karena itu, peneliti mengadakan tindakan

pembelajaran siklus ke-2, hasil analisis siklus ke-2 dengan rumus persentase

peningkatan nilai mencapai 51%. Hal tersebut membuktikan, bahwa pembelajaran

siklus ke-2 telah berhasil, karena mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata

baik, yaitu 80,74.

Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu penggunaan media audio visual

(pemutaran film) dapat meningkatkan kemampuan dalam memahami cerita. Hal

ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa di siklus 1 hanya 65,03, dan pada siklus

2 nilai rata-rata pembelajaran mencapai 80,74. Maka selisih nilai mencapai 15,71

dan mengalami peningkatan sebesar 51%.

Kata Kunci: Kemampuan Pemahaman Cerita, Media Audio Visual.

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

ii

ABSTRACT

MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. Increasing ability

Understanding of Story VII-D Students with Audio Visual Media Utilization

(Malin Kundang Movie)” in Islamic Junior High School Al-Alawiyah 2014/2015.

Departement of Education Indonesian Language and Literature Faculty of

Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta.

Advisor: Drs. Cecep Suhendi, M.Pd. 2014.

This research aims to enhance ability understanding of story by using audio-

visual media (movie screening Malin Kundang). The research was conducted ini

Islamic Junior High School Yayasan Education Islamic Al-Alawiyah. The

problem that arises is students difficult to understanding of story learning. Based

on these problems, the authors formulated the problem on improving ability

understanding of story learning by using audio-visual media (movie screening

Maling Kundang) in VII-D Students Islamic Junior High School Yayasan

Education Islamic Al-Alawiyah.

The method used was Classroom Action Research. Research Subject in VII-D

classes were 31 students. Data obtained from observation sheets, students, and

field notes state that the student‟s are not enthuisastic in saying questions and

arguments. Based on these data, so, the searcher conducted two cycles in the act

of learning. In action learning cycle 1 producted an average 65,03 is less

categories, but there are any students get good scores. Because that, the research

conducted action learning cycle-2. The analysis cycle-2 with formula percentage

increase in the value reached 51%. It is proved that learnig cycle-2 has been

successful, due to asignificant increase in the average value of 80,74 wich is good.

The conclusion of this study is the uese of audio visual media (movie

screening) can improve understanding ability students of story learning. This is

evidence by the avarage value of the first cycle of students reached 65,03 and the

average value of the learning cycle-2 reached 80,74. So the difference in value

reaching 15,71 and an increase of 51%.

Keywords: Ability Understanding of Story, Audio-Visual Media.

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur ke hadirat Allah Swt., karena atas

rahmat dan hidayah-Nya, kegiatan penyusunan skripsi dapat terselesaikan dengan

baik. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad Saw., semoga syafa‟atnya selalu menyertai kita semua sampai akhir

zaman. Semoga cahaya keberkahan ilmu selalu menaungi kehidupan kita semua.

Amin.

Penulis berusaha menyajikan skripsi yang terbaik supaya dapat

dikembangkan menjadi tesis yang lebih baik lagi. Penulis menyadari, bahwa

dalam proses penyusunan skripsi ini banyak sekali kesulitan dan hambatan. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, M.A, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Hindun, M.Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang memotivasi penulis untuk dapat segera

menyelesaikan skripsi.

3. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik

yang selalu sabar membimbing dan memotivasi penulis, sehingga penulis

semangat untuk segera menyelesaikan skripsi.

4. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang selalu sabar

dalam membimbing penulis, dan memberikan motivasi yang membangun,

serta rela meluangkan waktunya sampai penyusunan skripsi ini selesai

dengan baik.

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah ikhlas

memberikan ilmu yang bermanfaat.

6. Teristimewa, kedua orangtua penulis yang penulis cintai dan sayangi. Ibu

yang telah merawat dan menjaga dengan penuh kasih sayang, dan Abi

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

iv

(Alm. H. Syahroni Muchtasor) yang selalu memberikan dukungan lahir

dan batin ketika penulis masih duduk di semester I-IV. Semoga Abi

ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Allah Swt. Ketiga adik penulis,

yaitu Nurul Fadli, Chairunnida Aulia, dan Lisda Syahriani, yang selalu

membantu penulis untuk terus semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga Besar YPI Al-Alawiyah yang telah mengizinkan, membantu

penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan kesempatan penulis

menjadi seorang guru di MTs.

8. Husni Maryani, S.Pd., selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia, yang

telah mengizinkan penulis mengadakan penelitian di kelasnya, selalu

memberikan semangat dan arahan yang baik selama penelitian

berlangsung.

9. Siswa-siwi MTs Al-Alawiyah yang penulis banggakan, terkhusus siswa-

siswi MTs kelas VII-D Tahun Pelajaran 2014/2015. Terima kasih atas

segala partisipasinya selama diajar oleh penulis.

10. Teman-teman tercinta dan seperjuangan Angkatan 2010, Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

selalu membantu dan menyemangati sampai skripsi ini terselesaikan.

11. Teruntuk Irina Widyaningsih dkk, yang selalu mendukung dan

menyemangati penulis tanpa lelah, serta memberikan arahan juga masukan

yang sangat bermanfaat sampai skripsi ini selesai dengan baik.

Penulis berharap dan berdoa kepada Allah Swt., semoga seluruh pengorbanan

dan kesabaran mendapatkan hasil yang baik, dan bermanfaat untuk semuanya

(Barakallah fidduniya walaakhirah). Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 19 Desember 2014

Muhammad Alfinur

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii

DAFTAR ISI....................................................................................................... v

DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah................................................................................. 5

C. Pembatasan Masalah................................................................................ 5

D. Rumusan Masalah.................................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian...................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian.................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Cerita dan Pemahaman Cerita..................................................... 8

B. Pengertian Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik.............................................. 9

C. Memahami Unsur Instrinsik Cerita.......................................................... 10

D. Manfaat Cerita bagi Anak........................................................................ 28

E. Klasifikasi Cerita Anak............................................................................ 31

F. Pengertian Media Pembelajaran............................................................... 36

G. Manfaat Media dalam Pembelajaran........................................................ 36

H. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran.............................. 40

I. Media Audio Visual................................................................................. 44

J. Film.......................................................................................................... 47

K. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran.................................................. 50

L. Penelitian Relevan.................................................................................... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan W aktu Penelitian................................................................... 53

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

vi

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian................................ 53

C. Subjek Penelitian....................................................................................... 57

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 57

E. Analisis Data............................................................................................. 60

F. Pengajuan Konseptual............................................................................... 61

G. Hipotesis Tindakan.................................................................................... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Madrasah........................................................................................ 62

B. Hasil Penelitian........................................................................................ 69

C. Analisis Data........................................................................................... 103

D. Interpretasi Hasil..................................................................................... 113

E. Pembahasan Temuan Penelitian.............................................................. 114

BAB V PENUTUP

A. Simpulan................................................................................................. 116

B. Saran....................................................................................................... 117

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

Uji Referensi

Biodata Penulis

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Observasi Siswa....................................................................................... 58

Tabel 2 Kisi-kisi Angket....................................................................................... 59

Tabel 3 Jumlah Personil di Madrasah YPI Al-Alawiyah..................................... 63

Tabel 4 Data Kegiatan Guru dalam pembelajaran Pra Siklus.............................. .74

Tabel 5 Hasil Persentase (%) Observasi Tingkah Laku Siswa Pra-Siklus........... .75

Tabel 6 Data Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus 1................................ .81

Tabel 7 Hasil Persentase (%) Observasi Tingkah Laku Siswa Siklus 1................82

Tabel 8 Nilai Siklus 1........................................................................................... .84

Tabel 9 Nilai Tertinggi dan Terendah Siswa Siklus 1...........................................86

Tabel 10 Data Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus 2................................ 95

Tabel 11 Lembar Observasi Tingkah Laku Siswa Siklus 2...................................95

Tabel 12 Rekapitulasi Hasil Pembelajaran Siklus 2..............................................96

Tabel 13 Nilai Pembelajaran Siklus 2.................................................................. 98

Tabel 14 Hasil Analisis Angket Penggunaan Media Audio Visual.................... 100

Tabel 15 Urutan Nilai Terendah dan Tertinggi Siswa Siklus 1.......................... 103

Tabel 16 Urutan Nilai Terendah sampai Tertinggi Pembelajaran Siklus 2........ 103

Tabel 17 Rekapitulasi Hasil Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2...................... 104

Tabel 18 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus 1........................................... 105

Tabel 19 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus 2........................................... 106

Tabel 20 Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Nilai Siswa Siklus 1............ 108

Tabel 21 Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Nilai Siswa Siklus 2.............109

Tabel 22 Kenaikan Lembar Observasi Tingkah Laku Siswa Siklus 1 dan 2.......111

Tabel 23 Data Kegiatan Guru pada Siklus 1 dan Siklus 2.................................. 112

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Pra-Siklus

Lampiran 2 RPP Siklus 1

Lampiran 3 RPP Siklus 2

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus 1

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Siklus 2

Lampiran 6 Lembar Angket

Lampiran 7 Lembar Wawancara

Lampiran 8 Lembar Catatan Lapangan

Lampiran 9 Foto Kegiatan Penelitian

Lampiran 10 Daftar Kehadiran Siswa Kelas VII-D

Lampiran 11 Surat-sura

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai

kesibukan yang menuntut sejumlah keterampilan, salah satunya yaitu

keterampilan berbahasa. Dialog dalam lingkungan keluarga, antaranak dan

orangtua, antarorangtua, antaranak menuntut keterampilan berbahasa. Manusia

merupakan makhluk sosial. Mereka selalu hidup berkelompok, mulai dari

kelompok kecil sampai kelompok besar. Interaksi antarwarga kelompok

ditopang dan didukung oleh alat komunikasi vital yang mereka miliki

bersama, yakni bahasa.

Di mana ada kelompok manusia, maka pasti di situ ada bahasa. Bahasa

merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi satu sama lain.

Berbicara mengenai bahasa, maka tidak terlepas dari yang namanya

keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa merupakan aspek-aspek

yang membantu seseorang untuk bisa berbahasa dengan baik. Keterampilan

berbahasa terdiri dari empat komponen, yaitu keterampilan menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis.

Keterampilan menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang

paling tua di antara keterampilan berbahasa lainnya. Jauh sebelum manusia

mengenal tulisan, keterampilan menyimak dan berbicara sudah digunakan

oleh manusia sebagai alat komunikasi. Selain dua keterampilan tersebut, dua

keterampilan lainnya, yaitu keterampilan membaca dan menulis diperoleh

ketika seseorang sudah menginjakkan kakinya di bangku sekolah.

Belajar merupakan suatu proses untuk mengubah diri yang awalnya tidak

tahu tentang sesuatu menjadi tahu. Proses pengubahan diri pada anak

membutuhkan waktu yang relatif lama dan secara perlahan-lahan. Proses

berdasarkan tempat belajar anak yang pertama kali diperoleh, yaitu di

lingkungan keluarga, karena keluarga adalah tempat atau wadah yang paling

primer atau pokok yang diterima si anak. Salah satu contohnya, yaitu

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

2

pengajaran berbicara. Pengajaran berbicara bertujuan mengajarkan anak untuk

bisa berbahasa.

Bahasa yang pertama kali diperoleh si anak adalah bahasa ibunya. Pada

proses ini, seorang anak akan mulai menyimak dan menirukan bunyi-bunyi

yang tidak terlalu kompleks, seperti “Ma,” atau “Yah,” dan sebagainya. Ketika

anak sudah mulai masuk ke jenjang dunia sekolah, ia akan mengenali

keterampilan berbahasa lainnya, yaitu membaca dan menulis. Keterampilan

ini merupakan urutan yang sistematis. Pada lingkungan keluarga, anak belajar

menyimak dan berbicara, dan ketika memasuki dunia sekolah ia akan

memperoleh keterampilan membaca dan menulis.

Anak merupakan buah hati yang menjadi kebanggaan bagi orangtuanya.

Selama dalam masa perkembangan, tahap demi tahap selalu dinantikan oleh

orangtuanya. Bahkan, dalam setiap hal yang menunjukkan perkembangan

selalu dicatat untuk dijadikan memori oleh orangtuanya, fungsinya agar ketika

dewasa, anak itu akan melihat sendiri catatan tentang dirinya. Begitu detailnya

orangtua dalam memperhatikan anaknya, sampai kepada sesuatu yang bersifat

kecil.

Berbagai upaya dilakukan oleh orangtua, guna untuk membuat anaknya

menjadi anak yang bermanfaat bagi lingkungannya, dan terkhusus bagi

orangtuanya. Orangtua begitu senang melihat anaknya tumbuh dan

berprestasi. Harapan orangtua terhadap anak adalah agar nasibnya tidak

sesama dengannya. Doa dan harapan orangtua adalah restu bagi anak-

anaknya.

Dunia pendidikan seperti sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah, sama-

sama saling bekerja keras untuk mencetak generasi muda yang berprestasi.

Untuk dapat mencapai hasil yang optimal, dibutuhkan adanya kerja keras

masing-masing pihak yang terlibat, seperti kepala sekolah, guru, dan berbagai

pihak yang ada di sekolah, bahkan siswa itu sendiri juga ikut terlibat. Ketika

adanya kerja sama yang terintegrasi, tidak menutup kemungkinan sekolah

akan maju dan dapat mencetak generasi-generasi yang berilmu pengetahuan.

Tujuan seorang anak disekolahkan, yaitu supaya anak bisa belajar dan

menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan. Ketika anak memperoleh

Page 15: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

3

ilmu pengetahuan, maka anak akan terbiasa hidup dengan ilmu. Anak yang

mempelajari ilmu, dan menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya,

maka secara tidak langsung ia telah mengalami suatu proses yang lebih baik,

yakni yang awalnya belajar, lalu sudah bisa menerapkannya. Sekolah memiliki

peranan penting dalam mengolah dan mendidik manusia menjadi manusia

yang seutuhnya.

Pada proses pembelajaran, berbagai upaya dilakukan oleh guru untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan. Pembelajaran yang aktif, kreatif dan

inovatif serta menyenangkan akan membawa proses belajar menjadi lebih

hidup. Pembelajaran tidak hanya berdasar kepada salah satu buku atau dengan

buka buku, akan tetapi bisa dikombinasikan dengan cerita-cerita atau hal-hal

yang membuat anak tidak jenuh di kelas.

Selama ini, masih banyak guru yang menyampaikan ilmu pengetahuan

secara lisan, dan anak lebih cenderung hanya mendengarkan. Penggunaan cara

seperti itu, pelajaran yang disampaikan pun akan sulit dimengerti oleh anak

didik. Salah satu pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran

cerita. Cerita merupakan sarana untuk menyampaikan ide atau pesan melalui

serangkaian penataan yang baik dengan tujuan agar pesan menjadi lebih

mudah diterima dan memberikan dampak yang lebih luas dan banyak pada

sasaran.

Di zaman yang sudah penuh teknologi saat ini, pemanfaatan media sangat

penting digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran. Media sebagai

pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media juga sebagai

alat bantu komunikasi. Sekarang sudah banyak sekali media yang digunakan

oleh sekolah dalam penunjang proses pembelajaran, baik berupa media audio,

visual, dan juga audio visual. Media dalam proses pembelajaran menunjang

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.

Para guru dituntut agar mampu menggunakan media yang dapat

disediakan di sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat atau media

tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-

kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun

sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai

Page 16: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

4

tujuan pengajaran yang diharapkan. Media membawa kemudahan bagi orang

yang menggunakannya.

Di samping menggunakan media yang tersedia, guru juga dituntut untuk

dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan

digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Salah satu fungsi dari

hadirnya media dalam dunia pembelajaran, yakni dapat menggambarkan

sesuatu yang abstrak menjadi nyata dan dapat dilihat. Media dalam

pembelajaran, membuat proses pembelajaran menjadi terbantu, dan guru

semakin mudah untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.

Peningkatan interpretasi pemahaman anak terhadap cerita, guru bisa

memanfaatkan salah satu media pembelajaran, yaitu media audio visual.

Media audio visual merupakan perpaduan antara media audio dan visual. Hasil

yang dihasilkan dari media ini yaitu, keluaran dari tampilannya berbentuk

sesuatu yang dapat didengar dan dapat dilihat, sehingga anak dalam melihat

cerita semakin lebih mudah dipahami dan diresapi.

Media audio visual sebagai penunjang dalam menampilkan cerita

membawa suatu resepsi bagi anak. Media audio visual yang dihasilkan bisa

penampilan atau diputar dalam bentuk kaset, film atau video yang

memunculkan suara dan dapat dilihat oleh anak. Anak akan lebih mudah

memahami cerita, mengambil sari makna atau nilai-nilai yang terkandung,

yang bisa diterapkan anak dalam hidupnya.

Metode ini turut membantu dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan

media belajar dalam proses pembelajaran lebih menggerakkan indera yang

dimiliki anak, baik pendengaran, perasaan, pengelihatan, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, peneliti meneliti tentang: Peningkatan Kemampuan

Pemahaman Cerita melalui Media Audio Visual di Kelas VII-D Madrasah

Tsanawiyah Al-Alawiyah Kranji–Bekasi Barat. Penelitian ini penting

dilakukan untuk menggali potensi diri siswa dalam memahami unsur-unsur

instrinsik cerita (tema, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut padang dan

amanat) melalui media audio visual, yaitu dengan pemutaran film drama

Malin Kundang. Pemilihan media audio visual berupa pemutaran film drama

Page 17: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

5

Malin Kundang, diharapkan siswa dapat lebih antusias, dan mudah dalam

memahami isi ceritanya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang akan dibahas dalam

laporan peneletian, yaitu sebagai berikut:

1. Minimnya penggunaan media pembelajaran, khususnya yaitu media audio

visual dalam pembelajaran cerita, sehingga perhatian dan daya tarik siswa

kurang terhadap materi yang sedang dijelaskan.

2. Sulitnya siswa dalam memahami, dan merefleksikan pelajaran cerita.

3. Sulitnya menghadirkan cerita yang bersifat abstrak dalam proses

pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti merasa perlu membatasi masalah yang akan

dibahas supaya lebih jelas dan khusus. Permasalahan yang terjadi dalam

penelitian ini, bahwa perhatian dan daya tarik siswa kurang dalam

pembelajaran cerita, sehingga pemahaman siswa terhadap materi sangat rendah

Minimnya penggunaan media (audio visual) di dalam pembelajaran, dapat

menyulitkan guru dalam menghadirkan materi yang bersifat abstrak dalam

proses pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada Peningkatan

Kemampuan Pemahaman Cerita melalui Media Audio Visual di Kelas VII-D

Madrasah Tsanawiyah Al-Alawiyah Kranji–Bekasi Barat Tahun Pelajaran

2014/2015.

D. Perumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemahaman cerita melalui media

audio visual (pemutaran film drama Malin Kundang) selama proses

pembelajaran

Page 18: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

6

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi cerita,

ketika media pembelajaran khususnya media audio visual (pemutaran film

drama Malin Kundang) digunakan dalam proses pembelajaran?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman cerita melalui media

audio visual (pemutaran film drama Malin Kundang) selama proses

pembelajaran.

2. Untuk melihat peningkatan hasil yang diperoleh dalam pelajaran cerita,

ketika media pembelajaran khususnya media audio visual (pemutaran film

drama Malin Kundang) digunakan dalam proses pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Manfaat Teoritis:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan

teknologi, baik itu di lingkungan lembaga institusi (madrasah) maupun

selama menjalani proses pembelajaran di perkuliahan.

2. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat menambah referensi dalam

merumuskan strategi pembelajaran yang kreatif, dan meningkatkan mutu

pendidikan di lingkungan ketenagapendidikan.

3. Bagi lembaga institusi, penelitian ini dapat menambah sumber referensi

ilmiah yang berguna bagi madrasah sebagai implikasi untuk mencetak

generasi-generasi yang memiliki tingkat intelektual yang diakui oleh

masyarakat.

Manfaat Praktis:

1. Pada penelitian ini, peserta didik diharapkan dapat memperoleh perubahan-

perubahan dalam dirinya dalam proses pembelajaran, seperti lebih aktif

bertanya, lebih berani mengungkapkan sesuatu yang ingin disampaikannya,

dan meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.

Page 19: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

7

2. Bagi guru, penelitian ini dapat menambah referensi guru dalam

melaksanakan pembelajaran, menambah strategi dan metode pembelajaran,

sehingga membuat siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar.

3. Bagi madrasah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam

proses pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, inovatif.

Page 20: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

8

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

A. Hakikat Cerita dan Pemahaman Cerita

“Cerita merupakan sarana untuk menyampaikan ide atau pesan melalui

serangkaian penataan yang baik dengan tujuan agar pesan menjadi lebih mudah

diterima dan memberikan dampak yang lebih luas dan banyak pada sasaran.”1

Bercerita adalah perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan

dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.

dengan demikian, bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai

upaya memengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu.

Cerita dibedakan dengan cerita untuk anak. Cerita anak adalah cerita

tentang kehidupan anak, baik suka maupun dukanya dalam keluarga dan

masyarakat, sedangkan, cerita untuk anak adalah cerita yang diperuntukkan

bagi anak, baik cerita yang menyangkut kehidupan anak maupun cerita tentang

binatang, cerita para tokoh yang berjasa bagi bangsanya, cerita tentang alam,

dan cerita kepercayaan. Kedua cerita ini bermanfaat untuk pendidikan dan

pembentukan pribadi anak. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat

disimpulkan, bahwa hakikat cerita anak adalah karangan imajinatif tentang

kehidupan anak.

Pada hakikatnya, cerita adalah kisah tentang kejadian suatu tempat,

kehidupan binatang sebagai perlambangan kehidupan manusia, kehidupan

manusia dalam masyarakat, dan cerita tentang mite yang hidup di dalam

masyarakat, kapan dan di mana cerita itu terjadi. Cerita pada awalnya

disampaikan secara lisan, kemudian berkembang menjadi bahan cetakan

berupa buku, kaset, video kaset, dan film. Demikian pula bahan cerita ini

berkembang terus sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

perkembangan teknologi. Cerita yang baik adalah cerita yang dapat

menyampaikan pesan kepada sasarannya. Untuk itu, perlu memiliki konsep

dasar yang jelas.

1 Sihabuddin dkk, Bahasa Indonesia 2: Learning Assistance for Islamic Schools Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah, (2009), h. 8-7.

Page 21: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

9

“Sadiman mengatakan, bahwa pemahaman adalah suatu kemampuan

seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan

sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.

Selain itu, Suharismi mengatakan, bahwa pemahaman (comprehension) adalah

bagaimana sesorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates),

menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberi

contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.”2

“Pengertian pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.”3

Dari beberapa pengertian tentang pemahaman di atas, dapat disimpulkan,

bahwa pemahaman adalah sesatu hal yang dipahami dengan baik, baik dalam

mengartikan, menafsirkan, dan menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri

berdasarkan pada pengetahuan yang dimilikinya.

Berdasarkan hakikat pemahaman dan cerita di atas, dapat disimpulkan,

bahwa pemahaman cerita, yaitu seseorang (siswa) mampu memahami,

mengerti, mengartikan, menceritakan kembali dan menafsirkan unsur-unsur

(instrinsik) yang terkandung di dalam cerita.

B. Pengertian Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik

Sebuah karya fiksi yang jadi merupakan sebuah bangun cerita yang

menampilkan sebuah dunia yang sengaja dikreasikan pengarang. Unsur-unsur

pembangun sebuah novel–yang kemudian secara bersama membantuk sebuah

totalitas itu –di samping unsur formal bahasa, masih banyak lagi macamnya.

Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur instrinsik dan ekstrinsik.

Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai

karya sastra, unsur-unsur secara faktual akan dijumpai jika orang membaca

karya sastra. Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang (secara langsung)

membangun cerita. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagaian saja,

misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang

penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.4

2 Referensi Belajar Anak Indonesia dalam http://www.duniapelajar.com/2011/09/02/definisi-

pemahaman-menurut-para-ahli/, diunduh pada 11 Januari 2015.

3 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 811.

4 Burhanudin Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2012), h.. 23.

Page 22: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

10

Di pihak lain, unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar

karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau

sistem organism karya sastra. Secara lebih khusus, ia dapat dikatakan sebagai

unsur-unsur yang memengaruhi bangun cerita, namun sendiri tidak ikut

menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup

berpengaruh (untuk tidak dikatakan: cukup menentukan) terhadap totalitas

bangun cerita yang dihasilkan.

Sebagaimana halnya unsur instrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari

sejumlah unsur. Unsur-unsur yang dimaksud antara lain: keadaan

subjektivitas individu pengarang yang memiliki sifat, keyakinan, dan

pandangan hidup yang kesemuanya itu akan memengaruhi karya yang

ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi pengarang akan turut menentukan

corak karya yang dihasilkannya.

Unsur ekstrinsik berikutnya adalah psikologi dalam karya. Keadaan

lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan

berpengaruh terhadap karya sastra, dan hal itu merupakan unsur ekstrinsik

pula. Unsur ekstrinsik yang lain misalnya pandangan hidup suatu bangsa,

berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya.5

C. Memahami Unsur Instrinsik Cerita

Pada umumnya, para ahli membagi unsur instrisik cerita (prosa rekaan)

atas alur (plot), tokoh, watak, penokohan, latar cerita (setting), sudut pandang,

gaya bahasa, amanat, dan tema. “Siswanto menambahkan satu unsur lagi,

yaitu gaya penceritaan."6. Berikut akan dijelaskan secara singkat.

1. Tokoh, Watak, dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan,

sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan

menampilkan tokoh disebut penokohan .Tokoh dalam karya rekaan selalu

mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu.

Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut

perwatakan.

5 Ibid., h. 22-24.

6 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: P.T. Grasindo, 2008), h. 142.

Page 23: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

11

Ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat

dibedakan atas: (a) tokoh primer, (b) tokoh sekunder atau bawahan, (c)

tokoh komplementer (tambahan).

Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah

cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus,

sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada

tokoh yang dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu

pun mungkin dalam porsi penceritaan yang terlalu pendek. Tokoh yang

disebut pertama adalah tokoh utama cerita, sedangkan yang kedua adalah

tokoh tambahan.

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Ia

merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku

kejadian, maupun yang dikenai kejadian. Karena tokoh utama paling

banyak diceritakan, dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia

sangat menetukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir

sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang

memengaruhi perkembangan plot

Di pihak lain, pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita

lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada

keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tidak

langsung. Tokoh utama adalah yang dibuat sinopsisnya, yaitu dalam

kegiatan pembuatan sinopsis, sedangkan tokoh tambahan biasanya

diabaikan.7

Ditinjau dari perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat

dibedakan atas: (a) tokoh dinamis, dan (b) tokoh statis. Tokoh dinamis

adalah tokoh yang kepribadiannya selalu berkembang. Sebagai contoh,

tokoh yang semula jujur, karena terpengaruh oleh temannya yang serakah,

akhirnya menjadi tokoh yang tidak jujur. Tokoh ini menjadi jujur kembali

setelah sadar, bahwa dengan tidak jujur, penyakit jantungnya semakin

parah, sedangkan tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian

yang tetap.

7 Nurgiyantoro, op. cit., h. 176-177.

Page 24: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

12

Bila dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh, dapat dibedakan atas

tokoh yang mempunyai: (a) karakter sederhana, dan (b) kompleks. Tokoh

yang mempunyai karakter sederhana adalah tokoh yang hanya

mempunyai karakter seragam atau tunggal, sedangkan tokoh yang

mempunyai karakter kompleks adalah tokoh yang mempunyai

kepribadian yang kompleks, misalnya tokoh yang di mata masyarakat

dikenal sebagai orang yang dermawan, pembela kaum miskin, berusaha

mengentaskan kemiskinan, ternyata ia juga bandar judi.

Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam

tokoh sederhana, dan tokoh kompleks atau bulat. Pembedaan tersebut

berasal dari foster dalam bukunya Aspect of the Novel yang terbit pertama

kali 1927. Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh

yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak yang

tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia, ia tidak diungkap berbagai

kemungkinan sisi kehidupannya. Ia tidak memiliki sifat dan tingkah laku

yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah

laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya

mencerminkan satu watak tertentu.Tokoh sederhana dapat saja melakukan

berbagai tindakan, namun semua tindakannya itu akan dapat

dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang telah diformulakan

itu.8

Tokoh bulat atau tokoh kompleks berbeda dengan tokoh sederhana,

adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi

kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki

watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula

menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan

mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga.

Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai

kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di samping memiliki

berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan

kejutan. Tokoh juga lebih sulit dipahami, terasa kurang familiar, karena

yang ditampilkan yaitu tokoh-tokoh yang kurang akrab dan kurang

8 Ibid.,h. 181.

Page 25: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

13

dikenal sebelumnya. Tingkah lakunya sering tidak terduga, dan

memberikan efek kejutan bagi pembaca.9

“Sukada dalam Teori Pengkajian Fiksi merangkum keempat

pembagian di atas menjadi: (a) tokoh datar, dan (b) tokoh bulat. Tokoh

datar adalah tokoh yang sederhana dan bersifat statis, sedangkan tokoh

bulat adalah tokoh yang memiliki kekompleksitasan watak dan bersifat

dinamis.”10

Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-

tokoh cerita, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis, tidak

berkembang dan tokoh dinamis, tokoh berkembang. Tokoh statis adalah

tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau

perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa

yang terjadi. Tokoh jenis ini tampak seperti kurang terlibat dan tidak

berpengaruh adanya perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi karena

adanya hubungan antarmanusia. Tokoh statis memiliki sikap dan watak

yang relatif tetap, tidak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita.

Tokoh berkembang, di pihak lain, adalah tokoh cerita yang

mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan

perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Ia

secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial

maupun yang lain, yang kesemuanya itu akan memengaruhi sikap, watak,

dan tingkah lakunya.

Adanya perubahan-perubahan yang terjadi di luar dirinya, dan adanya

hubungan antarmanusia yang memang bersifat saling memengaruhi itu,

dapat menyentuh kejiwaannya dan dapat menyebabkan terjadinya

perubahan dan perkembangan sikap dan wataknya. “Sikap dan watak

tokoh berkembang, dengan demikian akan mengalami perkembangan atau

perubahan dari awal, tengah, dan akhir cerita, sesuai dengan tuntutan

koherensi cerita secara keseluruhan.”11

Dalam penokohan yang bersifat statis, dikenal adanya tokoh hitam

(dikonotasikan sebagai tokoh jahat) dan putih (dikonotasikan sebagai

tokoh baik), yaitu tokoh yang statis hitam dan statis putih. Artinya, tokoh-

9 Ibid., h. 183.

10

Ibid., h. 188.

11 Ibid.,h. 188.

Page 26: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

14

tokoh tersebut sejak awal kemunculannya hingga akhir cerita terus-

menerus bersifat hitam-putih, yang hitam tidak pernah berunsur putih, dan

yang putih pun tidak diungkapkan unsur kehitamannya.

Tokoh hitam adalah tokoh yang benar-benar hitam, yang seolah-olah

telah tercetak biru secara demikian, dan yang tampak hanya melulu sikap,

watak, dan tingkah lakunya yang jahat dan tidak pernah diungkapkan

unsur-unsur kebaikannya dalam dirinya, walau sebenarnya pasti ada.

sebaliknya, tokoh putih pun seolah-olah juga telah tercetak biru, selalu

saja baik, dan tidak pernah berbuat sesuatu yang tergolong tidak baik,

walau pernah sekali dua kali berbuat hal demikian.12

Dilihat dari watak yang dimiliki tokoh, dapat dibedakan atas: (a)

tokoh protagonis, dan (b) tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh

yang disukai pembaca atau penontonnya. Biasanya, watak tokoh semacan

ini adalah watak yang baik dan positif, sedangkan tokoh antagonis adalah

tokoh yang wataknya dibenci pembaca atau penontonnya. Tokoh ini

biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negatif.

Dilihat dari fungsi penampilan tokoh, dapat dibedakan ke dalam tokoh

protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang

dikagumi–yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero–tokoh

yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai, nilai yang ideal.

Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan,

dan harapan pembaca.13

Sebuah fiksi harus mengandung konflik, ketegangan, khususnya

konflik dan ketegangan yang dialami oleh tokoh protagonis. Tokoh

penyebab terjadinya konflik disebut tokh antagonis. Tokoh antagonis,

barangkali dapat disebut, beroposisi dengan tokoh protagonis, secara

langsung ataupun tidak langsung, baik secara fisik maupun batin. Konflik

yang dialami oleh tokoh protagonis tidak harus hanya yang disebabkan

oleh tokoh antagonis seorang, beberapa orang individu yang dapat

ditunjuk secara jelas. Hal itu bisa disebabkan, seperti bencana alam,

kecelakaan, nilai-nilai moral, kekuasaan, dan kekuatan yang lebih

tinggi.14

Selain itu, “dalam literer dikenal adanya tokoh mayor dan tokoh

minor. Tokoh mayor adalah tokoh yang memiliki peranan penting atau

12 Ibid.

13

Ibid., h. 178-179.

14 Ibid.

Page 27: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

15

utama di dalam sebuah novel.”15

sedangkan tokoh minor kebalikan dari

tokoh mayor, yaitu tokoh yang tidak memiliki peranan penting atau bukan

yang utama.

“Boulton dalam Teori Pengkajian Fiksi mengungkapkan, bahwa cara

sastrawan menggambarkan atau menampilkan tokohnya dapat menempuh

berbagai cara. Dalam cerita fiksi, pelaku dapat berupa manusia atau tokoh

makhluk lain yang diberi sifat seperti manusia, misalnya kancil, kucing,

kaset, dan sepatu.”16

Ada beberapa cara untuk memahami watak tokoh. Cara itu adalah

melalui (1) tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya, (2)

gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan

kehidupannya maupun cara berpakaiannya, (3) menunjukkan bagaimana

perilakunya, (4) melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya

sendiri, (5) memahami bagaimana jalan pikirannya, (6) melihat

bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya, (7) melihat tokoh lain

berbincang dengannya, (8) melihat bagaimanakah tokoh-tokoh yang lain

itu memberi reaksi terhadapnya, dan (9) melihat bagaimana tokoh itu

dalam mereaksi tokoh yang lain.

2. Latar Cerita (Setting)

“Abrams dalam Pengantar Teori Sastra mengatakan, bahwa latar

atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.”17

Leo Hamalian dan Frederic R. Karell, dalam Pengantar Teori Sastra

mengatakan, bahwa latar cerita dalam karya fiksi bukan hanya berupa

tempat, waktu, peristiwa, suasana serta benda-benda dalam lingkungan

tertentu, tetapi juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan

sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun gaya hidup suatu masyarakat

dalam menanggapi suatu problem tertentu.18

15 Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2010), h. 63.

16 Nurgiyantoro, loc. cit.

17

Siswanto, op.cit., h. 149.

18 Ibid.

Page 28: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

16

Kenney mengungkapkan dalam Pengantar Teori Sastra, bahwa

cakupan latar cerita dalam cerita fiksi meliputi: penggambaran lokasi

geografis, pemandangan perincian perlengkapan sebuah ruangan,

pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu berlakunya

kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya sebuah tahun, lingkungan

agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh.19

“Unsur prosa cerita yang disebut latar ini menyangkut tentang

lingkungan geografi, sejarah, sosial, dan bahkan kadang-kadang

lingkungan politik atau latar belakang tempat kisah itu berlangsung.”20

“Istilah latar atau setting berkaitan dengan elemen-elemen yang

memberikan kesan abstrak tentang lingkungan, baik tempat maupun

waktu, yaitu para tokoh menjalankan perannya.”21

Dari beberapa pengertian di atas, bahwa dapat disimpulkan bahwa

latar atau setting merupakan tempat, waktu dan lingkungan yang

dijadikan sebagai keterangan dari peristiwa-peristiwa yang ada di dalam

cerita.

“Hudson membagi setting atas: (a) setting sosial, dan (b) setting fisik.

Setting sosial menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok

sosial, dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain

yang melatari peristiwa. Latar fisik mengacu pada wujud fisikal, yaitu

bangunan, daerah, dan sebagainya.”22

Tidak semua jenis latar cerita itu ada di dalam sebuah cerita rekaan.

Mungkin dalam sebuah cerita rekaan, latar cerita yang menonjol adalah

latar waktu dan tempat. Mungkin di cerita lainnya yang menonjol adalah

latar sosial. Penggambaran latar ini ada yang terperinci, ada pula yang

tidak. Ada latar yang dijelaskan secara persis seperti kenyataannya; ada

yang gabungan antara kenyataan dan khayalan; ada juga latar yang

merupakan hasil imajinasi pengarangnya

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,

waktu, dan sosial.

19 Ibid.

20

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarya: Kanisius, 1988), h. 71.

21 Aziez dan Hasim,op.cit., h. 74.

22

Siswanto, loc. cit.

Page 29: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

17

a. Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang

dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu,

inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Latar tempat

tanpa nama jelas biasanya hanya berupa penyebutan jenis dan sifat

umum temapat-tempat tertentu, misalnya desa, sungai, jalan, hutan,

kota, kota kecamatan, dan sebagainya.

Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah

mencerminkan, atau paling tidak, tidak bertentangan dengan sifat dan

keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Masing-masing tempat

tentu saja memilki karakternya sendiri yang membedakannya dengan

tempat-tempat lain. “Latar tempat dalam sebuah cerita biasanya

meliputi lokasi. Ia akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat

lain sejalan dengan perkembangan plot dan tokoh.”23

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu

faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan

peristiwa sejarah.

Masalah waktu dalam karya naratif, Genette, mengatakan, bahwa

dapat bermakna ganda: di satu pihak menyaran pada waktu

penceritaan, waktu penulisan cerita, dan di pihak lain menunjuk pada

waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita.

Latar waktu harus juga dikaitkan dengan latar tempat (juga: sosial)

sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Keadaan suatu

yang diceritakan mau tidak mau harus mengacu pada waktu tertentu,

karena tempat itu akan berubah sejalan dengan perubahan waktu.24

23 Nurgiantoro, op. cit., h. 227-229.

24

Ibid., h. 230.

Page 30: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

18

c. Latar Sosial

Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan

dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup

berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat

berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinanm pandangan

hidup, cara berpikir dan bersikap.

Latar sosial memang dapat secara meyakinkan menggambarkan

suasana kedaerahan, local color, warna setempat daerah tertentu

melalui kehidupan sosial masyarakat. Di samping berupa hal-hal yang

telah dikemukakan, ia dapat pula berupa dan diperkuat dengan

penggunaan bahasa daerah atau dialek-dialek tertentu.

“Selain penggunaan bahasa daerah, masalah penamaan tokoh

dalam banyak hal juga berhubungan dengan latar sosial. Latar sosial

merupakan bagian latar secara keseluruhan. Jadi, ia berada dalam

kepaduannya dengan unsur latar yang lain, yaitu unsur tempat dan

waktu.”25

3. Sudut Pandang

“Aminuddin dalam Pengantar Teori Sastra, mengatakan, bahwa

sudut pandang diartikan sebagai cara pengarang menampilkan para pelaku

dalam cerita yang dipaparkannnya.”26

Hary Shaw dalam Pengantar Teori Sastra menyatakan, bahwa sudut

pandang terdiri atas: (1) sudut pandang fisik, yaitu posisi dalam waktu

dan ruang yang digunakan pengarang dalam pendekatan materi cerita, (2)

sudut pandang mental, yaitu perasaan dan sikap pengarang terhadap

masalah dalam cerita, dan (3) sudut pandang pribadi, yaitu hubungan

yang dipilih pengarang dalam membawa cerita; sebagai orang pertama,

kedua, atau ketiga. Sudut pandang pribadi dibagi atas (a) pengarang

menggunakan sudut pandang tokoh, (b) pengarang menggunakan sudut

pandang tokoh bawahan, dan (c) pengarang menggunakan sudut pandang

yang impersonal: ia sama sekali berdiri di luar cerita.27

25 Ibid., h. 233, 237.

26

Siswanto, op.cit., h. 152.

27 Ibid.

Page 31: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

19

“Abrams mengatakan dalam Teori Pengkajian Fiksi, bahwa, sudut

pandang, point of view, menyarankan pada cara sebuah cerita dikisahkan.

Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai

sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa

yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi.”28

Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat,

yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan

ceritanya. Sudut pandang kiranya dapat disamakan artinya, dan bahkan

dapat lebih memperjelas, dengan istilah pusat pengisahan. Sudut pandang

itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua macam: a)

persona pertama (first person) gaya “aku” dan persona ketiga (third-

person), gaya “dia.” Jadi, dari sudut pandang “aku” atau “dia,” dengan

berbagai variasinya, sebuah cerita dikisahkan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sudut

pandang dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.

a. Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia”

Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona

ketiga, gaya “dia,” narator adalah seseorang yang berada di luar cerita

yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau

kata gantinya; ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya

yang utama, kerap atau terus-menerus disebut, dan sebagai variasi

dipergunakan kata ganti. Hal ini memudahkan dalam mengenali siapa

tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.

Sudut padang “dia” dapat dibedakan ke dalam dua golongan,

berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap

bahan ceritanya.

(1) “Dia” Mahatahu

Sudut pandang persona ketiga mahatahu, cerita dikisahkan

dari sudut “dia,” namun pengarang, narator, dapat menceritakan

apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh “dia” tersebut. Narator

28Nurgiantoro, op. cit., h. 248.

Page 32: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

20

mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu. Ia mengetahui

berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk

motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan

menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita.

Teknik mahatahu tersebut, bahwa narator mampu

menceritakan seseuatu, baik yang bersifat fisik, dapat diindera,

maupun sesuatu yang hanya terjadi dalam hati dan pikiran tokoh,

bahkan lebih dari seorang tokoh. Selain itu, narator juga dapat

mengomentari dan menilai secara bebas dengan penuh otoritas,

seolah-olah tidak ada satu rahasia un tentang tokoh yang tidak

diketahuinya. Oleh karena narator secara bebas menceritakan hati

dan tindakan tokoh-tokohnya, hal itu akan segera “mengobati”

rasa ingin tahu pembaca atau pendengar.

(2) “Dia” Terbatas, “Dia” sebagai Pengamat

Sudut pandang “dia” terbatas, bahwa pengarang melukiskan

apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh

tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja, atau

dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja

cukup banyak, yang juga berupa tokoh “dia,” namun mereka tidak

diberi kesempatan (tidak dilukiskan) untuk menunjukkan sosok

dirinya seperti halnya tokoh pertama

“Sudut pandang “dia” sebagai pengamat yang benar-benar

objektif, narator bahkan hanya dapat melaporkan atau

menceritakan segala sesuatu yang dapat dilihat dan didengar, atau

yang dapat dijangkau oleh indera.”29

b. Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”

Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona

pertama, first person point of view, “aku,” jadi: gaya “aku,” narator

adalah seseorang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh

29 Ibid., h. 256-261.

Page 33: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

21

yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, self

consciousness, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui,

dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap

orang (tokoh) lain kepada.

Pada sudut pandang persona pertama adalah sudut pandang yang

bersifat internal, maka jangkauannya terbatas. Sudut pandang “aku,”

narator hanya bersifat mahatahu bagi dirinya sendiri dan tidak

terhadap orang-orang (tokoh) lain yang terlibat dalam cerita. Ia hanya

berlaku sebagai pengamat saja terhadap tokoh-tokoh “dia” yang bukan

dirinya.

Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke dalam dua

golongan berdasarkan peran dan kedudukan si “aku” dalam cerita. Si

“aku” mungkin menduduki peran utama, jadi tokoh utama protagonis,

mungkin hanya menduduki peran tambahan, jadi tokoh tambahan

protagonis, atau berlaku sebagai saksi.

(1) “Aku” Tokoh Utama

Dalam sudut pandang teknik ini, si “aku” mengisahkan

berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang

bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya

dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si “aku” menjadi fokus, pusat

kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si “aku,”

peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika

berhubungan dengan dirinya, atau dipandang penting.

Teknik “aku” dapat dipergunakan untuk melukiskan serta

membeberkan berbagai pengalaman kehidupan manusia yang

paling dalam dan rahasia sekalipun. Pengalaman batin yang benar-

benar hanya mungkin dirasakan oleh individu yang bersangkutan,

dan tidak mungkin, atau sulit, dimanifestasikan secara tepat ke

dalam bentuk kata dan tindakan, sebab yang bersangkutan

mungkin merasa tidak mampu atau segan melakukannya.

Page 34: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

22

(2) “Aku” Tokoh Tambahan”

Dalam sudut pandang “Aku” tokoh tambahan, first-person,

tokoh “aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca,

sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian “dibiarkan”

untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita

yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi

tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil,

membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan

dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si

“aku” tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah.

c. Sudut Pandang Campuran

Penggunaan sudut pandang yang bersifat campuran itu berupa

penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik “aku”

sebagai tokoh utama dan “aku” tambahan atau sebagai saksi, bahkan

dapat berupa campuran antara persona pertama dan ketiga, antara

“aku” dan “dia” sekaligus.

“Sudut pandang campuran “aku” dan “dia” digunakan secara

bergantian. Misalnya pada awalnya cerita, pengarang menggunakan

“aku” kemudian beralih pada “dia” dan kembali lagi pada “aku.”30

“Campuran “aku” dan “dia”. Pada sudut pandang ini, mula-mula

cerita dikisahkan dari sudut “aku,” namun kemudian terjadi pergantian

ke “dia,” dan kembali lagi ke “aku.”31

Sudut pandang persona ketiga, sering memanfaatkan teknik “dia”

mahatahu dan terbatas, atau sebagai observer secara bergantian.

Terhadap sejumlah tokoh tertentu, narator bersifat mahatahu. Namun,

terhadap sejumlah tokoh yang lain, biasanya tokoh-tokoh tambahan,

termasuk deskripsi latar, narator berlaku sebagai pengamat, bersifat

objektif, dan tidak melukiskan lebih dari yang dapat dijangkau oleh

indera.

30 Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia), h. 115.

31 Nurgiantoro, op. cit., h. 262-269.

Page 35: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

23

Penggunaan sudut pandang persona pertama yang sekaligus

memanfaatkan teknik “aku” sebagai tokoh utama dan tambahan.

Dalam sudut pandang ini, pun bisa terjadi pergantian pusat kesadaran

dari tokoh utama “aku” yang satu ke “aku” utama yang lain. Misalkan,

ada pergantian dari “aku”-nya Sri ke “aku”-nya Michel. Jadi, ada

pergantian fokalisasi di antara dua orang tokoh cerita walau keduanya

sama-sama di-aku-kan.

4. Alur (plot)

Alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan

peristiwa, sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para

pelaku dalam suatu cerita. “Sudjiman, mengartikan, bahwa alur adalah

jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.

Jalinannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh

hubungan kausal (sebab-akibat).”32

Alur adalah rangkaian peristiwa yang

direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita

melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian.

“Yelland (1938) mengatakan dalam Menganalisis Fiksi: Sebuah

Pengantar, bahwa alur diistilahkan dengan „kerangka cerita atau

rangkaian peristiwa-peristiwa.‟ Dengan kata lain plot adalah suatu urutan

cerita atau peristiwa yang teratur dan terorganisasi.”33

“Stanton mengatakan dalam Teori Pengkajian Telaah Fiksi , bahwa

plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu

hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan

atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.”34

Berdasarkan

beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan, bahwa yang disebut

dengan plot adalah urutan cerita, yang setiap peristiwa yang dihubungkan

oleh hubungan kausal (sebab-akibat).

32 Ibid., h. 112.

33

Aziez dan Hasim, op.cit., h. 68.

34 Nurgiantoro, op. cit., h. 113.

Page 36: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

24

Ada beberapa pendapat tentang tahapan-tahapan peristiwa dalam

suatu cerita. Aminuddin membedakan tahapan-tahapan peristiwa atas

pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.

a. Pengenalan

Pengenalan adalah tahap peristiwa dalam suatu cerita rekaan atau

drama yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Yang

dikenalkan dari tokoh ini, misalnya, nama, asal, ciri fisik, dan

sifatnya.

“Peristiwa yang dimaksud diartikan sebagai peralihan dari satu

keadaan ke keadaan lain. Misalkan, mendeskripsikan tindakan tokoh

dengan mendeskripsikan ciri-ciri fisik tokoh.”35

Bentuk peristiwa dalam sebuah cerita, dapat berupa peristiwa

fisik ataupun batin. Peristiwa fisik melibatkan aktivitas fisik, ada

interaksi antara seorang tokoh cerita dengan sesuatu yang diluar

dirinya: tokoh lain atau lingkungan. Peristiwa batin adalah sesuatu

yang terjadi dalam batin, hati, seorang tokoh.

b. Konflik atau tikaian

Konflik atau tikaian adalah ketegangan atau pertentangan antara

dua kepentingan atau kekuatan di dalam cerita rekaan atau drama.

Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh, antara dua tokoh,

antara tokoh, dan masyarakat atau lingkungannya, antara tokoh dan

alam, serta antara tokoh dan Tuhan. Ada konflik lahir dan konflik

batin.36

Konflik menyaran pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak

menyenangkan yang terjadi atau dialami oleh tokoh-tokoh cerita,

yang, jika tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia

tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya. Peristiwa dan

konflik biasanya berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya

satu dengan yang lain, bahkan konflik pun hakikatnya merupakan

peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan terjadinya

35 Ibid., h. 117.

36

Ibid., h. 122.

Page 37: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

25

konflik. Sebaliknya, karena terjadi konflik, peristiwa-peristiwa lain

pun dapat bermunculan, misalnya yang sebagai akibatnya.37

Bentuk konflik, sebagai bentuk kejadian, dapat pula dibedakan ke

dalam dua kategori, yaitu sebagai berikut.

1. Konflik Eksternal

Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang

tokoh dengan sesuatu di luar dirinya, mungkin dengan lingkungan

alam, mungkin dengan lingkungan manusia.

Konflik eksternal dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu: (a)

konflik fisik, konflik fisik adalah konflik yang disebabkan adanya

perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Misalnya,

konflik yang dialami oleh seseorang akibat adanya banjir besar,

kemarau panjang, gunung meletus, dan sebagainya; (b) konflik

sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial

antarmanusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya

hubungan antar manusia. Masalahnya bisa berupa perburuhan,

penindasan, percekcokan, peperangan, atau kasus-kasus hubungan

lainnya.

2. Konflik Internal

Konflik internal adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa

seorang tokoh (atau tokoh-tokoh) cerita. Jadi, ia merupakan

konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih

merupakan permasalahan intern seorang manusia. Misalnya hal itu

terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan,

keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan, atau masalah-

masalah lainnya.38

c. Komplikasi atau rumitan

Komplikasi atau rumitan adalah bagian tengah alur cerita rekaan

atau drama yang mengembangkan tikaian. Pada tahap ini, konflik

37 Ibid.

38

Ibid., h. 122-124.

Page 38: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

26

yang terjadi semakin tajam karena berbagai sebab dan berbagai

kepentingan yang berbeda dari setiap tokoh.

d. Klimaks

Klimaks adalah bagian alur cerita rekaan atau drama yang

melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi

tanggapan emosional pembaca. Klimaks merupakan puncak rumitan

yang diikuti oleh krisis atau titik balik.

Stanton dalam Teori Pengkajian Fiksi mengatakan, bahwa saat

konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat (hal) itu

merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Klimaks

merupakan titik pertemuan antara dua (atau lebih) hal (keadaan) yang

dipertentangkan dan menentukan bagaimana permasalahan (konflik

itu) akan diselesaikan.39

e. Krisis

Krisis adalah bagian alur yang mengawali penyelesaian. Saat

dalam alur yang ditandai oleh perubahan alur cerita menuju selesainya

cerita. Karena setiap klimaks diikuti krisis, keduanya sering

disamakan.

f. Leraian

Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks.

Pada tahap ini, peristiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan

perkembangan lakuan ke arah selesaian.

g. Selesaian

Selesaian adalah tahap akhir suatu cerita rekaan atau drama.

Dalam tahap ini, semua masalah dapat diuraikan, kesalahpahaman

dijelaskan, rahasia dibuka. Ada dua macam selesaian: tertutup dan

terbuka. Selesaian tertutup adalah bentuk penyelesaian cerita yang

diberikan oleh pengarang. Selesaian terbuka adalah bentuk

penyelesaian cerita yang diserahkan kepada pembaca atau penonton.

Dalam cerita lama, alur dimulai dari pengenalan, konflik,

komplikasi, klimaks, peleraian, dan diakhiri dengan tahap penyelesaian.

39 Ibid., h. 127.

Page 39: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

27

Meskipun demikian, tidak semua cerita mempunyai seluruh tahap alur

tersebut. Ada yang hanya pengenalan, konflik, klimaks, dan diakhiri

dengan penyelesaia. Pada cerita modern, alur tidak selalu dimulai dengan

pengenalan dan diakhiri dengan tahap penyelesaian. Ada kemungkinan

cerita dimulai dengan konflik. Ada kenungkina cerita dimulai dari

penyelesaian

5. Tema dan Amanat

“Kata tema sering kali disamakan dengan pengertian topik. Padahal

kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Kata topik

berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat. Topik dalam suatu

tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema

merupakan tulisan atau karya fiksi.”40

Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai

pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang

diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan

tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya. “Tema akan mudah

dipahami apabila telah selesai memahami unsur-unsur yang menjadi

media pemapar tema tersebut, menyimpulkan makna yang dikandungnya

serta mampu menghubungkan dengan tujuan penciptaan pengarangnya.”41

“Menemukan tema sebuah karya sastra, haruslah disimpulkan dari

keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita.

Tema, walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang

“disembunyikan,” walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit.”42

“Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang

ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Di dalam

karya sastra modern, amanat ini biasanya tersirat; di dalam karya sastra

lama pada umumnya amanat tersurat.”43

40 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya. 1988), h. 42.

41

Siswanto, op. cit., 161.

42Nurgiantoro, op. cit., h. 68.

43

Siswanto. loc. cit.

Page 40: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

28

6. Gaya penceritaan

Gaya penceritaan mencakup teknik penulisan dan penceritaan. Teknik

penulisan adalah cara yang digunakan oleh pengarang dalam menulis

karya sastranya. Teknik penulisan mengacu pada bagaimana pengurutan,

penataan, dan pembagian karya sastra atas bab, subbab, paragraf, dan

sebagainya. sedangkan “teknik penceritaan adalah cara yang digunakan

oleh pengarang untuk menyajikan karya sastranya, seperti teknik

pemandangan, teknik adegan, teknik montase, teknik kolase, dan teknik

asosiasi.”44

D. Manfaat Cerita bagi Anak

Bagi anak, cerita tidak sekadar memberi manfaat emotif, tetapi juga

membantu pertumbuhan mereka dalam berbagai aspek. Perlu diyakini, bahwa

bercerita merupakan aktivitas penting dan tidak terpisahkan dalam program

pendidikan anak. Ditinjau dari berbagai aspek, manfaat tersebut meliputi hal-

hal berikut ini.

1. Membantu perkembangan pribadi dan moral anak

Cerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berpikir dan

berperilaku anak, karena mereka senang mendengarkan cerita, walau

dibacakan secara berulang-ulang. Pengulangan, imajinasi anak, dan nilai

kedekatan guru atau orang tua membuat cerita menjadi efektif untuk

mempengaruhi cara berpikir mereka. Hal ini dibuktikan oleh seorang

psikolog, Joseph Strayhorn Jr dalam buku The Competent Child. Anak

tidak mendapatkan kehangatan seperti jika mereka mendapatkan cerita itu

dari guru atau orangtuanya. Efek psikologis inilah yang menjadi landasan

bagi guru untuk menyemaikan nilai-nilai moral, etika, dan pekerti.

Penyemaian ini membantu anak belajar mengidentifikasi dan menilai diri

sendiri.

2. Menyalurkan kebutuhan imanjinasi dan fantasi

Anak-anak membutuhkan penyaluran imajinasi dan fantasi tentang

berbagai hal yang selalu muncul dalam pikiran mereka. Masa usia

44 Ibid., h. 142-162.

Page 41: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

29

prasekolah dan usia sekolah dasar merupakan masa-masa aktif anak

berimajinasi. Anak membutuhkan dongeng atau cerita karena berbagai hal.

Pertama, anak membangun gambaran-gambaran mental pada saat guru

memperdengarkan kata-kata yang melukisakan kejadian.

Rangsangan auditif ini menstimulasi anak untuk terus menciptakan

gambaran visual. Kedua, anak memperoleh gambaran yang beragam

sesuai dengan latar pengetahuan dan pengalaman masing-masing. Hal ini

menjadi bahan baku anak dalam membangun skemata-skemata dalam

pikirannya.

Hal selanjutnya, yaitu yang ketiga, anak memperoleh kebebasan untuk

melakukan pilihan secara mental. Hal ini membantu mereka memberikan

respon yang lebih baik saat menghadapi realitas yang sesungguhnya.

Keempat, anak memperoleh kesempatan menangkap imajinasi dari

citraan-citraan cerita. Kelima, anak memiliki tempat untuk “melarikan”

permasalahan seperti keinginan untuk melawan, kemarahan, rasa iri dan

cemburu, serta ketidakberdayaan. Keenam, anak memperoleh kesempatan

merangkai-rangkai hubungan sebab-akibat secara imajinatif. Hal

demikian, membuat anak lebih meyakini nilai-nilai yang dirangkainya dan

cukup mempengaruhi keputusan riil yang dibuat.

3. Memacu kemampuan verbal anak

Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur, tetapi juga mendidik,

tetapi yang paling penting adalah sekaligus merangsang berkembangnya

komponen kecerdasan linguistik, yaitu kemampuan menggunakan bahasa

untuk mencapai sasaran praktis. Mendengar cerita yang bagus bagi anak,

sama artinya dengan melakukan serangkaian kegiatan fonologis, sintaksis,

semantik, dan pragmatik.

Selama menyimak cerita, anak belajar bagaimana bunyi-bunyi yang

bermakna diujarkan dengan benar, bagaimana kata-kata disusun secara

logis dan mudah dipahami, bagaimana konten dan konteks berfungsi

dalam makna. Cerita mendorong anak bukan saja senang menyimak cerita,

tetapi juga senang bercerita atau berbicara.

Page 42: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

30

Anak belajar tata cara berdialog dan bernarasi serta terangsang untuk

menirukannya. Kemampuan pragmatik terstimulasi karena dalam cerita

ada negoisasi, pola tindak tutur yang baik seperti menyuruh, melarang,

berjanji, mematuhi larangan, dan memuji. Kemampuan verbal anak lebih

terstimulasi secara efektif pada saat guru melakukan semacam tes pada

anak untuk menceritakan kembali isi cerita. Cerita membuat anak

menyadari arti pentingnya berdialog dan menuangkan gagasan dengan

kata-kata yang baik.

4. Merangsang minat menulis anak

Pengaruh cerita terhadap kecerdasan anak diakui oleh Leonhardt.

Menurutnya, cerita memancing kebahasaan anak. Anak yang gemar

mendengar dan membaca cerita akan memiliki kemampuan berbicara,

menulis, dan memahami gagasan rumit secara lebih baik. Ini berarti, selain

memacu kemampuan berbicara, menyimak cerita juga merangsang minat

menulis anak. Pernyataan di atas menunjukkan, bahwa cerita juga

membantu menumbuhkan kemampuan tulis (emergent writing) anak.

Cerita dapat menimbulkan inspirasi anak untuk membuat cerita. Dengan

kata lain, cerita dapat menstimuli anak membuat cerita sendiri.

5. Merangsang minat baca anak

Cerita dengan media buku (dengan catatan: guru melakukan praktek

bercerita dengan benar), menjadi stimulasi yang efektif bagi anak, karena

pada waktu itu minat baca anak mulai tumbuh. Minat itulah yang harus

diberi lahan yang tepat antara lain melalui kegiatan bercerita.

Membacakan cerita dapat menjadi contoh yang efektif bagi anak

bagaimana aktivitas membaca harus dilakukan. Secara tidak langsung,

anak memperoleh contoh tentang orang yang gemar dan pintar membaca

dari apa yang dilihatnya.

Anak tidak hanya mencocokkan bunyi bahasa dan lambang, tetapi juga

mencocokkan lambang dengan isi cerita. Dengan kata lain, anak

mengidentifikasi fitur bentuk huruf dalam kata melalui interaksi yang

menyenangkan, melalui kata-kata yang terus diulang dalam teks cerita.

Menstimuli memberi efek menyenangkan, sedangkan, mengajar seringkali

Page 43: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

31

justru membunuh minat baca anak, apalagi bila hal tersebut dilakukan

secara paksa. Penelitian di Nederland menunjukkan anak-anak yang

“dipaksa” belajar membaca mengalami peningkatan, namun hali itu perlu

diteliti efeknya di kemudian hari.

6. Membuka cakrawala pengetahuan anak

Dalam sebuah seminar “Kreativitas dan Kecakapan Hidup,” Gede

Raka, mengatakan, bahwa cerita seorang guru dapat menstimuli anak

untuk belajar lebih jauh. Baker dan Greene, mengatakan, bahwa bercerita

dapat membawa anak pada sikap yang lebih baik, mempertinggi rasa ingin

tahu kemisterian, dan sikap menghargai kehidupan. Dengan kata lain,

bercerita memberikan jalan bagaimana memahami diri sendiri dan

memahami orang lain, serta bagaimana memahami cerita itu sendiri.

Manfaat cerita sebagai pengembang cakrawala anak tampak pada

cerita-cerita yang memiliki karakteristik budaya, seperti cerita tentang

“Tujuh Orang Samurai” (cerita dari Jepang) dan “Kebunku” (karya

Miranda). Cerita kadang menyimpan daya rangsang yang tinggi untuk

memicu daya eksplorasi anak tentang lingkungan.

Pengalaman menunjukkan, bahwa anak yang menyimak cerita

mengenai binatang tertentu kadang memperoleh semacam rangsangan

untuk mengetahui tokohnya lebih jauh. Cerita fiksi tersebut memberikan

informasi ilmiah yang merangsang anak mencari kebenarannya dalam

dunia nyata yang sesungguhnya melalui berbagai cara seperti bertanya dan

membaca buku.45

E. Klasifikasi Cerita Anak

1. Buku Bergambar

Ditinjau dari isinya, buku bergambar juga banyak diartikan sebagai

buku berisi cerita untuk anak-anak yang digarap melalui pemanfaatan

tulisan dan gambar. Bagi anak-anak, buku bergambar idealnya bersifat

atraktif, memberikan gambaran tentang sesuatu secara jelas, dan bisa

membangkitkan pengalaman keindahan secara kreatif. Nilai demikian

45 Sihabuddin, op. cit., h. 8-13 -8-15.

Page 44: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

32

tercapai apabila melalui buku bergambar yang dibacanya anak bisa

membentuk penghubungan antara dunia skemata yang ada dalam dunia

pengalaman dan pengetahuannya dengan dunia yang digambarkan dalam

bacaan secara berkelanjutan.

Buku bergambar juga lazim disebut sebagai big books, karena ukuran

atau format bukunya memang besar. Ditinjau dari isinya, buku bergambar

biasanya berisi cerita tentang kehidupan binatang, akan tetapi memiliki ciri

insan.

2. Cerita Rakyat

Cerita rakyat merupakan the body of literature atau bangun cerita

sastra yang bersifat anonim, diturunkan dari generasi yang satu ke generasi

yang lain secara lisan, sehingga akan mengalami sejumlah variasi

meskipun bangun cerita dasarnya tidak berubah. Menurut Jung, salah

seoraang ahli bidang psikologi, folklore merupakan cermin kumpulan

dunia bawah sadar yang menggambarkan impian, harapan, fantasi,

lamunan ataupun visi suatu kelompok masyarakat.

Cerita Malin Kundang misalnya menggambarkan impian keberhasilan

hidup di perantauan, impian mendapatkan isteri yang cantik,

menggambarkan visi, bahwa keberhasilan hidup memerlukan uluran

tangan orang lain, dan memberikan gambaran, bahwa ketika telah berhasil

seseorang tidak boleh melupakan keluarga dan kampung halamannya.

“Cerita rakyat menurut Nurgiantoro dalam Bahasa Indonesia 2 Edisi

Pertama bisa dibagi-bagi menjadi sejumlah jenis, yaitu sebagai berikut.”

a. Fabel

Fable merupakan cerita dengan pelaku binatang yang di dalamnya

memuat ajaran tertentu. Binatang yang diangkat sebagai pelaku cerita

tersebut bisa berbagai macam, sehingga antara wilayah yang satu dengan

yang lain yang berbeda-beda. Mungkin yang menjadi tokoh itu rubah,

kancil, serigala, ataupun kancil.

b. Dongeng

Dongeng merupakan cerita rakyat yang penyampaiannya lazim diawali

penggunaan ungkapan, Pada zaman dahulu kala. Dongeng biasanya

memuat cerita yang singkat dengan menggunakan setting yang tidak jelas,

dongeng Timun Emas, misalnya sekan-akan memberikan gambaran

hubungan dengan kerajaan Dahta di Kediri, akan tetapi kita tidak pernah

Page 45: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

33

bisa menetapkan apakah dngeng tersebut benar-benar mempunyai latar

cerita kerajaan Daha di Kediri.

c. Legenda

Legenda merupakan cerita kepahlawanan dari sosok tokoh yang

dianggap sakti, suci, atau memiliki kelebihan tertentu dibandingkan

manusia pada umumnya. Meskipun jelas merupakan cerita yang bersifat

imajinatif, karena biasa dihubungkan dengan peristiwa kesejarahan

akhirnya legenda sering dianggap sebagai cerita yang seakan sungguh-

sungguh pernah terjadi. Misalnya, di Indonesia terdapat legenda Sunan

Kalijaga, Sunan Giri, dan sebagainya. Pada cerita tersebut, tokoh utama

digambarkan sebagai tokoh yang memilki citra superhuman qualities,

keberadaan dan berbagai peristiwa di dalam certita juga lazim dihubungkan

dengan tempat atau objek tertentu.

d. Mite

Mite merupakan cerita yang berkaitan dengan asal usul kehidupan

manusia, asal usul keberadaan suatu tempat yang berhubungan dengan

kehidupan dewa-dewi maupun tokoh yang memilki hubungan dengan

kehidupan kedewataan. Dibandingkan dengan dongeng, mite (1)

menggarap penokohan yang hanya berpusat pada seorang pelaku, (2)

menggarap peristiwa yang bersifat khas dan unik, sehingga tidak mungkin

digambarkan terjadi di tempat lain, (3) akhir peristiwa biasanya bersifat

tragis, karena tokoh utamanya mati atau mengalami nasib yang

menyedihkan, dan (4) menggambarkan sikap dan suasana yang pesimistik.

Mite yang dikenal luas adalah mite yang terkait dengan mitologi Yunani.

Sementara di Indonesia juga terdapat mite Dewi Loro Jonggrang.46

3. Fiksi Sejarah

Fiksi sejarah merupakan cerita yang isinya memanfaatkan peristiwa

kesejarahan yang dibaurkan dengan cerita fiksi. Di Indonesia terdapat fiksi

sejarah yang bisa jadi batasannya dengan cerita rakyat sulit ditetapkan.

Cerita Tutur Tinular misalnya, jelas memiliki hubungan dengan peristiwa

sejarah. Akan tetapi untuk menentukan yang mana yang fiksi dan mana

yang sungguh-sungguh terjadi sulit ditentukan karena antara peristiwa

kesejarahan dan yang fiktif telah mengalami pencampuran, sehingga

pembaca tidak lagi membedakan mana yang sejarah dan mana yang fiksi.

Bahkan, karena kekuatan penyampaian ceritanya pembaca

menggambarkan seakan-akan peristiwa yang disajikan dalam cerita

seakan-akan sebagai peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi.

46 Ibid., h. 9-17, 9-18.

Page 46: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

34

4. Cerita Fantasi atau Fiksi Ilmiah

Cerita fantasi merupakan cerita yang menggambarkan pelaku,

peristiwa, maupun latar secara fantastis, dalam arti di luar nalar tetapi

mampu menekan ketidakpercayaan pembaca, sehingga sesuatu sungguh-

sungguh tidak akan bisa terjadi dalam kehidupan nyata tergambarkan

sebagai sesuatu yang seakan-akan bisa benar-benar terjadi.

Cerita fantasi juga bisa berkaitan dengan kehidupan binatang,

misalnya tentang seekor Rubah yang ingin menjadi manusia. Berbagai

usahanya untuk menjadi manusia ternyata berhasil. Akan tetapi, setelah

menjadi manusia, ternyata Si Rubah merasakan, bahwa menjadi manusia

itu tidak senikmat yang dibayangkan. Menjadi manusia berarti harus

belajar, bekerja, dan berusaha untuk bisa memenuhi keperluan hidupnya.

Sementara, ketika menjadi Rubah, dia bisa makan dan tidur seenaknya

layaknya seekor binatang.

Agar cerita fantasi itu bisa menampilkan peristiwa yang seakan-akan

terjadi, biasanya latar cerita digambarkan sebagai sesuatu yang konkret

dan akrab dengan dunia pengalaman pembaca. Tokoh yang ditampilkan

secara fantastis memiliki gambaran ciri yang tetap sejak awal sampai akhir

cerita. Bahasa yang digunakan sederhana, gambaran maknanya jelas, dan

mudah dipahami. Meskipun demikian, kata-kata yang digunakan mampu

membangkitkan imajinasi pembaca, sehingga objek, peristiwa, dan realitas

yang digambarkan tampak hidup dan menarik.

Cerita fantasi juga digarap dengan merangsang muculnya pertanyaan,

Bagaimana seandainya ... serta pertanyaan, Apakah seandainya … maka

…? Selain itu, cerita fantasi juga tidak diakhiri dengan kesimpulan secara

pasti. Pembacalah yang diharapkan menyimpulkan akhir cerita

berdasarkan rangkaian peristiwa yang digambarkannya.

Cerita fantasi tidak dapat dilepaskan dari fiksi ilmiah, yaitu cerita

yang berkaitan dengan fantasi, tetapi di dalamnya memuat penggambaran

realitas yang bersifat futuristik maupun penggambaran yang didasarkan

pada konsep keilmuan. Dalam hal ini Cullinan mengemukakan, bahwa

penggambaran kehidupan yang bersifat futuristik itu bisa saja hanya

Page 47: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

35

bersifat spekulatif. Akan tetapi, karena penggambarannya didasari

konsepsi keilmuan, akhirnya sesuatu yang digambarkan beberapa puluh

tahun kemudian bisa juga menjadi kenyataan.

Gambaran tentang pelaku yang bisa melakukan dialog dari jarak jauh

tetapi masing-masing seakan bisa bertatap muka melalui layar semula

mungkin hanya dianggap sebagai fantasi. Akan tetapi, beberapa puluh

tahun kemudian, meskipun tidak persis sama dengan apa yang

digambarkan dalam cerita ternyata muncul sarana teknologi yang disebut

videofon.

5. Fiksi Realistik

Fiksi realistik merupakan cerita yang menggambarkan peristiwa dan

cerita yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Cerita tersebut mungkin

berkaitan dengan kehidupan keluarga, perjalanan wisata, maupun peristiwa

yang menggambarkan upaya pelaku memecahkan permasalahan yang

tidak lazim. Karena yang digambarkan berkaitan dengan peristiwa yang

bisa jadi hanya aktual untuk masa-masa tertentu, fiksi realistik juga sering

disebut sebagai fiksi kontemporer.

Melalui pemahaman objek, peristiwa dan rangkaian ceritanya,

pembaca fiksi realisitik seakan-akan diajak mengintip kehidupan nyata

dari balik jendela. Lewat pengintipan itu pembaca dibangkitkan daya

imajinasinya, dibangkitkan kesadarannya untuk membandingkan dunia

dalam cerita yang dibaca dengan dunia pengalamannya.

6. Biografi

Biografi merupakan cerita yang memuat informasi tentang kehidupan

seseorang secara hidup dan menarik. Penulis biografi yang baik didasarkan

pada tingkat pengalaman dan pengetahuan penulis berkenaan dengan

biografi yang ditulisnya. Lebih dari itu, dalam penelitian biografi,

sebaiknya penulis mendasarkan pada hasil penelitiannya. Selain

didasarkan pada hasil penelitian, penulis juga perlu memperkaya dengan

Page 48: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

36

beberapa referensi tambahan yang relevan dengan penulisan biografi yang

dilakukannya.

Penulisan biografi yang hanya didasarkan pada penjelasan dan

dokumentasi dari satu sumber seringkali juga tidak objektif. Sebab itulah,

penggarapan informasi melalui cek silang seringkali juga akan

memberikan informasi yang lebih dapat dipertanggungjawabkan. Biografi

yang bisa dibaca sebenarnya tidak selalu biografi tokoh terkenal. Biografi

itu bisa saja berisi informasi kehidupan seseorang bisa dijadikan panutan,

bisa dijadikan sumber memahami peristiwa kesejarahan secara lebih detil,

bisa juga dimanfaatkan sebagai bahan perbandingan.

Melalui kegiatan membaca biografi, murid ataupun pembaca pada

umumnya diharapkan bisa memahami berbagai peristiwa kesejarahan,

memahami karakteristik kehidupan dalam konteks waktu dan latar

kehidupan sosial budaya tertentu, bisa menemukan sosok figur yang

dijadikan dalam menjalani kehidupannya, dan bisa menumbuhkan

kepekaan dalam menghayati terdapatnya berbagai perubahan.

F. Pengertian Media Pembelajaran

“Kata media berasal dari bahwa Latin medius yang berarti „tengah‟,

„perantara‟, atau pengantar‟.”47

“Bentuk jamak dari media adalah medium, yang

berarti perantara. Artinya, segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu

sumber untuk disampaikan kepada penerima pesan.”48

“Sedangkan secara

harfiah, berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.”49

“Media adalah seperangkat peralatan pendidikan dan pengajaran yang

digunakan untuk membantu penyajian isi dan materi pelajaran kepada peserta

didik agar mereka dapat mencapai tujuan.”50

47 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 3.

48

Budinuryanta dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 43.

49 Arief S. Sadiman dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 6.

50 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA Press, 2003), h. 125.

Page 49: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

37

“Rossi dan Breidle dalam Perencanaan dan Sistem Pembelajaran,

mengatakan, bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang

dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran,

majalah, dan sebagainya.”51

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah

setiap orang, bahan atau alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi

yang memungkinkan siswa untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan

sikap.

G. Manfaat Media dalam Proses Pembelajaran

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar mengatakan, bahwa tugas seorang

pendidik adalah tugas professional, selalu menghadapi tantangan apabila ingin

menjadi pendidik yang kreatif, dinamis, kritis, dan ilmiah. Sebelum ia

menentukan bahan pelajaran, ia harus menentukan tujuan instruksional yang

sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik, kemampuan apa yang akan

dikembangkan, menyusun kegiatan pembelajaran, untuk itu ia harus mampu

menentukan media pengajaran yang tepat.52

Masalah yang sering dihadapi guru dalam proses pembelajaran banyak

berhubungan dengan cara bagaimana mengikat perhatian siswa selama

pembelajaran berlangsung. Menciptakan kesenangan pada waktu pembelajaran

berlangsung merupakan keharusan bagi guru.

Menyadari permasalahan tersebut, tugas guru hendaknya berusaha

menumbuhkan peran serta aktif siswa dalam proses pembelajaran. Guru

hendaknya memiliki kemampuan untuk dapat memanfaatkan atau memilih

media yang sekiranya menarik minat dan membantu siswa dalam proses

pembelajaran.

“Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media mempunyai arti yang

cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang

disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.

51 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2008), h. 204.

52 Iskandarwassid, dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011), Cetakan Ketiga, h. 209.

Page 50: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

38

Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat

disederhanakan dengan bantuan media.”53

Proses belajar mengajar, pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu

proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media

tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan

penerima pesan adalah komponen-komponen komunikasi. Pesan yang akan

dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum.

Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku.

Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau

juga guru.

Salah satu upaya untuk mengatasi kurangnya minat, kegairahan siswa

dalam belajar, dan memantapkan penerimaan siswa terhadap isi pembelajaran

adalah dengan menggunakan media. Ini penting, karena fungsi media dalam

proses pembelajaran merupakan penyaji stimulus atau informasi yang berguna

juga untuk meningkatkan keserasian penerimaan informasi. Media akan

memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis.

Secara umum, media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai

berikut.

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (lisan

belaka).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti:

a. Objek yang terlalu besar –bisa digantikan dengan realita,

gambar, film bingkai, film atau model.

b. Objek yang kecil –dibantu dengan proyektor mikro, film

bingkai, film atau gambar.

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu

dengan timelapse atau high-speed photography.

d. Kejadian yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat

rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya: mesin-mesin) dapat

disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.

53 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: P.T. Rineka

Cipta, 2006), h. 120.

Page 51: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

39

f. Konsep yang teralalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim

dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai,

gambar, dan lain-lain.

3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan

berguna untuk:

a. Menimbulkan kegairahan belajar.

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik

dengan lingkungan dan kenyataan.

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

4) Karakteristik pada tiap siswa ditambah dengan lingkungan dan

pengalaman berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan

ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami

kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Lebih sulit lagi

bila latar belakang lingkungan guru dan siswa juga berbeda. Media

pendidikan dapat mengatasi dalam: memberikan perangsang yang sama,

mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.54

Selain itu, media juga bermanfaat untuk mengatasi keterbatasan ruang,

waktu, dan daya indera. Ilustrasi gambar atau kejadian di Aceh bisa ditelaah

dan disentuh oleh siswa yang berada di sekolah hanya sengan melihat gambar

sebagai media pembelajaan

Penggunaan media tidak hanya membuat pembelajaran lebih efisien, tetapi

materi pelajaran dapat lebih diserap dan diendapkan oleh siswa. Siswa

mungkin sudah memahami permasalahan, konsep dari penjelasan guru, tetapi

akan lebih lama terekam di benak siswa jika diperkaya dengan kegiatan

melihat, menyentuh, atau mengalami sendiri.

Dari beberapa penjelasan di atas, dengan menggunakan berbagai media,

diharapkan siswa dapat dengan mudah mengamati, dan menirukan langkah-

54 Sadiman dkk., op. cit., h. 17-18.

Page 52: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

40

langkah suatu prosedur yang harus dipelajari dari media tersebut serta peranan

media pengajaran diharapkan dapat membantu sikap pasif siswa.

H. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi

tergantung dari sudut mana melihatnya.

1. Dilihat dari sifatnya, media dibagi ke dalam:

a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja,

atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio

dan rekaman suara.

b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja,

tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam

media ini adalah film slide, foto transparansi, lukisan,

gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti

media grafis.

c. Media audio visual, yaitu jenis media yang selain

mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar

yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran

film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media

ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebaba

mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan

kedua.

2. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke

dalam:

a. Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak,

seperti radio dan televisi. Melalui media ini, siswa dapat

memperlajari hal-hal atau kejadian-kejadian aktual secara

serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.

b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang

dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain

sebagainya.

Page 53: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

41

3. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke

dalam:

a. Media diproyeksikan, seperti film, slide, film strip,

transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang

demikian memerlukan alat proyeksi khusus, seperti film

projector untuk memproyeksikan film, slide projector

untuk memproyeksikan film slide, Over Head Projector

(OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa

dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam

ini tidak akan berfungsi apa-apa.

b. Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto,

lukisan, radio, dan lain sebagainya.55

“Rudy Brets dalam Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,

mengatakan ada tujuh klasifikasi media, yaitu sebagai berikut.56

1. Media audio visual gerak, seperti film suara, pita video, film tv.

2. Media audio visual diam, seperti film rangkaian suara.

3. Audio semigerak, seperti tulisan jauh bersuara.

4. Media visual bergerak, seperti film bisu.

5. Media visual diam, seperti halaman cetak, foto, microphone, slide bisu.

6. Media audio, seperti radio, telepon, pita radio.

7. Media cetak, seperti buku, model, bahan ajar mandiri.

Selain itu dalam Media Pembelajaran, media dibagi menjadi tiga macam,

yaitu sebagai berikut.57

1. Media Audio

Media audio adalah media penyampai pesan dalam pembelajaran yang

dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (bahasa lisan atau

kata-kata) maupun non-verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti

gerutuan, gumam, dan musik).

55 Sanjaya, op. cit., h. 211-212.

56

Ibid., h. 212.

57 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2012), h. 56-57.

Page 54: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

42

Kelebihan dari media audio ini, yaitu: (1) mampu mengatasi

keterbatasan ruang dan waktu dan memungkinkan menjangkau sasaran

yang luas, (2) mampu mengembangkan daya imajinasi pendengar, (3)

mampu memusatkan perhatian siswa pada penggunaan kata-kata, bunyi,

dan arti dari kata atau bunyi itu, (4) sangat tepat atau cocok untuk

mengajarkan musik dan bahasa, (5) mampu mempengaruhi suasana dan

perilaku siswa melalui musik latar dan efek suara, (6) dapat menyajikan

program pendalaman materi yang dibawakan oleh guru-guru, (7) dapat

menyajikan pengalaman-pengalaman dunia luar ke dalam kelas. Adapun

kekurangan dari media audio, yaitu sifat komunikasinya hanya satu arah.

Jenis-jenis media audio ini, yaitu sebagai berikut.

1) Phonograph

2) Open Reel Tapes

3) Cassete Tapes

4) Compact Disc (CD)

5) Radio

6) Laboraturium Bahasa.

2. Media visual

Media visual adalah media yang melibatkan indera pengelihatan.

Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan

verbal dan nonverbal. Pesan verbal-visual terdiri atas kata-kata (bahasa

verbal) dalam bentuk tulisan; dan pesan nonverbal visual adalah pesan yang

dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal visual, yakni sebagai

pengganti bahasa verbal, maka ia bisa disebut sebagai bahasa visual.

Bahasa visual inilah yang kemudian menjadi software-nya media visual.

Jenis-jenis media visual, yaitu sebagai berikut

1) Pesan Visual

a. Gambar

b. Grafik

c. Diagram

d. Bagan

e. Peta

Page 55: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

43

2) Pesan Visual Verbal-Nonverbal-Grafis

a. Buku dan modul

b. Komik

c. Majalah dan jurnal

d. Poster

e. Papan Visual

3. Media Audio Visual

Media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama,

dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan

media audio-visual murni, seperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan

video. Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yang kita kenal

dengan slide, opaque, OHP, dan peralatan visual lainnya apabila diberi

unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam

satu waktu atau satu proses pembelajaran.

Kelebihan media audio visual dalam meningkatkan efektivitas dan

efisiensi proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

a. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

b. Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistik

dalam waktu yang singkat.

c. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah

d. Mengembangkan imajinasi peserta didik.

e. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang

lebih realistik.

f. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

g. Sangat kuat mempengaruhi emosi orang lain.

h. Semua peserta didik dapat belajar, baik yang pandai maupun yang

kurang pandai.

Adapun kekurangan dari media audio visual ini, yaitu terlalu

menekankan pentingnya materi, dibandingkan proses pengembangan

materi tersebut. Selain itu, pemanfaatan media audio visual (film) untuk

pendidikan dan pembelajaran, di negara Indonesia masih sangat sedikit,

karena memang film dianggap memakan biaya yang cukup tinggi.

Page 56: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

44

Munadi dalam Media Pembelajaran membagi beberapa jenis film,

yaitu sebagai berikut.

1) Film Dokumenter

Menurut Heinich dkk., adalah film-film yang dibuat berdasarkan

fakta, bukan fiksi dan bukan pula menfiksikan yang fakta.

2) Docudrama

Docudrama adalah film-film dokumenter yang membutuhkan

pengadegan. Kisah-kisah yang diangkat berasal dari kisah nyata.

3) Drama dan Semidrama

Drama dan Semidrama, kedua-duanya melukiskan human relation.

Temanya bisa dari kisah nyata juga bisa tidak.58

I. Media Audio Visual

1. Pengertian Media Audio Visual

“Selain istilah media dan teknologi, dalam pendidikan menurut

A.H. Sukarman (1981) dikenal juga audio visual aids, yaitu alat-alat

yang audible, artinya dapat didengar, dan alat-alat yang visible artinya

dapat dilihat.”59

Media audio visual memiliki kemampuan untuk dapat

mengatasi kekurangan dari media audio atau media visual semata.

Kemampuan media audio akan meningkat bila dilengkapi dengan

karakeristik gerak.

Media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama

dilengkapi dengan peralatan suara dan gambar dalam satu unit yang

dinamakan media audio visual murni, seperti film bergerak dan

bersuara (video atau LCD), televisi dan radio. Jenis kedua adalah media

audio visual tidak murni, yaitu slide, OHP, dan sebagainya. Melalui

LCD atau video, media pembelajaran audio visual sangat tepat

digunakan dalam pembelajaran bercerita, karena lagu dapat digunakan

sebagai contoh, sedangkan musik yang mengiringnya akan

membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Berdasarkan uraian

58 Ibid , h.117-118.

59

Subana dan Sunarti, Strategi Belajar-Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 291.

Page 57: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

45

tersebut, maka media audio visual adalah media yang mempunyai unsur

suara dan unsur gambar.

Kegiatan yang dapat dilakukan dalam proses kegiatan belajar-

mengajar dengan menggunakan media audio visual, yaitu guru dapat

menyediakan video atau memutar film mengenai suatu cerita, kemudian

guru menunjuk siswa untuk bercerita secara bergiliran. Demikian

seterusnya, sehingga akhir kegiatan menjadi suatu yang menarik dan

dapat berkembang menjadi sesuatu yang tidak dapat dibayangkan.

2. Macam- macam Media Audio Visual

a. Film

Film adalah pabrik mimpi atau alat yang dapat

dipergunakan secara efektif untuk suatu maksud tertentu,

dengan film, orang akan lebih menggunakan aspek emosinya

daripada rasionya.

b. Televisi

“Televisi adalah perlengkapan elektronik yang meliputi

gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya sama dengan film

yang dapat didengar dan dilihat.”60

Kemampuan media audio

akan meningkat bila dilengkapi dengan karakteristik gerak.

c. Radio

Program radio yang dapat dijadikan sebagai media

pembelajaran adalah program tunda, yaitu program yang bahan

atau isi pesannya direkam terlebih dahulu. Melalui program

audia rekam, para siswa dapat dikondisikan terlebih dahulu oleh

gurunya. Kelemahan dari radio, yaitu sifat komunikasi satu arah,

dan siarannya disentralisasikan, sehingga guru sulit untuk

mengontrol proses penyampaian pesan.61

60 Munadi, op.cit., h. 25.

61

Ibid., h. 75.

Page 58: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

46

Selain ada kekurangan, maka ada juga kelebihannya, yaitu:

(1) dapat mendorong motivasi belajar siswa, rekaman lagu dapat

merangsang perhatian dan minat siswa, (2) efisiensi dalam

pengajaran bahasa, (3) menjadikan pelajaran lebih konkret,

karena dapat memperdengarkan secara langsung hal-hal atau

peristiwa yang baru terjadi, sehingga siswa termotivasi untuk

menuangkan idenya dalam bentuk tulisan, (4) rekaman lagu

dapat diulang beberapa kali, hal ini akan menjadikan pelajaran

lebih baik, karena dapat menghilangkan salah tafsir dan

penguasaan bahan akan lebih mendalam, (5) mendorong

berbagai kegiatan belajar, rekaman lagi memberikan

keterangan-keterangan yang nyata.

3. Manfaat Media Audio Visual

a. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Hal tersebut

berarti, penggunaan media, khususnya media audio visual

berupa film atau video dapat diputar secara berulang-ulang

sesuai dengan waktu yang dibutuhkan, tanpa harus ada

penambahan waktu atau menggunakan tempat lain untuk

melihatnya.

b. Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara

realis dalam waktu singkat. Maksudnya adalah jika kita ingin

menampilkan sebuah cerita atau kejadian yang telah lalu, maka

kita bisa menampilkan gambar atai slide yang diiringi musik.

Jadi tanpa harus mendatangin tempat kejadian, kita dapat

menjelaskan melalui gambar bersuara berupa pemutarab film

atau video (penggunaan media audio visual).

c. Dapat membawa peserta didik dari satu tempat ke tempat lain,

dan dari masa ke masa, dengan kata lain, setelah pemutaran film

atau video, peserta didik dapat melihat kejadian masa lalu

dengan tempat yang berbeda tanpa harus mengalaminya sendiri.

Page 59: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

47

d. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat. Berdasarkan

rencana pelaksanaan pembelajaran. Maka durasi waktu

pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan, dapat

dipercepat atau diperlambat dengan tujuan untuk memudahkan

peserta didik.

e. Dapat memengaruhi emosi peserta didik. Pemutaran film atau

video yang bernuansakan kegembiraan, atau kesedihan, dapat

memengaruhi perasaan peserta didik.

f. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar. Ketika pesrta didik

telah merasa tertarik untuk menyaksikannya, maka secara

otomatis motivasi belajarnya akan meningkat.

J. Film

1. Pengertian Film

Film adalah gambar hidup, atau sering disebut movie. Film, secara

kolektif sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata

kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan

cairan selulosa, biasa dikenal di dunia paa sineas sebagai seluloid.

Pengertian secara harfiah, film adalah cinemahtoghraphy yang

berasal dari cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie (tulisan =

gambar = citra). Jadi, penegetiannya adalah melukis gerak dalam

cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan

alat khusus, yang biasa disebut kamera. Film dihasilkan dari rekaman

orang dan benda dengan kamera atau oleh animasi.

2. Jenis-jenis Film

a. Film Dokumenter

“Sebagai guru, betapa menyenangkan bila saat mengajar

menggunakan media belajar, sehingga pembelajaran di dalam

kelas tidak menjadi kaku dan monoton.”62

Sudah sepantasnya

62 Mudarwan dalam http://mudarwan.wordpress.com/2010/06/20/film-dokumenter-

sebagai-media-belajar/, diunduh pada 14 November 2014.

Page 60: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

48

guru yang kreatif berusaha mendesain pembelajaran sedemikian

rupa, sehingga menjadikannya „PAIKEM‟ (Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Salah satu media

yang digunakan dalam pembelajaran yaitu film dokumenter.

Berikut beberapa keunggulan menggunakan film

dokumenter, yaitu.

a) Media pembelajaran yang cukup terjangkau. Harga VCD

dan DVD dokumenter semakin terjangkau dan dapat

digunakan berulang kali (inventaris sekolah).

b) Dapat digunakan oleh hampir semua mata pelajaran.

c) Peristiwa dan kejadian adalah kejadian yang sebenarnya

(secara apa adanya) „based on true story.’

d) Mampu menghadirkan suasana dan kejadian seperti

kejadian yang sebenarnya tanpa membahayakan nyawa

manusia, misalnya menyaksikan peristiwa letusan

gunung berapi.

e) Peserta didik dapat mengingat materi pelajaran dengan

lebih baik, karena di dalam film terkandung unsur audio,

visual, dan dramatik (menggugah perasaan).

“Heinich dalam Media Pembelajaran mengatakan, bahwa

film-film dokumenter adalah film-film yang dibuat berdasarkan

fakta, misalnya tentang kejadian alam, flora, fauna, dan sosial-

budaya.”63

Poin terpenting menurutnya adalah menggambarkan

permasalahan kehidupan manusia yang meliputi bidang

ekonomi, hubungan manusia antarmanusia dan sebagainya.

b. Film Docudrama

Film docudrama berarti jenis atau ragam, merupakan istilah

yang berasal dari bahasa Perancis. Kategorisasi ini terjadi dalam

bidang seni-budaya seperti musik, film serta sastra. “Menurut

63 Munadi, op. cit., h. 117.

Page 61: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

49

cendikiawan, film docudrama merupakan ritual kehidupan

manusia yang menyerupai perayaan hari besar atau upacara

yang dapat memuaskan hasrat mereka karena unsur-unsurnya

dapat menegaskan kembali nilai-nilai budaya dengan sedikit

variasi.

Film docudrama banyak sekali genre yang sudah dikenal

oleh masyarakat, seperti melodrama, western, gangster, horor,

science fiction, komedi, action, perang, detektif, dan sebagainya.

Namun, dalam perjalanannya, genre-genre film tersebut

dicampur satu sama lain seperti horor-komedi, western-komedi,

horor-science fiction. Selain itu genre juga bisa masuk ke dalam

bagian dirinya yang lebih spesifik yang kemudian dikenal

dengan sub-genre, contohnya dalam genre komedi dikenal sub-

genre seperti screwbell comedy, situation comedy, splastick

comedy atau komedi satir dan sebagainya.64

“Docudrama, yaitu film-film documenter yang

membutuhkan pengadegan. Kisah-kisah yang ada dalam film

docudrama adalah kisah nyata yang diambil dari sejarah,

misalnya kisah para Nabi dan Rasul, Walisongo, dan

sebagainya.”65

c. Film Drama dan Semidrama

Film drama dan semidrama merupakan film yang

melukiskan human relation. Kisahnya diambil dari nilai-nilai

kehidupan nyata, kemudian diramu menjadi sebuah cerita.

Misalnya penyesalan orang kafir takut kepada Allah, dan

sebagainya. Berdasarkan dengan klasifikasi film Asnawir (2002:

100) dalam Media Pembelajaran mengklasifikasikannya

menjadi 10 jenis, yaitu film informasi, film kecakapan, film

apresiasi, film rekreasi, film berita, film industri dan film

proklamasi.

“Film-film yang dibuat khusus untuk pembelajaran

hendaknya berdurasi pendek. Bahkan Anderson (Ronald H.

64 Kusen Dony Hermansyah, Jenis-jenis (Genre) Film Dokumenter, (Jakarta: Institut Kesenian

Jakarta, 2011) , h.1 dalam http://kuesdony.wordpress.com.

65 Munadi, op. cit., h. 117-118.

Page 62: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

50

Anderson, 1987: 100) dalam Media Pembelajaran, bahwa

sebaiknya setiap program hanya berdurasi satu konsep saja.”66

K. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Apabila seorang guru akan menggunakan media sebagai sarana kegiatan

belajar mengajar, maka perlu diperhatikan beberapa kriteria dalam memilih

media yang akan digunakan. Sudjana dan Rivai, mengemukakan, ada

beberapa kriteria dalam memilih media pengajaran, yaitu sebagai berikut.

a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran.

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Adanya media, bahan pengajaran

lebih mudah dipahami siswa.

c. Media yang digunakan mudah diperoleh, murah, sederhana, dan praktis

penggunaannya.

d. Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses

pembelajaran.

e. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut

bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa.

g. Memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf

berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat

dipahami oleh siswa.67

L. Penelitian Relevan

Hasil dari tinjauan yang telah penulis temukan, ada beberapa contoh

skripsi, dan penelitian yang temanya hampir sama dengan penulis. Beberapa

penelitian tersebut akan dijelaskan di bawah ini:

Penelitian yang ditulis oleh Nevia Rachmadani dari Universitas Negeri

Malang dengan judul Peningkatan Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas

III Menggunakan Media Big Book di SDN Jatimulyo 1 Malang 2011. Hasil

penelitian menunjukkan keterampilan bercerita, selama ini siswa cenderung:

66 Ibid., h. 119.

67

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 206-207.

Page 63: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

51

(1) kurang berani bercerita di depan umum; (2) merasa takut, malu-malu, dan

kurang percaya diri bila ditunjuk untuk bercerita di depan kelas; (3)

menggunakan kata-kata yang kurang menarik saat bercerita; (4) tidak

menguasai bahan cerita; (5) menggunakan media pembelajaran yang kurang

menarik. Fenomena seperti ini merupakan permasalahan yang perlu segera

ditemukan alternatif pemecahannya. Salah satu upaya yang dapat dijadikan

alternatif pemecahan masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan

pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan media big book.

Berdasarkan penelitian yang hampir sama tersebut, peneliti menemukan

beberapa perbedaan, di antaranya, yaitu: (1) perbedaan masalah yang diteliti.

Pada penelitian ini, peneliti menitikberatkan pada aspek peningkatan

pemahaman cerita. Siswa mencari unsur instrinsik yang ada di dalam cerita,

baik itu tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan amanat,

sedangkan peneliti sebelumnya meneliti tentang aspek keterampilan bercerita

siswa, siswa dirangsang untuk bisa dan berani bercerita dari gambar yang

dilihatnya; (2) perbedaan penggunaan media pembelajaran. Peneliti

menggunakan media audio visual (pemutaran film drama Malin Kundang),

yaitu perpaduan unsur suara (pendengaran) dan visual (pengelihatan) untuk

meningkatkan pemahaman cerita. sedangkan penelitian sebelumnya

menggunakan media cetak yang disebut big book sebagai media

pembelajarannya, yang hanya menggunakan media gambar diam tidak

bergerak yang hanya mengaktifkan daya pengelihatan siswa; (3) perbedaan

subjek penelitian. Pada penelitian ini, peneliti mengambil subjek penelitian,

yaitu jenjang yang lebih tinggi, siswa kelas VII MTs, sedangkan penelitian

sebelumnya meneliti siswa kelas III SD

Selain itu, penelitian yang ditulis oleh Malindah Mar‟atus Rahmah dari

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul

Peningkatan Keterampilan Bercerita dengan Pemanfaatan Media Audio

Visual (Pemutaran Film Tsunami) pada Siswa Kelas VII di SMP Islam Al-

Syukro Universal Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil

penelitian menunjukkan keterampilan bercerita, selama ini siswa cenderung:

(1) kurang berani dan siap untuk bercerita di depan umum; (2) merasa takut

Page 64: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

52

salah duluan, malu-malu, dan kurang percaya diri bila ditunjuk atau ditugasi

untuk bercerita di depan kelas; (3) sulit mengungkapkan kata-kata karena

kurangnya daya imajinasi; (4) tidak menguasai cerita secara keseluruhan; (5)

menggunakan media pembelajaran yang kurang tepat dan kurang menarik.

Fenomena seperti ini merupakan permasalahan yang perlu segera ditemukan

jalan pemecahannya atau solusinya. Salah satu upaya yang dapat dijadikan

alternatif pemecahan masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan

pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan media audio visual

(melalui pemutaran film Tsunami). Siswa diajak untuk menyaksikan

pemutaran film Tsunami, melihat, merasakan, dan mendengarkan persitiwa

tersebut.

Berdasarkan penelitian yang hampir sama tersebut, peneliti menemukan

beberapa perbedaan, di antaranya, yaitu: (1) perbedaan terletak pada aspek.

yang diteliti. Peneliti menitikberatkan pada aspek peningkatan kemampuan

pemahaman cerita (siswa mencari unsur instrinsik yang ada di dalam cerita,

baik itu tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan amanat),

sedangkan penelitian sebelumnya menitikberatkan pada aspek keterampilan

bercerita siswa (siswa dapat menceritakan hal yang ia saksikan di depan

kelas); (2) perbedaan hanya pada media pembelajaran (film). Penulis

menggunakan media audio visual untuk meningkatkan pemahaman cerita

siswa melalui (pemutaran film drama Malin Kundang), sedangkan penelitian

sebelumnya peningkatan keterampilan bercerita siswa dan menggunakan

media audio visual (pemutaran film Tsunami); (3) perbedaan pada subjek

penelitian. Peneliti melakukan penelitian di kelas VII-D di MTs. Al-Alawiyah

Kranji –Bekasi Barat, sedangkan penelitian sebelumnya mngambil sampel di

kelas VII SMP Islam Al-Syukro Universal Tangerang.

Page 65: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs. Al-Alawiyah yang terletak di Jalan

Lapangan, RT 02/01 No.75, Kranji Bekasi-Barat pada semester ganjil

Tahun Pelajaran 2014/2015. Pengambilan tempat penelitian ini didasarkan

atas pertimbangan efektivitas waktu, tenaga, dan biaya. Penelitian ini

berlangsung mulai 16 Desember 2013 sampai dengan 05 Desember 2014.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode PTK (Penelitian

Tindakan Kelas). Istilah dalam bahasa Inggrisnya adalah Classroom

Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang

terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan

di kelas.

“Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) adalah suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.”68

Pada pengertian lain, bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah suatu

penelitian yang dikembangkan bersama-sama tentang variabel-variabel

yang dapat dimanipulasi dan digunakan untuk menentukan kebijakan

pembangunan.”69

Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang

dilakukan oleh guru di dalam kelas.

“Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh

gurunya sendiri di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2)

melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

68 Suharismi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta, Bumi Aksara), h. 3.

69

Ihat Hatimah, Penelitian Pendidikan, (Bandung: UPI Press), h. 114.

Page 66: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

54

partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga

hasil belajar siswa dapat meningkat.”70

“Dave Ebbut (1985) dalam Penelitian Pendidikan mengatakan, bahwa

penelitian tindakan adalah suatu studi percobaan yang sistematis untuk

memperbaiki praktik pendidikan dengan melibatkan kelompok partisipan

(guru) melalui tindakan pembelajaran dan refleksi mereka sebagai akibat

dari tindakan tersebut.”71

Dari beberapa pendapat tentang penelitian tindakan kelas, dapat

disimpulkan, bahwa penelitian tindakan kelas adalah kegiatan yang terdiri

dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, yang bertujuan

untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran yang lebih baik lagi.

“Setelah meneliti kegiatan di kelas, dengan melibatkan siswanya

melalui tindakan-tindakannya yang direncakan, dilaksanakan, dan

dievaluasi, guru akan memperoleh umpan balik yang sistematis mengenai

apa yang dilakukan dalam KBM.”72

Pada penelitian ini, di awal peneliti melakukan proses perencanaan

terlebih dahulu, kemudian peneliti melakukan tindakan penelitian dengan

menggunakan media pembelajaran, berupa penggunaan media audio visual

(pemutaran film drama Malin Kundang). Pada pembelajaran ini, peneliti

menghadirkan film drama Malin Kundang, yang kemudian dicaritahu

unsur instrinsiknya oleh siswa. Jauh sebelum peneliti menghadirkan film

drama Malin Kundang, siswa terlebih dahulu diberikan bahan bacaan

berupa teks cerita yang berjudul Persahabatan yang Berawal dari Musuh.

Dari keduanya ini, dilihat peningkatan kemampuan pemahaman cerita,

dari proses awal siswa diberikan bahan bacaan cerita, sampai siswa

diberikan film drama Malin Kundang.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperoleh penemuan

yang signifikan secara operasional, sehingga dapat digunakan ketika

kebijakan dilaksanakan. Kemudian, “penelitian tindakan kelas bertujuan

70 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas (edisi kedua),

(Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 9.

71 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), h. 97.

72 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia), h. 201.

Page 67: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

55

sebagai pengembangan keterampilan guru berdasarkan persoalan-

persoalan yang dihadapi guru di kelasnya.”73

Selain itu, bahwa penelitian

tindakan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan

baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan

penerapan langsung di dunia kerja (kelas).74

Secara ringkas, penelitian

tindakan kelas merupakan tindakan guru untuk mengorganisasi KBM

mereka, dan dari tindakan tersebut, guru dapat belajar dari pengalamannya

sendiri.

“Secara garis besar, prosedur penelitian tindakan kelas mencakup

empat tahapan, yaitu a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) pengamatan, dan,

d) refleksi.”75

Adapun model dan penjelasan masing-masing tahap adalah

sebagai berikut.

Siklus 1

Siklus 2

Siklus selanjutnya

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan penelitian menjelaskan tentang apa,

mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan

73 Ibid., h. 204.

74

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 98.

75 Arikunto, dkk, op.cit., h. 74.

Perencanaan Permasalahan

Pelaksanaan Refleksi 1

Pengamatan

Belum

terselesaikan Perencanaan

Pelaksanaan Pengamatan Refleksi 2

Belum

terselesaikan

Page 68: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

56

penelitian dilakukan. Istilah untuk perencanaan ini adalah

kolaborasi, agar penelitian bersifat ideal antara pihak yang

melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya

tindakan. Tahap perencanaan tersebut dapat dijabarkan dengan:

membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, dan membuat lembar

kerja siswa.

b. Tahap Tindakan

Tahap kedua dari Penelitian Tindakan Kelas yaitu pelaksanaan

yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan..

Berikut langkah-langkah dalam tahap pelaksanaan tindakan:

1. Guru memberikan penjelasan mengenai materi

pembelajaran berdasarkan masalah.

2. Guru melakukan proses pembelajaran dengan penilaian

tes.

3. Guru memonitor siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan

mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini

dilakukan dengan menggunakan format observasi atau

penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara

cermat selama proses belajar berlangsung. Data yang

dikumpulkan yaitu data kualitatif yang menggambarkan

keaktifan siswa, antusias siswa, dan lain-lain

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini, mencakup penilaian terhadap hasil

pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat

masalah dari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian

Page 69: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

57

ulang melalui siklus berikutnya. Berikut langkah-langkah yang

dilakukan pada tahap refleksi:

1. Mengelola dan menulis data yang diperoleh dari siklus

1.

2. Menemukan kekurangan pada siklus 1.

3. Menyimpulkan dan merefleksikan pada siklus 1, 2, dan

selanjutnya.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu siswa kelas

VII-D MTs. Al-Alawiyah semester ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015

yang berjumlah 31 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Pemberian Tes

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu

dengan teknik tes. “Tes ialah seperangkat rangsangan stimuli yang

diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban

yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi penetapan skor angka.”76

Pada penelitian ini, pemberian tes dilakukan dua kali, yaitu

sebelum proses pembelajaran dimulai (pretest) peneliti secara lisan dan

sesudah proses pembelajaran (postest). Ada dua macam tes, yaitu: (1)

tes produk untuk mengukur aspek kognitif siswa yang telah dimiliki;

(2) tes proses yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan

keterampilan proses siswa, dalam hal ini tentu pemahaman siswa

terhadap cerita.

2. Pengamatan (observasi)

Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran

berlangsung. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui

keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

76Margono., op.cit., h. 170 .

Page 70: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

58

Jika dideskripsikan, hari pertama peneliti memasuki kelas di MTs

YPI Al-Alawiyah, peneliti masih merasa canggung, begitu juga dengan

siswa-siswi di sana. Mereka masih merasa kaget dengan kehadiran

peneliti. Supaya suasana tidak canggung, peneliti sebagai guru harus

berusaha mengenal mereka dengan membacakan absensi kelas. Pada

saat absensi kelas berlangsung mulai terlihat siswa yang aktif dan cari

perhatian, akan tetapi tingkah laku mereka yang seperti itu

menghidupkan suasana.

Selanjutnya peneliti melihat, bahwa kesiapan siswa dengan

frekuesni kemunculannya beberapa siswa sudah tenang, sedangkan

siswa yang lain malah mengobrol dengan teman di belakang, atau

berbisik-bisik terhadap teman. Ketika pelajaran dimulai terlihat siswa

antusias dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat terkait materi

yang sedang diajarkan.

Tabel 3.1

Observasi Siswa

Hari/Tanggal : Kamis, 27 November 2014

Pukul : 16.30-17.30 WIB

Observasi : ke-1

Aktivitas Siswa Frekuensi

Kemunculan Presentase

Persiapan siswa

dalam belajar 5 50

Partisipasi dalam

menanggapi materi

pemahaman cerita

yang diajarkan

5 50

Partisipasi siswa

dalam bertanya 4 40

Partisipasi siswa

dalam

mengungkapkan

pendapat

2 20

Jumlah 16 160

Page 71: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

59

3. Penyebaran Angket

Penyebaran angket dilakukan setelah proses pembelajaran.

Penyebaran angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap

proses pembelajaran, dengan kata lain proses pembelajaran siswa

dalam memahami cerita menggunakan media audio visual di MTs YPI

Al-Alawiyah. Berdasarkan penjelasan tersebut, angket merupakan

salah satu instrumen pengumpulan data yang berisi sejumlah

pertanyaan. Angket yang dibuat akan diisi oleh siswa saat

pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Angket

No Materi Soal Indikator Jumlah

Soal

Nomor

Soal

1

Ketertarikan siswa

dalam

pembelajaran

pemahaman cerita

Mengetahui

ketertarikan siswa

dalam pembelajaran

pemahaman cerita

3 1, 3

2

Jenis-jenis

kesulitan yang

dihadapi siswa

Mengetahui kesulitan

siswa dalam

pembelajaran

memahami cerita

3 2

3

Pendapat siswa

tentang media

audio visual

(pemutaran film

drama Malin

Kundang) dalam

pembelajaran

pemahaman cerita

Mengetahui tanggapan

siswa tentang

penggunaan media

audio visual

(pemutaran film

drama Malin

Kundang)

3 1,2,3

4. Wawancara

Wawancara dipergunakan untuk menggali beberapa hal berkaitan

dengan masalah pembelajaran. Wawancara dilaksanakan secara lisan

dalam pertemuan tatap muka secara individual dengan orang-orang

yang dapat memberikan informasi yang dianggap perlu.

Page 72: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

60

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran

bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Data yang

dihasilkan dari kegiatan ini berupa foto kegiatan pembelajaran, buku

harian, dan lain-lain.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara

sistematis transkip wawancara, hasil lapangan, dan bahan-bahan lainnya

yang dikumpulkan untuk dipresentasikan kepada orang lain. Setelah data

dianalisis, sebaiknya peneliti berdiskusi dengan teman sejawat. Diskusi

meliputi kegagalan, keberhasilan, dan hambatan saat melakukan tindakan.

Kemudian, dari hasil diskusi tersebut, peneliti dapat memutuskan suatu

perencanaan ulang terhadap tindakan yang dilakukan.

1. Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa

Untuk menganalisi data aktivitas siswa yang diamati digunakan

teknik persentase (%), yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas siswa

dibagi dengan seluruh aktivitas dikalikan dengan 100.

Persentase respon siswa =

Keterangan:

A=Proporsi siswa yang memilih

B=Jumlah siswa (responden)

2. Hasil Belajar

Untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa digunakan

instrumen tes hasil belajar siswa yang meliputi produk, proses, dan

psikomotor. Rumusnya adalah:

KB =

KB = Ketuntasan Belajar

T = Jumlah skor yang diperoleh siswa

Tt = Jumlah skor total

Page 73: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

61

F. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian, proses belajar mengajar siswa di kelas

VI MI YPIA Al-Alawiyah, terlihat siswa kurang tertarik dengan pelajaran

Bahasa Indonesia, dan menganggap remeh, terutama pada materi

pemahaman cerita. Untuk menyelesaikannya, penulis sebagai guru

merencanakan penelitian tindakan kelas, yaitu menerapkan pembelajaran

dalam memahami cerita dengan menggunakan media audio visual

(pemutaran film drama Malin Kundang).

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan perencanaan tindakan kelas, maka Penulis menerapkan

hipotesis tindakan yang menyatakan, bahwa: “Media Audio Visual dapat

Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memahami Cerita.”

Page 74: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Madrasah

G

Lingkungan Madrasah Tsanawiyah YPI Al-Alawiyah

Yayasan Pendidikan Islam Al-Alawiyah berdiri sejak Tahun Pelajaran

1987/1988 hingga saat ini. Perizinan operasional KANDEPAG Jawa Barat

No. W.I/T/PP005.1/07/1988, saat ini statusnya adalah terakreditasi "B".

Yayasan Al-Alawiyah didirikan dalam rangka ikut serta membantu

program pemerintah yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

khususnya generasi muda yang bertaqwa kepada Allah Swt., serta untuk

dapat menyongsong kehidupan di kemudian hari untuk menjadi yang lebih

baik lagi.

Yayasan Pendidikan Islam Al-Alawiyah diketuai oleh K.H.

Muhammad Alwi, LC., dengan slogannya yaitu "Menuju Madrasah

Berstandar Nasional" telah membuktikan kualitas madrasah tersebut

dengan meluluskan banyak siswa berprestasi dalam bidangnnya. Yayasan

ini berada di lokasi yang cukup ramai di wilayah Kelurahan Kranji yaitu di

Jalan Lapangan Bola RT 02/02 No.75. Keberadaanya cukup dikenal oleh

warga sekitarnya, karena letak sekolahnya berada di tengah-tengah

permukiman-permukiman warga yang saling mendukung satu sama lain

Page 75: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

63

yang bertujuan untuk memajukan pendidikan Islam di Negara Republik

Indonesia.

Pada awalnya, madrasah ini memiliki beberapa ruang kelas saja

dan hanya mampu menerima siswa dengan jumlah terbatas, hingga lambat

laun, yayasan ini maju dan mulai menambah ruang kelas serta

memperbaiki, merenovasi bangunan gedung madrasah menjadi lebih

banyak. Saat ini madrasah memiliki jenjang pendidikan dari TPA (Taman

Pendidikan Al-Qur'an), MI (Madrasah Ibtidaiyah), dan MTs (Madrasah

Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah) yang gedungnya terpisah (berjarak

200 meter dari gedung utama). Untuk gedung utama terdiri 9 ruang kelas,

1 ruang guru, 1 ruang tata usaha, perpustakaan dan musollah, dilengkapi

dengan lapangan upacara, olahraga dan kegiatan lainnya seperti baris-

berbaris dan pramuka. Sementara untuk Madrasah Aliyah memiliki 4

ruang kelas belajar, 1 ruangan komputer atau ruang TIK (Teknologi

Informasi dan Komunikasi) dan 1 ruang guru.

Madrasah Al-Alawiyah memiliki visi untuk meningkatkan

sumberdaya manusia yang manusiawi berperilaku Iman dan Taqwa.

Misinya agar para siswa berwawasan tentang dunia sekitarnya, bermoral,

toleransi serta bangga akan warisan budaya bangsa, dan tujuan Madrasah

Al-Alawiyah memiliki tujuan kepada pemberdayaan dan pencerahan

madrasah agar menjadi dambaan umat di masa yang akan datang.

Adapun Pengelolaan Bidang Administrasi Ketenagaan yang ada di

Madrasah Al-Alawiyah, yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.3

Jumlah Personil di YPI Al-Alawiyah

NO PERSONAL JUMLAH

Lk Pr Total

1. Kepala Madrasah 3 - 3

2. Guru PNS - - -

3. Guru PNS lainnya - - -

4. Guru kontrak / bantuan / Honda - - -

5. Guru tetap yayasan 15 7 22

Page 76: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

64

6. Guru honor / tidak tetap - - -

7. Administrasi (TU) - 2 2

8. Pustakawan - 1 -

9. Petugas BP / BK 1 - 1

10. Laboran 1 - 1

11. Tenaga keterampilan 2 - 2

12. Personal lainnya 3 - 3

Total

39

Tenaga struktural mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi di

suatu unit organisasi. Pengembangan dan pembinaan karier kelompok

tenaga struktural, hal ini tergantung pada beban tugas pokok dan fungsi

unit organisasi tempat mereka bekerja. Tenaga fungsional dalam kariernya

tergantung pada kemampuan profesi mereka yang lebih spesifik. Dalam

hal ini kesempatan ada pada kemampuan dalam mengembangkan dirinya

secara luas tanpa terikat dan terbatas pada stuktur organisasi bertempat

mereka bertugas.

Sampai saat ini, setiap pegawai atau personal di YPI Al-Alawiyah

sudah berjalan dengan baik sesuai dengan tugas, hak dan kewajibannya

masing-masing. Pengelolaan bidang administrasi ketenagaan ini setiap

personal fungsinya adalah untuk mencari, mengevaluasi, mengadakan

persetujuan, menempatkan, mengorientasikannya pada posisi tugas yang

dibutuhkan dalam unit organisasi madrasah.

Adapun di dalam pengelolaan bidang Kurikulum, pada hal materi

pelajaran, Madrasah Al-Alwiyah ini memakai kurikulum dari Departemen

Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS)/Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), Kurikulum Departemen Pendidikan Agama

(DEPAG), dan Kurikukulum Pesantren (Lokal). Penggabungan ketiga

kurikulum tersebut diharapkan para siswa atau santri dapat menjadi

manusia yang memiliki IMTAQ (Iman dan Taqwa) dan Menguasai IPTEK

(Ilmu Pengetahuan Teknologi), sehingga mereka akan mampu menghadapi

tantangan zaman ke depan.

Page 77: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

65

Pada kurikulum lokal, yang lebih menuju ke arah pengembangan

pembelajaran berlandasakan kitab kuning. Esensi bercirikan siswa akan

mampu dan mahir dalam berbahasa Arab dan dapat membaca kitab kuning

secara komprehensif dengan kaidah-kaidah tata bahasanya (Nahwu dan

Sharaf)

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang lebih

mengimplementasikan pada regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005.

Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih

bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas

tidaknya sebuah subject matter), yaitu:

a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara

individual maupun klasikal.

b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan

keberagaman.

c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan

metode yang bervariasi.

d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar

lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Sejauh ini, hasil yang telah dicapai oleh madrasah tersebut sebagian

telah sesuai dengan tujuan digunakannya ketiga kurikulum tersebut. Dari

ketiga kurikulum yang diterapkan tersebut terdapat kekurangan-

kekurangan yang salah satunya, yaitu terlalu banyaknya materi yang harus

dipelajari oleh para peserta didik. Hal ini mengakibatkan banyaknya

konsep atau materi yang tidak bisa dipahami oleh siswa, serta dapat

membingungkan siswa untuk menyerap seluruh materi pelajaran yang

diberikan, juga terdapat kesulitan bagi siswa dalam mempelajari struktur

ketatabahasaan untuk memahami dan membaca kitab kuning, khususnya di

Madrasah YPI Al-Alawiyah.

Page 78: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

66

Keunggulan dari ketiga kurikulum tersebut akan dapat dirasakan

apabila siswa memiliki kemampuan lebih dalam menyerap materi yang

diberikan, dan tentunya pengetahuan mereka akan lebih bertambah pun

berlandaskan pada Alqur‟an dan As-Sunnah, sehingga output yang telah

diolah sedemikian rupa dapat menghasilkan insan-insan yang beriman dan

bertaqwa.

Pendayagunaan sumber-sumber (Sumber Daya Manusia dan Material)

secara efektif dan efisien agar dapat mencapai tujuan pendidikan disebut

administrasi pendidikan. Agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan

efisien, maka harus dikelola secara professional segala aktivitas

administrasi pendidikan dibidang kurikulum tersedia dan diatur oleh

madrasah. Bidang administrasi kurikulum mencakup di dalamnya

pelaksanaan kurikulum, pembinaan kurikulum, penyusunan silabus,

persiapan harian, dan sebagainya.

Kegiatan yang dilakukan oleh pengelola bidang administrasi

Kurikulum di YPI Al-Alawiyah yaitu:

a. Menyusun program pengajaran.

b. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.

c. Menyusun jadwal dan pelaksanaan ulangan umum serta ujian

akhir.

d. Menerapkan kriteria persyaratan naik atau tidak naik dan kriteria

kelulusan.

e. Mengatur jadwal penerimaan buku laporan penilaian hasil belajar

dan STTB.

f. Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan satuan

pelajaran.

g. Menyusun laporan pelaksanaan pelajaran.

h. Membina kegiatan MGMP (Majelis Guru Mata Pelajaran).

i. Membina kegiatan sanggar PKG/ MGMP/ Media.

j. Menyusun laporan pendayagunaan sanggar PKG/ MGMP/ Media.

k. Melaksanakan penilaian guru teladan.

l. Membina kegiatan lomba-lomba bidang akademis.

Page 79: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

67

Kendala yang sering dihadapi oleh YPI Al-Alawiyah dalam

pembagian jam mengajar karena sebagian besar merupakan guru honor.

Bagi guru honor sering kali terdapat ketidaksesuaian dalam jam mengajar.

Untuk mengatasi hal tersebut, pihak sekolah bersifat fleksibel dengan

memberi kemudahan bagi para guru honorer yang mengajar di YPI Al-

Alawiyah ini dengan memprioritaskan mereka dalam segi pengaturan

jadwal.

Pengembangan kurikulum YPI Al-Alawiyah mengacu pada Standar

Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan

nasional. Kedelapan standar nasional pendidikan nasional tersebut yaitu:

a. Standar isi (Permendiknas No. 22 Tahun. 2006) adalah ruang

lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam

kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,

kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus

dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan

tertentu.

b. Standar kompetensi lulusan (Permendiknas No.23 Tahun. 2006)

adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

c. Standar proses (Permendiknas No.41 Tahun. 2007) adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pada satu

MTs YPI Al-Alawiyah untuk mencapai standar kompetensi

lulusan.

d. Standar sarana dan prasarana (Permendiknas No.24 Tahun. 2007)

adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria

minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat

beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat

bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain

yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Page 80: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

68

e. Standar pendidik dan tenaga kependidikan (Permendiknas No.12,

13, dan 16 Tahun. 2007) adalah kriteria pendidikan pra jabatan dan

kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

f. Standar pengelolaan (Permendiknas No.19 Tahun. 2007) adalah

standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat

MTs di YPI Al-Alawiyah, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional

agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

g. Standar penilaian pendidikan (Permendiknas No.20 Tahun. 2007)

adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta

didik.

h. Standar pembiayaan pendidikan (Permendiknas No.69 Tahun.

2009) adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

pembiayaan pendidikan selama satu tahun pelajaran. Di Madrasah

YPI Al-Alawiyah ini juga terdapat program kerja unggulan bagi

pengelolaan semester pengajaran, dan program tahunan pengajaran.

Pengelola administrasi kurikulum di madrasah ini hanya memiliki

satu personil (Sri Hartati) yang bekerja sama dengan semua pengelola

administrasi bidang lainnya, misalnya bidang kesiswaan, masyarakat, dan

lain-lain. Kerja sama yang dilakukan juga merupakan kerja sama aktif,

misalnya konsultasi. Contohnya, ketika ada suatu permasalahan bisa

dikonsultasikan atau dibicarakan dengan banyak bidang. Tentunya ada saja

hal-hal yang dapat dijadikan kendala dalam pemecahan permasalahan

tersebut, yaitu perbedaan konsep yang bisa saja terjadi. Selama ini di

Madrasah YPI Al-Alawiyah, keputusan yang akhirnya diambil apabila

terjadi perbedaan konsep yaitu dengan cara mencari konsep yang lebih

profesional.

Adapun sarana dan prasarana yang ada di Madrasah YPI Al-Alawiyah

yaitu:

a. Kepemilikan Gedung: milik sendiri, belum sertifikat

Page 81: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

69

b. Ruang kelas ada 6 dengan luas 7 x 8 m2

c. Ruang tamu ada 1 dengan luas 7 x 8 m2

d. Ruang perpustakaan ada 1 dengan luas 4 x 5 m2

e. Ruang kepala sekolah ada 3 dengan luas 4 x 5 m2

f. Kantor guru ada 1 dengan luas 7 x 8 m2

g. Ruang BP/BK ada 1 dengan luas 4 x 5 m2

h. Ruang TU ada 1 dengan luas 4 x 5 m2

i. Ruang wakil kepala sekolah 1, 4 x 5 m2

j. Ruang laboraturium IPA ada 1 dengan luas 4 x 5 m2

k. Ruang UKS ada 1 dengan luas 4 x 5 m2

l. Ruang praktek komputer ada 1 dengan luas 7 x 8 m2

m. Koperasi atau kantin ada 1 dengan luas 4 x 5 m2

n. Ruang OSIS ada 1 dengan luas 4 x 5 m2

o. Kamar mandi ada 3 denngan luas masing-masing 4 x 5 m2

p. Gudang ada 2 dengan luas 4 x 5 m2

q. Musholla ada 1 dengan luas 7 x 8 m2

r. Ruang Keterampilan ada 1 dengan luas 4 x 5 m2

s. Kamar mandi guru ada 2 dengan luas 4 x 5 m2

t. Perlengkapan sekolah: Komputer ada 10, Telepon dan Faksimili

ada 1, Meja guru TU ada 8, Brangkas ada 1, Filling cab ada 1,

Lemari ada 9, Rak buku ada 3, Kompor gas ada 1, Kursi guru ada

8, Meja siswa ada 100 dan kursi siswa ada 150.

u. Alat-alat peraga: bola dunia, angklung, patung, model tata surya,

kompas, dan sebagainya

B. Hasil Penelitian

1. Informasi Awal

Penelitian dilakukan mulai 25 November 2014 sampai dengan

06 Desember 2014. Penelitian meliputi observasi langsung

terhadap madrasah untuk mendapatkan gambaran awal situasi dan

kondisi lingkungan madrasah, sarana, dan prasarana yang tersedia

untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar dan proses kegiatan

Page 82: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

70

belajar mengajar, serta melakukan wawancara kepada guru bidang

studi bahasa dan sastra Indonesia terkait pembelajaran dan kelas

yang menjadi kelas penelitian. Selain itu, peneliti juga

mewawancarai beberapa siswa mengenai pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia, khususnya pembelajaran dalam memahami cerita.

Wawancara dengan guru bidang studi bahasa dan sastra

Indonesia bertujuan untuk mengetahui kondisi pembelajaran di

dalam kelas, khususnya keaktifan siswa terhadap pembelajaran

memahami cerita. Sedangkan wawancara dengan beberapa siswa

bertujuan untuk mengetahui bagaimana guru merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran yang berfokus kepada peningkatan

pemahaman cerita. Hasil pengamatan menunjukkan, bahwa

kemampuan siswa dalam memahami cerita itu rendah. Rendahnya

kemampuan dalam memahami cerita disebabkan karena guru

kurang memanfaatkan media pembelajaran di dalam proses

kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan kendala tersebut, maka peneliti ingin menerapkan

metode pembelajaran yang membuat siswa aktif dan terlibat

langsung dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,

yaitu Peningkatan Kemampuan Pemahaman Cerita melalui Media

Audio Visual di Kelas VII-B Madrasah Tsanawiyah Al-Alawiyah

Kranji–Bekasi Barat.

2. Observasi Pra-Tindakan

Observasi pra-tindakan dilakukan pada Kamis, 27 November

2014. Waktu penelitian madrasah dilakukan pada saat pagi hari,

pukul 08.00-12.00. Observasi ini dilakukan untuk sarana, dan

prasarana yang tersedia untuk menunjang kegiatan belajar-

mengajar dan proses kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan

pengamatan di kelas VII-D, situasi kelas cukup kondusif,

interaktif, dan penuh perhatian, namun guru harus selalu

memberikan arahan supaya kelas tidak berisik dan gaduh.

Page 83: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

71

Pada tahap Pra-Tindakan ini peneliti juga langsung melakukan

penelitian dan kegiatan pembelajaran, dengan mengajar di kelas

VII-D pada pukul 16.30-17.30. Kegiatan pembelajaran dilakukan

untuk mempercepat proses pembelajaran di siklus 1 nanti pada

pertemuan selanjutnya. Pada tahap pra-siklus ini peneliti sudah

menyiapkan segala yang mencakup ke dalam empat aspek dalam

penelitian tindakan kelas ini, yaitu perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi.

a. Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan dilakukan dalam mata pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia. Adapun langkah-langkah

yang dilakukan, yaitu: peneliti melaksanakan kegiatan

rancangan pembelajaran sesuai dengan RPP, dan

memberikan materi dalam memahami unsur-unsur cerita.

Adapun langkah-langkah yang telah direncanakan,

yaitu sebagai berikut.

a) Guru bertegur sapa dan mengabsensi siswa.

b) Guru mengondisikan kelas dan membuka pelajaran

dengan berdoa terlebih dahulu.

c) Guru berkenalan dengan siswa supaya lebih terjalin

komunikatif.

d) Guru menjelaskan kehadirannya di kelas VII-D.

e) Guru menyiapkan materi pembelajaran dan tujuan

pembelajaran.

f) Guru memberikan langkah-langkah pembelajaran.

g) Guru menjelaskan materi pembelajaran.

h) Guru memberikan arahan atau memberikan langkah-

langkah cara mudah untuk memahami cerita dengan

baik.

i) Guru meminta siswa untuk mengungkapkan apa-apa

atau macam-macam cerita yang diketahui oleh siswa.

Page 84: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

72

j) Secara interaktif, mengajak siswa untuk mengingat

kembali pengetahuan yang mereka miliki, yaitu hal-hal

apa saja yang ada di dalam suatu cerita (unsur yang

membangun cerita.).

k) Guru menyempurnakan dari berbagai pendapat siswa

terkait materi dalam memahami cerita.

b. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan pra-tindakan dilakukan hari Kamis, 27

November 2014 pukul 16.30.-17.30. Pada pertemuan

pertama kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh

peneliti. Pada pertemuan ini mencakup perkenalan dengan

siwa-siswi kelas VII-D, dan masuk ke dalam materi tentang

memahami unsur-unsur instrinsik cerita

Secara keseluruhan, siswa hadir di dalam kelas

sebelum guru memasuki ruang kelas. Suasana kelas cukup

ramai, tetapi setelah guru memasuki kelas, siswa tidak ribut

lagi, dan duduk dengan rapi sesuai dengan tempat

duduknya, sehingga kegiatan belajar-mengajar cukup

kondusif. Setelah ketua kelas memimpin membaca doa,

siswa mulai terlihat sudah siap untuk mulai belajar di hari

ini, dengan sudah adanya buku mata pelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di mejanya masing-masing, namun ada

beberapa siswa yang terlihat masih mengobrol di belakang.

Setelah guru mengabsensikan dan mengondisikan

kelas, guru menjelaskan kehadirannya di kelas VII-D,

mulai dari hari ini dan beberapa hari ke depan tentang

tindakan penelitiannya. Selanjutnya, guru berkenalan satu

sama lain dengan para siswa sebagai perkenalan awal.

Terlihat siswa begitu senang berkenalan sebagai bentuk

relaksasi sebelum mulai belajar. Setelah terjalin perkenalan

Page 85: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

73

dan komunikasi dengan para siswa, guru memberikan

penjelasan apersepsi kepada siswa dengan bertanya “apa

yang kalian ketahui tentang cerita?” hal ini bertujuan untuk

menstimuli siswa dalam mengingatkan kembali materi

dalam memahami cerita yang pernah dipelajari sebelumnya.

Beberapa siswa menjawab pertanyaan guru, dan beberapa

siswa hanya terdiam sambil mendengarkan jawaban dari

siswa yang menjawab. Setelah prosesi tanya jawab dengan

siswa terkait materi, siswa diberikan daya imajinasi tentang

cerita-cerita apa yang diketahui. Beberapa siswa menjawab

berdasarkan pada pengetahuan yang dimiliknya.

Kemudian, beranjak dari hal tersebut, siswa diajak

kembali untuk mengetahui unsur-unsur yang perlu kita

ketahui jika kita ingin mudah memahami suatu cerita.

Dikarenakan pembelajaran ini bersifat interaktif dan

komunikatif, guru melemparkan beberapa pertanyaan

kepada siswa, dan sebelum guru melemparkan pertanyaan,

ada beberapa siswa yang cepat bertanya karena rasa

keingintahuannya yang tinggi. Setelah itu, ada beberapa

siswa yang menjawab pertanyaan dari temannya, dan ada

juga yang diam mendengarkan temannya sedang

mengutarakan pendapatnya. Langkah demi langkah materi

dijelaskan didasari dengan menggunakan pendekatan yang

interaktif dan komunikatif, sehingga siswa lebih aktif dalam

kegiatan belajarnya.

Ketika materi sudah dijelaskan, guru mengulang

kembali tentang hal-hal yang baru saja siswa kembali,

dalam hal ini siswa terlihat semangat dalam menyebutkan

dan menjelaskan materi yang baru saja dipelajarinya.

Karena keterbatasan waktu, akhirnya pembelajaran diakhiri

dengan pemberian kesimpulan oleh siswa, dan

Page 86: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

74

pembelajaran ditutup dengan mengucap lafadz Hamdalah

bersama-sama.

c. Observasi

Tahap observasi dilakukan pada pelaksanaan tindakan,

yaitu saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung.

Pengamatan dilakukan oleh peneliti. Peneliti mengamati

setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa saat kegiatan

belajar-mengajar berlangsung. Berdasarkan pengamatan

yang telah dilakukan, hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.4

sebagai berikut.

Tabel 4.4

Data Kegiatan Guru dalam pembelajaran Pra Siklus

No Pertanyaan Alternatif Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah seluruh siswa hadir pada saat

KBM

(siswa

sakit)

2. Apakah siswa hadir tepat waktu

3. Apakah guru kondisi kelas mendukung

KBM

4. Apakah guru memberitahukan hasil yang

dicapai setelah KBM

5. Apakah guru melakukan apersepsi terlebih

dahulu

6.

Apakah saat mengajar guru

memberitahukan langkah-langkah

pembelajaran

7. Apakah guru menggunakan media

pembelajaran saat KBM

8. Apakah guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya.

Page 87: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

75

9.

Apakah guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menjawab pertanyaan

temannya

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan,

bahwa peneliti telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan RPP, walau

belum menggunakan media pembelajaran saat kegiatan belajar-mengajar

berlangsung.

Tabel 4.5

Hasil Persentase (%) Observasi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran

Pra-Siklus

No Aspek yang diamati Kriteria Persentase

% Kurang Cukup Baik

1. Siswa memberikan respon

positif terhadap pembelajaran

memahami cerita.

60

2. Siswa memberi perhatian

terhadap penjelasan materi ajar. 60

3. Siswa mengajukan pertanyaan. 40

4. Siswa menjawab pertanyaan. 40

5. Siswa mengikuti langkah-

langkah pembelajaran. 60

6. Siswa terlihat antusias selama

KBM berlangsung. 65

7. Siswa mengikuti KBM sampai

akhir dengan tertib. 60

Jumlah Rata-rata 56

Keterangan: 10-64 = Kurang 80-100 = Baik

65-79 = Cukup

Berdasarkan tabel 4.5, hasil observasi yang dilakukan pada saat

pembelajaran Pra-Siklus, dapat disimpulkan, bahwa tingkah laku siswa

Page 88: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

76

secara umum saat KBM berlangsung ternilai kurang. Persentase siswa 56%

menunjukkan, bahwa pada tindakan ini tingkah laku siswa termasuk ke

dalam kategori kurang.

Pada pelaksanaan tindakan penelitian yaitu pemberian pertanyaan yang

memberi kebebasan kepada siswa, kemudian meminta siswa untuk

mengulang kembali atau mereview materi yang baru saja diajarkan, supaya

lebih bermakna dan dapat diingat terus oleh siswa.

d. Refleksi

Setelah melihat proses pembelajaran di Pra-Siklus ini, lembar observasi

pembelajaran siswa serta beberapa hal yang harus segera diperbaiki. Pada

hasil observasi ditemukan beberapa hal yang belum sesuai dengan harapan.

Terlihat dalam hal perhatian siswa terhadap penjelasan guru, keaktifan siswa

dalam bertanya dan mengutarakan pendapat, serta ketertiban siswa belum

sempurna sampai akhir pembelajaran.

Catatan Lapangan

Penelitian Tindakan Kelas

Kelas : VII-D

Hari/Tanggal : Kamis, 27 November 2014

Waktu : 16.30-17.30 WIB

Deskripsi Hasil Observasi

Pada pembelajaran pra-siklus ini, dari awal guru masuk ke kelas,

terlihat keadaan kelas masih ramai karena sehabis dari istirahat. Ketika bel

berbunyi, guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mengarahkan

siswa-siswinya untuk masuk ke dalam kelas. Setelah semua siswa masuk,

guru peneliti masuk ke dalam kelas. Penempatan tempat duduk siswa secara

acak, namun siswa perempuan dengan perempuan, dan laki-laki dengan

laki-laki serta tempat duduk siswa tidak bergerak vertikal atau horizontal.

Pada pra-siklus ini siswa-siswi masih terkesan malu-malu karena belum

Page 89: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

77

kenal dengan guru peneliti. Hal yang dilakukan untuk mencairkan suasana,

guru peneliti pun mengecek kehadiran siswa dan sekaligus berkenalan

dengan siswa secara singkat dan jelas. Kemudian, guru peneliti menjelaskan

kehadirannya beberapa minggu ke depan tentang keberadaannya di kelas

tersebut. Setelah berkenalan, siswa dihidupkan kembali skemata

pengetahuan yang sudah dipelajarinya pada pembelajaran sebelumnya,

khususnya pembelajaran memahami cerita. Pada tahap ini siswa masih

terlihat percaya diri dalam mengungkapkan pendapat. Beberapa siswa masih

terlihat bingung dalam menjawab pertanyaan guru. Setelah guru

memberikan motivasi sedikit, siswa pun sudah mulai memberanikan diri

untuk bersahabat dengan guru peneliti, dan siswa pun terlihat mulai aktif

menjawab dan bertanya karena atas dasar rasa keingintahuan.

Kegiatan tanya jawab terus dilakukakn terhadap siswa supaya siswa

terpancing untuk berpendapat dan bertanya. Terlihat siswa-siswinya masih

belum paham tentang pelajaran yang sedang dipelajarinya. Pada saat guru

menjelaskan materi sebagai penyempurnaan, terlihat siswa aktif mencatat

dan mengingat kembali materi yang baru saja didengar dan ditulisnya. Pada

akhir pembelajaran, siswa menyimpulkan kegiatan belajar dan ditutup

dengan membaca lafadz hamdallah.

3. Pembelajaran Siklus 1

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dilakukan dalam mata pelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia. Adapun langkah-langkah yang dilakukan,

yaitu: peneliti melaksanakan kegiatan rancangan pembelajaran

sesuai dengan RPP, dan mengulas kembali materi cerita, dan

memberikan tugas untuk menganalisis salah satu cerita tanpa media

audio visual. Pada siklus ini RPP dibuat untuk satu kali pertemuan.

Adapun langkah-langkah yang telah direncanakan, yaitu sebagai

berikut.

a) Guru bertegur sapa dan mengecek daftar hadir siswa.

Page 90: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

78

b) Guru mengondisikan kelas dan membuka pelajaran dengan

berdoa terlebih dahulu.

c) Guru menyiapkan materi pembelajaran dan tujuan

pembelajaran.

d) Guru menginformasikan langkah-langkah dalam kegiatan

pembelajaran.

e) Guru memberikan pertanyaan lisan (pretest) terkait materi.

f) Guru memberikan arahan atau memberikan langkah-langkah

cara mudah memahami cerita dengan baik.

g) Guru meminta siswa untuk mengungkapkan apa-apa atau

macam-macam cerita yang diketahui oleh siswa.

h) Guru mengulas sedikit materi pembelajaran sebagai

pengingatan kembali pengetahuan yang dimiliki siswa.

i) Guru menugasi siswa dengan bahan bacaan cerita untuk

dicaritahu mengenai unsur-unsur instrinsik dari cerita

tersebut.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan siklus 1 dilakukan hari Sabtu, 29 November 2014

pukul 13.30.-14.30. Pada pertemuan ini, kegiatan pembelajaran

dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

telah dibuat oleh peneliti. Pada pertemuan ini mencakup pengulasan

sedikit materi tentang memahami cerita, sedangkan tugas yang

diberikan, yaitu berupa teks cerita tanpa menggunakan media audio

visual. Lalu, siswa ditugasi mencari unsur-unsur instrinsik yang ada

di dalam cerita tersebut secara individual setelah pada hari

sebelumnya telah dijelaskan materinya.

Secara keseluruhan, siswa hadir di dalam kelas sebelum guru

memasuki ruang kelas. Suasana kelas cukup ramai, tetapi setelah

guru memasuki kelas, siswa tidak ribut lagi, dan duduk dengan rapi

sesuai dengan tempat duduknya, sehingga kegiatan belajar-mengajar

cukup kondusif. Setelah ketua kelas memimpin membaca doa, siswa

Page 91: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

79

mulai terlihat sudah siap untuk mulai belajar di hari ini, dengan

sudah adanya buku catatan dan buku mata pelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di mejanya masing-masing, namun ada beberapa

siswa yang terlihat masih mengobrol.

Setelah guru mengecek daftar hadir siswa dan mengondisikan

kelas, guru memberikan pertanyaan lisan (pretest) kepada siswa

dengan bertanya “apa yang kalian ketahui tentang cerita?” dan “hal-

hal apa saja yang harus kalian ketahui jika ingin mudah memahami

suatu cerita” hal ini bertujuan untuk menstimuli siswa dalam

meretensikan kembali materi cerita yang pernah dipelajari

sebelumnya.

Lembar Pertanyaan Lisan Siswa

(Pretest) Siklus 1

a) Apa yang kalian ketahui tentang cerita?

Cerita merupakan suatu suatu kisah yang di dalamnya terdapat

suatu peristiwa, baik yang terjadi di waktu dahlu maupun akan

datang.

b) Cerita apa saja yang pernah kalian ketahui?

Cerita timun emas, sangkuriang, putri salju, bawang merah

bawang putih.

c) Bagaimana cara kita agar mudah memahami suatu cerita dengan

baik?

Mengetahui ceritanya dan unsur yang terkandung.

Setelah pertanyaan-pertanyaan lisan ini diberikan kepada siswa,

terlihat hanya beberapa siswa menjawab pertanyaan guru dan,

pengetahuan siswa terlihat masih belum maksimal dan beberapa

siswa hanya terdiam sambil mendengarkan jawaban dari siswa yang

menjawab.

Sesudah memberikan pertanyaan lisan, selanjutnya guru

menjelaskan kembali secara singkat materi tentang cerita, dan siswa

Page 92: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

80

diajak kembali untuk mengingat kembali unsur-unsur yang ada di

dalam cerita, yaitu unsur-unsur instrinsik.

Seusai guru menjelaskan materi secara singkat, selanjutnya,

guru menugasi kepada seluruh siswa untuk membaca salah satu teks

cerita yang berjudul Persahabatan yang Berawal dari Musuh.

Setelah siswa membaca cerita tersebut, siswa ditugaskan untuk

mencari tahu cerita apa yang ada di dalamnya, dan bagaimana unsur-

unsur instrinsik yang ada di dalam cerita tersebut. Terlihat ada

beberapa siswa dengan tekun mengerjakannya di Lembar Kerja

Siswa, dan ada juga yang masih terlihat bingung dalam menjawab

pertanyaan soal.

Pada saat siswa sudah selesai, lembar jawaban siswa

dikumpulkan. Dikarenakan keterbatasan waktu, pembelajaran

disudahi dengan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang baru

saja dilakukan, dan kegiatan pembelajaran diakhiri dengan membaca

lafadz hamdalah bersama-sama.

Page 93: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

81

c. Observasi

Tahap observasi dilakukan pada pelaksanaan tindakan, yaitu

saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan

oleh peneliti. Peneliti menerapkan beberapa kegiatan, dan

mengamati setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa saat kegiatan

belajar-mengajar berlangsung. Berdasarkan pengamatan yang telah

dilakukan, hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut.

Tabel 4.6

Data Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus 1

No Pertanyaan Alternatif Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah seluruh siswa hadir pada saat KBM

2. Apakah siswa hadir tepat waktu

3. Apakah guru kondisi kelas mendukung KBM

4. Apakah guru memberitahukan hasil yang dicapai

setelah KBM

5. Apakah guru melakukan apersepsi terlebih

dahulu

6. Apakah saat mengajar guru memberitahukan

langkah-langkah pembelajaran

7. Apakah guru menggunakan media pembelajaran

saat KBM

Page 94: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

82

8. Apakah guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya

9. Apakah guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menjawab pertanyaan temannya

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan,

bahwa peneliti telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan RPP, walau belum

menggunakan media pembelajaran saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung.

Tabel 4.7

Hasil Persentase (%) Observasi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran

Siklus 1

No Aspek yang diamati Kriteria Persentase

% Kurang Cukup Baik

1. Siswa memberikan respon

positif terhadap

pembelajaran cerita tulisan

65

2. Siswa memberi perhatian

terhadap penjelasan materi

ajar

65

3. Siswa mengajukan

pertanyaan 63

4. Siswa mengajukan

pendapat 65

5. Siswa mengerjakan tugas

yang diberikan dengan

guru secara baik

65

6. Siswa terlihat antusias

selama KBM berlangsung 65

7. Siswa mengikuti KBM

sampai akhir dengan tertib 65

Page 95: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

83

Jumlah Rata-rata 65

Keterangan: 10-64 = Kurang

65-79 = Cukup

80-100 = Baik

Berdasarkan tabel 4.7, hasil observasi yang dilakukan pada saat

pembelajaran siklus 1, dapat disimpulkan, bahwa tingkah laku siswa secara

umum saat KBM berlangsung ternilai cukup akan tetapi masih belum baik.

Persentase siswa 65% menunjukkan, bahwa pada tindakan pertama tingkah

laku siswa termasuk ke dalam kategori cukup.

Pada pelaksanaan tindakan penelitian yaitu pemberian pertanyaan yang

memberi kebebasan kepada siswa, kemudian meminta siswa untuk mencari

unsur-unsur instrinsik yang ada di dalam cerita yang berjudul Persahabatan

yang Berawal dari Musuh karya Ahmad Taufik.

Lembar Kerja Siswa

Hari/Tanggal :...............................................................................................

Nama :...............................................................................................

Kelas :...............................................................................................

1. Bacalah secara baik cerita berjudul Persahabatan yang Berawal dari

Musuh. Apa kisah yang ada di dalam cerita tersebut?

Jawaban: kisah yang ada di dalam cerita tersebut mengisahkan dua

orang siswa yang bersahabat di sekolah, namun di pertengahan mereka

bertengkar sebab teman yang satu itu mengejek temannya lagi dan

menjadi salah paham. Setelah teman yang satu menyadari bahwa itu

kesalahpahaman, akhirnya mereka kembali bersahabat kembali.

2. Sebutkanlah unsur-unsur Instrinsik yang ada di dalam cerita tersebut!

a. Tokoh, Penokohan, dan Watak

Jawaban: tokoh yang ada di dalam cerita ini, yaitu Aku, Ibunya

Aku, Sofi, Nia, Papa, dan Om Dahlan. Penokohannya yaitu, tokoh

Aku merupakan tokoh yang dinamis, sedangkan tokoh Sofi, Nia,

Page 96: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

84

Ibu, Papa, dan Om Dahlan merupakan tokoh statis. Watak Aku,

Ibu, Sofi, Nia, Papa, dan Om Dahlan merupakan Protagonis.

b. Latar

Jawaban: latar tempatnya yaitu di rumah, di jalan, di sekolah, di

lapangan, di taman, dan di kolam. Suasananya yaitu ada sedih,

kesal, terharu, dan bahagia. Waktunya, pagi hari, dan sore hari.

c. Sudut Pandang

Jawaban:.Sudut pandang yang digunakan, yaitu persona pertama

“Akuan.”

d. Alur

Jawaban: Campuran (maju dan mundur)

e. Tema

Jawaban: Persahabatan

f. Amanat atau Pesan

Jawab: jangan suka menuduh orang lain tanpa bukti yang benar,

dan sahabat merupakan orang yang selalu ada buat kita.

3. Bagaimanakah akhir dari cerita tersebut?

Jawaban: Akhirnya mereka kembali bersahabat kembali, dan

persahabatan mereka semakin erat.

Tabel 4.8

Nilai Siklus 1

No Nama

Rincian Nilai KKM 75

1 2 3

1-15 1-75 1-10 Jumlah

1. Adela Septiani 12 46 9 67

2. Ahmad Sofyan 10 32 9 51

3. Ai Rohaeni 10 37 5 52

4. Anis Setya Septiana 12 63 10 85

5. Azizah Mauludea 12 62 10 84

Page 97: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

85

6. Bagas Perdana 15 50 10 75

7. Bilal Ananda. P 15 52 8 75

8. Citra Oktavia 11 43 8 61

9. Dela Puspita 10 31 10 51

10. Dwi Ramanda 9 32 9 50

11. Linda Safitri 13 44 9 66

12 Lusi Presilia 12 47 8 67

13 M. Rafli 12 48 7 67

14 M. Ramdan 8 45 8 61

15 Mawarda Dwi. A 12 55 8 75

16 Muhammad Fiqodri 10 32 8 50

17 Nada Zahira Tanjung 10 40 8 58

18 Nurhamidah 15 51 8 74

19 Pipit Irmayanti 12 53 8 73

20 Rahmat Madani 8 35 8 51

21 Rani Halimatusya‟diah 10 55 10 75

22 Ratu Andini 10 55 10 75

23 Riski Nazari 10 55 10 75

24 Riswan Fauzi 8 34 8 50

25 Rossa Yuliana 9 34 7 50

26 Syarena Azzahra 10 60 10 80

27 Siska Arista Laitupa 10 58 10 78

28 Siswanto Adi. P 11 43 10 64

29 Siti Aisyah 8 44 8 60

30 Wiwi Indiyani 11 47 8 66

31 M. Nuriski 8 34 8 50

Jumlah 2016

Rata-rata 65,03

Nilai rata-rata

Page 98: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

86

Berdasarkan hasil perolehan nilai Siklus 1, diketahui nilai tertinggi,

terendah, dan nilai rata-rata, dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9

Nilai Tertinggi dan Terendah Siswa Siklus 1

Tingkat Penguasaan Siklus 1 Nilai

Nilai tertinggi siswa 85

Nilai terendah siswa 50

Jumlah rata-rata 65,03

Berdasarkan tabel 4.9, terlihat nilai terendah siswa masih di bawah

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), yaitu 50, sedangkan kriteria

ketuntasan minimumnya adalah 75. Penyebabnya karena siswa kurang

antusias dalam membaca dan kurangnya frekuensi guru dalam

menggunakan media di dalam pembelajaran, sehingga siswa menjadi kurang

aktif dan antusias. Oleh karena itu, perlu adanya tindak lanjut dari siklus 1

kemudian berlanjut ke siklus 2.

d. Refleksi

Setelah melihat siklus 1, lembar observasi guru dan siswa serta catatan

lapangan masih banyak hal yang harus diperbaiki. Perencanaan kegiatan

belajar mengajar harus lebih dipersiapkan agar hasil yang dicapai sesuai

dengan yang diharapkan. Pada lembar observasi kegiatan guru sudah

menunjukkan kebaikan, walaupun belum terlihat sempurna, yaitu guru

belum menyediakan media yang kurang merangsang siswa untuk antusias,

aktif dan dapat memahami materi cerita dengan baik.

Hasil observasi terhadap tingkah laku siswa selama pembelajaran

dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari perhatian siswa

terhadap penjelasan guru, akan tetapi keaktifan siswa untuk bertanya, dan

keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas masih tampak tidak serius, serta

banyak siswa yang belum tertib saat kegiatan pembelajaran berlangsung di

dalam kelas. Selain itu, di dalam catatan lapangan, teruraikan beberapa

Page 99: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

87

catatan yang perlu solusi dan tanggapan untuk perbaikannya, dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Catatan Lapangan

Penelitian Tindakan Kelas

Kelas : VII-D MTs. YPI Al-Alawiyah

Hari/Tanggal : Sabtu, 29 November 2014

Waktu : 13.30-14.30 WIB

Deskripsi Hasil Observasi

Pada pembelajaran di siklus 1, dari saat mulai pembelajaran siswa

terlihat siswa masih terlihat pasif, sedikit yang bertanya dan sedikit pula

yang mengungkapkan pendapatnya. Kondisi kelas pun masih belum

mendukung dalam pembelajaran. Di kursi bagian belakang terlihat

beberapa siswa masih saja mengobrol dengan temannya, terlihat siswa

tersebut tidak memperhatikan guru yang sedang ada di depan. Ketika

materi sedang dijelaskan keaktifan lebih terlihat pada siswinya, sedangkan

siswanya masih diam mendengarkan pendapat dan pertanyaan dari

temannya yang perempuan. Ketika guru menjelaskan materi dengan teknik

pancingan, akhirnya siswa menjadi sedikit lebih berani mengungkapkan

pertanyaannya, dan beberapa pertanyaan itu dijawab oleh temannya yang

lain. Rasa ingin tahu siswa semakin baik ketika siswa laki-lakinya turut

mengungkapkan pertanyaan dari materi yang disampaikan oleh guru di

depan kelas. Beberapa siswa berani menuliskan jawabannya di papan tulis

kelas.

Di pertengahan pembelajaran siswa diberi bahan bacaan berupa cerita

Persahabatan yang Berawal dari Musuh. Ketika selebaran ini dibagikan

kepada siswa terlihat beberapa siwa ada yang antusias, dan ada yang tidak,

hal itu ditunjukkan oleh aktivitas siswa yang masih sibuk bercanda dengan

temannya. Ini artinya, siswa masih belum penuh perhatiannya dalam

belajar. Pada proses pengerjaan lembar jawaban siswa, terlihat siswa ada

Page 100: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

88

yang masih bingung, dan ada yang bertanya kembali kepada guru, dan ada

yang bertanya dengan teman-temannya. Selain itu, beberapa siswa

menyukai cerita yang dibaca, dan ada beberapa juga siswa yang tidak,

namun setelah guru menjelaskan sedikit rangsangan cerita tersebut, siswa

pun membaca cerita tersebut. Setelah lembar kerja dikumpulkan dan

dikoreksi, beberapa siswa sudah menunjukkan nilai yang baik, namun dari

rata-rata, pada siklus ini hasil belajarnya kurang dari KKM.

Berdasarkan analisis data pengamatan di atas, bahwa masih terdapat

nilai yang kurang dari KKM yang telah ditentukan. Untuk memperbaiki

kekurangan yang terdapat di siklus 1 tersebut, maka pada pada siklus 2

perlu dibuat pengembangan tindakan berdasarkan hasil dari refleksi pada

siklus 1.

4. Pembelajaran Siklus 2

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi dari siklus 1, maka kegiatan

pembelajaran pada siklus 2 pembelajaran harus lebih diarahkan.

Peneliti harus mengoptimalkan dan memanfaatkan waktu agar dapat

selesai dengan waktu yang telah ditentukan, dan tentunya dengan

memperoleh timbal balik dan pengingkatan yang baik dari siswa.

Pada siklus 2 ini, peneliti harus lebih tegas dalam mengkondisikan

kelas, memberikan pengarahan kepada siswa secara detail dan dapat

menjadikan suasana kelas menjadi lebih santai, menyenangkan, tidak

terlalu tegang, dan tidak terburu-buru. Pada tindakan pembelajaran

siklus 2 ini, yaitu pembelajaran sudah menggunakan media audio visual

sebagai sumber belajar, yaitu pemutaran film drama Malin Kundang

yang berdurasi sekitar sepuluh menit, yang kemudian setelah itu setiap

siswa menuliskan unsur-unsur instrinsik cerita tersebut. Perencanaan

pembelajaran pada siklus 2 ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

b) Meningkatkan aktivitas pengajaran yang mengarah pada

peningkatan kemampuan pemahaman siswa terhadap cerita

Page 101: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

89

melalui media audio visual (pemutaran film drama Malin

Kundang).

c) Memberikan respon dan motivasi yang positif dalam

pembelajaran. Siswa diberikan penghargaan berupa hadiah

ketika tuntas mengerjakan tugas yang telah diberikan.

Adapun langkah-langkah yang telah direncanakan, yaitu sebagai

berikut.

a) Guru bertegur sapa dan mengecek kehadiran siswa.

b) Guru mengondisikan kelas dan membuka pelajaran dengan

berdoa terlebih dahulu.

c) Guru menyiapkan materi pembelajaran berupa film drama Malin

Kundang dan tujuan pembelajaran.

d) Guru menginformasikan langkah-langkah dalam kegiatan

pembelajaran.

e) Guru memotivasi siswa dengan memberikan hadiah di akhir

pembelajaran nanti.

f) Guru memberikan pertanyaan lisan (pretest) terkait materi.

g) Guru memberikan arahan atau memberikan langkah-langkah cara

mudah memahami cerita dengan baik.

h) Guru mengkondisikan bentuk tempat duduk siswa.

i) Guru memutarkan film drama Malin Kundang.

j) Guru menugasi siswa untuk mencaritahu mengenai unsur-unsur

instrinsik dari cerita tersebut.

b. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan RPP, maka pelaksanaan tindakan pembelajaran ini

dilaksanakan pada hari Kamis, 04 Desember 2014, pukul 16.30-17.30

WIB. Kalau di siklus 1 penggunaan media tidak dihadirkan ke dalam

kegiatan belajar mengajar, pada tahap pelaksanaan siklus 2 ini peneliti

sudah menggunakan media pembelajaran di dalam kegiatan belajar

mengajar. Pada tahap ini siswa diajak untuk menyaksikan film drama

Page 102: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

90

yang berjudul Malin Kundang yang kemudian setiap siswa

mengerjakan tugas seperti tugas yang ada pada siklus 1. Kemudian

pada tahap tindakan ini, secara keseluruhan setelah kegiatan proses

pembelajaran selesai, di awal siswa diberikan motivasi terlebih dahulu,

dan penghargaan jika tuntas dalam tugasnya. Inti suasana pembelajaran

pada siklus 2 ini sudah lebih mengarah kepada pembelajaran

memahami cerita menggunakan media audio visual (pemutaran film

drama Malin Kundang). Penggunaan media dalam kegiatan

pembelajaran dapat mengkondisikan kelas menjadi lebih kondusif,

siswa penuh dengan keantusiasan, dan aktif, sehingga memahami cerita

yang disaksikan menjadi semakin baik.

Secara keseluruhan, siswa hadir di dalam kelas sebelum guru

memasuki ruang kelas. Suasana kelas cukup ramai, tetapi setelah guru

memasuki kelas, siswa tidak ribut lagi, dan duduk dengan rapi sesuai

dengan tempat duduknya, sehingga kegiatan belajar-mengajar cukup

kondusif. Setelah ketua kelas memimpin membaca doa, siswa mulai

terlihat sudah siap untuk mulai belajar di hari ini, dengan sudah adanya

buku catatan dan buku mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di

mejanya masing-masing. Siswa terlihat mulai antusias dengan

pembelajaran pada hari ini, karena mereka termotivasi dengan

menonton film drama yang berjudul Malin Kundang. Beberapa siswa

terlihat membantu guru dalam menyiapkan LCD proyektor dan alat-alat

pendukungnya.

Setelah guru mengabsen dan mengondisikan kelas, guru

memberikan pertanyaan lisan (pretest) kepada siswa dengan bertanya

“apa yang kalian ketahui tentang cerita?” dan “hal-hal apa saja yang

harus kita ketahui jika kita ingin mudah memahami suatu cerita” hal ini

bertujuan untuk menstimuli siswa dalam meretensikan kembali materi

cerita yang pernah dipelajari sebelumnya.

Page 103: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

91

Lembar Pertanyaan Lisan Siswa

(Pretest) Siklus 2

a) Apa yang kalian ketahui tentang cerita?

Cerita merupakan suatu kisah yang di dalam terdapat peristiwa,

baik peristiwa yang terjadi waktu dahulu, sekarang, maupun yang

akan datang.

b) Apa sajakah unsur-unsur instrinsik yang membangun cerita?

Unsur-unsur instrinsik yang membangun cerita, berupa tokoh,

penokohan, watak, latar (waktu, tempat, dan suasana), alur, sudut

pandang, tema, dan amanat.

c) Bagaimana cara kita agar mudah memahami suatu cerita dengan

baik?

Untuk mudah memahami cerita, terlebih dahulu membaca jalan

cerita tersebut sampai selesai, kemudian mencari unsurnya.

Setelah pertanyaan-pertanyaan lisan ini diberikan kepada siswa,

terlihat siswa menjawab pertanyaan guru dengan penuh semangat, dan

penuh pengetahuan, ada beberapa siswa hanya mendengarkan dan

menirukan jawaban dari siswa yang menjawab.

Sesudah memberikan pertanyaan lisan, selanjutnya guru

mengkondisikan tempat duduk siswa sebelum menyaksikan pemutaran

film drama Malin Kundang, supaya situasi kelas menjadi fokus dan

kondusif. Kemudian guru membagikan tugas lembar kerja siswa yang

nantinya akan diisi oleh jawaban siswa terkait cerita yang disaksikan

dalam bentuk film. Sehubungan dengan itu juga, angket penggunaan

media audio visual juga sudah dibagikan kepada siswa, yang

pengisiannya nanti di akhir kegiatan belajar mengajar.

Ketika semuanya sudah siap dan penuh dengan suasana yang

kondusif, film drama Malin Kundang diputar, yang durasinya kurang

lebih sepuluh menit. Sejak awal sampai akhir pemutaran film drama

tersebut, terlihat siswa begitu tenang dan antusias ketika tahap demi

tahap ceritanya berlangsung.

Page 104: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

92

Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2

Setelah siswa menyaksikan, siswa ditugaskan untuk mencari tahu

cerita apa yang ada di dalamnya, dan bagaimana unsur-unsur instrinsik

yang ada di dalam cerita tersebut. Terlihat siswa dengan tekun

mengerjakannya di Lembar Kerja Siswa.

Ketika waktu sudah 30 menit lebih siswa mengerjakan, dan terlihat

sudah ada yang selesai, lembar jawaban siswa dikumpulkan. Ketika

semua dikumpulkan, masih ada tugas siswa untuk mengisi angket

sebagai timbal balik sesudah siswa belajar memahami cerita dengan

menggunakan media audio visual (pemutaran film drama Malin

Kundang). Sebelum mengisi, siswa diajari sedikit tentang teknik dan

Page 105: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

93

mekanisme pengerjaannya. Setelah semuanya mengerjakan dan telah

selesai, lembar angket tersebut dikumpulkan.

Dikarenakan keterbatasan waktu, pembelajaran disudahi dengan

menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan, dan

kegiatan pembelajaran diakhiri dengan membaca lafadz hamdalah

bersama-sama.

Sebagaimana janji yang telah diungkapkan di awal, bahwa guru

menyiapkan hadiah bagi siswa yang telah mengerjakan tugas dan

memperhatikan apa-apa yang dipelajarinya, siswa diberikan hadiah

sebagai bentuk penghargaan kepada siswa atas semangatnya dalam

kegiatan belajarnya di dalam kelas. Kegiatan berikutnya yaitu

dokumentasi, foto bersama.

Lembar Kerja Siswa

Hari/Tanggal :...............................................................................................

Nama :...............................................................................................

Kelas :...............................................................................................

1. Setelah kalian menyaksikan pemutaran film drama yang berjudul

Malin Kundang. Apa kisah yang ada di dalam cerita tersebut?

Jawaban:.............................................................................................

............................................................................................................

............................................................................................................

2. Sebutkanlah unsur-unsur Instrinsik yang ada di dalam cerita

tersebut!

a. Tokoh, Penokohan, dan Watak

Jawaban:.......................................................................................

......................................................................................................

......................................................................................................

Page 106: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

94

b. Latar

Jawaban:.......................................................................................

......................................................................................................

......................................................................................................

c. Sudut Pandang

Jawaban:.......................................................................................

......................................................................................................

......................................................................................................

d. Alur

Jawaban:.......................................................................................

......................................................................................................

......................................................................................................

e. Tema

Jawaban:.......................................................................................

......................................................................................................

......................................................................................................

f. Amanat atau Pesan

Jawab:...........................................................................................

......................................................................................................

.....................................................................................................

3. Bagaimanakah jalan akhir dari cerita Malin Kundang tersebut?

Jawaban:.............................................................................................

............................................................................................................

..........................................................................................................

c. Observasi

Hasil kegiatan guru, dan observasi siswa dalam proses belajar

mengajar dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.

Page 107: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

95

Tabel 4.10

Data Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus 2

No Pertanyaan Alternatif Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah seluruh siswa hadir pada saat KBM

2. Apakah siswa hadir tepat waktu

3. Apakah kondisi kelas mendukung KBM

4. Apakah guru memberitahukan hasil yang dicapai

setelah KBM

5. Apakah guru melakukan apersepsi terlebih dahulu

6. Apakah saat mengajar guru memberitahukan

langkah-langkah pembelajaran

7. Apakah guru menggunakan media pembelajaran saat

KBM

8. Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya.

9. Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menjawab pertanyaan temannya

Tabel 4.11

Lembar Observasi

Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran Siklus 2

No Aspek yang Diamati Kriteria Persentase

(%) Kurang Cukup Baik

1.

Siswa memberikan respons

positif terhadap pembelajaran

memahami cerita.

80

2. Siswa memperhatikan

penjelasan guru. 80

3. Siswa mengajukan pertanyaan. 76

4. Siswa mengajukan pendapat. 78

Page 108: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

96

5. Siswa menjawab pertanyaan. 80

6. Siswa mengerjakan tugas yang

diberikan guru dengan baik. 84

7. Siswa tertib mengikuti

pembelajaran dari awal sampai

akhir.

85

Guru

Muhammad Alfinur

Berdasarkan hasil observasi siklus 2, dilihat dari tabel 4.10 dan 4.11, dapat

disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran siklus 2 berhasil. Hal ini terlihat

dari tingkah laku siswa dari kurang baik, cukup baik, sampai akhirnya menjadi

lebih baik. Penggunaan media audio visual mengubah pembelajaran menjadi lebih

berbeda.

Jika dilihat dari hasil lembar kerja siswa yang dilakukan peneliti pada saat

pelaksanaan tindakan, yaitu pemahaman cerita siswa dengan menggunakan media

audio visual (pemutaran film drama Malin Kundang). Maka hasil pembelajaran

dapat dilihat dalam tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12

Rekapitulasi Hasil Pembelajaran Siklus 2

No Nama

Rincian Nilai KKM 75

Soal 1 Soal 2 Soal 3

1-15 1-75 1-10 Jumlah

1. Adela Septiani 10 55 10 75

2. Ahmad Sofyan 13 56 8 77

3. Ai Rohaeni 13 55 7 75

Page 109: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

97

4. Anis Setya Septiana 15 64 10 89

5. Azizah Mauludea 15 60 10 85

6. Bagas Perdana 13 63 10 86

7. Bilal Ananda. P 15 59 10 84

8. Citra Oktavia 13 58 10 81

9. Dela Puspita 13 53 10 76

10. Dwi Ramanda 10 55 10 75

11. Linda Safitri 12 63 8 83

12 Lusi Presilia 12 68 8 88

13 M. Rafli 12 56 10 78

14 M. Ramdan 12 56 10 75

15 Mawarda Dwi. A 13 64 10 87

16 Muhammad Fiqodri 10 55 10 75

17 Nada Zahira Tanjung 15 67 10 92

18 Nurhamidah 15 68 10 93

19 Pipit Irmayanti 13 70 10 93

20 Rahmat Madani 13 52 10 75

21 Rani Halimatusya‟diah 10 57 10 77

22 Ratu Andini 10 57 10 77

23 Riski Nazari 10 55 10 75

24 Riswan Fauzi 10 55 10 75

25 Rossa Yuliana 10 55 10 75

26 Syarena Azzahra 12 63 10 85

27 Siska Arista Laitupa 15 64 10 89

28 Siswanto Adi. P 13 56 10 79

29 Siti Aisyah 10 59 10 79

30 Wiwi Indiyani 10 55 10 75

31 M. Nuriski 12 56 10 75

Jumlah 2503

Rata-rata 80,74

Page 110: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

98

Nilai rata-rata

80, 74

Berdasarkan hasil perolehan nilai Siklus 2 diketahui nilai tertinggi, terendah,

dan nilai rata-rata, dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13

Nilai Pembelajaran Siklus 2

Tingkat Penguasaan Siklus 2 Nilai

Nilai tertinggi siswa 93

Nilai terendah siswa 75

Jumlah rata-rata 80,74

Berdasarkan tabel 4.13, terlihat nilai rata-rata sisa lebih besar dari KKM,

yaitu 75. Maka, dapat disimpulkan, bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran siklus

2 nilai rata-rata siswa lebih tinggi dari nilai KKM, dan pembelajaran siklus 2

dapat dikategorikan berhasil meningkatkan kemampuan pemahaman cerita siswa

dengan menggunakan media audio visual (pemutaran film drama Malin Kundang)

d. Refleksi

Setelah melihat nilai pada lembar observasi kegiatan pembelajaran dan

tingkah laku siswa serta catatan lapangan, banyak peningkatan yang dicapai

dalam kegiatan pembelajaran di siklus 2. Perencanaan kegiatan belajar mengajar

yang telah dipersiapkan ternyata mencapai hasil yang diharapkan. Nilai

pembelajaran siklus 2 yang lebih besar, yaitu 80,74 telah melebihi nilai kriteria

ketuntasan minimal. Pada lembar observasi kegiatan pembelajaran sudah

menunjukkan peningkatan, dan dikategorikan sudah baik, begitu pun dengan

lembar observasi siswa. hal ini dapat dilihat ketika siswa begitu antusias dalam

memperhatikan materi pelajaran, tertib dari awal hingga akhir pembelajaran, dan

yan terpenting umpan balik yang diberikan siswa melalui lembar hasil kerja

sudah menunjukkan perubahan, menjadi lebih baik.

Page 111: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

99

Melihat analisis dan refleksi, maka dapat disimpulkan, bahwa tindakan

siklus 2 dapat dikatakan berhasil. Hal ini terlihat dari peningkatan yang dicapai

siswa dalam siklus 2 apabila dibandingkan dengan hasil siklus 1. Dengan

demikian, pembelajaran yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan

dan mencapai hasil yang diharapkan.

Catatan Lapangan

Penelitian Tindakan Kelas

Kelas : VII-D MTs. YPI Al-Alawiyah

Hari/Tanggal : Sabtu, 29 November 2014

Waktu : 13.30-14.30 WIB

Deskripsi Hasil Observasi

Pada pembelajaran di siklus 2, pembelajaran memahami cerita sudah

dilengkapi dengan penggunaan media pembelajaran (audio visual

pemutaran film drama Malin Kundang). Pada tahap siklus 2 ini, ketika

guru peneliti masuk ke dalam kelas, siswa sudah duduk dengan baik, dan

menyiapkan segala sesuatunya agar mendukung ketika film cerita drama

Malin Kundang diputar. Tidak ada siswa yang terlambat masuk ke kelas

setelah jam istirahat, karena mereka ingin waktu belajarnya habis sia-sia.

Terlihat kondisi siswa dan kelas begitu berbeda dengan pembelajaran saat

di siklus 1 sebelumnya.

Pada siklus 2 ini siswa nampak antusias dan penuh perhatian ketika

guru menjelaskan sistematika pembelajaran pada siklus 2 ini, dan lebih

termotivasi lagi siswa untuk belajar ketika guru peneliti akan memberikan

hadiah di akhir pembelajaran sebagai bentuk penghargaan kepada siswa

yang bisa menjawab dan mengisi dengan baik dan benar lembar jawaban

soal yang diberikan oleh guru. Pemotivasian seperti itu membuat siswa

menjadi lebih tersemangati lagi belajarnya. Siswa begitu tenang

Page 112: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

100

menyaksikan jalannya film tersebut, sesekali ada canda dan tawa ketika

menyaksikan, namun siswa dengan cepat kembali fokus.

Ketika film selesai diputar, perhatian siswa terfokus melihat film, dan

terlihat siswa begitu cepat mencari, segera mencatat serta menjawab

jawabannya di lembar jawaban soal dengan baik. Siswa telihat lebih

mudah memahami cerita dengan menggunakan media audio visual

(pemutaran film drama Malin Kundang). Pengumpulan lembar jawaban

akhirnya terkumpul dengan baik, dengan hasil jawaban yang baik.

5. Analisisis Pengolahan Angket

Untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran memahami cerita

dengan menggunakan media audio visual (pemutaran film drama Malin

Kundang), siswa diberikan 10 pertanyaan yang berkaitan dengan hal tersebut.

Berikut merupakan paparan respons siswa terhadap pembelajaran pemahaman

cerita dengan menggunakan media audio visual (pemutaran film drama Malin

Kundang).

Tabel 4.14

Hasil Analisis Angket Penggunaan Media Audio Visual

No Pertanyaan Alternatif Jawaban

SS S KS TS

1. Saya sangat menyukai pokok bahasan

memahami cerita dalam pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia.

69% 31% - -

2. Saya selalu belajar dari kisah yang ada

di dalam cerita. 31% 38% 24% 7%

3. Saya lebih mudah memahami

pembelajaran cerita dengan

menggunakan media audio visual

(pemutaran film drama Malin

Kundang).

31% 66% - 3%

4. Saya menjadi lebih antusias setelah 52% 38% 10% -

Page 113: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

101

pembelajaran memahami cerita dengan

menggunakan media audio visual

(pemutaran film drama Malin

Kundang).

5. Pembelajaran memahami cerita dengan

menggunakan media audio visual

(pemutaran film drama Malin

Kundang) dapat meningkatkan motivasi

saya.

31% 52% 17% -

6. Kemampuan saya dalam memahami

cerita menjadi lebih meningkat setalah

pemutaran film drama Malin Kundang.

31% 59% 10% -

7. Penggunaan media pembelajaran audio

visual membuat belajar semakin kreatif

dan menyenangkan

35% 62% 3% -

8. Penggunaan media dapat membantu

siswa dalam menonton kisah-kisah

yang ada pada zaman dahulu.

52% 38% 10% -

9. Pembelajaran dengan media audio

visual menjadi lebih mudah dalam

mengingat pelajaran cerita.

17% 76% 7% -

10. Pembelajaran media membuat waktu

belajar menjadi efisien dan bermakna. 38% 48% 7% 7%

Keterangan:

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

KS = Kurang Setuju

TS = Tidak Setuju

Berdasarkan tabel 4.14, terlihat bahwa 69% siswa sangat menyukai

pembelajaran memahami cerita, dan tidak ada dari seluruh siswa yang

menjawab tidak setuju dan kurang setuju. Sekitar 31% siswa setuju dengan

Page 114: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

102

pernyataan: Saya sangat menyukai pokok bahasan memahami cerita dalam

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Kemudian, pernyataan saya selalu

belajar dari kisah yang ada di dalam cerita, 31% siswa sangat menyetujuinya,

38 % siswa setuju, 24% siswa merasa kurang setuju, dan 7 % siswa tidak

setuju. Selain itu, pernyataan saya lebih mudah memahami pembelajaran cerita

dengan menggunakan media audio visual (pemutaran film drama Malin

Kundang), 31% siswa sangat menyetujuinya, 66% siswa menjawab setuju, dan

3% siswa menjawab dengan tidak setuju.

Pada pernyataan saya menjadi lebih antusias setelah pembelajaran

memahami cerita dengan menggunakan media audio visual (pemutaran film

drama Malin Kundang), sebanyak 52% siswa menjawab dengan pernyatan

sangat setuju, 38% siswa menjawab dengan setuju, dan 10% siswa lainnya

merasa kurang setuju. Selanjutnya, pembelajaran memahami cerita dengan

menggunakan media audio visual (pemutaran film drama Malin Kundang)

dapat meningkatkan motivasi saya, 31% siswa menjawab dengan pernyataan

sangat setuju, 52% siswa menjawab kata setuju,17% siswa menjawab dengan

pernyataan kurang setuju.

Kemudian, pernyataan kemampuan saya dalam memahami cerita menjadi

lebih meningkat setelah pemutaran film drama Malin Kundang, pada tingkatan

31% siswa mengungkapkan dengan ungkapan sangat setuju, 59% siswa

menjawab setuju, 10% lainnya siswa merasa kurang setuju. Selain itu,

penggunaan media pembelajaran audio visual membuat belajar semakin kreatif

dan menyenangkan 35% siswa menjawab sangat setuju, 62% lainnya siswa

menjawab dengan pernyataan setuju, 3% siswa menjawab kurang setuju.

Berdasarkan analisis tersebut, menunjukkan bahwa penggunaan media

audio visual mendapatkan respon positif dari siswa. Kemudian, dapat

disimpulkan, bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan

kemampuan memahami cerita, karena memberikan rasa menarik, kreatif dan

memberikan kemudahan, sehingga siswa dapat memahami cerita dalam

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan baik.

Page 115: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

103

C. Analisis Data

a. Pembelajaran Siklus 1

Setelah melakukan tindakan siklus 1 dan mengambil nilai dari kelas

VII-D, maka penulis mengurutkannya dari nilai terendah sampai nilai

tertinggi. Nilai tersebut dapat dilihat di dalam tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15

Urutan Nilai Terendah dan Tertinggi Siswa Siklus 1

50 51 52 58 60

61 64 66 67 73

74 75 78 80 84

85

b. Pembelajaran Siklus 2

Berdasarkan penilaian yang dihasilkan dari siklus 1, maka peneliti

mengadakan pembelajaran siklus 2. Pembelajaran siklus 2 dilakukan

untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada di dalam siklus 1,

dan untuk mempertahankan nilai-nilai siswa yang sudah mencapai

KKM.

Berdasarkan tindakan pembelajaran siklus 2, peneliti berhasil

meningkatkan kemampuan pemahaman cerita siswa dengan

menggunakan media audio visual (pemutaran film drama Malin

Kundang). Hasil pembelajaran siklus 2 dapat dilihat dalam tabel 4.16 di

bawah ini:

Tabel 4.16

Urutan Nilai Terendah sampai Tertinggi

Pembelajaran Siklus 2

75 76 77 78 79

81 83 84 85 86

87 88 89 92 93

c. Pengklasifikasian Nilai Berdasarkan Kriteria Penilaian

Page 116: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

104

Setelah dianalisis, kemudian nilai diklasifikasikan. Data dari hasil

nilai pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 dari masing-masing siswa dapat

dilihat pada tabel 4.17 sebagai berikut.

Tabel 4.17

Data Nilai Siswa Berdasarkan Rekapitulasi Hasil Pembelajaran

Siklus 1 dan Siklus 2

No Nama Siklus 1 Kategori Siklus 2 Kategori

1. Adela Septiani 67 Kurang 75 Cukup

2. Ahmad Sofyan 51 Kurang 77 Cukup

3. Ai Rohaeni 52 Kurang 75 Cukup

4. Anis Setya Septiana 85 Baik 89 Baik

5. Azizah Mauludea 84 Baik 85 Baik

6. Bagas Perdana 75 Cukup 86 Baik

7. Bilal Ananda. P 75 Cukup 84 Baik

8. Citra Oktavia 61 Kurang 81 Baik

9. Dela Puspita 51 Kurang 76 Cukup

10. Dwi Ramanda 50 Kurang 75 Cukup

11. Linda Safitri 66 Kurang 83 Baik

12. Lusi Presilia 67 Kurang 88 Baik

13. M. Rafli 67 Kurang 78 Cukup

14. M. Ramdan 61 Kurang 75 Cukup

15. Mawarda Dwi. A 75 Cukup 87 Baik

16. Muhammad Fiqodri 50 Kurang 75 Cukup

17. Nada Zahira Tanjung 58 Kurang 92 Istimewa

18. Nurhamidah 74 Kurang 93 Istimewa

19. Pipit Irmayanti 73 Kurang 93 Istimewa

20. Rahmat Madani 51 Kurang 75 Cukup

21. Rani Halimatusya‟diah 75 Cukup 77 Cukup

22. Ratu Andini 75 Cukup 77 Cukup

23. Riski Nazari 75 Cukup 75 Cukup

Page 117: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

105

24. Riswan Fauzi 50 Kurang 75 Cukup

25. Rossa Yuliana 50 Kurang 75 Cukup

26. Syarena Azzahra 80 Baik 85 Baik

27. Siska Arista Laitupa 78 Cukup 89 Baik

28. Siswanto Adi. P 64 Kurang 79 Cukup

29. Siti Aisyah 60 Kurang 79 Cukup

30. Wiwi Indiyani 66 Kurang 75 Cukup

31. M. Nuriski 50 Kurang 75 Cukup

Jumlah 2016 2503

Rata-rata 65,03 80,74

Tabel 4.18

Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus 1

No Skor (X) F F(X)

1. 50 5 250

2. 51 3 153

3. 52 1 52

4. 58 1 58

5. 60 1 60

6. 61 2 122

7. 64 1 64

8. 66 2 132

9. 67 3 201

10. 73 1 73

11. 74 1 74

12. 75 6 450

13. 78 1 78

14. 80 1 80

15. 84 1 84

16. 85 1 85

N = 31 ∑ 2016

Page 118: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

106

Berdasarkan tabel 4.18 distribusi frekuensi nilai di atas, selanjutnya

peneliti mencari nilai rata-rata dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

M = ∑

M =

= 65,03

Tabel 4.19

Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus 2

No Skor (X) F F(X)

1. 75 11 825

2. 76 1 76

3. 77 3 231

4. 78 1 78

5. 79 2 158

6. 81 1 81

7. 83 1 83

8. 84 1 84

9. 85 2 170

10. 86 1 86

11. 87 1 87

12. 88 1 88

13. 89 2 178

14. 92 1 92

15. 93 2 186

N = 31 ∑ 2503

Berdasarkan tabel 4.19 distribusi frekuensi nilai di atas, selanjutnya

peneliti mencari nilai rata-rata dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

M = ∑

Page 119: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

107

M =

= 80,74

Pada tahap selanjutnya peneliti mencari nilai selisih rata-rata dari nilai

pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. Tindakan ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembelajaran pemahaman cerita

dengan menggunakan media audio visual. Tindakan pembelajaran siklus 1

dan siklus 2 yang telah didapat lalu dicari selisihnya dengan menggunakan

perhitungan sebagai berikut:

= 80, 74 – 65,03

= 15,71

Tahap selanjutnya peneliti mencari persentase peningkatan nilai dengan

menggunakan rumus persentase sederhana sebagai berikut:

Persentase Peningkatan Nilai =

=

= 51%

Berdasarkan analisis data nilai di atas, maka diketahui, bahwa nilai

yang diperoleh siswa dari persentase mengalami peningkatan. Hal ini

dibuktikan dengan peningkatan persentase sebanyak 51 %.

Tahap berikutnya, peneliti akan membuktikan perhitungan mean dan

standar deviasi. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan:

Page 120: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

108

Tabel 4.20

Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Nilai Siswa Siklus 1

No Skor

(X) F F(X)

Deviasi

x = X-M

1. 50 5 250 -15,03 225,90 1129,5

2. 51 3 153 -14,03 196,84 590,52

3. 52 1 52 -13,03 169,78 169,78

4. 58 1 58 -7,03 49,42 49,42

5. 60 1 60 -5,03 25,30 25,30

6. 61 2 122 -4,03 16,24 32,48

7. 64 1 64 -1,03 1,06 1,06

8. 66 2 132 0,97 0,94 1,88

9. 67 3 201 1,97 3,88 11,64

10. 73 1 73 7,97 63,52 63,52

11. 74 1 74 8,97 80,46 80,46

12. 75 6 450 9,97 99,40 596,4

13. 78 1 78 12,97 168,22 168,22

14. 80 1 80 14,97 224,10 224,10

15. 84 1 84 18,97 359,86 359,86

16. 85 1 85 19,97 398,80 398,80

N =

31

2016

3902,94

a. Mencari Mean dengan rumus:

b. Mencari Standar Deviasi (SD) dengan rumus

SD =√∑

Page 121: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

109

= √

= √ = 11,22

c. Mencari Standar Error Mean ( ) dengan rumus:

=

=

= 2,05

Tabel 4.21

Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Nilai Siswa Siklus 2

No Skor

(X) F F(X)

Deviasi

x = X-M

1. 75 11 825 -5,74 32.94 362,34

2. 76 1 76 -4,74 22.46 22.46

3. 77 3 231 -3,74 13,98 41,94

4. 78 1 78 -2,74 7,50 7,50

5. 79 2 158 -1,47 2,16 4,32

6. 81 1 81 0.26 0,06 0,06

7. 83 1 83 2.26 5,10 5,10

8. 84 1 84 3,26 10,62 10,62

9. 85 2 170 4,26 18,14 36,28

10. 86 1 86 5,26 27,66 27,66

11. 87 1 87 6,26 39,18 39,18

12. 88 1 88 7,26 52,70 52,70

13. 89 2 178 8,26 68,22 136,44

14. 92 1 92 11,26 126,78 127,78

Page 122: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

110

15. 93 2 186 12,26 150,30 300,6

N = 31 ∑

2503

1174,98

a. Mencari Mean dengan rumus:

b. Mencari Standar Deviasi (SD) dengan rumus

SD =√∑

= √

= √ = 6,15

c. Mencari Standar Error Mean ( ) dengan rumus:

=

=

= 1,12

Setelah mendapatkan nilai rata-rata siklus 1 sebesar 65,03 telah

membuktikan bahwa kemampuan siswa dalam memahami cerita dengan

tidak menggunakan media audio visual dalam pembelajaran masih di

bawah KKM, walau beberapa siswa mendapatkan nilai yang cukup. Oleh

karena itu, dilakukanlah pembelajaran siklus 2. Pada saat pembelajaran

siklus 2, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 80,74. Nilai pembelajaran

pada tindakan siklus 2 dapat dikategorikan baik.

Page 123: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

111

Berdasarkan rincian analisis data tersebut, maka peneliti

menyimpulkan, bahwa kemampuan siswa dalam memahami cerita

mengalami peningkatan sebesar 51%.

6. Analisisi Hasil Observasi

Tabel 4.22

Kenaikan Lembar Observasi Tingkah Laku Siswa pada Siklus 1 dan

Siklus 2

No Aspek yang Diamati Siklus 1 Siklus 2

Persentase (%) Persentase (%)

1.

Siswa memberikan respon

positif terhadap pembelajaran

cerita.

65 80

2. Siswa memberi perhatian

terhadap penjelasan materi ajar. 65 80

3. Siswa mengajukan pertanyaan. 63 76

4. Siswa mengajukan pendapat. 65 78

5.

Siswa mengerjakan tugas yang

diberikan dengan guru secara

baik.

65 80

6. Siswa terlihat antusias selama

KBM berlangsung. 65 84

7. Siswa mengikuti KBM sampai

akhir dengan tertib. 65 85

Jumlah Rata-rata 65 80

Berdasarkan data pada tabel 4.22, dapat disimpulkan, bahwa terdapat

peningkatan tingkah laku siswa berdasarkan lembar observasi siswa

selama tindakan siklus 1 dan siklus 2 yang dilakukan.

Page 124: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

112

Tabel 4.23

Data Kegiatan Guru pada Siklus 1 dan Siklus 2

No Pertanyaan

Siklus 1 Siklus 2

Alternatif

Jawaban

Alternatif

Jawaban

Ya Tidak Ya Tidak

1. Apakah seluruh siswa hadir

pada saat KBM

2. Apakah siswa hadir tepat

waktu

3. Apakah guru kondisi kelas

mendukung KBM

4.

Apakah guru

memberitahukan hasil yang

dicapai setelah KBM

5. Apakah guru melakukan

apersepsi terlebih dahulu

6.

Apakah saat mengajar guru

memberitahukan langkah-

langkah pembelajaran

7.

Apakah guru menggunakan

media pembelajaran saat

KBM

8.

Apakah guru memberikan

kesempatan kepada siswa

untuk bertanya

9.

Apakah guru memberikan

kesempatan kepada siswa

untuk menjawab pertanyaan

temannya

Page 125: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

113

Pada tabel 4.23, terlihat guru telah melakukan perbaikan di dalam

langkah-langkah dan metode pembelajaran. Pada siklus 1 guru tidak

melakukan apersepsi dan tidak menggunakan alat peraga apa pun atau

media pembelajaran, sedangkan di dalam siklus 2 guru memberikan

apersepsi dan menggunakan media pembelajaran (media audio visual).

7. Analisisi Hasil Angket

Angket pandangan siswa berfungsi untuk mengetahui umpan balik

siswa setelah belajar dengan menggunakan media audio visual di dalam

pembelajaran. Pengisian angket dilakukan pada saat pembelajaran siklus 2

selesai. Di dalam angket berisikan 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban:

sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju.

Berdasarkan pertanyaan responden yang diperoleh, maka dapat

disimpulkan, bahwa penggunaan media audio visual di dalam pembelajaran

memahami cerita mendapatkan reaksi yang positif dari siswa. penggunaan

media audio visual dirasakan siswa sebagai media yang memberikan

keantusiasan, lebih mengaktifkan unsur-unsur visual atau warna yang

dikombinasikan dengan unsur audio atau suara, dan yang terpenting siswa

merasa lebih mudah dalam memahami cerita yang disaksikan di depan

kelas, terlebih untuk mengetahui peristiwa cerita yang terjadi di zaman

dahulu yang sulit untuk diketahui.

D. Interpretasi Hasil Analisis

Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan, bahwa penggunaan

media audio visual di dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami cerita. Hal itu terbukti dari hasil analisis

data terdapat beberapa peningkatan dalam proses kegiatan belajar mengajar

dari tindakan siklus 1 dan siklus 2.

Berdasarkan analisis data lembar observasi tingkah laku siswa dalam

kegiatan pembelajaran, menunjukkan terdapat peningkatan respons siswa

dalam kegiatan belajarnya. Pada siklus 1, tingkah laku siswa dapat

dikategorikan kurang dengan persentase 63%, sedangkan dalam pembelajaran

Page 126: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

114

siklus 2, tingkah laku siswa mengalami peningkatan menjadi 80% yang

termasuk ke dalam kategori baik. pengolahan angket tersebut menunjukkan,

bahwa siswa memberikan respon yang baik terhadap penggunaan media audio

visual (pemutaran film drama Malin Kudang) dalam pembelajaran memahami

cerita.

Pada siklus 1, hasil rata-rata yaitu 65,03 mengalami peningkatan setelah

diadakan siklus 2 menjadi 80,74. Jika dilihat dari persentase siklus 1 dan siklus

2, maka kenaikan mencapai 51%. Ini menunjukkan, bahwa dari nilai rata-rata

80,74 sudah melampaui dari batas KKM yaitu 75.

E. Pembahasan Temuan Penelitian

Pembahasan temuan penelitian ini merupakan jawaban-jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada perumusan masalah. Jawaban

didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan untuk mencari jawaban, faktor

penunjang keberhasilan pembelajaran memahami cerita yaitu penggunaan media

audio visual (pemutaran film drama Malin Kundang) yang sesuai dengan waktu

pembelajaran. Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran memahami

cerita menjadikan pembelajaran menjadi lebih aktif, bermakna, dan

menyenangkan serta memudahkan siswa untuk memahami cerita yang

disaksikan, karena adanya unsur warna, gerak, dan suara yang membangkitkan

daya indera siswa, sehingga siswa menjadi lebih antusias dalam belajarnya. Pada

pembelajaran memahami cerita, media pembelajaran yang tepat yang digunakan

ialah media audio visual (pemutaran film drama Malin Kundang). Selanjutnya,

dalam proses pembelajaran yang dilakukan yaitu mengarahkan perhatian siswa

dari hal-hal yang dapat mengganggu proses belajar dengan meningkatkan

motivasi siswa menggunakan media audio visual (pemutaran film drama Malin

Kundang). Penggunaan media tersebut dirasa oleh siswa sebagai media yang

membuat mereka menjadi lebih antusias, bermakna, dan menyenangkan, serta

lebih mudah memahami materi, terlebih materinya yaitu materi memahami

cerita. Selain itu, penggunaan media tersebut di dalam kegiatan pembelajaan

diharapkan lebih memudahkan siswa dalam mencapai nilai KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimum) sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Page 127: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

115

Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran memahami cerita dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami cerita, dengan memutar film

drama Malin Kundang. Hal ini dapat membangkitkan rasa keantusiasan siswa

terhadap materi yang diajarkan, dan memudahkan siswa dalam memahami cerita

yang disaksikan, karena dengan melihat gambar yang berwarna-warni, tempat-

tempat yang ada di dalam cerita, unsur gerak tiap tokoh siswa menjadi lebih

hidup dalam memahami cerita yang disaksikannya. Sebelum menggunakan

media audio visual (pemutaran film drama Malin Kundang) pembelajaran

memahami cerita, siswa mendapatkan nilai 50 yang masih di bawah KKM 75

pada siklus 1. Setelah melaksanakan siklus 2, maka nilai siswa mengalami

peningkatan mencapai KKM dengan nilai 75, dengan rata-rata nilai juga

meningkat menjadi 80,74 dari rata-rata sebelumnya yaitu 65,03.

Jika dilihat dari nilai persentase, maka peningkatan menjadi 51%. Ini

menunjukkan, bahwa dari nilai rata-rata 80,74 berhasil melampaui KKM dengan

nilai 75. Lembar observasi tingkah laku siswa, dapat disimpulkan terdapat

peningkatan dengan persentase 80% dikategorikan baik, dari persentase

sebelumnya yang hanya 63%. Jika dilihat dari hasil analisis angket, siswa

merespon baik penggunaan media audio visual (pemutaran film drama Malin

Kundang), hal itu terbukti dengan persentase 90% jawaban siswa menyatakan

sangat setuju dan setuju, bahwa penggunaan media audio visual (pemutaran film

drama Malin Kundang) memudahkan siswa dalam memahami cerita yang ia

saksikan.

Page 128: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

116

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat

menyimpulkan, bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemahaman

cerita dengan menggunakan media audio visual di kelas VII-D MTs Al-

Alawiyah di dalam pembelajaran cerita (pemutaran film drama Malin

Kundang). Penggunaan media pembelajaran, khususnya media audio

visual sangat membantu siswa di dalam pembelajaran memahami cerita.

Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran cerita (pemutaran

film drama Malin Kundang) menumbuhkan rasa antusias dan keseriusan

siswa dalam pelajaran memahami cerita yang mereka saksikan. Siswa

menjadi lebih terstimulikan dengan penggunaan media audio visual ini,

yaitu daya indera siswa, baik indera pendengaran, pengelihatan, dan

perasaannya.

Selain itu, dengan penggunaan media audio visual ini, siswa lebih

mudah mengenali tokoh-tokoh dan sifat-sifatnya yang ada di dalam cerita

tersebut, latar (waktu, tempat, dan suasana) yang digunakan, sudut

pandang yang digunakan oleh narator, dan alur ceritanya. Selanjutnya,

siswa juga lebih mudah untuk memahami tema dan makna yang

terkandung di dalam cerita tersebut, dan dari nilai yang terkandung di

dalam cerita tersebut, siswa mendapatkan ilmu dan ahlak yang baik ketika

sesudah menyaksikan cerita drama Malin Kundang tersebut.

Peningkatan yang diperoleh ketika media pembelajaran khususnya

media audio visual digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu

dibuktikan dengan hasil pembelajaran di siklus ke-2 yang mencapai 51%

atau mengalami peningkatan mencapai 50% dan nilai rata-rata menjadi

80,74 dari nilai rata-rata sebelumnya, yang hanya 65,03.

Page 129: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

117

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, ada beberapa saran yang peneliti

sampaikan, yaitu sebagai beriku.

1. Penggunaan media khususnya media audio visual (LCD Proyektor

dan Pengerasa Suara) haruslah dipersiapkan sebelum masuk ke

dalam kelas yang diajar, seperti mengecek apakah kerja alat

tersebut bekerja dengan baik (tidak ada kerusakan), sehingga

dengan sudah mengecek, ketika masuk ke kelas, pembelajaran

menjadi lebih efektif dan efisien. Hal ini ditakutkan, ketika seorang

guru ingin menggunakan media audio visual, tiba-tiba alat tersebut

rusak, maka hal-hal yang sudah dipersiapkan oleh guru menjadi

tidak sempurna jika disampaikan ke peserta didik.

2. Pemilihan materi ajar, khususnya pemahaman cerita, seorang guru

haruslah memilih film cerita yang tidak memakan durasi waktu

terlalu lama, karena waktunya dapat habis jika hanya menyaksikan

film cerita tersebut. Pemilihan materi ajar yang sesuai dengan

durasi waktu sangat penting demi terciptanya suasana dan kondisi

pembelajaran yang efektif dan efisien di dalam kelas.

Page 130: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

118

DAFTAR PUSTAKA

AR, Syamsudin dan Vismaia S. Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan

Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya. 2011.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta. 2002.

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2001.

Aziez, Furqonul dan Abdul Hasim. Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar.

Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.

Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Syaiful. Strategi Belajar Mengajar (Edisi

Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006.

Budinuryanta., dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas

Terbuka, 2008.

Dony Hermansyah, Kusen. Jenis-jenis (Genre) Film Dokumenter. Jakarta:

Institut Kesenian Jakarta. 2011. dalam http://kuesdony.wordpress.com.

Hatimah, Ihat. Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Iskandarwassid., dan Sunendar, Dadang. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cetakan ketiga, 2011.

Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas

(edisi kedua). Jakarta: PT Indeks. 2012.

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2004.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia. 2011.

Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press, 2012.

Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, cetakan kesembilan, 2012.

Page 131: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

119

Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarya: Kanisius. 1988.

Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA Press.

2003.

Referensi Belajar Anak Indonesia dalam

http://www.duniapelajar.com/2011/09/02/definisi-pemahaman-menurut-

para-ahli/.

Resmini, Novi dan Dadan Juanda. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di

Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press, 2007.

Sadiman, Arief S., dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group. 2008.

Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988.

Sihabudin, dkk. Bahasa Indonesia 2(Edisi Pertama). Learning Assistance

Program for Islamic Schools: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 2009.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sasatra. Jakarta: PT Grasindo, 2008.

Subana dan Sunarti. Strategi Belajar-Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:

Pustaka Setia. 2000.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:

Bumi Aksara. 2009.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

2010.

Undang, Gunawan. Teknik Penelitian Tidakan Kelas. Jakarta: Sayagatama.2008.

Page 132: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 133: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 134: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 135: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 136: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 137: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 138: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 139: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 140: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 141: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 142: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 143: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 144: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 145: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 146: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 147: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 148: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 149: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Observasi Awal

Wawancara Responden Guru Pra-Penelitian

Pewawancara : Muhammad Alfinur

Narasumber : Husni Maryani, S.Pd.

Hari/Tanggal : Kamis, 27 November 2014

Waktu : 10.00 WIB s.d Selesai

1. Sudah berapa lama Ibu mengajar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia?

Jawaban: mengajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sudah

hampir 12 tahunan.

2. Di kelas berapa saja yang Ibu mengajar?

Jawaban: Saya mengajar paling banyak jamnya, dan seluruh kelas saya

ajar, yaitu kelas VII, VIII, IX, X, XI, XII.

3. Strategi atau model pembelajaran apa yang Ibu gunakan?

Jawaban: Ceramah, Tanya Jawab, dan Diskusi.

4. Apakah sumber belajar yang digunakan untuk menunjang proses belajar-

mengajar, khususnya pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?

Jawab: Buku paket dan LKS

5. Bagaimana minat siswa-siswi terhadap pembelajaran memahami cerita?

Jawab : Minat anak terhadap pelajaran cerita sedikit kurang, dikarenakan

salah satu faktor kemalasan. Ketika anak diberikan sebuah teks cerita,

kendalanya yaitu siswa malas untuk membaca. Bagaimana mengetahui isi

ceritanya, jika siswa tidak membaca. Selain itu, siswa terlalu merasa berat

jika diberikan teks yang panjang. Selain itu, juga disebabkan oleh faktor

waktu, bagi kelas siang, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia waktunya

sudah di akhir, sehingga siswa sudah terlihat lelah.

Page 150: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

6. Media apa yang Ibu gunakan ketika memberikan pelajaran mamahami

cerita:

Jawaban: Untuk saat ini, media yang digunakan masih media teks cerita

yang ada di dalam buku paket maupun LKS.

7. Bagaimana kemampuan siswa dalam memahami cerita dalam bentuk

tulisan?

Jawaban: Kemampuan siswa masih rendah, karena dengan penggunaan

teks, siswa menjadi kurang antusias dan terlihat sulit, karena yang

dijumpai berupa tulisan dan tulisan lagi yang mereka harus baca.

8. Pernahkah Ibu menghadirkan media pembelajaran selain buku teks ke

dalam pembelajaran?

Jawaban: Belum.

9. Dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia, pernahkan ibu

melakukannya secara outclass?

Jawab: Pernah, namun hanya materi-materi tertentu saja.

10. Guna untuk menyemangati siswa dalam belajar, pernahkan ibu

memberikan hadiah kepada siswa aktif dalam pembelajaran?

Jawaban: Pernah, namun jarang.

Page 151: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Observasi Awal

Wawancara Siswa Pra-Penelitian

Pewawancara : Muhammad Alfinur

Siswi : Syareena Azzahra dan Della Puspita

Hari/Tanggal : Kamis, 27 November 2014

Waktu : 09.30 s.d Selesai

1. Apakah anda suka dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?

Jawaban: Suka, karena pelajarannya menyenangkan. Mempelajari Bahasa

dan Sastra Indonesia wajib bagi kita selaku warga negara Indonesia.

2. Sudah sampai manakah materi pelajaran yang sudah kamu pelajari?

Jawaban: Sudah sampai pada materi karangan, narasi, argumentasi,

deskripsi, dan eksposisi.

3. Dalam pelajaran memahami cerita, materi cerita yang diberikan oleh guru

apakah berbentuk teks atau bentuk yang lain?

Jawaban: biasanya cerita yang diberikan dalam bentuk teks bacaan. Cerita

yang diambil bisa dari buku paket atau LKS siswa.

4. Dengan diberikannya teks cerita, biasanya guru menugasi kalian dengan

membaca dalam hati atau secara bergantian dan bersuara.

Jawaban: Membaca secara bergantian dan bersuara, kadang anak laki-laki

yang ditugasi membaca dan beberapa anak perempuannya.

5. Pernahkan dalam belajar materi ini guru menggunakan media audio visual

(pemutaran film atau sebagainya)?

Jawaban: Belum pernah, sehingga kalau belajar memahami cerita menjadi

lebih bosan lagi, karena membaca lagi dan membaca lagi. Terlebih teks

ceritanya itu terlalu panjang.

6. Lebih mudah mana, menggunakan media audio visual (pemutaran film)

atau membaca teks cerita?

Page 152: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Jawaban: lebih mudah memahami cerita dalam bentuk film, soalnya kita

langsung bisa melihat tokoh-tokohnya, suaranya, perilakunya, tempatnya,

dan lain-lain. Selain itu dengan menonton film lebih asik dan

menyenangkan, sehingga belajar menjadi tidak bosan. Fokus kita

memperhatikan film itu menjadi lebih mengena Beda halnya dengan

membaca teks, kita harus membaca kata demi kata, mencari maknanya,

sehingga menjadi lebih jenuh, apalagi kalau kelas sedang berisik, itu akan

lebih sulit lagi.

Page 153: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Catatan Lapangan

Penelitian Tindakan Kelas (Pra-Siklus)

Kelas : VII-D

Hari/Tanggal : Kamis, 27 November 2014

Waktu : 16.30-17.30 WIB

Deskripsi Hasil Observasi

Pada pembelajaran pra-siklus ini, dari awal guru masuk ke kelas,

terlihat keadaan kelas masih ramai karena sehabis dari istirahat. Ketika bel

berbunyi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, mengarahkan

siswa-siswinya untuk masuk ke dalam kelas. Setelah semua siswa masuk,

guru peneliti masuk ke dalam kelas. Penempatan tempat duduk siswa secara

acak, namun siswa perempuan dengan perempuan, dan laki-laki dengan

laki-laki serta tempat duduk siswa tidak bergerak vertikal atau horizontal.

Pada pra-siklus ini siswa-siswi masih terkesan malu-malu karena belum

kenal dengan guru peneliti. Hal yang dilakukan untuk mencairkan suasana,

guru peneliti pun mengabsen dan sekaligus berkenalan dengan siswa secara

singkat dan jelas. Kemudian, guru peneliti menjelaskan kehadirannya

beberapa minggu ke depan tentang keberadaannya di kelas tersebut. Setelah

berkenalan, siswa dihidupkan kembali skemata pengetahuan yang sudah

dipelajarinya pada pembelajaran sebelumnya, khususnya pembelajaran

memahami cerita. Pada tahap ini siswa masih terlihat percaya diri dalam

mengungkapkan pendapat. Beberapa siswa masih terlihat bingung dalam

menjawab pertanyaan guru. Setelah guru memberikan motivasi sedikit,

siswa pun sudah mulai memberanikan diri untuk bersahabat dengan guru

peneliti, dan siswa pun terlihat mulai aktif menjawab dan bertanya karena

atas dasar rasa keingintahuan.

Kegiatan tanya jawab terus dilakukakn terhadap siswa supaya siswa

terpancing untuk berpendapat dan bertanya. Terlihat siswa-siswinya masih

belum paham tentang pelajaran yang sedang dipelajarinya. Pada saat guru

menjelaskan materi sebagai penyempurnaan, terlihat siswa aktif mencatat

Page 154: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

dan mengingat kembali materi yang baru saja didengar dan ditulisnya. Pada

akhir pembelajaran, siswa menyimpulkan kegiatan belajar dan ditutup

dengan membaca lafadz hamdallah.

Page 155: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Catatan Lapangan

Penelitian Tindakan Kelas (Siklus 1)

Kelas : VII-D MTs. YPI Al-Alawiyah

Hari/Tanggal : Sabtu, 29 November 2014

Waktu : 13.30-14.30 WIB

Deskripsi Hasil Observasi

Pada pembelajaran di siklus 1, dari saat mulai pembelajaran siswa

terlihat siswa masih terlihat pasif, sedikit yang bertanya dan sedikit pula

yang mengungkapkan pendapatnya. Kondisi kelas pun masih belum

mendukung dalam pembelajaran. Di kursi bagian belakang terlihat

beberapa siswa masih saja mengobrol dengan temannya, terlihat siswa

tersebut tidak memperhatikan guru yang sedang ada di depan. Ketika

materi sedang dijelaskan keaktifan lebih terlihat pada siswinya, sedangkan

siswanya masih diam mendengarkan pendapat dan pertanyaan dari

temannya yang perempuan. Ketika guru menjelaskan materi dengan teknik

pancingan, akhirnya siswa menjadi sedikit lebih berani mengungkapkan

pertanyaannya, dan beberapa pertanyaan itu dijawab oleh temannya yang

lain. Rasa ingin tahu siswa semakin baik ketika siswa laki-lakinya turut

mengungkapkan pertanyaan dari materi yang disampaikan oleh guru di

depan kelas. Beberapa siswa berani menuliskan jawabannya di papan tulis

kelas.

Di pertengahan pembelajaran siswa diberi bahan bacaan berupa cerita

Persahabatan yang Berawal dari Musuh. Ketika selebaran ini dibagikan

kepada siswa terlihat beberapa siwa ada yang antusias, dan ada yang tidak,

hal itu ditunjukkan dengan siswa masih sibuk bercanda dengan temannya.

Ini artinya, siswa masih belum penuh perhatiaannya dalam belajar. Pada

proses pengerjaan lembar jawaban siswa, terlihat siswa ada yang masih

bingung, dan ada yang bertanya kembali kepada guru, dan ada yang

bertanya dengan teman-temannya. Selain itu, beberapa siswa menyukai

cerita yang dibaca, dan ada beberapa juga siswa yang tidak, namun setelah

Page 156: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

guru menjelaskan sedikit rangsangan cerita tersebut, siswa pun membaca

cerita tersebut. Setelah lembar kerja dikumpulakan dan dikoreksi, beberapa

siswa sudah menunjukkan nilai yang baik, namun dari rata-rata, pada

siklus ini hasil belajarnya kurang dari KKM.

Berdasarkan analisis data pengamatan di atas, bahwa masih terdapat

nilai yang kurang dari KKM yang telah ditentukan. Untuk memperbaiki

kekurangan yang terdapat di siklus 1 tersebut, maka pada pada siklus 2

perlu dibuat pengembangan tindakan berdasarkan hasil dari refleksi pada

siklus 1.

Page 157: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Catatan Lapangan

Penelitian Tindakan Kelas (Siklus 2)

Kelas : VII-D MTs. YPI Al-Alawiyah

Hari/Tanggal : Kamis, 04 Desember 2014

Waktu : 16.30-17.30 WIB

Deskripsi Hasil Observasi

Pada pembelajaran di siklus 2, pembelajaran memahami cerita sudah

dilengkapi dengan penggunaan media pembelajaran (audio visual

pemutaran film drama Malin Kundang). Pada tahap siklus 2 ini, ketika

guru peneliti masuk ke dalam kelas, siswa sudah duduk dengan baik, dan

menyiapkan segala sesuatunya agar mendukung ketika film cerita drama

Malin Kundang diputar. Tidak ada siswa yang terlambat masuk ke kelas

setelah jam istirahat, karena mereka ingin waktu belajarnya habis sia-sia.

Terlihat kondisi siswa dan kelas begitu berbeda dengan pembelajaran saat

di siklus 1 sebelumnya.

Pada siklus 2 ini siswa nampak antusias dan penuh perhatian ketika

guru menjelaskan sistematika pembelajaran pada siklus 2 ini, dan lebih

termotivasi lagi siswa untuk belajar ketika guru peneliti akan memberikan

hadiah di akhir pembelajaran sebagai bentuk penghargaan kepada siswa

yang bisa menjawab dan mengisi dengan baik dan benar lembar jawaban

soal yang diberikan oleh guru. Pemotivasian seperti itu membuat siswa

menjadi lebih tersemangati lagi belajarnya. Siswa begitu tenang

menyaksikan jalannya film tersebut, sesekali ada canda dan tawa ketika

menyaksikan, namun siswa dengan cepat kembali fokus.

Ketika film selesai diputar, perhatian siswa terfokus melihat film, dan

terlihat siswa begitu cepat mencari, segera mencatat serta menjawab

jawabannya di lembar jawaban soal dengan baik. Siswa telihat lebih

mudah memahami cerita dengan menggunakan media audio visual

(pemutaran film drama Malin Kundang). Pengumpulan lembar jawaban

akhirnya terkumpul dengan baik, dengan hasil jawaban

Page 158: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 159: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 160: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 161: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

PRA-SIKLUS

SatuanPendidikan : MTs

Kelas/Semester : VII/1

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Tema : Memahami Cerita Pendek

Jumlah Pertemuan : 1 x Pertemuan

A. Standar Kompetensi

Memahami teks cerita pendek.

B. Kompetensi Dasar

Memahami unsur-unsur instrinsik yang ada di dalam cerita pendek baik

secara lisan

maupun tulisan.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Mampu mengetahui apa itu cerita pendek.

2. Mampu menemukan unsur-unsur instrinsik teks cerita pendek.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat memahami apa itu cerita pendek.

2. Siswa dapat menemukan unsur-unsur instrinsik dalam cerita pendek.

E. Materi Pembelajaran

Pengertian cerita pendek, dan unsur-unsur cerita, baik instrinsik maupun ekstrinsik.

F. Metode Pembelajaran

Metode ceramah, interaktif atau tanya jawab, diskusi.

G. Media dan sumber Pembelajaran

Media:

Perlengkapan ATK

Sumber Belajar :

Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, cetakan kesembilan, 2012.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sasatra. Jakarta: PT Grasindo, 2008.

Page 162: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Majid, Abdul Aziz Abdul. Mendidik dengan Cerita. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2008.

H. Kegiatan Pembelajaran

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Siswa merespons memberi salam dan siswa berdoa.

2) Mengajak berkenalan satu sama lain secara singkat.

3) Mengecek kehadiran siswa dan menjelaskan kegiatan peneliti di kelas

tersebut selama beberapa hari kedepan selama dua minggu.

4) Siswa menerima informasi seputar kompetensi, materi, tujuan,

manfaat, dan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

1) Guru memberikan contoh kisah-kisah yang inspiratif secara lisan dan

singkat.

2) Guru bertanya jawab kepada peserta didik tentang cerita-cerita

tersebut.

3) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pengertian cerita pendek.

4) Guru bertanya jawab tentang manfaat yang bisa diambil dari cerita-

cerita.

5) Siswa diajak untuk mengenali unsur-unsur yang ada di dalam suatu

cerita pendek.

6) Siswa diberikan kebebasan berpendapat terkait materi yang sedang

diajarkan.

Elaborasi

7) Siswa mendiskusikan unsur-unsur instrinsik cerita dengan teman

sebangkunya masing-masing.

8) Siswa menjawab dan menulis berbagai pendapat yang dikemukakan

oleh teman-temannya, yang kemudian guru menyempurnakannya.

9) Siswa lain merespons atau menanggapi dengan responsif dan santun.

Konfirmasi

10) Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang

dialami saat memahami cerita pendek dan unsur-unsur instrinsik cerita.

Page 163: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

11) Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas

pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami cerita dan

unsur-unsur instrinsik cerita.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran

2) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan

3) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut

pembelajaran

I. Penilaian Proses

a. Penilaian Proses

No Aspek yang

dinilai

Teknik

Penilaian

Waktu

Penilaian

Instrumen

Penilaian

Keterangan

1. Religius Pengamatan Proses

Lembar

Pengamatan

Hasil penilaian

proses dijadikan

sebagai respons

awal kegiatan

pembelajaran

atau pra-siklus.

2. Tanggung jawab

3. Peduli

4. Responsif

5. Santun

A = Sangat Baik

B = Baik

C = Cukup

D = Kurang

Bekasi, 27 November 2014

Guru Bidang Studi Peneliti

Husni Maryani, S. Pd. Muhammad Alfinur

Page 164: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

SIKLUS 1

SatuanPendidikan : SMP/MTs

Kelas/Semester : VII/1

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Tema : Memahami Cerita Pendek

Jumlah Pertemuan : 1 x Pertemuan

A. Standar Kompetensi

Memahami teks cerita pendek.

B. Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi unsur-unsur instrinsik cerita pendek.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Mampu menjelaskan isi cerita yang ada di dalam

2. Mampu menentukan unsur-unsur instrinsik cerita pendek .

3. Mampu menemukan jalah akhir dari cerita pendek tersebut.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah membaca cerpen yang berjudul Persahabatan yang Berawal dari

Musuh, siswa dapat menjelaskan kisah yang ada dalam cerpen seacara

singkat.

2. Setelah menjelaskan kisah yang ada dalam cerpen tersebut secara singkat,

siswa menentukan unsur-unsur instrinsik cerita pendek tersebut.

3. Setelah siswa menentukan unsur instrinsik cerpen, siswa menjelaskan

jalan akhir dari cerita tersebut.

E. Materi Pembelajaran

Definisi cerpen, unsur-unsur isntrinsik (tema, tokoh, penokohan, alur, latar

tempat, waktu dan suasana, serta amanat), dan contoh teks cerpen

“Persahabatan yang Berawal dari Musuh.”

F. Metode Pembelajaran

Metode inkuiri, diskusi, tanya jawab, penugasan, dan ceramah.

G. Media dan sumber Pembelajaran

Media:

Teks Cerpen yang berjudul Persahabatan yang Berawal dari Musuh”

Page 165: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Sumber Belajar :

Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, cetakan kesembilan, 2012.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sasatra. Jakarta: PT Grasindo, 2008.

Majid, Abdul Aziz Abdul. Mendidik dengan Cerita. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2008.

H. Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Pertama

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Siswa merespons salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan

kondisi dan pembelajaran sebelumnya

2) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran

sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

3) Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan

langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan

b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

1) Siswa mengamati dan membaca sebuah teks tentang cerita pendek

berjudul “Persahabatan yang Berawal dari Musuh.”

2) Secara individu, siswa mengindentifikasi apa kisah yang ada di dalam

cerita tersebut, dan menemukan unsur-unsur instrinsik yang ada di

dalamnya.

3) Siswa menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks yang telah

dibaca.

Elaborasi

4) Siswa menuliskan tentang kisah apa yang ada di dalam cerita pendek

tersebut dengan gaya bahasanya sendiri, dan menemukan, dan

menganalisis unsur-unsur instrinsik yang ada di dalamnya dengan gaya

bahasanya sendiri.

5) Beberapa siswa menunjukkan hasil jawabannya di lembar kerja siswa.

6) Tugas dikumpulkan kepada guru.

Konfirmasi

7) Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang

dialami saat memahami isi cerita tersebut

Page 166: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

8) Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas

pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami isi teks cerita

tersebut.

9) Siswa terbaik mendapatkan penghargaan dari guru.

c. Kegiatan Penutup

4) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran

5) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan

6) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut

pembelajaran

I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

a. Penilaian Proses

No Aspek yang

dinilai

Teknik

Penilaian

Waktu

Penilaian

Instrumen

Penilaian

Keterangan

1. Religius Pengamatan Proses

Lembar

Pengamatan

Hasil penilaian

proses

dijadikan

sebagai respon

kedua kegiatan

pembelajaran

atau siklus 1

2. Tanggung jawab

3. Peduli

4. Responsif

5. Santun

A = Sangat Baik

B = Baik

C = Cukup

D = Kurang

b. Penilaian Hasil

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Teknik

Penilaian

Bentuk

Penilaian Instrumen

Mengetahui apa kisah

yang ada di dalam

cerita pendek yang

berjudul

Persahabatan yang

Tes

tertulis

Tes uraian 1. Bacalah dengan saksama

teks cerita pendek yang

berjudul Persahabatan yang

Berawal dari Musuh berikut

ini! Dari ungkapkanlah

dengan gaya bahasa sendiri

Page 167: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Berawal dari Musuh terkaih kisah yang ada di

dalam cerita tersebut

Mengetahui unsur-

unsur instrinsik yang

ada di dalam cerita

tersebut

Tes

tertulis

Tes uraian

2. Identifikasikanlah unsur-

unsur instrinsik yang ada di

dalam cerita tersebut!

Mengetahui jalan

akhir dari cerita

tersebut

Tes

tertulis

Tes uraian

3. Bagaimanakah jalan akhir

dari kisah tersebut!

Pedoman Penskoran :

Soal No. 1

Aspek Skor

Siswa menjawab pertanyaan terkait kisah apa yang ada di dalam cerita

tersebut

Jawaban sempurna 15

SKOR MAKSIMAL 15

Soal No. 2

Aspek Skor

Siswa mengidentifikasi unsur instrinsik cerita tersebut

Soal A 15

Soal B 15

Soal C 10

Soal D 10

Soal E 10

Soal F 15

Page 168: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Aspek Skor

SKOR MAKSIMAL 75

Soal No. 3

Aspek Skor

Siswa menjelaskan jalan akhir dari cerita tersebut

Jawaban sempurna 10

SKOR MAKSIMAL 10

Bekasi, 29 November 2014

Guru Bidang Studi Peneliti

Husni Maryani, S. Pd. Muhammad Alfinur

Page 169: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

SIKLUS 2

SatuanPendidikan : SMP

Kelas/Semester : VII/1

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Topik : Memahami Cerita

Jumlah Pertemuan : 1 x Pertemuan

A. Standar Kompetensi

Memahami cerita pendek.

B. Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi unsur-unsur instrinsik cerita pendek.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Mampu menjelaskan isi cerita yang ada di dalam film drama Malin

Kundang.

2. Mampu menentukan unsur-unsur instrinsik cerita pendek dalam bentuk

film (drama Malin Kundang).

3. Mampu menemukan jalah akhir dari cerita tersebut.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah menyaksikan film drama yang berjudul Malin Kundang, siswa

dapat menjelaskan kisah yang ada dalam film tersebut secara singkat.

2. Setelah menjelaskan kisah secara singkat, siswa menentukan unsur-unsur

instrinsik film drama Malin Kundang.

3. Setelah siswa menentukan unsur instrinsik film drama yang berjudul Malin

Kundang, siswa menjelaskan jalan akhir dari cerita tersebut.

E. Materi Pembelajaran

Definisi cerpen, unsur-unsur instrinsik (tema, tokoh, penokohan, alur, latar tempat,

waktu dan suasana, serta amanat) yang ada di dalam film drama Malin Kundang,

jenis-jenis film, dan contoh film drama Malin Kundang.

F. Metode Pembelajaran

Metode inkuiri, diskusi, tanya jawab, penugasan, dan ceramah.

G. Media dan sumber Pembelajaran

Media:

Film drama Malin Kundang

Page 170: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Sound Speaker Active

LCD Projector

Laptop

Sumber Belajar :

Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, cetakan kesembilan, 2012.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sasatra. Jakarta: PT Grasindo, 2008.

Majid, Abdul Aziz Abdul. Mendidik dengan Cerita. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2008.

H. Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Pertama

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Siswa merespons salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan

kondisi dan pembelajaran sebelumnya

2) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran

sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

3) Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan

langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

4) Memberikan arahan kepada siswa sebelum menyaksikan pemutaran

film, baik letak tempat duduk siswa, supaya film dapat tersampaikan

dengan baik.

5) Memberikan motivasi berupa reward kepada siswa, yang akan

diberikan nanti setelah proses KBM selesai.

b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

1) Siswa menyaksikan film drama yang berjudul Malin Kundang.

2) Secara individu, siswa mengindentifikasi apa kisah yang ada di dalam

cerita tersebut, dan menemukan unsur-unsur instrinsik yang ada di

dalamnya.

3) Siswa menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan film drama

yang berjudul Malin Kundang yang telah disaksikannya.

Elaborasi

4) Siswa menuliskan tentang kisah apa yang ada di dalam film tersebut,

dan menemukan unsur-unsur instrinsik yang ada di dalamnya dengan

kata-katanya sendiri.

Page 171: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

5) Beberapa siswa menunjukkan hasil jawabannya di lembar kerja siswa.

6) Tugas dikumpulkan kepada guru.

Konfirmasi

7) Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang

dialami saat memahami isi cerita tersebut

8) Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas

pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami isi teks cerita

tersebut.

9) Siswa terbaik mendapatkan penghargaan dari guru.

c. Kegiatan Penutup

7) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran

8) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan

9) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut

pembelajaran

I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

a. Penilaian Proses

No Aspek yang

dinilai

Teknik

Penilaian

Waktu

Penilaian

Instrumen

Penilaian

Keterangan

1. Religius Pengamatan Proses

Lembar

Pengamatan

Hasil penilaian

proses dijadikan

sebagai respon

kedua kegiatan

pembelajaran

atau siklus 1

2. Tanggung jawab

3. Peduli

4. Responsif

5. Santun

A = Sangat Baik

B = Baik

C = Cukup

D = Kurang

Page 172: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

b. Penilaian Hasil

Indikator

Pencapaian Kompetensi

Teknik

Penilaian

Bentuk

Penilaian Instrumen

Mengetahui apa kisah

yang ada di dalam film

drama yang berjudul

Malin Kundang

Tes

tertulis

Tes uraian 1. Saksikanlah dengan perhatian,

film drama yang berjudul

Malin Kundang! Dan

ungkapkanlah dengan gaya

bahasa sendiri terkait kisah

yang ada di dalam cerita

tersebut

Mengetahui unsur-

unsur instrinsik yang

ada di dalam cerita

tersebut

Tes

tertulis

Tes uraian

2. Identifikasikanlah unsur-unsur

instrinsik yang ada di dalam

cerita tersebut!

Mengetahui jalan akhir

dari cerita tersebut

Tes

tertulis

Tes uraian

3. Bagaimanakah jalan akhir dari

kisah tersebut!

Pedoman Penskoran :

Soal No. 1

Aspek Skor

Siswa menjawab pertanyaan terkait kisah apa yang ada di dalam cerita

tersebut

Jawaban sempurna 15

SKOR MAKSIMAL 15

Soal No. 2

Aspek Skor

Siswa mengidentifikasi unsur instrinsik cerita tersebut

Soal A 15

Soal B 15

Page 173: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

Aspek Skor

Soal C 10

Soal D 10

Soal E 10

Soal F 15

SKOR MAKSIMAL 75

Soal No. 3

Aspek Skor

Siswa menjelaskan jalan akhir dari cerita tersebut

Jawaban sempurna 10

SKOR MAKSIMAL 10

Bekasi, 04 Desember 2014

Guru Bidang Studi Peneliti

Husni Maryani, S.Pd. Muhammad Alfinur

Page 174: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 175: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 176: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan
Page 177: PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN CERITA MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27441/1/MUHAMMAD... · i ABSTRAK MUHAMMAD ALFINUR, NIM 1110013000002. “Peningkatan

BIODATA PENULIS

Muhammad Alfinur, lahir di Jakarta, 18

September 1992 Anak pertama dari empat

bersaudara pasangan H. Syahroni dan Hj. Lilis

Rusdaenah tinggal di Kampung Gempol RT 003/01

Cakung Timur Cakung Jakarta Timur. Ia

menuntaskan pendidikan dasar di SDN 01 Pagi

Cakung Jakarta Timur, kemudian melanjutkan

pendidikannya di SMPN 256 Jakarta. Setelah itu, ia

melanjukan pendidikannya di MAN 8 Jakarta.

Setelah lulus dari MAN 8 pada Tahun 2010, ia memilih

melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Seiring berjalan menamatkan kuliahnya, ia meneruskan perjuangan Abinya untuk

mengajar mengaji anak-anak dan remaja di suatu masjid di Kampung Gempol Cakung

Timur Cakung Jakarta Timur.