parlemen dalam perlembagaan persekutuan malaysia dan...

98
PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN RELEVANSINYA DENGAN DOKTRIN KETATANEGARAAN ISLAM Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: MUHAMMAD FAWWAZ HADI BIN ISMAIL NIM: 108045200022 KONSENTRASI SIYASAH SYARIYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M

Upload: builiem

Post on 07-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA

DAN RELEVANSINYA DENGAN DOKTRIN

KETATANEGARAAN ISLAM

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

MUHAMMAD FAWWAZ HADI BIN ISMAIL

NIM: 108045200022

KONSENTRASI SIYASAH SYARIYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431 H / 2010 M

Page 2: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN

MALAYSIA DAN RELEVANSINYA DENGAN DOKTRIN

KETATANEGARAAN ISLAM, telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada

17 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi

Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syariyyah).

Jakarta, 17 Juni 2010

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

dtt

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

Nip: 19550505 198203 1 012

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Dr. Asmawi, M.Ag. (..……...dtt………)

NIP: 19721010 199703 1 008

2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag. (..….......dtt………)

NIP: 19710215 199703 2 002

3. Pembimbing : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA ,MM. (..……...dtt………)

NIP: 19550505 198203 1 012

4. Penguji I : JM. Muslimin, MA, PhD. (..……...dtt………)

NIP. 150 295 489

5. Penguji II : Asep Saefuddin Jahar, MA, PhD. (..…...…dtt………)

NIP: 19691216 199603 1 001

Page 3: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN

RELEVANSINYA DENGAN DOKTRIN

KETATANEGARAAN ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Muhammad Fawwaz Hadi Bin Ismail

NIM: 108045200022

Di Bawah Bimbingan

dtt

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP: 19550505 198203 1012

KONSENTRASI SIYASAH SYARIYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 4: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yaang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berada di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 April 2010

Muhammad Fawwaz Hadi Bin Ismail

Page 5: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

i

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Yang Maha

Esa, Yang Maha Kaya, Yang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu

yang ada di langit dan di bumi, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Puji syukur penulis panjatkan

kehadirat-Nya, atas segala nikmat dan karunia-Nya, dan semua yang telah

dianugerahkan-Nya kepada penulis.

Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada pembawa risalah

Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, yang telah

menunjukkan jalan hidayah dan pembuka ilmu pengetahuan dengan agama Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi yang

berjudul "Parlemen Dalam Perlembagaan Persekutuan Malaysia Dan Relevansinya

Dengan Doktrin Ketatanegaraan Islam" ini, masih banyak kekurangan dan

kelemahan yang dimiliki penulis. Namun berkat bantuan dan dorongan dari

semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih secara khusus yang sedalam-

dalamnya kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat.

Page 6: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

ii

2. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof.

Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, yang juga merangkap dosen

pembimbing penulis atas segala bimbingan dan tunjuk ajar beliau dalam

penulisan skripsi ini, semoga mendapat balasan baik dari Allah SWT.

3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah; Dr. Asmawi, M.Ag, dan Sri

Hidayati, M.Ag, yang keduanya telah memberikan kemudahan administratif

dan bimbingan akademik sejak awal perkuliahan, yang dengan sabar telah

memberikan banyak masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat selesai

dengan baik.

4. Segenap dosen dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya

dosen dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum, para karyawan

Perpustakaan Fakultas Syariah Dan Hukum, juga para karyawan Perpustakaan

Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ayahanda dan ibunda tercinta, Ismail Salleh dan Siti Jamilah Haji Mustaffa,

atas kasih sayang dan pengorbanan kepada penulis selama menimba ilmu,

juga kepada adik-adik; Faiz, Faris, Fawzan, Ira, Jee, Falahi dan Faduli.

6. Tuan Guru Haji Harun Taib; pengerusi Ahli Majlis Mesyuarat KUDQI dan

seluruh Ahli Majlis Mesyuarat KUDQI, pensyarah dan staf Kolej Universiti

Darul Quran Islamiyyah yang telah memberi ruang dan kesempatan untuk

menuntut ilmu yang bermanfaat, para mahasiswa dan mahasiswi dari KUDQI,

MPMKUDQI dan HESIS. Juga kepada ustaz-ustaz dan teman di Madrasah

Page 7: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

iii

Mazahirul Ulum, Binjai Bongkok, Marang, khususnya Ustaz Nor, Bob,

Syahrin, Tole, Haji Zainul dan Amir.

7. Teman-teman seperjuangan selama di Indonesia; Madyu, Pian, Keri, Ayohsu,

Pulloh, Pa, Najib, Sepu, Zaki, Hilman, Zaid, Amir, Razman, Mamat, Biki,

Stopa, Harun, Baha, Kacah, Adi, Muaz, Za, Pudin, Beri, Duan, Mukhsin,

Faris, serta teman-teman di Asrama Putri UIN dan kost. Juga teman dari

APID, KIDU dan IPA yang tidak dapat penulis sebut semuanya di sini karena

keterbatasan ruang, semoga teguran dan tunjuk ajar dari kalian semua

mendapat ganjaran dari-Nya.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik

dari semua yang telah mereka berikan dan lakukan untuk penulis khususnya dan

kepada semua pihak pada umumnya. Penulis juga menyampaikan harapan yang besar

agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan pembaca sekalian,

semoga Allah SWT menjadikan skripsi ini sebagai satu amal yang baik disisi-Nya.

Akhir kata, segala yang baik datang dari-Nya dan yang kurang baik terbit dari

kelemahan dan kekurangan diri penulis sendiri.

Jakarta: ______20 April 2010 M

5 Jamadil Awal 1431 H

Penulis

Page 8: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah.............................................6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.......................................................7

D. Tinjauan Pustaka..............................................................................8

E. Metode Penelitian..........................................................................11

F. Sistemetika Penulisan....................................................................15

BAB II KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN

A. Kepemimpinan Dan Kekuasaan Dalam Ilmu Politik Moderen.....17

B. Kepemimpinan Dan Kekuasaan Dalam Politik Islam...................23

1. Konsep Musyawarah Dalam Islam..........................................31

2. Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi Dan Ahlu al-Iktiyar........................37

3. Demokrasi Dalam Islam..........................................................42

Page 9: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

v

BAB III PARLEMEN MENURUT PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN

MALAYSIA

A. Parlemen Malaysia........................................................................48

B. Komponen Parlemen Malaysia.....................................................49

C. Fungsi Parlemen...........................................................................54

D. Hak Dan Wewenang Parlemen.....................................................57

BAB IV TINJAUAN KETATANEGARAAN ISLAM TERHADAP

PARLEMEN MENURUT PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN

MALAYSIA

A. Agama Dan Negara Dalam Kajian Ketatanegaraan Islam............60

B. Persamaan Parlemen Malaysia Dengan Konsep Pemerintahan

Islam..............................................................................................66

C. Perbedaan Parlemen Malaysia Dengan Konsep Pemerintahan

Islam..............................................................................................69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................75

B. Saran-saran....................................................................................77

Daftar Pustaka...........................................................................................................79

Lampiran

Page 10: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

a. Padanan Aksara

Huruf

Arab

Huruf

Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h ha dengan garis di bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis di bawah ط

z zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik diatas hadap kanan „ ع

gh ge dan ha غ

f ef ؼ

q ki ؽ

k ka ؾ

l el ؿ

m em ـ

n en ف

w we و

h ha هػ

apostrof ` ء

y ye ي

Page 11: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

vii

b. Vokal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a fathah

i kasra

u dammah

Adapun Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i ي

au a dan u و

c. Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ػػا

î i dengan topi di atas ــــــي

û u dengan topi di atas ـــــــو

d. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf (اؿ) ,

dialih-aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun

huruf qamariyyah. Contoh الشمسية = al-syamsiyyah, القمرية = al-qamariyyah.

e. Tasydîd

Dalam alih-aksara, tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda tasydîd itu. Tetapi hal ini tidak berlaku

jika huruf yang menerima tasydîd itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

huruf-huruf samsiyyah.

f. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. begitu juga jika ta marbûtah tersebut

diikuti kata sifat (na‘t). Namun jika ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.

g. Huruf Kapital

Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang,

maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal atau kata sandangnya . Contoh البخاري = al-Bukhâri.

Page 12: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kedaulatan adalah suatu hal yang memiliki makna penting dan mendalam

bagi sesuatu negara. Kedaulatan, menurut Georg Jellinek1, apabila merujuk

kepada suatu negara, maka ia merupakan kekuasaan yang tertinggi. Sedangkan

apabila ke luar, kedaulatan merupakan kekuasaan yang tidak tunduk pada

kekuasaan yang lain.

Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk kedaulatan;

kedaulatan Tuhan, kedaulatan raja, kedaulatan negara, kedaulatan hukum, dan

kedaulatan rakyat. Bentuk yang terakhir yaitu kedaulatan rakyat merupakan

konsep yang sehingga kini paling banyak diusung oleh berbagai negara melaui

konsep negara demokrasi.

Mengikut teori demokrasi, maka rakyatlah yang berdaulat. Rakyat yang

berdaulat ini mempunyai suatu kemauan yang oleh Jean-Jacques Rousseau2

1Dilahirkan tanggal 16 Juni 1851 di Leipzig, Georg Jellinek adalah seorang filosofis Jerman

yang terkenal. Antara karyanya termasuk artikel berjudul The Declaration Of The Right Of Man And

The Citizen yang ditulisnya pada tahun 1895. Dalam artikel ini beliau sedikit mengkritik Revolusi

Prancis. Beliau meninggal dunia pada tanggal 12 Januari 1911 di Heidelberg, Jerman.

2Jean-Jacques Rousseau dilahirkan di Geneva, Prancis pada tanggal 28 Juni 1712.

Pemikirannya banyak mempengaruhi tercetusnya Revolusi Prancis. Karya tulisnya yang terkenal

adalah Emilie atau On Education, yang menekankan permasalahan kewarganegaraan. Beliau

meninggal dunia pada 2 Juli 1778 di Ermanonville.

Page 13: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

2

disebut general will.3 Pada awal kemunculannya yaitu sekitar 400 SM, konsep ini

dilaksanakan secara menyeluruh dimana setiap anggota masyarakat mempunyai

hak untuk menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada pemimpin tanpa

terkecuali. Dalam perkembangannya, pelaksanaan konsep tersebut menemui

banyak kendala seiring makin banyaknya jumlah penduduk dan luasnya wilayah

negara, maka rakyat tidak dapat lagi menyampaikan aspirasinya secara langsung

kepada pemimpin karena masalah-masalah tersebut. Selanjutnya, demokrasi tidak

langsung atau yang biasa disebut demokrasi perwakilan menjadi pilihan untuk

mengganti demokrasi langsung yang tidak bisa dilaksanakan dengan tuntas itu.

Disini, rakyat sebagai pemegang kedaulatan mengamanatkan suaranya melalui

para wakil yang dipilih oleh mereka melalui proses pemilu dan duduk dalam

suatu lembaga yang biasa disebut sebagai Parlemen.

Secara umumnya, negara yang mempunyai badan Parlemen disebut

menganut sistem parlementer, dan termasuk juga negara Malaysia. Sistem

parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan dimana Parlemen memiliki peran

penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini Parlemen memiliki wewenang dalam

mengangkat Perdana Menteri dan Parlemen pun dapat menjatuhkan

pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya.

Inilah sebagaimana yang diamalkan di negara Malaysia. Pada zaman moderen ini,

3 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama , 2007),

cet. 30, h. 173.

Page 14: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

3

tugas utama badan Parlemen adalah melakukan fungsi legislatif, yaitu membuat

undang-undang.

Di dalam Islam, lembaga yang hampir sama dengan Parlemen adalah Ahlu

al-Halli Wa al-Aqdi, diartikan sebagai “orang-orang yang mempunyai wewenang

untuk melonggarkan dan mengikat”. Istilah ini dirumuskan oleh ulama fikih

sebagai sebutan bagi orang-orang yang bertindak sebagai wakil umat untuk

menyuarakan hati nurani mereka kepada pemimpin.4 Imam Al-Mawardi

5 dan

beberapa ulama lainnya menyebutnya sebagai Ahlu al-Ikhtiyar yang berarti

“orang-orang yang mempunyai kualifikasi untuk memilih”.6 Yang dimaksudkan

dengan memilih disini adalah, memilih pemerintah atau kepala negara. Allah

SWT menggariskan bahwa dalam umat harus ada pemimpin yang menjadi

pengganti dan penerus fungsi kenabian untuk menjaga agar terselenggaranya

ajaran agama, memegang kendali politik, membuat kebijakan yang dilandasi

syariat agama dan menyatukan umat.7

Ahlu al-Ikhtiyar juga bisa diartikan sebagai sekelompok orang yang

bertugas memilih pemimpin lewat jalan musyawarah kemudiannya

4J. Suyuthi Pulungan, MA, Fiqh Siyasah, Ajaran Sejarah Dan Pemikiran, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2002) , cet. 5, h. 66.

5Dilahirkan di Basrah pada tahun 972 M dengan nama Abu Al-Hasan Ali Ibnu Habib Al-

Mawardi, beliau antara ilmuan Islam yang unggul. Gurunya termasuk Sheikh Abd al-Hamid dan

Sheikh Abdallah al-Baqi. Antara karangannya yang dikenali adalah al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Qanun

al-Wazarah dan Nasihat al-Muluk. Beliau meninggal dunia pada tahun 1058.

6 M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), cet. 1, h. 176.

7Imam Al-Mawardi, Hukum Tata Negara Dan Kepemimpinan Dalam Takaran Islam,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2000), cet. 5, h. 14.

Page 15: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

4

mengajukannya kepada rakyat untuk dibaiat oleh mereka. Imam Muhammad Abu

Zahrah8 menyebut di dalam kitabnya Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah, “Apabila

dasar pemerintahan Islam bersifat musyawarah maka pemilihan itu juga harus

bersifat musyawarah”. Tapi apabila tidak mungkin untuk melakukan musyawarah

antara seluruh individu rakyat, maka musyawarah hanya bisa dilakukan antara

kelompok orang yang mewakili rakyat dan apa yang mereka putuskan sama

dengan keputusan seluruh individu rakyat.9 Jadi disini dapat dilihat seolah-olah

ada persamaan antara Ahlu al-Ikhtiyar dan Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi.

Pada masa yang sama, Parlemen juga adalah wakil bagi rakyat, cuma

perwakilan mereka adalah melalui partai politik yang menunjukkan mereka

sebagai calon untuk bertanding dalam pemilu. Hal ini dinamakan perwakilan

yang bersifat politik (political representation).10

Sistem pemerintahan di Malaysia bermodelkan sistem parlementer

Westminster, warisan Penguasa Kolonial Britania. Tetapi di dalam prakteknya,

kekuasaan lebih terpusat di eksekutif daripada di legislatif, dan judikatif

diperlemah oleh tekanan berkelanjutan dari pemerintah selama zaman mantan

8Dilahirkan pada tahun 1898 dan meninggala pada tahun 1978, Imam Abu Zahrah adalah

intelek dan pemikir di Cairo. Beliau juga adalah profesor di Universtas Al-Azhar dan juga di

Universitas Cairo. Karyanya termasuk biografi Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad dan

Imam Syafie.

9Farid Abdul Khalid, Fikih Politik Islam, (Jakarta: Penerbit Amzah, 2005), cet. 5, h. 108-109.

10Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007),

cet. 30, h. 175.

Page 16: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

5

Perdana Menteri, Tun Dr. Mahathir Mohammad11

, menyebabkan kekuasaan

judikatif itu dibagikan antara pemerintah persekutuan dan pemerintah negeri

(negara bagian).

Kekuasaan legislator dibagi antara legislator Persekutuan12

dan legislator

negeri. Parlemen13

Malaysia adalah parlemen berbentuk bikameral, terdiri dari

Yang di-Pertuan Agong14

yang juga sebagai kepala negara; dewan rendah yaitu

Dewan Rakyat (mirip "Dewan Perwakilan Rakyat" di Indonesia); dan Dewan

Negara (mirip "Dewan Perwakilan Daerah" di Indonesia). 222 anggota Dewan

Rakyat dipilih dari daerah pemilihan beranggota-tunggal yang diatur berdasarkan

jumlah penduduk untuk periode jabatan terlama 5 tahun. Bagi Dewan Negara

pula, 70 Senator bertugas untuk periode jabatan 3 tahun; 26 di antaranya ditunjuk

oleh 13 majelis negara bagian (masing-masing mengirimkan dua utusan), dua

mewakili wilayah persekutuan Kuala Lumpur, masing-masing satu mewakili

wilayah persekutuan Labuan dan Putrajaya, dan 40 diangkat oleh Yang di-Pertuan

Agong atas nasehat Perdana Menteri. Di samping Parlemen di tingkat

persekutuan, masing-masing negara bagian memiliki dewan legislatif unikameral

11Mantan perdana menteri Malaysia yang keempat, memegang tampuk pemerintahan

Malaysia selama hampir 22 tahun bermula 1981 hingga 2003.

12Yang diartikan sebagai Persekutuan adalah Persekutuan Tanah Melayu atau Malaysia,

terbentuk pada tanggal 16 September 1963, terdiri dari 11 buah negeri di Tanah Melayu dan 2 buah

negeri Borneo yaitu Sabah dan Sarawak. Kemudian setelah kemerdekaan Malaysia pada tanggal 31

Augustus 1957, Kuala Lumpur di jadikan wilayah khusus, sebagai ibukota Persekutuan sekaligus

sebagai pusat pemerintahan dan pentadbiran. Ini menjadikan negeri anggota Persekutuan Malaysia sebanyak 14 buah negeri.

13Ejaan dan sebutan bagi parlemen Malaysia adalah dengan huruf “i”, yaitu sebagai Parlimen.

14Yang di-Pertuan Agong adalah kepala negara, juga sebagai kepala agama Islam di Malaysia.

Page 17: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

6

(Dewan Undangan Negeri) yang para anggotanya dipilih dari daerah-daerah

pemilihan beranggota-tunggal. Pemilihan umum untuk memilih anggota Parlemen

Malaysia dijalankan biasanya empat tahun sekali, dengan pemilihan umum

terakhir pada Maret 2008.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan

mengkaji lebih dalam dalam permasalahan Parlemen sebagai badan perundang-

undangan tertinggi di negara Malaysia dan sejauh mana ia relevan dengan kaidah

dan konsep ketatanegaraan dalam Islam sehingga penulis angkat menjadi judul

skripsi “Parlemen Dalam Perlembagaan Persekutuan Malaysia Dan

Relevansinya Dengan Doktrin Ketatanegaraan Islam”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian berbentuk skripsi sudah seharusnya di dalamnya memuat

perbatasan masalah agar penelitian lebih terarah dan fokus. Untuk itu penulis

membatasi permasalahan dalam penelitian skripsi ini mengenai Parlemen dalam

Perlembagaan Persekutuan Malaysia, apakah ia relevan dengan Ketatanegaraan

Islam.

Page 18: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

7

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana kedudukan dan kewenangan Parlemen di Malaysia

menurut konstitusi ?

2) Bagaimanakah peran negara Malaysia dalam menerap konsep Islam di

dalam Parlemen ?

3) Apakah sistem pemerintahan Malaysia sejalan dan konsisten dengan

konsep Ketatanegaraan Islam ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antaranya:

1. Memberikan gambaran dan informasi mengenai Parlemen sebagai badan

perundang-undangan tertinggi di Malaysia serta kedudukan dan fungsinya

sebagaimana diatur dalam Perlembagaan Persekutuan Malaysia.

2. Untuk mengetahui apakah negara Malaysia telah mempraktekkan konsep

Ketatanegaraan Islam dalam Parlemen.

3. Untuk menggali relevansi antara Ketatanegaraan Malaysia dengan

Ketatanegaraan Islam.

Page 19: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

8

Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman terhadap masyarakat luas tentang perspektif

hukum ketatanegaraan Islam terhadap Parlemen Malaysia.

2. Sebagai satu sumbangan pemikiran dan pengembangan khazanah

keilmuan di bidang fiqh siyasah dalam konteks ketatanegaraan di

Malaysia.

3. Dapat dijadikan rujukan bagi para akademis dan para pencinta ilmu

Ketatanegaraan Islam.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan studi terdahulu yang penulis maksudkan adalah dengan melihat

kajian yang membahas dalam tema yang hampir sama, namun pada substansi

yang berbeda. Adapun yang penulis akan masukkan dalam perbandingan ini

adalah berbagai literatur mulai dari skripsi, buku, jurnal, artikel dan lainnya.

Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya

penelitian tersebut.

Penelitian Mohammad Adnin bin Yahya, “Konsep Negara Islam di

Malaysia (menurut UMNO dan PAS)”, 2006. Penelitian ini membahas mengenai

Page 20: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

9

penerapan nilai-nilai Islam yang ada di Malaysia mulai dari sudut pandang pihak

pemerintah (UMNO) maupun dari pihak pembangkang (PAS).

Penelitian yang ditulis oleh Ahmad Baihakki Bin Arifin yang berjudul

“Hak-hak Politik Warga Negara Dalam Perlembagaan Persekutuan Malaysia”,

tahun 2008. Penelitian ini membahas tentang hak-hak politik warga negara

Malaysia sebagaimana yang diatur di dalam konstitusi Malaysia

Adapun referensi yang berbentuk buku, seperti buku karya Tun Mohd

Salleh Abas yang berjudul “Prinsip Perlembagaan & Pemerintahan Di

Malaysia”, tahun 2006. Di dalam buku ini ada menerangkan dan membahas

berkenaan Parlemen Malaysia yang mencakup keanggotaannya, wewenangnya,

dan hak-hak badan tersebut.

Buku kedua, karya Abdul Aziz Bari yang berjudul “Perlembagaan

Malaysia, Asas-Asas Dan Masalah”, tahun 2001. Buku ini membahas berkenaan

Perlembagaan Malaysia dan segala permasalahan yang berkaitan dengannya.

Buku ketiga, karya Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang, tentang prinsip-

prinsip negara Islam, ditulis dalam salah satu bab pada bukunya yang berjudul

“Sistem Pemerintahan Negara Islam”. Pokok masalah yang dibicarakan adalah

prinsip keadilan dalam prinsip-prinsip dasar pada negara Islam.

Buku keempat, karya Imam Al-Mawardi berjudul “Al-Ahkam As-

Sultaniyyah”. Buku ini memang terkenal sebagai buku yang membahaskan

berkenaan konsep pemerintahan menurut Islam. Aspek-aspek pengurusan negara

Page 21: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

10

dalam Islam seperti Imamah, Khalifah, Musyawarah, dan lain-lain dibahaskan

secara rinci dan lengkap.

Buku kelima, “Pentadbiran Undang-Undang Islam di Malaysia” karya

Muhamad Arifin. Buku ini membahaskan perkembangan undang-undang Islam di

Malaysia, federalism dan pembahagian kuasa membentuk undang-undang Islam

antara Kerajaan Pusat dan Kerajaan Negeri.

Dari beberapa kajian (review) terdahulu di atas, khususnya mengenai

Parlemen sebagai badan legislatif Malaysia, penulis belum menemukan tulisan

yang membahas atau mengkaji berkenaan badan tersebut dari sudut pandang

Ketatanegaraan Islam. Penelitian Mohammad Adnin bin Yahya hanya membahas

nilai-nilai Islam yang ada di Malaysia dari sudut pandang partai politik di

Malaysia. Demikian juga dengan penelitian kedua, walaupun fokus kajiannya

adalah Perlembagaan Persekutuan Malaysia, tetapi hanya menjelaskan seputar

hak-hak politik warganegara sahaja. Maka karena masih belum ada penelitian

yang membahaskan berkenaan Parlemen Malaysia secara khusus, penulis merasa

tertarik untuk membahaskan berkenaan badan tersebut yang kemudiannya dilihat

pula dari sudut pandang Ketatanegaraan Islam.

Page 22: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

11

E. Metode Penelitian

Metode bermaksud cara; yaitu cara bagaimana penelitian ini dilakukan.

Ahli-ahli hukum mendefinisikan “metode penelitian” sebagai:

1. Soerjono Soekanto: Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah,

yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan

jalan menganalisisnya. Di samping itu, juga diadakan pemeriksaan yang

mendalam terhadap faktor hukum tersebut, untuk kemudian

mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang

timbul dalam gejala yang bersangkutan.15

2. Soetandyo Wignyosoebroto: Penelitian hukum adalah seluruh upaya untuk

mencari dan menemukan jawaban yang benar mengenai suatu

permasalahan. Untuk menjawab segala macam permasalahan, diperlukan

hasil penelitian yang cermat dan sahih untuk menjelaskan permasalahan

tersebut.16

3. Teuku Mohammad Radhie: Keseluruhan aktivitas berdasarkan disiplin

ilmiah untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis dan

menginterpretasi fakta serta hubungan di lapangan hukum dan lapangan

lain-lain yang relevan bagi kehidupan hukum, dan berdasarkan

pengetahuan yang diperoleh dapat dikembangkan prinsip-prinsipilmu

15 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1981), h. 43.

16 Soetandyo Wignyosoebroto, Sebuah Pengantar Kearah Pembinaan Penelitian Hukum,

(Jakarta: Departemen Kehakiman, 1995), h. 4.

Page 23: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

12

pengetahuan dan cara-cara ilmiah untuk menanggapi berbagai fakta dan

hubungan tersebut.17

Seterusnya untuk lebih mempermudah pemahaman berkenaan kerangka

penelitian ini, penulis membagikannya kepada 6 poin utama:

1. Jenis Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library

Recearch), yaitu penelitian yang kajiannya dilaksanakan dengan menelaah dan

menelusuri berbagai literatur, karena memang pada dasarnya sumber data yang

hendak digali lebih terfokus pada studi pustaka. Dengan demikian penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Deskriptif disini dimaksudkan dengan

membuat deskripsi secara sistematis dengan melihat dan menganalisis data-data

secara kualitatif. Kemudian penulis menggunakan pendekatan komparatif, dengan

membuat perbandingan antara Ketatanegaraan Malaysia dengan Ketatanegaraan

Islam.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Parlemen sebagaimana yang diatur

dalam Perlembagaan Pesekutuan Malaysia.

17 Teuku Mohammad Radhie, Penelitian Hukum Dalam Pembinaan Dan Pembaharuan

Hukum Nasional, (Jakarta: Departemen Kehakiman, 1974), h. 14.

Page 24: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

13

3. Sumber Data

Data yang terhimpun dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer didapat dari dari sumber-sumber pokok yaitu konstitusi

Malaysia (Perlembagaan Persekutuan Malaysia) dan buku-buku serta literatur-

literatur yang yang berkaitan dengannya, sedangkan data sekunder pula didapat

dari karya-karya dan tulisan-tulisan yang dibuat oleh para ahli ketatanegaraan

baik dalam ketatanegaraan Islam maupun ketatanegaraan Malaysia serta bahan

yang di fikir relevan. Yang termasuk dalam data primer seperti buku berjudul

“Perlembagaan Malaysia”18

; buku ini berisi teks asli konstitusi Malaysia

(Perlembagaan Persekutuan), buku “Prinsip Perlembagaan & Pemerintahan Di

Malaysia”19

; yang di dalam buku ini ada menerangkan dan membahas berkenaan

Parlemen Malaysia yang mencakup keanggotaannya, wewenangnya, dan hak-hak

badan tersebut, buku “Al-Ahkam As-Sultaniyyah”20

yang menjelaskan berkenaan

badan pemerintahan dalam Islam, sistem khilafah, musyawarah dan imamah.

Seterusnya, data sekunder pula termasuk kamus, jurnal dan artikel. Data sekunder

yang penulis gunakan termasuk “Kamus Besar Bahasa Indonesia” dan “Kamus

Ilmiah Kontemporer”, juga koran dan artikel digital.

18Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Perlembagaan Persekutuan, (Selangor:

International Law Book Sevices, 2007).

19Tun Mohd. Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan & Pemerintahan Di Malaysia, (Kuala

Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2006).

20Imam Al-Mawardi, al-Ahkam as-Sulthaniyyah, Hukum-Hukum Penyelenggaraan Dalam

Syariat Islam, penerjemah Fadli Bahri, (Jakarta: PT Darul Falah, 2007) cet. 3.

Page 25: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

14

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan dan faktual, teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan data-data

kualitatif, dengan mencari bahan-bahan yang terkait serta mempunyai relevansi

dengan penelitian. Adapun teknik penulisan yang penulis gunakan adalah

dokumentasi; riset pustaka dilakukan dengan cara menghimpun data-data

kepustakaan yang terkait dan mempunyai relevansi dengan tema penelitian.

5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis dengan pendekatan

komparatif, yaitu menganalisis data yang telah dikumpulkan yang berisi

informasi, pendapat dan konsep Parlemen dalam konstitusi negara Malaysia dan

membuat perbandingan dengan Doktrin Ketatanegaraan Islam.

6. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini adalah berdasar dan berpedomankan pada buku

“Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.

Page 26: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

15

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memperoleh gambaran yang utuh serta

menyeluruh, penulis membahagikan penulisan skipsi ini pada lima (5) bab, tiap-

tiap bab terdiri dari sub-sub bab dengan rincian sebagai berikut:

Bab I Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tinjauan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Bab ini membahas konsep kepemimpinan dan kekuasaan dalam Islam,

serta jabatan, badan atau lembaga pemerintahan dalam Islam yang

mencakup konsep Musyawarah, Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi, Ahlu al-

Ikhtiyar dan kementerian.

Bab III Pembahasan dalam bab III ini tentang sejarah Parlemen sebagai badan

perundang-undangan tertinggi di negara Malaysia, serta kedudukan

dan fungsi Parlemen menurut Pelembagaan Persekutuan Malaysia.

Bab IV Bab IV ini berisi analisis Ketatanegaraan Islam terhadap Parlemen

menurut Perlembagaan Persekutuan Malaysia, persamaan Konsep

Pemerintahan Islam dengan Kerajaan Malaysia, dan perbedaan

Konsep Pemerintahan Islam dengan Kerajaan Malaysia.

Page 27: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

16

Bab V Merupakan bab penutup, yang berisi kesimpulan bagi skripsi serta

saran.

Page 28: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

17

BAB II

KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN

A. Kepemimpinan Dan Kekuasaan Dalam Ilmu Politik Moderen

Kekuasaan dipandang sebagai gejala yang selalu terdapat dalam proses

politik, namun diantara ilmuwan politik tidak ada kesepakatan mengenai makna

kekuasaan. Beberapa diantaranya bahkan menganjurkan agar agar konsep

kekuasaan ditinggalkan karena bersifat kabur, dan berkonotasi emosional.

Namun, tampaknya politik tanpa kekuasaan bagaikan agama tanpa moral.1

Kata politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan sifat

peribadi atau perbuatan. Secara lekslikal, asal kata tersebut berarti acting or

judging wisely, well judged, prudent. Kata ini terambil dari kata Latin politicus

dan bahasa Yunani (Greek) politicos yang berarti relating to a citizen. Kedua kata

tersebut juga berasal dari kata polis yang bermakna city “kota”, politic kemudian

diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan tiga arti, yaitu: Segala urusan dan

tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan sesuatu

negara atau terhadap negara lain, tipu muslihat atau kelicikan dan juga

dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin pengetahuan, yaitu ilmu politik.2

Politik merupakan kata kolektif yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang

1 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 2007), cet. 6, h. 57.

2Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 1995), cet 2, h. 34.

Page 29: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

18

bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan.3

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia politik diartikan sebagai ilmu

pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, segala urusan dan

tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau

terhadap negara lain, kebijakan cara bertindak (dalam menghadapi atau

menangani suatu masalah).4

Dalam sejarah, istilah politik pertama kali dikenal melalui buku karya

Plato5 yang berjudul Politeia atau dikenal juga dengan Republic. Kemudian

setelah itu ada juga karya dari Aristotles6 dengan judul serupa. Di dalam isi kedua

buku tersebut, terdapat kecenderungan menghubungkan politik dengan negara

(pemerintahan).7

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara, membicarakan

politik pada akhirnya adalah membicarakan negara, karena teori politik

menyelidiki negara sebagai sebuah lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat, selain itu politik juga menyelidiki ide-ide, asas-asas, sejarah

3Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Bary, Kamus Ilmiah Kontemporer, h. 608.

4Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet 3, h. 886.

5Lahir sekitar tahun 427 SM, Plato adalah seorang filsuf Yunani Kuno. Karena beliau

merupakan salah seorang murid Socrates, maka pemikirannya banyak dipengaruhi oleh gurunya itu.

Bukunya yang terkenal adalah Republik (dalam bahasa Yunani disebut Politeia yang bermaksud

„negeri‟). Beliau meninggal sekitar tahun 347 SM.

6Aristotles adalah murid dari Plato, lahir sekitar tahun 322 SM dan meninggal sekitar 384

SM. Bersama Plato dan Socrates (guru Plato), mereka bertiga dianggap sebagai filsuf paling

berpengaruh pada zaman tersebut.

7Abdul Hadi Awang, Islam & Demokrasi, (Selangor: PTS Islamika, 2007), cet. 1, h. 11.

Page 30: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

19

pembentukan negara, tujuan negara, bentuk negara dan hakekat negara.8 Politik

ialah cara dan upaya menangani masalah-masalah rakyat dengan seperangkat

undang-undang untuk mewujudkan kemaslahatan dan mencegah hal-hal yang

merugikan bagi kepentingan manusia.9

Miriam Budiarjo mengatakan bahwa untuk melaksanakan kebijakan-

kebijakan politik, perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority),

yang akan dipakai baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan

konflik yang mungkin timbul dalam proses pelaksaan kebijakan-kebijakan itu.

Cara-cara yang digunakan dapat bersifat persuasi (meyakinkan), dan jika perlu

bersifat paksaan (coercion).10

Dalam perbendaharaan ilmu politik terdapat sejumlah konsep yang

berkaitan erat dengan konsep kekuasaan seperti pengaruh (influence), persuasi

(persuation), manipulasi (manipulation), coercion, force, dan kewenangan

(authority). Keenam konsep ini merupakan bentuk-bentuk kekuasaan yang

perbedaannya akan lebih jelas dalam uraian berikut ini.

Influence adalah kemampuan untuk untuk memepengaruhi orang lain agar

mengubah sikap dan perilakunya secara sukarela. Yang dimaksud dengan

persuation ialah kemampuan meyakinkan orang lain dengan argumentasi untuk

melakukan sesuatu. Penggunaan pengaruh, dalam hal ini orang yang dipengaruhi

8Abdul Rasyid, Ilmu Politik Islam, (Bandung: Pustaka, 2001), cet. 1, h. 26-28.

9Mohd. Mufid, Politik dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), cet. 1, h. 9.

10Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007),

cet. 30, h. 8.

Page 31: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

20

tidak menyadari bahwa tingkahlakunya sebenarnya mematuhi keinginan

pemegang kekuasaan, dan ini juga disebut sebagai manipulasi.

Pengertian coercion ialah peragaan kekuasaan atau ancaman paksaan yang

dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap pihak lain agar bersikap dan

berperilaku sesuai dengan kehendak pihak pemilik kekuasaan, termasuk sikap dan

perilakunya yang bertentangan dengan kehendak yang dipengaruhi. Yand

dimaksud dengan force pula ialah penggunaan tekanan fisik seperti membatasi

kebebasan, menimbulkan rasa sakit ataupun membatasi pemenuhan kebutuhan

biologis terhadap pihak lain agar melakukan sesuatu.11

Seterusnya, kekuasaan merupakan konsep yang berkaitan dengan perilaku.

Menurut Robert Dahl, A dikatakan memiliki kekuasaan atas B apabila A dapat

mempengaruhi B untuk melakukan sesuatu.12

Maksudnya apabila A

mempengaruhi B untuk melakukan sesuatau yang sesuai dengan kehendak B

maka maka hubungan ini tidak dapat diartikan sebagai kekuasaan. Walaupun

demikian, rumusan ko0nsep kekuasaan tersebut masih masih harus dilengkapi

karena tidak setiap orang, kelompok atau negara dapat mempengaruhi walaupun

memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, kekuasaan secara umum diartikan sebagai

“kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk

mempengaruhi perilaku pihak lain sehingga pihak tersebut berperilaku sesuai

11Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 2007), cet. 6, h. 57.

12Robert Dahl, Modern Political Analysis, (New Delhi: Prentice Hall of India, 1977), cet. 1 h.

29.

Page 32: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

21

dengan kehendak pihak yang mempengaruhi”. Secara lebih sempit, kekuasaan

politik dapat dirumuskan sebagai “kemampuan menggunakan sumber-sumber

pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan

politik sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya atau

masyarakat pada umumnya”.13

Apabila mendefinisikan kekuasaan, ada ilmuwan yang menyebutnya

sebagai kewenangan, tapi pada hakikatnya kekuasaan tidak semestinya

kewenangan. Kewenangan adalah kekuasaaan, namun kekuasaan tidak selalu

berupa kewenangan. Kedua bentuk pengaruh ini dibedakan dalam keabsahannya.

Kewenangan merupakan kekuasaan yang memiliki keabsahan (legitimate power),

sedangkan kekuasaan tidak selalu memiliki keabsahan. Apabila kekuasaan politik

dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber untuk

mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik maka

kewenangan merupakan “hak moral untuk membuat dan melaksanakan keputusan

politik”. Dalam hal ini, hak moral yang sesuai dengan nilai dan norma

masyarakat, termasuk peraturan perundang-undangan.14

Seterusnya, apabila membincangkan berkenaan konsep kekuasaan pasti

tidak dapat mengelak daripada menyebut perihal legitimasi. Seperti konsep

kekuasaan dan kewenangan, legitimasi juga merupakan hubungan antara

pemimpin dan yang dipimpin. Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap

13Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 2007), cet. 6, h. 58.

14Ibid, h. 85.

Page 33: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

22

masyarakat terhadap kewenangan. Artinya, apabila masyarakat menerima dan

mengakui hak moral peminpin utuk membuat dan melaksanakan keputusan yang

mengikat masyarakat maka kewenagan itu dikatakan sebagai berlegitimasi.

Maksudnya, legitimasi merupakan “penerimaan dan pengakuan masyarakat

terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah, membuat, dan melaksanakan

keputusan politik”.

Hanya anggota masyarakat yang dapat memberikan legitimasi pada

kewenangan pemimpin yang memerintah. Pihak yang memerintah tidak dapat

legitimasi atas kewenangannya sendiri. Peminpin dapat mengklaim kewenangan

dan berusaha untuk meyakinkan masyarakat bahwa kewenangannya sah, namun

hanya masyarakat yang dapat menentukan apakah kewenangan itu berlegitimasi

atau tidak.

Berdasarkan pengertian legitimasi, dapat dibedakan pengertian kekuasaan,

kewenangan, dan legitimasi. Apabila kekuasaan diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan sumber-sumber untu mempengaruhi proses politik,

sedangkan kewenangan merupakan hak moral untuk menggunakan sumber-

sumber yang membuat dan melaksanakan keputusan politik (hak pemerintah),

maka legitimasi adalah “penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak

moral kewenangan”.

Walaupun ketiga-tiga komponen ini seakan-akan sama, masih ada

perbedaan yang ketara. Antaranya adalah, hubungan antara pemimpin dan yang

Page 34: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

23

dipimpin pada kewenangan dan pada legitimasi. Pada legitimasi, hubungan itu

lebih ditentukan (dominan) pada pihak yang dipimpin karena penerimaan dan

pengakuan atas kewenangan hanya dapat berasal daripada pihak yang diperintah.

Pada kewenangan pula, hubungan itu lebih ditentukan oleh pemimpin karena

pihak yang berwenang untuk memerintah dapat memaksakan keputusannya

terhadap masyarakat (pihak yang diperintah) dan masyarakat wajib mentaati

kewenangan tersebut.15

B. Kepemimpinan Dan Kekuasaan Dalam Politik Islam

Apa yang ada di dalam Al-Quran dan As-Sunnah dari hukum-hukum

konstitusional dan etika-etika politik tinggi dianggap sesuatu yang wajib diikuti

dalam pemerintahan Islam. Hal ini mempunyai pengaruh besar dalam membentuk

gambaran Islam untuk sebuah negara, tugas-tugasnya dan ciri khas sistem hukum

di dalamnya, juga spesialisasi kewenangan yang berada di dalamnya.

Prinsip-prinsip konstitusional ini dianggap seperti hak-hak Allah dalam

bidang politik karena sejauh mana hal itu dianggap sebagai hak umat Islam untuk

menuntut para penguasa agar menghormati prinsip-prinsip konstitusional atau

etika-etika politik ini dan agar bersedia turun dari jabatan politik mereka dalam

pemerintahan, sejauh itu pula hal tersebut menjadi kewajiban atas umat Islam

dengan kapasitasnya sebagai satu kelompok, dan juga kewajiban tiap-tiap orang

15Ibid, h. 93.

Page 35: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

24

yang mampu dalam kapasitasnya sebagai individu masyarakat untuk memegang

erat prinsip-prinsip ini dan mengajak orang lain untuk memegangnya serta

mencari penyelesaian padanya.16

Secara bahasa kata politik Islam terdiri dari dua kata yaitu politik dan

Islam. Istilah politik di dalam literatur ketatanegaraan Islam dikenal dengan

istilah siyâsah yang berarti “cerdik atau bijaksana”.17

Siyâsah berasal dari kata

sâsa-yasûsu-siyâsatan, yang berarti “mengurus kepentingan seseorang”. Dalam

kamus al-Muhîth dikatakan: sustu al-ra’iyyata siyâsatan: amartuhâ wa nahaituhâ

(saya mengatur rakyat dengan mengunakan politik: Saya memerintah dan

melarangnya).18 Mengenai penjelasan kata siyâsah ini dapat ditemukan dalam

buku Fiqh Siyasah karangan Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, disebutkan

bahwa dikalangan para ahli fiqih siyasah terdapat tiga pendapat mengenai asal

kata siyâsah, yaitu:

1. Sebagaimana dianut Al-Maqrizi19

, kata siyâsah berasal dari bahasa

Mongol yakni dari kata yasah yang mendapat imbuhan huruf sin berbaris

kasrah diawalnya sehingga dibaca siyâsah. Pendapat tersebut didasarkan

kepada sebuah kitab undang-undang milik Genghis Khan yang berjudul

16Farid Abdul Khalid, Fikih Politik Islam, (Jakarta: AMZAH, 2005), cet. 1, h. 1.

17Rifyal Ka‟bah, Politik dan Hukum dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Khairul Bayan, 2005), cet. 1,

h. 111.

18Muhammad bin Ya‟qub Al-Fairuz Abadi, al-Qâmûs al-Muhîth, (Bairut: Dâr al-Fikir, 1995),

h. 496.

19Taqi Ad-Din Ahmad Ibnu Abd Al-Qadir Ibnu Muhammad Al-Maqrizi, lahir tahun 1364 di

Cairo dan meninggal pada tahun 1442.

Page 36: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

25

Ilyasa yang berisi panduan pengelolaan negara dan berbagai bentuk

hukuman berat bagi pelaku tindak pidana tertentu. Sepeninggal Genghis

Khan, kitab undang-undang tersebut diwariskan secara turun temurun

kepada anak-anaknya yang secara bergantian memimpin kerajaan Mughal

di India Persia, seperti umat Muslim generasi pertama mewarisi Al-Quran

dari Nabi Muhammad SAW. Setelah raja-raja India memeluk Islam, isi

kitab ilyasa itu kemudian dimodifikasi dengan memuat hal-hal yang

bersumber dari ajaran Islam, semisal penyerahan otoritas ibadah dan

kasus-kasus hukum yang bertalian dengan syariat Islam kepada qadhi al-

qudhat (hakim agung).

2. Sebagaimana dianut Ibnu Taghi Birdi20

, siyâsah berasal dari campuran

tiga bahasa, yakni Bahasa Persia, Turki dan Mongol. Partikel si dalam

Bahasa Persia berarti 30. sedangkan yasa merupakan kosakata Bahasa

Turki dan Mongol yang berarti “larangan”, dan karena itu, ia dapat juga

dimaknai sebagai hukum dan aturan.

3. Semisal dianut Ibnu Manzhur21

, siyâsah berasal dari Bahasa Arab, yakni

bentuk mashdar dari tashrifan kata sâsa-yasûsu-siyâsatan,22

yang semula

berarti mengatur, memelihara, atau melatih binatang, khususnya kuda.

20Yusuf Abu Al-Mahasin Ibnu Taghi Birdi, seorang ahli sejarah pada zaman kerajaan

Mamluk. Lahir pada tahun 1409 dan meninggal pada 1470.

21Muhammad Ibnu Mukarram Ibnu Ali Ibnu Ahmad Ibnu Manzhur Al-Ansari Al-Ifriqi Al-

Misri Al-Khazradschi Jamaladin Al-Fadl, lahir sekitar bulan Juni 1233. Beliau adalah penulis kitab

Lisân al-‘Arab yang terkenal. Meninggal sekitar bulan Januari 1312.

22Ibnu Manzhur, Lisân al-‘Arab, (Bairut: Dâr Al-Shadir, 1968), Jilid 6, h. 108.

Page 37: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

26

Sejalan dengan makna yang disebut terakhir ini, seseorang yang

profesinya sebagai pemelihara kuda, dalam Bahasa Arab disebut sa’is.

Kata sa’is yang berarti memelihara kuda ini sekarang telah masuk

kedalam kosa kata Bahasa Inggeris yang ditulis menjadi syce. Dalam

literatur Yahudi juga ada penggunaan istilah yang agak mirip dengan

makna awal dari kata sasa itu yakni istilah sus, yang berarti kuda.23

Secara kasar, politik atau siyâsah mempunyai makna mengatur urusan

umat, baik dalam negeri maupun luar negeri. Politik dilaksanakan baik oleh

negara (pemerintah) maupun umat (rakyat), negara adalah institusi yang mengatur

urusan tersebut secara praktis, sedangkan umat atau rakyat mengoreksi

(muhasabah) pemerintah dalam melakukan tugasnya.24

Teori tentang politik dalam Islam telah banyak dikemukakan oleh para

ulama baik di masa lampau atau pun di masa kini. Hal ini mudah dipahami,

karena masalah politik termasuk ruang lingkup ijtihad yang memungkinkan

kepada para ulama untuk mengkaji setiap masa.25 Dalam hal ini Al-Quran dan As-

Sunnah tidak memberikan ketentuan yang pasti mengenai politik. Dalam Al-

Quran tidak ditemukan konsep tentang politik umat Islam untuk diaplikasikan

pada setiap tempat dan zaman. Karena jika hal ini ada, berarti Al-Quran

23Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik Islam,

(Jakarta: Erlangga, 2008), cet. 1, h. 2-4.

24Abdul Qadim Zallum, Afkaru Siyasiyah, edisi Indonesia: Pemikiran Politik Islam,

diterjemahkan oleh Abu Faiz, (Bangil: Al-Izzah, 2004), cet. 2, h. 11.

25Inu Kencana, Al-Quran dan Ilmu Politik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. I, h.75.

Page 38: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

27

menghambat dinamika perkembangan umat. Adalah suatu kebijaksanaan Al-

Quran untuk membiarkan hal ini dipecahkan oleh nalar manusia sebagai suatu

kemampuan dan perkembangan zaman. Kendati demikian Al-Quran memberikan

prinsip-prinsip dasar bagi kehidupan bermasyarakat.26

Seterusnya, pelaksanaan negara menurut tuntutan Islam juga hampir

serupa dengan pelaksanaan shalat jamaah di mana ada pemimpin negara sebagai

imam, rakyat sebagai makmum, warga masyarakat sebagai jama‟ah, konstitusi

dan peraturan perundang-undangan sebagai tata cara dan bacaan shalat, tujuan

negara sebagai terlihat dari tujuan shalat, antara lain mencegah perbuatan keji dan

mungkar, dan lain-lain.27

Shalat jamaah juga mengenal koreksi terhadap imam

dan penggantian imam yang mirip seperti yang dilakukan terhadap kepemimpinan

negara dalam sistem moderen. Sebagai agama yang menyeluruh, Islam tidak

hanya mengatur dimensi hubungan antara manusia dan khaliknya, tetapi juga

antara sesama manusia. Selama 23 tahun dakwah kenabian Muhammad SAW,

kedua dimensi ini berhasil dilaksanakannya dengan baik. Pada masa 13 tahun

pertama, Nabi Muhammad SAW menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat

Mekah dengan penekanan pada aspek akidah dan ibadah.

26Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Sejarah dan Pemikiran ,(Jakarta: UI Press,

1993), h. 41.

27Rifyal Ka‟bah, Politik dan Hukum Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Khairul Bayan, 2005), cet. I,

h. 56.

Page 39: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

28

Mengenai kepemimpinan kepala negara, Islam lebih memperkenalkannya

pada awal pemerintahan Islam saat dipegang oleh Khulafaur Rasyidun, hal ini

dikarenakan Nabi Muhammad SAW tidak diangkat melalui suksesi melainkan

melalui pesan-pesan yang disampaikannya dalam Al-Quran, itupun sebagai

realisasi dari dakwahnya sebagai seorang Nabi. Jadi, kepemimpinan Nabi

Muhammad SAW sebagai kepala negara di Madinah adalah menyatu dengan

tugas-tugas kerasulannya. Karena itu, beliau hanya bertanggung jawab

sepenuhnya kepada Allah SWT.28

Persoalan pertama yang muncul setelah Nabi

Muhammad SAW wafat (632 M / 10 H) adalah perihal penggantinya. Semasa

hidupnya, Nabi Muhammad SAW memang tidak pernah menunjuk siapa yang

akan menggantikan kepemimpinannya kelak. Beliau juga tidak memberi petunjuk

tentang cara pengangkatan penggantinya (khalifah). Ketiadaan petunjuk ini

menimbulkan permasalahan dikalangan umat Islam setelah Nabi Muhammad

SAW wafat sehingga hampir membawa perpecahan antara kaum Muhajirin dan

kaum Anshar. Bahkan jenazah beliau sendiri „terlantar‟ oleh seputar pembicaraan

khalifah.29

Hampir semua ahli sejarah Islam sepakat bahwa persoalan pertama yang

muncul dalam sejarah umat Islam adalah masalah politik atau persoalan imamah,

28Ibid, h. 44.

29Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI Press,

1993), h. 32.

Page 40: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

29

yakni masalah penggantian Nabi Muhammad SAW selaku kepala negara.30

Ibnu

Jamaah31

dalam menerangkan hak-hak pemimpin telah berkata bahwa seseorang

itu hendaklah mengetahui bahwa hak pemimpin adalah besar. Oleh sebab itu,

berinteraksilah dengannnya dengan menghormati dan memuliakannya. Firman

Allah SWT Q.S An-Nisa‟ (4): 59

يا أي ها الذين آمنوا أطيعوا اللو وأطيعوا الرسول وأول األمر منكم فإن ت نازعتم ف شيء ف ردوه إل }

ر وأحسن تأويال (. 59/النساء){اللو والرسول إن كنتم ت ؤمنون باللو والي وم اآلخر ذلك خي

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan

pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al

Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada

Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan

lebih baik akibatnya.” (Q.S: An-Nisa‟/ 4:59)

Dalam ayat ini, Allah SWT menyuruh manusia untuk taat kepada Allah,

rasul-Nya dan juga kepada para pemimpin dan penguasa. Akan tetapi jika para

penguasa bersikap zalim dan menyuruh kepada maksiat, maka ketika itu rakyat

harus merujuk kembali kepada Allah dan rasul-Nya. Seterusnya lagi, “Kemudian

jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada

Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya)”, maka „kamu‟ di dalam ayat ini adalah

30Ridwan HR, Fikih Politik (Gagasan, Harapan dan Kenyataan), (Yogyakarta: FH UII Press,

2007), cet. I, h. 243. 31Badruddin Muhammad Ibnu Ibrahim Ibnu Sa‟dillah Ibnu Jamaah Ibnu Hazim Ibnu Shakr

Ibnu Abdillah Al-Kinary. Ia lahir di Hamwa, Mesir pada tahun 1241 dan meninggal pada tahun 1333.

Beliau adalah ahli hukum, ahli pendidikan, ahli tafsir, ahli hadis dan juru dakwah pada zamannya.

Tetapi beliau lebih dikenali sebagai ahli hukum karena tugasnya sebagai haki m di Syam dan Mesir.

Page 41: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

30

umum, ditujukan juga kepada para penguasa dan pemimpin. Jika ada perselisihan

antara mereka, haruslah merujuk kepada Allah dan rasul-Nya. Yang dimaksudkan

dengan “Allah dan rasul-Nya” adalah Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pegangan

utama umat Islam.

Para ulama daripada kalangan pemimpin Islam menjunjung tinggi

kehormatan mereka dan mendengar suruhan mereka walaupun mereka bersifat

zuhud dan warak dan tidak mengimpikan kedudukan dan pangkat di dunia ini.

Sesungguhnya Allah menjadikan pemimpin itu sebagai benteng kepada yang

lemah daripada yang kuat dan kepada yang dizalimi daripada yang menzalimi.

Sekiranya tiada pemerhatian daripada Allah yang diwakilkan kepada pemimpin

ini nescaya tidak berlaku keamanan dan hilanglah hak asasi manusia, firman

Allah SWT Q.S Al-Baqarah (2): 251

ف هزموىم بإذن اللو وق تل داوود جالوت وآتاه اللو الملك والكمة وعلمو ما يشاء ولوال دفع اللو }

(. 251/ال قرة){الناس ب ع هم ب ع ل س ت األر ولكن اللو ذو ف ل عل العالم

Artinya: “Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia

dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah

mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (Q.S: Al-

Baqarah/ 2:251)

Page 42: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

31

1. Konsep Musyawarah Dalam Islam

Secara etimologis, musyawarah berasal dari kata “syawara” yang pada

mulanya bermakna “mengeluarkan madu dari sarang lebah”. Makna ini kemudian

berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau

dikeluarkan dari yang lain, termasuk pendapat. Musyawarah dapat juga berarti

mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada dasarnya hanya

digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya.

Karena kata musyawarah adalah bentuk mashdar dari kata kerja syawara

yang dari segi jenisnya termasuk kata kerja mufa’alah (perbuatan yang dilakukan

timbal balik), maka musyawarah haruslah bersifat dialogis, bukan monologis.

Semua anggota musyawarah bebas mengemukakan pendapatnya. Dengan

kebebasan berdialog itulah diharapkan dapat diketahui kelemahan pendapat yang

dikemukakan, sehingga keputusan yang dihasilkan tidak lagi mengandung

kelemahan.32

32http://saoskerupuk.co.cc/musyawarah_dan_demokrasi_dalam_islam.html diakses tanggal

30/3/2010 jam 13:40 WIB.

Page 43: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

32

Para ulama memberikan definisi kata musyawarah sesuai dengan disiplin

ilmu yang dimilikinya, antara lain:

a. Abd Al-Rahman Abd. Al-Khaliq mendefinisikan musyawarah sebagai

“Eksplorasi pendapat orang-orang yang berpengalaman untuk mencapai

sesuatu yang paling dekat dengan kebenaran”.33

b. Abd Al-Hamid Ismail Al-Anshari mengatakan musyawarah adalah

“Ekplorasi pendapat umat atau orang-orang yang mewakili mereka,

tentang persoalan-persoalan yang umum yang berkaitan dengan

kemaslahatan umum pula”. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa umat

mempunyai hak untuk diminta pendapatnya dalam memilih pemerintah

yang diinginkan mereka, dan hak untuk diminta pendapat dalam

memecahkan atau menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang

penting. Dengan demikian, umat mempunyai hak untuk mengawasi,

mengkritik, meluruskan, dan mengemukakan mosi kepada pemerintah.34

c. Ibnu Al-Arabi mengatakan bahwa musyawarah adalah “Pertemuan guna

membahas permasalahan; masing-masing mereka saling bermusyawarah

dan mengemukakan pendapat yang dimiliki”.35

33 Abd Al-Rahman Abd. Al-Khaliq, Al-Syuura Fi Zhilli Nidzham al-Hukm al-Islam, (Kuwait:

Al-Dar Al-Salafiyyah, 1975), h. 14.

34 Abd Al-Hamid Ismail Al-Anshari, Al-Syuura Wa Atsaruha Fi Al-Dimuqrathiyyah, (Cairo:

Al-Maktabah Al-Salafiyyah, 1981), h. 4.

35Ibnu Al-Arabi, Al-Ahkam Al-Quran, (Beirut:Dar Al-Fikr, 1988), jilid 1, h. 389.

Page 44: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

33

d. Mahmud Muhammad Babbali mengemukakan bahwa musyawarah

merupakan “ Saling tukar menukar pendapat guna memperoleh yang

mendekati kebenaran; maka karena itu, musyawarah sekaligus merupakan

bentuk dari tolong menolong, saling menasihati, kemauan yang kuat untuk

menegakkan kebenaran dan tawakkal kepada Allah SWT”.36

e. Beliau juga mengatakan lagi, musyawarah adalah “Saling bertukar

pandangan atau pendapat dengan orang lain dalam satu tema tertentu

untuk sampai pada pendapat yang paling benar”.37

f. Ismail Al-Badawy mengatakan bahwa musyawarah adalah “usaha

menghasilkan kebenaran setelah eksplorasi terhadap pendapat-pendapat

orang lain”.38

Musyawarah termasuk perkara yang sistem dan batasannya tidak dibuat,

sebagai rahmat untuk manusia dan bukan karena lupa. Memberikan keleluasan

dan memberikan hak penuh kepada mereka untuk memilih apa yang bisa diterima

oleh akal dan dipahami oleh manusia, dan selama tujuannya adalah dasar

Musyawarah serta untuk menciptakan undang-undang yang adil yang

menyatukan rakyat bukan menceraikan dan mengadakan perpecahan dikalangan

mereka.

36Mahmud Muhammad Babbali, Al-Syuura Suluk Wa Al-Iltizam, (Makkah: Maktabah Al-

Tsaqafah, 1986), h. 19. 37Ibid, h. 5.

38 Ismail Al-Badawy, Mabda’ Al-Syuura Fi Al-Syariat Al-Islamiyyah, (Cairo: Dar Al-Fikr Al-

Arabi, 1981), h. 7.

Page 45: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

34

Alasan Islam untuk tidak membuat satu sistem bagi Musyawarah sama

alasannya dengan alasan Islam tidak membuat satu sistem politik yang

merincikan hukum khilafah, untuk memberi kebebasan kepada umat untuk

membuat keputusan berdasarkan akal selagimana keputusan itu sesuai dengan

ketentuan syariat.

Abu Bakar RA selalu menyelesaikan perkara dengan bermusyawarah

dengan para sahabat beliau. Apabila beliau dihadapkan dengan suatu

permasalahan dan permasalahan tersebut tidak dapat beliau temukan di dalam Al-

Quran dan As-Sunnah, maka beliau akan bermusyawarah dengan para sahabat.

Jika semua mereka semuanya sepakat atas satu keputusan berdasarkan

Musyawarah itu, beliau akan memutuskan permasalahan tersebut dengan

keputusan itu.39

Mayoritas ulama Islam dan pakar undang-undang konstitusional

meletakkan Musyawarah sebagai kewajiban keislaman dan prinsip konstitusional

yang pokok di atas prinsip-prinsip umum dan dasar-dasar baku yang telah

ditetapkan oleh nash-nash Al-Quran dan hadis-hadis Nabawi. Oleh karena itu,

Musyawarah ini lazim dan tidak ada alasan bagi seorangpun untuk

meninggalkannya.40

Firman Allah SWT Q.S Ali Imran (3): 159

39Ridwan HR, Fikih Politik (Gagasan, Harapan dan Kenyataan), (Yogyakarta: FH UII Press,

2007), cet. I, h. 78.

40Farid Abdul Khalid, Fikih Politik Islam, (Jakarta: AMZAH, 2005), cet. 1, h. 35.

Page 46: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

35

ل } ل عل اللو إن اللو يب المت وك هم واست غ ر لم وشاورىم ف األمر فإذا عزمت ف ت وك فاعف عن

(. 159/آل عمران){

Artinya: “Maka maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya.” (Q.S: Ali Imran/ 3:159)

Dengan nash yang tegas ini, „dan bermusyawarahlah dengan mereka

dalam urusan itu‟, Islam menetapkan prinsip ini dalam sistem pemerintahan

hingga Rasulullah SAW sendiri melakukannya. Ini adalah ketetapan yang pasti

dan tidak meninggalkan keraguan dalam hati umat Islam bahwa Musyawarah

merupakan prinsip dasar dan bahwa sistem pemerintahan berdasarkan Islam

ditegakkan atas prinsip ini.41

Dapat dipastikan bahwa pandangan yang terkuat dikalangan ulama tentang

hukum Musyawarah adalah wajib, diwajibkan atas para penguasa untuk meminta

pendapat rakyat dalam segala perkara umum. Musyawarah adalah kewajiban

yang diwajibkan atas para penguasa dan juga rakyat. Penguasa harus

bermusyawarah dalam setiap perkara pemerintahan, administrasi, politik, dan

pembuatan perundang-undangan. Juga dalam setiap hal yang menyangkut

kemaslahatan individual dan kemaslahatan umum. Rakyat juga harus memberikan

41Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran, (Jakarta: Gema Insani, 2006), jilid 3, cet. 2, h. 294.

Page 47: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

36

pendapatnya kepada penguasa dengan pendapat yang mereka anggap baik dalam

perkara-perkara di atas, baik penguasa meminta pendapat mereka ataupun tidak.42

Keengganan penguasa atau pemimpin untuk bermusyawarah dengan

orang lain dari orang-orang yang pantas untuk diminta pendapatnya dan hanya

berpegang dengan pendapatnya sendiri, dianggap suatu sikap diktator. Sikap

diktator membawa kepada kezaliman dan kezaliman membawa kepada kebencian

Allah SWT dan kegelapan pada hari kiamat. Allah SWT mengharamkan rahmat-

Nya atas diri penguasa atau pemimpin tersebut dan menjadikannya tersingkirkan

dikalangan rakyat. Sikap diktator ini sememangnya dilarang dalam Islam dan

pada hakikatnya adalah suatu pemaksaan dan ketakburan.43

Firman Allah SWT

Q.S Al-Ghaasyiyah (88): 22

(. 22/الغاشية){لست عليهم بسيطر }

Artinya: “Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.” (Q.S: Al-

Ghaasyiyah/ 88:22)

Maksudnya adalah para penguasa dan pemimpin tidak berkuasa total

terhadap rakyatnya, jika mereka menyuruh kepada maksiat dan dosa maka rakyat

diberi hak untuk mengingkari mereka dan merujuk kepada Al-Quran dan As-

Sunnah. Ini sesuai dengan firman Allah SWT di dalam Al-Quran, surah An-Nisa‟

ayat 59 seperti yang telah disebut.

42Farid Abdul Khalid, Fikih Politik Islam, (Jakarta: AMZAH, 2005), cet. 1, h. 58.

43Ibid, h. 61.

Page 48: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

37

Apabila seorang penguasa bermusyawarah dengan orang bawahannya

atau rakyatnya, sementara sebagian mereka menegurnya bahwa apa yang harus

diikuti adalah Al-Quran dan As-Sunnah maka ketika ini sang pemerintah harus

tunduk pada keduanya. Di sini seseorang tidak boleh taat kepada siapa pun untuk

melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah,

meskipun dia berkedudukan tinggi dan mempunyai status sosial yang mapan di

dunia.

Apabila ada permasalahan yang diperselisihkan oleh umat, maka setiap

orang dari mereka mengeluarkan pendapatnya yang terarah dan tepat, mengacu

pada Al-Quran dan As-Sunnah. Oleh karenanya, setiap pendapat yang

mempunyai kesamaan dengan apa yang tertera dalam keduanya maka haruslah

diperhitungkan untuk dipakai.44

Konsep Musyawarah ini dapat dilihat pelaksanaanya dalam Ahlu al-Halli

Wa al-Aqdi atau Ahlu al-Ikhtiyar, yang banyak disebut oleh ulama-ulama fikih

dan tafsir di dalam kitab-kitab mereka.

2. Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi Dan Ahlu al-Ikhtiyar

Penulis tidak menemukan baik di dalam Al-Quran atau As-Sunnah

sebutan atau spesifikasi apa yang dimaksudkan dengan Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi

44Ibnu Taimiyah, Siyasah Syar’iyah, Etika Politik Islam, penerjemah Rofi‟ Munawwar,

(Surabaya: Risalah Gusti, 2005), cet. 3, h. 223.

Page 49: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

38

dan Ahlu al-Ikhtiyar ini. Tujuan Islam tidak membuat satu sistem khusus dan

tidak merinci-rincikannya agar rakyat ikut adil dalam perkara Musyawarah, dan

rincian partisipasi atau adilnya itu diserahkan kepada mereka. Perkara perincian

itu juga berbeda-beda sesuai dengan perbedaan sosial kemasyarakatan di satu

masa dan satu tempat.

Istilah Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi mulai timbul dalam kitab-kitab para ahli

tafsir dan ahli fikih setelah masa Rasulullah SAW. Mereka berbeda pendapat

seputar definisisi Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi dan juga Ahlu al-Ikhtiyar. Imam Al-

Mawardi dan beberapa ulama lainnya menyebutnya dengan Ahlu al-Ikhtiyar,

yaitu “orang-orang yang mempunyai kualifikasi untuk memilih”.45

Dalam

hubungan ini, Dr. Abdul Karim Zaidan menyebut “Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi ialah

orang-orang yang berkecimpung langsung dengan rakyat yang telah memberikan

kepercayaan kepada mereka. Para rakyat menyetujui pendapat wakil-wakil itu

karena ikhlas, konsekuen, takwa, adil, dan kecemerlangan pikiran serta kegigihan

mereka dalam memeperjuangkan kepentingan rakyatnya”.

Paradigma pemikiran ulama fikih merumuskan istilah Ahlu al-Halli Wa

al-Aqdi didasarkan pada sistem pemilihan empat khalifah pertama yang

dilaksanakan oleh para tokoh sahabat yang mewakili dua golongan; Anshar dan

Muhajirin. Mereka ini oleh ulama fikih diklaim sebagai Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi

yang bertindak sebagai wakil umat. Walaupun sesungguhnya pemilihan itu,

45M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), cet. 1, h. 176.

Page 50: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

39

khususnya pemilihan Abu Bakar dan Ali lebih bersifat spontan atas dasar

tanggungjawab umum terhadap kelangsungan keutuhan umat dan agama, namun

keduanya mendapat pengakuan dari umat. Hanya Umar yang membentuk satu

kumpulan sahabat yang beranggotakan enam orang untuk memilih khalifah

sesudah ia wafat.46

Adapun secara bahasa, istilah Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi terdiri dari tiga

kalimat: 1- Ahlu, yang berarti orang yang berhak atau memiliki, 2- Halli, yang

berarti melepaskan, menyesuaikan, memecahkan, 3- Aqdi, yang berarti mengikat,

mengadakan, membentuk. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian

Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi mengikut bahasa adalah "Orang-orang yang memiliki

pengetahuan (ahlinya), yang mampu melepaskan, menyesuaikan, memecahkan

permasalahan umat, menetapkan urusan-urusan umat dan mengadakan serta

membentuk sistem/peraturan”.47

Tentang bilangan keanggotaan Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi sehingga

pengangkatan imam (khalifah) atau pembuatan ssesuatu keputusan oleh mereka

dianggap sah, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini.

Sekelompok ulama berpendapat, bahwa pemilihan imam (khalifah) tidak

sah kecuali dengan dihadiri seluruh anggota Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi bagi setiap

daerah, agar imam yang mereka angkat diterima seluruh lapisan masyarakat dan

46J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, Ajaran, Sejarah, Dan Pemikiran, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2002), cet. 5, h. 67.

47http://mediafathulkhoir.blogspot.com/2008/12/ahlul-halli-wal-aqdi.html diakses tanggal

23/3/2010 jam 13:30 WIB.

Page 51: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

40

mereka semua tunduk pada kepemimpinannya. Pendapat ini berhujah dengan

peristiwa pembaiatan (pengangkatan) Abu Bakar RA.

Kelompok ulama yang lain berpendapat bahwa minimal lembaga yang

memilih imam yaitu Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi itu beranggotakan lima orang,

kemudian mereka sepakat mengangkat khalifah, atau salah seorang dari mereka

sendiri diangkat menjadi khalifah dengan mendapat restu dari empat anggota

yang lain.

Para ulama di Kufah berpendapat bahwa Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi

dianggap sah dengan tiga orang. Salah seorang dari mereka bertiga ditunjuk

sebagai imam (khalifah) dengan persetujuan dua anggota yang lain. Jadi salah

seorang dari mereka diangkat menjadi imam dengan dan dua yang lainnya

menjadi saksi sebagaimana akad pernikahan dianggap sah dengan dihadiri satu

orang wali dan dua orang saksi.

Kelompok lain berpendapat bahwa Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi sah dengan

hanya satu orang, karena Abbas Bin Abdul Muthalib RA berkata kepada Ali Bin

Abi Thalib RA, ”Bentangkan tanganmu, aku membaitmu, agar orang-orang

berkata bahwa paman Rasulullah SAW telah membait keponakannya kemudian

tidak ada dua orang yang berbeda pendapat tentang dirimu”. Selain itu lagi,

sesungguhnya menurut mereka permasalahan ini adalah permasalahan hukum dan

hukum itu sah dengan hanya satu orang.48

48Imam Al-Mawardi, al-Ahkam as-Sulthaniyyah, Hukum-Hukum Penyelenggaraan Dalam

Syariat Islam, penerjemah Fadli Bahri, (Jakarta: PT Darul Falah, 2007), cet. 3, h. 5.

Page 52: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

41

Mengenai syarat-syarat para anggota Ahlu al-Iktiyar, Imam Al-Mawardi

memberi gambaran bahwa mereka harus memiliki tiga kriteria, yaitu:

1. Adil dengan cukup segala syarat-syarat untuk dikatakan sebagai adil.

2. Mempunyai ilmu yang membuatnya mampu memilih siapa yang

difikirkan layak untuk menjadi imam sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

3. Wawasan dan sikap bijaksana yang membuatnya mampu memilih siapa

yang paling tepat untuk menjadi imam yang paling efektif dan paling ahli

dalam mengelola segala kepentingan.49

Jika anggota Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi mengadakan sidang untuk memilih

pemimpin, mereka harus mempelajari data pribadi orang-orang yang mempunyai

kriteria kepemimpinan kemudian mereka memilih siapa di antara orang-orang

tersebut yang paling banyak kelebihannya, paling lengkap kriterianya, paling

segera ditaati rakyat dan mereka tidak menolak membaiatnya.50

Tentang hubungan antara Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi dan rakyat, mereka

mewakili rakyat dalam melaksanakan haknya untuk memilih kepala negara.

Mereka adalah wakil-wakil rakyat dalam melaksanakan hak pilih, yang secara

tidak langsung pula berarti pilihan mereka adalah pilihan rakyat. Menurut Rasyid

Ridha, tugas Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi selain dari hak pilih, adalah menjatuhkan

49Ibid, h. 3.

50Ibid, h. 6.

Page 53: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

42

khalifah jika terdapat hal-hal yang mengharuskan pemecatannya. Al-Mawardi

juga berpendapat jika kepala negara melakukan tindakan yang bertentangan

dengan agama, rakyat dan Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi berhak untuk menyampaikan

mosi tidak percaya kepadanya.51

3. Demokrasi Dalam Islam

Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena

kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal

dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi moderen.

Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi bagi

demokrasi moderen telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan

perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,

dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai

pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,

oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci

tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat

ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

51J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, Ajaran, Sejarah, Dan Pemikiran, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2002), cet. 5, h. 70-71.

Page 54: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

43

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan rakyat) atas

negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi

ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk

diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan

berada dalam peringkat yangg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan

independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga

negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip

checks and balances.

Menurut Sadek J. Sulaymân, dalam demokrasi terdapat sejumlah prinsip

yang menjadi standar baku. Diantaranya:

1. Kebebasan berbicara setiap warga negara.

2. Pelaksanaan pemilu untuk menilai apakah pemerintah yang berkuasa layak

didukung kembali atau harus diganti.

3. Kekuasaan dipegang oleh suara mayoritas tanpa mengabaikan kontrol

minoritas.

4. Peranan partai politik yang sangat penting sebagai wadah aspirasi politik

rakyat.

5. Pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

6. Supremasi hukum (semua harus tunduk pada hukum).

Page 55: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

44

7. Semua individu bebas melakukan apa saja tanpa boleh dibelenggu.

Dalam permasalahan demokrasi ini, para ulama berbeda pandangan. Ada

yang mengatakan bahwa demokrasi haram karena berbeda dengan prinsip-prinsip

Islam, dan ada yang mengatakan bahwa ia diperbolehkan.

Al-Maududi52

secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, Islam tidak

mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat

untuk menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk

dari pertentangan Barat terhadap agama sehingga cenderung sekuler. Karenanya,

Al-Maududi menganggap demokrasi modern (Barat) merupakan sesuatu yang

bersifat syirik. Menurutnya, Islam menganut paham teokrasi (berdasarkan hukum

Tuhan). Tentu saja bukan teokrasi yang diterapkan di Barat pada abad

pertengahan yang telah memberikan kekuasaan tak terbatas kepada para pendeta

Seorang intelektual Pakistan, M. Iqbal53

mengatakan, sejalan dengan

kemenangan sekularisme atas agama, demokrasi modern menjadi kehilangan sisi

spiritualnya sehingga jauh dari etika. Demokrasi yang merupakan kekuasaan dari

rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama.

Parlemen sebagai salah satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang

bertentangan dengan nilai agama kalau anggotanya menghendaki. Karenanya,

52Syed Abu A‟la Al-Maududi dilahirkan pada tanggal 25 September 1903 di Hyderabad, India

dan meninggal dunia pada 22 September 1979 di Amerika Serikat. Beliau adalah ulama tafsir, hadis, fikih dan politik di India/Pakistan.

53Muhammad Iqbal lahir di desa Sialkot, Punjab, India pada tanggal 9 November 1877 dan

meninggal di Lahore, India pada 21 April 1938. Beliau merupakan seorang pemikir Islam, filsuf

sekaligus penyair.

Page 56: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

45

menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model demokrasi Barat yang telah

kehilangan basis moral dan spiritual. Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah

konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh etik dan moral ketuhanan. Jadi

yang ditolak oleh Iqbal bukan demokrasi secara mutlak, melainkan prakteknya

yang berkembang di Barat. Lalu Iqbal menawarkan sebuah model demokrasi

sebagai berikut:

1. Tauhid sebagai landasan asasi.

2. Kepatuhan pada hukum.

3. Toleransi sesama warga.

4. Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit.

5. Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.

Seorang ulama lagi, Muhammad Imarah54

mengatakan bahwa Islam tidak

menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak menolaknya secara mutlak.

Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan hukum) secara

mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam sistem syura (Islam) kekuasaan

tersebut merupakan wewenang Allah. Dialah pemegang kekuasaan hukum

tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum

sesuai dengan prinsip yang digariskan-Nya serta berijtihad untuk sesuatu yang

tidak diatur oleh ketentuan Allah. Jadi, Allah berposisi sebagai al-Syâri’

54Muhammad Imarah lahir pada tahun 1931 di desa Qarwah-Qalain, Mesir. Karya tulisnya

yang terkenal adalah al-Qawmiyah al-Arabiyah.

Page 57: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

46

(legislator) sementara manusia berposisi sebagai faqîh (yang memahami dan

menjabarkan) hukum-Nya.

Dr. Yusuf Al-Qardhawi55

pula berkata, substasi demokrasi sejalan dengan

Islam. Menurutnya lagi, hal tersebut bisa dilihat pada beberapa perkara. Misalnya:

1. Dalam demokrasi, proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk

mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus

keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu

yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak

seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di

belakangnya.

2. Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan

dengan Islam. Bahkan amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan

nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam.

3. Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa

yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya

layak dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat

yang sebenarnya tidak layak, berarti ia telah menyalahi perintah Allah

untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.

55Seorang pemikir dan ulama moderen, Dr. Yusuf Al-Qardhawi dilahirkan pada tanggal 9

September 1926 di desa Safat Turab, Mesir. Merupakan Graduan Universitas Al-Azhar Cairo.

Pendapat dan pemikiran belaiau memiliki kesamaan dengan pemikiran Hassan Al-Banna, tidak salah

kerana beliau menjadikan Hassan Al-Banna sebgai contoh tauladan.

Page 58: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

47

4. Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak

bertentangan dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang

tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah

dan sekaligus memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi

khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak

terpilih harus tunduk dan patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga,

mereka harus memilih seseorang yang diunggulkan dari luar mereka.

Yaitu Abdullah ibn Umar. Contoh lain adalah penggunaan pendapat

jumhur ulama dalam masalah khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang

diambil ini adalah selama tidak bertentangan dengan nash syariat secara

tegas. Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta

otoritas pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang

sejalan dengan Islam.

Salim Ali Al-Bahnasawi mengatakan, demokrasi mengandung sisi yang

baik yang tidak bertentangan dengan Islam dan pada masa yang sama masih

memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi adalah

adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara,

sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah

pada sikap menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang haram. 56

56http://nsudiana.wordpress.com/2008/01/19/demokrasi-dalam-pandangan-islam/ diakses

tanggal 23/3.2010 jam 13:40 WIB.

Page 59: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

48

BAB III

PARLEMEN MENURUT PERLEMBAGAAN

PERSEKUTUAN MALAYSIA

A. Parlemen Malaysia

Secara umumnya, Parlemen merupakan majlis pembuat undang-undang

(legislatif). Terdapat 2 jenis Parlemen iaitu unikameral (satu dewan) atau yang

bikameral (dwikameral). Parlimen bikameral terdiri daripada satu dewan rendah

dimana ahlinya dipilih dalam pemilu dan dewan tinggi yang biasanya ahli

ditunjuk. Walapun sistem lain seperti trikameral wujud, mereka amat jarang.

Nama parlemen berasal dari perkataan Prancis, parlement, dengan parler

bermaksud “bercakap” : maka parlement berarti "tempat untuk bercakap atau

berbincang"; suatu perhimpunan atau perjumpaan dimana ahlinya berbincang

tentang isu-isu semasa. Parlemen yang paling terkenal adalah Parlemen Inggris,

yang biasanya digelar "Ibu parlemen-parlemen" kerana banyak negara

Komanwel1 mengasaskan kerajaan mereka pada sistem Wesminster, yang

berdasarkan pada Parlemen Inggris.2

1Negara-Negara Komanwel atau Komanwel (Commonwealth) sahaja merupakan satu

persatuan yang terdiri dari negara-negara berdaulat yang ditubuhkan atau pernah ditakluk oleh pihak Inggris kecuali negara Mozambique (bekas taklukan Portugis) dan Rwanda (bekas taklukan Belgium).

Bukan semua ahlinya mengiktiraf ratu Inggris, Ratu Elizabeth II sebagai ketua negara. Negara-negara

yang mengambilnya sebagai ketua negara dikenali sebagai Kerajaan Komanwel atau "Commonwealth

Realm". Bagaimanapun, mayoritas ahlinya adalah berbentuk republik, dan sebagian yang lain

mempunyai raja tersendiri. Contohnya seperti Malaysia, Brunei, dan Tonga, yang mempunyai

Page 60: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

49

Di Malaysia, Perlembagaan Persekutuan mengatur bahwa Parlemen

adalah badan pemerintahan tertinggi yang bertindak membuat dan menggubal

undang-undang bagi Persekutuan. Parlemen Malaysia terdiri dari tiga badan yaitu

Yang di-Pertuan Agong, Dewan Negara, dan Dewan Rakyat.

B. Komponen Parlemen Malaysia

Sebagaimana yang telah penulis kemukakan, Parlemen Malaysia

mempunyai tiga kompenen utama yaitu; Yang di-Pertuan Agong, Dewan Negara,

dan Dewan Rakyat, maka keaggotaan Parlemen Malaysia adalah berbeda

berdasarkan ketiga-tiga komponen tersebut.

Yang di-Pertuan Agong sebagai kepala Parlemen dipilih dari Raja-Raja

Melayu3, setiap lima tahun sekali atau apabila Yang di-Pertuan Agong

sebelumnya meninggal dunia, hilang kelayakan sebagai Yang di-Pertuan Agong

Raja/Monarki sendiri. Namun demikian semua ahli Komanwel menganggap Ratu Inggris, Ratu

Elizabeth II sebagai kepala Komanwel.

2http://ms.wikipedia.org/wiki/Parlimen diakses tanggal 31/3/2010 jam 12:00 WIB.

3Raja-Raja Melayu bermaksud Sultan bagi 14 negara bagian di Malaysia yaitu Sultan Abdul

Halim Muazzam Shah Ibni Almarhum Sultan Badli Shah (Kedah), Sultan Haji Ahmad Shah Al-

Musta’in Billah Ibni Almarhum Sultan Abu Bakar Riayatuddin Al-Mua’zzam Shah (Pahang), Sultan

Sharafuddin Idris Shah Ibni Almarhum Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah (Selangor), Sultan Azlan

Muhibuddin Shah (Perak), Sultan Ismail Petra (Kelantan), Raja Syed Sirajuddin Billah Ibni Almarhum

Jamalullail (Perlis), Sultan Al-Wathiqu Billah Tuanku Mizan Zainal Abidin Ibni Almarhum Sultan

Mahmud Al-Muktafi Billah Shah (Terengganu), Sultan Iskandar Ibni Almarhum Sultan Ismail Petra

(Johor), Tuan Yang Terhormat Abdurrahman Abbas (Pulau Pinang), Tuan Yang Terhormat Dato’ Asnan Rafiq (Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur), Tuan Yang Terhormat Khalil Yaakob (Melaka),

Yang Besar Tuan Besar Seri Menanti Tengku Mukhriz (Negeri Sembilan), Tuan Yang Terhormat

Abang Ahmad Sallehuddin Abang Dareng (Sarawak) dan Tuan Yang Terhormat Dato’ Musa Adnan

(Sabah).

Page 61: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

50

atau tidak dapat menjalankan tugas sebagai Yang di-Pertuan Agong karena

sesuatu hal yang menghalang.4 Periode jabatan Yang di-Pertuan Agong adalah

selama lima tahun, dan boleh melepaskan jabatan dengan menulis surat kepada

Majelis Raja-Raja.5 Yang di-Pertuan Agong sekarang (2010) adalah Sultan

6 bagi

negeri7 Terengganu yaitu Sultan Al-Wathiqu Billah Tuanku Mizan Zainal Abidin

Ibni Almarhum Sultan Mahmud Al-Muktafi Billah Shah.

Dewan Negara adalah Majlis Tinggi atau Senat8, ia mempunyai

keanggotaan dari tiga kumpulan yaitu: 1- Anggota yang ditunjuk oleh tiap-tiap

Dewan Negeri9 dan bilangannya adalah dua orang bagi setiap negara bagian di

Malaysia. 2- Dua orang ditunjuk oleh Yang di-Pertuan Agong untuk mewakili

Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur dan seorang untuk mewakili Labuan. 3-

Anggota yang ditunjuk secara khusus oleh Yang di-Pertuan Agong dan

bilangannya empat puluh orang.10

4Pasal 33A dan 34 Perlembagaan Persekutuan.

5Tun Mohd. Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan & Pemerintahan Di Malaysia, (Kuala

Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2006), cet. 3, h. 61.

6Sultan adalah kepala agama bagi agama Islam di setiap negara bagian di Malaysia.

7Negeri bermaksud negara bagian.

8Team Penyusun ILB, Malaysia Kita, Panduan Dan Rujukan Untuk Peperiksaan Am

Kerajaan, (Selangor: International Law Book Service, 2005), cet. 6, h. 200. 9Dewan Negeri adalah dewan rendah di tingkat negeri (negara bagian).

10Pasal 45(1) Perlembagaan Persekutuan.

Page 62: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

51

Ahli yang ditunjuk secara khusus oleh Yang di-Pertuan Agong adalah para

pakar di dalam bidang perkhidmatan umum dan telah menyumbang jasa di dalam

bidangnya. Contohnya para ahli di dalam lapangan perniagaan, akademik, seni,

atau orang yang dipikirkan dapat menyampaikan aspirasi kaum minoritas di

Malaysia.11

Periode jabatan bagi anggota Dewan Negara adalah tiga tahun dan

pembubaran Parlemen tidak menjejaskan periode jabatan mereka,12

tapi jika

seseorang itu dilantik untuk memegang keanggotaan Dewan Negara karena

menggantikan ahli sebelumnya yang meninggal dunia atau yang melepaskan

jabatan dengan rela, maka tempoh jabatan bagi anggota tersebut adalah selama

periode jabatan yang masih tersisa dari periode jabatan anggota yang

digantikannya.

Seorang anggota Dewan Negara boleh melepaskan jabatannya dengan

menulis surat kepada Yang Dipertua Dewan13

. Jika seorang anggota Dewan

Negara tidak hadir didalam perjumpaan Dewan Negara selama enam bulan

11Ibid, pasal 45(2).

12Ibid, pasal 45(3).

13Yang dimaksudkan dengan Yang Dipertua Dewan adalah kepala bagi Dewan Negara. Ia

dipilih dari anggota Dewan Negara sendiri dan jika masih belum ada yang memegang jabatan ini,

dewan tidak bisa membincangkan sesuatu apapun melainkan perbincangan untuk memilih Yang

Dipertua tersebut sahaja.

Page 63: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

52

dengan tidak mendapat izin dari Yang Dipertua Dewan, maka ia bisa hilang

kelayakan untuk memegang jabatannya di dalam Dewan Negara. 14

Dewan Rakyat pula adalah komponen ketiga dalam Parlemen Malaysia,

merupakan satu badan khas untuk rakyat menyuarakan aspirasi mereka kepada

pemerintah yang disampaikan oleh wakil-wakil mereka. Kesemua anggota Dewan

Rakyat dipilih melalui proses pemilu, yang di negara Malaysia dijalankan setiap

empat tahun sekali. Jumlah ahli Dewan Rakyat adalah sebanyak 222 orang15

,

dengan rincian sebagai berikut:

1. Dua puluh enam orang dari negara bagian Johor.

2. Lima belas orang dari negara bagian Kedah.

3. Empat belas orang dari negara bagian Kelantan.

4. Enam orang dari negara bagian Melaka.

5. Delapan orang dari negara bagian Negeri Sembilan.

6. Empat belas orang dari negara bagian Pahang.

7. Tiga belas orang dari negara bagian Pulau Pinang.

8. Dua puluh empat orang dari negara bagian Perak.

9. Tiga orang dari negara bagian Perlis.

10. Dua puluh lima orang dari negara bagian Sabah.

11. Dua puluh delapan orang dari negara bagian Sarawak.

14Tun Mohd. Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan & Pemerintahan Di Malaysia, (Kuala

Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2006), cet. 3, h. 68-70.

15Pasal 46(1) Perlembagaan Persekutuan.

Page 64: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

53

12. Dua puluh dua orang dari negara bagian Selangor.

13. Delapan orang dari negara bagian Terengganu.

14. Tiga belas orang dari Wilayah-wilayah Persekutuan, yaitu sebelas orang

dari Kuala Lumpur, seorang dari Labuan dan seorang dari Putrajaya.16

Periode jabatan bagi anggota Dewan Rakyat akan berakhir apabila

Parlemen dibubarkan oleh Yang di-Pertuan Agong, yang kebiasaannya diikuti

oleh pemilihan umum untuk memilih anggota-anggota baru bagi sesi berikutnya,

dan pemilu ini biasanya dijalankan empat tahun sekali di Malaysia. Anggota

Dewan Rakyat juga boleh berhenti dari jabatannya dengan menulis surat kepada

Yang Dipertua Dewan Rakyat.17

Selain itu, terdapat juga ketentuan yang mengatur siapa saja yang layak

menjadi ahli Parlemen Malaysia. Mengikut ketentuan itu, orang-orang yang

termasuk di dalam senarai ini dikatakan sebagai tidak layak untuk menjadi ahli

Parlemen:

1. Orang tidak waras; orang gila; orang tidak siuman.

2. Orang bankrup, selagimana ia tidak mendapat pernyataan bertulis

daripada pengadilan bahwa ia telah bebas dari kebangkrupannya.

16Team Penyusun ILB, Malaysia Kita, Panduan Dan Rujukan Untuk Peperiksaan Am

Kerajaan, (Selangor: International Law Book Service, 2005), cet. 6, h. 203.

17Setaraf dengan Yang Dipertua Dewan Negara.

Page 65: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

54

3. Orang yang telah memegang jabatan di dalam pentadbiran dan

perkhidmatan umum, termasuk hakim-hakim pengadilan, ahli-ahli SPR18

.

4. Mana-mana orang yang memegang jabatan yang dianggap oleh

Perlembagaan Persekutuan bahwa jabatannya itu sebagai jabatan bergaji

tetap dan tidak layak untuk menjadi ahli Parlemen.

5. Seseorang yang mempunyai rekod kesalahan dan telah dibicarakan di

pengadilan, serta telah dihukum penjara sekurang-kurangnya satu tahun

dan denda tidak kurang dari RM2000.00.

6. Seseorang yang dengan sengaja dan rela mendapat taraf warganegara di

mana-mana negara di luar Persekutuan.19

Bagi Dewan Negara, seseorang itu haruslah sekurang-kurangnya berusia

21 tahun dan bagi Dewan Negara pula berusia sekurang-kurangnya 30 tahun

untuk dianggap layak menjadi ahli.20

C. Fungsi Parlemen

Sebagaimana fungsi kebanyakan Parlemen di dunia, Parlemen Malaysia

juga bertindak sebagai badan pembuat dan penggubal undang-undang. Ini jelas

18SPR adalah kependekan dari Suruhanjaya Pilihan Raya, satu badan yang mengatur

ketentuan bagi pemilu di Malaysia, setaraf dengan Komisi Pemilihan Umum bagi Republik Indonesia.

19Team Penyusun ILB, Malaysia Kita, Panduan Dan Rujukan Untuk Peperiksaan Am

Kerajaan, (Selangor: International Law Book Service, 2005), cet. 6, h. 204.

20Tun Mohd. Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan & Pemerintahan Di Malaysia, (Kuala

Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2006), cet. 3, h. 74.

Page 66: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

55

sebagaimana yang diatur di dalam Perlembagaan Persekutuan bab 4 pasal

44:“Kuasa Perundangan Persekutuan terletak pada Parlimen…21

”.

Dari segi sejarah, kuasa membuat undang-undang sememangnya ada pada

tangan raja. Parlemen hanyalah sebagai badan penasehat raja sahaja. Tetapi

dengan perubahan zaman, kuasa mutlak yang dipunyai oleh raja dalam membuat

undang-undang telah beransur-ansur berkurangan sedikit demi sedikit, sehingga

pada akhirnya wewenang raja yang tinggal hanyalah setakat memberi persetujuan

kepada undang-undang yang telah diluluskan oleh dua dewan Parlemen, yaitu

Dewan Rakyat dan Dewan Negara.22

Menurut sejarah Malaysia, pada zaman Kerajaan Melayu Kuno, kuasa

membuat undang-undang memang terletak pada tangan raja secara mutlak.

Kemudiannya semasa zaman pra-kemerdekaan Malaysia, pihak Inggris mencoba

untuk memisahkan kuasa pemerintahan dari tangan raja-raja dengan membuat

undang-undang yang mengatur batasan wewenang dan kuasa raja sehingga raja

tidak bisa mencampuri urusan pemerintahan negara Malaysia. Salah satu daripada

wewenang raja yang telah dibatasi oleh pihak Inggris adalah hak untuk membuat

undang-undang. Pihak Inggris memberikan syarat untuk ia melepaskan negara

Malaysia dari kuasa taklukannya, bahwa setelah merdeka, Malaysia harus

menggunakan undang-undang berbasiskan undang-undang Inggris dan menerima

21Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Perlembagaan Persekutuan, (International Law

Book Sevices, Selangor, 2007), h. 29.

22Tun Mohd. Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan & Pemerintahan Di Malaysia, (Kuala

Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2006), cet. 3, h. 82.

Page 67: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

56

Perlembagaan Persekutuan sebagai konstitusi negara. Karena Malaysia terpaksa

menggunakan Perlembagaan Persekutuan sebagai konstitusi, dan karena

konstitusi ini mengatur bahwa kuasa memebuat undang-undang terletak pada

tangan badan yang akan dibentuk dan diberi nama Parlemen, maka Inggris telah

berhasil membatasi wewenang raja-raja dalam membuat undang-undang.

Parlemen juga harus mengadakan persidangan setiap enam bulan sekali

untuk membincangkan hal-hal kepentingan umum, dan hal ini penting untuk

menjaga kepentingan rakyat.23

Berkenaan fungsi Parlemen Malaysia sebagai pembuat undang-undang,

hal itu dengan cara Dewan Rakyat dan Dewan Negara meluluskan satu undang-

undang yang kemudiannya dipersetujukan oleh Yang di-Pertuan Agong.

Seterusnya undang-undang tersebut akan disahkan pula oleh pengadilan.

Undang-undang baru boleh dimulakan di mana-mana dewan, tetapi

undang-undang yang terkait dengan kewangan hendaklah dimulai di Dewan

Rakyat, karena Dewan Rakyat lebih berkuasa dalam hal kewangan ketimbang

Dewan Negara. Undang-undang yang dibuat oleh Parlemen, jika bertentangan

dengan Perlembagaan Persekutuan, boleh digugat di pengadilan melainkan jika

undang-undang darurat.24

Akan tetapi secara realitasnya, wewenang membuat undang-undang lebih

dominan pada Dewan Rakyat karena undang-undang yang akan dibentuk akan

23Ibid, h. 78.

24Pasal 4(3) Perlembagaan Persekutuan.

Page 68: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

57

dibincangkan di Dewan Rakyat terlebih dahulu. Menurut Pasal 68 Perlembagaan

Persekutuan, Dewan Negara hanya berkuasa untuk menangguhkan pembuatan

undang-undang itu sahaja. Ia tidak mempunyai kuasa untuk menolak undang-

undang yang telah dipersetujukan di Dewan Rakyat, juga tidak mempunyai kuasa

untuk membuat sebarang perubahan terhadap undang-undang tersebut.25

D. Hak Dan Wewenang Parlemen

Setiap badan tertinggi sesuatu negara seperti Parlemen mesti mempunyai

hak-hak keutamaan untuk membolehkan badan tersebut menjalankan tugasnya

dengan sempurna. Begitu juga dengan Parlemen Malaysia, ia mempunyai hak

keutamaan yang tersendiri dan hak tersebut menjadi sebagian dari undang-undang

Malaysia.26

Sebagian dari hak-hak keutamaan Parlemen Malaysia adalah:

1. Hak untuk menentukan bahwa seseorang ahlinya telah hilang kelayakan

untuk memegang jabatan di dalam dewan.

2. Hak membuat aturan untuk menjaga ketertiban perjalanan gerak kerjanya.

3. Hak untuk menghalang seseorang yang bukan ahlinya daripada

menghadiri persidangan dewan dan menangkap sesiapa yang dianggap

membuat kekacauan di dalam dewan.

25Tun Mohd. Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan & Pemerintahan Di Malaysia, (Kuala

Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2006), cet. 3, h. 94.

26Akta Parlemen 1911-1.

Page 69: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

58

4. Hak mendenda seseorang ahlinya atau yang bukan ahlinya jika melakukan

sesuatu kesalahan terhadap dewan.

5. Hak mengeluarkan surat perintah untuk menangkap seseorang yang

melakukan kesalahan terhadapnya dan membolehkan petugas yang

menjalankan tugas penangkapan tersebut untuk memasuki rumah

kediaman orang yang hendak ditangkap itu.

6. Hak mengeluarkan gugatan untuk memanggil sesiapa sebagai saksi di

dalam persidangan dewan.

7. Hak untuk memaksa saksi bercakap benar dan melepaskan saksi dari

menjawab pertanyaan yang diajukan.

8. Hak untuk menentukan bahwa sesuatu perbicaraan di dalam dewan sah

ataupun tidak, dengan keputusan ini tidak bisa digugat di mana-mana

pengadilan.27

Parlemen Malaysia juga mempunyai beberapa keistimewaan sebagaimana

yang diatur di dalam Pasal 63 Perlembagaan Persekutuan, yaitu:

1. Keabsahan mana-mana keputusan yang diambil semasa persidangan

Parlemen tidak boleh dipersoalkan dan digugat dalam mana-mana

pengadilan.

2. Sesiapapun tidak boleh dibicarakan di dalam mana-mana pengadilan

karena apa-apa jua tutur katanya di dalam persidangan Parlemen.28

Ini

27Tun Mohd. Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan & Pemerintahan Di Malaysia, (Kuala

Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2006), cet. 3, h. 95-96.

Page 70: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

59

bermarti seseorang anggota Parlemen atau bukan anggota Parlemen yang

dipanggil untuk memberi keterangan di dalam persidangan Parlemen

sebagai saksi, berhak untuk berbicara dengan bebas. Akan tetapi

kebebasan ini bukan berarti bahwa seseorang bisa bercakap semaunya

tanpa menghiraukan sensitiviti dewan. Yang Dipertua Dewan yang juga

sebagai pengerusi persidangan dewan berhak mengawal segala kata-kata

dan percakapan di dalam dewan untuk memelihara ketenteraman.29

28Pasal 63(2) Perlembagaan Persekutuan.

29Ahmad Mohamed Ibrahim dan Ahilemah Joned, Sistem Undang-Undang Di Malaysia,

(Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1986), cet. 2, h. 171.

Page 71: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

60

BAB IV

TINJAUAN KETATANEGARAAN ISLAM TERHADAP PARLEMEN

MENURUT PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA

A. Agama Dan Negara Dalam Kajian Ketatanegaraan Islam

Polemik hubungan agama dan negara masih menjadi perdebatan yang

tidak berkesudahan dibanyak negara Muslim sampai saat ini. Apakah agama

menjadi wilayah privat individu warga negara ataukah masuk dalam wilayah yang

harus diatur oleh negara? Bagaimana mengurai dan menjelaskan hubungan agama

dan negara juga menjadi persoalan yang belum menemukan solusi atau jawaban

yang dapat dijadikan pedoman bersama. Sekilas berkenaann kata „agama‟ dan

„negara‟:

1. Kata „agama‟ berasal dari bahasa Sanskreta yang berarti tradisi, tidak

bergerak, peraturan. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia

disebutkan bahwa ”Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada

Tuhan, atau juga kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan

tersebut”.1 Agama dalam bahasa arab pula adalah din, yang artinya taat,

takut dan setia, paksaan, tekanan, penghambaan, perendahan diri,

pemerintahan, kekuasaan, siasat, balasan, adat, pengalaman hidup,

perhitungan amal. Sinonim kata din dalam bahasa arab ialah milah.

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 10.

Page 72: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

61

Bedanya, milah lebih memberikan titik berat pada ketetapan, aturan,

hukum, tata tertib, atau doktrin ketimbang kata din itu.2 Sedangkan

Endang Saifuddin Anshari mendefinisikan bahwa agama pada umumnya

merupakan suatu sistema ‟tata keimanan‟ atau ‟tata keyakinan‟ atas

adanya suatu yang mutlak diluar manusia. Selain itu ia juga merupakan

sistem ‟tata peribadahan‟ manusia kepada sesuatu yang dianggap Yang

Mutlak, juga sebagai sistema norma ‟tata kaidah‟ yang mengatur

hubungan antar manusia serta manusia dengan alam lainnya sesuai dan

sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadahan itu.3

2. Definisi „negara‟ dalam Kamu Bahasa Indonesia disebutkan bahwa negara

adalah “Suatu kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah

tertentu yang diorganisasi dibawah lembaga politik dan pemerintah yang

efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak

menentukan tujuan nasionalnya”.4 Dalam Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia pula dijelaskan bahwa „negara‟ sebagai “Wilayah yang dihuni

oleh masyarakat sebagai warga sah yang mengatur daerah tersebut sesuai

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Agama diakses tanggal 21 Juni 2010 jam 11:00 WIB.

3Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma dan

Sistem Islam, (Jakarta: GIP, 2004), h. 30.

4Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 685.

Page 73: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

62

dengan aturan perundang-undangan yang berlaku”.5 Adapun menurut ahli

ketatanegaraan pula:

a. Georg Jellinek: Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok

manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu.

b. George Wilhelm Friedrich Hegel: Negara merupakan organisasi

kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual

dan kemerdekaan universal.

c. Prof. Mr. Soenarko: Negara ialah organisasi masyarakat yang

mempunyai daerah tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku

sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.

d. Aristoteles: Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi

beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya,

dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama.6

Menurut M. Natsir7, negara bukanlah suatu badan yang tersendiri yang

menjadi tujuan. Dan dengan "persatuan agama dan negara" yang dimaksudkan,

bukanlah bahwa agama itu cukup sekadar dimasuk-masukkan saja disana sini

kepada negara itu. Urusan kenegaraan pada pokoknya dan pada dasarnya adalah

suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Islam. Yang menjadi tujuan adalah

5Indrawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Penerbit Lintas Media), h. 370.

6 http://id.wikipedia.org/wiki/Negara diakses tanggal 21 Juni 2010 jam 11:00 WIB. 7Mohammad Natsir, lahir di Sumatera Barat, Indonesia pada tanggal 17 Juli 1908. Beliau

adalah Presiden Republik Indonesia yang kelima sekaligus pemimpin Partai Marsyumi, juga seorang

tokoh Islam terkemuka di Indonesia. Karyanya yang terkenal adalah buku berjudul Capita Selecta.

Beliau meninggal di Jakarta pada 6 Februari 1993.

Page 74: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

63

kesempurnaan berlakunya undang-undang Tuhan, baik yang berkenaan dengan

kehidupan manusia sendiri (sebagai individu), ataupun sebagai anggota dari

masyarakat. Baik yang berkenaan dengan kehidupan dunia yang fana ini, ataupun

yang berhubungan kehidupan akhirat kelak.8

Dapat dibuat kesimpulan dari pandangan M. Natsir berkenaan hubungan

antara agama dan negara dari tulisannya “Berhakim Pada Sejarah” bahwa:

1. Agama Islam mempunyai aturan yang berkenaan dengan hukum-hukum

kenegaraan dan uqubat (pidana) dan muamalah yang semuanya itu adalah

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari agama Islam itu sendiri.

2. Orang yang tidak mau negara menjalankan semua peraturan agama Islam

yang berhubungan dengan hal tersebut pada hakekatnya bukan

memisahkan agama dari negara, malainkan melemparkan sebagian dari

hukum-hukum Islam.

3. Islam bersifat demokratis tetapi tidak semua hal (termasuk hukum-hukum

tetap) harus distem pula lebih dulu dalam Parlemen.

4. Kalau kekuasaan ada dalam tangan orang Islam, orang-orang beragama

lain tak usah khawatir. Mereka akan mendapat kebebasan beragama secara

luas.

5. Orang yang tidak mau mendasarkan negara kepada hukum-hukum Islam

dengan alasan tidak mau merusakkan hati orang yang bukan beragama

Islam, sebenarnya berlaku zalim kepada orang Islam sendiri yang

8Ajib Rosidi, M. Natsir Sebuah Biografi, (Jakarta: Grimukti Pasaka, 1990), h. 294.

Page 75: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

64

bilangannya 20 kali lebih banyak. Ini berarti merusakkan hak-hak

mayoritas, bukan lantaran hak-hak itu berlawanan dengan hak-hak dan

kepentingan minoritas tapi semata-mata takut kalau-kalau pihak minoritas

itu tidak suka.

6. Masalah agama dan negara ini memang suatu masalah yang penting. Tapi

ini tidak berarti bahwa masalah-masalah shalat, zakat, haji dan sebagainya

tidak dibincangkan sama sekali.9

Di kalangan umat Islam sampai sekarang terdapat tiga aliran tentang

hubungan antara Islam dan ketatanegaraan. Ada yang mengatakan bahwa Islam

bukanlah semata-mata agama dengan pengertian Barat, yakni hanya menyangkut

hubungan antara manusia dan Tuhan, sebaliknya Islam adalah satu agama yang

sempurna dan yang lengkap dengan pengaturan bagi segala aspek kehidupan

manusia termasuk kehidupan bernegara. Para penganut aliran ini pada umumnya

berpendirian bahwa:

1. Islam adalah suatu agama yang serba lengkap. Di dalamnya terdapat pula

antara lain sistem ketatanegaraan atau politik. Oleh karenanya dalam

bernegara umat Islam hendaknya kembali kepada sistem ketatanegaraan

Islam. Dan tidak perlu atau bahkan jangan meniru sistem ketatanegaraan

Barat.

9http://www.scribd.com/doc/15779945/Agama-Dan-Negara-Pandangan-M-Natsir diakses

tanggal 21 Juni 2010 jam 22:55 WIB.

Page 76: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

65

2. Sistem ketatanegaraan atau politik Islami yang harus diteladani adalah

sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad dan empat

Khulafaur Rasyidun.

Terdapat juga sebagian umat Islam daripada kalangan orang yang

terpengaruh dengan pemikiran Barat menolak bahwa dalam Islam ada kenegaraan

atau ia datang hanya untuk memerintah satu umat saja dan hanya mengatur

hubungan antara semua manusia, dan menyangka bahwa agama hanyalah sekadar

hubungan antara manusia dengan Tuhan dan agama tidak harus mencampuri

urusan sosial, politik dan kehakiman. Pandangan kedua ini adalah dari kelompok

paham Sekularisme10

, dan paham ini mulai timbul dari masyarakat Nasrani, di

mana terdapat pertembungan antara gereja dengan ilmu dan antara gereja dengan

negara. Oleh itu mereka membuat satu kaidah yang menyebut “Berikanlah apa

yang berkaitan dengan raja kepada raja dan apa yang berkaitan dengan Tuhan

kepada Tuhan”.11

Sebenarnya agama Islam sangat berhubungan dengan negara, mengatur

umat dan urusan-urusan ekonomi, sosial dan sebagainya. Islam yang diturunkan

oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yaitu satu agama yang

10Gerakan atau paham yang mengatakan bahwa agama harus terpisah dari kehidupan duniawi.

11Abdul Hadi Awang, Islam & Demokrasi, (Selangor: PTS Islamika, 2007), cet. 1, h. 9.

Page 77: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

66

mempunyai kesempurnaan dan mencakup seluruh urusan kehidupan.12

Firman

Allah SWT Q.S Al-Maidah (5): 3

الي وم أكملت لكم دينكم وأتمت عليكم نعمت ورضيت لكم اإلسالم دينا فمن اضطر ف }

ر ان ة إل ة ف الل ورر ر يمر (. ۳/املائدة){ م ة ي

Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah

Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi

agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa

sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.” (Q.S: Al-Maidah/ 5:3)

B. Persamaan Parlemen Malaysia Dengan Konsep Pemerintahan Islam

Pemerintahan Islam yaitu pemerintahan yang dilaksanakan menurut

prinsip ajaran Islam. Ini tidak bermakna bahwa pemerintahan Islam itu bersifat

teokratik mutlak sebagaimana yang didakwakan oleh sebagian pihak atau seperti

yang pernah muncul dalam agama-agama lain. Oleh karena itu ajaran agama lain

itu lebih tertumpu kepada aspek-aspek tertentu seperti ajaran moral, maka

keadaan demikian memberi ruang kepada pemerintah dan pemimpin kalangan

tersebut menguatkan kekuasaan pemerintahan menurut keinginan mereka sendiri.

Oleh karena itu ajaran agama mereka tidak bersifat menyeluruh, membolehkan

pemimpin mereka mengklaim bahwa apa yang mereka perintahkan adalah

12Khalid Ali Muhammad Al-Anbariy, Sistem Politik Islam Menurut Pandangan Al-Quran,

Al-Hadis Dan Pendapat Ulama Salaf, (Selangor: Digipress, 2008), h.10-12.

Page 78: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

67

perintah agama yang mesti dipatuhi. Dari sudut lain kita lihat bahwa pelaksanaan

Pemerintahan Islam adalah lebih luas karena ia dilaksanakan oleh semua manusia,

bukan kepada beberapa individu atau kumpulan ahli-ahli agama saja.

Dari sudut pandang dalam konsep pemerintahan, Parlemen Malaysia juga

selaras dan sejalan dengan konsep Ketatanegaraan Islam. Ia juga memiliki

persamaan uang menunjukkan bahwa di Malaysia juga ada mengamalkan sistem

pemerintahan berlandaskan syariat Islam, diantaranya:

1. Musyawarah

Pemerintahan di Malaysia berasaskan sistem musyawarah, pemuafakatan

dan konsultasi. Dasar dan polisi negara diputuskan dalam musyawarah berbagai

tingkat, sama ada di tingkat Kabinet maupun di tingkat Parlemen. Kejayaan

meletakkan Islam sebagai agama Persekutuan dalam Perlembagaan Malaysia

(konstitusi) adalah hasil daripada musyawarah dan pemuafakatan semua kaum

pada peringkat awal kemerdekaan negara Malaysia dahulu. Oleh karena itu,

pendekatan dan nilai yang dibawa oleh Islam dalam bentuk yang ada dapat

diterima oleh semua dan tentunya kerana nilai dan pendekatan tersebut bersifat

menyeluruh.

Secara khususnya, konsep Musyawarah dapat dilihat dalam pelaksanaan

Parlemen Malaysia. Sesuatu undang-undang akan dibincangkan (bermusyawarah)

di Dewan Rakyat dan Dewan Negara sebelum ia diluluskan sebagai undang-

undang rasmi. Di sini konsep Musyawarah dapat berjalan dengan baik karena

Page 79: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

68

para anggota Dewan Rakyat dan Dewan Negara akan bermusyawarah dengan

teliti sebelum mengambil sesuatu keputusan.

2. Demokrasi

Prinsip demokrasi yang dianjurkan Islam dapat dilihat dari sudut

pemilihan anggota Dewan Rakyat sebagai salah satu komponen Parlemen

Malaysia. Setiap individu rakyat akan memilih para wakil mereka melalui proses

pemilu untuk menyuarakan inspirasi dan isi hati mereka kepada pemerintah di

dalam Parlemen. Wakil-wakil rakyat ini bertanggungjawab dalam menjaga hak

dan kepentingan rakyat, dengan menbincangkan hal-hal yang menjadi

kepentingan rakyat umum di dalam persidangan dewan.

Rasyid Ridha13

berkata, ”Demikianlah, dikalangan umat harus ada orang-

orang yang memiliki kearifan dan kecerdasan dalam mengatur kemaslahatan

masyarakat, serta mampu menyelesaikan masalah-masalah pertahanan, serta

masalah-masalah kemasyarakatan dan politik. Itulah yang disebut dengan ahli

syura atau Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi di dalam Islam. Pengangkatan khalifah

tidaklah dibenarkan kecuali apabila mereka itulah yang memilihnya serta

membaiatnya dengan kerelaan. Mereka itulah yang disebut dengan wakil rakyat

atau wakil masyarakat”.14

13Muhammad Rasyid Bin Ali Ridha Bin Syamsuddin Bin Baha‟uddin Al-Qalmuni Al-

Husaini, dilahirkan pada tahun 1865 dan meninggal pada 1935. Seorang intelektual Islam dari Suriah

yang mejadi penerus gagasan modernisme Islam. Kitabnya yang terkenal adalah Tafsir Al-Manaar.

14Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manaar, (Cairo: Maktabah Al-Qahirah,1960), cet. 4, jilid 3, h. 11.

Page 80: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

69

C. Perbedaan Parlemen Malaysia Dengan Konsep Ketatanegaraan Islam

Pelaksanaan hukum-hukum Allah SWT sebenarnya akan membawa

kebaikan kepada masyarakat manusia di Malaysia, ini yang terdiri atas berbagai-

bagai bangsa dan kaum agama. Karena hukum-hukum itu mengandung jaminan

keadilan, kebenaran dan pemeliharaan hak masing-masing. Yang dapat

menimbulkan keadaan juga membawa kepada sesuatu hasil yang negatif dari

pelaksanaan hukum-hukum Allah ialah kecurigaan dan kesanksian orang-orang

bukan Islam terhadap Islam itu. Mereka mungkin mengambil langkah-langkah

yang tidak benar jika hukum-hukum Islam dilaksanakan.

Sistem pemerintahan di Malaysia khususnya dalam perjalanan badan

Parlemen, juga memiliki persamaan dengan sistem pemerintahan Islam. Ini telah

disebutkan oleh penulis bahwa ciri persamaan tersebut diantaranya adalah

Musyawarah, dan demokrasi. Adapun masih terdapat perbedaan antara Parlemen

Malaysia dan konsep pemerintahan Islam, antaranya:

1. Kelayakan menjadi ahli Parlemen

Seperti yang telah penulis jelaskan pada BAB III, untuk menjadi ahli

Parlemen Malaysia terdapat syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi. Ini

sebagaimana yang diatur dalam konstitusi Malaysia (Perlembagaan Persekutuan).

Akan tetapi di dalam syarat-syarat tersebut tidak disebutkan bahwa penganut

Islam didahulukan untuk memegang jabatan ahli Parlemen Malaysia. Penulis

beranggapan bahwa ini tidak wajar, karena Islam adalah agama rasmi bagi

Page 81: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

70

Malaysia dan mayoritas penduduk Malaysia beragama Islam. Seharusnya

penganut Islam didahulukan untuk menjadi ahli Parlemen. Di dalam sistem Ahlu

al-Halli Wa al-Aqdi, anggotanya harus seorang Islam yang adil. Adapun dalam

sistem parlementer khususnya di dalam Parlemen Malaysia, anggotanya tidak

harus beragama Islam. Memang tidak bisa untuk keanggotaan Parlemen Malaysia

hanya untuk orang-orang Islam karena penduduk Malaysia berbilang agama,

tetapi seharusnya orang Islam didahulukan memandangkan mayoritas penduduk

adalah beragama Islam dan agama rasmi negara Malaysia adalah Islam. Ini

bertujuan bagi menjaga kedudukan agama Islam di Malaysia.

Ahli Parlemen Malaysia khususnya ahli Dewan Rakyat dipilih oleh rakyat

100%, tidak ada sebarang syarat yang mengatur bahwa ahli yang dipilih oleh

rakyat itu benar-benar seorang yang boleh membawa aspirasi mereka dengan

tuntas. Bisa saja yang menjadi wakil rakyat itu seorang koruptor, atau seorang

yang zalim. Ini karena tidak ada sebarang tapisan lagi setelah seseorang itu dipilih

oleh rakyat. Jika seseorang individu telah dipilih oleh rakyat dan rakyat

mendukungnya, maka ia sah menjadi ahli Dewan Rakyat tanpa dilihat dan diteliti

latarbelakangnya.

Sesungguhnya mereka yang memegang kuasa perundangan dalam sistem

politik Islam adalah para ulama dan mujtahid, dan kekuasaan mereka pula hanya

terbatas kepada dua perkara:

Page 82: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

71

a. Hanya melibatkan perkara yang sudah ada nas atau dalil dari Al-Quran

dan As-Sunnah. Tugas mereka adalah dengan memahami dalil tersebut

serta menerangkan hukum yang terdapat di dalamnya menggunakan

ilmu Usul Fikih.15

b. Jika melibatkan perkara yang tidak ada dalil dari Al-Quran dan As-

Sunnah, mereka akan berijtihad mengikut ketetapan syariat,

menggunakan kelengkapan ilmu dan peraturannya.

Mereka ini adalah golongan umat Islam yang terpilih, berbeda dengan

dengan sistem Parlementer yang jelas tidak menbatasi demokrasi dengan

menggunakan demokrasi yang dianjurkan barat. Kedaulatan benar-benar

diletakkan 100% pada tangan rakyat, ahli Parlemen dipilih oleh rakyat melalui

proses pemilu dan jika mereka itu terpilih, akan langsung dinobatkan sebagai ahli

Parlemen tanpa harus memiliki kelayakan akademis atau agama. Syarat minimum

seringkali cukup sekadar bisa membaca dan menulis.16

2. Dasar pembuatan undang-undang oleh Parlemen

Parlemen Malaysia adalah badan legislator, yaitu badan pembuat dan

pengubah undang-undang. Parlemen Malaysia boleh membuat undang-undang

dengan menggunakan asas konstitusi yang asli sebagai rujukan (Perlembagaan

15Khalid Ali Muhammad Al-Anbariy, Sistem Politik Islam Menurut Pandangan Al-Quran, Al-

Hadis Dan Pendapat Ulama Salaf, (Selangor: Digipress, 2008), h. 257.

16 Ibid, h. 258.

Page 83: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

72

Persekutuan). Menurut penulis, seharusnya yang digunakan sebagai rujukan

adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Firman Allah SWT Q.S Al-An‟am (6): 155

(. 155/األنعام){و ا ك اار أننلناا ار ر فاا عوا واا وا لعلكم ا ر و }

Artinya: “Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang

diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi

rahmat.” (Q.S: Al-An‟am/ 6:155)

Di dalam ayat ini, Allah SWT menyuruh agar umat-Nya mengikuti ajaran

kitab-Nya. Ini supaya tidak berlaku penyelewengan di dalam kekuasaan. Terdapat

juga satu hadith Nabi SAW yang mengatakan bahwa umat Islam tidak akan sesat

selagimana mengikut ajaran Al-Quran dan As-Sunnah.

Dalam Islam, Ahlu al-Halli Wa al-Aqdi bertugas dengan megikut aturan

syariat Islam, mereka berpedomankan Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka tidak

akan membahas hal-hal yang telah menjadi aturan Allah dan rasul-Nya, yang

sudah jelas nash-nash dari Al-Quran dan As-Sunnah. Sedangkan dalam sistem

parlemen, hukum atau undang-undang apapun (termasuk hukum yang telah

ditetapkan Allah) bisa dintrepetasikan dan bahkan diubah selama hal itu

disepakati seluruh anggota Parlemen atau jika dikehendaki rakyat.

Karena Malaysia menggunakan undang-undang Inggris sebagai asas,

pernah terjadi kasus dimana undang-undang yang telah dibuat di negara bagian

Terengganu (Qanun Hudud Dan Qishas), dan undang-undang ini secara yuridis

telah sah tapi tidak dapat diberlakukan karena terdapat kendala yaitu karena

Page 84: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

73

undang-undang yang baru dibentuk tersebut dikatakan bertentangan dengan

aturan perundang-undangan Perlembagaan Persekutuan.

Aturan Perlembagaan Persekutuan menyebut bahwa jika ada mana-mana

undang-undang yang bertentangan dengannya, maka undang-undang yang

berlaku adalah undang-undang Perlembagaan Persekutuan dan undang-undang

yang bertentangan tersebut bisa dibatalkan.17

Pasal 75 Perlembagaan Persekutuan

pula menyebut bahwa undang-undang negara bagian jika bertentangan dengan

undang-undang Persekutuan adalah terbatal setakat mana yang bertentangan itu.18

Perlu diketahui bahwa Qanun Hudud Dan Qishas ini merupakan produk

hukum yang dihasilkan ketika partai PAS19

(partai oposisi di Malaysia) menang

dalam pemilu tahun 1999 di Terengganu yang kemudian berkuasa hingga tahun

2004. Pelaksanaannya tidak sempat direalisasikan, karena pada tahun 2004 PAS

kalah dalam pemilu. Partai UMNO20

yang berkuasa sejak pemilu 2004 dan

pemilu 2008 yang mengambil alih pemerintahan, memilih untuk tidak

mengamandemen ataupun menghapuskan qanun tersebut. Keengganan UMNO

Terengganu melaksanakan Qanun Hudud Dan Qishas ini pernah disinggung

17Pasal 4(1) Perlembagaan Persekutuan.

18 Pasal 75 Perlembagaan Persekutuan.

19 PAS adalah kependekan dari Partai Islam se-Malaysia, merupakan partai berbasiskan Islam.

20 UMNO adalah kependekan dari United Malay Nation Organisation, merupakan partai

nasionalis, juga partai pemerintah di Malaysia.

Page 85: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

74

dalam persidangan oleh ahli Dewan Undangan Negeri21

dari PAS, tetapi jawaban

dari pihak UMNO adalah bahwa selama ini belum ada kasus berkaitan dengan

pelanggaran qanun ini, sehingga pihaknya tidak dapat melaksanakannya.22

21Badan perundang-undangan rendah di tingkat negara bagian.

22Koran Harakah Daily versi digital, edisi 18 Oktober 2007 diakses dari

http://www.harakahdaily.net/index.php?option=com_content&task=view&id=10310&Itemid=50 pada

21 Juni 2010 jam 11:30 WIB.

Page 86: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan dan menjelaskan mengenai badan Parlemen seperti

yang diatur di dalam Perlembagaan Persekutuan Malaysia, maka pada akhir

uraian penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan tema

tersebut:

1. Malaysia adalah sebuah negara yang mengamalkan sistem parlementer,

dengan konstitusinya (Perlembagaan Persekutuan) mengatur badan

Parlemen sebagai badan yang bertugas dalam membuat dan merubah

undang-undang. Parlemen Malaysia terdiri dari tiga komponen utama;

Yang di-Pertuan Agong, Dewan Negara dan Dewan Rakyat. Metode

pemilihan dan pengangkatan ahli-ahli Dewan Negara dan Dewan Rakyat

adalah melalui jalan ditunjuk oleh Yang di-Pertuan Agong dan melalui

proses pemilu. Ahli yang ditunjuk oleh Yang di-Pertuan Agong adalah

orang-orang yang dianggap telah menyumbang jasa dalam perkhidmatan

umum, juga orang yang dipikirkan dapat menyampaikan aspirasi kaum

minoritas di Malaysia. Pemilu pula dijalankan biasanya selang empat

tahun di Malaysia untuk memilih ahli Dewan Rakyat.

Page 87: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

76

2. Peran negara Malaysia dalam menerapkan konsep ketatanegaraan Islam

dalam pelaksanaan badan Parlemen adalah dengan mengatur bahwa ahli

Parlemen adalah dipilih melalui proses pemilu. Disini dapat dilihat bahwa

terdapat persamaan antara sistem pemerintahan negara Malaysia dengan

sistem Islam, karena dalam Islam terdapat teori demokrasi, dan

pelaksanaan demokrasi ada dalam pelaksanan badan Parlemen Malaysia.

Negara Malaysia juga masih mengamalkan sistem musyawarah; dalam

proses membuat undang-undang dewan-dewan Parlemen akan duduk

membincangkannya secara rinci dan di sini dapat dilihat terdapat ciri-ciri

musyawarah seperti yang dianjurkan Islam.

3. Secara keseluruhannya, sistem pemerintahan Malaysia masih tidak

konsisten dengan konsep Ketatanegaraan Islam karena terdapat banyak

kekurangan dan kelemahan, misalnya sistem perundang-undangan dan

pemerintahan Malaysia tidak menjamin keberadaan orang-orang beragama

Islam; orang-orang kafir bisa menjatuhkan orang Islam dengan cara

menjadi mayoritas dan dominan dalam pentadbiran. Juga bahwa undang-

undang asas di Malaysia berbasiskan undang-undang Inggris, bukan

berbasiskan Al-Quran dan Al-Hadis seperti yang dikehendaki Islam.

Perbedaan antara sistem pemerintahan negara Malaysia dan sistem

pemerintahan Islam juga lebih banyak ketimbang persamaan antara

keduanya.

Page 88: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

77

Walaupun sistem pemerintahan Malaysia masih jauh dari mencapai

kedudukan sebagai sistem pemerintahan Islam, bisa dikatakan bahwa masih ada

sedikit persamaan diantara keduanya. Semoga dengan sedikit persamaan tersebut,

suatu hari nanti negara Malaysia benar-benar menjadi sebuah negara Islam.

B. Saran-saran

Sedikit banyaknya, menurut penulis masih terdapat kekurangan dalam

sistem pemerintahan Malaysia, khususnya di dalam perjalanan dan pentadbiran

badan Parlemennya. Untuk menjadikan negara Malaysia benar-benar konsisten

dengan apa yang dianjurkan dengan konsep Islam, maka beberapa perubahan

perlu dilakukan, antaranya adalah:

1. Undang-undang Islam hendaklah dijadikan sebagai undang-undang asas

dan undang-undang utama di Malaysia.

2. Satu peruntukan hendaklah dibuat di dalam konstitusi Malaysia

(Perlembagaan Persekutuan), bahwa mana-mana undang-undang yang

telah sedia ada atau yang akan dibuat oleh Parlemen haruslah sejalan

dengan undang-undang Islam, dan dalam proses pembuatan undang-

undang baru pula, haruslah menjadikan undang-undang Islam sebagai

sumber rujukan asas. Jika ada mana-mana undang yang bertentangan

dengan undang-undang Islam, maka ia hendaklah dibatalkan.

Page 89: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

78

3. Satu badan khusus yang terdiri dari kalangan pakar, ahli manajemen dan

ulama perlu diwujudkan bagi menilai pribadi dan kelayakan para anggota

Parlemen Malaysia, adakah mereka benar-benar bisa menjalankan tugas

dengan berkesan, khususnya seperti yang dikehendaki Islam.

4. Peruntukan-peruntukan berkenaan badan pemerintahan seperti badan

eksekutif, legislatif dan judikatif mesti menjamin keberadaan dan

keutamaan orang-orang yang beragama Islam.

Walaupun terdapat sedikit banyaknya kekurangan dalam pemerintahan

dan perundang-undangan di Malaysia, penulis menghargai dan berterima kasih

seikhlas-ikhlasnya kepada kerajaan Malaysia, karena keharmonian dan

kemakmuran yang dirasakan oleh penulis sendiri selama menjadi bagian dari

masyarakat Malaysia sangat terkesan. Penulis juga menghormati komitmen

individu-individu yang berada di dalam pemerintahan negara Malaysia yang telah

berusaha keras untuk kesejahteraan rakyat Malaysia.

Page 90: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

79

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al-Karim.

Abadi, Muhammad bin Ya’qub al-Fairuz, al-Qâmûs al-Muhîth, Bairut: Dâr al-Fikir,

1995.

Abas, Tun. Mohd Salleh, Prinsip Perlembagaan & Pemerintahan di Malaysia,

Ampang/ Hulu Kelang Selangor Darul Ehsan: Dawama Sdn. Bhd, 2006.

Al-Anbariy, Khalid Ali Muhammad, Sistem Politik Islam Menurut Pandangan Al-

Quran, Al-Hadis Dan Pendapat Ulama Salaf, Selangor: Digipress, 2008.

Al-Anshari, Abd Al-Hamid Ismail, Al-Syuura Wa Atsaruha Fi Al-Dimuqrathiyyah,

Cairo: Al-Maktabah Al-Salafiyyah, 1981.

Al-Arabi, Ibnu, Al-Ahkam Al-Quran, Beirut:Dar Al-Fikr, 1988, jilid 1.

Al-Badawy, Ismail, Mabda’ Al-Syuura Fi Al-Syariat Al-Islamiyyah, Cairo: Dar Al-

Fikr Al-Arabi, 1981.

Al-Khaliq, Abd al-Rahman Abd. Al-Syuura Fi Zhilli Nidzham al-Hukm al-Islam,

Kuwait: al-Dar al-Salafiyyah, 1975.

Al-Mawardi, Imam, al-Ahkam as-Sulthaniyyah, Hukum-Hukum Penyelenggaraan

Dalam Syariat Islam, penerjemah Fadli Bahri, Jakarta: PT Darul Falah, 2007,

cet. 3.

______________, Imam, Hukum Tata Negara Dan Kepemimpinan Dalam Takaran

Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Anshari, Endang Saifuddin, Wawasan Islam Pokok-Pokok Pikiran Tentang

Paradigma dan Sistem Islam, Jakarta: GIP, 2004.

Awang, Abdul Hadi, Islam & Demokrasi, Selangor: PTS Islamika, 2007, cet. 1.

Babbali, Mahmud Muhammad, Al-Syuura Suluk Wa Al-Iltizam, Makkah: Maktabah

Al-Tsaqafah, 1986.

Budiarjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2007, cet. 30.

Page 91: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

80

Dahl, Robert, Modern Political Analysis, New Delhi: Prentice Hall of India, 1977,

cet. 1.

Departmen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahan, PT Syaamil Cipta Media.

Ibrahim, Ahmad Mohamed, dan Joned, Ahilemah, Sistem Undang-Undang Di

Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1986.

Ka’bah, Rifyal, Politik dan Hukum Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Khairul Bayan, 2005,

cet. 1.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997.

Kencana, Inu, Al-Quran Dan Ilmu Politik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. 1.

Khalid, Farid Abdul, Fikih Politik Islam, Jakarta: Penerbit Amzah, 2005, cet. 1.

Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Perlembagaan Persekutuan, International

Law Book Sevices, Selangor, 2007.

Manzhur, Ibnu, Lisân al-‘Arab, Beirut: Dâr Al-Shadir, 1968.

Mufid, Mohd., Politik dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004, cet.

1.

Partanto, Pius A. dan al-Bary, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Kontemporer.

Penasihat Undang-Undang MDC, Perlembagaan Persekutuan Berserta Index, Kuala

Lumpur: MDC Publishers, 2008, cet. 13.

Pulungan, J. Suyuthi, Fiqh Siyasah, Ajaran Sejarah Dan Pemikiran, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2002, cet. 5.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoesia, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, cet 3.

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Jakarta: Gema Insani, 2006, jilid 3, cet. 2.

Radhie, Teuku Mohammad, Penelitian Hukum Dalam Pembinaan Dan Pembaharuan

Hukum Nasional, Jakarta: Departemen Kehakiman, 1974.

Page 92: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

81

Rais, M. Dhiauddin, Teori Politik Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2004, cet. 1.

Rasyid, Abdul, Ilmu Politik Islam, Bandung: Pustaka, 2001, cet.1.

Ridha, Rasyid, Tafsir Al-Manaar, Cairo: Maktabah Al-Qahirah,1960, cet. 4, jilid 3.

Ridwan, HR, Fikih Politik (Gagasan, Harapan dan Kenyataan), Yogyakarta: FH UII

Press, 2007, cet. 1.

Rosidi, Ajib, M. Natsir Sebuah Biografi, Jakarta: Grimukti Pasaka, 1990.

Salim, Abd. Muin, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran,

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995, cet 2.

Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara: Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: UI

Press, 1993.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1981.

Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia, 2007, cet. 6.

Syarif, Mujar Ibnu, dan Zada, Khamami, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008, cet. 1.

Taimiyah, Ibnu, Siyasah Syar’iyah, Etika Politik Islam, penerjemah Rofi’

Munawwar, Surabaya: Risalah Gusti, 2005, cet. 3.

Team Penyusun ILB, Malaysia Kita, Panduan Dan Rujukan Untuk Peperiksaan Am

Kerajaan, Selangor: International Law Book Service, 2005.

Wignyosoebroto, Soetandyo, Sebuah Pengantar Kearah Pembinaan Penelitian

Hukum, Jakarta: Departemen Kehakiman, 1995.

WS, Indrawan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Penerbit Lintas Media.

Zallum, Abdul Qadim, Afkaru Siyasiyah, edisi Indonesia: Pemikiran Politik Islam,

diterjemahkan oleh Abu Faiz, Bangil: Al-Izzah, 2004, cet. 2.

Situs Internet:

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama

Page 93: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

82

http://id.wikipedia.org/wiki/Negara

http://mediafathulkhoir.blogspot.com/2008/12/ahlul-halli-wal-aqdi.html

http://saoskerupuk.co.cc/musyawarah_dan_demokrasi_dalam_islam.html

http://nsudiana.wordpress.com/2008/01/19/demokrasi-dalam-pandangan-islam/

http://www.scribd.com/doc/15779945/Agama-Dan-Negara-Pandangan-M-Natsir

http://www.harakahdaily.net/index.php?option=com_content&task=view&id=10310

&Itemid=50

Page 94: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

Page 1 of 5

LAMPIRAN

Perkara 4(1) Perlembagaan Persekutuan

(1) Perlembagaan ini adalah undang-undang utama Persekutuan dan apa-apa

undang-undang yang diluluskan selepas Hari Merdeka dan yang berlawanan

dengan Perlembagaan ini hendaklah terbatal setakat yang terbatal itu.

Perkara 44 Perlembagaan Persekutuan

Kuasa perundangan Persekutuan hendaklah terletak hak pada Parlimen yang

hendaklah terdiri daripada Yang di-Pertuan Agong dan dua Majlis Parlimen yang

dikenali sebagai Dewan Negara dan Dewan Rakyat.

Perkara 33(A) Perlembagaan Persekutuan

(1) Jika Yang di-Pertuan Agong dipertuduh atas suatu kesalahan di bawah mana-

manaundang-undang dalam Mahkamah Khas yang ditubuhkan di bawah

Bahagian XV dia hendaklah terhenti menjalankan fungsi Yang di-Pertuan

Agong.

(2) Tempoh Yang di-Pertuan Agong terhenti, di bawah Fasal (1), menjalankan

fungsi Yang di-Pertuan Agong hendaklah disifatkan menjadi sebahagian

daripada tempoh jawatan Yang di-Pertuan Agong yang diperuntukkan dalam

Fasal (3) Perkara 32.

Page 95: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

Page 2 of 5

Perkara 34 Perlembagaan Persekutuan

(1) Yang di-Pertuan Agong tidak boleh menjalankan fungsinya sebagai Raja

Negerinya kecuali fungsinya sebagai Ketua agama Islam.

(2) Yang di-Pertuan Agong tidak boleh memegang apa-apa jawatan yang baginya

ada apa-apa saraan.

(3) Yang di-Pertuan Agong tidak boleh melibatkan diri secara aktif dalam apa-

apa perusahaan komersil.

(4) Yang di-Pertuan Agong tidak boleh menerima apa-apa jenis emolumen yang

kena dibayar atau terakru kepadanya sebagai Raja Negerinya di bawah

peruntukan Perlembagaan Negeri itu atau peruntukan mana-mana undang-

undang Negeri.

(5) Yang di-Pertuan Agong tidak boleh, tanpa persetujuan Majlis Raja-Raja,

meninggalkan Persekutuan selama lebih daripada lima belas hari, kecuali

semasa lawatan Negara ke suatu negara lain.

Perkara 45 Perlembagaan Persekutuan

(1) Tertakluk kepada Fasal 4, Dewan Negara hendaklah terdiri daripada ahli-ahli

dipilih dan dilantik seperti yang berikut:

(a) dua orang ahli bagi setiap Negeri hendaklah dipilih mengikut Jadual

Ketujuh dan

Page 96: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

Page 3 of 5

(b) dua orang ahli bagi Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, seorang ahli bagi

Wilayah Persekutuan Labuan dan seorang ahli bagi Wilayah Persekutuan

Putrajaya hendaklah dilantik oleh Yang di-Pertuan Agong; dan

(c) empat puluh ahli hendaklah dilantik oleh Yang di-Pertuan Agong.

(2) Ahli-ahli yaang akan dilantik oleh Yang di-Pertuan Agong hendaklah orang

yang pada pendapatnya telah memberikan perkhidmatan awam yang

cemerlang atau telah mencapai keunggulan dalam profesion, perdagangan,

perindustrian, pertanian, aktiviti kebudayaan atau perkhidmatan sosial atau

yang mewakili ras minoriti atau berkebolehan mewakili kepentingan orang

asli.

(3) Tempoh jawatan seseorang ahli Dewan Negara ialah tiga tahun dan tempoh

itu tidaklah tersentuh dengan pembubaran Parlimen.

Perkara 46 Perlembagaan Persekutuan

(1) Dewan Rakyat hendaklah terdiri daripada dua ratus dua puluh dua orang ahli

dipilih.

(2) Maka hendaklah ada:

(a) Dua ratus sembilan orang ahli dari Negeri-negeri di Malaysia seperti yang

berikut:

i. dua puluh enam orang ahli dari Johor;

ii. lima belas orangn ahli dari Kedah;

iii. empat belas orang ahli dari Kelantan;

Page 97: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

Page 4 of 5

iv. enam orang ahli dari Melaka;

v. lapan orang ahli dari Negeri Sembialan;

vi. empat belas orang ahli dari Pahang;

vii. tiga belas orang ahli dari Pulau Pinang;

viii. dua puluh empat orang ahli dari Perak;

ix. tiga orang ahli dari Perlis;

x. dua puluh lima orang ahli dari Sabah;

xi. dua puluh satu orang ahli dari Sarawak;

xii. dua puluh dua orang ahli dari Selangor; dan

xiii. lapan orang ahli dari Terengganu; dan

(b) tiga belas orang ahli dari Wilayah-Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur,

Labuan dan Putrajaya seperti berikut:

i. sebelas orang ahli dari Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur;

ii. seorang ahli dari Wilayah Persekutuan Labuan;

iii. seorang ahli dari Wilayah Persekutuan Putrajaya.

Perkara 4(3) Perlembagaan Persekutuan

(3) Kesahan mana-mana undang-undang yang dibuat oleh Parlimen atau Badan

Perundangan mana-mana negeri tidak boleh dipersoalkan atas alasan bahawa

undang-undang itu membuat peruntukan berkenaan dengan apa-apa perkara

yang berkenaan dengannya Parlimen atau, mengikut mana-mana yang

berkenaan, Badan Perundangan Negeri itu tidak mempunyai kuasa untuk

Page 98: PARLEMEN DALAM PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN MALAYSIA DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4095/1/MUHAMMAD... · Teori hukum tatanegara mengenal adanya lima bentuk

Page 5 of 5

membuat undang-undang, kecuali dalam prosiding untuk mendapatkan suatu

penetapan bahawa undang-undang itu adalah tidak sah atas alasan itu atau:

(a) undang-undang itu mengenakan sekatan-sekatan ke atas hak yang disebut

dengan Perkara 9(2) tetapi tidak berhubungan dengan perkara-perkara

yang disebut dalam Perkara itu; atau

(b) undang-undang itu mengenakan mana-mana sekatan yang disebut dalam

Perkara 10(2) tetapi sekatan-sekatan itu tidak disifatkan perlu atau suai

manfaat oleh Parlimen bagi maksud-maksud yang disebut dalam Perkara

itu.

Perkara 63(2) Perlembagaan Persekutuan

(2) Tiada seorang pun boleh dikenakan apa-apa prosiding dalam mana-mana

mahkamah berkenaan dengan apa-apa jua yang dikatakan atau apa-apa undi

yang diberikan olehnya semasa mengambil bahagian dalam apa-apa prosiding

mana-mana satu Majlis Parlimen atau mana-mana jawatankuasanya.

Perkara 75 Perlembagaan Persekutuan

Jika mana-mana undang-undang Negeri adalah berlawanan dengan sesuatu undang-

undang persekutuan, maka undang-undang persekutuan itu hendaklah dipakai dan

undang-undang Negeri itu hendaklah terbatal, setakat mana ianya berlawanan dengan

undang-undang persekutuan itu.