dakwah ajengan sofwan abdul ghoni padapondok...

74
DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL BURHAN KARAWANG Skripsi DiajukanuntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh GelarSarjanaKomunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Muhammad Edi Abdillah NIM: 109051000243 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: lamnhu

Post on 15-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI

PADAPONDOK PESANTREN BAITUL BURHAN

KARAWANG

Skripsi

DiajukanuntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh

GelarSarjanaKomunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Muhammad Edi Abdillah

NIM: 109051000243

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 19 September 2014

Muhammad Edi Abdillah

Page 3: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

iii

DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI

PADA PONDOK PESANTREN BAITUL BURHAN KARAWANG

Skripsi

DiajukankepadaFakultasIlmuDakwahdanIlmuKomunikasiUntukMemenuhi Salah

SatuPersyaratanMemperolehGelarSarjanaKomunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Muhammad Edi Abdillah

NIM: 109051000243

Pembimbing

NIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H./2014 M.

Page 4: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

iv

Page 5: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

v

ABSTRAK

Muhammad Edi Abdillah

Dakwah Ajengan Sofwan Abdul Ghoni

pada Pondok Pesantren Baitul Burhan Karawang

Dakwah merupakan kegiatan yang memiliki tujuan untuk merealisasikan

ajaran Islam ke dalam semua aspek kehidupan manusia. Banyak upaya yang

sudah dilakukan oleh para agen dakwah untuk mencapai tujuan mulia tersebut.

Ajengan Sofwan Abdul Ghoni salah satu da’i yang cukup berhasil melakukan itu.

Kehadiran beliau dan pondok pesantren yang dipimpinnya mendapat sambutan

yang positif dari masyarakat. Karenanya penelitian ini berupaya mengetahui dan

mendeskripsikan secara rinci dakwah yang dilakukan Ajengan Sofwan Abdul

Ghoni pada ponpes Baitul Burhan yang meliputi tiga bentuk dakwah diantaranya,

aktifitas tabligh, aktifitas pengembangan masyarakat, dan aktifitas manajemen

dakwah.

Berdasarkan gambaran di atas, ada dua hal yang perlu digali lebih jauh

lagi. Pertama, berkaitan dengan bagaimana dakwah yang dilakukan Ajengan

Sofwan Abdul Ghoni pada pondok pesantren Baitul Burhan. Kedua, pendekatan

apa yang digunakan Ajengan Sofwan Abdul Ghoni dalam melakukan dakwahnya.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dakwah Ajengan

Sofwan Abdul Ghoni pada pondok pesantren Baitul Burhan dan berusaha

mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti dan lengkap.

Selain itu penelitian ini juga menggunakan dua pendekatan dakwah yaitu

pendekatan cultural dan pendekatan structural.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dakwah Ajengan Sofwan Abdul

Ghoni pada pondok pesantren Baitul Burhan dilakukan melalui berbagai bentuk.

Diantaranya melalui pengajian santri di pesantren, pengajian bapak-bapak dan

ibu-ibu baik di dalam maupun di luar pesantren, pembuatan Poskestren, produksi

susu sari kedelai murni, pemberdayaan lahan pertanian, dan menjadi ketua MUI

kecamatan Tempuran. Semuanya dilakukan secara konsisten, dan penuh

tanggungjawab.

Menurut analisa penulis, berdasarkan temuan-temuan data di lapangan.

Proses dakwah Ajengan Sofwan Abdul Ghoni sudah merepresentasikan tiga

bentuk dakwah. Yaitu kegiatan tabligh, pengembangan masyarakat, dan

manajemen dakwah. Selain itu dakwahnya sangat adaptif, menyesuaikan dengan

kondisi masyarakat yang ada. Sehingga bisa diterima dengan mudah oleh

masyarakat. Akhirnya penulis berkesimpulan bawa faktor inilah yang

melatarbelakangi pesatnya kemajuan dakwah Ajengan Sofwan Abdul Ghoni

dengan ponpes Baitul Burhan nya.

Kata kunci: dakwah, pondok pesntren, cultural, structural, adaptif dan tabligh.

Page 6: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kitapanjatkankepada Allah SWT.Atas semua nikmat dan

karunianya.Dzatpemilikilmudanpenguasaalamsemesta.Hanyakarenahidayahdanta

ufiknyapenulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

selalutercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.Yang telah membawa

pencerahan pada umat manusia dari kondisi jahil menjadi berakhlak. Tidak ada

yang lebih layak kita tauladanai selain dari sikap dan perilakunya yang begitu

mulia.

Ucapan terima kasih sebanyak-banyaknyakepada semua pihak yang telah

membantubaiksecaralangsungmaupuntidak. Betapapun hebatnya manusia, tak ada

yang bisa melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk

itu perkenankanlah penulis secara khusus dengan rasa hormat dan bangga

menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik, Pembantu Dekan Bidang

Administrasi Umum dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

3. Bapak Rachmat Baihaky, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam (KPI)

4. Ibu Fita Fathurrohmah, M.Siselaku Sekertaris Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam (KPI) danBapak H. Fatoni, S.Sosselakustaf TU yang telah

Page 7: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

vii

membantu penulisdalammengurus segala hal yang berkaitan dengan

administrasi.

5. Bapak Drs. H. HasanudinIbnuHibban, MA, yang dengan sabar

membimbing dan memberiarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komuikasi yang telah

memberikan ilmu, pengalaman, wawasan, dan nasihat yang tak ternilai

harganya. Semoga menjadi amal ibdah yang tak akan terputus.

7. Seluruh staf dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, para staff

perpustakaan fakultas dan perpustakaan utama yang telah memberikan

pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di kampus ini

8. PanitiaujianskripsibapakDrs. Jumroni, M.Si (ketua), ibuFitaFathurrohmah,

M.Si (sekretaris), ibuRubiyanah, MA (penguji 1), danibuUmiMusyarofah,

MA (penguji 2) yang telahbersediameluangkanwaktunyauntukmenguji,

mengoreksi, mengkritisi, dan memberikan arahan pada penulis dalam

rangka menyempurnakan skripsi yang penulissusun.

9. KH. Sofwan Abdul Ghoni dan segenap pengurus pondokpesantren Baitul

Burhan yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

dengan baik

10. Ibunda tercinta, mak Enah yang selalu memberikan do’a, nasihat,

motivasi,dukungan, dan kasih sayang yang tulussehingga penulis bisa

sampai pada titik ini. Salam ta’dzim dari anakmu.

Page 8: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

viii

11. Ayahanda alm. bpk. Sai’ih yang selalu penulis rindukan. Meski tak pernah

melihat wajahnya, tapi cerita tentangnya selalu membawa kebanggaan.

Do’a dan harapanya lah yang mengantarkan penulis sampai di sini.

12. Istriku tercinta Wikoyati, S.Pdyang begitu sabar memberi support,

perhatian,dando’a pada penulis dalam menyelsaikan penulisan skripsi ini.

Juga malaikat kecilku yang saat ini berusia 8 bulan dalam kandungan, tak

sabar rasanya menunggu kehadiranmu.Kalianlah alasan dari semua ini.

13. Keluarga besarku teh Entin, kang Endam, kang Inang, kang Nawi, teh

Yayah. Berkat doa dan dukungannya penulis bisa menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

14. Keluarga besar bapak Wahidin dan Ibu Fauziah. Dini Nasihah, a Wandi,

Syifa Qolbiyah, Aulia Zahrotunnisa, dan Melani Salsabila yang selama ini

selau direpotkan oleh penulis, namun tak pernah henti-hentinya berdo’a

dan memberikan dukunganuntuk kesuksesan penulis. Semoga menjadi

amal shaleh yang akan diganti dengan kebaikan oleh Allah SWT. Penulis

berharap tidak mengecewakannya dan bisa membalas jasa-jasanya.

15. Keluarga besar KPI G angkatan 2009. Terima kasih banyak atas

dukungan, do’a, dan motivasi selama menjalani kuliah di kampus ini.

Kalian adalah pengalaman indah yang tak terlupakan. Semoga ikatan

silaturrahim kita akan tetap terjaga selamanya.

16. Keluarga besar KMIK (Keluarga Mahasiswa Islam Karawang) Jakarta.

yang telah memberikan warna lain selama penulis kuliah dan tinggal di

Ciputat. Semoga tetap jaya dan ikatan kelurga kita akan terus terjalin

meski status memisahkan kita.

Page 9: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

ix

Akhir kata, semoga dukungansemua pihak dalam bentuk apapun

senantiasa dibalas oleh Allah SWT dengan limpahan karunia dan keberkahan-

Nya. Amin Yaa Robbal Aalamiin.

Jakarta, 19 September 2014

Muhammad Edi Abdillah

Page 10: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................................... vi

DAFTAR ISI................................................................................................................... x

BAB IPENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah ......................................................................... 1

B. PembatasandanPerumusanMasalah ...................................................... 5

C. TujuandanManfaatPenelitian ................................................................ 5

D. MetodologiPenelitian ........................................................................... 6

E. TinjauanPustaka ................................................................................... 9

F. SistematikaPenulisan. ........................................................................... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Dakwah ................................................................................................. 12

1. PengertianDakwah ......................................................................... 12

2. RuangLingkupDakwah .................................................................. 16

3. PendekatanDakwah ....................................................................... 17

B. PondokPesantren .................................................................................. 18

1. PengertianPondokPesantren .......................................................... 18

2. SejarahPondokPesantren ............................................................... 19

3. Unsur-UnsurPondokPesantren ...................................................... 21

Page 11: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

xi

4. Jenis-JenisPondokPesantren .......................................................... 22

5. Model Pembelajaran di Pesantren ................................................. 25

BAB III PROFIL AJENGAN SOFWAN ABDUL GHANI DAN PONDOK

PESANTREN BAITUL BURHAN

A. ProfilAjenganSofwan Abdul Ghoni

1. RiwayatHidup ................................................................................ 30

2. RiwayatKeluarga ........................................................................... 36

3. RiwayatPendidikan ........................................................................ 37

B. ProfilPondokPesantrenBaitulBurhan

1. Sejarah ........................................................................................... 40

2. VisidanMisi ................................................................................... 45

3. StrukturKepengurusan ................................................................... 45

4. Sistem Pembagian Kelas ............................................................... 47

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

A. AktifitasTabligh

1. Mengajar di Pesantren ................................................................... 49

2. PengajianBapak-BapakdanIbu-Ibu di Pesantren ........................... 50

3. MengisiPengajianRutinLuarPesantren .......................................... 51

4. CeramahKeagamaan ...................................................................... 51

B. AktifitasPengembanganMasyarakat

1. Usaha Produksi Susu Sari Kedelai Murni ..................................... 52

2. Pertanian ........................................................................................ 54

3. Poskestren ...................................................................................... 55

Page 12: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

xii

C. AktifitasManajemenDakwah

1. MenjadiKetua MUI KecamatanTempuran .................................... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 59

B. Saran ..................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61

LAMPIRAN ......................................................................................................... 63

Page 13: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang khas

dalam sejarah pendidikan Islam di dunia.Pasalnya pondok pesantren

merupakan produk asli bangsa Indonesia dan hanya bisa ditemukan di

Indonesia. Walaupun ada perbedaan pandangan mengenai asal-muasal proses

lahirnya pondok pesantren. Tetapi mayoritas para peneliti, seperti Karel

Steenbrink, Cliffordrd Geerts, dan yang lainya sepakat dengan hal ini1.Senada

dengan pandangan tersebut, Nurcholish Madjid menyatakan bahwa dari segi

historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga

mengandung makna keaslian Indonesia (Indigenous).2

Sebagai institusi pendidikan sekaligus institusi dakwah Islam paling

tua di Indonesia, pesantren memiliki akar sejarah yang jelas.Perintis pertama

yang mengawali berdirinya pondok pesantren dapat ditelusuri dengan jelas,

walaupun ada sedikit pandangan yang berbeda.Namun perbedaan itu tidak

mengurangi apalagi memutus tali sejarah berdirinya pondok pesantren.Dari

beberapa pandangan, nampaknya analisis Lembaga Research Islam

(Pesantren Luhur) bisa dijadikan pedoman.Dikatakan bahwa Maulana Malik

Ibrahim adalah sebagai peletak dasar pertama sendi-sendi berdirinya pondok

pesantren.Adapun Sunan Gunung Djati mendirikan pondok pesantren

1 Amin Haedari, dkk.,Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan

Komplesitas Global (Jakarta: IRD PRESS, 2005), h. 1. 2 Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:

Paramadina, 1997), h. 3.

1

Page 14: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

2

setelahnya.Hal itu dlihat dari selisih masa hidup keduanya yang terpaut ±103

tahun.3Yang dianggap cukup untuk menetukan perbedaan generasi keduanya.

Dari sejarahnya sebagaimana dijelaskan di atas, tentunya menambah

keyakinan kita bahwa pondok pesantren memang produk asli bangsa

Indonesia.Sampai saat ini eksistensinya masih tetap terjaga.Bahkan

mengalami kemajuan yang sangat pesat, melebihi kemajuan sistem

pendidikan modern di tanah air.

Sejalan dengan pesatnya kemajuan dunia dalam semua aspeknya,

menghadirkan tantangan yang cukup berat bagi pondok pesantren.Sebagai

institusi dakwah yang sudah mapan dan sebagai benteng terakhir pertahanan

moral bangsa, pondok pesantren harus mampu berinovasi dalam

pengembangan sistem pendidikan dan mampu beradaptasi dengan kondisi

masyarakat yang ada. Secara otomatis para kyai pimpinan pesantren-lah yang

punya peran sentral dalam melakukan itu. Karena pesantren adalah wujud

nyata dari semangat dakwah yang dibawa oleh mereka.Banyak pondok

pesantren yang gugur dalam menghadapi derasnya perkembangan

zaman.Tetapi tidak sedikit pula pondok pesantren yang mampu bertahan

bahkan menjadi pusat peradaban di wilayahnya.

Tujuan utama didirikannya pondok pesantren adalah Dakwah

Islamiyah.Sejalan dengan semangat kyai yang mendirikannya. Dengan cara

inilah proses transformasi nilai-nilai keislaman selama ini berlangsung.

Sebelum maraknya kegiatan tabligh yang sering kita lihat di layar TV

sekarang ini. Walaupun tidak bisa menyentuh mad’u secara luas, tetapi

3 Mujamil Qomar, PESANTREN: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi (Jakarta: Erlangga), h. 9.

Page 15: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

3

kegiatan dakwah bisa dilakukukan secara komprehensif di

lingkungannya.Karena terlibat langsung dalam aktifitas keseharian

masyarakat sebagai mad’u, bahkan menjadi bagian darinya.

Problematika ummat adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh

paraagen dakwah, tidak hanya sebatas teoritis tetapi juga dalam bentuk-

bentuk lain yang mungkin lebih kompleks.Atas dasar itulah para agen dakwah

dituntut untuk mampu berinovasi dalam melakukan kegiatan dakwahnya. Jika

itu tidak dilakukan, maka tujuan dakwah akan sulit tercapai.

Sebelah utara kota Karawang. Tepatnya di kampung Jarakah desa

Lemahduhur kecamatan Tempuran kabupaten Karawang. Terdapat sebuah

pondok pesantren dengan nama Baitul Burhan yang cukup populer di wilayah

Karawang. Kepopuleran itu tidak lepas dari keberhasilan dalammelakukan

kegiatan dakwahnya. Setidaknya ada beberapa indikasi sederhana yang

menunjukan keberhasilan tersebut diataranya jumlah santri yang banyak dan

stabil, bangunan yang terus berkembang, respon positif masyarakat, dan

dukungan dari para ulama setempat juga aparatur pemerintahan.

Sejauh pengetahuan penulis, ada banyak pondok pesantren di wilayah

ini.Tetapi kebanyakan kondisinya antara hidup dan mati.Paling tidak

beberapa indikasi keberhasilan di atas tidak ditemukan di dalamnya. Hal ini

tentunya menimbulkan pertanyaan besar, mengapa kondisi itu terjadi, apakah

dakwah yang dilakukan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat, ataukah ada

hal lain. tentunya hal ini perlu diteliti lebih jauh lagi.

Page 16: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

4

Al-Qur’an memberikan beberapa gambaran mengenai bagaimana

seharusnya dakwah itu dilakukan. Sebagaimana tercantum dalam surat an-

Nahl ayat 125.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)

Berdasarkan ayat di atas, ada tiga pendekatan dakwah dalam kontek

dakwah bil al lisan.Diantaranya, al-Hikmah, Mau’idzatul Hasanah, dan

Mujadalah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan.Kata hikmah memiliki pengertian yang

sangat luas.Menurut M. Abduh sebagaimana dikutip oleh M. Munir dalam

bukunya yang berjudul Metode Dakwah, kata al-Hikmah dalam ayat di atas

didefinisikan sebagai ilmu yang sahih (benar dan sehat) yang menggerakan

kemauan untuk melakukan sesuatu perrbuatan yang bermanfaat (berguna).

Dalam sumber yang sama disimpulkan bahwa metode dakwah dapat

dikategorikan ke dalam metode dakwah Bil al-Hikmah.Dimana metode

dakwah menggunakan pendekatan yang nyata dalam berdakwah, dengan

memperhatikan kondisi mad’u.4Ini tentu hanya pedoman umum saja. Untuk

bisa mengekspresikannya menjadi kegiatan dakwah yang menarik dan bisa

diterima di masyarakat tentu memerlukan kreatifitas dari setiap agen dakwah..

Berkaitan dengan itu ada hal yang ingin penulis ketahui lebih jauh lagi

yaitu mengenai dakwah dan pendekatannya khusunya yang dipraktekan

4 M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h. 214.

Page 17: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

5

langsung oleh para da’i.Sebagai respon mereka terhadap kondisi masyarakat

sebagai objek dakwahnya (Mad’u). Karenannya dalam penelitian ini penulis

mengangkat judul “DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI

PADA PONDOK PESANTREN BAITUL BURHAN KARAWANG

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian, sehingga menjadi

lebih fokus dan terarah, maka penulis membatasi penelitian ini hanya

pada persoalan dakwahdan pendekatannya yang dilakukan Ajengan

Sofwan Abdul Ghoni pada pondok pesantren Baitul Burhan.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana dakwah Ajengan Sofwan Abdul Ghani di pondok

pesantren Baitul Burhan?

b. Pendekatan apa yang digunakan Ajengan Sofwan Abdul Ghani

dalam melakukan dakwahnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana

dakwah yang dilakukan Ajengan Sofwan Abdul Ghani di pondok

pesantren Baitul Burhan. Selain itu juga untuk mengetahui pendekatan

apa yang digunakannya.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dilihat dari dua aspek.Yaitu aspek

akademis dan aspek praktis. Adapun isi dari keduanya sebagai berikut:

Page 18: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

6

a. Aspek Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

pengetahuan dalam kajian Ilmu Dakwah.Juga sebagai tambahan

referensi bagi peneliti selanjutnya yang memiliki minat dalam

bidang ini.

b. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi,

pengetahuan, masukan, juga pedoman bagi para pimpinan pondok

pesantren khusunya yang ada di wilayah tempat penelitian

berlangsung, Sehingga mampu mengembangkan kegiatan-kegiatan

dakwah yang sudah ada menjadi bentuk-bentuk lain yang lebih

menarik dan relevan dengan kondisi masyarakat sekitar. Bagi

pondok pesantren Baitul Burhan semoga bisa menjadi masukan

dalam upaya meningkatkan kualitas pesantren.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian ini, peneliti menggunakan jenis

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian

deskriptif bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik suatu

gejala atau masalah yang diteliti dan berusaha mendapatkan dan

menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti dan lengkap tanpa banyak

detail yang tidak penting.5

5 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h.28.

Page 19: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

7

Penelitian kualitatif adalah untuk memberikan gambaraan tentang

suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.6 Dalam sumber

lain dikatakan bahwa penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument kunci

dan hasil penelitian lebih menekankan makana daripada

generalisasi.7Karena itulah, peneliti menganggap penggunaan pendekatan

kualitatif dalam penelitian ini cukup sesuai.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah

pimpinan dan pengurus pondok pesantren Baitul Burhan.Sedangkan yang

menjadi objek penelitian adalah dakwah Ajengan Sofwan Abdul Ghani

pada Pondok Pesantren Baitul Burhan.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah suatu cara penelitian untuk memperoleh data

dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis tentang

fenomena yang diselidiki.8 Adapun jenis observasi apa yang akan

digunakan akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Jika

diperlukan, mungkin ketiga jenis observasi akan peneliti gunakan.

Tetapi tetap melalui prosedur tahapan observasi yang sudah

disepakati.Diantaranya observasi deskripsi, reduksi, dan seleksi.9

b. Wawancara

6 Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 35.

7 Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 1.

8 Muhammad Natsir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 234.

9 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 70.

Page 20: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

8

Wawancara adalah salah satu tehnik pengumpulan data dengan

cara bertanya langsung kepada narasumber. Sehingga dengan

wawancara peneliti akan memperoleh data-data yang lebih mendalam

tentang persoalan yang sedang diteliti. Menurut Estemberg (2002)

sebagaimana dikutip oleh prof. Dr. Sugiono dalam “memahami

penelitian kualitatif”, mengemukakan beberapa jenis wawancara,

yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

Berkaitan dengan itu, dalam penelitian ini wawancara semi

terstruktur mungkin akan lebih banyak digunakan. Wawancara semi

terstruktur dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan

wawancara terstruktur.Tujuannya untuk menemukan permasalahan

secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya.10

Narasumber utama wawancara dalam penelitian ini adalah

ajengan Sofwan Abdul Ghoni sebagai pimpinan pondok pesantren

Baitul Burhan.Adapun narasumber lain akan disesuaikan dengan

perkembangan hasil temuan di lapangan dan kebutuhan data dalam

penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan yang telah berlalu.Bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang.11

Cara ini perlu peneliti gunakan, mengingat penelitian ini

berkaitan dengan sebuah institusi dakwah yang sudah cukup lama

10

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 73. 11

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 82.

Page 21: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

9

keberadaannya.Tentunya memiliki catatan-catatan sejarah atau

dokumen-dokumen yang mengiringi perjalanannya. Peneliti berharap,

dengan menggunakan tehnik ini akan memperoleh data-data yang

lebih koprehensif.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kajian pustaka

terlebih dahulu. Dalam kegiatan tersebut ditemukan beberapa karya ilmiah

yang membahas tema yang hampir sama. Peneliti menjadikan karya ilmiah

tersebut sebagai panduan sekaligus pembanding dalam penelitian ini.

Diantara karya ilmiah tersebut adalah:

- Skripsi dengan judul “Aktifitas Dakwah K.H. Ahmad Syahid” oleh Nurul

Fachri tahun 2012.

Karya ilmiah di atas memiliki kesamaan dalam hal objek penelitian yaitu

“Dakwah” namun subjek penelitiannya berbeda. Selain itu, fokus

pembahasan atau penekanannya pun tidak sama.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan, maka perlu dibuat sistematika

penulisan. Dalam kesempatan ini peneliti membuat sistematika penulisan

yang terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan

penyusunan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

Page 22: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

10

manfaat penelitian, tinjauan Pustaka, metodologi Penelitian, dan

sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab iiakanmembahas mengenai penjelasan secara teoritis

dari konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini misalnya

mengenai pengertian dakwah, ruang lingkupdakwah, pendekatan

dakwah, pengertian pondok pesantren, sejarah pondok pesantren,

Jenis-Jenis Pondok Pesantren, unsur-unsur pondok pesantren dan

model pengajaran di pesaantren.

BAB III PROFIL AJENGAN SOFWAN ABDUL GHANI DAN

PONDOK PESANTREN BAITUL BURHAN

Pada bab iii penulis akan membahas mengenai profil

ajengan Sofwan Abdul Ghoni yang di dalamnya mencakup riwayat

hidup, riwayat keluarga, dan riwayat pendidikan. Selain itu juga

akan dibahas mengenai profil pondok pesantren Baitul

Burhankhususnya mengenai sejarah berdirinya, visi dan misi,

struktur kepengurusan, dan system pengajaran.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DAKWAH AJENGAN SOFWAN

ABDUL GHANI PADA PONDOK PESANTREN BAITUL

BURHAN KARAWANG

Dalam bab ini akan dibahas mengenai temuan-temuan dan

analisis mengenai dakwah yyang dilakukan oleh ajengan Sofwan

Abdul Ghoni pada pondok pesantren Baitul Burhan meliputi

kegiatan tabligh, pengembangan masyarakat, dan manajemen

Page 23: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

11

dakwah. selain itu akan dibahas juga mengenai pendekatan yang

digunakan Ajengan Sofwan Abdul Ghani dalam melakukan

dakwahnya

BAB V PENUTUP

Dalam ban penutup penulis akan membahas kesimpulan

dari hasil penelitian secara keseluruhan. Tentunya yang

berhubungan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.

Selanjutnya akan ditulis saran-saran baik kepada peneliti yang

minat di bidang ini maupun lembaga-lembaga terkait khususnya

pondok pesantren Baitul Burhan.

Page 24: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Dalam bahasa arab kata “Dakwah” berarti panggilan, ajakan,

seruan, atau undangan.1 Diambil dari kata دعوة -يدعو -دعا , yang secara

lughawi (etimologi) memiliki kesamaan makna dengan kata al nida

( النداء) yang berarti menyeru atau memanggil.2

“Ketika menjelaskan istilah tersebut, pakar bahasa Ibn Manzur

menyebutkan beberapa arti yang terkandung seperti berikut: Pertama,

meminta pertolongan ( االستغاثة) seperti ucapan seseorang ketika bertemu

musuhnya dalam keadaan sendirian fad’u al-muslimin yang menurut Ibn

Manzur dapat disamakan dengan, istaghitsu al-muslimin (minta tolonglah

pada muslimun). Kedua, menghambakan diri (Ibadah), baik kepada Allah

SWT. Maupun kepada selain Allah SWT. Seperti dalam firman-Nya (QS.

al-A’raf/7: 194). Ketiga, memanjatkan permohonan kepada Allah SWT.

(berdoa), seperti dalam firman-Nya (QS. al-Baqarah/2: 168). Keempat,

persaksian Islam (Syahadat al-Islam), seperti surat Nabi Muhammad

SAW. Kepada Heraklius “…..أدعوك بدعاية اإلسال م ” (aku memanggil kamu

dengan persaksian Islam). Kelima, memanggil atau mengundang (al-nida).

Seperti dalam firman Allah SWT. (QS. al-Ahzab/33: 46). Senada dengan

Ibn Manzur, pakar al-Qur’an kenamaan al-Asfihany menyebutkan adanya

1 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Widjaya, 1985), cet. Ke-4, h. 1.

2 A. Ilyas Ismail dan Prio Hotman, FILSAFAT DAKWAH: Rekayasa Membangun Agama

dan Peradaban Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 27.

12

Page 25: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

13

kesamaan data al-du’a dengan al-nida yang berarti memanggil namun

dengan argument yang berbeda. Kesimpulan ini oleh al-Asfahany

didasarkan atas firman Allah SWT.

Janganlah kamu memanggil Rasul sebagai panggilan sesama kamu

saja. Sesungguhnya Tuhan mengetahui orang yang keluar bersembunyi-

sembunyi di antara kamu sambil diam-diam. Maka hendaklah orang-

orang yang melanggar ketentuan Rasul itu awas menjaga supaya jangan

ditimpakan Tuhan kepada mereka ujian ataupun ditimpa mereka oleh azab

siksa yang pedih(QS. an-Nur/24: 63).

Islam disebut sebagai agama dakwah (din al-da’wah), karena ia

mengajak orang agar berkenan mengikuti seruannya.”3

Secara terminologi banyak para ahli yang memberikan definisi

dakwah. Diantaranya sebagai berikut:

1) Menurut Toha Yahya Qomar

Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada

jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan

kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.4

2) Menurut Jumu’ah Amin Abdul Aziz

Dakwah adalah menyeru manusia kepada Islam yang hanif

dengan keutuhan dan keuniversalanya, dengan syi’ar-syi’ar dan

syariatnya, dengan akidah dan kemuliaan akhlaknya, dengan metode

3 Ismail dan Hotman, Filsafat Dakwah, h. 8.

4 Omar, Ilmu Dakwah, h. 1

Page 26: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

14

dakwahnya yang bijaksana dan sarana-sarananya yang unik, serta cara-

cara penyampaiannya yang benar.5

3) Menurut M.Quraish Shihab

Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha

mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik

terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan

sekedar usaha penigkatan pemahaman dalam tingkah laku dan

pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.

Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju

kepada pelaksanaan ajaran Islam secara menyeluruh dalam berbagai

aspek kehidupan.6

4) Samsul Munir Amin

Dakwah adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar dalam

rangka menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada orang lain

agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan menjalankannya

dengan baik dalam kehidupan individual maupun bermasyarakat untuk

mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di akhirat,

dengan menggunakan media dan cara-cara tertentu.7

5) Tarmizi Taher

Dakwah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau kelompok

orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran Islam ke

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini dakwah dapat

5 Jumu’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah (Solo: PT. Era Adicitra Intermedia, 2011),

h.64. 6 M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1997), h. 194.

7 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 5.

Page 27: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

15

dimaknai sebagai sarana pembangunan kualitas sumber daya manusia

(SDM), pengetasan kemiskinan, memerangi kebodohan dan

keterbelakangan, serta mewujudkan agenda pembebasan.8

6) Syekh Ali Mahfuz

Mengartikan dakwah dengan mengajak manusia kepada kebaikan

dan petunjuk Allah SWT. Menyeru mereka kepada kebiasaan yang

baik dan melarang mereka dari kebiasaan buruk supaya mendapatkan

keberuntungan di dunia dan akhirat.9

7) Letjend. H. Soedirman

Mendefinisikan dakwah sebagai usaha untuk merealisasikan

ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari baik kehidupan

seseorang, maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata

hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan ummat, untuk

memperoleh keridhoan Allah SWT.10

Meskipun terdapat perbedaan redaksi dalam mendefinisikan

dakwah. Tetapi ada kesimpulan-kesimpulan yang bisa diambil dari

definisi-definisi di atas.

Pertama, bahwa dakwah merupakan proses penyelenggaraan

suatu usaha atau aktifitas yang dilakukan secara sadar dan disengaja.

Kedua, dasar dakwah adalah mengajak manusia kepada ajaran Allah

AWT. Demi kemaslahatan baik secara individual maupun sosial

kemasyarakatan. Ketiga, bahwa pada dasarnya kewajiban dakwah

8Nurul Badru Tamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher (Jakarta: Grafindo Khazanah

Ilmu, 2005), h. 96. 9 Ismail dan Hotman, FILSAFAT DAKWAH, h. 28.

10 Hasanudin, Manajemen Dakwah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005). Cet. I, h.41.

Page 28: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

16

adalah menyampaikan yang benar (ajaran Islam) dan mencegah hal-hal

yang bersifat munkar (niat, sifat, dan tingkah laku). Keempat, bahwa

proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai

tujuan tertentu, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di

akhirat serta keridhoan Allah SWT. Kelima, untuk mencapai semua itu,

maka dalam dakwah terdapat upaya mempengaruhi orang lain agar

mau “menganut, menyetujui, dan melaksanakan suatu ideologi,

pendapat, atau pekerjaan tertentu.”11

Secara garis besar, ada dua pengertian yang selama ini hidup

dalam pemikiran dakwah. Pertama, bahwa dakwah diberi pengertian

tabligh/penyiaran/penerangan agama. Kedua. Bahwa dakwah diberi

pengertian semua usaha merealisir ajaran Islam dalam semua segi

kehidupan manusia, baik lahir maupun batin.12

Berdasarkan semua uraian di atas, nampaknya pengertian yang

kedua lebih representatif untuk menjelaskan mengenai dakwah.

Sedangkan pengertian yang pertama merupakan salah satu bagian di

dalamnya. Kesimpulannya dakwah mempunyai bentuk dan pengertian

yang lebih luas dari sekedar tabligh atau penyiaran (bil al-Lisan).

2. Ruang Lingkup Dakwah

Berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas mengenai dakwah,

memungkinkan adanya bentuk-bentuk dakwah yang variatif yang

dilakukan oleh para agen dakwah (Da’i). Tentunya sesuai dengan

keyakinan dan pemahaman yang dimilikinya. Namun secara umum

11

Hasanudin, Manajemen Dakwah, h. 42. 12

Hasanudin, Manajemen Dakwah, h. 42.

Page 29: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

17

dakwah dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk. Pertama, kegiatan Tabligh

(dakwah bil al-lisan). Kegiatan pokoknya adalah sosialisasi, internalisasi,

dan eksternalisasi ajaran Islam. Kedua, kegiatan pengembangan

masyarakat, kegiatan pokoknya meliputi transformasi dan pelembagaan

ajaran Islam ke dalam realitas Islam (khairu ummah). Ketiga, kegiatan

manajemen dakwah. kegiatan pokoknya meliputi penyusunan kebijakan,

perencanaan program, pengorganisasian program, monitoring, dan

evaluasi dakwah.13

3. Pendekatan Dakwah

a. Pendekatan Kultural

Adalah aktivitas dakwah yang menekankan pendekatan Islam

kultural. Islam kultural adalah salah satu pendekatan yang berusaha

meninjau kembali kaitan doktrin yang formal antara Islam dan politik

atau Islam dan Negara.14

b. Pendekatan struktural

Gerakan dakwah yang berada dalam kekuasaan. Aktivis dakwah

struktural yang bergerak mendakwahkan ajaran Islam dengan

memanfaatkan struktur sosial, politik, maupun ekonomi yang ada guna

menjadikan Islam menjadi ideology negara, nilai-nilai Islam

mengejawantah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.15

13

Hasanudin, Manajemen Dakwah, h. 51-52. 14

Samsul munir amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009),h.161. 15

Samsul munir amin, Ilmu Dakwah, h.162.

Page 30: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

18

B. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Kata pondok (kamar, gubuk, rumah kecil) dipakai dalam bahasa

Indonesia dengan menekankan kesederhanaan bangunan. Mungkin juga

“pndok” diturunkan dari kata Arab “funduk” (ruang tidur, wisma, hotel

sederhana).16

Kata pesantren yang terdiri dari kata asal “santri” awalan “pe” dan

akhiran “an”, yang menentukan tempat, jadi berarti “tempat para santri”.

Kadang-kadang ikatan kata “sant” (manusia baik) dihubungkan dengan

suku kata “tra” (suka menolong)”, sehingga kata pesantren dapat berarti

“tempat pendidikan manusia baik-baik”.17

Mengenai istilah “santri” menurut Nurcholish Madjid setidaknya ada

dua pendapat yang bisa kita jadikan acuan. Pertama, pendapat yang

menyatakan bahwa “santri” itu berasal dari kata “sastri” sebuah kata dari

bahasa sansekerta, yang artinya “melek huruf”. Kedua, pendapat yang

mengatakan bahwa “santri” berasal dari bahasa Jawa, persisnya dari kata

cantrik, yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru ke

mana guru ini pergi menetap.18

Tetapi dalam pendapat lain disebutkan bahwa istilah santri sendiri

berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. C.C Berg meyatakan

bahwa akar kata santri berasal dari shastri bahasa India yang berarti orang

yang tahu buku-buku Agama Hindu. Kata shastri sendiri berasal dari

16

Manfred Ziemek, Pesantren dalam Pembahasan Sosial (Jakarta: P3M, 1986), h. 98. 17

Ziemek, Pesantren dalam Pembahasan Sosial, h. 99. 18

Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, h. 19.

Page 31: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

19

shastra yang berarti buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang

ilmu pengetahuan.19

Dalam pemakaian sehari-hari, istilah pesantren bisa disebut dengan

pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren.

Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna yang sama, kecuali

sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi penginapan santri sehari-hari

dapat dipandang sebagai pembeda antara pondok dan pesantren.20

2. Sejarah Pondok Pesantren

Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna

keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia

(Indigenous).21

Sebagai model pendidikan yang memiliki karakter khusus

dalam perspektif wacana pendidikan nasional sekarang ini, sistem pondok

pesantren telah mmengundang spekulasi yang bermacam-macam. Minimal

ada tujuh teori yang mengungkapkan spekulasi tersebut. Teoripertama

menyebutkan bahwa pondok pesantren merupakan bentuk tiruan atau

adaptasi terhadap pendidikan hindu dan budha sebelum Islam datang ke

Indonesia. Teori kedua, mengklaim berasal dari India. Teori ketiga,

menyatakan bahwa model pendidikan pondok pesantren ditemukan di

Baghdad. Teori keempat, bersumber dari perpaduan Hindu-Budha (pra

muslim di Indonesia dan India. Teori kelima, mengungkapkan dari

kebudayaan Hindu-Budha dan Arab. Teori keenam, menegaskan dari India

19

Habibullah Bahwi, “Peran Intelektual Pesantren Indonesia dan Hauzah Iran,” artikel

diakses pada 6 Desember 2013

darihttp://citation.itb.ac.id/pdf/JURNAL/KARSA,JurnalSosialdanBudayaKeislaman/Vol%2020,%

20No%201%20(2012)/128-131-1-PB.pdf 20

Qomar, PESANTREN, h. 1. 21

Madjid, Bilik-BilikPesantren, h. 3.

Page 32: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

20

dan orang Islam Indonesia. Teori ketujuh, menilai dari India, Timur

Tengah dan tradisi lokal yang lebih tua.22

Agaknya pesantren terbentuk atas pengaruh India, Arab, dan tradisi

Indonesia sebagaimana dimaksudkan teori terakhir. Ketiga tempat ini

merupakan arus utama dalam mempengaruhi tebentuknya sistem

pendidikan pesantren. Arab sebagai tempat kelahiran Islam mengilhami

segala bentuk pengajaran dan pendidikan Islam. India minimal menjadi

daerah transit para penyebar Islam masa awal. Sedang Indonesia saat

kehadiran pesantren didominasi Hindu-Budha dijadikan pertimbangan

dalam membangun sistem pesantren sebagai bentuk akulturasi

(acculturation) atau kontak budaya (culture contact).23

Hal ini diperkuat

oleh pernyataan Nurcholish Madjid yang mengatakan bahwa lembaga

yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak pada masa

kekuasaan Hindu-Buddha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan

mengIslamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini tidak

mengecilkan peranan Islam dalam memelopori pendidikan di Indonesia.24

Dikalangan para ahli sejarah terdapat perselisihan pendapat dalam

menyebutkan pendiri pesantren pertama kali. Sebagian mereka

menyebutkan Syaikh Maulana Malik Ibrahim, atau yang dikenal dengan

Syaikh Maghribi dari Gujarat India sebagai pendiri atau pencipta pondok

pesantren yang pertama di Jawa. Namun menurut S.M.N. A-attas

Maulana Malik Ibrahim itu oleh para ahli dikenal sebagai penyebar Islam

pertama di Jawa, yang mengIslamkan wilayah-wilayah pesisir utara Jawa,

22

Qomar, PESANTREN, h. 1o 23

Qomar, PESANTREN, h. 1o. 24

Majid, Bilik-Bilik Pesantren, h. 3

Page 33: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

21

bahkan berkali-kali mencoba menyadarkan raja Hindu-Budha Majapahit,

Vikramavardhana (berkuasa 788-833/1386-1429 agar sudi masuk Islam.

Akan tetapi mengingat pesantren yang dirintis Maulana Malik Ibrahim itu

belum jelas sistemnya, maka keberadaan pesantrennya masih dianggap

spekulatif. Mengenai teka-teki siapa pendiri pesantren pertama kali di

Jawa khususnya, agaknya analisis lembaga research Islam (pesantren luhur

cukup cermat dan dapat dijadikan pedoman. Dikatakan bahwa Maulana

Malik Ibrahim sebagai peletak dasar pertama sendi-sendi berdirinya

pesantren, sedang Raden Rahmatullah (Sunan Ampel) sebagai wali

pembina pertama di Jawa Timur. Ia juga mendirikan pusat pendidikan dan

pengajaran yang kemudian disebut dengan pesantren Kembang Kuning

Surabaya.25

3. Unsur-Unsur Pondok Pesantren

Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren berawal dari

beberapa elemen dasar yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen

pesantren, antara satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kelima

elemen atau unsur tersebut meliputi:

a. Kyai

b. Santri

c. Pondok

d. Masjid

25

Qomar, PESANTREN, h. 9.

Page 34: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

22

e. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau yang sering disebut

dengan kitab kuning.26

Senanda dengan pendapat di atas, Ziemek menyebutkan bahwa

unsur-unsur pesantren yang tersebar luas di Indonesia diantaranya:

a. Kyai sebagai pendiri

b. Santri

c. Masjid atau Langgar

d. Asrama untuk pelajar serta ruangan-ruangan belajar.27

4. Jenis-Jenis Pondok Pesantren

Pesantren terbentuk dari hasil usaha mandiri kyai dengan dibantu

santri dan masyarakat sekitar, sehingga memiliki berbagai bentuk. Setiap

pesantren memiliki ciri khusus akibat perbedaan selera kyai dan keadaan

sosial budaya maupun sosial geografis yang mengelilinginya.28

Kemunculan pesantren memang sangat tergantung pada figur

seorang kyai sebagai pendirinya. Tanpa kyai, siklus pesantren akan

terputus dan akan berjalan timpang, atau bisa saja buyar. Karenanya, kyai

menjadi sosok sentral yang paling diagungkan di lingkungan pesantren.

Posisinya yang demikian tinggi itu memaksa lembaga ini harus tunduk dan

patuh sepenuhnya di bawah kehendak sang kyai, karena otoritas

sepenuhnya berada dalam genggamannya. Maka dari itu, jatuh bangunnya

sebuah pesantren sangatlah tergantung pada kuat tidaknya seorang kyai

memikul beban lembaganya. Karena porsi ketergantungannya pada sosok

26

Amin Haedari, Masa depan pesantren dalam tantangan modernitas dan tantangan

komplesitas global (Jakarta: IRD PRESS, 2004), cet. I. h. 25. 27

Ziemek,Pesantren dalam Pembahasan Sosial,h. 100. 28

Qomar, Pesantren, h. 16.

Page 35: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

23

kyai begitu tinggi, maka gerak lajunya pun tak jarang tersendat oleh

kehendak para kyai. Kondisi inilah yang menjadikan lembaga ini terkesan

lamban dalam merespons perkembangan situasi global. Kalau karakter

kyainya tertutup, maka dapat dipastikan lembaga pesantren yang

diasuhnya juga akan tertutup. Jadi, seperti apapun bentuk pesantren yang

kita saksikan sekarang ini tidak bisa lepas dari hasil perjuangan para kyai.

Format dan sistem apapun yang akan dikembangkan di dalamnya adalah

konsep utuh dari seorang kyai selaku pendirinya.29

Perbedaan corak antar pesantren merupakan hal yang niscaya.

Karena setiap kyai mempunyai latar belakang pendidikan dan selera yang

berbeda. Pengklasifikasian pesantren bisa dilihat dari berbagai perspektif,

diantaranya:

1) Keterbukaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

a. Pesantren Salafi

Jenis pesantren ini tetap mengajarkan pengajaran kitab-

kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya. Penerapan

sistem madrasah untuk memudahkan sistem sorogan yang

dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama,

tanpa mengajarkan pengetahuan umum.

b. Pesantren Khalafi

Jenis pesantren ini telah memasukana pelajaran-

pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang

29

Habibullah Bahwi, Peran Intelektual Pesantren Indonesia dan Hauzah Iran.

Page 36: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

24

dikembangkan atau membuka tipe-tipe sekolah umum di

lingkungan pesantren.

2) Jumlah Santri

a. Pesantren Kecil

biasanya mempunyai santri dibawah seribu dan

pengaruhnya terbatas pada tingkatan kabupaten.

b. Pesantren Menengah

Biasanya mempunyai seribu sampai dua ribu santri,

yang memiliki pengaruh dan menarik santri-santri dari

berbagai kabupaten.

c. Pesantren Besar

Biasanya memiliki lebih dari dua ribu yang berasal dari

berbagai kabupaten dan propinsi.

3) Sistem Pendidikan

a. Memiliki santri yang belajar dan tinggal bersama kyai,

kurikulum tergantung kyai, dan pengajaran secara individual.

b. Memilik madrasah,kurikulum tertentu, pengajaran bersifat

aplikasi, kyai memberikan pengajaran secara umum dalam

waktu tertentu, santri bertempat tinggal di asrama untuk

mengetahui pelajaran agama dan umum.

c. Hanya berupa asrama, santri belajar di sekolah, madrasah,

bahkan perguruan tinggi umum atau agama di luar, kyai

sebagai pengawas dan Pembina mental.

4) Berdasarkan Spesifikasi Keilmuan

Page 37: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

25

a. Pesantren Alat (mengutamakan penguasaan gramatika bahasa

Arab)

b. Pesantren Fiqih

c. Pesantren Qira’ah

d. Pesantren Tasawuf

5) Jenis Santri

a. Pesantren Khusus Anak

b. Pesantren Khusus Orang Tua

c. Dan pesantren Mahasiswa.30

5. Model Pengajaran di Pesaantren

Pada kebanyakan pesantren salafi (tradisional), metode klasik

kegiatan belajar mengajarnya terdiri dari dua bentuk, yakni 1) Sorogan,

dan 2) Bandungan (Sunda; di Jawa dikenal dengan istilah bandongan

atau wetonan). Sistem sorogan disebut pula dengan sistem individual

(individual learning). Sedangkan, sistem bandungan (bandongan atau

wetonan) disebut pula dengan sistem kolektif (collectival Learning atau

together learning).

1) Sistem Sorogan

Sistem sorogan adalah sistem membaca kitab secara individul,

atau seorang murid nyorog (menghadap guru sendiri-sendiri) untuk

dibacakan (diajarkan) oleh gurunya beberapa bagian dari kitab yang

dipelajarinya, kemudian sang murid menirukannya berulang kali. Pada

prakteknya, seorang murid mendatangi guru yang akan membacakan

30

Qomar, Pesantren, h. 16-18.

Page 38: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

26

kitab-kitab berbahasa Arab dan menerjemahkannya ke dalam bahasa

ibunya (misalnya: Sunda atau Jawa). Pada gilirannya murid mengulangi

dan menerjemahkannya kata demi kata (word by word) sepersis

mungkin seperti apa yang diungkapkan oleh gurunya.

Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid-

murid yang telah menguasai pembacaan al-Qur’án. Dalam sistem

tersebut, murid diwajibkan menguasai cara pembacaan dan terjemahan

secara tepat, dan hanya boleh menerima tambahan pelajaran bila telah

berulang-ulang mendalami pelajaran sebelumnya. Sistem sorogan inilah

yang dianggap fase yang tersulit dari sistem keseluruhan pengajaran

pesantren, karena di sana menuntut kesabaran kerajinan, ketaatan dan

disiplin pribadi dari sang murid sendiri. Murid seharusnya sudah

paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan

selanjutnya di pesantren. Sistem sorogan juga digunakan di pondok

pesantren tetapi biasanya hanya untuk santri baru yang memerlukan

bantuan individual.

2) Sistem Bandungan

Bandungan berasal dari kata ngabandungan yang berarti

"memperhatikan" secara seksama atau "menyimak". Bandungan

merupakan metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren.

Kebanyakan pesantren, terutama pesantren-pesantren besar

menyelenggarakan bermacam-macam kelas bandungan

atauhalaqohuntuk mengajarkan mulai kitab-kitab elementer sampai

tingkat tinggi,

Page 39: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

27

Sistem bandungan adalah sistem transfer keilmuan atau proses

belajar mengajar yang ada di pesantren salaf di mana kyai atau ustad

membacakan kitab, menerjemah dan menerangkan. Sedangkan santri

atau murid mendengarkan, menyimak dan mencatat apa yang

disampaikan oleh kyai. Dalam sistem ini, sekelompok murid

mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan

menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas

dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang artinya sekelompok

siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru. Penyelenggaraan

kelas bandungan dapat pula dimungkinkan oleh suatu sistem yang

berkembang di pesantren di mana kyai seringkali memerintahkan santri-

santri senior untuk mengajar dalam halaqah. Santri senior yang

mengajar ini mendapat titel ustad (guru).

Sistem bandungan (bandongan atau wetonan) dibangun di atas

filosofis, bahwa 1) pendidikan yang dilakukan secara berjamaah akan

mendapatkan pahala dan berkah lebih banyak dibandingkan secara

individual, 2) pendidikan pesantren merupakan upaya menyerap ilmu

dan barokah sebanyak-banyaknya, sedangkan budaya "pasif" (diam dan

mendengar) adalah sistem yang efektif dan kondusif untuk memperolah

pengetahuan tersebut. 3) pertanyaan, penambahan, dan kritik dari sang

murid pada kyai merupakan hal yang tidak biasa atau tabu, agar tidak

dianggap sebagai tindakan su' al-adab (berakhlak yang tidak baik).31

31

Dadan Rusmana, “Sorogan dan Bandungan: Sistem Klasik Pendidikan di Pesantren” artikel diakses pada 23 Agustus 2013 dari http://dadanrusmana.blogspot.com/2012/05/sorogan-dan-bandungan-sistem-klasik.html

Page 40: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

28

Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500)

mendengarkan seorang Guru atau Kyai yang membaca,

menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku

Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan buku atau

kitabnya sendiri dan membuatcatatan-catatan (baik arti maupun

keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Kelompok

kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang artinya lingkaran

murid, atau sekelompok santri yang belajar di bawah bimbingan

seorang guru. Metode pengajaran bandungan ini adalah metode

bebas, sebab tidak ada absensi santri, dan tidak ada pula sistem

kenaikan kelas. Santri yang sudah menamatkan sebuah kitab boleh

langsung menyambung ke kitab lain yang lebih tinggi dan lebih besar.

Ada dua macam bentuk materi kitab kuning, yaitu (1)

Bentuk nadzm, yang ditulis dalam ritme syair (2) Bentuk essai (natsr)

uraian-uraian masalah. Bentuk yang kedua sering merupakan komentar

terhadap matn (original text), baik yang berupa essai (natsr) maupun

nadzm, seperti kitab syarh (commentaries) Ibnu 'Aqil terhadap Alfiah,

oleh Ibnu Malik, atau berupa essai yang diikuti oleh syawahid (bukti-

bukti teoritis) yang ditulis dalam bentuknadzm, atau tanpa keduanya.

Dalam mengajarkan kitab yang di dalamnya adanadzm, baik yang

berfungsi sebagai matn ataupun syawahid, Kyai ataupun Guru

menyuruh santri menghafalkan nadzm-nadzm yang ada, kemudian

melafalkan tanpa membaca bersama-sama dengan lagu sesuai

Page 41: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

29

dengan bahr (aturan nada dan ritme syair Arab) yang ada setiap kali

pengajian akan dilanjutkan.

3) Sistem Musyawarah atau Munadzarah

Pada beberapa pesantren salafiyah yang besar berkembang pula

sistem musyawarah atau munadzarah. Para asatidz (guru-guru) ini

dapat dikelompokkan ke dalam kelompok yunior (ustad muda), dan

yang senior, mereka menjadi anggota kelas musyawarah. Satu dua ustad

senior yang sudah matang dengan mengajarkan kitab-kitab besar akan

memperoleh gelar kyai muda. Dalam kelas musyawarah sistem

pembelajaran berbeda dengan sistem bandongan atau sorogan. Di sini

para santri harus mempelajari sendiri kitab-kitab yang ditunjuk. Kyai

memimpin sendiri kelas musyawarah seperti dalam forum seminar dan

terkadang lebih banyak dalam bentuk tanya jawab, biasanya hampir

seluruhnya diselenggarakan dalam wacana kitab klasik. Wahana

tersebut merupakan latihan bagi santri untuk menguji keterampilan

dalam menyadap sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab Islam

klasik.32

32 Dadan Rusmana, “Sorogan dan Bandungan: Sistem Klasik Pendidikan di Pesantren”

artikel diakses pada 23 Agustus 2013 dari http://dadanrusmana.blogspot.com/2012/05/sorogan-

dan-bandungan-sistem-klasik.html

Page 42: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

BAB III

PROFIL AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI

DAN PONDOK PESANTREN BAITUL BURHAN

A. Profil Ajengan Sofwan Abdul Ghoni

1. Riwayat Hidup

Ajengan Sofwan Abdul Ghoni atau lebih dikenal dengan sebutan

Ajengan Wawan beliau dilahirkan pada hari Rabu tanggal 5 September

1973 atau dalam penanggalan Hijriyah bertepatan dengan tanggal 7

Sya`ban 1393 H. di kampung Tegal Jati desa Cibogo Hilir kecamatan

Plered kabupaten Purwakarta. Beliau dididik dan dibesarkan dilingkungan

pesantren. Ayahnya adalah seorang ulama sekaligus pengasuh pondok

pesantren Miftahul Huda Al-Burhani Plered Purwakarta. Perjalanan hidup

beliau selalu diwarnai dengan ujian, perjuangan dan pengorbanan. Seperti

lautan yang tak pernah sepi dari hembusan angin dan ombak. Meskipun

putra seorang kyai dan menurut silsilah keluarga beliau adalah keturunan

darah biru, tetapi kehidupannya sangat sederhana. Kesederhanaan itu

terlihat dari sikap dan prilaku kesehariannya. Dalam menu makan saja,

Ajengan Sofwan Abdul Ghoni kecil bersama keluarganya tak jauh dari

ikan asin.1

Ayahnya bukanlah seorang ulama yang punya banyak harta, meski

demikian dia seorang yang sangat dermawan dan selalu mengajarkan

anak-anaknya untuk berderma. Ajaran itulah yang tertanam dalam diri KH.

Sofwan Abdul Ghani sampai sekarang. Tinggal di lingkungan pesantren

1 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang, 06 Juni 2014

30

Page 43: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

31

membuatnya terbiasa hidup disiplin, terutama dalam hal ibadah. Tidak

banyak waktu yang beliau gunakan untuk bermain-main seperti anak-anak

kecil lain. Hidup dalam keluarga yang sederhana tidak membuatnya

minder atau mengeluh, melainkan beliau sikapi itu dengan penuh

keikhlasan. Sejak masuk SD beliau sudah mulai membantu ibunya

berjualan es mambo, es yang cukup populer saat itu. Sepulang sekolah

beliau menggembala domba. Pernah suatu ketika saat beliau sedang

menggembala domba, biasanya domba-domba itu diikat pada sebuah

pohon. Tiba-tiba tali itu lepas dan domba yang digembalanya berlarian.

Saat mencoba mengejar, tali itu menjerat kakinya sampai beliau terjatuh

dan terluka di bagian paha. Sudah lebih dari 36 tahun kejadian itu terjadi,

bekas luka itu masih ada dan beliau menjadikan itu sebagai pengingat

kenangan masa kecilnya dulu.

Saat duduk di kelas tiga SD beliau pindah ke kota Plered tinggal

bersama kakaknya. Disana betul-betul dilatih hidup disiplin, mandiri, dan

kerja keras. Bangun tidur jam empat pagi karena harus mengisi bak mandi

sampai penuh, maklum pada waktu itu belum ada mesin pompa air jadi

masih manual menggunakan ember yang diikat dengan tali dan ditarik

melalui katrol. Kegiatan itu dilakukan sampai waktu subuh tiba. Pagi-pagi

sebelum berangkat ke sekolah beliau ke pasar terlebih dahulu untuk

membantu kakaknya membuka toko. Setelah semua selesai baru kemudian

berangkat ke sekolah dengan jalan kaki padahal jarak dari toko kakaknya

ke sekolah hampir 4 km. Pulang sekolah langsung ke pasar lagi untuk

membantu kakaknya di toko sampai Maghrib dan malam harinya beliau

Page 44: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

32

harus mengaji sampai jam sembilan malam. Rutinitas seperti itulah yang

beliau jalani selama enam tahun, dari kelas tiga SD sampai lulus SMP.

Setelah enam tahun tinggal di kota Plered Purwakarta bersama

kakaknya, beliau kembali ke rumah. Karena pada saat itu KH. Burhanudin

kondisinya sudah mulai sakit-sakitan dan beliau harus membantu ibunya.

Sempat bersekolah di sekolah kesehatan, karena beliau anak yang cerdas,

ada salah satu mantri yang bersimpati dan mau membiayai sekolahnya.

Namun baru satu tahun sekolah beliau keluar. Keputusan itu bukan tanpa

sebab, ia melihat di sekolah puluhan bahkan ratusan calon mantri yang

siap dicetak dan kebanyakan dari mereka adalah anak mantri. Dalam hati

kecilnya bertanya, “ kalau calon mantri sudah sangat banyak, lalu siapa

yang akan menjadi ulama kalau anak kyainya juga jadi mantri?”. Sejak

saat itulah meskipun usianya masih remaja beliau mengambil keputusan

yang cukup berani dengan keluar dari sekolah dan meminta izin kepada

ayahnya untuk menempuh jalur pedidikan pesantren.

Tidak lama setelah niatan itu diutarakan, KH. Burhanudin wafat.

Kejadian itu membuat beliau sangat terpukul dan merasa sangat sedih,

tetapi karena itu juga semangat dan tekat beliau untuk sungguh-sungguh

belajar ilmu agama di pesantren semakin kuat. Tepat setelah 40 hari

ayahnya wafat beliau berangkat ke pesantren. Pesantren yang pertama

yaitu pondok pesantren Baitul Hikmah Tasik Malaya pimpinan KH.

Saefuddin Zuhri.

Kemampuan ilmu nahwu dan sorof sebagai ilmu dasar yang wajib

dikuasai untuk memahami kitab-kitab klasik atau bahasa Arab secara

Page 45: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

33

umum beliau dapatkan di sini. Sehingga kemudian pesantren inilah yang

menjadi stereotype bagi pesantren Baitul Burhan yang beliau dirikan.

Beliau terkenal dengan kecerdasan dan kemampuan menghafalnya.

Sehingga dalam dalam kurun waktu empat tahun, beliau sudah menguasai

ilmu-ilmu yang dipelajarinya secara mendalam dan itu mendapatkan

legitimasi dari KH. Saefuddin Zuhri sebagai pimpinan pesantren. Selain

tempat menimba ilmu, di sinilah beliau memperoleh prinsip-prinsip hidup

yang beliau pegang teguh. beliau juga sempat menimba ilmu dibeberapa

pesantren sebelum akhirnya mukim (menetap di rumah dan mengajar santri

di pesantren ayahnya). Kegigihan, Ketulusan, kejujuran, dan sekaligus

wibawa KH. Saefuddin Zuhri beliau warisi. Terbukti ketika beliau sudah

mukim beliau sangat disegani dan di hormati oleh santri dan pengurus

pesantren. Hal itulah yang kemudian memunculkan kecemburuan sosial

dikalangan pimpinan pesantren yang notabene adalah saudaranya sendiri.2

Untuk menghindari konfilik keluarga dan untuk menjaga

kemaslahatan, akhirnya beliau mengalah sehingga pada tanggal 17 Rojab

1420 H. 26 Oktober 1999 M. Beliau hijrah ke Karawang. Sebetulnya

masalah utamanya adalah karena adanya perbedaan pandangan mengenai

konsep pendidikan pesantren yang ingin diterapkan. Saat itu ada tiga

dewan kyai, diantaranya kakak beliau KH. Jamaludin, adik beliau KH.

Dadah Darulfalah, dan beliau sendiri. Ketiganya punya latar belakang

keilmuan dari pesantren yang berbeda, karena itulah masing-masing punya

misi sebagaimana yang mereka dapatkan di pesantren tempat mereka

2 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang, 06 Juni 2014

Page 46: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

34

belajar. Kejadian inilah yang kemudian menjadi titik balik kehidupan

ajengan Sofwan Abdul Ghani.

Karawang seperti surga yang Allah Siapkan buatnya. Karena

disinilah beliau mendapatkan lebih dari apa yang diharapkan. Kurang dari

setahun beliau beradaptasi di lingkungan yang baru, bersilaturahmi dengan

tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam rangka menjalankan misi

dakwah yang beliau bawa. Akhirnya beliau mampu membangun sebuah

pondok pesantren. Dengan nama Baitul Burhan tepat pada tahun 1999.

Setelah mendapatkan dukungan keluarga dari istrinya, tokoh masyarakat,

jamaah, dan masyarakat sekitar. Keberadaan pesantren merupakan langkah

beliau dalam upaya menginstitusionalisasikan dakwah yang wujudnya

berupa pondok pesantren.

Seiring berjalannya waktu nama ajengan Sofwan Abdul Ghani

semakin dikenal oleh masyarakat sekitar juga kalangan para ulama di kota

Karawang sebagai sosok kyai muda yang potensial, punya ketegasan, dan

independen. Selain aktifitasnya di pondok pesantren, beliau juga kerap kali

mengisi pengajian-pengajian baik di sekitar Karawang maupun di daerah

lain. Atas kepercayaan masyarakat dan alim ulama setempat, beliau

kemudian dipercaya menjadi ketua MUI di kecamatan Tempuran dan

menjadi anggota dewan fatwa MUI kabupaten Karawang. Hal itu semakin

memudahkan beliau berdakwah dan memberi ruang lebih untuk jalan

dakwahnya.

Baik dalam memimpin pondok pesantren maupun MUI beliau

sangat tegas dan betul-betul teliti dalam setiap mengambil keputusan.

Page 47: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

35

Beliau juga termasuk orang yang teguh memegang prinsip hidup dan itu

ditunjukan dalam sikap kesehariannya. Pernah ada perwakilan dari

lembaga international yaitu Qatar Foundation yang datang menawarkan

dana hibah untuk pembanguna pondok pesantren. Nilainya mencapai

milyaran rupiah. Awalnya diterima dengan baik, tetapi setelah ajengan

Sofwan Abdul Ghani tau bahwa Qatar Foundation menjadi salah satu

sponsor utama klub-klub sepakbola terkenal di Eropa seperti FC.

Barcelona. Akhirnya bantuan dana hibah itu tidak diterima. Beliau tidak

ingin pesantren dibangun dengan dana dari sumber yang tidak jelas.

Sebelumnya pernah juga ada bantuan dari salah satu lembaga di Arab

Saudi, namun karena ada syarat yang bertentangan dengan prinsip yang

beliau pegang, bantuan itupun di tolaknya. Kejadian-kejadian itu tentunya

menunjukan bagaimana ketegasan dan keteguhan sikap yang beliau miliki.

Nama besar tidak membuatnya sombong, beliau tetap hidup

sederhana sebagaimana yang diajarkan ayahnya dulu. Meskipun ponpes

Baitul Burhan sudah besar, tetapi hingga kini beliau tidak punya rumah

yang megah. Tak jauh berbeda dari ruangan tempat tinggal para santri,

Sehingga tidak jarang orang tua santri kebingungan mencari rumah kyai

saat berkunjung ke pesantren. Seandainya beliau mau bisa saja

membangun rumah yang megah dan tentunya layak dengan kondisi

pesantren sebesar itu, tapi tidak beliau lakukan. Karena menurutnya seperti

apapun tempat tinggal kita, saat mata sudah terpejam rasanya sama saja.3

3 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang, 06 Juni 2014.

Page 48: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

36

2. Riwayat Keluarga

Ajengan Sofwan Abdul Ghoniadalah putra ke lima dari enam

bersaudara. Hasil pernikahan KH. Burhanudin dengan istri ke empatnya

yaitu ibu nyai Patonah. jika dilihat dari semua istri KH. Burhanudin,

Ajengan Sofwan Abdul Ghonimerupakan anak ke-12 dari 13 bersaudara.

Pernikahan pertama KH. Burhanudin bersama ibu Engkar Sukarsih

dikarunia tiga orang anak diantaranya ibu Imas Juwairiyah, ust. Asep

Burhanudin, dan ustadzah Zulaeha. Pernikahan ke-dua dengan ibu Danci

dikaruniai satu orang anak yaitu Neneng Armilah pernikahan ketiga yaitu

dengan ibu Nonang dikaruniai tiga orang anak diantaranya Euis Mariyah,

Dadang Bustomi, Endang Abdul Aziz, Aceng Sihabudin Dan yang

terakhir pernikahannya dengan ibu nyai patonah dikarunia enam orang

anak yaitu Hj Popon Solihah, Hj. Lilis Badriyah, KH. Jamaludin, KH.

Sofwan Abdul ghoni, dan KH. Dadah Darul Falah.4

Selain seorang ulama, KH. Burhanudin juga seorang pejuang

kemerdekaan. Beliau adalah salah satu pimpinan Hizbullah yang

bermarkas di gunung Malangbong Garut. pada saat itu zaman pendudukan

jepang di Indonesia.

Ajengan Sofwan Abdul Ghoni menikah diusia 25 tahun dengan

ustadzah Imas, yang juga salah satu santrinya saat di pondok pesantren

Miftahul Huda Al-Burhani. Hingga saat ini beliau dikaruniai tujuh orang

anak. Namun anak pertamanya meninggal dunia saat berusia 1 tahun.

3. Riwayat Pendidikan

4 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang, 06 Juni 2014.

Page 49: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

37

a. Pendidikan Formal

1) SDN Cibogo Hilir 1 (1979 - 1985)

Ada kepercayaan yang berkembang di masyarakat

bahwa kalau anak kyai itu cerdas-cerdas. Terlepas apakah itu

benar atau tidak, hal itu terjadi pada diri KH. Sofwan Abdul

Ghoni. Sejak sekolah SD beliau selalu mendapat rangking

pertama mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Selain itu juga

selalu menjadi ketua kelas. Beliau sekolah di SDN Cibogo Hilir

1 kecamatan Plered kabupaten Purwakarta.

2) SMP Negeri 1 Plered Purwakarta (1985 - 1988)

Seperti halnya saat di SD, di SMP pun beliau selalu

menjadi juara pertama. Walaupun dalam kesehariannya beliau

hampir tidak punya waktu untuk belajar, karena harus

membantu kakaknya di pasar. Selain kecerdasan yang beliau

miliki, jiwa kepemimpinan dengan karakter yang kuat sudah

mulai beliau tunjukan. Jika saat SD beliau selalu menjadi ketua

kelas, di SMP beliau menjadi ketua OSIS selama 2 periode.

Yaitu saat duduk di kelas satu dan kelas dua. Saat kelas satu

beliau memberanikan diri mengikuti konvensi bakal calon ketua

OSIS. Padahal yang lain umumnya dari kelas dua. Dalam

beberapa tahapan konvensi beliau selalu unggul. Hingga

akhirnya lolos menjadicalon ketua OSIS. Tanpa diduga pada

saat pemilihan ketua OSIS beliau terpilih. Untuk pertama

kalinya dalam sejarah SMP Negeri 1 Plered ketua OSIS berasal

Page 50: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

38

dari kelas satu. Tentunya faktor karakter kepemimpinan yang

kuat dan kecerdasan yang beliau miliki membuatnya dipercaya

menjadi ketua OSIS. Pada periode berikutnya saat duduk di

kelas dua, beliau terpilih kembali menjadi ketua OSIS. Kejadian

yang jarang ditemukan dalam sejarah OSIS.

Beliau dikenal oleh semua siswa mulai dari kelas satu

sampai kelas tiga juga oleh semua stakeholder sekolah, bahkan

sekolah lainpun tak jarang yang mengenalnya. Namun sayang

karena faktor biaya, setelah lulus SMP beliau tidak melanjutkan

ke jenjang berikutnya.

Selepas SMP beliau dirumah membantu orangtuanya.

Kadang juga jualan minyak tanah atau ikut jualan sayuran

bersama ibunya. Malam harinya beliau ikut mengaji bersama

para santri di pondok pesantren. Rutinitas itulah yang beliau

lakukan selama satu tahun. Sampai akhirnya ada seorang mantri

yang dermawan yang menyekolahkan beliau ke sekolah

kesehatan SPK Cimahi. Namun belum genap satu tahun beliau

berhenti. Karena saat itu beliau mulai tertarik pada dunia

pesantren.

b. Pendidikan Nonformal

1) Pondok Pesantren Baitul Hikmah (Haur Kuning) Tasikmalaya

(1990 -1994)

Pesantren pertama tempat beliau belajar adalah

pondok pesantren Baitul Hikmah (Haur Kuning) Tasikmalaya

Page 51: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

39

pimpinan KH. Saefudin Zuhri. Kehidupan pesantren sudah

sangat familiar buat KH. Sofwan Abdul Ghoni, karena saat di

rumahpun tinggal di lingkungan pesantren. Di pesantren ini

kajian ilmu-ilmu alat secara khusus lebih diperdalam. Namun

demikian bukan berarti cabang-cabang ilmu keagamaan lainnya

tidak dipelajari. Seperti ilmu tauhid, fiqih, tasawuf, mantik, dan

lain sebagainya. Beliau termasuk santri yang cerdas dan kuat

hafalannya. Sehingga untuk menhafal kitab Jurumiyah, Yaqulu,

Imriti, dan Alfiyah relatif lebih cepat dibandingkan dengan

rekan-rekannya. Tidak hanya hafal matan-nya saja, beliau juga

memahami makna dan penjelasan dari setiap kata dan

kalimatnya. Hanya dalam kurun waktu empat tahun setengah,

kemampuannya dalam ilmu-ilmu alat sudah mumpuni,

begitupun cabang ilmu-ilmu yang lain. Hal itu mendapatkan

pengakuan dari KH. Saefudin Zuhri sebagai pimpinan pondok

pesantren.

2) Pondok Pesantren Cikalama Cicalengka

3) Pondok Pesantren Al Hidayah Warudoyong Sukabumi5

B. Profil Pondok Pesantren Baitul Burhan

1. Sejarah

Pondok Pesantren Baitul Burhan dibangun pada akhir tahun 1999.

Bertempat di kp. Jarakah 02 RT. 05/02 desa Lemahduhur kecamatan

Tempuran kabupaten Karawang.6 Nama Baitul Burhan diambil dari dua

5Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang, 06 Juni 2014

6 Dokumen ponpes Baitul Burhan, profil pondok pesantren Baitul Burhan.

Page 52: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

40

nama pesantren. Baitul diambil dari nama depan ponpes Baitul Hikmah

Haur Kuning. Yaitu pesantren pertama beliau menimba ilmu. Kemudian

Burhan diambil dari nama ponpes Miftahul Huda Al-Burhani, yaitu

ponpes milik ayahnya. Maka jadilah nama Baitul Burhan. Pesantren ini

pada awalnya berdiri di tanah seluas 1240 m2

dan hanya memiliki lima

asrama tiga diantaranya asrama putra dan dua asrama putri, satu majlis dan

satu rumah kyai yang letaknya diantara asrama putra dan putri. Tipe

bangunan yang juga ditemukan di pesantren lain pada umumnya. Namun

jika kita biasa menemukan masjid sebagai pusat pendidikan di lingkungan

pesantren, tetapi tidak dengan ponpes Baitul Burhan. Untuk sementara

masjid yang jaraknya tidak terlalu jauh dari lingkungan pesantren

dijadikan tempat untuk keperluan shalat berjamaah atau acara-acara

keagamaan lainnya.

Cikal bakal berdirinya ponpes Baitul Burhan diawali dari

hijrahnya Ajengan Sofwan Abdul Ghoni dari Plered Purwakarta ke

kampung halaman istrinya yaitu ustadzah Imas di kp. Jarakah desa

Lemahduhur kecamatan Tempuran kabupaten Karawang. Saat tinggal di

Plered beliau menjadi salah satu pengajar di ponpes Miftahul Jannah, yaitu

ponpes milik ayahnya KH. Burhanudin. Ustadzah Imas adalah salah satu

santri putri di pesantren itu, yang notabene adalah santri beliau juga.

Namun karena ada konflik internal disebabkan adanya perbedaan

pandangan mengenai konsep pedidikan pesantren, akhirnya Ajengan

Sofwan Abdul Ghonimemutuskan untuk hijrah ke Karawang Jawa Barat.

Page 53: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

41

Ditempat yang baru untuk sementara beliau bersama anak dan

istri tinggal di rumah mertuanya yaitu H. Dasman. Semangat dakwahnya

semakin berkobar, apalagi melihat kondisi masyarakat sekitar yang jauh

dari nilai-nilai keislaman. Banyaknya praktek-praktek kurafat, anak-anak

muda jauh dari masjid, tidak pernah terdengar ada pengajian. Kurang lebih

selama setahun sejak hijrah dari Tegal Jati Plered Purwakarta beliau

beradaptasi dengan lingkungan dan bersosialisasi dengan masyarakat,

melakukan pendekatan kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Kemudian atas dukungan dari keluarga dan keinginan beliau untuk

membuat lembaga pendidikan Islam sehingga kegiatan dakwah yang

selama ini dilakukan ditempat-tempat terpisah bisa disatukan dalam satu

tempat. Atas dasar itulah akhirnya beliau memutuskan untuk membangun

pondok pesantren. Berawal dari sebidang tanah wakaf keluarga, beliau

mulai merintis pembangunan pondok pesantren. Sejak saat itu beliau

bekerja keras mencari dana dengan banyak menemui para donatur lewat

jaringan keluarga, jamaah, sahabat-sahabatnya saat belajar di pesantren,

dan cara-cara lainnya. Namun beliau cukup selektif dan teliti dalam

menerima sumber pendanaan, hal itu dilakukan agar pondok pesantren

yang beliau bangun bebas dari kepentingan apapun. Sehingga kegiatan

dakwah bisa dilakukan dengan maksimal.

Seiring berjalannya waktu, bangunan pesantren mulai berbentuk.

Walaupun masih sangat sederhana. Namun demikian kegiatan-kegiatan

pengajian sudah berjalan dan nuansa pesantren sudah mulai dirasakan oleh

masyarakat sekitar. Sehingga banyak bapak-bapak dan ibu-ibu yang

Page 54: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

42

mengikuti pengajian di pesantren. Awalnya hanya masyarakat kp. Jarakah,

tetapi lambat laun banyak jamaah yang datang dari luar desa, kecamatan

bahkan luar kabupaten. Sungguh perkembangan dakwah yang sangat

pesat.

Jumlah santri mukimin (santri yang tinggal dan menetap) selalu

stabil dan cendrung bertambah. Ditahun pertama ada sekitar 20 santri.

Berikutnya dalam rentang waktu 1999-2003 M. Jumlah santri mukimin

putra-putri mencapai 100 orang. Kebanyakan dari mereka berasal dari luar

daerah. Adapun penduduk sekitar kebanyakan hanya mengikuti pengajian

di sore hari saja, atau dalam istilah pesantren dikenal dengan sebutan santri

kalong. Jumlahnya sekitar 90 orang, terdiri dari anak-anak usia SD, SMP,

dan SMA.

Untuk kegiatan-kegiatan internal pesantren Ajengan Sofwan

Abdul Ghoni dibantu tiga orang muridnya, yaitu ust. Rahmat

Hidayatussalam, ust. Ridwandul Hakim, dan ust. Andang Hidayat.

Ketiganya adalah santri beliau saat di ponpes Miftahul Huda Al-Burhani

Plered Purwakarta. Mereka bertiga adalah orang yang sangat berjasa

dalam sejarah perjalanan ponpes Baitul-Burhan dimasa-masa awal.

Ketiganya memegang peranan penting dalam proses perkembangan

ponpes Baitul Burhan. Mereka diberi tanggungjawab sesuai dengan

kemampuan yang mereka miliki. Ust. Rahmat Hidayatussalam dipercaya

sebagai dewan pendidikan, karena kecerdasan dan kemampuannya dalam

hal keilmuan khususnya ilmu nahwu dan sorof. Ust. Ridwanul Hakim

dipercaya sebagai arsitek pesantren dan segala hal yang berkaitan dengan

Page 55: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

43

itu. Beliaulah yang menjadi creator bangunan pesantren Baitul Burhan

dari awal hingga sekarang. Padahal tidak punya latar belakang pendidikan

sebagai arsitek, bahkan beliau hanya mengenyam pendidikan formal di

tingkat dasar saja. Tetapi kemampuanya dalam dbidang konstruksi patut

diacungi jempol.. Kemudian ust. Andang Hidayat dipercaya sebagai

keamanan sekaligus humas pesantren. Beliaulah yang menjaga stabilitas di

internal pesantren dan menjaga keharmonisan pesantren dengan

masyarakat sekitar. Sebagai bentuk penghargaan pesantren terhadap jasa-

jasanya, nama mereka kemudian diabadikan menjadi salah satu nama

gedung di ponpes Baitul Burhan. Yaitu gedung Assalam, al-Hidayah, dan

al-Hakim.

Tahun 2014 ponpes Baitul Burhan menginjak usia 15 tahun. Usia

yang relatif muda untuk ukuran pondok pesantren. Tetapi

perkembangannya begitu pesat. Apalagi bila dibandingkan dengan

pondok-pondok pesantren di sekitar yang jumlahnya mencapai puluhan.

Karena itu ponpes Baitul Burhan masuk 4 besar dalam kategori pesantren

dengan tingkat perkembangan tercepat di Jawa Barat.

Ponpes Baitul Burhan merupakan jenis pesantren salafi yang

fokus keilmuannya lebih pada ilmu-ilmu alat. Pola belajarnya pun masih

menggunakan pola tradisional khas pesantren salafi seperti bandungan dan

sorogan. Kitab-kitab islam klasik (kitab kuning) dijadikan sebagai sumber

utamanya. Secara umum semua jenis keilmuan islam seperti fiqih, ushul

fiqih, tauhid, tasawuf, tajwid, dan hadits itu dipelajari. Tetapi ilmu-ilmu

Page 56: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

44

yang berkaitan dengan gramatika bahasa Arab seperti nahwu dan sorof itu

mendapatkan porsi yang lebih dibandingkan dengan yang lain.

Kedepan ponpes Baitul Burhan akan menyelengarakan

pendidikan formal tingkat SLTP dan SLTA. Ini dilakukan sebagai upaya

pesantren menjawab tantangan zaman. Selain itu banyak permintaan dari

masyarakat, wali-wali santri, dan tokoh masyarakat tentang hal itu. Untuk

tetap menjaga konsep pesantren salafi, pesantren dan sekolah dipisahkan

secara kelembagaan. Jadi kegiatan pesantren tetap berjalan dan dilakukan

seperti biasa.7

Saat ini ponpes Baitul Burhan memiliki dua lokasi yang jaraknya

berdekatan masing-masing 1240 M2 (lokasi awal pesantren) dan 6800 M

2

(lokasi yang baru). Rencananya lokasi pertama untuk pesantren putri,

poskestren, dan sekretariat pesantren. Lokasi kedua untuk pesantren putra,

masjid, gedung sekolah (MTs dan Aliyah), ruang pertemuan, area kegiatan

usaha pesantren, dan perumahan dewan pengajar. Lokasi yang kedua ini

masih dalam proses pembangunan, namun demikian ada beberapa

bangunan yang sudah rampung diantaranya perumahan dewan guru,

asrama untuk santri putra, dan bangunan sekolah. Secara keseluruhan kira-

kira baru sekitar 75% proses pembangunan itu berjalan. Seiring dengan

itu, jumlah santri mukimin (santri yang tinggal dan menetap) terus

meningkat dari tahun ketahun. Ditahun 2014 terhitung jumlah santri

ponpes Baitul-Burhan mencapai 320 orang. Adapun jumlah jamaah

pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu mencapai 350 orang.8

7 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang. 06 Juni 2014.

8 Dokumen ponpes Baitul Burhann, profil pondok pesantren Baitul Burhan.

Page 57: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

45

3) Visi dan Misi

Berilmu Amaliyah Beramal Ilmiyah9

4) Struktur Kepengurusan

Pimpinan / Pengasuh : KH. Sofwan Abdul Goni

Sekretaris : Ust. Ridwannul Hakim

WakilSekretaris : Ust. Asep Mulyana

Bendahara I : Ust. Muhamad Zakaria

Bendahara II : H. Muntasib

Staf Pengajar (Badal Kyai) : 1. Ust. Asep Hasan Muttaqin

2. Ust. Asep Umar Faruq

3. Ust. Ajang

4. Ust. M. Adi Masruhudin

5. Ust. Hafiduddin

6. Ust. Muhamad Husen Suyuti

7. Ustadzah Imas Maesaroh

8. Ustadzah Siti Nurlaelawati

Seksi-seksi

A. Rois : Ust. M. Adi Masruhudin

Pendidikan : Ust. Asep H.Muttaqin

Keamanan : Ust. Amir

Kesehatan : Ust. Yamin

Sekretaris : Ust. Saepul Hidayat

9 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang. 06 Juni 2014

Page 58: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

46

Bendahara : Ust. Hafiduddin

Kebersihan : Ust. Imat Rohimat

Logistik : Ust. Khoirul Rizal

Keterampilan : Ust. Syarif

Humas : Ust. Ujang Asmadi

B. Roisah : Ustadzah Siti Nurlaelawati

Pendidikan : Ustadzah Sodiah

Keamanan : Ustadzah Lilis Sofiyatunnisa

Kesehatan : Ustadzah Nadlirotussa’diyah

Sekretaris : Ustadzah Aliyah

Bendahara : Ustadzah Nunung Nurhasanah

Kebersihan : Ustadzah Imas Siti Masitoh

Keterampilan : Ustadzah Siti Nurohmah10

10

Dokumen ponpes Baitul Burhann, profil pondok pesantren Baitul Burhan.

Page 59: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

47

5) Sistem Pembagian Kelas

a. Kelas Ibdtida ( اإلبتد)

Adalah kelas bagi santri yang baru masuk. Materi yang

dipelajarinya adalah membaca al-Qur’an, hafalan do’a sehari-hari,

surat-surat pendek, dan bacaan shalat. Cara belajarnya lebih banyak

menggunakan sistem sorogan. Mereka dibagi menjadi beberapa

kelompok, kemudian santri-santri senior yang sudah mendapat

kepercayaan menjadi pembimbingnya.

b. Kelas Jurumiyah ()جرومية

Ini adalah tingkatan kedua bagi para santri yang lulus dari kelas

ibtida. Di kelas ini mereka mulai dikenalkan dengan kitab-kitab

kuning dasar dari semua cabang ilmu. misalnya kitab Sulamunajat,

Safinatunnaja, Fathul Qorib, Tijan Daruri, Ta’limal Muta’alim, dan

yang lainnya. Tetapi ada kitab wajib yang harus mereka hafal, yaitu

kitab Jurumiyah (جرومية), Nadhom Maqshud Yaqulu (متن نظم المقصود),

dan Nadhom Imriti ( نظم العمريطى) . Ketiga kitab ini menjadi syarat bagi

mereka untuk bisa naik ke kelas Alfiyah (الفي ة).

Proses belajarnya lebih banyak menggunakan sistem sorogan.

Terutama saat mempelajari ilmu Nahwu dan Sorof, baik hafalannya

maupun pembahasan sarh-nya. Dalam proses sorogan santri dibagi

menjadi beberapa kelompok kecil (halaqah) dengan seorang guru

sebagai pembimbing. Namun dalam kesempatan lain mereka

Page 60: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

48

disatukan dalam satu majlis. Misalnya saat pengajian umum yang

dipimpin oleh KH. Sofwan Abdul Ghoni.

c. Kelas Alfiyah )الفي ه(

Kelas Alfiyah adalah tingkatan tertinggi di ponpes Baitul

Burhan. Sebagaimana namanya, santri-santri yang masuk kelas ini

minimal sudah menghafal 400 baris matan Alfiyah Ibnu Malik dan

sudah menghafal tiga kitab wajib yang lainnya berikut menguasai

pembahasannya. Untuk mencapai kelas ini rata-rata membutuhkan

waktu tiga sampai empat tahun. Tetapi bagi mereka yang cerdas,

dalam waktu dua tahunpun bisa. Karena pembagian kelas ini bukan

berdasarkan usia atau lamanya tinggal di pesantren tatapi berdasarkan

kemampuan menguasai materi.11

11

Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang. 04 Juli 2014.

Page 61: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

Dalam bab ini penulis membahas dan mengklasifikasikan dakwah yang

dilakukan Ajengan Sofwan Abdul Ghoni ke dalam tiga bentuk diantaranya

dakwah dalam bentuk tabligh, Aktivitas pengembangan masyarakat, dan Aktivitas

menejemen dakwah. Selain itu juga membahas bagaimana pendekatan-pendekatan

yang digunakan ajengan Sofwan Abdul Ghoni dalam proses dakwahnya.

A. Aktivitas Tabligh (dakwah bil al-lisan)

1. Mengajar di Pesantren

Sebagaimana dijelaskan di bab iii, ponpes Baitul Burhan

membagi santrinya menjadi tiga kelas atau tiga tingkatan.

Pengklasifikasian ini berdasarkan tingkat kemampuan santri dalam

menguasai pelajaran. Dalam hal ini ajengan Sofwan Abdul Ghoni lebih

banyak mengajar di kelas Alfiyah. Adapun kelas yang lain dipegang oleh

murid beliau yang sudah terpercaya. Model pengajaran yang banyak

digunakan adalah bandungan. Namun terkadang model sorogan pun

digunakan, terutama saat setoran, dimana santri membacakan hasil

hafalan Alfiyah di depan ajengan Sofwan Abdul Ghoni. Seminggu sekali

diadakan pengajian umum yang diikuti oleh santri semua tingkatan.

Dalam pengajian ini biasanya ajengan Sofwan Abdul Ghoni membahas

kitab Irsyadul Ibad, yang isinya tentang hikmah-hikmah kehidupan,

petunjuk, dan nasihat. Disela-sela pembahasan, terkadang beliau

memberikan nasihat-nasihat pada para santri.

49

Page 62: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

50

Kegiatan ini merupakan serangkaian proses dakwah dalam

bentuk Aktivitas tabligh yang dilakukan oleh Ajengan Sofwan Abdul

Ghoni. Dalam kegiatan itu terjadi proses pemindahan nilai-nilai

keislaman (transfer of value), ilmu, dan akhlak dari ajengan Sofwan

Abdul Ghoni pada santrinya. Hal ini menunjukan bahwa beliau

menggunakan pendekatan pendidikan dalam dakwahnya. karena

sejatinya pendidikan merupakan proses transfer of knowledge, transfer of

value dan transfer of culture and transfer of religious.1

2. Pengajian Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu di Pesantren

Pengajian ini diadakan seminggu sekali, yaitu malam jum’at

untuk bapak-bapak dan hari selasa pagi pengajian ibu-ibu. Jumlah

jamaahnya lumayan banyak, jamaah bapak-bapak 150an orang dan ibu-

ibu sekitar 200an orang. Umumnya adalah masyarakat sekitar pesantren,

tatapi banyak juga dari mereka yang sengaja datang dari luar Karawang,

misalnya dari Jakarta, Bekasi, Purwakarta, dan Subang.

Mengenai materi pengajian, Ajengan Sofwan Abdul Ghoni

membedakan keduanya. Jika pengajian bapak-bapak materinya berbasis

kitab. Jadi bahasannya mengikuti susunan materi pada kitab yang dikaji.

Adapun jenis kitab yang dikaji biasanya kitab tafsir, hadits, fiqih, tauhid,

dan tasawuf. Selain menjadi pendengar (mustami) jamaah pun diberi

kesempatan untuk bertanya. Sementara pengajian ibu-ibu materinya

berbasis tematik., modelnya ceramah biasa.

1 Yati Hardiyanti, Arti, Hakekat, dan Dasar Pendidikan, artikel diakses pada 10 september

2014 dari http://haedarakib.files.wordpress.com/2012/01/arti-hakekat-dan-dasar-pendidikan.pdf

Page 63: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

51

Perbedaan model pengajian dan cara penyampaiannya

menunjukan kematangan Ajengan Sofwan Abdul Ghoni sebagai seorang

da’i sekaligus mubaligh. Beliau memperhatikan betul kondisi jamaah

(mad’u) yang dihadapinya, yang berbeda secara ruang maupun waktu.

Sehingga proses internalisasi nilai-nilai keislaman yang disampaikan

bisa maksimal.

3. Mengisi Pengajian Rutin di Luar Pesantren

Pada dasrnya pengajian ini sama dengan pengajian bapak-bapak

dan ibu-ibu di dalam pesantren. Perbedaannya hanya pada tempat dan

waktu saja. Jika sebelumnya dilakukan di lingkungan pesantren, maka

pengajian ini dilakukan di masjid atau majlis ta’lim di luar pesantren.

Jadwalnya sebulan sekali. Jika kebetulan Ajengan Sofwan Abdul Ghoni

berhalangan, entah karena sakit atau ada keperluan lain, maka beliau

menugaskan salah satu dewan pengajar untuk menggantikannya. Tidak

ada tarif yang harus dibayar oleh jamah, semua dilakukan secara

sukarela. Bahkan terkadang beliau menolak jika ada yang memberinya

bayaran.

4. Ceramah Keagamaan

Biasanya dilakukan saat ada undangan dari masyarakat pada

moment perayaan hari besar Islam seperti peringatan Maulid nabi

Muhammad SAW, Isro Mi’roj, dan Nuzulul Qur’an atau undangan untuk

mengisi ceramah pada acara keluarga seperti resepsi pernikahan, sunatan,

halal bil halal, dan sebagainya. Tidak hanya di dalam kota, sering juga

ada undangan dari luar kota. Dalam kegiatan ceramah seperti ini beliau

Page 64: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

52

tidak pernah membicarakan soal bayaran apalagi menentukan tarif.

Kegiatan ceramah seperti ini tidak menjadi prioritas Ajengan Sofwan

Abdul Ghoni. Mungkin berbeda dengan kebanyakan da’i pada umumnya.

Setiap mubaligh biasanya punya karakter sendiri dalam

membawakan ceramah. Ajengan Sofwan Abdul Ghoni termasuk

mubaligh dengan karakter lembut dan santun. Beliau termasuk orang

yang serius tapi santai. Sehingga dalam membawakan ceramah tidak

banyak guyonan-guyonan yang disampaikan, tapi tidak menjenuhkan.2

Secara umum keempat aktiifitas dakwah dalam bentuk tabligh ini

(dakwah bil al-lisan) yang dilakukan Ajengan Sofwan Abdul Ghoni

mengandung tiga kegiatan pokok. Pertama, kegiatan mengenalkan ajaran-

ajaran keislaman (sosialisasi). Kedua, kegiatan menanamkan nilai-nilai

keislaman ke dalam diri setiap individu (internalisasi). Ketiga, kegiatan

mengekspresikan nilai-nilai keislaman yang sudah tertanam dalam diri

sehingga bermanfaat untuk orang lain (eksternalisasi).

B. Aktivitas Pengembangan Masyarakat

1. Usaha Produksi Susu Sari Kedelai Murni

Kegiatan usaha pembuatan Susu sari kedelai murni pondok

pesantren Baitul-Burhan sudah berjalan selama tujuh tahun. Dimulai

sejak tahun 2007 hingga sekarang. Awalnya Ajengan Sofwan Abdul

Ghoni mengutus ustadz Muhammad Zakaria untuk mengikuti pelatihan

pembuatan Susu Sari Kedelai Murni yang diselenggarakan oleh dinas

sosial kabupaten Karawang. Setelah menguasaicara-caranya akhirnya

2 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang. 04 Juli 2014.

Page 65: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

53

pesantren mulai memproduksi. Awalnya hanya untuk kebutuhan internal

pesantren. Tetapi karena banyaknya permintaan masyarakat, akhirnya

produksinya ditingkatkan.

Kegiatan produksi dilakukan oleh 10 orang karyawan, mereka

adalah santri ponpes Baitul Burhan. Sedangkan untuk pemasaran

melibatkan masyarakat sekitar, para alumni, dan jamaah yang tersebar di

beberapa kecamatan diantaranya kecamatan Tempuran, Telagasari,

Rawamerta, Wadas, Cilebar, dan Cilamaya. Kegiatan ini tidak

melibatkan santri, karena akan menggagu Aktivitasnya di pesantren.

Kini usaha pembuatan Susu Sari Kedelai Murni sudah menjadi

salah satu badan usaha pesantren yang paten. Karena dianggap cukup

potensial, akhirnya dibentuklah divisi khusus untuk mengelola kegiatan

usaha ini. Mereka bertanggung jawab dalam proses produksi dan

management pemasarannya. Saat ini yang menjadi koordinator adalah

ustad Muhamad Zakaria.

Kehadiran susu sari kedelai murni tidak hanya memberi manfaat

secara finansial, tetapi juga dalam menjaga kesehatan santri. Selain itu

kehadirannya pun mampu menyerap tenaga kerja meskipun jumlahnya

masih sedikit. Selain santri, kegiatan usaha inipun melibatkan masyarakat

sekitar. Baik sebagai tenaga produksi maupun marketing. Mereka yang

bekerja diwajibkan mengikuti pengajian di pesantren, meskipun hanya

seminggu sekali.

Asumsinya jika usaha ini terus berkembang dan menjadi besar,

kebutuhan akan tenaga kerja pun pasti semakin banyak. Selain itu mereka

Page 66: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

54

yang bekerja juga mendapatkan bimbingan dan pecerahan pengetahuan

keagamaan di pesantren. Jika proses ini terus berlangsung, maka lambat

laun akan tercipta sebuah masyarakat yang kuat secara akidah, mandiri

secara ekonomi, dan berakhlakul karimah (Khairu Ummah) sebagaimana

yang dicita-citakan dalam perjuangan dakwah Islamiyah.

Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha ini sebagian

untuk kebutuhan pengembangan pesantren, untuk mensubsidi santri

yatim, dan santri kurang mampu. Inilah salah satu wujud dicita-citakan

Ajengan Sofwan Abdul Ghoni yaitu menciptakan pesantren yang madiri.

Sehingga semua kebutuhan pesantren tercukupi tanpa harus mendapatka

sumbangan dari luar.

2. Pertanian

Kegiatan bertani merupakan kegiatan yang sudah dilakukan

sejak awal-awal berdirinya ponpes Baitul Burhan. Luas lahan garapannya

hanya satu hektar. Sebetulnya sawah ini awalnya milik mertua Ajengan

Sofwan Abdul Ghoni yaitu H. Dasman. Kemudian diserahkan

pengelolaannya untuk kebutuhan pesantren.

Proses penggarapannya dilakukan sepenuhnya oleh santri secara

swadaya. Tidak semua santri ikut menggarap, hanya beberapa dari

mereka yang sudah dewasa saja. Meskipun secara keseluruhan prosesnya

dilakukan oleh santri mulai dari menebar benih (nyebar), mencabut

benih-benih yang sudah tumbuh besar (cabut), menanam benih yang

sudah besar berdsarkan pola yang sudah dibuat di atas lahan sawah

(tandur), membersihkan tanaman padi dari tumbuhan-tumbuhan liar

Page 67: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

55

(ngarambet), memberi pupuk, dan setersusnya sampai siap dipanen.

Tetapi saat panen masyarakatpun boleh ikut memanen. Tentunya dengan

sistem bagi hasil.

Dalam sekali panen biasanya menghasilkan padi sebanyak tujuh

ton. Hasil panen kemudian digunakan untuk kebutuhan pesantren.

Keberadaan sawah sangat membantu pesantren. Selai itu juga sangat

membantu santri-santri yang kurang mampu, karena bisa mendapatkan

tambahan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Sekaligus mereka juga bisa

belajar bertani.

3. Poskestren

Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) merupakan salah satu

wujud Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di

lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari dan oleh warga

pondok pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotif

(peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek

kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), dengan

binaan Puskesmas setempat.3

Pos Kesehatan Pesantren Baitul Burhan berdiri pada tahun 2004.

Awalnya merupakan bantuan dari pemerintah provinsi Jawa Barat,

berupa bangunan, obat-obatan, dan beberapa peralatan medis. Dalam

pelaksanaanya sepenuhnya ditanggung dan dikelola oleh ponpes Baitul

Burhan dengan didampingi puskesmas setempat. Termasuk penyediaan

obat-obatan, tenaga medis, dan kebutuhan lainnya. Dana untuk

3 Draf Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1 tahun 2013 tentang

pedoman penyelenggaraan dan pembinaan Pos Kesehatan Pesantren, diakses pada 13 Agustus

2014 dari http://www.djpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2013/bn163-2013lamp.pdf

Page 68: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

56

mendukung kebutuhan operasional tersebut diperoleh dari dana

kesehatan yang dibayar oleh santri sebesar Rp. 5000 setiap bulan.

Keberadaan Poskestren sangat dirasakan manfaatnya tidak

hanya oleh warga pesantren, tetapi juga masyarakat sekitar. Disamping

jaraknya yang dekat, mereka juga tidak dipungut biaya saat berobat.

Karena semua biaya ditanggung oleh pesantren. Hal inilah yang

kemudian menjadi perhatian masyarakat, sehingga mereka respek

terhadap pesantren. 4

Kegiatan usaha produksi susu kedelai, kegiatan pertanian, atau

penyelenggaraan poskestren merupakan proses transformasi nilai keislaman

menjadi realitas dalam bentuk kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat dan

kelembagaan. Sehingga Islam tidak lagi sebatas pengetahuan tetapi melebur

menjadi ideologi dalam setiap aspek kehidupan. Dengan cara ini maka

kesejahteraan masyarakat terpenuhi dan sikap serta prilaku masyarakat

menjadi Islami. Inilah yang disebut dengan umat yang baik (khairu ummah).

Disinilah kepiawaian ajengan Sofwan Abdul Ghoni dalam memanfaatkan

struktur sosial dan budaya masyarakat untuk tujuan dakwah. Misalnya saja

penyelengaraan poskestren, semua sepakat bahwa kesehatan itu penting dan

kebutuhan masyarakat akan kesehatan niscaya adanya. Sehingga dengan

kehadiran poskestren yang menyediakan pelayanan kesehatan gratis bagi

masyarakat sekitar, meciptakan hubungan yang baik antara masyarakat dan

pesantren. Hasilnya proses dakwah Islamiyah sebagai misi utama ajengan

Sofwan Abdul ghoni bisa berjalan lancer.

4 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang. 04 Juli 2014

Page 69: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

57

C. Aktivitas Manajemen Dakwah (Menjadi Ketua MUI)

Pada tahun 2004 Ajengan Sofwan Abdul Ghoni diberi kepercayaan

menjadi ketua MUI kecamatan Tempuran. Pengangkatan beliau merupakan

hasil kesepakatan para ulama setempat. Beliau sudah menjabat selama tiga

periode kepengurusan dan akan berakhir tahun 2016. Selain menjabat sebagai

ketua MUI kecamatan Tempuran, beliaupun menjadi anggota dewan fatwa

MUI kabupaten Karawang. Berkat kepemimpinannya, MUI kecamatan

Tempuran terasa lebih hidup dibandingkan dengan yang lain. Sehingga tak

heran jika MUI Tempuran selalu dijadikan rujukan. Baik karena program

kerjanya yang inovatif maupun fasilitas infrastrukturnya yang lengkap.

Selama mejabat banyak program dan kebijakan yang dilakukan diantaranya:

1. Pembentukan Forum Dakwah

Kegiatan ini melibatkan juru-juru dakwah seperti para mubaligh,

guru nagaji, dan tokoh agama. Mereka dikumpulkan dalam satu forum

untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan dakwah

khususnya dakwah dalam pengertian tabligh. Tujuannya agar ada

kesepahaman dan keseragaman dalam berdakwah termasuk di dalamnya

pendalaman materi dakwah. Sehingga kegiatan dakwah betul-betul

dilakukan dengan cara yang baik dan dilakukan oleh orang-orang yang

kompeten.

Pelaksanaanya dilakukan dua kali dalam setahun, waktunya tidak

ditentukan namun salah satunya dilakukan menjelang bulan Ramadhan.

Peserta yang terlibat biasanya sekitar 40 orang dan Semua keperluan acara

ini difasilitasi oleh MUI.

Page 70: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

58

2. Bahtslul Masail

Bahtslul Masail adalah kegiatan membahas persoalan-persoalan

yang berhubungan dengan keagamaan yang muncul di tengah masyarakat

atau yang ramai diperbincangkan. Kegiatan ini diikuti oleh para ulama dan

para pimpinan pesantren di kecamatan Tempuran. Selain tempat untuk

berdiskusi, berdebat, dan musyawarah, kegiatan ini juga dilakukan sebagai

ajang silaturahmi diantara tokoh agama. Biasanya dilakukan dua bulan

sekali, tetapi jika ada persoalan yang muncul, saat itu juga kegiatan ini

dilakukan.

3. Program Pelatihan dan Pemberdayaan Remaja Mesjid (P3RM).

Di kecamatan Tempuran ada sekitar 15 kelompok remaja mesjid.

Ajengan Sofwan Abdul Ghoni melihat bahwa mereka adalah sebuah

potensi besar dalam dakwah islamiyah. Karena mereka bisa masuk ke

dalam segmen terpenting dalam kehidupan masyarakat, yaitu pemuda dan

remaja. Karenanya perlu ada pelatihan khusus bagi mereka. Maka Ajengan

Sofwan Abdul Ghoni melalui MUI kecamatan Tempuran membuat

program P3RM.

Kegiatan ini diadakan setiap bulan Muharam dan berlangsung

selama 3 hari. Isi kegiatannya berupa pengajian, diskusi, dan penampilan

kreatifitas dari masih-masing kelompok. Banyak kalangan yang

mendukung dan mengapresiasi kegiatan ini, mulai dari pemerintahan baik

tingkat desa maupun kecamatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan

masyarakat tempuran pada umumnya.5

5 Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang. 04 Juli 2014.

Page 71: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dakwah Ajengan Sofwan Abdul Ghoni diklasifikasikan menjadi tiga

bentuk, pertama aktivitas tabligh. Jenis kegiatannya mengajar di

pesantren, mengisi pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu di dalam dan di

luar pesantren, dan ceramah keagamaan. Kedua aktivitas pengembangan

masyarakat. Kegiatanya berupa usaha produksi susu sari kedelai murni,

penyelenggaraan Poskestren, dan pertanian. Ketiga aktivitas manajemen

dakwah yaitu dengan menjadi ketua MUI kecamatan Tempuran.

2. Dakwah Ajengan Sofwan Abdul Ghoni secara umum menggunakan 2

pendekatan dakwah, yaitu pendekatan kultural dan pendekatan struktural.

Pendekatan kultural digunakan pada kegiatan yang bersifat seremonial

seperti perayaan maulid nabi, muharoman, nuzulul qur’an, dan saat

ceramah. Adapun pendekatan struktural lebih banyak digunakan dalam

kegiatan pengembangan masyarakat dan manajemen dakwah. hal itu

dilakukan Karena mad’u sebagai central of dakwah yang kita hadapi

memiliki banyak keberagaman dalam hal budaya, tingkat pendidikan,

status sosial, ekonomi, usia, dan jenis kelamin.

3. Kehadiran pondok pesantren Baitul Burhan memiliki peran penting

dalam kegiatan dakwah Ajengan Sofwan Abdul Ghoni. Menjadi tempat

kegiatan belajar santri, kegiatan pengajian untuk masyarakat umum,

kegiatan usaha, kegiatan pelayanan kesehatan, dan kegiatan-kegiatan

dakwah lainnya. Selain itu ponpes Baitul Burhan mampu menyatukan

59

Page 72: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

60

tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah untuk sama-sama

berjuang mendukung kegiatan dakwah.

B. Saran

1. Penelitian ini membahas aktifitas-aktifitas dakwah yang dilakukan

Ajengan Sofwan Abdul Ghoni secara umum, sehingga hasilnya tidak

begitu mendalam. Kedepan bagi peneliti yang berminat membahas hal

yang sama, mungkin akan lebih menarik jika penelitiannya lebih

difokuskan pada jenis aktifitas dakwah tertentu. Misalnya aktifitas dakwah

bil al-hal nya saja. Karena mungkin hasilnya akan lebih fokus dan

mendalam. Selain itu penulis juga tidak menggunakan perspektif keilmuan

lain yang mungkin berkaitan, sehingga tidak ada perbandingan.

2. Sejauh pengamatan penulis ponpes Baitul Burhan sudah melakukan peran

dan fungsinya dengan sangat baik. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan misalnya saja persoalan dokumentasi pesantren yang sangat

minim. Perlu ada upaya pembuatan dan pengelolaan dokumentasi secara

lengkap agar tidak terlupakan sejarah di masa-masa yang akan datang.

Page 73: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

61

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: AMZAH, 2009.

Aziz, Jumu’ah Amin Abdul. Fiqih Dakwah. Solo: PT. Era Adi Citra Intermedia,

2011.

Haedari, Amin. dkk. Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan

Komplesitas Global. Jakarta: IRD PRESS, 2005.

Hasanudin. Manajemen Dakwah. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Ismail, A. Ilyas dan Hotman, Prio. FILSAFAT DAKWAH: Rekayasa Membangun

Agama dan Peradaban Islam. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.

Madjid, Nurcholish. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:

Paramadina, 1997.

M. Munir. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media Group, 2009.

Natsir, Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Omar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah, Jakarta: Widjaya, 1985.

Qomar, Mujamil. PESANTREN: Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta: Penerbit Erlangga,

Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2011.

Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1997.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama, 2009.

Soehartono, Irwan. Metode Penelitian Social. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA, 2010.

Tamam, Nurul Badru. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta: Grafindo

Khazanah Ilmu, 2005.

Ziemek, Manfred. Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta: Perhimpunan

Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986.

Page 74: DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26922/1/MUHAMMAD... · DAKWAH AJENGAN SOFWAN ABDUL GHONI PADAPONDOK PESANTREN BAITUL

62

Sumber lain:

Bahwi, Habibullah. Peran Intelektual Pesantren Indonesia dan Hauzah Iran.

Artikel diakses pada 6 Desember 2013 dari http://citation.itb.ac.id/pdf/

JURNAL/KARSA,JurnalSosialdanBudayaKeislaman/Vol%2020,%20No%2

01%20(2012)/128-131-1-PB.pdf

Dokumen pondok pesantren Baitul Burhan, profil dan Susunan pengelola pondok

pesantren Baitul Burhan.

Draf Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1 tahun 2013

tentang pedoman penyelenggaraan dan pembinaan Pos Kesehatan Pesantren,

diakses pada 13 Agustus 2014 dari http://www.djpp.kemenkumham.go.id

/arsip/bn/2013/bn163-2013lamp.pdf

Hardiyanti, Yati. Arti, Hakekat, dan Dasar Pendidikan artikel diakses pada 10

September 2014 dari http://haedarakib.files.wordpress.com/2012/01/arti-

hakekat-dan-dasar-pendidikan.pdf

Rusmana, Dadan. Sorogan dan Bandungan: Sistem Klasik Pendidikan di

Pesantren artikel diakses pada 23 Agustus 2013 dari http://dadanrusmana.

blogspot.com/2012/05/sorogan-dan-bandungan-sistem-klasik.html

Wawancara pribadi dengan KH. Sofwan Abdul Ghoni, Karawang. 06 Juni dan 04

Juli 2014.