pengalaman ners dan keluarga pasien tentang caring pada …

212
PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA PASIEN YANG MENGALAMI PERAWATAN KRITIS DI RUANG ICU RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TESIS Oleh REHK SONYA ERIENH 137046015/ KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 06-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG

CARING PADA PASIEN YANG MENGALAMI

PERAWATAN KRITIS DI RUANG ICU

RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

TESIS

Oleh

REHK SONYA ERIENH

137046015/ KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG

CARING PADA PASIEN YANG MENGALAMI

PERAWATAN KRITIS DI RUANG ICU

RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)

dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah

pada Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Oleh

REHK SONYA ERIENH

137046015 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Telah diuji

Pada tanggal: 28 Agustus 2015

KOMISI PENGUJI TESIS

Ketua : Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D

Anggota : 1. Sri Eka Wahyuni, S.Kep.,Ns, M.Kep

2. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, M.Si

3. Yesi Ariani, S.Kep., NS., M.Kep.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Judul Tesis : Pengalaman Ners dan Keluarga Pasien Tentang Caring

pada Pasien yang Mengalami Perawatan Kritis di

Ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi

Nama Mahasiswa : Rehk Sonya Erienh

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2015

ABSTRAK

Caring merupakan inti dari keperawatan, caring sangat penting bagi semua orang

dimana berfokus untuk pengembangan dan kesejahteraan antara lain ditunjukkan

dengan aplikasi yang terarah dari pikiran, tubuh dan jiwa menuju hasil maksimal

yang positif dalam diri seseorang yang di rawat. Penerapan caring pada perawatan

kritis di ICU merupakan suatu proses perawatan yang diberikan dengan

menggunakan perasaan, pengetahuan, dan tindakan dalam memenuhi kebutuhan

pasien dan keluarga selama perawatan kritis. Tujuan dari penelitian ini untuk

mengeksplorasikan pengalaman Ners dan keluarga tentang caring pada pasien

yang mengalami perawatan kritis. Desain yang digunakan adalah merupakan

fenomenologi interpretatif (Hermeneutic). Partisipan dalam penelitian ini

berjumlah 20 orang yang terdiri dari 10 Ners dan 10 keluarga pasien yang dipilih

dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara mendalam dan observasi. Data yang ditemukan dianalisis dengan 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

langkah siklus Hermeneutic. Hasil yang didapatkan pada pengalaman Ners

diperoleh 5 tema, yaitu yaitu (1) Menunjukkan rasa empati terhadap pasien serta

keluarga yang mendampingi selama perawatan kritis, (2) Tetap berinteraksi

dengan pasien tidak sadar (3) Menunjukkan sikap ramah dalam berinteraksi

dengan pasien tidak sadar, (4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien

kritis, dan (5) Memberikan kenyamanan kepada keluarga pasien yang

mendampingi selama perawatan kritis. Selanjutnya pada penglaman keluarga

pasien ditemukan 5 tema yaitu : (1) Perawat menunjukan kepedulian terhadap

keluarga yang mendampingi pasien yang menjalani perawatan kritis, (2) Perawat

memberikan tindakan terhadap pasien yang yang menjalani perawatan kritis, (3)

Perawat memberikan informasi tentang kondisi dan treatment pada pasien yang

menjalani perawatan kritis, (4) Perawat menunjukkan komunikasi yang baik pada

pasien serta keluarga, dan (5) Perawat menunjukkan empati yang tinggi terhadap

pasien serta keluarganya. Berdasarkan pengalaman yang telah dipaparkan maka

penerapan caring pada pasien yang mengalami perawatan kritis di ruang ICU

RSUD Raden Mattaher Jambi sangat mempengaruhi dalam proses penyembuhan

pasien dan dapat meningkatkan dalam memberikan pelayanan termasuk keluarga

yang mendampingi pasien tersebut. Oleh karena itu, peningkatan dalam perilaku

caring sangat penting sehingga semua kebutuhan pasien serta keluarga yang

mendampingi terpenuhi, baik secara fisik maupun emosional terpenuhi.

Kata kunci: pengalaman, caring, perawatan kritis, ners, keluarga pasien, intensive

care unit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Thesis Title : The Experience Of Ners and Pateints’ Families

About Caring In Patients’ with Critical Care In

ICU of RSUD Raden Mattaher Jambi

Name : Rehk Sonya Erienh

Study Program : Master of Nursing Science

Field of Specialization : Medical-Surgical Nursing

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Caring is a main point of nursing, caring is very important for all people who

focus on the development and prosperity. Both of that pointed with application of

the mind, body and soul to the maximum positive results in a person who cared.

Application of Caring in the ICU may consist of convincing, explaining,

comforting, holding the patient's hand, act quickly and calmly, sitting with the

patient's family, and comprehend for the feel from the patient or family in terms

from result of diagnosis. All noted to be a combination of care and technology.

This study is an interpretative phenomenological (Hermeneutic). Data collected

by interview and observation. They are 20 people for Participants in this study

that consist of 10 nurses and 10 families of patients their selected with purposive

sampling technique. Data were analyzed with 6 steps hermeneutic. The results

obtained on the experience of nurses gained 7 themes, namely: (1) Demonstrate

empathy toward patients and accompanying family during critical care, (2) Fixed

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

interact with the patient is unconscious (3) Indicates friendly attitude in interacting

with the patient is unconscious, (4) Implement nursing actions in critically ill

patients, and (5) To provide comfort to families accompanying patients for critical

care. Next, based on experience from patient's family found 5 themes, namely: (1)

Nurse showed concern for the families who accompany patients undergoing

critical care, (2) Nurses provide action against patients who were undergoing

critical care, (3) Nurses provide information about the condition and treatment in

patients undergoing critical care, (4) Nurse showed good communication to

patients and families and (5) The nurse showed high empathy toward patients and

their families.Based on the experience that has been described, the application of

caring for patients who experienced critical care in the ICU Hospital Mattaher

Jambi Raden influence in the healing process of patients and can improve in

delivering services including family members who accompany the patient.

Therefore, improvements in caring behavior are so important that all of the needs

of patients and families who accompany fulfilled, both physically and emotionally

fulfilled.

Keywords: caring, critical care, nurses, relatives of patients, intensive care unit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul “ Pengalaman Ners Dan Keluarga Pasien

tentang Caring Pada Pasien yang mengalami Perawatan Kritis di Ruang ICU

RSUD Raden Mattaher Jambi “. Tesis ini disusun untuk melengkapi persyaratan

dalam menyelesaikan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak dr. Dedi

Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

atas kesempatan fasilitas selama menyelesaikan program Magister ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan

kepada Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan dengan penuh perhatian dalam memberikan

dorongan untuk menentukan judul penelitian, serta tak hentinya memberikan

motivasi, bimbingan, saran dengan penuh perhatian dan kesabaran yang sangat

luar biasa sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat waktu. Selain itu, beliau telah

memberikan kesempatan yang sangat luar biasa bagi penulis untuk berani tampil

sebagai pemakalah pada even SI-DIES Ke-63 USU. Tak lupa pula terima kasih

yang sebesar-besarnya, penulis sampaikan kepada Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep.,

Ns., M.Kep selaku Pembimbing II, yang dengan penuh perhatian dan kesabaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dalam mengarahkan serta memberikan bimbingan untuk menyelesaikan

pendidikan Magister dengan tepat waktu.

Penghargaan setinggi - tingginya saya sampaikan kepada yang terhormat

Ibu Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, M.Si. selaku Penguji I dan Ibu Yesi

Ariani, S.Kep., Ns., M.Kep, CWCC selaku Penguji II, yang telah memberi

masukan yang berarti untuk kesempurnaan tesis ini.

Terima kasih, penulis ucapkan kepada Direktur RSUD Raden Mattaher,

Kepala Ruangan ICU serta Supervisor ICU, yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian, pengarahan dan masukan untuk

menyempurnakan penyusunan tesis. Tak lupa pula, penulis mengucapkan terima

kasih kepada Ners di ruang ICU dan keluarga pasien yang telah meluangkan

waktunya untuk menjadi partisipan untuk penelitian ini.

Ayahanda Nelyahardi Gutji dan Ibunda Erly Muarti tercinta, terima kasih

yang tak terhingga atas doa, semangat, kasih sayang, pengorbanan, dan

ketulusannya dalam mendampingi penulis. Semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada keduanya. Serta kepada Koko Robby

Eriend dan Uda Jekky Marta Erienh, yang selalu mampu menjadi tempat

beristirahat dan melepas penat yang luar biasa. Serta tak henti-hentinya untuk

mengingatkan selalu fokus selama menyelesaikan pendidikan Magister agar

selesai tepat waktu.

Jazzakillah khoiran katsiran kepada keluarga besar di Binjai dan kakanda

Anggi yang memberikan semangat mulai dari test masuk pendidikan Magister

Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara hingga selesai. Selanjutnya kepada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“keluarga kecil tercinta”, yaitu ibunda Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D

dan adikku Banyu Nadine Setiawan yang selalu memberikan doa, semangat dan

kasih sayangnya sehingga penulis tidak merasa merantau di negeri orang dalam

menyelesaikan pendidikan PSMIK USU.

Untuk para kakanda tersayang, Kak Nindha, Bunda Dewi Astuti

Pasaribu,Kak Siti Meilan Simbolon, Kak Evi Ramayanti Purba, Kak Elfira Husna,

Kak Rina, Bunda Yopa Kartika, syukron atas kebersamaan selama 2 tahun yang

begitu “berwarna dan always beside me” yang selalu memberikan keceriaan, doa,

senyuman, dan kekuatan . Kalian adalah sahabat-sahabat luar biasa, ana ukhibukki

fillah, Sukses selalu dalam mengejar mimpi kita masing-masing.

Alm. Bang Dirhamsyah Tabes dan Kak Roma Sitio, terima kasih atas

diskusi-diskusi yang selalu bisa membangkitkan semangat untuk optimis menata

masa depan. Septian Sebayang, Bang Adi dan Eda Febrina A. Simamora, untuk

bantuannya dalam perkuliahan dan yang lainnya. Terima kasih banyak atas

bantuannya. Ilmu-ilmu yang kalian berikan Insya Allah akan selalu bermanfaat.

Teman PSMIK USU angkatan 2013, terima kasih untuk kebersamaannya

selama ini dalam perjuangan kita menggapai impian sebagai seorang Magister

Keperawatan. Apa yang terjadi selama 2 tahun perkuliahan akan selalu menjadi

pengalaman yang dikenang.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi

kita semua, terima kasih untuk bantuannya selama ini, semoga juga dapat menjadi

amal ibadah di hadapan-Nya. Amin. Penulis menyadari masih banyak kekurangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dan kelemahan dalam penulisan tesis ini, semoga dapat bermanfaat bagi profesi

perawat.

Medan, 28 Agustus 2015

Penulis,

Rehk Sonya Erienh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rehk Sonya Erienh

Tempat/Tgl Lahir : Jambi, 13 Januari 1988

Alamat : Jl. Prof. Mohd. Yusuf No.17 Lingkungan VII Kel.

Merdeka Kec. Medan Baru Medan

No. Telp/HP : 082182210961

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SD Negeri 47 Jambi 1999

SLTP SMP Negeri 7 Jambi 2002

SMA

Diploma III

SMA Negeri 1 Jambi

Politeknik Kesehatan Jambi

2005

2008

Ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2011

Magister Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2015

Kegiatan Akademik Selama Studi :

Peserta pada acara “Pelantikan Pengurus IPEMI SUMUT & Seminar

Keperawatan Maternitas. Tema : Peran Perawat Maternitas dalam

Meningkatkan Asuhan Keperawatan pada Ibu dan Bayi”. 28 September

2013, IPEMI Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Panitia pada acara “Seminar Riset Kesehatan yang berlandaskan Etika”,

6 November 2013, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Medan.

Peserta seminar Diagnostic Reasoning dengan aplikasi NOC-NIC dan ISDA, 24

November 2013, Medan.

Peserta Workshop Diagnostic Reasoning dengan aplikasi NOC-NIC dan ISDA, 24

November 2013, Medan.

Peserta pada acara “Seminar Utilisasi Metodologi Kuantitatif dan Kualitatif dalam

Riset Keperawatan dan Kesehatan”, 7 Desember 2013, Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Peserta pada acara “Computer Assisted Quaitative Data Analysis Software

(CAQDAS), 7 Desember 2013,Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara Medan.

Peserta pada acara”Seminar Awal Tahun Perawatan Luka Tradisional Vs Modern,

12 Januari 2014, Rumah Perawatan Nadimpu. Padangsidimpuan.

Peserta pada acara “The 1st International Neuroscience Nursing Update”, 23

Februari 2014, National Brain Center Hospital, Jakarta.

Panitia pada acara “Workshop Penulisan Proposal untuk AINEC AWARD 2014”,

21-22 Maret 2014. AIPNI, Medan.

Peserta pada acara “Workshop Penulisan Proposal untuk AINEC AWARD 2014”,

21-22 Maret 2014. AIPNI, Medan.

Peserta pada acara “Seminar Kiat Sukses Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi”,

19 April 2014, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Peserta pada acara “ The International Nursing Seminar Coloproctology and

Stoma Care”, 3 May 2014, ASRI Wound Care Center, Medan.

Peserta pada acara “ Seminar Keperawatan The Art of Nursing Care in Hospital

Application”. 17 Mei 2014, Akademi Keperawatan Columbia Asia, Medan.

Peserta seminar International Ostomy, 20 Mei 2014, Medan.

Peserta pada acara “ Seminar Keperawatan Trend & Issue Keperawatan Neurologi

Update on Acute Brain Attack Management System”, 12 Juli 2014, STIKes

Santa Elisabeth Medan.

Peserta pada acara “ The 2nd International Neuroscience Nursing Update 2015:

Workshop Basic Neurology Life Support (BNLS)”, 22-23 Januari 2015,

Indonesia Neuroscience Nurse Assocation, Bandung.

Peserta pada acara “ The 2nd International Neuroscience Nursing Update 2015:

Symposium on Neuro-Critical Care Nursing”, 24-25 Januari 2015,

Indonesia Neuroscience Nurse Assocation, Bandung.

Pemakalah pada acara “Seminar Ilmiah dalam Rangka Dies Natalis Ke-63 USU

(SI-DIES 2015), 18-19 Agustus 2015, Universitas Sumatera Utara, Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK…………………………………………………………….. ........... i

ABSTRACT…………………………………………………………….. .......... iii

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ..... v

RIWAYAT HIDUP……………………………………………………….. ..... ix

DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ........ xii

DAFTAR TABEL………………………………………………………. ........ xv

BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9

2.1 Konsep Caring ................................................................................ 9

2.1.1 Defenisi Caring ..................................................................... 7

2.1.2 Aplikasi Perilaku Caring dalam Praktek Keperawatan ........ 10

2.1.3 Menumbuhkan Perilaku Caring Ners ................................... 12

2.1.4 Pengukuran Perilaku Caring ................................................. 13

2.2 Konsep Keperawatan Kritis ........................................................... 14

2.2.1 Perawatan kritis di ICU ......................................................... 15

2.2.2 Ners dalam Perawatan Kritis di ICU .................................... 17

2.2.3 Aplikasi Caring di ICU ......................................................... 19

2.2.4 Peran Ners dalam Perawatan Kritis diICU ........................... 20

2.2.5 Intervensi Ners dalam Perawatan Kritis di ICU. .................. 21

2.2.6 Respon Individu dan keluarga terhadap Pengalaman

Perawatan Kritis di ICU ........................................................ 21

2.3 Konsep ICU .................................................................................... 22

2.3.1 Defenisi ICU ......................................................................... 22

2.3.2 Pembagian ICU. .................................................................... 23

2.4 Konsep Keluarga ............................................................................. 24

2.4.1 Defenisi Keluarga ................................................................. 24

2.4.2 Dukungan Keluarga pada Pasien selama Perawatan Kritis... 25

2.4.3 Kebutuhan selama Perawatan kritis ...................................... 25

2.4.4 Efek Perawatan Kritis pada Keluarga ................................... 30

2.5 Konsep Studi Fenomenologi .......................................................... 39

BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................... 54

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 54

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

3.3 Partisipan ........................................................................................ 56

3.4 Pengumpulan Data .......................................................................... 56

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ................................................. 60

3.6 Metode Analisis Data ..................................................................... 60

3.7 Tingkat Keabsahan Data ................................................................. 64

3.8 Pertimbangan Etik ........................................................................... 65

BAB 4. HASIL PENELITIAN. ........................................................................ 67

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian. ......................................................... 67

4.2. Karakteristik Demografi Partisipan . ............................................. 71

4.3. Pengalaman Ners tentang Caring pada Pasien yang Mengalami

Perawatan Kritis . ........................................................................... 73

4.4. Pengalaman Keluarga Pasien tentang Caring pada Pasien yang

Mengalami Perawatan Kritis . ........................................................ 102

4.5. Hasil Observasi Caring Ners . ........................................................ 137

BAB 5. PEMBAHASAN. .................................................................................. 139

5.1. Interpretasi Hasil Penelitian . ......................................................... 139

5.1.1 Pengalaman Ners tentang Caring pada Pasien yang

Mengalami Perawatan Kritis . ............................................... 140

5.1.2 Pengalaman Keluarga Pasien tentang Caring pada Pasien

Yang Mengalami Perawatan Kritis. ...................................... 158

5.3. Keterbatasan Penelitian. ................................................................. 168

5.4. Implikasi Hasil Penelitian . ............................................................ 169

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN. ........................................................... 170

6.1. Kesimpulan. ................................................................................... 170

6.2. Saran. ............................................................................................. 171

DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................... 173

LAMPIRAN. ...................................................................................................... 181

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

a. Informed Concent Ners. .......................................................................... 181

b. Informed Concent Keluarga Pasien. ........................................................ 182

c. Panduan Wawancara Ners....................................................................... 183

d. Panduan Wawancara Keluarga Pasien. ................................................... 184

e. Lembar Observasi. ................................................................................... 185 Lampiran 2 Biodata Expert

Biodata Expert ................................................................................................ 186

Lampiran 3 Izin Penelitian

a. Surat Persetujuan Komisi Etik/ Ethical Clearance. ................................ 187

b. Surat Izin Pengambilan Data. .................................................................. 188

c. Surat Izin Penelitian . ............................................................................. 189

d. Surat izin Penelitian dari RSUD Raden Mattaher Jambi. ....................... 190

e. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari RSUD Raden

Mattaher Jambi. ....................................................................................... 191

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan Ners 71

Tabel 4.2 Karakteristik Partisipan Keluarga Pasien 72

Tabel 4.3 Matrik Tema Partisipan Ners 120

Tabel 4.4 Matrik Tema Partisipan Keluarga Pasien 131

Tabel 4.5 Observasi Caring Ners pada Pasien yang Mengalami Perawatan

Kritis 137

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Caring merupakan esensi keperawatan sebagai sentral untuk praktik

keperawatan, dengan suatu cara pendekatan yang dinamis, perawat bekerja untuk

lebih meningkatkan kepeduliannya kepada pasien (Sartika & Nanda, 2011).

Bahkan Backer, et al., (2008) mengatakan bahwa caring dalam pengalaman

manusia terhadap kesehatan adalah fokus dari disiplin keperawatan. Secara umum

caring dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang

lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada

orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak

keperawatan (Potter & Perry, 2007).

Perilaku caring menurut Watson (1979) adalah proses yang dilakukan

oleh perawat yang meliputi pengetahuan, tindakan, dan dideskripsikan

sebagai 10 faktor karatif yang digunakan dalam praktek keperawatan di

beberapa setting klinik yang berbeda. Ners sebagai pemberi jasa keperawatan

yang berada selama 24 jam di rumah sakit yang merupakan ujung tombak dalam

pelayanan keperawatan (Nursalam, 2014), oleh sebab itu perilaku caring sangat

penting bagi Ners di rumah sakit. Perilaku caring bertujuan untuk memberikan

asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan

keselamatan klien, kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai

pasien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan pasien sehingga bisa

memberikan pelayanan kesehatan yang tepat (Setiawan, 2010)

Manfaat dari perilaku caring terdiri dari terjalinnya hubungan interpersonal

yang harmonis antara perawat dan pasien, dapat membantu dan memenuhi

kebutuhan pasien, yang pada akhirnya dapat memberikan kepuasan kepada

pasien. Bahkan Liu, et al., (2006) mengatakan bahwa perilaku caring di dalam

perawatan kritis, yaitu memberikan perawatan yang terdiri dari kebutuhan pasien

beserta keluarga melalui integrasi afektif, kognitif. Manfaat perilaku caring untuk

keluarga pasien adalah membantu menolong pasien dan keluarga dalam

meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dansocial

(Cypress, 2011).

Fenomena yang berkembang hampir di seluruh bagian negara di dunia,

menjelaskan bahwa caring dalam perawatan kritis pada keluarga pasiens angat

penting sehingga memunculkan pengalaman keluarga pasien dan Ners terhadap

perilaku caring selama proses perawatan kritis (Wilkin & Slevin, 2004). Hasil

dari beberapa penelitian tersebut menghasilkan karakteristik yang dikaitkan

dengan persepsi perilaku caring yaitu: 1) Menafsirkan dan menjelaskan informasi

dengan memperhatikan nada suara, kontak mata dan sikap, 2) Mampu menajadi

penyedia perawatan yang kompeten dimana perawat meluangkan waktu untuk

berkomunikasi dengan keluarga pasien perawatan kritis, dan 3) Memberikan

kenyamanan fisik pada keluarga (Cypress, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Isu sentral yang berkembang saat ini bagi Ners di Indonesia yaitu era

globalisasi dan bagaimana berkompetisi di dalamnya terutama peningkatan peran

caring sebagai dasar peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan patient safety.

Fenomena yang berkembang saat ini, banyak perawat yang tidak melaksanakan

perannya sesuai dengan lingkup tanggung jawab (Nursalam, 2014). Berdasarkan

data dari beberapa penelitian tentang perilaku caring perawat, menunjukan hasil

bahwa banyak kritikan yang ditujukan kepada perawat sehingga timbul

ketidakpuasan terhadap pelayan keperawatan (Olsen, et al., 2009)

Ners sebagai pemberi jasa keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan

di rumah sakit yang berada selama 24 jam dan memberikan asuhan keperawatan.

Tanggung jawab yang demikian berat danbelum ditunjang dengan sumber daya

yang memadai, sehingga peran dan kinerja Ners sering menjadi sorotan negatif

dari profesi lain atau masyarakat (Nursalam, 2014). Persepsi Ners mengenai

perilaku caring dalam perawatan kritis dengan memberikan bantuan karena

ketidakmampuan pasien, memberikan perawatan dengan sentuhan sehingga

menimbulkan kenyamanan. Ners juga melibatkan anggota keluarga dalam

menentukan rencana keperawatan, memberikan kesempatan keluarga untuk

menjelaskan bagaimana kondisi pasien, berkomunikasi dengan keluarga pasien

dan berempati (Mizuno, et al., 2005).

Keluarga merupakan sumber dukungan sosial bagi pasien yang mengalami

perawatan kritis (Hupcey, 2001). Disamping itu pasien dalam perawatan kritis

menimbulkan stres bagi keluarga pasien dimana lingkungan rumah sakit, dokter

dan perawat merupakan bagian yang asing, bahasa medis yang sulit untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dipahami dan terpisahnya anggota keluarga dengan pasien. Oleh sebab itu

pelayanan keperawatan perlu memberikan perhatian untuk memenuhi kebutuhan

keluarga dalam frekuensi, jenis, dan dukungan komunikasi. Sejalan dengan itu,

pelayanan keperawatan juga perlu memahami kepercayaan, nilai-nilai keluarga,

menghormati struktur, fungsi, dan dukungan keluarga (Potter & Perry, 2007).

Keluarga pasien yang berada dalam perawatan kritis pada kenyataannya

memiliki stress emosional yang tinggi. Sehingga mereka ingin mendapatkan

informasi tentang kondisi medis pasien dan hubungan dengan petugas pemberi

pelayanan merupakan prioritas utama yang diharapkan dan diperlukan oleh

keluarga pasien, pada kondisi inilah caring perawat sangat dibutuhkan dalam

memenuhi kebutuhan keluarga (Wilkin & Slevin, 2004). Persepsi keluarga dengan

situasi perawatan kritis memicu respon koping mereka terhadap anggota

keluarganya yang dirawat, dan ini merupakan kondisi yang mengancam

kehidupan sehingga kecemasan meningkat (Johson, et al, 2002).Oleh sebab itu,

diperlukan peningkatan caring Ners dengan keluarga. Sehingga persepsi caring

mengalami peningkatan.

Peningkatan persepsi caring memiliki hubungan yang sangat positif kepada

Ners dan keluarga pasien. Ada beberapa kebutuhan keluarga pasien selama

perawatan yaitu: 1) Informasi, 2) Kedekatan dengan pasien, 3) Jaminan, 4)

Jaminan, dan 5) Kenyamanan (O’connell & Landers, 2008). Caring telah

digambarkan sebagai 'esensi' keperawatan (Williams, 2005) dan perawatan kritis

perawat berusaha untuk memberikan perawatan yang membahas kebutuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

individu pasien dan keluarga mereka melalui integrasi afektif, kognitif dan

tindakan proses caring.

Hasil dari beberapa penelitian pengalaman keluarga tentang caring dalam

perawatan kritis menjelaskan bahwa caring pada keluarga pasien yang dalam

perawatan kritis sangat penting (Wilkin & Slevin, 2004), keluarga pasien

memandang bahwa caring Ners sangat penting. Namun, ada kelangkaan

penelitian menyelidiki bagaimana persepsi keluarga pasien mengenai perilaku

caring Ners pada pasien yang mengalami perawatan kritis, dimana mereka

sebagai konsumen kesehatan, pandangan mereka diperlukan untuk dapat

meningkatkan dalam masa perawatan kritis (Olsenet, et al., 2009).

Hasil dari beberapa penelitian mengenai perilaku caring di beberapa rumah

sakit kota Jambi mengatakan bahwa, perilaku caring perawat bukan hanya

berdampak pada pasien saja tetapi juga kepada diri perawat sebagai pemberi

asuhan keperawatan, dimana perilaku tersebut memberikan pengaruh terhadap

pasien yang mengalami perawatan selama di rumah sakit (Dahlia, 2008)

sedangkan menurut Sefrita (2010), mengatakan caring di ICU hanya difokuskan

pada pasien sehingga perawat kurang memperhatikan keluarga pasien. Penerapan

caring pada keluarga pasien yang mengalami perawatan kritis sedang menjadi

perhatian di Rumah Sakit Kota Jambi, terutama dalam meningkatkan pelayanan

pada keluarga pasien yang mengalami perawatan kritis. Namun dari hasil

observasi tindakan Ners dalam pemenuhan kebutuhan tersebut masih kurang

dirasakan oleh keluarga pasien, oleh sebab itu maka dilakukan penelitian secara

kualitatif untuk dapat menghasilkan pembahasan yang lebih mendalam bagaimana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Ners dan keluarga pasien tentang caring pada pasien yang mengalami perawatan

kritis.

1.1. Permasalahan

Bagaimana pengalaman Ners dan keluarga pasien tentang caring pada

pasien yang mengalami perawatan kritis?

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasikan pengalaman Ners dan

keluarga tentang caring pada pasien yang mengalami perawatan kritis.

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi Praktik

Keperawatan (Nursing Practice), Institusi Keperawatan (Nursing Education), dan

Penelitian Keperawatan (Nursing Research)

Bagi praktik keperawatan (Nursing Practice), hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan panduan bagi Kepala Bidang Keperawatan dan Ners yang bekerja

di bagian perawatan kritis dalam mengambil kebijakan untuk lebih menerapkan

caring bukan hanya ke pasien saja tetapi juga keluarga pasien. Serta meningkatkan

kesadaran Ners tentang bagaimana caring yang dirasakan oleh keluarga pasien

dan memungkinkan Ners untuk menentukan dalam memenuhi harapan keluarga

pasien yang mengalami perawatan kritis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Bagi institusi keperawatan (Nursing Education), hasil penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai standar dalam pengembangan ilmu

keperawatan medikal bedah terkait konsep caring dalam perawatan kritis sehingga

dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan dalam mempersiapkan mahasiswa

yang melakukan praktik lapangan di ruang pasien yang mengalami perawatan

kritis. Sehingga dapat menghasilkan Ners yang dapat mengaplikasikan caring

dalam praktek keperawatan yang akan dijalani.

Bagi penelitian keperawatan (Nursing Research), hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai evidence based dan evaluasi bagi penelitian keperawatan

dalam melakukan penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan caring

terhadap keluarga dan pasien dalam perawatan kritis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan teori ini akan memaparkan beberapa teori dan konsep serta

penelitian sebelumnya yang terkait dengan masalah penelitian sebagai rujukan

dalam melakukan penelitian dan saat pembahasan. Uraian tinjauan teori meliputi

Konsep caring, konsep ICU, keluarga, dan pendekatan fenomenologi pada

penelitian kualtitatif.

2.1 Konsep Caring

2.1.1 Definisi Caring

Caring memiliki arti yang luas tidak dan terbatas pada kasih sayang,

perhatian, kehadiran, perlindungan, kesejahteraan, memberikan sentuhan dan

membina kedekatan dengan pasien. Caring merupakan jantung dari keperawatan,

caring sangat penting bagi semua orang dimana berfokus untuk pengembangan

dan kesejahteraan antara lain ditunjukkan dengan aplikasi yang terarah dari

pikiran, tubuh dan jiwa menuju hasil maksimal yang positif dalam diri seseorang

yang di rawat (Beeby, 2010)

Caring didefinisikan sebagai suatu perasaan ketertarikan atau kepedulian

dan merawat merupakan kebutuhan dasar manusia. Secara aktif dan tanpa pamrih

dalam merawat orang lain, dimana berkaitan dengan gagasan altruisme. Altruisme

juga merupakan salah satu harapan dasar profesi dan peduli, atau dalam

membantu orang lain, yang merupakan alasan umum untuk menyatakan mengapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

kedokteran, keperawatan dan saling berhubungan dengan profesi kesehatan

lainnya (Henderson, 2007). Bahkan William dan Hoper (2003) mendefenisikan

caring sebagai tindakan di sengaja membawa rasa aman baik fisik dan emosi serta

keterikatan yang tulus dengan orang lain atau sekelompok orang. Caring

memperjelas sisi kemanusiaan pemberi asuhan maupun penerima asuhan.

Caring di pandang sebagai proses yang berorientasi pada tujuan membantu

orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri (Bruton & Beaman, 2000)

Beeby, J. (2010) juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur,

rendah hati. Sedangkan Abdullah, et al., (2007) mendefinisikan caring sebagai

suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain, yang artinya memberi

perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana

seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring dalam keperawatan untuk

membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya sendiri jika pasien mampu atau

memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan sehingga pasien dapat melakukan

aktivitas sendiri dengan sesegera mungkin dalam pemenuhan kebutuhannya

(Bolderston, et al., 2010).

Bagi Ners, caring merupakan suatu moral imperative (bentuk moral)

sehingga Ners harus bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan

klien, yang mempertahankan martabat dan menghargai klien, bukan melakukan

tindakan amoral pada saat melakukan tugas perawatan. Caring juga digambarkan

sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap klien yang

mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi klien. Dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka

bisa merawat klien (Akosile, et al., 2011).

Teori yang berbasis caring menekankan pada keberanian, kedermawanan,

komitmen dan pentingnya membina dan mempertahankan suatu hubungan

(Kozier et al, 2010). Banyak para ahli mengemukakan tentang caring, antara lain

Watson, Swanson, Bevis, dan Leininger.Watson (1985) meyakini praktek caring

sebagai inti keperawatan, yang menggambarkan dasar dalam kesatuan nilai-nilai

kemanusiaan yang universal (kebaikan, kepedulian dan cinta terhadap diri sendiri

dan orang lain) caring digambarkan sebagai moral ideal keperawatan. Hal ini

meliputi keinginan untuk merawat, dengan tulus yang meliputi komunikasi,

tanggapan positif, dukungan atau intervensi fisik oleh perawat (Synder, 2011).

2.1.2 Teori Caring Watson

Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori

pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson

didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Watson memahami

manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan

diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) berupa kebutuhan

makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan

psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan

istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi)

yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan

intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan

aktualisasi diri (Sartika & Nanda, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Watson(1979) yang terkenal dengan Theory of Human Caring,

mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan

antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien

sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk

sembuh. Cudara & Famadico (2013) menjelaskan bahwa filosofis caring menurut

Watson berlandaskan 3 komponen yaitu carative factors, caring moment, dan

transpersonal caring relationship.

Carative Factors merupakan sutu kerangka untuk memberikan bentuk yang

berfokus terhadap fenomena keperawatan, yang terdiri dari:

1. Membentuk sistem nilai yang bersifat humanistik-altruistik,

Humanistik altruistic adalah sikap yang didasari pada nilai-nilai

kemanusiaan yaitu menghormati otonomi atau kebebasan klien terhadap pilihan

yang terbaik menurutnya serta mementingkan orang lain dari pada diri sendiri.

Aronfreed (1973 dalam Smith, 1995) memandang altruisme adalah perilaku yang

menunjukkan kapasitas seseorang yang empati dan dapat merasakan apa yang

dialami orang lain. Hal ini sesuai dengan pandangan Watson tentang manusia,

yaitu individu merupakan totalitas dari bagian-bagian, memiliki harga diri di

dalam dan dirinya yang memerlukan perawatan, penghormatan, dipahami dan

kebutuhan untuk dibimbing. Di samping itu lingkungan (perawat) yang

mempunyai sifat caring dapat meningkatkan dan membangun potensi seseorang

untuk membuat pilihan tindakan yang terbaik bagi dirinya (Watson, 1979 dalam

Tomey 1994)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah memanggil nama pasien dengan nama sehari-hari,

mengenali karakteristik klien (umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, dll),

mengenali kelebihan dan kekurangan klien, memenuhi panggilan klien walaupun

sedang mengerjakan hal lain yang tidak berhubungan dengan pasien,

mendengarkan apa yang menjadi keluhan dan kebutuhan pasien, menghargai dan

menghormati pendapat dan keputusan pasien terkait dengan keputusannya,

membimbing pasien dalam melakukan suatutindakan keperawatan yang

merupakan kebutuhannya (Nurachmah, 2001). Menanamkan keyakinan dan

harapan

2. Menanamkan sikap penuh pengharapan

Faktor ini sangat erat hubungannya dengan nilai altruisme dan humanistik.

Perawat membantu pasien untuk memperoleh kesejahteraan dan kesehatan

melalui hubungan yang efektif dengan pasien dan memfasilitasi pasien untuk

menerapkan gaya hidup sehat (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah memberi motivasi kepada klien untuk menghadapi

penyakitnya secara realistik, memberi informasi pada klien tentang tindakan

keperawatan dan pengobatan yang akan diberikan, membantu klien untuk

memahami alternative tindakan perawatan dan pengobatan yang telah ditetapkan,

meyakinkan bahwa kehidupan kematian dan takdir setiap orang telah ditentukan,

mendorong pasien melakukan hal-hal positif atau bermanfaat terkait dengan

proses penyembuhannya (Nurachmah, 2001).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

3. Menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain

Perawat harus belajar untuk mengembangkan sifat sensitif dan peka

terhadap perasaan pasien sehingga dapat lebih ikhlas, otentik dan sensitif dalam

memberikan asuhan keperawatan (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood,

2005).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah tetap sabar ketika pasien bersikap kasar terhadap

perawat, mendampingi dan menenangkan pasien ketika menghadapi penderitaan

atau permasalahan, menawarkan bantuan terhadap masalah yang dihadapi pasien

serta memenuhi kebutuhan pasien (Nurachmah, 2001).

4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu

Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah hal yang penting

dalam asuhan keperawatan. Hubungan ini akan meningkatkan penerimaan

terhadap perasaan positif dan negatif antara perawat dan klien (Watson, 1979

dalam Tomey & Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah mengucapkan salam ketika berinteraksi dengan

pasien, memperkenalkan diri pada awal pertemuan dengan pasien, menyepakati

kontrak yang dibuat bersama pasien,menepati kontrak, mempertahankan kontak

mata dengan pasien, berbicara dengan suara yang lembut, posisi perawat

berhadapan dengan klien pada saat berkomunikasi, menjelaskan prosedur tindakan

setiap akan melakukan tindakan, mengorientasikan pasien baru dan melakukan

terminasi pada setiap selesai berinteraksi (Nurachmah, 2001).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative

Perawat berbagi perasaan dengan pasien merupakan hal yang riskan.

Perawat harus mempersiapkan diri dalam menghadapi ekspresi perasaan positif

dan negatif pasien dengan cara memahami ekspresi pasien secara emosional

maupun intelektual dalam situasi yang berbeda (Watson, 1979 dalam Tomey &

Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah memberikan kesempatan pada pasien untuk

mengekspresikan perasaannya, merawat mengungkapkan bahwa ia menerima

kelebihan dan kelemahan pasien, mendorong pasien untuk mengungkapkan

harapan terhadap kondisi saat ini, menjadi pendengar yang aktif pada setiap

keluhan pasien yang menyenangkan dan tidak menyenangkan (Nurachmah, 2001).

6. Menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan masalah caring

untuk pengambilan keputusan secara kreatif dan individualistik.

Perawat menggunakan proses keperawatan yang sistematis dan terorganisir

untuk menyelesaikan masalah kesehatan pasien sesuai dengan ilmu dan kiat

keperawatan ( Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah mengkaji, merencanakan melaksanakan dan

mengevaluasi proses keperawatan sesuai dengan masalah pasien, memenuhi

kebutuhan keinginan pasien yang tidak bertentangan dengan kesehatannya,

melibatkan pasien dan keluarga dalam menentukan masalah keperawatan dan

prioritas, menetapkan rencana keperawatan bersama dengan pasien dan keluarga,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

melibatkan pasien dan keluaraga dalam setiap pelaksanaan tindakan keperawatan,

melibatkan pasien dan keluarga dalam setiap pelaksanaan evaluasi tindakan

keperawatan (Nurachmah, 2001).

7. Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal

Faktor caratif ini merupakan konsep yang penting dalam keperawatan

karena memperlihatkan dengan jelas perbedaan antara keperawatan dan

penyembuhan. Perawat memberikan informasi kepada pasien dan pasien diberi

tanggung jawab juga dalam proses kesehatan dan kesejahteraannya. Perawat

menfasilitasi proses ini dengan teknik belajar mengajar bertujuan untuk

memandirikan pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri, menentukan

kebutuhan diri dan memberikan pribadi pasien kesempatan untuk berkembang

(Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah menciptakan lingkungan yang tenang, aman dan

nyaman untuk proses pemberian pendidikan keperawatan, memberikan

pendidikan kesehatan sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien, menjelaskan

setiap keluhan pasien secara rasional dan ilmiah sesuai dengan tingkat

pemahaman pasien dan cara mengatasinya, meyakinkan pasien tentang kesediaan

perawat untuk menjelaskan apa yang ingin diketahui (Nurachmah, 2001).

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif,

protektif dan korektif.

Perawat harus memahami lingkungan eksternal dan internal yang

berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit individu. Lingkungan internal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

meliputi kesejahteraan mental dan spiritual serta keyakinan sosial budaya

individu, sedangkan lingkungan eksternal meliputi kenyamanan, privasi,

keamanan dan kebersihan serta keindahan (Watson, 1979 dalam Tomey &

Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah menyetujui keinginan pasien dengan bertemu dengan

pemuka agama, menghadiri pertemuan pasien dengan pertemuan agama,

menfasilitasi atau menyediakan keperluan pasien ketika akan berdoa atau

beribadah sesuai dengan agamanya, bersedia mencarikan alamat dan

menghubungi keluarga yang sangat diharapkan mengunjungi pasien, bersedia

menghubungi teman pasien atas permintaan pasien (Nurachmah, 2001).

9. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam

rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia.

Perawat harus memahami kebutuhan biofisikal, psikososial, psikofisikal dan

interpersonal bagi dirinya sendiri dan juga pasien. pasien harus terpenuhi

kebutuhan tingkat dasar terlebih dahulu sebelum berusaha mencapai kebutuhan

yang berada di atasnya. Makanan, eliminasi dan udara adalah contoh kebutuhan

biofisikal pada tingkatan bawah sedangkan aktivitas, istirahat dan kebutuhan

seksual adalah kebutuhan psikosofisikal pada tingkatan paling bawah. Pencapaian

dan afiliasi adalah kebutuhan psikosoaial yang lebih tinggi sedangkan aktualisasi

diri adalah kebutuhan intrapersonal dan interpersonal yang lebih tinggi (Watson,

1979 dalam Tomey dan Alligood, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah bersedia memenuhikebutuhan dasar dengan ikhlas,

menyatakan perasaan bangga dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi pasien,

menghargai pasien dan privasi pasien ketika sedang memenuhi kebutuhannya,

menunjukkan pada pasien bahwa pasien adalah orang yang pantas dihormati dan

dihargai (Nurachmah, 2001).

10. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial-fenomenologikal dan dimensi

spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh

dan ilmiah melalui pemikiran masyarakat modern.

Watson berkeyakinan bahwa perawat mempunyai tanggung jawab untuk

melaksanakan 10 faktor karatif dalam memberikan asuhan keperawatan dan

menfasilitasi klien untuk meningkatkan kesehatannya melalui upaya health

promotion. Upaya ini dilaksanakan dengan mengajarkan perubahan gaya hidup

yang sehat kepada pasien untuk meningkatkan kesehatan, menyediakan

lingkungan yang mendukung, mengajarkan metode pemecahan masalah dan

mengenalkan pada pasien keterampilan koping dan adaptasi terhadap rasa

kehilangan (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah memberikan kesempatan pada pasien dan keluarga

untuk melakukan hal-hal yang bersifat ritual demi proses penyembuhannya,

mampu menfasilitasi kebutuhan pasien dan keluarga terhadap keinginan

melakukan terapi alternatif sesuai pilihannya, memotivasi pasien dan keluarga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

untuk berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa, menyiapkan pasien dan

keluarganya ketika menghadapi fase berduka (Nurachmah, 2001).

Caring moment terjadi pada saat perawat dan yang lain muncul bersama-

sama dengan sejarah kehidupan yang luar biasa dan lingkungan yang luar biasa

dalam sebuah kesepakatan manusia ke manusia yang datang bersama di saat

tertentu dari kesempatan itu sendiri, hal tersebut menjadi inspirasi ketika

pengalaman dan persepsi berlangsung (Watson, 2005).

Transpersonal caring relationship bergantung pada beberapa prinsip, yaitu:

1) Komitmen moral untuk melindungi dan meningkatkan martabat manusia,

dimana seseorang diperbolehkan untuk menentukan makna sendiri, 2) Niat

perawat dan kemauan adalah untuk megaskan makna subjektif dari orang tersebut,

3) Kemampuan perawat untuk menyadari dan secara tepat mendeteksi perasaan

dan kondisi batin yang lain, 4) Kemampuan perawat untuk mengkaji dan

menyadari kondisi di dunia dan merasa menyatu dengan yang lain, dan 5) Riwayat

kehidupan perawat dan pengalaman sebelum dan serta peluang setelah

mendapatkan pengalaman baik sendiri atau berbagai kondisi manusia, dan

memiliki perasaan membayangkan dalam berbagai kondisi manusia.

2.1.3 Aplikasi Prilaku Caring dalam Praktek Keperawatan

Pryzby (2004) mengatakan perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa

peduli, hormat dan menghargai orang lain dalam arti memberikan perhatian yang

lebih kepada seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak, karena perilaku

caring merupakan perpaduan perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan

derajat kesehatan dalam membantu pasien yang sakit. Perilaku caring sangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

penting untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara

hidup manusia. Perilaku caring sangat penting dalam layanan keperawatan karena

akan memberikan kepuasan pada pasien dan perawat akan lebih memahami

konsep caring, khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan dalam pelayanan

keperawatan.

Lynda Hall mengemukakan sebagai seorang perawat, kemampuan care,

core, dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan

keperawatan yang optimal untuk klien. Lydia Hall mengemukakan perpaduan tiga

aspek tersebut dalam teorinya. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri

dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga

kesehatan lain, sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan

terapeutik. Memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka

ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995 dalam Sartika, 2011). Care

merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Care

mendasari kejujuran, autonomi dan keadilan serta etik dan moral yang penting

sekali bagi keperawatan (Basford & Slevin, 2006). Melakukan askep yang harus

dilakukan mencakup: sikap caring, hubungan perawat pasien yang terapeutik,

kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan pasien, kegiatan jaminan mutu pelayanan.

Aplikasi caring perawat seperti memperkenalkan diri serta membuat

kontrak hubungan, memanggil pasien dengan namanya, menggunakan sentuhan,

mengkaji lebih lanjut keinginan pasien, menyakinkan pasien bahwa perawat akan

membantu pasien dalam memberikan askep, memenuhi kebutuhan dasar pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dengan ikhlas, menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan (inform

Consent), mendengarkan dengan penuh perhatian, bersikap jujur, bersikap empati,

dapat mengendalikan perasaan, selalu mendahulukan kepentingan pasien, tidak

menerima uang dari pasien, memberi waktu dan perhatian, bekerja dengan

trampil, dan cermat berdasarkan ilmu, kompeten dalam melakukan tindakan

keperawatan, berespon dengan cepat dan tanggap, mengidentifikasi secara dini

perubahan status kesehatan pasien, serta memberikan rasa aman dan nyaman.

(Kozier, 2007)

2.1.4 Menumbuhkan Perilaku Caring Ners

Setiap Ners harus memahami caring, tulus dan berusaha memahami apa

yang dirasakan pasien berbeda-beda sehingga perawat dapat memberikan asuhan

keperawatan bermutu yang diberikan Ners dapat dicapai apabila perawat dapat

memperlihatkan sikap caring kepada pasien berupa memberikan kenyamanan,

kasih sayang, kepedulian, empati, memfasilitasi, minat, keterlibatan, tindakan

konsultasi kesehatan, tindakan instruksi kesehatan, tindakan pemeliharaan

kesehatan, perilaku menolong, cinta, kehadiran, perilaku protektif, berbagi,

perilaku stimulasi, penurunan stress, bantuan, dukungan, surveilands, kelembutan,

sentuhan dan kepercayaan (Pryzby, 2004).

Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan

seharusnya tercermin dalam setiap interaksi Ners dengan pasien, bukan dianggap

sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang tinggi, atau

pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan yang kurang baik.

Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan, memperbaiki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

image Ners di masyarakat dan membuat profesi keperawatan memiliki tempat

khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan (Sartika & Nanda, 2011).

Ners perlu menampilkan sikap empati, jujur dan tulus dalam melakukan

tindakan caring. Kegiatan perawat harus ekspresif dan merupakan cerminan

aktivitas yang menciptakan hubungan dengan pasien. Sifat-sifat aktivitas ini

menimbulkan keterlibatan hubungan saling percaya (Kozier, 2007).

2.1.5 Pengukuran Perilaku Caring

Perilaku caring Ners adalah bagian dari praktik keperawatan professional

yang holistik dan mengatakan bahwa pilihan pasien dalam mencari pusat

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh pengalaman positif terhadap perilaku

caring Ners (Pryzby, 2004). Dalam penelitian caring lain pun juga mmenyatakan

bahwa klien mengharapkan perawat memiliki perilaku caring dalam memberikan

pelayanan kesehatan (Liu & Wong, 2006).

Pengukuran prilaku caring dengan mengacu pada pengembangan dari

caratif faktor (Watson, 1979) yang mencakup pembentukan nilai humanistik dan

altruistik, menanamkan sikap penuh harapan, menanamkan sensitifitas terhadap

diri sendiri dan orang lain, hubungan saling percaya dan saling membantu

meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan

metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan,

meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan

yang mendukung, melindungi,memperbaiki mental, sosiokultural dan spiritual,

membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan mengembangkan

faktor kekuatan eksistensial-fenomologis (Nurachmah, 2001).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

2.2 Konsep ICU

2.2.1 Defenisi ICU

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang

terpisah, dengan staf khusus dan perlengkapan yang khusus, yang ditujukan untuk

observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera

atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa

dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana

serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan

keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam

pengelolaan keadaan-keadaan tersebut (Rab, 2007)

Unit perawatan kritis atau unit perawatan intensif (ICU) merupakan unit

rumah sakit di mana klien menerima perawatan medis intensif dan mendapat

monitoring yang ketat. ICU memilki teknologi yang canggih seperti monitor

jantung terkomputerisasi dan ventilator mekanis. Walaupun peralatan tersebut

juga tersedia pada unit perawatan biasa, klien pada ICU dimonitor dan

dipertahankan dengan menggunakan peralatan lebih dari satu.Staf keperawatan

dan medis pada ICU memiliki pengetahuan khusus tentang prinsip dan teknik

perawatan kritis. ICU merupakan tempat pelayanan medis yang paling mahal

karena setiap perawat hanya melayani satu atau dua orang klien dalam satu waktu

dan dikarenakan banyaknya terapi dan prosedur yang dibutuhkan seorang klien

dalam ICU ( Potter & Perry, 2007).

ICU merupakan tempat pelayanan medis yang paling mahal karena setiap

perawat hanya melayani satu atau dua orang klien dalam satu waktu dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dikarenakan banyaknya terapi dan prosedur yang dibutuhkan seorang pasien

dalam ICU (Potter & Perry, 2009). Bahkan Kvale (2011) mengatakan bahwa ICU

sering merupakan tempat yang kuat dan besar untuk pasien dan keluarga mereka.

Dengan memperhatikan kebutuhan baik pasien maupun keluarga, rumah sakit

dapat menciptakan lingkungan yang saling percaya dan mendukung dimana

keluarga diakui sebagai bagian integral dari perawatan pasien dan pemulihan.

ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang

dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien

dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas

defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga

merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis

erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena memerlukan pencatatan

medis yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau

perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ

tubuh lainnya (Rab, 2007). Fungsi utama ICU adalah untuk pasien kritis yang

membutuhkan perhatian medis dan alat-alat khusus, sehingga memudahkan

pengamatan dan perawatan oleh perawat yang sudah terlatih (Rab, 2007).

2.2.2 Pembagian ICU berdasarkan kelengkapan

Pembagian ICU berdasarkan kelengkapan, ICU dapat dibagi atas tiga

tingkatan, yaitu: 1) ICU tingkat I yang terdapat di rumah sakit kecil yang

dilengkapi dengan perawat, ruangan observasi, monitor, resusitasi dan ventilator

jangka pendek yang tidak lebih dari 24 jam.ICU ini sangat bergantung kepada

ICU yang lebih besar, 2) ICU tingkat II yang terdapat pada rumah sakit umum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

yang lebih besar di mana dapat dilakukan ventilator yang lebih lama yang

dilengkapi dengan dokter tetap, alat diagnosa yang lebih lengkap, laboratorium

patologi dan fisioterapi, dan 3) ICU tingkat III yang merupakan ICU yang terdapat

di rumah sakit rujukan dimana terdapat alat yang lebih lengkap antara lain

hemofiltrasi, monitor invasif termasuk kateterisasi dan monitor intrakranial. ICU

ini dilengkapi oleh dokter spesialis dan perawat yang lebih terlatih dan konsultan

dengan berbagai latar belakang keahlian (Rab, 2007).

Ada tiga kategori pasien yang termasuk pasien kritis yaitu: 1) pasien yang di

rawat oleh karena penyakit kritis meliputi penyakit jantung koroner, respirasi

akut, kegagalan ginjal, infeksi, koma non traumatik dan kegagalan multi organ, 2)

pasien yang di rawat yang memerlukan propilaksi monitoring oleh karena

perubahan patofisiologi yang cepat seperti koma, dan 3) pasien post operasi

mayor. Apapun kategori dan penyakit yang mendasarinya, tanda-tanda klinis

penyakit kritis biasanya serupa karena tanda-tanda ini mencerminkan gangguan

pada fungsi pernafasan, kardiovaskular, dan neurologi (Fridh, et al., 2009). Tanda-

tanda klinis ini umumnya adalah takipnea, takikardia, hipotensi, gangguan

kesadaran misalnya letargi, konfusi / bingung, agitasi atau penurunan tingkat

kesadaran (Rab, 2007).

2.2.3 Gambaran Pasien Kritis di ICU

Intensive Care Unit (ICU) adalah tempat atau unit tersendiri di dalam

rumah sakit yang menangani pasien kritis karena penyakit, trauma atau

komplikasi penyakit lain yang memfokuskan diri dalam bidang life support atau

organ support yang kerap membutuhkan pemantauan intensif. Pasien yang dirawat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

di ICU adalah pasien yang kondisinya kritis sehingga memerlukan pengelolaan

fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi, berkelanjutan, dan memerlukan

pemantauan secara terus menerus.

Pasien ICU tidak hanya memerlukan perawatan dari segi fisik tetapi

memerlukan perawatan secara holistik. Kondisi pasien yang dirawat di ICU yaitu:

1) Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti

bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infus secara terus menerus,

seperti pasien dengan gagal napas berat, pasien pasca bedah jantung terbuka, dan

syok septik, 2) Pasien yang memerlukan bantuan pemantauan intensif sehingga

komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi seperti pasien pasca bedah besar

dan luas, pasien dengan penyakit jantung, paru, dan ginjal, 3) Pasien yang

memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasikomplikasi akut dari

penyakitnya seperti pasien dengan tumor ganas dengan komplikasi infeksi dan

penyakit jantung, sumbatan jalan napas. Menurut Departement of Health – Inggris

terdapat empat 4) tingkatan pasien yang membutuhkan perawatan kritis, yaitu;

(1)Tingkat nol, yaitu pasien yang kebutuhannya dapat terpenuhi dengan

perawatan dalam ruang perawatan normal di Rumah Sakit yang menangani

kondisi akut, (2) Tingkat satu, yaitu pasien yang memiliki resiko mengalami

kondisi yang memburuk atau pasien yang baru dipindahkan dari tingkat perawatan

yang lebih tinggi yang kebutuhannya dapat terpenuhi pada ruang perawatan akut

dengan saran dan bantuan tambahan dari tim perawatan kritis, (3) Tingkat kedua,

yaitu pasien yang membutuhkan observasi atau intervensi yang lebih detail

termasuk bantuan untuk kegagalan satu sistem atau perawatan pasca operasi, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

pasien yang turun dari tingkat perawatan yang lebih tinggi, dan (4) Tingkat ketiga,

yaitu pasien yang membutuhkan bantuan pernafasan lanjut saja atau bantuan

pernafasan dasar dengan bantuan setidaknya pada dua sistem organ. Tingkat ini

meliputi semua pasien kompleks yang membutuhkan bantuan untuk kegagalan

multiorgan.

2.2.4 Aplikasi Caring di ICU

Caring pada perawatan kritis di ICU merupakan suatu proses perawatan

yang diberikan dengan menggunakan perasaan, pengetahuan, dan tindakan dalam

memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga selama perawatan kritis (Bush & Barr,

1997).Caring di ICU dapat terdiri dari meyakinkan, menjelaskan, menghibur,

memegang tangan pasien, bertindak cepat dan tenang, duduk dengan keluarga

pasien, dan menangis dengan pasien / keluarga dalam hal diagnosis semua tercatat

menjadi kombinasi peduli dan teknologi (Beeby, 2010).

Salah satu caring yang diterapkan di ICU adalah interaksi perawat selama

24 jam dan menjalin hubungan dekat dengan keluarga pasien dalam perawatan

kritis untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Beeby, 2010). Beberapa penelitian

mengenai pengalaman caring perawat dalam perawatan kritis menjelaskan bahwa

cara merawat berasal rasa empati perawat, sensitivitas dan kepedulian terhadap

pasien mereka (Brysiewic & Bhengu, 2010).). Ners ICU perlu meningkatan

perasaan caring dalam perawatan kritis serta memiliki pengetahuan dan percaya

diri dalam penggunaan teknologi (Beeby, 2010)

Perilaku caring selama perawatan kritis terhadap keluarga pasien dapat

dilihat dari cara perawat merespon akan pertanyaan-pertanyaan yang diungkapkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

oleh keluarga pasien, memberikan dukungan psikologis termasuk kebutuhan

psikososial keluarga, perubahan kondisi perawatan dan kebutuhan antisipatif;

Memberikan penjelasan akan pengobatan, dan cara akses dalam mendapatkan

kualitas informasi yang lain selama perawatan kritis. Ners bertanggung jawab

untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kebanyakan unit perawatan intensif

mencoba untuk menawarkan terbuka untuk mengunjungi anggota keluarga dekat,

yang mana keluarga pasien bisa di samping tempat tidur pasien untuk sebagian

besar hari sehingga dapat mengetahui seluruh pengobatan dasar dan intervensi

prosedural.

Mengingat pentingnya peran keluarga oleh karena itu caringsangat

diperlukan dalam perawatan kritis, karena selama ini caring lebih difokuskan

kepada pasien saja.Padahal dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan

keluarga, maka akan menciptakan lingkungan yang saling mendukung untuk

kesembuhan dan pemulihan kesehatan pasien. Bagi keluarga pasien yang berada

dalam keadaan kritis (critical care paients) dalam kenyataannya memiliki stress

emosional yang tinggi (high levels of emotional distress). Ners yang akan

memberikan informasi tentang kondisi medis pasien dan memberikan akses untuk

berhubungan dengan petugas pemberi pelayanan merupakan prioritas utama yang

diharapkan dan diperlukan oleh keluarga pasien, merupakan gambaran caring di

perawatan kritis. Perawatan kritis di ICU menimbulkan stres bagi keluarga pasien

juga karena lingkungan rumah sakit, dokter dan perawat merupakan bagian yang

asing, bahasa medis yang sulit untuk dipahami dan terpisahnya anggota keluarga

dengan pasien, oleh karena itu Ners perlu memberikan perhatian untuk memenuhi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

kebutuhan keluarga dalam frekuensi, jenis, dan dukungan komunikasi. Sejalan

dengan itu, caring di ICU harus memahami kepercayaan, nilai-nilai keluarga,

menghormati struktur, fungsi, dan dukungan keluarga (Potter & Perry, 2007).

2.2.5 Ners di Perawatan Kritis dalam ICU

Ners sebagai pemberi jasa keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan

di rumah sakit sebab perawat berada selama 24 jam memberikan asuhan

keperawatan. Tanggung jawab yang demikian berat belum ditunjang dengan

sumber daya yang memadai, sehingga peran dan kinerja perawat sering menjadi

sorotan negatif dari profesi lain atau masyarakat. Fenomena yang berkembang

saat ini, banyak perawat yang tidak melaksanakan perannya sesuai dengan lingkup

tanggung jawab.Perawat dalam melaksanakan peran sering hanya berdasarkan

mother instinc, berdasarkan rutinitas, dan prosedur tanpa adanya kejelasan

paradigma ilmu yang diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

klien. Terlebih lagi lingkup dan tanggung jawab perawat sering tumpang tindih

dengan profesi kedokteran Belum nampak tugas independen (Nursalam, 2014).

Ners perawatan kritis adalah perawat profesional berlisensi yang bertanggung

jawab untuk memastikan bahwa akut dan pasien sakit kritis dan keluarga mereka

menerima perawatan yang optimal, yang mana mengandalkan ilmu pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman untuk memberikan perawatan kepada pasien dan

keluarga serta menciptakan lingkungan yang menyembuhkan, manusiawi dan

peduli.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

2.2.6 Peran Ners selama Perawatan Kritis

Ners harus seimbang dalam memenuhi kebutuhan fisik dan emosional

dirinya maupun kliennya beserta kelaurga dalam suatu lingkungan yang dapat

menimbulkan stress dan dehumanis. Dukungan psikososial dibutuhkan oleh

pasien dan keluarga pada unit perawatan kritis termasuk bantuan dalam mengatasi

efek perawatan di rumah sakit sebanding dengan penyakit kritis. Peranan Ners

dalam perawatan kritis terdapat di bagian unit perawatan intensif, perawatan

pasca-operasi dan unit ketergantungan tinggi. Mereka juga bekerja pada tim

evakuasi dan transportasi medis.

Selain itu, Ners selama perawatan kritis yaitu mampu mengkoordinasikan

perawatan dan melakukan intervensi apabila jika ada kebingungan atau konflik

antara anggota staf lain. Ners juga memberikan dukungan kepada keluarga yang

sering ditekankan oleh penyakit pasien selama perawatan kritis dan sangat

membutuhkan dukungan emosional dalam beberapa kasus. Ners juga

memfasilitasi diskusi antara keluarga pasien dan dokter tentang pilihan terbaik

perawatan, apabila terjadi perselisihan, maka Ners yang akan mungkin bertindak

sebagai mediator, memperoleh bantuan dari pekerja sosial atau pemuka agama,

atau mengakses komite etik rumah sakit.

2.2.7 Intervensi Ners dalam Perawatan Kritis

Secara konsisten Ners dalam menangani kebutuhan keluarga yang

mengalami perawatan kritis yaitu untuk memberikan informasi, jaminan,

kedekatan, dukungan dan kenyamanan. Beberapa intervensi lainnya yaitu

menyelamatkan nyawa, mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

melalui observasi dan monitoring yang ketat, disertai kemampuan

menginterpretasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak lanjut,

meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan,

mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien, dan mengurangi angka

kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan

pasien

2.3 Keluarga

Keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial-ekonomi terkecil

dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi,

merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang

mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan

perkawinan, dan adopsi (Buckley & Andrew 2011). Sedangkan Friedman (1998)

mengatakan keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup

bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut Sayekti (1994)

mengatakan bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar

perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau

seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa

anak, baik anaknya sendiri atau anak adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah

tangga.

Ketiga pengertian diatas memiliki persamaan bahwa dalam keluarga

terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

atap (serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional

(suprajitno, 2004)

2.3.1 Dukungan keluarga pada pasien dengan perawatan kritis

Keberhasilan pelayanan keperawatan bagi pasien tidak dapat dilepaskan dari

peran keluarga.Pengaruh keluarga dalam keikutsertaannya menentukan kebijakan

dan keputusan dalam penggunaan layanan keperawatan membuat hubungan

dengan keluarga menjadi penting. Namun dalam pelaksanaannya hubungan ini

sering mengalami hambatan, antara lain kesempatan kontak relatif terbatas

(Brysiewicz & Bhengu, 2010).

Adanya kebijakan jam kunjungan di ICU menjadikan pasien merasa terpisah

dengan keluarga yang mereka cintai. Pasien sering merasa kesepian dan kurang

mendapat perhatian dari keluarganya. Kurangnya perhatian dapat secara aktual

menyebabkan efek yang merusak pada kesehatan dan penyembuhan pasien. Maka

keluarga merupakan orang-orang yang paling mungkin dan mampu memberikan

aspek perhatian ini. Memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan

komunikasi adalah hal yang bermakna dan penting dalam memenuhi kebutuhan

psikososial pasien. Bahkan pada pasien tuli, tidak mampu berbicara, atau tidak

mampu memahami bahasa, atau tidak mungkin berkomunikasi verbal karena

intubasi atau sakit fisik lainnya juga memerlukan dukungan keluarga untuk

memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi yang mungkin

dilakukan dengan menggunakan sentuhan (Hudak & Gallo, 1997).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

2.3.2 Kebutuhan Keluarga selama Perawatan Kritis

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk

hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) untuk berusaha.

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada

dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaan

budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi

kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika

gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak

untuk berusaha mendapatkannya.

Kebutuhan keluarga merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh keluarga

dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis individu-

individu dalam keluarga tersebut, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan

kehidupan dan kesehatan (Alimul, 2009). Adapun kebutuhan keluarga pasien di

ICU menurut CCFNI (Critical Care Family Need Inventory oleh Motter & Leske,

1996) yaitu: 1) Kebutuhan akan informasi, 2) Kebutuhan akan dukungan mental,

3) Kebutuhan rasa nyaman berdekatan dengan pasien, dan 4) Jaminan pelayanan.

Kebutuhan akan informasi meliputi informasi tentang perkembangan

penyakit pasien, penyebab atau alasan suatu tindakan tertentu dilakukan pada

pasien, kondisi sesungguhnya mengenai perkembangan penyakit pasien, kondisi

pasien setelah dilakukan tindakan/pengobatan, perkembangan kondisi pasien

dapat diperoleh keluarga paling sedikit sehari sekali, rencana pindah atau keluar

dari ruangan, dan informasi mengenai peraturan selama menajalani perawatan

kritis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Kirchoff, et al. (1998), jenis informasi yang keluarga butuhkan dari perawat

berhubungan dengan keadaan pasien secara umum. Keluarga ingin mendapat

informasi tentang tanda-tanda vital (stabil vs tidak stabil), tingkat kenyamanan

pasien, dan pola tidur. Keluarga tidak mengharapkan perawat untuk memberikan

informasi tentang prognosis, diagnosis, atau rencana pengobatan (informasi ini

mereka butuhkan dari dokter yang merawat pasien). Pernyataan ini juga berarti

bahwa perawat tidak dapat dan tidak boleh memberikan jenis informasi ini.

Informasi yang spesifik dan penting untuk keluarga pasien di identifikasi

oleh Mirackle and Hovenkamp berupa kebutuhan untuk mendapat jawaban yang

jujur atas pertanyaan-pertanyaan keluarga, kebutuhan untuk mengetahui fakta

tentang prognosa pasien, kebutuhan untuk mengetahui hasil suatu prosedur yang

telah dilakukan sesegera mungkin, kebutuhan untuk mendapat informasi dari staf

mengenai status pasien, kebutuhan untuk mengetahui mengapa sesuatu dapat

terjadi, kebutuhan untuk mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi, kebutuhan

untuk mendapat penjelasan atau keterangan yang bisa di mengerti, kebutuhan

untuk mengetahui dengan jelas apa yang sedang terjadi, kebutuhan untuk

mengetahui tentang staf yang memberikan perawatan, kebutuhan untuk

mendapatkan bimbingan atau petunjuk tentang bagaimana suatu prosedur

dilakukan (Urden & Stacy, 2000).

Kebutuhan akan dukungan mental yaitu kebutuhan akan adanya

pelayanan rohaniwan selama perawatan kritis, mendapat jawaban yang tepat,

adanya perhatian dari personil ruang ICU, dan dapat berkonsultasi tentang kondisi

pasien setiap hari dengan dokter/perawat yang merawat (Bhengu, 2010). Mereka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

tidak hanya ingin memberikan dukungan dengan berada dekat dengan pasien,

tetapi juga kehadiran fisik memungkinkan mereka untuk menyaksikan bagaimana

anggota keluarga mereka sedang di rawat. Dengan memberikan waktu kunjungan

yang fleksibel tidak hanya memungkinkan pasien dan keluarganya bersama

namun juga memfasilitasi keluarga untuk memberikan dukungan pada pasien.

Kebutuhan akan rasa nyaman yaitu kebutuhan yang dibutuhkan keluarga

untuk mengetahui bahwa pasien masih bisa mendengarkan dan mengenali suara

keluarga yang berkunjung, ada pemberitahuan ke rumah bila ada perubahan

kondisi secara mendadak pada pasien, mempunyai kenyamanan dengan peralatan

yang ada di ruang tunggu, mempunyai waktu khusus/istimewa saat menjenguk

pasien dan ada jam kunjung yang tepat waktu. Kebutuhan akan kedekatan dengan

pasien dimana kedekatan ini menunjukkan kebutuhan untuk berada di dekat

anggota keluarga/orang yang di cintainya yang sedang sakit. Kebutuhan ini bisa

diperoleh apabila keluarga pasien tersebut dapat melihat/menjenguk pasien selama

perawatan kritis secara teratur, dapat berkomunikasi/konsultasi tentang kondisi

pasien dengan perawat yang sama setiap hari, dapat membantu merawat fisik

pasien serta dapat membantu memberi dukungan mental kepada pasien di rawat.

(Nursalam, 2003).

Kebutuhan akan jaminan pelayanan yaitu kebutuhan dimana setiap

keluarga membutuhkan kepastian tentang adanya penilaian yang realistis tentang

situasi. Kepastian adalah suatu strategi untuk menghindari stress, menghindari

kemungkinan krisis dan mengurangi ketidakpastian dalam kebutuhan keluarga,

harapan telah konsisten diidentifikasi sebagai kebutuhan yang diprioritaskan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Harapan lebih banyak mencerminkan paham spiritual bahwa nasib tidak

ditentukan sebelumnya dan respon emosional pasien dipengaruhi oleh perawatan

yang diberikan. Jaminan pelayanan yang dibutuhkan keluarga meliputi :

merasakan ada harapan tentang kesembuhan pasien, mengetahui bahwa semua

tindakan yang dilaksanakan bertujuan mengurangi/menyembuhkan penyakit

pasien, rumah sakit menyediakan makanan yang terbaik dan bermutu untuk

pasien, ada jaminan bahwa perawatan terbaik telah diberikan kepada pasien, ada

jaminan perlindungan diri pasien.

The American College of Medicine Critical Care (ACCM) dan The Society

of Medicine Critical Care (SMCC) merekomendasikan kebutuhan keluarga yang

menunggu keluarganya selama perawatan kritis meliputi kebutuhan untuk

mengambil keputusan bersama, bukan keputusan sepihak oleh dokter, kebutuhan

meningkatkan komunikasi dan menggunakan istilah-istilah yang keluarga bisa

mengerti pada saat berkomunikasi, kebutuhan dukungan spiritual, mendorong dan

menghargai do'a dan kepatuhan terhadap tradisi budaya yang membantu banyak

pasien dan keluarga untuk mengatasi penyakit dan kematian, kebutuhan akan

hadirnya keluarga pada saat resusitasi yang mungkin membantu keluarga untuk

mengatasi stress akibat kematian orang yang di cintai, kebutuhan akan waktu

kunjungan yang fleksibel, kebutuhan tersedianya ruangan menunggu untuk

keluarga yang dekat dengan ruangan pasien, dan kebutuhan keluarga agar

dilibatkan dalam proses perawatan paliatif (Barclay & Lie, 2007).

Pada studi tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya

dengan perawatan ICU ada beberapa hal penting yang dibutuhkan yaitu kebutuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

untuk dihubungi ke rumah bila terjadi perubahan pada kondisi pasien, kebutuhan

untuk mengetahui prognosa penyakit, kebutuhan untuk mendapat jawaban yang

jujur atas pertanyaan keluarga, kebutuhan untuk menerima informasi tentang

pasien sekali sehari, kebutuhan untuk mendapat penjelasan terhadap sesuatu yang

tidak dimengerti, dan kebutuhan untuk mendapat jaminan bahwa pasien

mendapatkan kenyamanan (Campbell, 2009). Meskipun kebutuhan keluarga

pasien yang menunggu keluarganya dengan perawatan kritis tampak mudah,

namun adalah kesalahan bila menganggap bahwa semua staf yang bekerja di unit

ICU mengetahui dan mencoba memenuhi apa yang menjadi kebutuhan mereka

(Henneman & Cardin, 2002)

2.3.3 Efek Perawatan Kritis pada Keluarga

Perawatan kritis pada salah satu anggota keluarga menciptakan krisis dan

rasa ketidakseimbangan dalam sistem keluarga, sehingga peran dan fungsi yang

ditetapkan akan terganggu. Krisis pada masa perawatan kritis mengganggu

keluarga dalam beradaptasi dengan stres. Kebutuhan emosional dan fisik dasar

tidak dapat dipenuhi dan kebutuhan-kebutuhan baru dapat berkembang (Hepworth

et al., 1994).

Molter (1979) mengatakan beberapa kebutuhan yang dapat membantu

keluarga dalam mendukung perawatan kritis, sehingga membantu perawat

mengembangkan intervensi untuk memfasilitasi pemahaman keluarga tentang

penyakit pasien, dan membantu keluarga mengatasi krisis. Keluarga individual

akan mengungkapkan kebutuhan berdasarkan pada sumber daya mereka, metode

koping, nilai-nilai, dan sikap tentang penyakit kritis dan perawatan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Evaluasi dan penggabungan respon keluarga ke dalam rencana perawatan sangat

penting untuk menerapkan perawatan yang berfokus kepada keluarga. Kebutuhan

keluarga memberikan basis untuk dapat memulai ketika keluarga mengerti

mengenai penyakit dan pilihan pengobatan pasien, sehingga mereka dapat

keluarga memberikan basis untuk dapat memulai ketika keluarga mengerti

mengenai penyakit dan pilihan pengobatan pasien, sehingga mereka dapat

memahami tindakan keperawatan selama perawatan kritis.

2.4. Konsep Studi Fenomenologi

Fenomenologi sebagai studi tentang fenomena telah mengalami

perkembangan sebagai studi tentang fenomena dan metode penelitian.Pergerakan

fenomenologi sebagai filosofi dimulai dari fase persiapan, fase Jerman dan Fase

Perancis (Streubert & Carpenter, 1999). Pada fase persiapan, Franz Bretano yang

dikenal sebagai “Bapak fenomenologi” menyatakan konsep intentionality yang

menjadi tema sentral dari filosofi fenomenologi.Intentionality adalah suatu konsep

yang berarti suatu kesadaran dari pengalaman internal terhadap suatu kejadian

yang didasarkan pada ingatan, bayangan, dan arti (Moustakas, (1994 dalam

Creswell, 1998)).

Pada fase Jerman, pemikiran dasar Bretano dikembangkan oleh Edmund

Husserl yang mengembangkan konsep sentral fenomenologi menjadi intuition dan

phenomenological reduction. Husserl menyatakan bahwa suatu penampakan

fenomena hanya akan ada bila ada subjek yang mengalami fenomena tersebut

(Denzin & Lincoln, 2003). Tujuan dari proses intuitif adalah untuk memahami arti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dan makna suatu fenomena sebagaimana pengalaman manusia yang

mengalaminya dalam konteks alami. Phenomenological reduction

menggambarkan bahwa suatu fenomena harus dilihat tanpa prasangka atau

penghakiman.Konsep ini kemudian dikenal dengan “bracketing” (Creswell,

1998). Dasar pemikiran Husserl diatas merupakan pondasi bagi perkembangan

fenomenologi sebagai suatu filosofi dan metode penelitian (Creswell, 1998;

Streubert & Carpenter, 1999).

Pada fase Perancis, filosof seperti Gabriel Marcel, Jean Paul Satre dan

Maurice Merleau-Ponty berbeda dengan filosofi Husserl tidak sependapat dengan

konsep bracketing. Hal ini karena manusia tidak dapat dipisahkan dari

persepsinya, sehingga pada fase perancis fenomenologi eksitensial memiliki

konsep reflexsivity (Streubert & Carpenter, 1999). Konsep reflexsivity

mengandung pengertian bahwa seseorang dapat mengartikan suatu makna dari

suatu kesadaran melalui proses perefleksia terhadap fenomena yang terjadi

(Denzin & Lincoln, 2003). Konsep ini manusia dapat menginterpretasikan

manusia lain dan kejadian disekelilingnya dengan cara membuat klasifikasi dan

pengorganisasian konsep-konsep dan faktor-faktor lain yang terlibat dalam

pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan interaksi dengan sekelilingnya

(Denzin & Lincoln, 2003).

Pandangan dari beberapa para ahli fenomenologi mengenai berbagai

pandangan yang terkait dengan pengalaman manusia.Salah satunya adalah Husserl

dan Heidegger (Polit & Beck, 2008) yang memandang fenomena subyektif

dengan keyakinan bahwa kebenaran tentang realita didasarkan pada sebuah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

pengalaman hidup manusia, yang dapat diartikan sebagai ketertarikan fisik

manusia terhadap dunianya.

Pengalaman manusia dipelajari oleh peneliti untuk mengetahui dan

memahami bagaimana esensi atau makna dari pengalaman tersebut. Peneliti

berupaya untuk mengeksplorasikan bagaimana pengalaman yang dialami oleh

partisipan melalui mengumpulkan informasi dengan cara masuk ke dalam dunia

partisipan, sehingga peneliti dapat mengalami pengalaman yang sama seperti

partisipan. Dalam pengumpulan informasi ini dilakukan dengan wawancara

mendalam, partisipasi, observasi, dan refleksi introspeksi (Polit & Beck, 2008).

Polit dan Beck (2008) menyatakan bahwa terdapat dua jenis penelitian

fenomenologi yaitu Descriptive Phenomenology dan Interpretive Phenomenology.

Descriptive Phenomenology, meliputi eksplorasi langsung dan

mengambarkan fenomena secara teliti, berupaya dan bebas untuk menalaah dan

mendeskripsikan pengalaman hidup manusia sebagaimana adanya, tanpa adanya

interpretasi dan abstraksi dan bukan penyelidikan perkiraan, ditujukan untuk

menampilkan perasaan secara maksimal. lebih ditekankan pada deskripsi

pengalaman yang dialami oleh manusia berdasarkan apa yang didengar, dilihat,

diyakini, dirasakan, diingat, dievaluasi, dilakukan, dan seterusnya. Fenomenologi

deskriptif mempunyai tiga tahapan proses yaitu bracketing, intuiting, analyzing,

dan describing.

Bracketing, proses mengidentifikasi dan membebaskan diri dari praduga-

praduga, keyakinan atau npendapat yang terkait fenomena yang diteliti, dalam

proses ini dilakukan dengan cara peneliti membebaskan diri dari teori-teori yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

diketahuinya serta menghindari perkiraan-perkiraan dalam upaya memperoleh

data yang murni.

Intuiting dilakukan dengan kegiatan pengumpulan data.Pengumpulan data

penelitian fenomenologi deskriptif dilakukan dengan mengeksplorasi pengalaman

partisipan tentang fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter, 1999).

Partisipan dipilih berdasarkan kemampuannya untuk memberikan informasi sesuai

dengan tujuan penelitian (Creswell, 1998). Partisipan penelitian fenomenologi

kualitatif berada dalam satu lokasi dan diseleksi dengan menggunakan teknik

purposive sampling ( Miles& Huberman, 1994 dalam Creswell, 1998). Dalam

riset kualitatif disebut sebagai judgemental, theoritical atau purposive sampling

(Polit & Hungler, 1999, Streubert & Carpenter, 1999).

Purposive sampling adalah pemilihan sampel secara sadar oleh peneliti

terhadap subjek untuk dimasukkan dalam penelitian.Patton (1995)

menggambarkan alternative dalam purposive sampling yaitu: 1) Maximum

variation sampling, yaitu pemilihan sampel didasarkan pada tujuan tertentu,

dengan rentang variasi yang besar pada dimensi peminatan, 2) Extremen/deviant

case sampling, yaitu memberikan kesempatan untuk belajar dari partisipan yang

paling tidak lazim atau ekstrim ( misalnya : partisipan yang sukses beradaptasi

dengan lansia yang mengalami demensia), 3) Typical case sampling yaitu

melibatkan pemilihan partisipan yang mampu mengilustrasikan atau menyoroti

hal-hal yang khusus atau rata-rata dialami.

Pada penelitian fenomenologi yang paling penting adalah menggambarkan

makna dari sejumlah kecil individu yang mengalami fenomena yang diteliti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

(Creswell, 1998), walaupun hanya satu orang saja (Dukes, 1984 dalam Creswell,

1998).Riemen (1986 dalam Creswell, 1998) menyatakan dibutuhkan sekitar 10

partisipan untuk menjadi sampel dalam penelitian fenomenologi. Pengumpulan

data dari partisipan penelitian fenomenologi deskriptif dilakukan dengan teknik

wawancara mendalam. Wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan

untuk mencapai tujuan tertentu (Streubert & Carpenter, 1999). Waktu yang

diperlukan untuk melakukan proses wawancara dapat berlangsung selama 60-90

menit (Creswell, 1998).

Creswell (1998) menyatakan wawancara bisa dikategorikan menjadi

wawancara tidak terstruktur, wawancara semi terstruktur dan wawancara

terstruktur dengan sifat pertanyaan open-ended. Streubert & Carpenter (1999)

menyatakan wawancara yang tidak terstruktur dapat memberikan kebebasan dan

keleluasaan yang lebih besar dalam jawaban yang diberikan dibandingkan dengan

jenis interview yang lain. Hasil wawancara kemudian didokumentasikan pada hari

yang sama dengan menyalin hasil rekaman proses wawancara kata demi kata

(Poerwandari, 1998).

Analyzing dimulai dengan pembuatan transkrip hasil wawancara yang

telah dilakukan.Analisis pada penelitian fenomenologi dskriptif dapat dilakukan

secara manual atau dengan menggunakan progran komputer (Creswell, 1998).

Salah satu program komputer untuk menganalisis penelitian fenomenologi adalah

NUD-IST(non-numerical unstructured data indexing, searching and theorizing).

Describing yaitu menuliskan elemen-elemen penting dari suatu

fenomenasecara menarik. Tahap ini merupakan bagian integral dari tahap intuiting

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dan tahap analizing , sehingga peneliti harus membuat tulisannya berdasarkan

kesimpulan hasil analisis data (Streubert & Carpenter, 1999). Penulisan deskriptif

ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil penelitian fenomenologi deskriptif

pada pembacanya (Creswell, 1998).Spielgelberg (1975 dalam Streubert &

Carpenter, 1999) meletakkan kerangka kerja bagi penelitian fenomenologi

deskriptif yang didasarkan pada filosofi Husserl. Rancangan fenomenologi

deskriptif banyak digunakan untuk mengungkap arti dan makna pengalaman

hidup manusia. Peneliti berkesimpulan bahwa kerangka kerja penelitian yang

telah diungkapkan oleh Spiegelberg (1975 dalam Streubert & Carpenter, 1999)

dapat diaplikasikan dalam penelitian keperawatan. Peneliti tertarik untuk

mengungkap arti dan makna pengalaman Ners dan keluarga pasien tentang caring

pada psien yang mengalami perawatan kritis.

Beberapa ahli seperti Giorgi mengatakan bahwa konsep penting untuk

pendekatan fenomenologis penelitian kualitatif meliputi: Fenomena,

reduction,bracketing, mencari esensi, variasi imajinatif gratis, intensionalitas,

triangulasi, dan deskripsi naïf (Anderson, 2010). Berikut ini definisi istilah ini

khusus untuk metode Giorgi itu.

Fenomena didefinisikan oleh Giorgi sebagai "yang menunjukkan dirinya

justru karena hal itu menunjukkan dirinya untuk sebuah kesadaran alami," (1995,

hal. 8). Sebuah contoh umum dari hal ini adalah ketika orang mengatakan, "Cara

saya melihat itu adalah ...". Hal ini menunjukkan bahwa kita memahami bahwa

mungkin ada persepsi lain dari situasi, atau bahwa persepsi kita hanyalah salah

satu dari banyak, tapi tetap saja, itu adalah persepsi kita, (Giorgi, 1995).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Reduction merupakan suatu proses yang Giorgi didefinisikan sebagai yang

membutuhkan peneliti untuk mengesampingkan pengetahuan masa lalu fenomena

dan menjadi "hadir dengan apa yang diberikan tepat seperti yang diberikan,"

(Giorgi, 1989a). Ini sebutan bagi peneliti untuk mengambil "makna setiap

pengalaman persis seperti yang muncul atau disajikan ke dalam kesadaran,"

(DeCastro, 2003).

Bracketing adalah salah satu sarana yang reduksi berlangsung. Peneliti

menggunakan proses bracketing untuk menghindari seru bias pribadi ke dalam

data. Di dalam bracketing, peneliti berusaha menuju kesadaran persepsi pribadi,

dan melarang setiap prasangka-prasangka atau prasangka untuk mempengaruhi

deskripsi data (Giorgi, 1988).

Mencari esensi dari fenomena yang akan membutuhkan peneliti untuk

mengidentifikasi "karakteristik tetap dan tidak berubah dari fenomena tertentu

yang diteliti," (DeCastro, 2003, hal. 50). Giorgi (1985) menjelaskan proses ini

lebih lanjut dengan meminta peneliti untuk mengidentifikasi apa itu tentang

fenomena yang memungkinkan untuk diidentifikasi seperti; apa karakteristik

harus hadir, atau umum?

Proses variasi imajinatif gratis sebutan bagi peneliti untuk

mengeksplorasi komponen yang sebelumnya yang tidak dianggap dari fenomena

yang kemudian memungkinkan untuk wawasan baru untuk elemen penting, atau

esensi. Giorgi menggambarkan proses ini sebagai peneliti berkomitmen untuk

"perspektif yang berbeda-beda yang dapat menyebabkan tak terduga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Para intensionalitas merujuk pada realitas sadar yang dirasakan oleh

setiap individu dalam kaitannya dengan suatu objek atau situasi. Ini menunjukkan

ada hubungan antara objek dan kesadaran objek. Ini adalah "tindakan yang

disengaja dimana setiap manusia berhubungan dengan dunia dan objek.

Intensionalitas ditempatkan ke dalam kesadaran manusia, yang, pada gilirannya,

berarti bahwa kesadaran selalu kesadaran sesuatu, "(DeCastro, 2003).

Triangulasi merujuk pada penggunaan "beberapa referen" untuk

mendapatkan variasi yang cukup dalam upaya untuk menemukan unsur-unsur

penting dari fenomena (Polit & Beck, 2008). Referen ini dapat beberapa sumber

data, beberapa situs sumber, beberapa kali evaluasi, metode pengumpulan

beberapa data, dan / atau beberapa jenis peserta (Polit & Beck, 2008). Giorgi

menyatakan bahwa penggunaan tiga atau lebih mata pelajaran untuk

menggambarkan fenomena tersebut cukup untuk menyediakan berbagai data yang

cukup untuk memberikan hasil yang berarti (Giorgi, 1989b). Peserta dalam

penelitian phenomenologic dapat memanfaatkan berbagai metode ekspresi untuk

berkomunikasi pengalaman mereka. Metode yang digunakan bisa termasuk

bahasa, gerak tubuh, dan ekspresi wajah. "Keterangan adalah artikulasi objek

pengalaman atau kesadaran melalui bahasa," (Giorgi, 1995). Bahasa yang

digunakan oleh peserta yang diistilahkan oleh Giorgi sebagai gambaran naif.

Deskripsi naïf adalah "sehubungan dengan kepentingan penelitian peneliti

serta dengan cara yang konkret dan prepsychological," (Giorgi, 1995). Deskripsi

ini harus diterima oleh peneliti seperti yang disampaikan oleh peserta, dengan

sedikit prakonsepsi, refleksi, atau penghakiman, mungkin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Interpretive Phenomenology, dikembangkan oleh Heidegger pada tahun

1962, dimana inti dari filosofinya bukan hanya sekedar gambaran pengalaman

manusia tetapi pada pemahaman dan penafsiran (interpretif) juga. Dimana

pengalaman hidup manusia merupakan suatu proses interpretif dan pemahaman

yang merupakan ciri dasar keberadaan manusia. Tujuan dari penelitian ini untuk

menemukan pemahaman dari makna pengalaman hidup dengan cara masuk ke

dalam dunia partisipan. Menurut Van Manen (1997) tujuan dari analisis data

fenomenologis adalah untuk "mengubah pengalaman hidup menjadi ekspresi

tekstual esensinya - sedemikian rupa bahwa efek teks sekaligus ulang hidup

refleksif dan perampasan mencerminkan sesuatu yang bermakna". Teks dapat

dilihat sebagai baik data dan hasil penelitian fenomenologis (Smith, 1997).

Fenomenologi dapat membangun sebuah menjiwai, deskripsi menggugah

(teks) dari tindakan manusia, perilaku, niat, dan pengalaman seperti yang kita

menemui mereka di dunia kehidupan ini. Deskripsi fenomenologis kaya dan

menggugah, memohon pembaca anggukan fenomenologis sebagai pengakuan atas

fenomena jadi kaya dijelaskan bahwa mereka juga mungkin mengalami (van

Manen, 1997). Produk penelitian fenomenologis harus sederhana dan mudah,

sehingga pembaca yang mengalami fenomena dapat menganalisis realitas mereka

sendiri dengan tema diidentifikasi (Swanson-Kauffman & Schonwald, 1988).

Tema fenomenologis dapat dipahami sebagai struktur pengalaman dan

menawarkan deskripsi tebal fenomena (van Manen). Penelitian ini, metode yang

sistematis analisis data tematik diadopsi, seperti yang diinformasikan oleh Titchen

dan kolega kerja (Edwards & Titchen, 2003; Titchen, 2000; Titchen & McIntyre,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

1993). Metode ini memungkinkan untuk identifikasi sistematis 'interpretasi dan

konstruksi (urutan pertama konstruksi), yang kemudian berlapis dengan peneliti

peserta pemahaman sendiri, interpretasi, dan konstruksi (urutan kedua).

Strategi hermeneutic merupakan lingkaran hermeneutik lingkaran yang

berupa dialog tanya jawab dengan dua strategi utama yang diambil dari literatur

hermeneutika yang tergabung dalam penelitian. Lingkaran hermeneutik adalah

sebuah metafora untuk pemahaman dan interpretasi, yang dipandang sebagai

gerakan antara bagian-bagian (data) dan keseluruhan (pemahaman berkembang

fenomena), masing-masing memberikan makna kepada seperti lainnya bahwa

pemahaman melingkar dan berulang . Oleh karena itu, peneliti tetap terbuka untuk

pertanyaan yang muncul dari mempelajari fenomena dan memungkinkan teks

untuk berbicara dan jawabannyakan ditemukan dalam teks. Dalam konteks ini,

teks adalah dibuat oleh peneliti dari data yang dikumpulkan dari partisipan.

Memahami muncul dalam proses dialog antara peneliti dan teks penelitian.

Tindakan interpretasi sendiri merupakan konvergensi bertahap wawasan pada

bagian dari peneliti dan teks (Bontekoe, 1996). Ada enam tahapan dalam

menganalisa dengan menggunakan pendekatan hermeneutik yaitu:

1. Immersion - Menyelenggarakan teks

Teks dibuat untuk masing-masing partisipan dari transkrip wawancara. Teks

tersebut disusun menjadi tiga sub kelompok disiplin. Membaca ulang kembali

teks tertulis (transkrip wawancara dan catatan lapangan) untuk setiap partisipan

untuk menjadi sangat akrab dengan susunan teks.Lalu mendengarkan hasil

rekaman audio wawancara berulang kali, proses ini sering disebut sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

perendaman (dalam data) (van Manen, 1997) dan melibatkan terlibat dengan arti

teks, di mana tujuannya adalah untuk mendapatkan "rasa" atau interpretasi awal

dari teks, yang kemudian memfasilitasi coding. Catatan lapangan yang ditulis

selama observasi dan interaksi dengan peserta digunakan untuk memfasilitasi

rekreasi dari konteks di mana penalaran dan komunikasi yang terjadi, yang

merupakan bagian penting dari penafsiran teks.

2. Tahap dua: Memahami - Mengidentifikasi urutan kontruksi pertama

Pertama rangka konstruksi mengacu pada ide-ide partisipan dinyatakan

dalam kata-kata mereka sendiri atau frase, yang menangkap detail yang tepat dari

apa yang dikatakan orang (Titchen & McIntyre, 1993). Pemahaman peneliti

dimulai dari kontruksi partisipan pertama dengan pertanyaan menyelidik selama

wawancara. Melakukan pengecekan selama wawancara memberikan pemahaman

yang semakin kaya dan lebih mendalam dari pengalaman partisipan dan

merupakan aspek utama menghasilkan temuan dari interaksi antara peneliti dan

partisipanselama penelitian berlangsung.

3. Tahap tiga: Abstraksi - Mengidentifikasi urutan kedua konstruksi dan

pengelompokan untuk membuat tema dan sub-tema

Urutan kedua konstruksi kemudian dihasilkan dengan menggunakan

pengetahuan teoritis dan pribadi para peneliti merupakan abstraksi dari urutan

pertama konstruksi. Sebuah file komputer diciptakan untuk masing-masing

membangun urutan kedua dan semua ekstrak yang relevan dari transkrip, latihan

menulis, dan komentar dari log analisis disalin ke dalam file yang menggunakan

urutan pertama membangun sebagai label. Jika membuat urutan kedua sangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

mirip dengan yang sudah ada, maka semua data yang disalin ke dalam file yang

sama. Interpretasi setiap transkrip wawancara digunakan untuk membentuk

gambaran data yang partisipan secara keseluruhan, yang kemudian memberitahu

pemahaman masing-masing transkrip sehingga lebih kaya, pemahaman yang lebih

dalam tentang fenomena yang berkembang. Dengan cara yang sama, komposit

data set untuk setiap sub-kelompok dirumuskan yang digunakan untuk memahami

data masing-masing peserta dan mencarikesamaan antara sub-kelompok. Dengan

demikian, pada akhir tahap ketiga semua materi teks yang relevan dikelompokkan

di bawah setiap konstruk yang relevan untuk setiap sub-kelompok, untuk

menjawab pertanyaan penelitian utama dan sub-pertanyaan.

4. Tahap empat: Sintesis dan pengembangan tema

Tema dikembangkan dari hasil tahap 1-3 dari analisis. Urutan kedua

membangun file dikelompokkan bersama ke dalam sejumlah kecil tema luas baik

di dalam dan tiga subkelompok. Pada tahap ini, tema dan sub-tema yang

dijabarkan lebih lanjut dan hubungan mereka diklarifikasi dengan membaca dan

membaca ulang-semua data. Tahap ini melibatkan terus bergerak maju dan

mundur antara sastra, teks penelitian dan analisis sebelumnya, bergerak dari

bagian untuk keseluruhan mengikuti proses diinformasikan oleh lingkaran

hermeneutik.

5. Illuminating dan menggambarkan fenomena

Dalam tahap ini yang dilakukan adalah memeriksa literatur untuk

dihubungkan ke tema dan sub-tema yang telah diidentifikasi dari seluruh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

data.Setelah itu mencari hubungan antara tema-tema utama untuk mendukung

pengembangan teori lebih lanjut.

6. Tahap enam: Integrasi - Pengujian dan menyempurnakan tema

Tahap akhir dari analisis data ini yaitu mendapatkan kritik atau tema oleh

para peneliti dan orang luar, dan hasil akhir dari penelitian ini adalah pelaporan

interpretasi akhir dari temuan selama penelitian.

Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara content analysis

segera setelah selesai setiap proses wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya

transkrip data. Dalam melakukan content analysis, peneliti menggunakan bantuan

software Weft QDA. Program ini memungkinkan seluruh data dimasukkan

kedalam komputer, setiap bagian dari data akan diberi kode. Kemudian teks lain

yang sesuai dengan kode tersebut dikelompokkan kemudian dianalisa.

Penelitian kualitatif fenomenologi perlu ditingkatkan kualitas dan integritas

dalam proses penelitiannya dengan mengajukan untuk dilakukan tingkat

keabsahan data atau yang dikenal dengan trustworthiness of data (rigour) pada

penelitian tersebut. Menurut Lincoln dan Guba (1985) tingkat keabsahan data

adalah untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa

jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan

fakta-fakta aktual di lapangan, dengan beberapa kriteria terdiri dari Credibility,

Transferability, Dependabilitas, dan Confirmability.

Credibility berarti keyakinan pada kebenaran dan interpretasi data. Lincoln

dan Guba (1985) menyatakan bahwa kredibiltas suatu penelitian dapat dicapai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

sejak proses penelitian dilakukan melalui beberapa teknik seperti prolonged

engagement; catatan lapangan yang komprehensif (comprehensive field note),

hasil rekaman dan transkrip (audotaping dan verbatim transcription), triangulasi

data atau metode, saturasi data, dan member checking. Kredibilitas pada saat

proses pengkodingan atau analisis data dapat dilakukan dengan teknik transkripsi

yang rigor, adanya pengembangan buku kode (intercoder book), triangulasi dari

peneliti lain, teori, analisis; peer review/debriefing, sedangkan pada saat

presentasi hasil temuan, kredibilitas dapat dicapai melalui teknik dokumentasi dari

peneliti, dokumentasi refleksi.

Prolonged engagement, yaitu melakuakn penedekatan dalam jangka waktu

dan jumlah pertemuan yang telah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk mencipta

hubungan antara peneliti dengan partisipan.

Triangulasi, yaitu mengecek kebenaran data dengan cara membandingkan

dengan data atau informasi yang didapat dari sumber lain, pada berbagai fase

lapangan dengan menggunakan metode yang berlainan. Membicarakannya dengan

orang lain/ kolega (peer debriefing). Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan

catatan lapangan, baik dengan kolega maupun sesama profesi, misalnya dengan

sesama karyawan, kemudian juga membicarakannya dengan atasan alumni

sehingga mendapatkan data yang sebenarnya. Kegiatan ini diharapkan ada

masukan-masukan dan pandangan obyektif dan netral, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kualitas hasil penelitian. Penggunaan bahan referensiyaitu

menggunakan hasil rekaman untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

informasi yang diberikan oleh narasumber dan diupayakan untuk memahami apa

yang disampaikan, agar kemungkinan kesalahan sangat kecil.

Member check, merupakan kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan

keyakinan terhadap data/ informasi yang diberikan oleh narasumber, perlu selalu

dikonfrrmasikan sehingga tidak terjadi kekeliruan yang berarti. Informasi yang

didapat apabila ada kekurangan akan ditambah dan diperbaiki bersama dengan

narasumber. Kriteria ini dapat dicapai dengan prolonged engagement.

Transferability menyatakan bahwa Transferability berarti bagaimana suatu

penelitian dapat dilakukan di tempat lain. Seorang peneliti harus dapat

menyediakan deskripsi data yang baik pada laporan penelitiannya sehingga

pengguna lainnya dapat mengevaluasi data kedalam konteks yang lain. Saat

proses penelitian, transferability dapat dicapai melalui catatan lapangan yang

komprehensif dan saturasi data. Sedangkan pada saat presentasi hasil temuan

Universitas Sumatera Utaradapat dicapai melalui thick description dan upaya

peningkatan kualitas dokumentasi (Lincoln dan Guba, 1985)

Dependability berarti stabilitas atau reliabilitas dari data yang diperoleh dari

waktu ke waktu (Lincoln & Guba, 1985). Dependability sangat bergantung pada

credibility karena apabila dilakukan pengulangan penelitian dengan partisipan dan

konteks yang sama, akan mempunyai hasil yang sama dengan syarat data yang

diperoleh kredibel. Dependability dapat dilakukan selama proses penelitian

melalui teknik dokumentasi yang baik (careful documentation) dan triangulasi

data atau metode. Sedangkan pada saat proses pengkodingan atau analisis data,

dependability dilakukan audit (inquiry audit).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Confirmability, yang dinyatakan Lincoln dan Guba (1985) mempunyai

objektivitas, yang mana adanya kesamaan tentang akurasi data, relevansi, atau

makna yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Kriteria ini dilaksanakan dengan

menetapkan bahwa data mewakili informasi yang diberikan partisipan, saat proses

penelitian, confirmability dapat dilakukan dengan strategi pendokumentasian yang

cukup baik (careful documentation). Confirmability juga dapat dilakukan selama

proses pengkodingan atau analisis data, yaitu dengan cara mengembangan suatu

kode (codebook), triangulasi (investigator, teori, dan analisis, peer review, dan

inquiry audit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Teori Transpersonal Caring

(Watson, 1979)

1. Membentuk sistem nilai yang bersifat humanistik-

altruistik,

2. Menanamkan sikap penuh pengharapan

3. Menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri

sendiri dan orang lain

4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling

membantu

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif

dan negative

6. Menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan

masalah caring untuk pengambilan keputusan secara

kreatif dan individualistik.

7. Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan

spiritual yang suportif, protektif dan korektif.

9. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh

penghargaan dalam rangka mempertahankan keutuhan

dan martabat manusia.

10. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial-

fenomenologikal dan dimensi spiritual caring serta

penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh

dan ilmiah melalui pemikiran masyarakat modern.

Ruang Perawatan

Kritis (ICU)

Pengalaman Ners tentang caring pasien yang mengalami

perawatan kritis

Pengalaman keluarga pasien tentang caring pasien yang mengalami perawatan kritis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

67

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan studi kualitatif yaitu penelitian yang

dilakukan untuk memperoleh jawaban atau informasi yang mendalam tentang

pendapat dan perasaan seseorang yang memungkinkan untuk mendapatkan hal -

hal yang tersirat tentang sikap, kepercayaan, motivasi dan prilaku individu (Polit

& Beck 2012). Fenomenologi merupakan suatu metode penelitian yang kritis dan

menggali fenomena yang ada secara sistematis (Steubert & Carpenter, 2003).

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan fenomenologi interpretatif

(Hermeneutic) yang berdasarkan filosofi Heidegger (Streubert & Carpenter,

1995). Penelitian dengan fenomenologi interpretif (Hermeneutic) memiliki tujuan

untuk menemukan pemahaman dari makna pengalaman hidup dengan cara masuk

ke dalam dunia partisipan yang mana pemahaman tersebut merupakan proses

memamahi setiap bagian dan bagian-bagian secara keseluruhan (Streubert &

Carpenter, 1995).

Pengalaman dalam penelitian fenomenologi ini meliputi semua pengalaman

tentang pandangan manusia meliputi: penglihatan, pendengaran, perabaan,

pengecapan dan penciuman serta fenomena – fenomena lain seperti mempercayai,

mengingat, mengantisipasi, memutuskan, berintuisi, merasakan, kepedulian,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

mencintai, mengkhayalkan dan mendambakan atau menginginkan (Smith, 1997,

dalam Higs & Ajjawi, 2007), oleh karena itu maka fenomenologi interpretif

(Hermeneutic) memungkinkan untuk mengeksplorasikan pengalaman partisipan

dengan abstraks dan diinterpretasi oleh para peneliti berdasarkan pengetahuan

teoritis dan pribadi yang dimiliki oleh peneliti. Hermeneutika menambahkan

elemen penafsiran untuk menjelaskan makna dan asumsi dalam teks-teks para

partisipan bahwa partisipan sendiri yang mungkin mengalami kesulitan dalam

mengartikulasikan (Crotty, 1998). Penelitian ini akan difokuskan pada deskripsi

dan penafsiran pengalaman Ners dan kelurga pasien dalam memaknai caring dari

sudut pandang mereka sendiri dan bagaimana mereka memaknai pengalaman-

pengalaman tersebut (Polit & Beck, 2012).

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Raden

Mattaher Jambi. Ruang ini dipilih karena merupakan ruangan yang memberikan

perawatan kritis pada pasien dan merupakan pusat rujukan dari berbagai daerah di

Provinsi Jambi. Ruang tersebut dilengkapi dengan staff dan peralatan khusus

untuk merawat dan mengobati pasien dalam keadaan kritis yang dapat

menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan Comprehensive Critical Care

Department of Health-Inggris yang merekomendasikan untuk memberikan

perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical care without

wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun pasien tersebut

secara fisik berada di dalam rumah sakit (Jevon dan Ewens, 2009). RSUD Raden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Mattaher memiliki Ners 35 orang dan sebagai rumah sakit pendidikan sehingga

memudahkan untuk melakukan penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan

selama 8 minggu pada bulan April – Juni 2015.

3.3. Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah Ners dan keluarga pasien yang

mengalami perawatan kritis di rumah sakit. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling. Metode purposive adalah metode

pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menetukan terlebih dahulu

kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian, partisipan yang diambil dapat

memberikan informasi yang berharga bagi penelitian (Burns & Grove, 1999).

Partisipan yang telah dilakukan wawancara mendalam di ICU RSUD Raden

Mattaher Jambi terdiri dari 10 Ners dan 10 keluarga pasien. Keseluruhan

partisipan pada penelitian ini telah memenuhi kriteria inklusi yang telah

ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria dari partisipan untuk perawat yaitu

perawat dengan dengan latar belakang Ners dan memiliki pengalaman kerja 6

bulan di Intensive Care Unit (ICU). Kriteria partisipan keluarga pasien yaitu

keluarga inti dari pasien, hari rawatan pasien minimal 3 hari di Intensive Care

Unit (ICU), pasien yang di pindahkan ke ruangan lain tetapi masih dalam

perawatan kritis.

6.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dijelaskan tentang: 1) Teknik pengumpulan data 2)

Alat, dan 3) Prosedur pengambilan data.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

wawancara secara mendalam (in-depth interview) yang dilakukan oleh peneliti

sendiri dengan durasi 30-60 menit dan metode observasi. Pengumpulan data

tersebut dilakukan oleh peneliti sebagai instrument penelitian.

Alat pengumpulan data utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,

dengan kata lain peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti melakukan studi

fenomenologi dengan menggunakan dirinya sendiri untuk mengumpulkan

penjelasan yang mengenai pengalaman Ners dan keluarga pasien tentang caring

pasien yang mengalami perawatan kritis, serta mengembangkan hubungan antara

peneliti dan partisipan melalui wawancara intensif (Polit & Beck, 2012). Selama

wawancara, peneliti menggunakan panduan wawancara.

Proses pengumpulan data, peneliti menggunakan panduan wawancara.

Panduan wawancara tersebut terdiri dari 10 pertanyaan terbuka yang dibuat oleh

peneliti sendiri, 5 pertanyaan untuk Ners dan 5 pertanyaan untuk keluarga pasien.

Hal-hal yang ditanyakan berupa pengalaman Ners dan keluarga pasien tentang

caring pada pasien yang mengalami perawatan kritis di ICU RSUD Raden

Mattaher Jambi. Proses selanjutnya, Setelah dilakukan content validity pada

panduan wawancara oleh 3 orang expert keperawatan. Ada terjadi perubahan

posisi pertanyaan pada pertanyaan no. 4 menjadi no.3 untuk panduan wawancara

Ners.

Selanjutnya peneliti melakukan content validity yang sedang berlangsung

terhadap panduan wawancaranya kepada 3 orang expert caring keperawatan. Alat

tambahan lainnya yang akan digunakan adalah alat perekam suara Sony IC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Recorder dengan tipe ICD-PX333 untuk merekam proses wawancara dan

kemudian hasil dari rekaman tersebut akan diketik dalam bentuk transkrip

wawancara.

Prosedur pengambilan data, dimulai dari membuat kontrak untuk menemui

menemui kepala ruangan. Setelah mendapatkan persetujuan, maka peneliti akan

memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan. Sebelum

peneliti melakukan wawancara terhadap partisipan pertama, peneliti akan

melakukan pilot study, dengan tujuan sebagai latihan dalam melakukan teknik

wawancara, membuat transkrip serta melakukan analisis. Pilot study dilakukan

pada 1 partisipan dan hasil wawancara tersebut akan dibuat dalam bentuk

transkrip dan dilakukan proses analisis. Setelah itu, analisis transkrip

dikonsultasikan kepada pembimbing untuk mendapatkan persetujuannya dan

kemudian peneliti dapat melanjutkan wawancara kepada partisipan selanjutnya.

Peneliti akan melakukan akan melakukan pendekatan (Prolonged

engagement) kepada Ners selama 1 minggu dan keluarga pasien selama 1 minggu.

Setelah itu peneliti memberikan penjelasan maksud, tujuan serta manfaat serta

proses pengumpulan data yang mana dalam proses tersebut menggunakan voice

recorder. Serta menjelaskan bahwa hasil rekaman dan transkrip tidak

diberitahukan kepada pihak manapun dan hanya digunakan untuk kepentingan

selama proses penelitian. Partisipan dikatakan setuju apabila telah

menandatangani lembar informed consent.

Tahapan selanjutnya adalah peneliti dan partisipan akan membuat kontrak

waktu dan tempat untuk melakukan wawancara, yang akan dilakukan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

kondisi tenang, nyaman, dan menjaga partisipasi partisipan. Wawancara akan

dilakukan dengan metode indepth interview dengan durasi sekitar 30-60 menit.

Wawancara yang akan dilakukan berdasarkan panduan wawancara yang sedang di

content validity. Indepth interview pada partisipan Ners akan dilakukan 1 hari

untuk 2 orang dan hari berikutnya akan dilakukan Indepth interview pada

partisipan keluarga pasien sebanyak 2 orang keluarga inti dari pasien. Indepth

interview akan dilakukan disalah satu ruangan yang ada di Intensive Care Unit

(ICU).

Peneliti akan memberikan pertanyaan kepada partisipan, kemudian peneliti

akan menggunakan teknik probing. Pada teknik ini akan dilakukan selama

wawancara dengan mengajukan pertanyaan kepada partisipan yang jawabannya

akan diberikan secara lebih jelas dan mendalam kepada peneliti. Teknik lainnya

yang akan digunakan oleh peneliti adalah teknik diam (silence), dengan

memberikan kesempatan kepada partisipan untuk dapat mengingat kembali dan

menceritakan pengalamannya. Peneliti akan membiarkan partisipan untuk

mengungkapkan secara bebas atas pertanyaan yang diberikan oleh peneliti,

sehingga dapat diperoleh data sebagai informasi alamiah yang sesuai dengan

pengalaman partisipoan tersebut. Sebelum mengakhiri wawancara, peneliti akan

menyimpulkan hasil wawancara yang bertujuan untuk mengklarifikasi segera

hasil wawancara. Selain itu, peneliti akan memberikan kesempatan kepada

partisipan untuk menyampaikan hal-hal yang sekiranya ingin disampaikan oleh

partisipan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Peneliti melakukan observasi pada waktu yang tidak ditentukan dan tidak

diketahui oleh partisipan, sehingga peneliti dapat mengobservasi perilaku

partisipan (Ners) yang menunjukkan caring di ruang perawatan kritis. Hasil dari

observasi ini akan digunakan sebagai data pelengkap untuk hasil wawancara.

4.5. Variabel dan Definisi Operasional

Pengalaman Ners tentang caring adalah suatu peristiwa atau kejadian yang

telah dilihat, dirasakan, dan dilakukan dalammemberikan asuhan keperawatan

pada pasien yang mengalami perawatan kritis dengan menerapkan perilaku caring

di Intensive Care Unit (ICU).

Pengalaman keluarga pasien terhadap anggota keluarga yang mengalami

perawatan kritis adalah suatu peristiwa atau kejadian yang telah dilihat, dirasakan,

baik itu yang menyenangkan ataupun sebaliknya selama mendapatkan perawatan

kritis pada anggota keluarganya di ruang Intensive Care Unit (ICU).

4.6. Metode Analisis Data

Metode analisa data yang akan digunakan dengan mengembangkan dari

prinsip-prinsip fenomenologis dan hermeneutik dan dari pedoman dalam literatur

tentang sistematis, yang merupakan suatu cara dalam menafsirkan data penelitian.

Tujuan dari analisis data fenomenologis adalah untuk "mengubah pengalaman

hidup menjadi ekspresi tekstual esensinya sedemikian rupa bahwa efek teks

sekaligus ulang hidup refleksif dan perampasan mencerminkan sesuatu yang

bermakna" (van Manen, 1997). Ada enam tahapan dalam menganalisa yaitu 1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Tahap Pertama: Immersion, 2. Tahap dua: Memahami - Mengidentifikasi urutan

kontruksi pertama, 3. Tahap tiga: Abstraksi - Mengidentifikasi urutan kedua

konstruksi dan pengelompokan untuk membuat tema dan sub-tema, 4. Tahap

empat: Sintesis dan pengembangan tema, 5. Tahap lima: Illuminating dan

menggambarkan fenomena, dan 6. Tahap enam: Integrasi - Pengujian dan

menyempurnakan tema

7. Tahap Pertama: Immersion

Teks dibuat untuk masing-masing partisipan dari transkrip wawancara. Teks

tersebut disusun menjadi tiga sub kelompok disiplin. Membaca ulang kembali

teks tertulis (transkrip wawancara dan catatan lapangan) untuk setiap partisipan

untuk menjadi sangat akrab dengan susunan teks. Lalu mendengarkan hasil

rekaman audio wawancara berulang kali, proses ini sering disebut sebagai

pendalaman (van Manen, 1997) dan melibatkan beberapa arti teks, di mana

tujuannya untuk mendapatkan "rasa" atau interpretasi awal dari teks, yang

kemudian memfasilitasi coding. Catatan lapangan yang ditulis selama observasi

dan interaksi dengan peserta digunakan untuk memfasilitasi rekreasi dari konteks

di mana penalaran dan komunikasi yang terjadi, yang merupakan bagian penting

dari penafsiran teks.

8. Tahap dua: Memahami - Mengidentifikasi urutan kontruksi pertama

Pertama rangka konstruksi mengacu pada ide-ide partisipan dinyatakan

dalam kata-kata mereka sendiri atau frase, yang menangkap detail yang tepat dari

apa yang dikatakan orang (Titchen & McIntyre, 1993). Pemahaman peneliti

dimulai dari kontruksi partisipan pertama dengan pertanyaan menyelidik selama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

wawancara. Melakukan pengecekan selama wawancara memberikan pemahaman

yang semakin kaya dan lebih mendalam dari pengalaman partisipan dan

merupakan aspek utama menghasilkan temuan dari interaksi antara peneliti dan

partisipanselama penelitian berlangsung.

9. Tahap tiga: Abstraksi - Mengidentifikasi urutan kedua konstruksi dan

pengelompokan untuk membuat tema dan sub-tema

Urutan kedua konstruksi kemudian dihasilkan dengan menggunakan

pengetahuan teoritis dan pribadi para peneliti merupakan abstraksi dari urutan

pertama konstruksi. Sebuah file komputer diciptakan untuk masing-masing

membangun urutan kedua dan semua ekstrak yang relevan dari transkrip, latihan

menulis, dan komentar dari log analisis disalin ke dalam file yang menggunakan

urutan pertama membangun sebagai label. Jika membuat urutan kedua sangat

mirip dengan yang sudah ada, maka semua data yang disalin ke dalam file yang

sama. Interpretasi setiap transkrip wawancara digunakan untuk membentuk

gambaran data yang partisipan secara keseluruhan, yang kemudian memberitahu

pemahaman masing-masing transkrip sehingga lebih kaya, pemahaman yang lebih

dalam tentang fenomena yang berkembang. Dengan cara yang sama, komposit

data set untuk setiap sub-kelompok dirumuskan yang digunakan untuk memahami

data masing-masing peserta dan mencarikesamaan antara sub-kelompok. Dengan

demikian, pada akhir tahap ketiga semua materi teks yang relevan dikelompokkan

di bawah setiap konstruk yang relevan untuk setiap sub-kelompok, untuk

menjawab pertanyaan penelitian utama dan sub-pertanyaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

10. Tahap empat: Sintesis dan pengembangan tema

Tema dikembangkan dari hasil tahap 1-3 dari analisis. Urutan kedua

membangun file dikelompokkan bersama ke dalam sejumlah kecil tema luas baik

di dalam dan tiga subkelompok. Pada tahap ini, tema dan sub-tema yang

dijabarkan lebih lanjut dan hubungan mereka diklarifikasi dengan membaca dan

membaca ulang-semua data. Tahap ini melibatkan terus bergerak maju dan

mundur antara sastra, teks penelitian dan analisis sebelumnya, bergerak dari

bagian untuk keseluruhan mengikuti proses diinformasikan oleh lingkaran

hermeneutik.

11. Illuminating dan menggambarkan fenomena

Dalam tahap ini yang dilakukan adalah memeriksa literatur untuk

dihubungkan ke tema dan sub-tema yang telah diidentifikasi dari seluruh

data.Setelah itu mencari hubungan antara tema-tema utama untuk mendukung

pengembangan teori lebih lanjut.

12. Tahap enam: Integrasi - Pengujian dan menyempurnakan tema

Tahap akhir dari analisis data ini yaitu mendapatkan kriti atau tema oleh

para peneliti dan orang luar, dan hasil akhir dari penelitian ini adalah pelaporan

interpretasi akhir dari temuan selama penelitian.

Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara content analysis

segera setelah selesai setiap proses wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya

transkrip data. Dalam melakukan content analysis, peneliti melakukan secara

manual. Program ini memungkinkan seluruh data dimasukkan kedalam komputer,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

setiap bagian dari data akan diberi kode. Kemudian teks lain yang sesuai dengan

kode tersebut dikelompokkan kemudian dianalisa.

3.7 Tingkat Keabsahan Data

Lincoln dan Guba (1985) menyatakan bahwa penelitian kualitatif termasuk

fenomenologi yang perlu ditingkatkan kualitas dan integritas dalam proses

penelitian melalui tingkat keabsahan data (trusthworthinness). Lincoln dan Guba

(1985) menjelaskan empat kriteria tingkat keabsahan data dalam penelitian

kualitatif yaitu kepercayaan (credibility), ketergantungan (dependability),

pengalihan (transferability), dan kepastian (confimability).

Credibility merupakan kebenaran data yang diperoleh dan mencari

kecocokan antara konsep peneliti dengan konsep responden melalui prolonged

engagement dan member checking. Prolonged engagement pada penelitian ini

akan dilakukan pertemuan dengan partisipan selama 2 jam setiap pertemuan.

Peneliti bertemu dengan partisipan 2 kali dalam seminggu selama 1 minggu

sebelum pengumpulan data. Hal ini bertujuan agar terjalin hubungan saling

percaya antara peneliti dengan partisipan, sehingga partisipan dapat dengan aman

dan nyaman memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Member checking

akan dilakukan sebagai proses memvalidasi baik hasil wawancara maupun hasil

tematik yang telah dilakukan.

Dependability untuk memastikan bahwa jika penelitian diulang dengan

konteks yang sama, metode yang sama dan partisipan yang sama maka hasil hasil

penelitian yang diperoleh juga sama. Sehingga untuk memenuhi kriteria

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dependability akan dilakukan audit trail dengan melaporkan secara detail proses

penelitian kepada pembimbing untuk menilai proses dan hasil yang diperoleh

sudah sesuai atau belum sesuai.

Transferability akan dilakukan dengan menyediakan laporan penelitian

sebagai thick description. Thick description merupakan proses dalam menyimpan

semua arsip atau dokumen yang berhubungan dengan penelitian dalam satu map

folder. Sehingga pengguna yang lain dapat mengaplikasikan ke dalam konteks

yang berbeda.

Confirmabiliy yang akan dilakukan selama proses penelitian berlangsung,

dengan mempertahankan pendokumentasian yang baik seperti jika terdapat hal-

hal yang kurang jelas, peneliti melakukan konfirmasi kepada partisipan. Selain itu

hasil temuan tema diperlihatkan kepada partisipan dan dilakukan validasi oleh

partisipan.

3.8 Pertimbangan Etik

Pengambilan data akan dilakukan setelah mendapatkan ethical clearance

dari Komisi Etik Fakultas Keperawatan Univeristas Sumatera Utara. Setelah

mendapatkan izin, peneliti akan memulai pengumpulan data dan menjelaskan

tujuan dari penelitian. Apabila calon responden bersedia untuk diteliti maka

peneliti akan memberikan lembaran persetujuan (informed consent) kepada calon

responden untuk ditandatangan sebagai bukti. Jika calon responden menolak

untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-

haknuya tanpa ada tekanan fisik maupun psikologis. Menjaga kerahasiaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap, tetapi mencantumkan

inisial nama responden pada masing-masing lembar kuesioner (anonymity).

Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti

(confidentiality).

Proses pengumpulan data yang akan dilakukan dengan melalui metode

wawancara. Selama proses ini berlangsung, diusahakan untuk menciptakan

kenyamanan. Ada beberapa ketidaknyamanan yang mungkinkan terjadi selama

proses wawancara seperti kelelahan, bosan, diantisipasi peneliti dengan

memberitahukan hak partisipan terkait dengan kebebasan memilih waktu dan

tempat, bebas untuk berhenti sewaktu-waktu apabila ada urusan, untuk kemudian

dilanjutkan lagi wawancara sesuai kesepakatan.

Setelah dilakukan proses wawancara, akan dilakukan debriefing yang

bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada partisipan untuk menanyakan

atau memberikan complaint terhadap hasil data yang diperoleh. Apabila penelitian

selesai dilakukan maka partisipan akan mendapatkan tanda terima kasih (reward)

atas partisipasi mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data telah dilaksanakan selama dua bulan dari April-Juni di

Ruang ICU RSUD Raden Mataher Jambi. Bab hasil penelitan ini menguraikan

tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu menjelaskan pengalaman

Ners dan keluarga pasien tentang caring pada pasien yang mengalami perawatan

kritis di RSUD Raden Mattaher Jambi sebagai suatu studi fenomenologi. Uraian

yang dijelaskan pada bab ini terdiri dari deskripsi lokasi penelitian, karakteristik

demografi partisipan, hasil observasi, tema ners tentang caring pada keluarga

pasien yang mengalami perawatan kritis dan tema keluarga pasien tentang caring

pada anggota keluarganya yang mengalami perawatan kritis.

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi adalah rumah sakit milik

Pemerintah Provinsi Jambi terletak dikota Jambi, berdiri pada tahun 1948 dengan

tipe C dan bergabung dengan Dinas Kesehatan Tentara (DKT). Pada tanggal 10

November 1972 dipindahkan ke Jl. Letjen Suprapto No.31 Telanaipura Jambi.

Rumah Sakit ini dibangun di atas tanah seluas ±75.000 m2 dengan luas bangunan

±21.163 m2. RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi semula namanya Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Jambi, dan kemudian pada bulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

November 1999, rumah sakit ini diberi nama seorang Pahlawan Jambi yaitu

Raden Mattaher.

Pada tahun 2009, RSUD Raden Mattaher Jambi menjadi rumah sakit

pendidikan Tipe B sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Dirjen Bina

Pelayana Medik No. YM 01.10/III.47671/09. RSUD Raden Mattaher Jambi

merupakan tempat pendidikan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Jambi serta institusi pendidikan kesehatan lainnya baik

negeri dan swasta. Rumah sakit ini juga merupakan pusat rujukan dan Pembina

Rumah Sakit Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi

Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004 tentang Pembedaharaan Negara (PBN)

dan PP No.23 tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum (PPKBLU), dan Permendagri No.61 tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum, RSUD Raden Mattaher Jambi telah menjadi

Rumah Sakit Pemerintah pengguna PPK-BLUD. Penerapan peraturan ini

mengakibatkan pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa

keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek, bisnis-bisnis yang sehat untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya dibidang kesehatan dalam

rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Berdasarkan keputusan Gubernur Jambi No: 80 Tahun 2010, RSUD Raden

Mattaher Jambi ditetapkan sebagai Badan Pelayanan Umum Daerah (BLUD) dan

diberi fleksibilitas dalam Tata Kelola Keuangan sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Namun, demikian RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi masih terus

melengkapi aturan dan peraturan yang mendukung pola pengelolaan pengguna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

PPK-BLUD. Berdasarkan Peraturan Gubernur No.6 Tahun 2011, RSUD Raden

Mattaher Provinsi Jambi, mempunyai tugas pokok yaitu menyelenggarakan

pelayanan kesehatan dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan,

pencegahan, pelayanan, rujukan dan penyelenggarakaan pendidikan dan

pelatihan, penelitian dan pemgembangan pengabdian masyarakat.

Struktur organisasi Fasilitas RSUD Raden Mattaher Jambi terdiri dari

Direktur Utama, Direktur Pelayanan, Direktur Pengembangan SDM dan Sarana

Prasarana, Direktur umum dan Keuangan. Masing-masing dari direktorat tersebut

membawahi beberapa bidang. Direktur Pelayanan terdiri dari bidang pelayanan

medis, bidang pelayanan keperawatan, dan bidang rekam medik dan akreditasi.

Direktur Pengembangan SDM dan Sarana Prasarana terdiri dari bagian diklat dan

pelatihan, bagian sumber daya manusia, dan bagian sarana prasarana medik dan

non medik. Direktur umum dan Keuangan terdiri dari bagian keuangan, bagian

umum dan humas, dan bagian perencanaan.

RSUD Raden Mattaher Jambi mempunyai 9 fungsi pelayanan yaitu : (1)

Penyelenggaraan usaha pelayanan kesehatan, peningkatan pencegahan dan

pemulihan, (2) Penyelenggaraan usaha pelayanan kesehatan, penyembuhan., (3)

Pelayanan Medik, (4) Penyelenggaraan Medik dan Non Medik, (5)

Penyelenggaraan Sosial dan Rujukan, (6) Penyelenggaraan pengembangan

Sumber Daya Manusia, (7) Penyelenggaraan Administrasi Umum dan Keuangan,

(8) Pelaksanaan pelayanan asuhan kepegawaian dan asuhan kebidanan dan (9)

Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Gubernur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Sarana dan prasarana yang tersedia dari RSUD Raden Mattaher Jambi

adalah instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, bedah sentral, rehabilitasi

medis dan jantung, radiologi, general check up, ICU, ICCU, HCU, PICU, NICU,

laboratorium, patologi anatomi, laudry, diklat dan aula, RT dan CSSD, kamar

jenazah, administrasi rumah sakit, administrasi kedokteran kehakiman, apotek

pelengkap, gudang medis dan non medis, kantin, oksigen sentral, intalasi gizi,

farmasi, ambulance dan gedung isolasi.

Disamping sarana dan prasana di atas, RSUD Raden Mattaher Jambi juga

mempunyai alat-alat kesehatan kedokteran yan merupakan kekuatan dalam

menunjang pelaksanaan terutama pelayanan spesialistik. Peralatan canggih

tersebut antara lain CT scan, echocardiography, holter, stress test system,

endoscopy, broncoscopy, laparoscopy, ultrasonography, hemodialisa,

perlengkapan ICU (ventilator, defribilator, ECG multi chanel, infuse pump,

syringe pump, dsb), sentral air oksigen dan suction, peralatan patologi anatomi,

peralatan patologi klinik, phacomultification, laser dermatologi, mesin anestesi,

dan elektro echephalo graphy.

Lokasi penelitian dilakukan di ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi.

Ruang ICU dikepalai oleh seorang kepala instalasi yaitu seorang dokter dan

seorang kepala ruangan dengan pendidikan terakhir Ners. Kepala ruangan

memiliki pengalaman kerja di ruang ICU selama 20 tahun. Jumlah perawat di ICU

sebanyak 28 orang, namun hanya 22 orang yang aktif bekerja. Perawat yang tidak

aktif bekerja disebabkan oleh cuti melahirkan 1 orang, mengalami kecelakaan

dan sedang perawatan di ICU 1 orang, melanjutkan pendidikan Ners 3 orang dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

pendidikan S2 Keperawatan 1 orang. Ruang ICU ini memiliki 10 tempat tidur

yang selalu terisi penuh pada setiap bulannya.

4.2 Karakteristik Demografi Partisipan

Karakteristik partisipan dalam penelitian ini ada 2 jenis partisipan, yaitu

partisipan Ners dan partisipan keluarga pasien. Masing-masing partisipan yang

memenuhi kriteria penelitian terdiri dari 10 Ners dan 10 keluarga pasien.

Sehingga total keseluruhan partisipan adalah 20 orang.

Tabel 4.1

Karakteristik Partisipan Ners

(n=10)

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1 Usia

27-31 tahun 5 50

32-36 tahun 2 20

37-41 tahun 2 20

>42 1 10

2 Jenis kelamin

Perempuan 7 70

Laki-laki 3 30

3 Lama Bekerja

<5 tahun 5 30

5-10 2 20

11-15 2 20

>15 1 10

4 Agama

Islam 9 90

Kristen Protestan 1 10

5 Suku

Jawa 3 30

Minang 1 10

Jambi 5 50

Palembang 1 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Karakteristik partisipan Ners, meliputi usia, jenis kelamin, lama bekerja

agama dan suku. Mayoritas dari kesepuluh partisipan adalah berusia antara 27-31

tahun (n=5, 50%), jenis kelamin perempuan (n=7, 70%), lama bekerja 5-10 (n-5,

50%), beragama Islam (n=9, 90%), dan berasal dari suku Jambi (n=5, 50%).

Tabel 4.2

Karakteristik Partisipan Keluarga Pasien

(n=10)

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1 Usia

< 30 tahun 2 20

30-35 tahun 5 50

36-40 tahun 1 10

>40 tahun 2 20

2 Jenis kelamin

Perempuan 8 80

Laki-laki 2 20

3 Agama

Islam 9 90

Kristen Protestan 1 10

4 Suku

Jawa 2 20

Palembang 1 20

Jambi 7 70

5 Pendidikan

SMP 2 20

SMA 5 50

PT 3 30

6 Lama hari rawatan

pasien

3-4 hari 6 60

5-6 hari 4 40

7 Hubungan dengan

pasien

Istri 2 20

Suami 1 10

Anak 1 10

Abang 1 10

Ibu 3 30

Ayah 2 20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Data yang diperoleh dari tabel 4.2 yang di atas menunjukkan mayoritas

partisipan keluarga pasien berusia 30-35 tahun (n=5, 50%), berjenis kelamin

perempuan (n=8, 80%), agama Islam (n=9, 90%), suku jambi (n=7, 70%),

pendidikan SMA (n=5, 50%), lama hari rawat pasien (n=4, 40%), hubungan

dengan pasien sebagai ibu (n=3, 30%) dan pekerjaan PNS (n=5, 50%).

4.3 Pengalaman Ners tentang Caring pada Pasien yang Mengalami

Perawatan Kritis di Ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini ditemukan tema yaitu (1)

Menunjukkan rasa empati terhadap pasien serta keluarga yang mendampingi

selama perawatan kritis, (2) Tetap berinteraksi dengan pasien tidak sadar (3)

Menunjukkan sikap ramah dalam berinteraksi dengan pasien tidak sadar, (4)

Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien kritis, (5) Memberikan

kenyamanan kepada keluarga pasien yang mendampingi selama perawatan kritis.

(6) Dampak caring ners dalam perawatan kritis, dan (7) Hambatan Ners dalam

menerapkan caring pada pasien pasien serta keluarga yang mendampingi selama

perawatan kritis. Tema-tema ini akan dibahas secara terperinci untuk memaknai

pengalaman Ners tentang Caring pada Pasien yang Mengalami Perawatan Kritis

di Ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi.

4.3.1. Menunjukkan rasa empati terhadap pasien dan keluarga pasien selama

menjalani perawatan kritis.

Berdasarkan analisa data didapatkan partisipan menunjukkan rasa empati

yaitu kepedulian, dan perhatian. Kepedulian yang ditunjukkan oleh Ners kepada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

pasien yaitu menunjukkan sikap peduli terhadap pasien yang dirawat, hal ini

sesuai dengan ungkapan dari beberapa partisipan di bawah ini:

“Merawat pasien dalam kondisi kritis ini mengharuskan kita

memiliki rasa peduli tinggi yang mencakup kasih sayang, empati

dan cara kita berkomunikasi. Dan rata-rata pasien kita tidak sadar

dan kita akan banyak membutuhkan kerjasama dari keluarga

pasien tersebut.”

(Ners 1)

“Caring itu adalah suatu sikap seseorang yang peduli, dan ramah

kepada seseorang.”

(Ners 3)

Kepedulian memberikan perawatan kepada pasien dengan

cekatan.”

(Ners 6)

“Caring itu adalah suatu sikap seseorang yang peduli, dan ramah

kepada seseorang.”

(Ners 10)

Selain dari peduli terhadap pasien, Ners juga memberikan motivasi

kepada pasien berupa memberikan penguatan pada pasien untuk tidak putus asa.

Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan di bawah ini:

“Saya selalu menguatkan pasien untuk tidak putus asa, karena

penguatan yang kita berikan merupakan dukungan yang bisa

mempengaruhi proses penyembuhan pasien dari segi psikologis.”

(Ners 1)

“Ada pasien sadar…dan mengatakan saya merasa merepotkan

keluarga selama di rawat, saya memberikan penguatan bahwa dia

tidak merepotkan keluarganya karena dia cepat sadar karena

dukungan keluargany yang sangat besar.”

(Ners 2)

Ners juga mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab dalam

memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga pasien. Sesuai dengan pernyataan yang

di bawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Seluruh kebutuhnnya pasien dan keluarga pasien adalah

tanggung jawab seorang perawat di ruang ICU.”

(Ners 1)

Ada juga Ners mengungkapkan bahwa peduli terhadap kebutuhan pasien

dan keluarga pasien selama perawatan yaitu dengan memenuhi kebutuhan tersebut

selama di ICU. Hal ini diungkapkan partisipan dalam pernyataan:

“Kepedulian itu harus dimiliki oleh perawat di ruangan ICU,

karena perawat 24 jam bersama pasien dalam memenuhi

kebutuhan baik pasien dan keluarga pasien.”

(Ners 2)

“Peduli dalam memenuhi kebutuhan keluarga pasien selama

menunggu pasien, misalnya informasi, jaminan pelayanan dan

pengen dekat dengan pasien.”

(Ners 3)

Caring....yaaa....kepedulian kita itu...apa yaaa.....memenuhi

kebutuhan ya....kebutuhan manusia ya...dalam keadaan kritis yaa

tau tidak stabil yaa.

(Ners 6)

“Kepedulian untuk memberikan pelayanan berupa tindakan

karena yang kita layani bukan pasien saja tapi keluarganya juga,

dimana keluarganya itu emosinya sangat labil dan banyak harapan

yang digantungkan kepada kita.”

(Ners 10)

Perhatian adalah memperhatikan keluarga pasien yang mendampingi

pasien selama perawatan, yaitu ditunjukkan dengan membina hubungan yang baik

terhadap keluarga pasien. Ungkapan Ners tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Kepedulian kita yaitu berusaha untuk membina hubungan yang

baik dan keluarga pasien.

(Ners 1)

Kepedulian kita yaa dimulai dari membina hubungan yang baik

dengan keluarga yang mendampingi pasien selama perawatan di

ICU

(Ners 8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Selain itu Ners juga mengatakan bahwa mereka memperhatikan pasien dan

keluarga pasien dengan memberikan perhatian, dan pernyataannya sebagai

berikut:

“Hmmm…..caring yaa….kalo menurut aku ya…caring itu

perhatian. Yaa memberikan perhatian kepada pasien dan

keluarganya.”

(Ners 2)

“Caring kalau bagi saya itu perhatian, perhatian kita dalam

memberikan pelayanan kepada pasien yang kita rawat selama

mereka dirawat apa yang harus kita perhatikan kepada pasien.”

(Ners 5)

Cara kita memberikan perhatian atau pelayanan kesehatan kepada

pasien yang kita rawat sebenernya,

(Ners 9)

Ada juga Ners megungkapkan bahwa perhatian dengan menanyakan

kondisi pasien yang dirawat. Hal ni sesuai dengan pernyataan sebagai berikut:

“Nah kalau pasien sadar, yaaa sayaaa…tanya kabarnya gimana,

lalu bagaimana tidurnya semalam. yaaa…..iini kan termasuk

perhatian.”

(Ners 2)

“Saya malah sebelum mulai bekerja akan menanyakan kabar

pasien yaa walaupun pasien yang ditanyain itu tidak sadar.”

(Ners 6)

Ners juga meluangkan waktunya untu menemani pasien yang jarang

dikunjungi keluarganya, hal ini sesuai dengan ungkapan Ners di bawah ini:

“Ada pasien yang jarang dikunjungi keluarga dak, sebisa mungkin

mengajak pasien ngobrol santai. Biasanya kalo dinas sore yang

bisa kayak gitu..”

(Ners 5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Ada juga Ners yang merasakan apa yang dirasain oleh pasien, seperti

merasa sedih melihat pasien yang terpasang banyak alat ditubuhnya. Ungkapan

Ners tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Sedih melihat pasien yang belum sadar juga, apalagi terpasang

alat ditubuhnya.

(Ners 2)

“Yaa…..terkadang ibu membayangkan bagaimana rasanya

memposisikan bahwa yang sakit itu adalah keluarga ibu dan

membayangkan betapa mereka membutuhkan sebuah dukungan.”

(Ners 8)

Hal yang penting dalam memberikan apapun harus ikhlas, termasuk Ners

dalam melakukan tindakan keperatan tanpa paksaan. Hal ini sesuai dengan

ungkapan Ners sebagai berikut:

“Jadi….ya bekerja harus ikhlas dan bukan karena terpaksa”

(Ners 1)

“Balik lagi ke ikhlas, kita melakukan semua tindakan kita gk ada

tekanan dan kita memahami tindakan kita.”

(Ners 7)

4.3.2. Tetap berinteraksi dengan pasien tidak sadar

Ners dalam memberikan tindakan beserta pelayanan kepada pasien dan

keluarga selama perawatan kritis dengan sikap yang ramah, berdasarkan analisa

data Ners yang menunjukkan bahwa mereka berinteraksi dengan pasien tidak

sadar. Salah satu contohnya Ners mengatakan bahwa dia senyum ke pasien

sebelum memberikan tindakan kepada pasien tersebut. Hal ini sesuai dengan

pernyataan di bawah ini:

“Saya senyum dengan pasien sebelum memberikan tindakan ke

mereka”

(Ners 9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Beberapa Ners mengungkapkan bahwa mereka sebelum melakukan

tindakan akan menyentuh pasien terlebih dahulu untuk sebagai tanda memberitahu

kepada pasien tersebut akan disuntik ataupun yang lainnya, sentuhan dapat

dilakukan di punggung tangan dan pundak pasien. Hal ini sesuai dengan

pernyataan di bawah ini:

“Pemberian obat suntik pada pasien tidak sadar, saya akan

menyentuh tangan pasien dan memberitahukan kalau dia akan

disuntik.”

(Ners 2)

“Sentuhan.....sentuhan iyaaa kita sering memberikannya, misalnya

pada pasien koma, kita bilang maaf ya pak yaa sambil menyentuh

pundaknya pasien, kita bersihkan dulu tempat tidurnya.:

(Ners 4)

Sentuhan merupakan salah satu cara untuk berinteraksi dengan pasien

baik sadar maupun tidak sadar. Hal ini sesuai dengan ungkapan partisipan di

bawah ini :

“Memberi memberi sentuhan, sudah merupakan interaksi kita

sama pasien.”

(Ners 2)

“Ada juga waktu itu pasien yang tidak sadar ya menitikan air

mata, saya usap tangannya pasien cara kita berinteraksi dengan

pasien untuk memberikan penguatan.”

(Ners 9)

4.3.3. Menunjukkan sikap ramah dalam berinteraksi dengan pasien tidak

sadar

Beberapa Ners melakukan interaksi verbal terhadap pasien dengan cara

mengungkapkan bahwa mereka menyapa pasien yang tidak sadar dengan

memanggil nama pasien tersebut walaupun mereka tidak dalam memberikan

tindakan keperawatan. Hal ini sesuai dengan ungkapan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Selain sentuhan saya juga terbiasa dengan menyapa pasien yang

tidak sadar dengan memanggil namanya.”

(Ners1)

“Ingat walaupun mereka tidak sadar, mereka masih dapat

merasakan dan mendengar, oleh sebab itu selalu menyapa mereka

dengan memangil namanya walaupun tidak memberikan

perawatan.”

(Ners 3)

Sikap ramah yang lain dilakukan adalah dengan menyapa pasien dan

mengucapkan salam, pada pasien yang dirawat walaupun pasien tersebut tidak

sadar. Hal ini diungkapkan Ners sebagai berikut:

“Setiap saya akan memulai perawatan saya menyapa pasien saya

walaupun dalam keadaan tidak sadar….yaaa setidaknya

mengucapkan selamat pagi ibu.”

(Ners 2)

“Yaaa…kalau pasien saya muslim dengan mengucapkan

assalamualaikum, yang penting kita menyapa pasien tidak sadar.”

(Ners 2)

Setiap akan melakukan tindakan kepada pasien, Ners selalu

menyempatkan diri untuk mengajak pasien tersebut berbicara walaupun pasien

dalam kondisi tidak sadar. Hal ini sesuai dengan beberapa ungkapan dari

partisipan sebagai berikut :

"Bapaak....maaf yaa kita lap dulu badannya...ayook bapak kita

miringkan badannya....." tetap kita ajak bicara pasien tersebut nah

disitulah perilaku caring kita.”

(Ners 1)

Nah cuma untuk memperkenalkan diri itu belum. Misalnya seperti

ini...pak saya suster R....saya mandiin bapak hari ini dan saya

merawat bapak sampai siang..

(Ners 6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Ya pertama walaupun pasien tidak sadar komunikasi tetap jalan

dalam melakukan hal apapun walaupun sekecil apapun walaupun

kita mau mobilisasi memberikan injeksi tetap komunikasi kita tetep

jalan.”

(Ners 7)

saat kita memenuhi kebutuhan pasien yaaa misalnya mandi yaa,

kita ajak bicara “Pagi ini kita bersihkan dulu ya pak, biar

badannya bapak segar “ walaupun pasien tidak merespon tetapi

mereka dapat mendengarkan dan merasakan.

(Ners 8)

Beberapa Ners mengungkapkan bahwa mereka selalu mendekati dan

mengajak pasien tidak sadar berbicara. Hal ini sesuai dengan ungkapan di bawah

ini:

“Iyaa walaupun tidak sadar.....saya tetap mengajak pasiennya

ngobrol, apalagi setiap tindakan ataupun apapun tetap kita

komunikasikan.”

(Ners 7)

“Yaa…kalau ibu tidak terlalu sibuk, ibu mendekati pasien tersebut

dan mengajak bicara….”

(Ners 8)

Ners melakukan interaksi non verbal dengan keluarga pasien adalah

merupakan cara mereka untuk menunjukkan sikap ramahnya. Ners

mengungkapkan bahwa setiap mereka ketemu dengan keluarga pasien di jalan

atau pada saat mengunjungi pasien, mereka akan tersenyum dan menyapannya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan di bawah ini:

memberikan mereka senyuman yang tulus dan menyapanya saja

sudah sebagai penghilang rasa capek mereka selama menemani

pasien di rawat di sini kan.

(Ners 2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Ners juga mengatakan selalu tersenyum saat memulai komunikasi

dengan keluarga pasien dalam memberikan pelayanan. Pernyataan ini sesuai

dengan di bawah ini:

“Dengan senyuman kita bisa memulai untuk komunikasi yang baik

dengan keluarga pasien dan menumbuhkan rasa percaya terhadap

perawat.”

(Ners 8)

Hal yang lain dilakukan adalah Ners dalam berbicara kepada keluarga

pasien dengan menggunakan tutur kata yang lembut. Hal ini sesuai dengan

ungkapan dari partisipan sebagai berikut:

“bapak.....istri bapak dalam keadaan cukup kritis, kami mohon

bapak menyaksikan apa yang kami lakukan, nanti kalau bapak

tidak bersedia dengan apa yang akan kami lakukan. Bapak bisa

tanda tangan, karena kami tidak akan melakukan tindakan tanpa

persetujuan bapak dan keluarga. Nah pada saat momen seperti itu,

kita menggunakan tutur kata yang lembut.”

(Ners 1)

Ners juga mengatakan bahwa keramahan merekan dapat dilihat dari cara

bicara yang sopan, santun, dan senyum dengan keluarga pasien. Ungkapan ini

sesuai dengan pernyataan di bawah ini:

“Ramah itu dapat dapat dilihat dari cara bicara yang sopan

santun, senyum sehingga kita bisa lebih dekat dengan pasien dan

keluarga pasien.”

(Ners 8)

Beberapa Ners mengungkapkan bahwa mereka berusaha menciptakan

keakraban dengan keluarga pasien, dengan bersikap ramah untuk mendekatkan

diri dengan keluarga pasien dan mengajak berbicara. Hal ini sesuai dengan

pernyataan di bawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Misalnya saat kita akan memberitahukan perkembangan kondisi

dengan memanggil nama keluarga pasien, tanda kita menghargai

mereka.”

(Ners 4)

“Mengajak ngobrol keluarga pasien saat mereka mengunjungi

pasien, sehingga kita bisa menjalin komunikasi yang baik dengan

keluarga pasien”

(Ners 4)

“Kadang kalo misalnya jam-jam besuk, keluarga datang, nah

mendekatkan diri lah ke mereka, nah disitu biasanya kita tanya-

tanya, apo yang dibutuhkan keluargo....”

(Ners 4)

“Jika kita bisa ramah dengan keluarga pasien, maka mereka akan

merasa akrab dan dekat dengan kita sehingga memunculkan rasa

saling percaya.”

(Ners 8)

4.3.4. Melaksanakan tindakan keperawatan selama pasien menjalani

perawatan kritis.

Berdasarkan analisa data partisipan yang melaksanakan tindakan

keperawatan selama pasien dirawat yaitu intervensi keperawatan yang dilakukan

oleh ners kepada pasien selama perawatan kritis dapat dilihat dari tindakan Ners

dalam memonitoring kondisi pasien setelah diberikan terapi obat. Beberapa Ners

mengungkapkan mereka selalu memeriksa hasil skin test sebelum memberikan

antibiotik dan memonitor kondisi pasien akibat perubahan terapi obat yang

diberikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan di bawah ini:

“Yaa..misalnya nih yaa saya kasih contoh..Tanggung jawab dalam

memeriksa hasil skin test sebelum memberikan antibiotic.”

(Ners1)

“Kita disini memonitor keadaan pasien yang bisa saja terjadi

karena perubahan keadaan akibat dari pengobatan yang kita

berikan.”

(Ners 3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Sebelum memberikan antibiotic kepada pasien yang tidak sadar,

harus dilakukan skin test terlebih dahulu, yaa saya harus

memonitoring kondisi pasien setelah dilakukan skin test tersebut

karena pasien tidak bisa mengungkapkan kalo terjadi reaksiny.”

(Ners 6)

Tindakan yang lainnya adalah memonitoring peralatan yang terpasang

pada pasien, kondisi pasien yang terhubung dengan peralatan tersebut, dan

mencegah terjadinya komplikasi setelah pemasangan alat. Hal ini diungkapkan

oleh beberapa Nerssebagai berikut:

“Yaa…yang dilakukan adalah monitoring peralatan yang

terpasang pada pasien, karena rata-rata disini kan pasiennya

terhubung dengan ventilator dan infus pump.”

(Ners 7)

“Perawatan kritis berhubungan dengan penggunaan peralatan kan

yaa jadi….ya saya selalu memonitor secara ketat keadaan pasien

saya untuk mencegah terjadinya komplikasi.”

(Ners 8)

“Pasien disini sangat membutuhkan monitoring dan mendapatkan

intervensi yang lebih yaa…misalnya saja pasien dengan kegagalan

salah satu system organnya.”

(Ners 9)

Ners juga mengungkapakan bahwa mereka memantau kestabilan tanda-

tanda vital pasien baik yang sadar maupun tidak sadar. Hal ini sesuai dengan

pernyataan di bawah ini:

“Memantau kestabilan tanda-tanda vital pasien setiap 1 jam

sekali.”

(Ners 10)

Selain itu, Ners tetap memberikan penjelasan tindakan yang akan

dilakukan kepada pasien walaupun dalam kondisi tidak sadar. Banyak hal yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

harus dijelaskan Ners kepada pasien saat melakukan intervensi keperawataan,

walaupun pasien tersebut tidak sadar sebagai perawat tetap diberi penjelasan,

misalnya memberitahukan kepada pasien pemasangan kateter, memberitahukan

kepada pasien yang tidak sadar akan dimandikan, memberitahukan untuk makan,

menyuntikkan obat, dan memberikan terapi musik. Semua hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan dari beberapa pasrtisipan berikut ini:

“Sebelum memberikan tindakan pemasangan kateter, ngga

langsung dimasukan tetapi dikasih tau dulu kepada pasien

walaupun tidak sadar.”

(Ners 1)

“saat kita memenuhi kebutuhan pasien yaaa misalnya mandi yaa,

kita ajak bicara “Pagi ini kita bersihkan dulu ya pak, biar

badannya bapak segar “ walaupun pasien tidak merespon tetapi

mereka dapat mendengarkan dan merasakan.”

(Ners 3)

“Apalagi pasien yang tidak sadar ya…makannya kan dengan NGT

yaa…jadi kita beritahu si pasien “ Pak…kita makan siang dulu

yaa…”

(Ners 4)

“Mengajak bicara yaa….misalnya paak...kita mau suntik dulu yaa,

meskipun pasien tersebut tidak sadar.”

(Ners 4)

Ners juga memberikan intervensi keperawatan yang salah satunya adalah

memberikan terapi music untuk membantu dalam proses penyembuhan pasien

tidak sadar. Hal ini sesuai dengan ungkapan Ners di bawah ini:

“Ada satu pasien masih remaja yang sampai sekarang belum

sadar, saya mencoba memberikan terapi music untuk merangsang

kesadaran pasien tersebut.”

(Ners 7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Selain itu, Ners juga berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan

terapi obat yang merupakan salah satu intervensi keperawatan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan di bawah ini:

“Pasien tersebut dengan albumin yang sangat rendah sekali,

sehingga luka operasinya selalu terbuka, disitu selain terapi obat

yang diberikan dokter dan perawatan yang kita berikan.”

(Ners 1)

Kolaborasi yang lain adalah melibatkan keluarga pasien dalam merawat

dan memenuhi kebutuhan pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan di bawah ini:

“Keluarga merupakan partisipan yang aktif dalam perawatan

kritis. Yaa dari keluarga lah kita mengetahui bagaimana kondisi

pasien sebelum masuk ICU ka.”

(Ners 2)

“.Kita kolaborasi dengan bagian gizi, terus akhirnya dianjurkan

untuk memberikan ekstra jus ikan gabus, nah kita libatkan

keluarga, misalnya kalau di gizi tidak dapat menyediakan.”

(Ners 6)

“….tapi keluarga pasien mengatakan saya tidak mampu bayarnya

sejuta lebih,baru kita kasih bukan alternatif yah, kita tetap

konsultasi ke dokter, kita juga katakan “pak kalau itu mahal, boleh

tidak seandainya di ekstrakan ini” kolaborasi nanti dokter setuju,

kita ke gizi lagi.”

(Ners 6)

Kategori yang lain adalah Memenuhi semua kebutuhan pasien selama

perawatan, yaitu dengan memberikan susu melalui NGT. Hal ini sesuai dengan

ungkapan Ners sebagai berikut:

Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisnya,

contohnya memberikan susu melalui NGT

(Ners 1)

Ners yang lain mengatakan bahwa mereka membantu pasien dalam

memenuhi kebutuhan fisiologis pasien, ini sesuai dengan pernyataan di bawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Secara fisiologi pasti kita penuhi kebutuhan dasar mereka, ya kita

lihat dulu, sesak ga nafasnya, dia perlu bantuan pernafasan.”

(Ners 3)

Beberapa Ners mengungkapkan bahwa mereka membantu pasiennya

dalam membersihkan dan merapikan pasien setiap hari, membersihkan selang

kateter dan mengganti pamper. Hal ini sesuai dengan pernyataan di bawah ini:

“Kita harus caring ya...Dalam arti kata kita harus menerapkan

caring, yaitu kita harus membersihkan dan merapikan pasien

setiap hari.”

(Ners 8)

“Membersihkan selang kateter pasien, atau menggantikan pampers

pasien. Yaaa…..kita memfasilitasi kebutuhannya laah.”

(Ners 10)

“Membersihkan pasien dari ujung kepala sampai ujung kaki.”

(Ners 10)

Penanganan pasien yang cepat dan tanggap dilakukan oleh ners kepada

pasien selama perawatan krtis tergambar dari kategori pertama yaitu Ners

mengungkapkan bahwa mereka harus memiliki respon time yang cepat dalam

menangani kegawatan pasien kritis dan merespon kondisi pasien yang dirawat.

Hal ini sesuai dengan pernyataan di bawah ini:

“Merawat pasien yang kritis itu kita harus bisa memberikan

respon time yang cepat dalam menangani kegawatan yang bisa

saja terjadi kapan pun kan ya.”

(Ners 4)

“Apapun yang terjadi pada pasien kita, kita harus cepat dalam

merespon kondisi pasien kita karena bisa saja mengancam

jiwanya.”

(Ners 5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Ada juga Ners mengungkapkan bahwa mereka dalam bertindak harus

memberikan penanganan segera dalam memberikan bantuan hidup dasar pada

pasien kritis sesuai dengan prosedur. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebagai

berikut:

“Disaat pasien semakin kritis…kita segera memberikan bantuan

hidup dasar pada pasien tersebut sesuai dengan prosedur yang

telah ditetapkan.”

(Ners 6)

Selain memberikan penangan yang cepat terhadap kondisi pasien. Ners

juga selalu siap siaga untuk melaksanakan tindakan resusitasi jantung paru, ini

sesuai dengan pernyataan sebagai berikut:

“Disini sering banget dapat pasien gangguan pernafasan yang

berpontensi mengali kegawatan pernafasan dan berujung henti

jantung. Sehingga perawat selalu siap siaga untuk melaksanakan

tindakan resusitasi jantung paru.”

(Ners 7)

Beberapa Ners mengungkapan bahwa tindakan mereka harus selalu siap

siaga memantau perkembangan kesehatan penyakit pasien dan mampu mengatasi

pasien dalam keadaan gawat secara cepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan di

bawah ini:

“Yaa….kita sebagai perawat harus selalu siap siaga untuk

memantau perkembangan kesehatan penyakit pasien.”

(Ners 2)

“Waah kalo dulu saya lelet banget lah…tapi selama disini saya

semakin mampu mengatasi pasien dalam keadaan gawat secara

cepat.”

(Ners 8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

4.3.5. Memberikan kenyamanan kepada keluarga pasien yang mendampingi

selama perawatan kritis.

Berdasarkan analisa data, partisipan yang memberikan kenyamanan

kepada keluarga pasien yang mendampingi selama perawatan yaitu dengan

menggunakan tata cara dalam memberikan penjelasan kepada keluarga pasien.

Cara menjelaskan kondisi pasien kepada keluarga pasien yang dilakukan Ners

tergambar dari kategori menjelaskan kondisi pasien dengan bahasa yang mudah

dipahami keluarga pasien, beberapa Ners mengatakan cara mereka dalam

menjelaskan kondisi pasien dengan bahasa yang mudah dipahami keluarga pasien.

Hal ini sesuai dengan pernyataan di bawah ini:

“Ketika kita menyampaikan perubahan kondisi pasien yang tidak

stabil kepada keluarga pasien, kita harus bisa menggunakan

bahasa yang mudah dipahami oleh mereka.”

(Ners 1)

“Lalu menjelaskan bagaimana kondisi pasien bahasa yang mudah

dipahami. Yaa….menggunakan bahasa daerah juga , agar dapat

dipahami oleh keluarga pasien. “

(Ners 2)

“Ada kemajuan atau gk, jadi mereka paham jadi sebelum dan

sesudah tindakan kita kasih dulu pengertian kepada keluarga

pasien supaya mereka lebih mengerti.”

(Ners 5)

“Maka kita harus lebih menjelaskanya itu lebih hati – hati jadi

mereka bisa menerima apa yang kita jelaskan bisa dicerna sama

mereka seperti itu.”

(Ners 7)

“Mana lagi, keluarga pasien pakai bahasa dusun, yaa kita harus

ekstra sabar menjelaskan dan mencoba memakai bahasa mereka.”

(Ners 8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Ada kemajuan atau gk, jadi mereka paham jadi sebelum dan

sesudah tindakan kita kasih dulu pengertian kepada keluarga

pasien supaya mereka lebih mengerti.”

(Ners 9)

Selain itu Ners juga mengungkapkan bahnwa mereka dalam memberikan

penjelasan dengan tenang dan tidak tergesa-gesa, ini sesuai dengan pernyataan

sebagai berikut:

“Kita memberikan penjelasan dengan tenang, tidak tergesa-gesa.”

(Ners 1)

“Ya….dalam arti kata, kita tahu kalo anggota keluarga

mendapatkan perawatan kritis, mereka akan memikirkan biaya

yang besar untuk itu. Jadi ketika kita menyampaikan ke keluarga

pasien maka kita harus menjelaskan dengan baik-baik dan tidak

terburu-buru.”

(Ners 1)

Dalam memberikan informasi kepada keluarga pasien, Ners memberikan

penjelasan tentang peraturan selama perawatan kritis. Ners mengatakan bahwa

mereka meberikan penjelasan mengenai peraturan kepada keluarga pasien. Hal

ini sesuai dengan pernyataan di bawah ini :

“Kita panggil keluarga inti dari pasien dengan menjelaskan

peraturan-peraturan yang harus diikuti keluarga pasien.”

(Ners 1)

“Contohnya, ketika pasien baru masuk ruang ICU, bagaimana

cara kita menerima pasien dan keluarga pasien, cukup dengan

menjelaskan kepada keluarga pasien "Bapak dan ibu sekarang

berada di ruangan ICU untuk sementara ini keluarga silahkan

menunggu di ruang tunggu bawah, kami akan merawat anggota

keluarga bapak dan ibu dengan memberikan kami kepercayaan

sepenuhnya. seperti itu, itu waktu kita menerima yang pertama.”

(Ners 1)

“Kita akan Memberikan penjelasan bahwasanya keluarga pasien

harus mengetahui aturan-aturan selama mendapatkan perawatan

kritis.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

(Ners 6)

“Tentang tata tertib peraturan kita kasih tau, masalah jam

kunjungnya, berapa orang yang harus masuk.”

(Ners 8)

Ada beberapa hal yang harus dijelaskan Ners kepada keluarga pasien

yaitu memberikan penjelasan kepada keluarga pasien mengenai jam kunjungan

sesuai peraturan di RS, ini sesuai dengan ungkapan dri beberapa partisipan

sebagai berikut

“Misalnya jam kunjungan, karena tingkat stress yang tinggi

sehinga keluarga pasien ingin selalu berada dekat pasien. Maka

kita memberikan penjelasan mengenai jam kunjungan dan cara

kunjungannya sesuai peraturan dari rumah sakit.”

(Ners 6)

“Pokoknya apa yang harus diterima keluarga pasien kita berikan

penjelasan saat pasien masuk, nah nanti itu diinformasikan ke

keluarga lainnya bu, mungkin jam besuknya jam sekian jadi kalau

diluar jam sekian harap dimengerti karena ini memang

peraturan.” (Ners 8)

Ners mengungkapkan bahwa mereka selalu menjelaskan kepada keluarga

pasien tentang kondisi dan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan kepada

pasien dan memberikan penjelasan perkembangan pasien. Hal ini sesuai dengan

pernyataan di bawah ini:

“Menjelaskan bahwa "kondisi suami ibu tidak stabil, tetapi kita

harus melakukan tindakan,dengan menjelaskan kondisinya seperti

ini....seperti ini....... nah kalau seandainya ibu bersedia....kami

akan melakukan tindakan" dan jangan sampai lupa untuk

menjelaskan tujuan dari tindakan tersebut.”

(Ners 1)

“Keluarga pasien rasa ingin tahunya besar ya…jadiii…..yaaaa

kita jekaskan ke mereka mengenai informasi tentang tindakan

yang akan diberikan.”

(Ners 2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“kita memberikan penjelasan mengenai perkembangan pasien,

yaaa…..setidaknya 1 kali sehari.”

(Ners 2)

“Misalnya apapun tindakan yang sederhana seprti pemasangan

NGT yah tetap keluarga kita kasih tau, bahwa ibu tidak bisa makan

seperti kita karena kesadaran menurun, tidak ada efek menelan

jadi kita pasang selang nanti dari hidung bu nanti masuk ke

lambung.”

(Ners 6)

Ada beberapa penjelasan yang harus diberikan Ners kepada keluarga

pasien yaitu menjelaskan kondisi psikis pasien, perubahan kondisi pasien, dan

perkembangan pasien. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari beberapa partisipan

sebagai berikut:

“Bahasa pun dengan bahasa daerah sinilah, misalnyo dak kito

bilang ke keluarga pasien ‘ lah behenti jantung nyo nih pak’ atau ‘

nafasnyo tu lah dak katek lagi pak.”

(Ners 4)

“Kondisinya menurun, tensinya sudah mulai turun, nafasnya sudah

terventilasi, maka kita panggil keluarganya kita panggil dokter

jaga, kita info keluarga, kita dekatkan keluarga dengan pasien.”

(Ners 7)

“Keluarga pasien ingin mengetahui bagaimana kestabilan tanda

vital pasien, mengetahui perkembangan penyakit pasien.”

(Ners 8)

“Karena kito yang sering melihat pasien, sehingga ada perubahan

psikis pasien maka kita segera menjelaskan kepada keluarga

pasien tentang kondisi psikis pasien tersebut.”

(Ners 8)

Ners mengatakan bahwa dia memberikan penjelasan tentang pengobatan

yang akan diberikan, sehingga keluarga memahami pengobatan yang diberikan

kepada pasien. ini sesuai dengan pernyatan di bawah ini:

“ Mmmm…penjelasan yang diberikan tentang rencana pengobatan

dan mengetahui alasan diberikan pengobatan tersebut.”

(Ners 8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Selain itu Ners juga mengatakan bahwa mereka memberikan penjelasan

mengenai informasi tentang penyakit pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan di

bawah ini:

“Yaa paling dicemaskan oleh keluarga itu satu mungkin kondisi

penyakit pasien sehingga mereka membutuhkan penjelasan

mengenai hal tersebut.”

(Ners 6)

“Memberikan informasi yang jelas, dengan keluarga pasien

tentang penyakit pasien.”

(Ners 7)

Beberapa Ners mengatakan yang mereka berikan kepada keluarga pasien,

yaitu memberikan penjelasan nutrisi, proses penyakitnya, tindakan yang akan

diberikan untuk proses penyembuhan pasien, pola hidup setelah pulang dari

rumah sakit, dan memberikan pendkes sesuai yang dibutuhkan oleh keluarga

pasien. Hal ini sesuia dengan pernyataan di bawah ini:

“Kita memberikan pendidikan kesehatan saja, misalnya tujuan dari

tindakan yang akan dilakukan, pola hidup setelah pulang dari

rumah sakit.

(Ners 4)

“Memberikan ...pendkes ya, kemudian apa yang ditanyakan sama

keluarga pasien, apa yang mereka tanyakan tentang keluhan, apa

penyakit pasien.”

(Ners 5)

“Yaa paling dicemaskan oleh keluarga itu satu mungkin kondisi

penyakit pasien sehingga mereka membutuhkan penjelasan

mengenai hal tersebut”

(Ners 7)

“Keluarga bertanya pasien sudah dikasih obat atau belum mereka

kita jelasin sudah dikasih, kalau makan masalah makan biasanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

kan kalau makan kita melalui ..... keluarganya kita kasih tau,

sebelum tindakan yang jelas kita infokan kepada keluarga.”

(Ners 5)

Informasi lain yang diberikan Ners kepada keluarga pasien untuk rencana

perawatan selanjutnya yaitu: memberikan informasi tentang perencanaan kedepan

pasien selama perawatan dan memberikan penjelasan apa yang dibutuhkan dengan

keluarga dan pasien yang dirawat di ICU. Hal ini sesuai dengan yang diungkapan

dari beberapa partisipan yaitu:

“Kalau menurut saya kebutuhanya informasi ,kejelasan,

perencanaan kedepan dari pasien tersebut, resikonya di harus tau,

dan terkadang kita banyak disini pasien dengan jaminan kesehatan

terkadang ada beberapa hal yang tidak di tanggung karena biaya

biaya disini tidak murah.

(Ners 7)

“Apalagi perawatan apa yang mereka berikan selama ini.

Sehingga kita tahu sejauh mana nanti akan menjelaskan informasi

selanjutnya tentang perawatan pasien di ICU kepada mereka.”

(Ners 8)

“Kita memberikan penjelasan akan apa saja yang dibutuhkan oleh

keluarga pasien dari kita perawat ICU mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan pasien yang mengalami perawatan kritis di

ICU.

(Ners 10)

Ners mengungkapkan bahwa mereka memberikan jawaban yang tepat

akan pertanyaan keluarga pasien sehingga keluarga pasien mendapatkan jawaban

yang jujur. Hal ini sesuai dengan pernyataan di bawah ini:

“Setelah itu ya kita berikan lah penjelasan mengenai kondisi

pasien saat ini masih kurang stabil, tekanan darahnya sering naik

turun. Jadi kita selalu memantau perkembangan pasien setiap

jam.”

(Ners 5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Salah satunya kebutuhan untuk mendapatkan jawaban yang jujur

atas pertanyaan mereka, misalnya kondisi yang sebenarnya…kalo

tidak stabil kasih tau tidak stabil jangan ditutupin.”

(Ners 9)

Beberapa Ners mengungkapkan bahwa mereka tetap menghubungi

keluarga pasien via handphone untuk memberitahukan perubahan kondisi pasien

jika keluarga tidak datang ketika dipanggil ke ruang tunggu atau menghubungi

keluarga pasien yang di rumah untuk menyampaikan kondisi pasien. Hal ini

sesuai dengan pernyataan berikut ini:

“Kito membutuhkan keluarga pasien, misalnya ambil obat di

apotik, kito tinggal panggil dengan menggunakan mikrophone yang

terhubung ke ruangan tunggu keluarga pasien. “

(Ners 4)

“Kita memberitahukan ke rumah apabila terjadi perubahan

kondisi pasien dengan via handphone yaa, keluarga dapat

berkonsultasi dengan perawat setiap hari, dapat menjeguk pasien

secara teratur dan yaa…..lingkungan aman dan nyaman bagi

keluarga lah…..”

(Ners 8)

Ners memiliki tugas untuk memfasilitasi keluarga pasien dalam

memenuhi kebutuhan pasien akan kehadiran keluarga pasien, memberikan

kesempatan kepada keluarga pasien untuk mengunjungi dan mendampingi pasien.

Hal ini sesuai dengan ungkapan dari beberapa partisipan sebagai berikut:

“Karena mereka berpendapat bahwa pasien sangat membutuhkan

kehadiran mereka. Nah di situ lah, kita harus pandai membaca

situasi dan kondisinya.”

(Ners 2)

“Kalau tiba-tiba kondisi pasien semakin kritis, memberikan

kesempatan kepada keluarga pasien untuk mendampingi pasien

tersebut

(Ners 4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Terkadang ya dek…..keluarga pasien merasakan rasa nyaman

ketika kita memberikan kesempatan jam berkunjung tersebut

sehingga pasien yang dirawat dapat merasakan bahwa

keluarganya selalu ada disamping mereka.”

(Ners 5)

“Keluarga pasien suka gini, “bu saya mu ngasih ini air zam zam

ke orang tua saya atau keluarganya gitu” yah sebisa mungkin kita

bantu…”

(Ners 6)

“….keluarga pasien sangat ingin berada dekat pasien, apalagi

dalam kondisi kritis kan yaa…disinilah kita memberikan

kesempatan keluarga dengan memberikan jam besuk 2 kali.”

(Ners 10)

Menfasilitasi keluarga pasien untuk konsultasi dengan perawat yang

merawat pasien. Ners mengungkapkan bahwa memfasilitasi keluarga pasien

untuk berkonsultasi dengan mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut ini:

“Kita juga ngasih kesempatan ke keluarga pasien, silahkan apa

yang mau ditanyakan tentang penyakitnya tentang penjelasanya.”

(Ners 3)

“Keluarga Ingin dapat berkonsultasi ataupun komunikasi dengan

perawat yang menemani pasien selama 24 jam.”

(Ners 9)

Beberapa Ners mengatakan bahwa mereka memfasilitasi keluarga pasien

untuk konsultasi dengan dokter setelah visite sehingga mereka mendapatkan

penjelasan perkembangan pasien. Hal ini terlihat dari pernyataan di bawah ini:

“Walaupun nggak langsung dengan dokter spesialis kan

maksudnya visitnya kan ada waktu – waktunya kalau dokter

spesialis visit pas waktu jam besuk biasanya sudah selesei visit di

ruangan keluarga dipanggil.”

(Ners 5)

“Misalnya keadaan kritis, dokter kita panggil keluarga kita

panggil kita temukan di tempat paling itu, tidak mungkin kita yang

menjelaskan kita Cuma memfasilitasi. Dan kadang pun ada kabar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

perkembangan terbaru dari pasien, tetap keluarga kita kasih tau,

untuk penjelasan langsung.”

(Ners 7)

“Ketika dokter visit, ada keluarga pasien ingin berkonsultasi,

tetapi kita selesaikan dulu dokter visit barulah setelah itu kita

mendampingi keluarga untuk berkonsultasi dengan dokter.”

(Ners 8)

Ners juga mengungkapkan bahwa mereka memfasilitasi keluarga pasien

dengan bagian gizi untuk pemberian makanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

di bawah ini:

“Soal makanan bisa kita konsultasikan dengan gizi, karena

keluarga yang tau apa saja makanan yg alergi sama pasien, jadi

kita fasilitasi keluarga pasien untuk menjelaskan ke bagian gizi.”

(Ners 4)

Ners memberikan dukungan terhadap keluarga pasien, ini merupakan

kategori yang ketiga. Dukungan yang diberikan ada dua yaitu dukungan moriil

dan dukungan spiritual. Ners mengatakan bahwa mereka mendampingi keluarga

pasien disaat kondisi pasien memburuk. hal ini sesuai dengan pernyataan di

bawah ini :

“yaaa sebenarnya perawat itu ya mendampingi pasien dan

keluarga pasien secara terus menerus. Yaaa oleh sebab itu lah

terjalin sih rasa percaya itu”

(Ners 8)

“Ibu mendampingi keluarga pasien saat kondisi pasien mulai

memburuk.”

(Ners 8)

Selain itu Ners juga mengingatkan keluarga untuk menjaga kesehatan

dan tetap sabar dalam mendampingi pasien. Beberapa Ners mengungkapkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

bahwa mereka selalu mengingatkan keluarga pasien untuk menjaga kesehatan

agar bisa mendampingi pasien dan memberikan penguatan untuk sabar kepada

keluarga pasien. Hal ini terlihat dari pernyataan sebagai berikut:

“Sebenernya kita memberikan motivasi kepada keluarga pasien

dengan mengingatkan untuk menjaga kesehatan mereka agar

mereka bisa mendampingi pasien selama mendapatkan perawatan.

( Ners 5)

“kek dukungan moril kepada keluarga pasien“yang kuat, yang

sabar yah bu” kalau itu paling banyak”

(Ners 7)

Ners meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan mereka dan

pertanyaan dari keluarga pasien mengenai pasien yang dirawat. Hal ini

diungkapkan oleh beberapa partisipan sebagai berikut:

“Terkadang yo keluarga pasien ini setelah selesai nengok pasien,

mampir bentar ke meja kita...waktu itu kadang kita meluangkan

waktu untuk mendengarkan keluhan mereka.”

(Ners 4)

“Waktu itu….pas kita selesai dinas, ketemu mereka di ruang

tunggu bawah, ada keluarga pasien memanggil kita, dan

menanyakan bagaimana perkembangan kondisi pasien.”

(Ners 5)

“Begitu pula dengan keluarga pasien, kita menyediakan waktu

untuk mendengarkan keluhannya.”

(Ners 8)

Dukungan spiritual kepada keluarga pasien yang diberikan Ners adalah

mengingatkan keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien. Hal ini

sesuai dengan ungkapan dari beberapa partisipan sebagai berikut:

“Oleh karena itu kita harus menyampaikan bahwa tindakan ini

memerlukan segera dan kami berusaha sebagai manusia

bapaak....supaya istri bapak tertolong namun kalau hasil akhir itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

yang punya yang diatas. Nah disinilah kita memberikan kekuatan

kepada keluarga pasien, bapak tolong bantu dengan doa.”

(Ners 2)

“Terus ibu bilang sama keluarga “harus didukung dengan doa

Bu”.”

(Ners 8)

“Yaa kalau secara spiritual sih mengingatkan untuk tetap berdoa

sih, karena kesembuhan itu berasal dari Tuhan.”

(Ners 9)

Selain pengalaman tersebut, penelitian ini juga mengungkapkan dampak

caring dalam perawatan kritis dan hambatan Ners dalam menerapkan caring pada

pasien dan keluarga pasien.

4.3.6. Dampak caring dalam perawatan kritis

Dampak caring yang didapatkan yaitu kesembuhan pasien, dan

Kepuasan. Kesembuhan pasien merupakan dampak dari caring yang ditemukan

pada hasil penelitian, yang menunjukkan dapat merangsang kesadaran pasien

yang dirawat. Partisipan mengatakan bahwa dia melakukan tindakan keperawatan

yang dilandaskan dengan mengajak ngobrol dan memberikan sentuhan akan

menstimulus agar pasien yang kita rawat cepat sadar, atau pulih. Hal ini sesuai

dengan pernyataan sebagai berikut:

“ saya…..terkadang memberikan tepukan dan elusan kepada

pasien saya, yaa kalo saya tidak terlalu sibuk saya berikan terapi

dengerin dzikir dengan menggunakan earphone. Setidaknya bisa

mempercepat pasien sadar”.

(Ners 4)

Kepuasan setelah memberikan perawatan kepada pasien, Ners

mengatakan merasa puas setelah memberikan perawatan sehingga terasa puas

dengan apa yang telah dikerjakan. Pernyataan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Kepuasan tersendiri ya dek, karena keikhlasan dan rasa yang

tulus ataupun tanpa pamrih itu yang saya tanamkan ke diri saya,

sehingga saya tidak merasa terbebani dengan pekerjaan saya,

apalagi rata-rata pasien kita di sini tidak sadar, yaa ladang pahala

bagi saya dek”.

(Ners 1)

“Apalagi kalau melihat pasien yang telah kita rawat lepas dari

masa kritis dan melihat senyuman dari wajah keluarga pasien.

Yaaa senang nian lah.”

( Ners 2)

“…..membuat keluarga pasien merasa aman dan nyaman, karena

rasa percaya dengan kita untuk merawat anggota keluarganya di

ICU ini, sudah memberikan ketenanga di jiwa saya mbaa….benar-

benar puas rasanya mba….”

(Ners 4)

Beberapa Ners mengatakan setelah mereka merapkan caring dapat

menjadi penilaian positif bagi seorang perawat. Hal ini sesuai dengan pernyataan

dibawah ini :

“…jika kita ramah, murah senyum, dan pandai mengatur emosi

kita. Mungkin akan berkurang sebutan perawat ICU suka emosian,

hahahaha….”.

(Ners 2)

“…..di ICU sangat diperlukan perawat yang caring, karena bukan

hanya fisik saja melainkan psikis juga, yaaa……kita harus

memilikinya, sehingga tidak ada lagi yang bilang perawat itu

judes, cerewet dan sebagainya”.

(Ners 9)

Ners mengatakan bahwa setelah mereka menerapkan caring dengan cara

berkomunikasi yang baik kepada keluarga pasien maka dapat merubah pandangan

masyarakat selama ini pada perawat. Hal ini sesuai dengan pernyataan di bawah

ini:

Selama ini keluarga pasien selalu menganggap perawat itu

mulutnya kasar, setelah saya berkomunikasi yang baik dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

mereka. Akhinya mereka mengatakan bahwa perawat yang

sekarang di ICU lebih baik tutur katanya dan sangat peduli baik ke

pasien maupun ke keluarga. (Ners 10)

4.3.7 Hambatan ners dalam menerapkan caring pada pasien serta keluarga

selama menjalani perawatan kritis.

Hasil penelitian menemukan kendala dalam menerapkan caring yang

terjadi memberikan perawatan kritis, banyak pengalaman dari partisipan dalam

menghadapi kondisi pasien kritis, sehingga harus bertindak cepat dan perubahan

emosional yang akhirnya tanpa disadari menimbulkan interaksi yang non caring,

dan sering terjadi pada keluarga pasien yang mendampingi selama perawatan

kritis di ICU. Hal ini tergambar dari sub tema yaitu emosional, hubungan perawat

dengan pasien dan keluarga pasien tidak kooperatif.

Emosional terjadi karena perubahan perilaku yang dialami oleh

partisipan karena stress dengan pekerjaan dan kurang tidur, mengakibatkan

partisipan mudah marah berbicara kasar, nada yang tinggi, dan tidak ada senyum.

Perawat mengalami perubahan emosional, beberapa, Ners mengatakan bahwa

dirinya pernah tidak tidur selama dinas malam dalam menghadapi pasien.

Partisipan tidak dapat tidur karena cemas dengan kondisi pasiennya yang mulai

tidak stabil. Hal ini terlihat pada pernyataan di bawah ini:

“…..ketika kondisi pasien tidak stabil, keluarga pasien lebih sering

menyalahkan kan kita, seolah-olah kita tidak memberikan

perawatan yang baik, stress saya jadinya, makin susah saya untuk

melanjutkan penjelasan bagaimana kondisi pasien.

(Ners 3)

“ Sangking aku stressnyo dek, pas ado keluargo pasien pagi tu

cuma nak nanyo boleh dak nak ketemu sebentar dengan pasien,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

aku jawabnyo ketus nian waktu itu “ Yoo dak bisalah buk! Lah

jelas bukan waktunyo…”.

(Ners 4)

“ Saya semakin stress apabila menghadapi keluarga pasien yang

susah diajak berdikusi, malahan mengamuk dan membentak saya,

yaa…..alhasil saya semakin jengkel dan kesal lah mbaa….”

(Ners 8)

Pemahaman keluarga pasien yang kurang sehingga dapat menjadi

hambatan yang terjadi dalam menerapkan caring ketika menghadapi keluarga

pasien yang berkali-kali diberikan penjelasan, namun tidak mengerti dan didukung

dengan kondisi pasiennya yang sering tidak stabil. Ada juga ners sering

terpancing emosinya karena kondisi keluarga pasien yang tidak mengerti dengan

penjelasan yang telah diberikan. Hal dapat terlihat dari beberapa partisipan

sebagai berikut:

“……..apalagi ada keluarga pasien yang banyak bertanya dari

tentang kondisi anggota keluargamya yang dirawat, padahal sudah

dijelaskan serinci-rincinya, tapi ngga ngerti juga. Bikin saya emosi

dan bad mood. Sehingga saya malas untuk terlalu sering ketemu

keluarga pasien, pusing kepala saya mba…”

(Ners 2)

“ Aku pernah jugo mbaa, bertengkar samo keluargo pasien karena

banyak nian yang dio tanyo, padahal sebelumnya aku lah

ngejelasin seelok mungkin, pake bahaso dusun pula, tapi dak

ngerti-ngerti jugo……jadi kesal be bawaannyo….mano aku dak

tidok waktu tu…”

(Ners 6)

“ ……saya sudah berusaha menjelaskan dengan bahasa yang

mudah dipahami, tetapi keluarga pasien tidak mengerti juga,

eeeh…..saya malah di bentak-bentak bahkan dimaki

huuuuufft……semenjak itu saya memang jadi kurang peduli, yaaa

cuek lah dengan keluarga pasien, yaaaa…..saya sempat sih dicap

kurang ramah sama keluarga pasien, tapi kan….yang penting saya

peduli sama pasien saya mbaa hahahaha…..”.

(Ners 7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Hubungan perawat dengan pasien dan keluarga pasien tidak kooperatif

karena komunikasi yang tidak baik sering ditemukan yang disebabkan oleh

perawat yang sibuk dengan pekerjaan yang lain sehingga sering mengabaikan

untuk berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien. Hal ini sesuai dengan

pernyataan di bawah ini:

“Merawat pasien di ICU harus penuh kasih sayang dan

membutuhkan perhatian lebih, terkadang karena kita terlalu sibuk

dan stress maka kita sering tidak memperhatikan cara kita

berinteraksi dengan pasien, apalagi dengan keluarga pasien.

(Ners 9)

4.4 Pengalaman Keluarga Pasien tentang Caring pada Pasien yang

Mengalami Perawatan Kritis di Ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini ditemukan 5 tema yaitu: (1)

Perawat menunjukan kepedulian terhadap keluarga yang mendampingi pasien

yang menjalani perawatan kritis, (2) Perawat memberikan tindakan terhadap

pasien yang yang menjalani perawatan kritis, (3) Perawat memberikan informasi

tentang kondisi dan treatment pada pasien yang menjalani perawatan kritis, (4)

Perawat menunjukan komunikasi yang baik dengan pasien serta keluarga yang

mendampingi, dan (5) Perawat menunjukkan empati yang tinggi terhadap pasien

serta keluarganya.

Tema-tema ini akan dibahas secara terperinci untuk memaknai

pengalaman Keluarga Pasien tentang Caring pada Pasien yang Mengalami

Perawatan Kritis di Ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

4.4.1 Perawat menunjukan kepedulian terhadap keluarga yang

mendampingi pasien yang menjalani perawatan kritis.

Berdasarkan analisa data, beberapa partisipan mengatakan bahwa Ners

menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap mereka selama mendampingi di

ruangan ICU, yaitu dengan tidak membedakan pasien, ramah, dan ketulusan.

Beberapa keluarga pasien mengatakan bahwa Ners tidak membeda-

bedakan suku, ras, agama dalam merawat pasien dan memberikan perawatan

sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Hal ini diungkapkan keluarga pasien

sebagai berikut:

“Perawat disini tidak pernah membeda-bedakan dalam memberikan

perawatan. Ada waktu itu sebelum ibu masuk ICU di rawat di

bangsal. Nampak nian lah dibedakan karena perawat satu suku

sama pasien yang disebelah ibu saya.”

(Keluarga pasien 1)

“Susternyo idak pernah membeda-bedakan suku, ras, maupun

agama.”

(Keluarga pasien 3)

“Yang ibu liat dak katek tuh, susternyo membedain pasien-

pasiennyo, diberikan perawatan sesuai dengan kondisinyo pasien

masing-masing lah.”

(Keluarga pasien 4)

Perilaku caring yang didapatkan oleh keluarga pasien adalah ramah, yaitu

Ners menunjukkan perilaku caring dengan baik dalam merawat pasien, penuh

kesabaran, dan bisa terlihat dari wajah mereka. Hal ini diungkapkan dari beberapa

keluarga pasien sebagai berikut:

“Bapak liat perawat yang merawat ibu ramah-ramah, baik-baik

perawat disini ya, sabar juga perawatnya.”

(Keluarga pasien 1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Mereka itu orangnya baik banget nak… benar-benar merawat

dengan baik.”

(Keluarga pasien 6)

“Perawatnya baik nak, keliatan di wajah mereka dan cara mereka

merawat pasien dan melayani kita sebagai keluarga pasien.”

(Keluarga pasien 7)

Beberapa keluarga pasien mengatakan bahwa perawat di ruang ICU

sering menyapa dan memberikan salam. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan di

bawah ini:

“Saat bapak masuk ruangan, susternya menyapa dan memberikan

salam…. Ramah susternya nak.”

(Keluarga pasien 1)

“Perawatnya suka menyapa dan memberikan salam kalau kita

masuk saat jam kunjungan.”

(Keluarga pasien 2)

“Susternya mau menyapa kita saat berkunjung melihat ibu.”

(Keluarga pasien 7)

Perilaku caring lainnya yang ditunjukan oleh perawat adalah tersenyum

pada keluarga pasien saat mengunjungi pasien ataupun ketemu di luar ruangan.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan dari beberapa keluarga pasien sebagai

berikut:

“Pas kita masuk ruangan…susternya tersenyum dan

mempersilahkan untuk melihat ibu saya didalam.”

(Keluarga pasien 2)

“Susternyo murah senyum dalam melayani pasien dan keluarga

pasien.”

(Keluarga pasien 4)

“Kalau berpas-pasan gitu, susternya tersenyum sama kita kak,

walaupun wajahnya udah capek banget.”

(Keluarga pasien 5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Keluarga pasien mengungkapkan bahwa perawat memberikan pelayanan

dengan rasa yang tulus, hal ini sesuai dengan ungkapan sebagai berikut:

“Suster-suster disini…ngerawat ibu nyo ayuk tuh dengan ikhlas.”

(Keluarga pasien 3)

“Bagaimana sikap dan tingkah laku perawat ke pasien itu yaaa

harus lah memberikan pelayanan yang sangat tulus sekali.”

(Keluarga pasien 6)

4.4.2 Perawat memberikan tindakan terhadap pasien yang yang

menjalani perawatan kritis

Keluarga pasien melihat perawat dalam memberikan tindakan terhadap

pasien yang dirawat, tergambar dari sub tema yaitu perawatan fisik pasien,

perawatan spiritual pasien, dan perawatan psikosial pasien. Selama pasien

mendapatkan perawatan kritis, perawat bertanggung jawab dalam memberikan

dan membantu perawatan diri kepada pasien tersebut, yaitu Ners selalu membantu

dalam memandikan pasien 2x sehari, memberikan obat tepat waktu, dan

mengganti pakaian pasien apabila kotor. Hal ini diungkapkan dari beberapa

keluarga pasien antara lain:

“Bapak lihat selama disini susternya memberikan perawatan yang

baik pada pasien dalam bentuk memandikan pasien tepat waktu .”

(Keluarga pasien 1)

“Selama mba yang ngejagain ibu, mba selalu memperhatikan

kondisi badan ibu. Ternyata suster nya selalu memandikan ibunya

mba 2x sehari, wangi dan pakaiannya pun bersih.”

(Keluarga pasien 2)

“Ibu nyo mba selama dirawat sini, bersih nian. Susternyo mandiin

ibu idak asal-asalan. Pokoknyo kalo jenguk ibu ya, ngga pernah

kecium bau gitu nah.”

(Keluarga pasien 8)

“Perawatnya memandikan istri saya bersih sekali…walaupun tidak

sadar istri saya bersih.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

(Keluarga pasien 9)

Perawatan diri yang diberikan Ners kepada pasien adalah menjaga

kebersihan mulut pasien. Hal ini harus dilakukan karena pasien di ICU dalam

kondisi tidak sadar, oleh karena itu membersihkan mulut pasien dan menyikat gigi

pasien setiap pagi. Pernyataan di atas sesuai dengan ungkapan dari beberapa

keluarga pasien berikut ini:

“Biasonyo kalo pasien dak sadar tuh bauk nafasnyo tapi suster

yang jilbab itu selalu membersihkan mulut ibu ayuk, jadi nafasnyo

ibu idak bauk.”

(Keluarga pasien 3)

“Pasien disini selalu disikat giginyo tiap pagi samo suster-suster

yang dinas malam.”

(Keluarga pasien 4)

Ners juga memperhatikan kebersihan kuku pasien oleh karena itu

perawat membantu memotong dan membersihkan kuku pasien tersebut. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan keluarga pasien sebagai berikut:

Kemarin sore waktu liat abang, kuku tangannya panjang loh kak.

Eh pas tadi jenguk abang, liat kukunya udah dipotongin dan

bersih. Perawatnya membantu kita banget kak, memahami lah kak.

(Keluarga Pasien 5)

Pasien yang dirawat di ICU rata dalam kondisi tidak sadar, ada beberapa

Ners yang membantu pasien dalam memiringkan posisi badan pasien. Perubahan

posisi dilakukan agar kulit pasien yang tertekan tidak mengalami lecet dan melatih

agar otot pasien tidak kaku. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari beberapa

keluarga pasien sebagai berikut:

“Mereka selalu merubah posisi pasien, termasuk ayahnya mba.

Salah satu perawatnya bilang kalo perubahan posisi harus

dilakukan, agar ototnya ayahnya mba tidak kaku dan mengurangi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

terjadi luka di punggung atau didaerah yang selalu terimpit.”

(Keluarga pasien 8)

“Ayahnya ibu kan agak gendut jadi agak susah untuk memiringkan

posisinya, jadi perawat yang tinggi membantu ibu untuk memiring

badan ayah.”

(Keluarga pasien 10)

Tiga keluarga pasien yang lain melihat perawat melakukan suction untuk

mengisap dahak pasien yang menumpuk di jalan nafas pasien dan perawat

membantu dalam membersihkan alat yang terpasang ditenggorokan. Hal ini sesuai

dengan ungkapan keluarga pasien sebagai berikut:

“Abang kan dipasang alat yang ditenggorokan kak, jadi waktu itu

saya pernah lihat perawatnya membersihkan dahak yang keluar

dari alat itu.”

(Keluarga pasien 5)

“Susternya selalu melakukan pengisapan dahak pada istri saya

setiap sejam sekali. “

(Keluarga pasien 9)

“Iyah dek….dahak ayah saya banyak banget, jadi perawat sudah

menjadwalkan untuk melakukan pengisapan, karna kalo ngga

dikeluarin ayah susah nafasnyaPerawatan spiritual pasien.

(Keluarga pasien 10)

Keluarga pasien mengatakan selama mendampingi pasien di rawat,

kebutuhan spiritual pasien dan keluarga pasien dipenuhi oleh perawat yaitu

mengingatkan untuk berdoa. Selama mendampingi pasien, dua partisipan pernah

diingatkan oleh perawat untuk berdoa agar proses penyembuhan pasien cepat dan

mengajak untuk berdoa bersama. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari keluarga

pasien tersebut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Ada perawat yang satu agama dengan saya, dan mengajak saya

untuk berdoa demi kesembuhan suami saya, yaa saya berharap

tuhan mendengarkan doa saya agar suami saya cepat sadar.”

(Keluarga pasien 6)

“Ibu selalu diingatkan perawat untuk selalu mendoakan ibunya ibu

agar proses penyembuhan cepat.”

(Keluarga pasien 7)

Keluarga pasien yang lain mengatakan bahwa perawat juga membantu

keluarga pasien untuk memasangkan alat ditelinga pasien, agar pasien tersebut

dapat mendengarkan rekaman dari ayat suci Al-Quran dan Dzikir. Hal ini sesuai

dengan pernyataan berikut:

“Waktu itu yo ayuk minta izin samo susternyo untuk mendengarkan

lantunan ayat suci dengan hp ke telingo ibu ayuk. Pasiennyo

mengizinkan tapi biar dio yang ngasih karena keluarga belum

boleh masu. Ayuk biso memastikannyo diberikan kareno biso diliat

dari jendela.”

(Keluarga pasien 3)

“Waktu saya besuk ibu, saya minta izin sama perawat untuk

memakaikan earphone ke telinga ibu saya, supaya ibu bisa

mendengarkan dzikir.”

(Keluarga pasien 7)

“Kemarin perawatnya meminta izin kepada bapak untuk

memberikan terapi kepada ibu dengan mendengarkan dzikir dan

lantunan ayat suci alquran.”

(Keluarga pasien 9)

Dalam perawatan ini perawat memahami keinginan keluarga pasien

untuk dekat dengan pasien. Ada keluarga pasien menyatakan bahwa mereka

diberikan kesempatan untuk disamping istrinya dan membacakan buku diluar jam

kunjungan. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan keluarga pasien sebagai

berikut:

“Bapak diberikan kesempatan oleh suster untuk berada disamping

istri bapak, karena kita sangat dekat dan tidak pernah terpisah.”

(Keluarga pasien 1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Jika mba tidak sempat membacakan buku untuk ibu mba di saat

jam kunjungan karena belum kerja, ada salah satu perawat yang

mengizinkan mba untuk membacakan buku untuk dilur jam

kunjungan.”

(Keluarga pasien 2)

4.4.3 Perawat memberikan informasi tentang kondisi dan treatment

pada pasien yang menjalani perawatan kritis.

Keluarga pasien mendapat informasi sesuai dengan sub tema sebagai

berikut: menjelaskan perubahan kondisi pasien, dan penjelasan tentang tindakan

yang akan dilakukan. Ners menjelaskan perubahan kondisi pasien dengan

memberikan informasi kepada keluarga pasien. Beberapa Keluarga pasien

mendapatkan informasi dari Ners akan perubahan kondisi pasien selama dirawat.

Informasi yang partisipan dapatkan, misalnya kondisi pasien yang kurang baik ,sel

darah merahnya menurun sehingga pasien semakin pucat atau perubahan suhu

pasien. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari beberapa keluarga pasien sebagai

berikut:

“Kemarin sore perawatnya bilang “Mbaa…kondisi ibu kurang

baik ya, sel darah merah ibu menurun, sehingga ibu keliatan pucat.

(Keluarga pasien 2)

“Alhamdulillah suhunya sudah turun, jadi adek ngga perlu

khawatir lagi yaa…” gitu tadi perawat bilang ke saya kak.”

(Keluarga pasien 5)

“Ibu juga pernah nanya kondisi bapak ke perawatnya, perawat

menjelaskan dengan rinci nian. Jadi ibu tau kayak mano kondisi

bapak saat ini”

(Keluarga pasien 7)

“Perawat memberikan penjelasan mengenai perubahan kondisi

istri saya setelah mendapatkan tindakan laparathomy, yaaa

maklum lah saya kan kurang paham ya nak.”

(Keluarga pasien 9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 130: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Selama mendampingi keluarga pasien di rawat, partisipan selalu

mendapatkan penjelasan tentang tindakan yang akan di berikan. Keluarga pasien

mendapatkan penjelasan alasan pasien membutuhkan donor darah, alasan pasien

dilakukan penghisapan lender, pemasangan selang untuk makan, dan Ners selalu

mengatakan kepada partisipan bahwa tindakan yang diberikan ini untuk proses

penyembuhan pasien. Menjelaskan kondisi pasien yang membutuhkan donor

darah, dalam hal ini partisipan mendapatkan penjelasan dari penyebab pasien

membututuhkan donor darah dan perawat memastikan kepada partisipan darah

siapa yang cocok dengan pasien. Hal ini sesuai dari ungkapan dua keluarga pasien

sebagai berikut:

“Naah…karena kondisi tersebut kita akan memberikan tambah

darah. Kira-kira darah siapa yang cocok dengan darah ibu ya

mba?” kayak gitu loh dek perawat itu menjelaskan.”

(Keluarga pasien 2)

“Ibu dikasih penjelasan kalo kondisi ayah ibu menurun dan harus

mendapatkan donor darah.”

(Keluarga pasien 10)

Menjelaskan kondisi pasien harus dilakukan suction, dalam hal ini

keluarga pasien mendapatkan penjelasan dari perawat tentang penyebab pasien

tidak bisa mengeluarkan dahak sehingga harus dilakukan pengisapan supaya tidak

menganggu pernafasan. Hal ini sesuai dengan ungkapan keluarga pasien tersebut:

“Susternya memberikan penjelasan kalau abang saya tidak bisa

mengeluarkan dahaknya jadi akan dilakukan tindakan pengisapan

dahaknya, supaya tidak mengganggu pernafasan.”

(Keluarga pasien 5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 131: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Keluarga pasien menceritakan bahwa perawat yang merawat saudaranya

menjelaskan tujuan dari pemasangan selang di hidung. Hal ini sesuai dengan

ungkapan keluarga pasien tersebut:

“Karena ayah tidak sadar juga, ayah dimasukin selang ke

hidungnya, sebelum dipasang perawat menjelaskan pemasangan

selang untuk memasukan makanan dalam bentuk cairan”

(Keluarga pasien 5)

Ners menjelaskan terapi obat yang akan diberikan kepada keluarga

pasien sehingga mengetahui apa saja terapi obat yang didapatkan pasien. Hal ini

sesuai dengan ungkapan keluarga pasien tersebut:

“Ada juga ya kak, waktu itu saya mengantarkan obat abang saya,

perawatnya memberikan penjelasan tentang fungsi obat yang

dibeli itu.”

(Keluarga pasien5 )

Ada juga keluarga partisipan mengatakan bahwa perawat memberikan

penjelasn semua tindakan yang diberikan kepada pasien untuk proses

penyembuhan pasien. Hal ini sesuai dengan ungkapan keluarga pasien tersebut:

“Mereka menjelaskan tentang pemasangan selang ditenggorokan

yang akan dilakukan sama ayah saya, dan menyarankan tindakan

tersebut dilakukan, karena ini merupakan pengobatan yang terbaik

buat ayah saya.”

(Keluarga pasien 8)

4.4.4 Perawat menunjukkan komunikasi yang baik terhadap pasien

dan keluarga pasien.

Sejauh ini perawat mulai menunjukkan komunikasi yang baik terhadap

pasien dan keluarga pasien. tema ini tergambar dari sub tema, yaitu cara

komunikasi yang baik, berkomunikasi yang baik dengan pasien, dan

berkomunikasi yang baik dengan keluarga pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 132: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Beberapa keluarga pasien mengatakan perawatnya menjelaskan dengan

bahasa yang mudah dipahami mereka, dengan tutur kata yang lembut dan sopan.

Hal ini menciptakan hubungan yang baik karena dilandasi dengan cara

komunikasi yang baik pula. Menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami,

dalam hal ini partisipan mendapatkan penjelasan kondisi suaminya dengan bahasa

yang mudah dipahami keluarga pasien dari perawat. Hal ini sesuai dengan

ungkapan keluarga pasien sebagai berikut:

“Sewaktu kita bertanya tentang kondisinya ibu, suster memberikan

penjelasan perubahan kondisi ibu yang mulai membaik, dan selalu

menggunakan bahasa yang mudah kita pahami, maklum lah kan

bukan orang kesehatan.”

(Keluarga pasien 6)

Menjelaskan dengan lembut, keluarga pasien yang lain menceritakan cara

bicara Ners pelan, dan tidak ketus. Ini sesuai dengan ungkapan dari dua keluarga

pasien tersebut:

“Pernah sih nak, perawat disini kalo menjelaskan dengan lembut

sama ibu, ya mungkin karena ibu sudah tua kali ya.”

(Keluarga pasien 6)

“Perawatnya menjawab semua pertanyaan saya dengan pelan

sampai saya mengerti…ya maklum lah saya kan bukan orang

kesehatan ya mbaa.”

(Keluarga pasien 7)

Hal yang lain diungkpakan oleh keluarga pasien adalah perawat

memberitahukan dengan sopan, yaitu memberitahukan kepada partisipan

mengenai jam kunjungan sudah habis. Mereka memberi tahu dengan tutur kata

yang lembut dan sangat sopan. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari dua keluarga

pasien sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 133: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Mohon maaf ya pak…jam kunjungannya sudah habis, sekarang

waktunya pasien untuk istirahat dulu.”

(Keluarga pasien 1)

“…nanti sore bisa disambung lagi kunjungannya bu, susternya

sambal menyentuh pundak ibu, lemah lebut sekali perawat

itu….sopan lagi tutur katanya dek.”

(Keluarga pasien 7)

Keluarga pasien yang lain mengatakan bahwa perawat setiap akan

melakukan tindakan, menyentuh pasien, sebagai tanda memberi tahu akan

dilakukan tindakan. Biasanya perawat melakukan pada pasien yang tidak sadar.

Hal ini sesuai dengan pernyataan keluarga pasien di bawah ini:

“nanti sore bisa disambung lagi kunjungannya bu, susternya

sambal menyentuh pundak ibu, lemah lebut sekali perawat

itu….sopan lagi tutur katanya dek.”

(Keluarga pasien 7)

“Saya melihat susternyo menyentuh tangan istri saya sebelum

memberikan obat suntik.”

(Keluarga pasien 9)

, Saya melihat susternyo menyentuh tangan istri saya sebelum

memasangkan infus yang baru.

(Keluarga pasien 10 )

Perawat menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, yaitu mengajak

bicara pasien tidak sadar. Keluarga pasien menceritakan bahwa suaminya yang

tidak sadar diajak berbicara oleh perawat. Perawat menjalin komunikasi yang

baik walaupun pasien tidak sadar. Hal ini sesuai dengan ungkapan sebagai

berikut:

“Ibu melihat dari kaca waktu suami diajak ngobrol samo

susternyo …padahal suami saya dalam keadaan tidak sadar.”

(Keluarga Pasien 6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 134: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Keluarga pasien mengatakan selama dia mendampingi ibunya dirawat,

selalu melihat perawat menemani dan mengajak berbicara pasien yang jarang

dikunjungi oleh keluarganya. Hal ini sesuai dengan pernyataan keluarga pasien

sebagai berikut:

“Ayuk pernah lah liat….pasien yang diujung sana, jarang nian

dikunjungi sama keluarganyo. Makanyo begantian perawat

mengajak ngobrol pasien tu, padahal pasien tu dak sadar dak.

(Keluarga Pasien 3)

Keluarga pasien melihat Ners bukan hanya menjalin komunikasi dengan

pasien saja tetapu termasuk mereka yang mendampingi pasien tersebut. Semua

informasi tentang pasien didapatkan dari keluarga pasien sehingga perawat harus

menjalin komunikasi yang baik dengan mereka. Mengajak keluarga pasien untuk

mengobrol dengan pasien tidak sadar, yaitu keluarga pasien mengatakan bahwa

perawat pernah mengajaknya untuk berbicara dengan ibunya yang dalam kondisi

tidak sadar. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari keluarga pasien sebagai berikut:

“Ibu diajaknyo ngomong, seolah-olah ibu sayo sadar. Waktu sayo

didekat ibu, suster bilang ke sayo “ Yuk…ajak ngomong yo ibu

nyo, ibu nyo ayuk walaupun dak sadar, tapi masih bisa dengaar

apo kato ayuk”

(Keluarga pasien 3)

“Istri saya dilakukan pemeriksaan gula darah, bukan saya saja

yang diajak ngobrol tetapi istri saya juga. “Ibu, saya ambil

darahnya yaa..untuk cek gula darahnya ibu”, suster ini selalu

mengajak bicara pasiennya yang tidak sadar.”

(Keluarga pasien 9)

Tidak memotong pembicaraan dan mendengarkan dengan baik, hal ini

tampak oleh keluarga pasien selama mereka berkomunikasi dengan Ners, tidak

ada Ners yang pernah memotong pembicaraan dan mereka mendengarkan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 135: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

baik apa yang dikeluhkan oleh partisipan, sehingga partisipan merasa nyaman

menceritakan apa yang dirasakannya selama mendampingi pasien. Hal ini sesuai

dengan ungkapan keluarga pasien sebagai berikut:

“Perawatnyo indak pernah memotong pembicaraan waktu ibu

ungkapin semua keluhan, perawatnyo mendengarkan lah dengan

baik dan dak ado , nunjuk in wajah bosan.”

(Keluarga pasien 4)

“Eeee…..perawatnya berkomunikasi tidak menyinggung, sehingga

saya nyaman menceritakan apa yang saya rasakan selama

mendampingi abang saya di rawat.”

(Keluarga pasien 8)

Keluarga pasien yang lain mengatakan perawat menjalin komunikasi

yang baik dengan memberikan perhatian pada kondisi partisipan saat

mengunjungi pasien dan apabila keluarga pasien meminta tolong kepada Ners dan

langsung diberikan bantuan. Ners sangat memahami kondisi keluarga pasien. Hal

ini sesuai dengan ungkapan keluarga pasien sebagai berikut:

“Pas itu yaa…saya rasa pampers abang saya basah, saya panggil

lah perawat untuk minta tolong, soalnya saya ngga kuat untuk

menggatinya. Perawatnya langsung nolongin saya, ngga pake

ditunda-tunda. Benar-benar bertanggung jawab.”

(Keluarga pasien 4)

“Saat saya membesuk ayah saya dalam kondisi kurang sehat. Tiba-

tiba susternya menghampiri saya “ Maaf…sepertinya ibu kurang

enak badan? Mari saya check dulu tekanan darahnya. Ibu harus

sehat ya nanti siapa yang nemenin bapak”

(Keluarga pasien 8)

4.4.5 Perawat menunjukkan empati yang tinggi terhadap pasien dan

keluarga

Dalam hal ini keluarga pasien melihat Ners menunjukkan empati yang

tinggi terhadap pasien dan keluarga terlihat dari sub tema yang didapatkan, yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 136: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

cepat memahami kondisi pasien yang dirawat, dan memberikan dukungan kepada

keluarga pasien.

Keluarga pasien memandang perawat di ruangan ICU adalah Ners yang

cepat memahami kondisi pasiennya. Beberapa keluarga pasien mengungkapkan

perawat memberikan perawatan tanpa ditunda-tunda dan mengetahui apa yang

dirasakan oleh pasiennya. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari beberapa keluarga

pasien sebagai berikut:

“Alhamdulillah lah nak…pas bapak masuk ke ICU susternya

langsung memberikan tindakan, pasang alat inilah…alat itulah…”

(Keluarga pasien 1)

“Selamo ini ketemu perawat yang baik lah dalam ngerawat ibu.

Kayak tau bae apo yang dirasakan oleh ibu ayuk.”

(Keluarga pasien 3)

Ada ya waktu itu, ayuk samo adek lagi liat ibu. Eeeh dak taunyo

ibu berak.. Perawatnyo langsung lah cepat mengganti pampersnyo

ibu, padahal pas kito manggil perawat tu yo. Dio lagi makan

hehehe…..

(Keluarga pasien 3)

“Waktu itu yo kak, abang nih gelisah…. Sampe-sampe ndak tau lah

kayak mano yo, selang untuk pipis lepas. Jadi dak kito lah panik

waktu itu. Perawat-perawatnyo nyo cepat datang, langsung lah

meminta kami keluar dulu, karena mau memasang ulang

selangnya.

(Keluarga pasien 5)

“Ada pasien baru datang, perawatnyo langsung ngerjain tu pasien,

perawat yang sikok lagi menghubungi dokternyo. Jadi emang cepat

tanggap lah perawat ni.

(Keluarga pasien 5)

“Susternya cepat tanggap kalau ada pasien baru, langsung

dilakukan pemeriksaan dan pemasangan alat sesuai dengan

kondisi pasien itu lah.

(Keluarga pasien 8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 137: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Perawatnya memberikan pelayanannya di ruangan ini ya

langsung, tidak ada ditunda-tunda dalam memberikan pelayanan.”

(Keluarga pasien 10)

Tiga keluarga pasien mengatakan perawat memberikan tindakan yang

tepat dengan kondisi pasien, memberi obat pasien tepat waktu dan perawatan

sesuai kebutuhan pasien. Hal ini dapat terlihat dari ungkapan ketiga keluarga

pasien tersebut:

“Istri bapak dilayani perawat dengan baik dan tindakan yang

diberikan sesuai dengan prosedur yang diperlukan sama kondisi

ibu.”

(Keluarga pasien 1)

“Susternyo ngasih perawatan yo tepatlah dengan kebutuhannyo.”

(Keluarga pasien 3)

“Memberikan obatpun mereka tepat waktu lah kak. Makanya

kadang kalo mereka ngga bisa hubungi kita, mereka pakai stok

ruangan, nanti pas kita datang baru dikasih tau.

(Keluarga pasien 5)

Memperhatikan semua kebutuhan pasien untuk proses penyembuhan

pasien. Beberapa keluarga pasien mengatakan bahwa perawat sangat

memperhatikan semua kebutuhan pasien, ini terlihat dari pernyataan di bawah ini:

“Susternyo baik nian lah, diperhatikannyo segala kebutuhan ibu

sayo.”

(Keluarga pasien 4)

“Suster itu yaa dek, harus memperhatikan pasien dengan sebaik-

baiknya, apalagi dalam kondisi tidak sadar contoh lah sodara saya

yang dirawat saat ini.”

(Keluarga pasien 6)

“Suster itu harus bisa lah memahami apa yang diperlukan oleh

pasien tidak sadar, kan pasiennya ndak bisa ngomong. Yooo suster

harus memperhatikan lah.”

(Keluarga pasien 7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 138: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

“Perawat ni harus memperhatikan semua kebutuhan pasien untuk

kesembuhannya, berat banget kerjaan perawat hehehe….”

(Keluarga pasien 8)

Ners memberikan dukungan kepada keluarga pasien, ini terlihat dari

beberapa keluarga pasien yang menceritakan bahwa mereka pernah diingatkan

sama perawat menjaga kesehatan selama mendampingi pasien, ada juga Ners yang

meluangkan waktunya untuk melihat pasien dan keluarga saat kunjungan,

memberikan kesempatan untuk konsultasi dengan dokter, memberikan motivasi

kepada keluarga pasien, dan selalu mengingatkan partisipan untuk berinteraksi

dengan memberikan sentuhan pada pasien saat dikunjungi partisipan. Hal ini

dapat dilihat dari ungkapan beberapa keluarga pasien berikut ini:

“Mereka juga menyemangati kita untuk menjaga kesehatan, karena

kalo kita sakit siapa yang mau mendampingi ibu yang dirawat.”

(Keluarga pasien 2)

“Ada perawat yang kalo tidak terlalu sibuk, dia akan menyamperin

kita saat mengunjungi ibu didalam. “

(Keluarga pasien 6)

“Suster memberikan kesempatan kepada kami untuk berkonsultasi

dengan dokternya.”

(Keluarga pasien 6)

“Susternya selalu bilang “Ibu, yang sabar pasti ini ada

hikmahnya, jadi kita harus tabah”

(Keluarga pasien 7)

“Bapak selalu diingatkan susternya, “kalau disamping ibu, jangan

lupa kasih belaian ya pak, karena ibu bisa merasakan kehadiran

bapak”

(Keluarga pasien 9)

“Yaa disini peraturanya diberikan jam kunjugan 2 kali nak, yaa itu

sudah senang nak. Ibu bisa menemani bapak, walaupun ngga

seperti dirumah ya.”

(Keluarga pasien 10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 139: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Beberapa keluarga pasien mengatakan selama menemani pasien ada

sebagian Ners mendampingi dan mengingatkan mereka untuk berdoa, atau

mengingatkan untuk membacakan Al-Quran saat mengunjungi pasien, Hal ini

sesuai ungkapan dari beberapa keluarga pasien sebagai berikut:

“Waktu kondisi ibu sempat ngedrop yaa…perawatnya

mendampingi dan mengingatkan saya, “ bapak tolong bantu

dengan doa karena kami melakukan tindakan dengan baik.”

(Keluarga pasien 1)

“Ketika saya disana, perawatnya mengingatkan untuk banyak-

banyak bedoa, biar ibu saya cepat sadar.”

(Keluarga pasien 7)

“Perawat memanggil saya dan memberitahukan, kalo nanti

mengunjungi ayah ke ruangan, coba bacakan ayat-ayat alquran.

Gitu lah mba, perawat mengingatkannya”

(Keluarga pasien 8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 140: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

69

Tabel 4.3

Matrik Tema

Pengalaman Ners tentang Caring pada pasien yang mengalami perawatan kritis

di ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi

NO PERNYATAAN SIGNIFIKAN KODING SUBTEMA TEMA

1 Caring bisa juga diartikan kepedulian,

karena ketika pasien dirawat di ruang ICU

ini, mereka adalah orang-orang yang tidak

berdaya.

Kepedulian karena merawat

pasien yang tidak berdaya di

ICU

Kepedulian Menunjukkan rasa empati

terhadap pasien serta keluarga

yang mendampingi selama

perawatan kritis

Pasien kita banyak yang tidak sadar,

kepedulian kita ya bagaimana cara kita lah

dalam memahami dan merespon apa yang

mereka rasakan

Peduli terhadap apa yang

dirasakan pasien tidak sadar

Merawat pasien dalam kondisi kritis ini

mengharuskan kita memiliki rasa peduli

tinggi yang mencakup kasih sayang, empati

dan cara kita berkomunikasi. Dan rata-rata

pasien kita tidak sadar dan kita akan banyak

membutuhkan kerjasama dari keluarga

pasien tersebut.

Rasa peduli yang tinggi

dalam merawat pasien

dalam kondisi kritis

Nah kalau pasien sadar, yaaa sayaaa…tanya

kabarnya gimana, lalu bagaimana tidurnya

semalam. yaaa…..iini kan termasuk

perhatian.

Menanyakan kabar dan

kondisi pasien

Memperhatikan

Ada pasien yang jarang dikunjungi keluarga

dak, sebisa mungkin mengajak pasien

Mengajak pasien yang

jarang dikunjungi keluarga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 141: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

ngobrol santai. Biasanya kalo dinas sore

yang bisa kayak gitu..

untuk ngobrol santai

2 Saya senyum dengan pasien sebelum

memberikan tindakan ke mereka

senyuman ke pasien

sebelum memberikan

tindakan

Interaksi dengan pasien

tidak sadar

Tetap berinteraksi dengan pasien

tidak sadar

pemberian obat suntik pada pasien tidak

sadar, saya akan menyentuh tangan pasien

dan memberitahukan kalau dia akan

disuntik.

menyentuh tangan pasien

dan memberitahukan akan

disuntik

Sentuhan.....sentuhan iyaaa kita sering

memberikannya, misalnya pada pasien

koma, kita bilang maaf ya pak yaa sambil

menyentuh pundaknya pasien, kita

bersihkan dulu tempat tidurnya

sentuhan pada pasien koma

dengan menyentuh pundak

pasien

3 Ya pertama walaupun pasien tidak sadar

komunikasi tetap jalan dalam melakukan hal

apapun walaupun sekecil apapun walaupun

kita mau mobilisasi memberikan injeksi

tetap komunikasi kita tetep jalan

Berkomunikasi dalam

melakukan injeksi,

mobilisasi pada pasien tidak

sadar

Berkomunikasi dengan

pasien tidak sadar

Menunjukkan sikap ramah dalam

berinteraksi dengan pasien tidak

sadar

saat kita memenuhi kebutuhan pasien yaaa

misalnya mandi yaa, kita ajak bicara “Pagi

ini kita bersihkan dulu ya pak, biar badannya

bapak segar “ walaupun pasien tidak

merespon tetapi mereka dapat

mendengarkan dan merasakan.

Mengajak bicara pasien

tidak sadar saat

memandikannya

Yaa…kalau ibu tidak terlalu sibuk, ibu

mendekati pasien tersebut dan mengajak

Mendekati dan mengajak

pasien berbicara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 142: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

bicara….

4 Yaa..misalnya nih yaa saya kasih

contoh..Tanggung jawab dalam memeriksa

hasil skin test sebelum memberikan

antibiotik

Memeriksa hasil skin test

sebelum memberikan

antibiotik

Intervensi keperawatan Melaksanakan tindakan

keperawatan selama pasien

menjalani perawatan kritis

Yaa…yang dilakukan adalah monitoring

peralatan yang terpasang pada pasien,

karena rata-rata disini kan pasiennya

terhubung dengan ventilator dan infus pump

Memonitoring peralatan

yang terpasang pada pasien.

Perawatan kritis berhubungan dengan

penggunaan peralatan kan yaa jadi….ya

saya selalu memonitor secara ketat keadaan

pasien saya untuk mencegah terjadinya

komplikasi

Memonitor keadaan kondisi

pasien yang terhubung

dengan peralatan untuk

mencegah terjadiny

komplikasi

Merawat pasien yang kritis itu kita harus

bisa memberikan respon time yang cepat

dalam menangani kegawatan yang bisa saja

terjadi kapan pun kan ya

Respon time yang cepat

dalam menangani

kegawatan pasien kritis

Penanganan pasien yang

cepat dan tanggap

Apapun yang terjadi pada pasien kita, kita

harus cepat dalam merespon kondisi pasien

kita karena bisa saja mengancam jiwanya

Cepat dalam merespon

kondisi pasien

Disini sering banget dapat pasien gangguan

pernafasan yang berpontensi mengali

kegawatan pernafasan dan berujung henti

jantung. Sehingga perawat selalu siap siaga

untuk melaksanakan tindakan resusitasi

jantung paru

Selalu siap siaga untuk

melaksanakan tindakan

resusitasi jantung paru

Keluarga merupakan partisipan yang aktif Mengetahui kondisi pasien Bekerjasama dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 143: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dalam perawatan kritis. Yaa dari keluarga

lah kita mengetahui bagaimana kondisi

pasien sebelum masuk ICU kan

sebelumnya dari keluarga

pasien

keluarga pasien

kita kolaborasi dengan bagian gizi, terus

akhirnya dianjurkan untuk memberikan

ekstra jus ikan gabus, nah kita libatkan

keluarga, misalnya kalau di gizi tidak dapat

menyediakan

Melibatkan keluarga dalam

memberikan terapi jus extra

ikan gabus

tapi keluarga pasien

mengatakan saya tidak mampu bayarnya

sejuta lebih,baru kita kasih bukan alternatif

yah, kita tetap konsultasi ke dokter, kita juga

katakan “pak kalau itu mahal, boleh tidak

seandainya di ekstrakan ini” kolaborasi nanti

dokter setuju, kita ke gizi lagi.

membantu keluarga pasien

untuk mencari alternatif lain

dalam memberikan therapi

5 ketika kita menyampaikan perubahan

kondisi pasien yang tidak stabil kepada

keluarga pasien, kita harus bisa

menggunakan bahasa yang mudah dipahami

oleh mereka

Menyampaikan perubahan

kondisi pasien yang tidak

stabil dengan menggunakan

bahasa yang mudah

dipahami

Cara menjelaskan kondisi

pasien kepada keluarga

pasien

Memberikan kenyamanan kepada

keluarga pasien yang

mendampingi selama perawatan

kritis

Lalu menjelaskan bagaimana kondisi pasien

bahasa yang mudah dipahami.

Yaa….menggunakan bahasa daerah juga ,

agar dapat dipahami oleh keluarga pasien

Menjelaskan kondisi pasien

dengan bahasa yang mudah

dipahami keluarga pasien

ada kemajuan atau gk, jadi mereka paham

jadi sebelum dan sesudah tindakan kita kasih

dulu pengertian kepada keluarga pasien

supaya mereka lebih mengerti.

memberikan penjelasan

dengan bahasa yang mudah

dimengerti oleh keluarga

pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 144: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

yaaa…..seperti saat kita baru masuk ruangan

untuk memulai dinas, berpasan dengan

keluarga pasien yang mengantarkan obat

pasien, saya tersenyum dan menyapanya

Tersenyum dan menyapa

keluarga pasien saat

berpasan di ruangan

Senyum dan menyapa

keluarga pasien

memberikan mereka senyuman yang tulus

dan menyapanya saja sudah sebagai

penghilang rasa capek mereka selama

menemani pasien di rawat di sini kan.

Memberikan senyum yang

tulus pada keluarga pasien

yang menemani pasien.

“bapak.....istri bapak dalam keadaan cukup

kritis, kami mohon bapak menyaksikan apa

yang kami lakukan, nanti kalau bapak tidak

bersedia dengan apa yang akan kami

lakukan. Bapak bisa tanda tangan, karena

kami tidak akan melakukan tindakan tanpa

persetujuan bapak dan keluarga. Nah pada

saat momen seperti itu, kita menggunakan

tutur kata yang lembut

Menggunakan tutur kata

yang lembut ketika

berbicara dengan keluarga

pasien

misalnya saat kita akan memberitahukan

perkembangan kondisi dengan memanggil

nama keluarga pasien, tanda

kita menghargai mereka

Memanggil keluarga pasien

dengan namanya

Interaksi dengan keluarga

pasien

Mengajak ngobrol keluarga pasien saat

mereka mengunjungi pasien, sehingga kita

bisa menjalin komunikasi yang baik dengan

keluarga pasien

Mengajak ngobrol keluarga

pasien saat mengunjungi

pasien

Kadang kalo misalnya jam-

jam besuk, keluarga datang, nah

mendekatkan diri lah ke mereka, nah disitu

Mendekatkan diri ke

keluarga pasien saat

mengunjungi pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 145: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

biasanya kita tanya-tanya, apo yang

dibutuhkan keluargo....

kita akan Memberikan penjelasan

bahwasanya keluarga pasien harus

mengetahui aturan-aturan selama

mendapatkan perawatan kritis

Memberikan penjelasan

kepada keluarga pasien

tentang aturan selama

mendapatkan perawatan

kritis

Informasi yang diberikan

kepada keluarga pasien

menjelaskan bahwa "kondisi suami ibu tidak

stabil, tetapi kita harus melakukan

tindakan,dengan menjelaskan kondisinya

seperti ini....seperti ini....... nah kalau

seandainya ibu bersedia....kami akan

melakukan tindakan" dan jangan sampai

lupa untuk menjelaskan tujuan dari tindakan

tersebut

Menjelaskan kepada

keluarga pasien tentang

kondisi dan tujuan dari

tindakan yang akan

dilakukan kepada pasien

Kondisinya menurun, tensinya sudah mulai

turun, nafasnya sudah terventilasi, maka kita

panggil keluarganya kita panggil dokter

jaga, kita info keluarga, kita dekatkan

keluarga dengan pasien,

Memberikan penjelasan

perubahan kondisi pasien ke

keluarga

Karena mereka berpendapat bahwa pasien

sangat membutuhkan kehadiran mereka.

Nah di situ lah, kita harus pandai membaca

situasi dan kondisinya.

Pasien membutuhkan

kehadiran keluarga pasien

Memfasilitasi keluarga

dekat dengan pasien yang

di rawat

Kalau tiba-tiba kondisi pasien semakin

kritis, memberikan kesempatan kepada

keluarga pasien untuk mendampingi pasien

tersebut

Memberikan kesempatan

kepada keluarga pasien

untuk mendampingi pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 146: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Terkadang ya dek…..keluarga pasien

merasakan rasa nyaman ketika kita

memberikan kesempatan jam berkunjung

tersebut sehingga pasien yang dirawat dapat

merasakan bahwa keluarganya selalu ada

disamping mereka

Memberikan kesempatan

kepada keluarga pasien

untuk mengunjungi pasien

keluarga pasien suka gini, “bu saya mu

ngasih ini air zam zam ke orang tua saya

atau keluarganya gitu” yah sebisa mungkin

kita bantu…

memfasilitasi keluarga

pasien untuk dekat dengan

pasien

disini pertam kali dokter visit kita selalu

mempertemukan, kita juga ngasih

kesempatan ke keluarga pasien, silahkan apa

yang mau ditanyakan tentang penyakitnya

tentang penjelasanya,

memfasilitasi keluarga

pasien untuk berkonsultasi

dengan perawat

Konsultasi dengan tenaga

kesehatan

misalnya keadaan kritis, dokter kita panggil

keluarga kita panggil kita temukan di tempat

paling itu, tidak mungkin kita yang

menjelaskan kita Cuma memfasilitasi. Dan

kadang pun ada kabar perkembangan terbaru

dari pasien, tetap keluarga kita kasih tau,

untuk penjelasan langsung.

Memfasilitasi keluarga

pasien dengan dokter untuk

mendapatkan penjelasan

perkembangan pasien

Soal makanan bisa kita konsultasikan

dengan gizi, karena keluarga yang tau apa

saja makanan yg alergi sama pasien, jadi

kita fasilitasi keluarga pasien untuk

menjelaskan ke bagian gizi.

Memfasilitasi keluarga

pasien dengan bagian gizi

untuk pemberian makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 147: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

kek dukungan moril kepada keluarga

pasien“yang kuat, yang sabar yah bu” kalau

itu paling banyak

Memberikan penguatan

untuk sabar kepada keluarga

pasien

Dukungan moriil kepada

keluarga pasien

Terkadang yo keluarga pasien ini setelah

selesai nengok pasien, mampir bentar ke

meja kita...waktu itu kadang kita

meluangkan waktu untuk mendengarkan

keluhan mereka

Meluangkan waktu untuk

mendengarkan keluhan

mereka

Waktu itu….pas kita selesai dinas, ketemu

mereka di ruang tunggu bawah, ada keluarga

pasien memanggil kita, dan menanyakan

bagaimana perkembangan kondisi pasien

Meluangkan waktu untuk

mendengarkan pertanyaan

dari keluarga pasien

Oleh karena itu kita harus menyampaikan

bahwa tindakan ini memerlukan segera dan

kami berusaha sebagai manusia

bapaak....supaya istri bapak tertolong namun

kalau hasil akhir itu yang punya yang diatas.

Nah disinilah kita memberikan kekuatan

kepada keluarga pasien, bapak tolong bantu

dengan doa

Memberi kekuatan kepada

keluarga pasien dengan

menyuruh keluarga berdoa

Dukungan spiritual

kepada keluarga pasien

terus ibu bilang sama keluarga “harus

didukung dengan doa Bu”

Mengingatkan keluarga

pasien untuk berdoa

Yaa kalau secara spiritual sih mengingatkan

untuk tetap berdoa sih, karena kesembuhan

itu berasal dari Tuhan

Mengingatkan keluarga

untuk tetap berdoa demi

kesembuhan pasien

intinya menciptakan suasanaya supaya

emosi keluarga tidak

bertambah dengan kondisi keluarganya yang

Menciptakan suasana yang

yang tidak memancing

emosi keluarga pasien

Rasa aman bagi keluarga

pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 148: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

sakit,meminimalkan setidaknya, jadi dengan

dia yang lagi stress keluarganya sakit,

Kepedulian kita yaa dimulai dari membina

hubungan yang baik dengan keluarga yang

mendampingi pasien selama perawatan di

ICU

membina hubungan yang

baik dengan keluarga pasien

Kenyamanan keluarga pasien dengan

fasilitas dari sini seperti tersedianya

intercom langsung ke ruang tunggu dan

tersedia kamar mandi yang layak dan bersih

dek. Sehingga kita bisa mudah menghubungi

keluarga pasien saat dibutuhkan

lingkungan yang nyaman

untuk keluarga pasien yang

menunggu sehingga mereka

mudah dihubungi

6 saya…..terkadang memberikan tepukan dan

elusan kepada pasien saya, yaa kalo saya

tidak terlalu sibuk saya berikan terapi

dengerin dzikir dengan menggunakan

earphone. Setidaknya bisa mempercepat

pasien sadar.

Memberikan terapi dzikir

bisa mempercepat pasien

sadar

Kesembuhan pasien Dampak caring dalam perawatan

kritis

Kepuasan tersendiri ya dek, karena

keikhlasan dan rasa yang tulus ataupun

tanpa pamrih itu yang saya tanamkan

ke diri saya, sehingga saya tidak

merasa terbebani dengan pekerjaan

saya, apalagi rata-rata pasien kita di

sini tidak sadar, yaa ladang pahala

bagi saya dek

Kepuasan dan tidak merasa

tidak terbebani dengan

pekerjaan

Kepuasaan Ners

Apalagi kalau melihat pasien yang telah kita

rawat lepas dari masa kritis dan melihat

Melihat pasien lepas dari

masa kritis dan senyuman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 149: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

senyuman dari wajah keluarga pasien. Yaaa

senang nian lah.”

dari keluarga pasien

…..membuat keluarga pasien merasa aman

dan nyaman, karena rasa percaya dengan

kita untuk merawat anggota keluarganya di

ICU ini, sudah memberikan ketenanga di

jiwa saya mbaa….benar-benar puas rasanya

mba….

Mendapatkan kepercayaan

dari keluarga untuk merawat

pasien di ICU

jika kita ramah, murah senyum, dan pandai

mengatur emosi kita. Mungkin akan

berkurang sebutan perawat ICU suka

emosian, hahahaha

Mengatur emosi dapat

mengurangi sebutan perawat

ICU suka emosian

Penilaian positif terhadap

perawat ICU

di ICU sangat diperlukan perawat yang

caring, karena bukan hanya fisik saja

melainkan psikis juga, yaaa……kita harus

memilikinya, sehingga tidak ada lagi yang

bilang perawat itu judes, cerewet dan

sebagainya.

Memiliki perilaku caring

sehingga tidak ada lagi

perawat judes

7

ketika kondisi pasien tidak stabil, keluarga

pasien lebih sering menyalahkan kan kita,

seolah-olah kita tidak memberikan

perawatan yang baik, stress saya jadinya,

makin susah saya untuk melanjutkan

penjelasan bagaimana kondisi pasien.

Stress dengan kondisi

pasien tidak stabil keluarga

pasien menyalahkan

perawat dan susah untuk

memberikan penjelasan

selanjutnya

Perubahan emosi Hambatan ners dalam

menerapkan caring pada pasien

serta keluargaselama menjalani

perawatan kritis.

Saya semakin stress apabila menghadapi

keluarga pasien yang susah diajak berdikusi,

malahan mengamuk dan membentak saya,

yaa…..alhasil saya semakin jengkel dan kesal

Stress menghadapi keluarga

pasien yang susah diajak

berdiskusi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 150: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

lah mbaa….

apalagi ada keluarga pasien yang banyak

bertanya dari tentang kondisi anggota

keluargamya yang dirawat, padahal sudah

dijelaskan serinci-rincinya, tapi ngga ngerti

juga. Bikin saya emosi dan bad mood.

Sehingga saya malas untuk terlalu sering

ketemu keluarga pasien, pusing kepala saya

mba…”

Keluarga pasien yang

banyak bertanya dan

membuat emosi dan bad

mood

saya sudah berusaha menjelaskan dengan

bahasa yang mudah dipahami, tetapi

keluarga pasien tidak mengerti juga,

eeeh…..saya malah di bentak-bentak

bahkan dimaki huuuuufft……semenjak itu

saya memang jadi kurang peduli, yaaa cuek

lah dengan keluarga pasien, yaaaa…..saya

sempat sih dicap kurang ramah sama

keluarga pasien, tapi kan….yang penting

saya peduli sama pasien saya mbaa

hahahaha.

Menjelaskan dengan bahasa

yang mudah dipahami tetapi

keluarga pasien tidak

mengerti juga

Pemahaman keluarga

pasien yang kurang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 151: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Tabel 4.4

Matrik Tema

Pengalaman Keluarga Pasien tentang Caring pada Pasien yang Mengalami Perawatan Kritis

di Ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi

NO PERNYATAAN SIGNIFIKAN KODING SUBTEMA TEMA

1 Perawat disini tidak pernah membeda-bedakan

dalam memberikan perawatan. Ada waktu itu

sebelum ibu masuk ICU di rawat di bangsal,

Nampak nian lah dibedakan karena perawat

satu suku sama pasien yang disebelah ibu saya

Perawat tidak membeda-

bedakan pasien yang dirawat

Tidak

membandingkan

pasien

Perawat menunjukkan

kepedulian terhadap

keluarga yang

mendampingi pasien

menjalani perawatan

kritis Susternyo idak pernah membeda-bedakan

suku, ras, maupun agama

Suster tidak membeda-bedakan

suku,ras, agama pasien

Yang ibu liat dak katek tuh, susternyo

membedain pasien-pasiennyo, diberikan

perawatan sesuai dengan kondisinyo pasien

masing-masing lah

Suster tidak membedakan-

bedakan dan memberikan

perawatan sesuai dengan

kondisinya pasien

Saat bapak masuk ruangan, susternya menyapa

dan memberikan salam…. Ramah susternya

nak

Menyapa dan memberikan

salam

Ramah

Perawatnya suka menyapa dan memberikan

salam kalau kita masuk saat jam kunjungan

Perawat menyapa dan

memberikan salam

Susternya mau menyapa kita saat berkunjung

melihat ibu.

Suster menyapa keluarga

pasien

Suster-suster disini…ngerawat ibu nyo ayuk

tuh dengan ikhlas, ….

Perawat merawat pasien

dengan ikhlas

Ketulusan

Bagaimana sikap dan tingkah laku perawat ke

pasien itu yaaa harus lah memberikan

Perawat memberikan

pelayanan dengan rasa yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 152: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

pelayanan yang sangat tulus sekali tulus

2 Bapak lihat selama disini susternya

memberikan perawatan yang baik pada pasien

dalam bentuk memandikan pasien tepat waktu

Memandikan pasien dan

memberikan obat tepat waktu

Perawatan fisik

pasien

Memberikan tindakan

keperawatan selama

perawatan kritis

Biasonyo kalo pasien dak sadar tuh bauk

nafasnyo tapi suster yang jilbab itu selalu

membersihkan mulut ibu ayuk, jadi nafasnyo

ibu idak bauk.

Membersihkan mulut pasien

Kemarin sore waktu liat abang, kuku tangannya

panjang loh kak. Eh pas tadi jenguk abang, liat

kukunya udah dipotongin dan bersih.

Perawatnya membantu kita banget kak,

memahami lah kak.

Perawat memotong dan

membersihkan kuku pasien

Mereka selalu merubah posisi pasien, termasuk

ayahnya mba. Salah satu perawatnya bilang

kalo perubahan posisi harus dilakukan, agar

ototnya ayahnya mba tidak kaku dan

mengurangi terjadi luka di punggung atau

didaerah yang selalu terimpit.

Merubah posisi pasien agar

ototnya tidak kaki dan

mengurangi terjadinya luka

didaerah yang sering terhimpit

Ada perawat yang satu agama dengan saya, dan

mengajak saya untuk berdoa demi kesembuhan

suami saya, yaa saya berharap tuhan

mendengarkan doa saya agar suami saya cepat

sadar.

Mengajak untuk berdoa

bersama

Perawatan spiritual

pasien

Ibu selalu diingatkan perawat untuk selalu

mendoakan ibunya ibu agar proses

penyembuhan cepat,.

Dingatkan berdoa agar proses

penyembuhan pasien cepat

Waktu itu yo ayuk minta izin samo susternyo Suster membantu dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 153: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

untuk mendengarkan lantunan ayat suci dengan

hp ke telingo ibu ayuk. Pasiennyo mengizinkan

tapi biar dio yang ngasih karena keluarga

belum boleh masu. Ayuk biso memastikannyo

diberikan kareno biso diliat dari jendela.

memberikan terapi (ayat suci

alquran) kepada pasien

Bapak diberikan kesempatan oleh suster untuk

berada disamping istri bapak, karena kita

sangat dekat dan tidak pernah terpisah.

Keluarga diberikan kesempatan

untuk disamping istrinya

Perawatan

psikosial pasien

Jika mba tidak sempat membacakan buku

untuk ibu mba di saat jam kunjungan karena

belum kerja, ada salah satu perawat yang

mengizinkan mba untuk membacakan buku

untuk dilur jam kunjungan

Diizinkan untuk membacakan

buku pada pasien di luar jam

kunjungan

3 Kemarin sore perawatnya bilang

“Mbaa…kondisi ibu kurang baik ya, sel darah

merah ibu menurun, sehingga ibu keliatan

pucat.

Kondisi pasien kurang baik, sel

darah merahnya menurun,

sehingga pucat

Penjelasan akan

perubahan kondisi

pasien

Informasi yang diberikan

kepada keluarga pasien

selama pasien dirawat

Alhamdulillah suhunya sudah turun, jadi adek

ngga perlu khawatir lagi yaa…” gitu tadi

perawat bilang ke saya kak.

Peawat menjelaskan suhu

pasien sudah turun

Perawat memberikan penjelasan mengenai

perubahan kondisi istri saya setelah

mendapatkan tindakan laparathomy, yaaa

maklum lah saya kan kurang paham ya nak.

Perawat memberikan

penjelasan mengenai

perubahan kondisi pasien

Pernah nak….waktu itu bapak lagi di rumah,

tiba-tiba dapat telp dari perawat ICU kalau

kondisi ibu menurun, dan bapak disuruh ke rs.

Perawat menghubungi keluarga

pasien saat kondisi pasien

menurun

Naah…karena kondisi tersebut kita akan Kondisi pasien perlu tambah Penjelasan tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 154: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

memberikan tambah darah. Kira-kira darah

siapa yang cocok dengan darah ibu ya mba?”

kayak gitu loh dek perawat itu menjelaskan

darah, menentukan darah yang

cocok sama pasien

tindakan yang akan

dilakukan

Ibu dikasih penjelasan kalo kondisi ayah ibu

menurun dan harus mendapatkan donor darah.

Kondisi pasien menurun dan

harus mendapatkan donor

darah

Susternya memberikan penjelasan kalau abang

saya tidak bisa mengeluarkan dahaknya jadi

akan dilakukan tindakan pengisapan dahaknya,

supaya tidak mengganggu pernafasan

Pasien tidak bisa mengeluarkan

dahak sehingga harus

dilakukan pengisapan supaya

tidak menganggu pernafasan

4 Sewaktu kita bertanya tentang kondisinya ibu,

suster memberikan penjelasan perubahan

kondisi ibu yang mulai membaik, dan selalu

menggunakan bahasa yang mudah kita pahami,

maklum lah kan bukan orang kesehatan

Suster memberikan penjelasan

kondisi pasien dengan bahasa

yang mudah dipahami keluarga

pasien

Cara komunikasi

yang baik

Menunjukkan

komunikasi yang baik

terhadap pasien dan

keluarga pasien

Pernah sih nak, perawat disini kalo

menjelaskan dengan lembut sama ibu, ya

mungkin karena ibu sudah tua kali ya

Perawat menjelaskan dengan

lembut

“Mohon maaf ya pak…jam kunjungannya

sudah habis, sekarang waktunya pasien untuk

istirahat dulu

Perawat memberitahukan

dengan sopan bahwa jam

kunjungan sudah selesai.

,nanti sore bisa disambung lagi kunjungannya

bu, susternya sambal menyentuh pundak ibu,

lemah lebut sekali perawat itu….sopan lagi

tutur katanya dek.

Perawat menyentuh pundak,

lemah lembut dan sopan

Saya melihat susternyo menyentuh tangan istri

saya sebelum memberikan obat suntik

Suster memberikan sentuhan

sebelum memberikan obat

Ibu melihat dari kaca waktu suami diajak Pasien tidak sadar diajak Berkomunikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 155: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

ngobrol samo susternyo …padahal suami saya

dalam keadaan tidak sadar.

ngobrol sama pasien yang baik dengan

pasien

Ayuk pernah lah liat….pasien yang diujung

sana, jarang nian dikunjungi sama keluarganyo.

Makanyo begantian perawat mengajak ngobrol

pasien tu, padahal pasien tu dak sadar dak

Perawat menemani dan

mengajak ngobrol pasien tidak

sadar

Ibu diajaknyo ngomong, seolah-olah ibu sayo

sadar. Waktu sayo didekat ibu, suster bilang ke

sayo “ Yuk…ajak ngomong yo ibu nyo, ibu

nyo ayuk walaupun dak sadar, tapi masih bisa

dengaar apo kato ayuk”

Suster mengajak keluarga

pasien untuk ngobrol dengan

pasien tidak sadar

Berkomunikasi

yang baik dengan

keluarga pasien

Istri saya dilakukan pemeriksaan gula darah,

perawatnya ngajakin ibu ngobrol “Ibu, saya

ambil darahnya yaa..untuk cek gula darahnya

ibu”, suster ini selalu mengajak bicara

pasiennya yang tidak sadar

Selalu mengajak pasien tidak

sadar bicara sebelum

melakukan pemeriksaan gula

darah

Perawatnyo indak pernah memotong

pembicaraan waktu ibu ungkapin semua

keluhan, perawatnyo mendengarkan lah dengan

baik dan dak ado , nunjuk in wajah bosan.

Perawat tidak pernah

memotong pembicaraan dan

mendengarkan dengan baik

5 Alhamdulillah lah nak…pas bapak masuk ke

ICU susternya langsung memberikan tindakan,

pasang alat inilah…alat itulah…

Perawat langsung memberikan

tindakan

Cepat memahami

kondisi pasien yang

dirawat

Menunjukkan rasa

kepedulian yang tinggi

terhadap pasien dan

keluarga Selamo ini ketemu perawat yang baik lah

dalam ngerawat ibu. Kayak tau bae apo yang

dirasakan oleh ibu ayuk.

Perawat mengetahui apa yang

dirasakan oleh pasien

Ada ya waktu itu, ayuk samo adek lagi liat ibu.

Eeeh dak taunyo ibu berak.. Perawatnyo

Perawat cepat mengganti

pampers pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 156: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

langsung lah cepat mengganti pampersnyo ibu,

padahal pas kito manggil perawat tu yo. Dio

lagi makan hehehe…..

Ada pasien baru datang, perawatnyo langsung

ngerjain tu pasien, perawat yang sikok lagi

menghubungi dokternyo. Jadi emang cepat

tanggap lah perawat ni

Perawat langsung memberikan

tindakan dan menghubungi

dokter

Susternya cepat tanggap kalau ada pasien baru,

langsung dilakukan pemeriksaan dan

pemasangan alat sesuai dengan kondisi pasien

itu lah

Perawat langsung melakukan

pemeriksaan dan pemasangan

alat sesuai kondisi pasien

Mereka juga menyemangati kita untuk menjaga

kesehatan, karena kalo kita sakit siapa yang

mau mendampingi ibu yang dirawat

Perawat mengingatkan

keluarga pasien untuk menjaga

kesehatan

Memberikan

dukungan kepada

keluarga pasien

Ada perawat yang kalo tidak terlalu sibuk, dia

akan menyamperin kita saat mengunjungi ibu

didalam.

Perawat meluangkan waktu

melihat pasien dan keluarga

saat kunjungan

Suster memberikan kesempatan kepada kami

untuk berkonsultasi dengan dokternya

Suster memberikan

kesempatan untuk konsultasi

dengan dokter

Susternya selalu bilang “Ibu, yang sabar pasti

ini ada hikmahnya, jadi kita harus tabah”

Suster memberikan motivasi

kepada keluarga pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 157: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 158: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

i

4.5 Hasil Observasi Caring Ners

Observasi yang dilakukan pada waktu partisipan Ners dan tidak diketahui

oleh partisipan, sehingga peneliti dapat mengobservasi perilaku partisipan Ners

yang menunjukkan caring pada pasien yang mengalami perawatan kritis di ICU.

Observasi ini menggunakan lembar observasi yang berisi 20 item tindakan Ners,

dari hasil observasi yang telah dilakukan pada Ners tentang caring pada keluarga

pasien yang mengalami perawatan kritis lumayan baik (65.5%)

Tabel 4.15

Caring pada pasien yang mengalami perawatan kritis

No

Tindakan Ners Caring

Dimension

Inventory

Dilakukan

Ya

f (%)

Tidak

f (%)

1 Membantu pasien dalam ADL CDI 1 7 (70) 3 (30)

2 Menjelaskan prosedur yang akan

diberikan kepada pasien dan keluarga CDI 5 8 (80) 2 (20)

3 Memberikan dukungan kepada keluarga

pasien CDI 7 5 (50) 5 (50)

4 Memberikan sentuhan kepada pasien,

CDI 11

6 (60) 4 (40)

5 Memberikan sentuhan kepada keluarga

yang menemani pasien 6 (60) 4 (40)

6 Memperlihatkan sensitifitas 6 (60) 4 (40)

7 Memperlihatkan rasa hormat kepada

pasien dengan memanggil namanya 6 (60) 4 (40)

8 Memperlihatkan rasa hormat kepada

keluarga pasien 5 (50) 5 (50)

9 Mengucapkan salam 7 (70) 3 (30)

10 Kontak mata positif 6 (60) 4 (40)

11 Mempunyai kesabaran 7 (70) 3 (30)

12 Mendengarkan dengan penuh perhatian

keluhan dari keluarga pasien CDI 13 7 (70) 3 (30)

13 Empati 7 (70) 3 (30)

14 Memberikan akses kepada keluarga pasien

dengan tim kesehatan lainnya CDI 14 6 (60) 4 (40)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 159: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

15

Menyediakan informasi sehingga keluarga

pasien dapat menentukan keputusan

berdasarkan informasi yang diperoleh,

CDI 17 8 (80) 2 (20)

16

Menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti atau bukan bahasa medis saat

berkomunikasi

CDI 20 6 (60) 4 (40)

17 Melibatkan keluarga dalam memberikan

perawatan pada pasien CDI 21 8 (80) 2 (20)

18 Memberikan jaminan mengenai tindakan

yang dilakukan CDI 22 5 (50) 5 (50)

19 Memberikan lingkungan yang aman bagi

pasien dan keluarga pasien CDI 23 7 (70) 3 (30)

20 Mengobservasi efek medikasi kepaada

pasien CDI25 8 (80) 2 (20)

Total Rata 6.55 (65.5) 3,55 (35.5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 160: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

BAB 5

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini bertujuan untuk menjelaskan dan membahas hasil

penelitian serta membandingkan dengan teori-teori atau konsep- serta hasil

penelitian sebelumnya yang pernah ada. Interpretasi hasil ini dilakukan sesuai

dengan tujuan penelitian yaitu memeproleh pemahaman yang mendalam tentang

pengalaman ners dan keluarga pasien tentang caring pada pasien yang mengalami

perawatan kritis di ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi. Selain itu, pada bab

ini juga membahas keterbatasan penelitian dengan membandingkan dengan proses

penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti dengan kondisi ideal yang

seharusnya dicapai.

5.1. Interpretasi Hasil Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengalaman ners dan keluarga pasien

tentang caring pada pasien yang mengalami perawatan kritis di ruang ICU RSUD

Raden Mattaher Jambi. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menjelaskan 2

pengalaman, yaitu: (1) Pengalaman Ners tentang caring pada pasien yang

mengalami perawatan kritis di ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi, dan (2)

Pengalaman keluarga pasien caring pada pasien yang mengalami perawatan kritis

di ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi. Masing-masing hasil penelitian akan

dijelaskan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 161: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

5.1.1. Pengalaman Ners tentang caring pada Pasien yang Mengalami

Perawatan Kritis di Ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi.

Bagian ini akan membahas tema yang didapatkan dari pengalaman Ners

tentang caring pada pasien yang mengalami perawatan kritis di Ruang ICU RSUD

Raden Mattaher Jambi, tema-tema tersebut yaitu: (1) Menunjukkan rasa empati

terhadap pasien dan keluarga pasien, (2) Menunjukkan keramahan pada pasien

dan keluarga pasien, (3) Melaksanakan tindakan keperawatan selama pasien

dirawat, (4) Memberikan kenyaman kepada keluarga pasien yang mendampingi

selama perawatan, (5) Dampak caring ners dalam perawatan kritis, dan (6)

Hambatan Ners dalam menerapkan caring pada pasien dan keluarga pasien.

Selanjutnya peneliti akan membahas secara rinci masing-masing tema yang

teridentifikasi.

(1) Menunjukkan rasa empati terhadap pasien dan keluarga pasien.

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan

bahwa menciptakan rasa empati terhadap pasien dan keluarga pasien dalam

menerapkan caring dijelaskan partisipan sebagai berikut yaitu kepedulian,

perhatian, kepekaan, prihatin, dan ketulusan. Masing-masing sub tema dijelaskan

sebaga berikut:

(a) Kepedulian

Salah satu bentuk penerapan caring adalah kepedulian yang diberikan

kepada pasien dan keluarga yang mendampingi pasien selama dirawat, dari hasil

penelitian ini partisipan menerapkan sikap kepeduliannya yang tergambar dari

lima kategori tematik yaitu peduli terhadap pasien, memberikan motivasi kepada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 162: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

pasien, bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga

pasien, peduli terhadap kebutuhan pasien dan keluarga pasien selama perawatan,

dan peduli terhadap keluarga pasien yang mendampingi pasien selama perawatan.

Hasil dari wawancara yang diatas sesuai dengan observasi yang dilakukan ada

tujuh orang perawat yang peduli dengan pasien dan keluarga pasien, yang telihat

dari Ners mendengarkan keluhan dari keluarga pasien sedangkan untuk

memberikan dukungan kepada keluarga pasien hanya lima Ners yang melakukan

selama observasi

Ini sesuai dengan pendapat Dwidiyanti (2007) yang menyebutkan bahwa

perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai orang

lain dalam arti memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan bagaimana

seseorang itu bertindak. Potter&Perry (2005) yang mengatakan caring sebagai

suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan

waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan

cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan. Serta Sobel

(1989, dalam Dahlia, 2008) mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli,

hormat dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari

kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan

berperasaan. Perilaku caring merupakan bentuk tanggung jawab perawat dalam

melaksanakan tugasnya, inti rasa tanggung jawab itu ialah kepekaan perawat

terhadap penderitaan pasien dan keluarga serta peduli dengan situasi dan kondisi

lingkungan dimana pasien dirawat (Gaghiwu, Ismanto & Babakal, 2013).

(b) Perhatian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 163: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Hasil penelitian menunjukkan partisipan perhatian, yang tergambar dari

tiga kategori tematik, yaitu perhatian dalam memberikan pelayanan kepada pasien

dan keluarga, menanyakan kondisi pasien yang dirawat, dan menemani pasien

yang jarang dikunjungi keluarga. Ini sesuai dengan pendapat Kamaruzzaman

(2009) menyatakan bahwa perhatian yang diberikan perawat dapat dilakukan

dengan memperlihatkan sikap caring terhadap pasien dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien dengan menemani pasien dan selalu berada disamping

pasien saat dibutuhkan sehingga pasien merasa puas terhadap perhatian yang

diberikan perawat. Hal ini juga didukung oleh Linberg (1990) yang menyatakan

bahwa caring tidak hanya sekedar memberikan tindakan keperawatan, namun

sebenarnya merawat orang lain dibutuhkan suatu perasaan yang mendalam untuk

menumbuhkan aktualisasi dirinya. Perawat bukanlah bekerja dengan robot atau

mesin yang tak bernyawa melainkan manusia yang memiliki banyak kebutuhan

dan keinginan berbeda, maka pentinglah bagi seorang perawat bekerja dengan

berempati saat berhubungan dengan pasien dan keluarga pasien.

(c) Kepekaan

Kepekaan merupakan perasaan "pemahaman" dan "penerimaan" perawat

terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan "dunia pribadi

pasien". Partisipan menunjukkan kepekaannya dengan merasakan apa yang

dirasakan pasien, ini sesuai dengan pendapat McShane & Glinow (2003 dalam

Ardiana, Sahar dan Gayatri, 2010) yang menyatakan bahwa individu yang mampu

memahami dan mendukung emosi orang lain akan lebih mampu memahami

perasaan, pikiran dan situasi yang dirasakan oleh orang lain. Peka terhadap pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 164: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

akan membuat perawat lebih mampu dalam menunjukkan kasih sayang terhadap

pasien dalam setiap keputusan dan tindakannya yang merupakan aspek penting

dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Perawat harus berusaha keras untuk mengetahui secara pasti apa yang

sedang dipikirkan dan dialami klien. Saat kondisi seperti ini, empati dapat di-

ekspresikan melalui berbagai cara yang dapat dipakai ketika dibutuhkan,

mengatakan sesuatu tentang apa yang perawat pikirkan tentang klien, dan

memperlihatkan kesadaran tentang apa yang saat ini sedang dialami pasien.

Empati membolehkan perawat untuk berpartisipasi sejenak terhadap sesuatu yang

terkait dengan emosi klien. Perawat yang berempati dengan orang lain dapat

menghindarkan penilaian berdasarkan kata hati (impulsive judgement) tentang

seseorang dan pada umumnya dengan empati dia akan menjadi lebih sensitif.

(d) Ketulusan

Ketulusan seorang dapat dilihat dari cara perawat dalam memberikan

pelayanan keperawatan. Partisipan mengatakan melakukan pekerjaannya denga

rasa ikhlas. Ketulusan sangat penting dalam memberikan pelayanan atau

perawatan baik terhadap orang sakit maupun terhadap orang sehat. Perawatan

bukan saja merupakan keahlian untuk sekedar mencari nafkah, akan tetapi

mengingat tujuannya juga merupakan pekerjaan yang suci. Amal jasmani dan

rohani yang diberikan dengan penuh ketulusan oleh perawat kepada penderita,

merupakan faktor penting untuk kesembuhan penderita tersebut.

(2) Tetap Berinteraksi dengan pasien tidak sadar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 165: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Ners dalam memberikan tindakan beserta pelayanan kepada pasien dan

keluarga selama perawatan kritis dengan sikap yang ramah, berdasarkan analisa

data Ners yang menunjukkan bahwa mereka berinteraksi dengan pasien tidak

sadar. Salah satu contohnya Ners mengatakan bahwa dia senyum ke pasien

sebelum memberikan tindakan kepada pasien tersebut. Ramah merupakan kondisi

psikologis yang positif dengan ditunjukkan dengan perilaku dan eksperesi muka

yang selalu murah senyum, perhatian dan suka menyapa. Ramah merupakan salah

satu sifat yang harus dimiliki perawat. Perawat yang ramah tentunya akan disukai

pasien, dan secara tidak langsung dapat membatu kesembuhan pasien. Hasil

peneitian menunjukkan partisipan keramahan pada pasien dan keluarga pasien

dalam menerapkan caring.

Ners berinteraksi dengan melakukan interaksi non verbal dengan pasien

tidak sadar, yaitu tersenyum kepada pasien sebelum melakukan tindakan,

menyentuh pundak pasien sebelum melakukan tindakan , dan mengusap tangan

pasien tidak sadar dalam menyampaikan penguatan. Sedangkan interaksi verbal

dengan pasien tidak sadar, yaitu menyapa pasien tidak sadar dengan memanggil

nama pasien tersebut, menyapa pasien tidak sadar dengan salam, mengajak bicara

pasien tidak sadar sebelum melakukan tindakan, meluangkan waktu untuk

berbicara dengan pasien tidak sadar. Hasil dari observasi yang dilakukan untuk

memberikan sentuhan, ditemukan enam Ners yang menerapkannya, oleh karena

itu hal ini harus selalu diingatkan agar tindakan ini diterapkan pada pasien yang

mengalamai perawatan kritis terutama pasien yang dalam kondisi yang tidak

sadar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 166: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa

sentuhan merupakan bentuk dari komunikasi awal terjadinya hubungan antara

perawat dan pasien (Potter & Perry, 2009), dan Fredikkson (1999 dalam Potter &

Perry, 2009) juga menambahkan bahwa sentuhan terdiri atas sentuhan langsung

dan sentuhan tak langsung.

(3) Menunjukkan sikap ramah dalam berinteraksi dengan keluarga pasien

Ners melakukan interaksi non verbal dengan keluarga pasien adalah

merupakan cara mereka untuk menunjukkan sikap ramahnya. Ners

mengungkapkan bahwa setiap mereka ketemu dengan keluarga pasien di jalan

atau pada saat mengunjungi pasien, mereka akan tersenyum dan menyapannya.

Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang menunjukkan tujuh Ners yang

memberikan salam ataupun menyapa dengan keluarga pasien.

Keramahan yang lain terlihat dari senyuman merupakan sikap yang

mudah, ceria, ringan dan sederhana untuk dilakukan, yang mana senyuman

memiliki sebuah kekuatan untuk memancarkan sikap mental yang positif dan akan

memancarkan kehangatan dari orang yang memberikan senyuman tersebut

sehingga menunjukkan keterbukaan dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan

pendapat Dedi, Setyowati, dan Afiyanti, (2008) ramah terlihat dari tersenyum

yang merupakan salah satu indikator penting seorang perawat bersikap ramah,

hangat, bergembira dan sabar terhadap pasien dan keluarga. Begitu pula dengan

Watson (2007) mengatakan bahwa perawat dengan perilaku caring selalu gembira

dengan pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 167: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

(4) Melaksanakan tindakan keperawatan selama pasien dirawat.

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan

bahwa partisipan melaksanakan tindakan keperawatan selama pasien dirawat yang

terlihat dari tiga sub tema, yaitu intervensi keperawatan, penanganan pasien yang

cepat dan tanggap, dan bekerjasama dengan keluarga pasien.

(a) Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh partisipan kepada pasien

selama perawatan kritis tergambar dari empat kategori yaitu melakukan observasi

setelah memberikan tindakan keperawatan, ini dapat dilihat dari memonitoring

kondisi pasien setelah diberikan terapi obat, memonitoring peralatan yang

terpasang pada pasien dan Memonitoring kestabilan TTV pasien. Kategori yang

kedua yaitu tetap memberikan penjelasan tindakan yang akan dilakukan kepada

pasien walaupun dalam kondisi tidak sadar dengan cara memberitahukan kepada

pasien pemasangan kateter, memberitahukan kepada pasien yang tidak sadar akan

dimandikan, memberitahukan untuk makan, memberitahukan akan diberikan obat

melalui suntikan, dan memberikan terapi musik pada pasien tidak sadar. Kategori

yang ketiga, kolaborasi dengan dokter dan keluarga pasien, dengan memberikan

terapi albumin sesuai anjuran dokter dan melibatkan keluarga pasien dalam

merawat pasien. Dan kategori keempat, yaitu memenuhi semua kebutuhan pasien

selama perawatan dapat dilihat dari cara Ners membantu dalam memenuhi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 168: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

kebutuhan nutrisi pasien, membantu dalam memenuhi kebutuhan fisiologis

pasien, dan membantu dalam memenuhi kebutuhan eliminasi pasien

Hal ini sejalan dengan pendapat Gordon (1994) yang menyatakan bahwa

intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien

dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam

hasil yang diharapkan. Begitu pula dengan pendapat McCloskey dan Bulechek

(1994) mengungkapkan bahwa intervensi keperawatan adalah semua tindakan

asuhan yang perawat lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi

yang diprakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif. Perawat

membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari

(Activity Daily Living) merupakan perilaku caring yang harus dikembangkan oleh

perawat (Watson, 2007)

(b) Penanganan pasien yang cepat dan tanggap

Penanganan pasien yang cepat dan tanggap dilakukan oleh partisipan

kepada pasien selama perawatan krtis tergambar dari dua kategori yaitu kategori

pertama cepat dalam menangani perubahan kondisi pasien kritis, yang mana

partisipan harus memiliki respon time yang cepat dalam menangani kegawatan

pasien kritis dan merespon kondisi pasien yang dirawat. Kategori kedua, siap

siaga dalam melaksanakan tindakan resusitasi, partisipan selalu siap siaga untuk

melaksanakan tindakan resusitasi jantung paru, yang mana pasien perawatan

kritis sering mengalami gangguan pernafasan dan berpontensi kegawatan

pernafasan. Ners juga siap siaga memantau perkembangan kesehatan pasien,

beberapa partisipan mengungkapan bahwa tindakan mereka harus selalu siap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 169: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

siaga memantau perkembangan kesehatan penyakit pasien dan mampu mengatasi

pasien dalam keadaan gawat secara cepat, karena kondisi pasien di sini sering

tidak stabil. Dan kategori keempat, segera memberikan bantuan hidup dasar pada

pasien kritis dengan bertindak harus memberikan penanganan segera dalam

memberikan bantuan hidup dasar pada pasien kritis sesuai dengan prosedur.

Semua partisipan berusaha memberikan penanganan yang cepat dan tanggap akan

kebutuhan pasien.

Penjelasan di atas sejalan dengan pendapat Wilde (2009 dalam Sabriyati,

dkk 2012) menyatakan pentingnya waktu tanggap (response time) dalam

menanggapi kondisi pasien dan pada saat memberikan tindakan dengan segera.

Perawat perawatan kritis berhubungan dengan manusia secara khusus, tanggapan

terhadap masalah-masalah yang mengancam nyawa. Pengambilan keputusan

yang cepat ditunjang data yang merupakan hasil observasi dan monitoring yang

kontinu oleh perawat, sehingga harus mampu melakukan tindakan keperawatan

yang cepat dan tanggap untuk menyelamatkan pasien (Widodo, 2010)

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa partisipan mengtakan bahwa

mereka melibatkan keluarga pasien dalam memberikan tindakan keperawatan

untuk kesembuhan pasien, dengan menggali informasi mengenai kondisi pasien

sebelumnya dari keluarga pasien untuk menentukan pemberian tindakan

selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mundakir, (2006) yang menyatakan

keberhasilan pelayanan keperawatan bagi pasien tidak dapat dilepaskan dari peran

keluarga. Pengaruh keluarga dalam keikutsertaannya menentukan kebijakan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 170: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

keputusan dalam penggunaan layanan keperawatan membuat hubungan dengan

keluarga menjadi penting.

(5) Memberikan kenyamanan kepada keluarga pasien yang mendampingi

selama perawatan.

Berdasarkan hasil penelitian, partisipan yang memberikan kenyamanan

kepada keluarga pasien yang mendampingi selama perawatan terlihat dari Tata

cara dalam memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan memenuhi

kebutuhan keluarga pasien selama mendampingi pasien

Cara menjelaskan kondisi pasien kepada keluarga pasien yang dilakukan

partisipan terlihat dari dua kategori yaitu menjelaskan kondisi pasien dengan

bahasa yang mudah dipahami keluarga pasien, memberikan penjelasan kepada

keluarga pasien dengan tenang. Perawat harus bisa menggunakan bahasa yang

mudah dimengerti oleh pasien dan keluarga pasien, dimana dalam menerangkan

tindakan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan,

apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya”

(Canggara, 2004)

Informasi yang diberikan partisipan kepada keluarga pasien, terlihat dari

beberapa kategori yaitu memberikan penjelasan tentang peraturan selama

perawatan kritis, memberikan penjelasan tentang jam kunjungan pasien selama

perawatan kepada keluarga, memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan

dilakukan kepada keluarga pasien, memberikan penjelasan tentang kondisi pasien

kepada keluarga pasien, memberikan penjelasan tentang pengobatan yang akan

diberikan kepada keluarga pasien, memberikan penjelasan tentang penyakit pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 171: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

kepada keluarga pasien, memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga pasien,

dan memberikan penjelasan untuk rencana perawatan selanjutnya yang akan

diberikan. Hasil observasi menunjukkan delapan dari sepuluh partisipan

menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh keluarga pasien sehingga mereka

dapat menentukan keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ners.

Menurut Kvale, (2005) informasi yang diberikan kepada keluarga berupa

fakta tentang prognosa pasien, hasil suatu prosedur yang telah dilakukan sesegera

mungkin, mengenai status pasien, komplikasi yang mungkin terjadi, kebutuhan

untuk mendapat penjelasan. Pasien sangat membutuhkan banyak dukungan dan

bantuan dari diri orang lain yang ada disekitarnya, dukungan informasi sangat

diperlukan bagi pasien untuk mendapatkan petunjuk dan informasi yang

dibutuhkan (Smet, 1994 dalam Hardhiyani 2013).

Hasil peneltian yang lain partisipan mengungkapkan tetap berkomunikasi

dengan keluarga pasien tergambar dua kategori yaitu kategori pertama adalah

ketepatan jawaban dari pertanyaan keluarga pasien, hal ini sesuai dengan

pendapat pane (2015) yang mengatakan salah satu menjaga komunikasi pada

keluarga pasien dengan mendapat jawaban yang tepat dari staf ICU. Kategori

yang kedua adalah partisipan menghubungi keluarga pasien apabila mereka tidak

di rumah sakit. Memberitahukan perubahan kondisi pasien ke rumah apabila

keluarga pasien tidak tampak mendampingi pasien yang mengalami perawatan

kritis (Pane, 2015). Dalam sebuah studi tentang kebutuhan keluarga pasien yang

menunggu keluarganya dengan perawatan kritis di ICU ada beberapa hal penting

yang dibutuhkan yaitu kebutuhan untuk dihubungi ke rumah bila terjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 172: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

perubahan pada kondisi pasien, kebutuhan untuk mengetahui prognosa penyakit,

kebutuhan untuk mendapat jawaban yang jujur atas pertanyaan keluarga,

kebutuhan untuk menerima informasi tentang pasien sekali sehari, kebutuhan

untuk mendapat penjelasan terhadap sesuatu yang tidak dimengerti, dan

kebutuhan untuk mendapat jaminan bahwa pasien mendapatkan kenyamanan

(Campbell, 2009)

Selanjutnya partisipan memfasilitasi keluarga pasien dalam memenuhi

kebutuhan pasien akan kehadiran keluarga pasien, memberikan kesempatan

kepada keluarga pasien untuk mengunjungi dan mendampingi pasien. Kedekatan

dengan pasien adalah secara fisik keluarga berada di samping pasien yang sedang

dalam perawatan kritis sehingga bisa menyentuh dan berkomunikasi dengan

pasien. Kedekatan dengan pasien diperoleh keluarga bila keluarga pasien tersebut

dapat melihat/menjenguk pasien di ruang ICU secara teratur, waktu kunjungan

yang lebih fleksibel, dapat berkomunikasi/konsultasi tentang kondisi pasien

dengan perawat yang sama setiap hari, dapat membantu merawat fisik pasien serta

dapat membantu memberi dukungan mental kepada pasien yang mengalami

perawatan kritis di ruang ICU.

Hal ini sesuai dengan pendapat Motter & Leske (1996 dalam Nursalam

2003) kebutuhan untuk berada di dekat pasien yaitu berada di dekat orang yang

mereka cintai yang sedang sakit. Mereka tidak hanya ingin memberikan dukungan

dengan berada dekat dengan pasien, tetapi juga kehadiran fisik memungkinkan

mereka untuk menyaksikan bagaimana anggota keluarga mereka sedang di rawat,

oleh karena itu dengan memberikan waktu kunjungan yang fleksibel tidak hanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 173: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

memungkinkan pasien dan keluarganya bersama namun juga memfasilitasi

keluarga.

Beberapa partisipan yang lain mengatakan bahwa memberikan

kenyamanan kepada keluarga pasien yaitu memberi kesempatan mereka untuk

berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Konsultasi tersebut bisa dengan dokter

setelah dokter melakukan visite dengan pasien, sehingga mengetahui tentang

penyakit pasien ataupun pengobatannya , dan bisa juga konsultasi dengan perawat

yang merawat pasien sehingga mereka mengetahui mengenai kondisi pasien setiap

hari. Pada hasil observasi menunjukkan enam Ners memberikan akses kepada

keluarga pasien dengan tim kesehatan lainnya untuk konsultasi mengenai

perkembangan kondisi pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Pane (2015)

dukungan yang didapatkan keluarga pasien berupa jawaban yang tepat,

kesempatan berkonsultasi tentang kondisi pasien setiap hari perhatian staf ICU

terhadap keluarga pasien.

Dukungan moriil yang diberikan Ners kepada keluarga pasien tergambar

dari tiga kategori yaitu mendampingi keluarga pasien disaat kondisi pasien

memburuk, mengingatkan keluarga untuk menjaga kesehatan dan tetap sabar

dalam mendampingi pasien,dan mendengarkan keluhan keluarga pasien selama

mendampingi pasien. Mendampingi dalam menentukan kebijakan dan keputusan

dalam penggunaan layanan keperawatan membuat hubungan dengan keluarga

menjadi penting. Keluarga sangatlah berperan dalam proses penyembuhan dan

pemulihan. Apabila dukungan keluarga tidak diterima pasien, maka keberhasilan

penyembuhan dan proses pemulihan sangat berkurang (Mundakir, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 174: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Hal ini sesuai dengan Mitchell (2009) yang mengungkapkan memberikan

motivasi keluarga untuk selalu sabar dalam mendampingi pasien selama

mendapatkan perawatan, karena dukungan keluarga tersebut diperlukan untuk

semua jenis usia dan menjadi bagian dalam susunan asuhan keperawatan. Banyak

penelitianyang telah dilakukan pada kebutuhan keluarga yang memiliki pasien

kritis. Keluarga tersebut membutuhkan informasi, ketenangan dan kedekatan

dengan pasien. Kedekatan tersebut memberikan ketenangan kepada anggota

keluarga pasien.

Spiritualitas merupakan aspek kepribadian manusia yang memberi

kekuatan dan mempengaruhi individu dalam menjalani hidupnya. Spiritualitas

merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana manusia hidup di dunia. Spiritualitas

amat penting bagi keberadaan manusia. Spiritualitas mencakup aspek non fisik

dari keberadaan seorang manusia (Young & Koopsen, 2005). Spiritualitas

merupakan kekuatan yang menyatukan, memberi makna pada kehidupan dan

nilai-nilai individu, persepsi, kepercayaan dan keterikatan di antara individu.

Spiritualitas merupakan kebutuhan dasar yang terdiri dari kebutuhan akan makna,

tujuan, cinta, keterikatan, dan pengampunan (Kozier, et al, 1995).

Keluarga memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan

sipitualitas karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu

berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dengan individu (Hidayat, 2006; Taylor,

et al, 1997). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yaitu mengingatkan keluarga

pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien, yang mana pasien yang

mengalami perawatan kritis memiliki kebutuhan spiritualitas berupa doa dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 175: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

keluarga, teman, dan sahabat, serta didukung juga oleh O’ Brien (1999) bahwa

kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU yaitu menginginkan

adanya dukungan dari keluarga, ketenangan dari gangguan suara di ruangan,

berinteraksi dengan orang-orang yang dibutuhkannya, dan dapat melaksanakan

praktik keagamaan seperti beribadah dan berdoa.

(6) Dampak caring ners dalam perawatan kritis.

Berdasarkan hasil penelitian dampak caring pada perawatan kritis terliht

dari empat sub tema yaitu kesembuhan pasien, kepuasan, menentramkan jiwa,

dan menumbuhkan nilai positif bagi perawat.

Dampak dari caring adalah dapat merangsang kesadaran pasien yang

dirawat tergambar dari kategori yaitu merangsang proses penyembuhan pasien.

Partisipan mengatakan bahwa dia melakukan tindakan keperawatan yang

dilandaskan dengan mengajak ngobrol dan memberikan sentuhan akan

menstimulus agar pasien yang kita rawat cepat sadar, atau pulih. Perawat yang

terampil akan memberikan dampak yang bagus dalam proses merawat, bila

seorang merasakan bahwa perawat dalam merawatnya terampil maka akan

mendukung penyembuhan pasien itu sendiri, dengan sendirinya pasien akan

tersugesti oleh tindakan perawat yang membuatnya yakin sembuh (Nurbiyati,

2013).

Potter & Perry (2009) bahwa caring adalah perhatian perawat dengan

sepenuh hati terhadap pasien, hal ini akan menyebabkan pasien akan merasa

seperti dirawat oleh keluarga sendiri, pasien juga akan merasa bahwa perilaku

caring yang diberikan akan mempercepat proses penyembuhannya. Swanson

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 176: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

(2006) mengatakan penampilan perilaku perawat yang dapat berdampak pada

kesembuhan pasien adalah perawat yang memiliki jiwa caring yang senantiasa

dipelihara secara terus menerus sehingga dapat memperbaiki softskill dari perawat

yang positif. Seorang yang memiliki caring berarti perawat tersebut mempunyai

jiwa empati yang sangat baik, memiliki kepedulian terhadap orang lain, mampu

menghadirkan rasa nyaman bagi orang yang berada disampingnya. Begitu juga

dengan hasil penelitian Yuliawati (2012) yang menyatakan bahwa keterampilan

dan perilaku yang ditampilkan oleh seorang perawat dapat menimbulkan

kepercayaan pada pasien untuk menerima pelayanan keperawatan.Keterbukaan

dan perhatian yang diberikan oleh perawat dapat meningkatkan kepercayaan diri

pasien untuk menjalin hubungan yang baik dalam rangka meningkatkan

kesembuhannya.

Kepuasan yang dimaksud partisipan dapat dilihat dari Puas setelah

memberikan perawatan kepada pasien sampai sembuh. Kepuasan adalah perasaan

senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

kinerja (hasil) yang diharapkan, jika kinerja berada dibawah harapan pasien,

pasien tidak puas, jika memenuhi harapan pasien akan puas (Kloter, 2005). Hal ini

sesuai dengan pendapat Potter dan Perry (2009) juga menjelaskan kepuasan kerja

perawat dapat dicapai dengan keberhasilan membangun hubungan yang baik

dengan pasien dan membantu pasien dalam melewati masa sakitnya. Kemampuan

perawat dalam menampilkan perilaku caring menimbulkan rasa cinta terhadap

keperawatan sehingga perawat akan meningkatkan pengetahuannya, menghargai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 177: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

kehidupan dan kematian, menghargai integritas, keutuhan dan harga diri serta

perasaan puas dapat membantu pasien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.

Beberapa partisipan mengatakan setelah mereka merapkan caring dapat

menjadi penilaian positif bagi seorang perawat, dan sebagian partisipan

mengatakan bahwa setelah mereka menerapkan caring dengan cara berkomunikasi

yang baik kepada keluarga pasien maka dapat merubah pandangan masyarakat

selama ini pada perawat. Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam

keperawatan dan seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan

pasien, bukan dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan

beban kerja yang tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan

yang kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan

keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi

keperawatan memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan

kesehatan (Sartika, 2011).

(7) Hambatan Ners dalam menerapkan caring pada pasien dan keluarga

pasien.

Hasil penelitian menemukan kendala dalam menerapkan caring yang terjadi

memberikan perawatan kritis, banyak pengalaman dari partisipan dalam

menghadapi kondisi pasien kritis, sehingga harus bertindak cepat dan perubahan

emosional yang akhirnya tanpa disadari menimbulkan interaksi yang non caring,

dan sering terjadi pada keluarga pasien yang mendampingi selama perawatan

kritis di ICU. Hal ini tergambar dari sub tema yaitu: (1) Emosional, (2) Hubungan

perawat dengan pasien dan keluarga pasien tidak kooperatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 178: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Emosional terjadi karena perubahan perilaku yang dialami oleh

partisipan karena stress dengan pekerjaan dan kurang tidur, mengakibatkan

partisipan mudah marah berbicara kasar, nada yang tinggi, dan tidak ada senyum.

Keluarga pasien yang tidak paham dengan perawatan kritis. Hambatan yang

terjadi dalam menerapkan caring ketika menghadapi keluarga pasien yang

berkali-kali diberikan penjelasan, namun tidak mengerti dan didukung dengan

kondisi pasiennya yang sering tidak stabil. Ada juga partisipan sering terpancing

emosinya karena kondisi keluarga pasien yang tidak mengerti dengan penjelasan

yang telah diberikan. Beberapa partisipan mengatakan bahwa dirinya pernah tidak

tidur selama dinas malam dalam menghadapi pasien. Partisipan tidak dapat tidur

karena cemas dengan kondisi pasiennya yang mulai tidak stabil.

Frustasi dapat terjadi bila perawat kurang mampu dalam bekerja sama

dalam tim untuk mencapai tujuan terhadap pasien, perawat tidak mampu

berkomunikasi secara efektif dengan keluarga atau karena adanya hambatan

dalam proses caring. Perawatan kritikal merupakan bentuk pelayanan dimana

perilaku Caring perawat kepada klien lebih mengutamakan kemampuan

pengetahuan perawat. Seorang perawat harus memiliki kompetensi terhadap

penggunaan teknologi dan diaplikasikan sebagai salah satu wujud Caring kepada

klien (Wilkin & Slavin 2004).

Menurut Setiyana (2013) mengatakan bahwa banyak ditemukan

fenomena di rumah sakit adanya perawat yang tidak sabar, suka marah, berbicara

ketus dengan pasien dan keluarga pasien, bahkan terjadi kelalaian dalam bekerja

seperti kesalahan dalam pemberian obat, dan keterlambatan dalam melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 179: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

injeksi. Hal ini tentu sangat berlawanan dengan tugas dan kewajiban sebagai

seorang perawat yang harus memberikan pelayanan prima pada pasien.

Hubungan perawat dengan pasien dan keluarga pasien tidak kooperatif

karena komunikasi yang tidak baik sering ditemukan yang disebabkan oleh

perawat yang sibuk dengan pekerjaan yang lain sehingga sering mengabaikan

untuk berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien. Komunikasi yang

kurang baik dari perawat akan berdampak buruk bagi pasien maupun keluarga

pasien diantaranya yaitu bisa menimbulkan kesalahpahaman antara perawat

dengan pasien maupun keluarga pasien.

Perawat harus bisa menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh

pasien dan keluarga pasien, dimana dalam menerangkan tindakan komunikasi

adalah 3 menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang

disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya” (Canggara,

2004). Hasil dari observasi didapatkan empat Ners yang masih menggunakan

bahasa medis saat memberikan informasi sehingga masih ada keluarga pasien

kurang memahami apa yang dijelaskan oleh perawat. Oleh karena itu, pada pasien

yang mengalami perawatan memerlukan dampingan, bantuan, dan motivasi dari

keluarga sehingga keluarga juga harus mengetahui keadaan pasien setiap waktu.

Hal itu diperlukan komunikasi perawat untuk menyampaikan suatu keadaan

pasien dengan bahasa yang dapat dipahami oleh keluarga. Supaya keluarga tetap

tenang, dan tidak cemas ketika pasien dirawat diunit perawatan kritis .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 180: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

5.1.2. Pengalaman keluarga pasien caring pada pasien yang mengalami

perawatan kritis di ruang ICU RSUD Raden Mattaher Jambi.

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini ditemukan 4 tema yaitu: (1)

Perawat menunjukan perilaku caring, (2) Perawat memberikan tindakan terhadap

pasien yang dirawat, (3) Perawat memberikan informasi tentang kondisi dan

treatment pada pasien, (4) Perawat menunjukkan komunikasi yang baik terhadap

pasien dan keluarga pasien, dan (5) Perawat menunjukkan empati yang tinggi

terhadap pasien dan keluarga caring ners dalam perawatan kritis.

(1) Perawat menunjukan perilaku caring

Berdasarkan analisa data didapatkan partisipan menunjukkan perilaku

caring yang terlihat dari tiga sub tema yaitu tidak membedakan pasien, ramah, dan

ketulusan. Beberapa partisipan mengatakan bahwa mereka tidak membeda-

bedakan suku,ras, agama dalam merawat pasien dan memberikan perawatan

sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Asmadi

(2008) yang menyatakan salah satu bentuk kiat keperawatan tersebut adalah

perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan, mempunyai sifat

peduli terhadap keluhan pasien, tidak membeda-bedakan pasien dan pelayanan

yang segera dan tepat. Begitu pula dengan Kozier (2007), perawat tidak

membedakan pasiennya, ramah dan tulus dalam melakukan caring. Kegiatan

perawat harus ekspresif dan merupakan cerminan aktivitas yang menciptakan

hubungan dengan klien. Sifat-sifat aktivitas ini menimbulkan keterlibatan

hubungan saling percaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 181: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Perilaku caring yang ditunjukkan partisipan adalah ramah yang

tergambar pada kategori yang terlihat dari cara perawat merawat pasien dengan

baik , perawat menyapa dan memberikan salam, dan tersenyum. Beberapa

partisipan mengatakan perawat menunjukkan perilaku caring dengan baik dalam

merawat pasien, penuh kesabaran, dan bisa terlihat dari wajah perawat tersebut.

Hal ini sesuai dengan pendapat Muninjaya (2004), kesabaran yang diberikan

perawat dalam memberikan asuhan fisik dan dapat memperhatikan emosi sambil

meningkatkan rasa aman serta dapat menunjang psikologis pasien untuk menjalani

perawatan kritis.

Beberapa partisipan mengatakan bahwa perawat di ruang ICU sering

menyapa dan memberikan salam, hal ini sesuai dengan observasi yang dilakukan

dengan Ners dan ditemukan tujuh Ners yang mengucapkan salam dan menyapa

kepada pasien dan keluarga pasien. Menyapa pasien yang dilakukan perawat

untuk membentuk suasana keterbukaan dan saling mengerti, serta perlakuan yang

ramah dan cekatan atau lugas ketika melaksanakan prosedur keperawatan akan

memberikan rasa aman pada pasien (Potter & Perry, 2009).

Kategori yang ketiga partisipan menyatakan perilaku yang ditunjukan

oleh perawat adalah tersenyum pada keluarga pasien saat mengunjungi pasien

ataupun ketemu di luar ruangan. Tersenyum merupakan salah satu indikator

penting seorang perawat bersikap ramah, hangat, bergembira dan sabar terhadap

pasien dan keluarga (Dedi, Setyowati, & Afiyanti, 2008).

Partisipan mengungkapkan bahwa perawat memberikan pelayanan

dengan rasa yang tulus dalam memberikan perhatian dengan sepenuh hati, tulus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 182: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dan ikhlas kepada pasien sehingga dapat memotivasi pasien dalam proses

penyembuhannya. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Darmawati (2013) yang

menjelaskan caring sebagai tindakan di sengaja membawa rasa aman baik fisik

dan emosi serta keterikatan yang tulus dengan orang lain atau sekelompok orang.

Caring merupakan memberikan perhatian kepada pasien dengan sepenuh hati.

Perilaku caring yang dilakukan dengan tulus dapat memberikan kepuasan bagi

pasien dimana pasien selalu merasa nyaman dengan tindakan yang diberikan

perawat (Potte & Perry, 2009). Perawat memberikan tindakan terhadap pasien

yang dirawat

(2) Perawat memberikan informasi tentang kondisi dan treatment pada

pasien.

Keluarga pasien melihat perawat dalam memberikan tindakan terhadap

pasien yang dirawat, tergambar dari sub tema yaitu perawatan fisik pasien,

perawatan spiritual pasien, dan perawatan psikosial pasien. Perawatan fisik

pasien yaitu perawat selalu membantu dalam memandikan pasien 2x sehari,

memberikan obat tepat waktu, dan mengganti pakaian pasien apabila kotor.

Perawatan yang diberikan perawat kepada pasien adalah menjaga kebersihan

mulut pasien. Hal ini harus dilakukan karena pasien di ICU dalam kondisi tidak

sadar sehingga perawat embersihkan mulut pasien dan menyikat gigi pasien setiap

pagi. Perawat juga memperhatikan kebersihan kuku pasien oleh karena itu

perawat membantu memotong dan membersihkan kuku pasien tersebut. Pasien

yang dirawat di ICU rata dalam kondisi tidak sadar, ada beberapa perawat yang

membantuk pasien dalam memiringkan posisi badan pasien. Perubahan posisi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 183: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dilakukan agar kulit pasien yang tertekan tidak mengalami lecet dan melatih agar

otot pasien tidak kaku.

Tiga partisipan yang lain melihat perawat melakukan suction untuk

mengisap dahak pasien yang menumpuk di jalan nafas pasien dan perawat

membantu dalam membersihkan alat yang terpasang ditenggorokan. Salah satu

fungsi perawat adalah mampu melihat pasien secara kompleks, yang artinya

perawat harus dapat memenuhi kebutuhan pasien secara menyeluruh termasuk

kebutuhan akan proses kesembuhan pasien baik kebutuhan fisik maupun

kebutuhan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan teori Swanson (1991), dimensi

caring yaitu doing for, yang memiliki makna dapat melakukan tindakan kepada

pasien dengan mengantisipasi semua kebutuhan, kenyamanan, menjaga privasi

dan martabat pasien.

Perawatan spiritual pasien, partisipan mengatakan selama mendampingi

pasien di rawat, kebutuhan spiritual pasien dan keluarga pasien dipenuhi oleh

perawat ini tergambar dari kategori yaitu : (a) Mengingatkan untuk bedoa dan (b)

Memberikan terapi spiritual.

Kategori yang pertama, yaitu mengingatkan untuk bedoa Selama

mendampingi pasien, dua partisipan pernah diingatkan oleh perawat untuk berdoa

agar proses penyembuhan pasien cepat dan mengajak untuk berdoa bersama.

Pada pasien yang dirawat di ruang ICU memiliki kebutuhan spiritualitas berupa

doa dari keluarga, teman, dan sahabat. Selain itu, pasien membutuhkan kehadiran

orang yang dicintai dan kehadiran orang-orang yang merawat pasien. Menurut

Zerwekh, (1997 dalam Young & Koopsen, 2005) kehadiran orang tersebut dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 184: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

memberikan dukungan, merasakan apa yang dirasakan, selalu berada disamping

pasien, dan merawat pasien dengan tulus.

Pendapat di atas, juga didukung oleh O’ Brien (1999) bahwa kebutuhan

spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU yaitu menginginkan adanya

dukungan dari keluarga, ketenangan dari gangguan suara di ruangan, berinteraksi

dengan orang-orang yang dibutuhkannya, dan dapat melaksanakan praktik

keagamaan seperti beribadah dan berdoa. Davis (2007) menyatakan bahwa

keluarga beperan dalam perawatan pasien kritiss khususnya pemenuhan

kebutuhan spiritualitas pada pasien yang mempengaruhi penyembuhan pasien.

Keluarga dapat memberikan dukungan spiritual pada anggota keluarganya yang

sakit dengan bantuan doa, ritual agama, menghiburnya, merasakan penderitaan

yang dialami oleh anggota keluarga yang sakit.

Kategori yang kedua adalah memberikan terapi spiritual, yaitu partisipan

yang lain mengatakan bahwa perawat juga membantu keluarga pasien untuk

memasangkan alat ditelinga pasien, agar pasien tersebut dapat mendengarkan

rekaman dari ayat suci Al-Quran dan Dzikir. Hal ini sesuai dengan pendapat

Potter dan Perry (2005), perawat dapat memberikan pemenuhan kebutuhan

spiritualitas kepada pasien yaitu dengan memberikan dukungan emosional,

membantu dan mengajarkan doa, memotivasi dan mengingatkan waktu ibadah

sholat, mengajarkan relaksasi dengan berzikir ketika sedang kesakitan, berdiri di

dekat klien, memberikan sentuhan selama perawatan .

Dalam perawatan ini perawat memahami keinginan keluarga pasien

untuk dekat dengan pasien. Ada 2 partisipan menyatakan bahwa mereka diberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 185: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

kesempatan untuk disamping istrinya dan membacakan buku diluar jam

kunjungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudak dan Gallo (1997), memberikan

kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi adalah hal yang bermakna dan

penting dalam memenuhi kebutuhan psikososial pasien. Bahkan pada pasien tuli,

tidak mampu berbicara, atau tidak mampu memahami bahasa, atau tidak mungkin

berkomunikasi verbal karena intubasi atau sakit fisik lainnya juga memerlukan

dukungan keluarga untuk memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan

komunikasi yang mungkin dilakukan dengan menggunakan sentuhan.

(3) Perawat memberikan informasi tentang kondisi dan treatment pada

pasien

Partisipan mendapatkan informasi dari perawat akan perubahan kondisi

pasien selama dirawat. Informasi yang partisipan dapatkan, misalnya kondisi

pasien yang kurang baik ,sel darah merahnya menurun sehingga pasien semakin

pucat atau perubahan suhu pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Pane (2015)

informasi perkembangan penyakit pasien dan perubahan kondisi pasien setelah

dilakukan tindakan.

Selama mendampingi partisipan di rawat, partisipan selalu mendapatkan

penjelasan tentang tindakan yang akan di berikan. Partisipan mendapatkan

penjelasan alasan pasien membutuhkan donor darah, alasan pasien dilakukan

penghisapan lender, pemasangan selang untuk makan, dan perawat selalu

mengatakan kepada partisipan bahwa tindakan yang diberikan ini untuk proses

penyembuhan pasien. Semua ini tergambar dari kategori sebagai yaitu

menjelaskan kondisi pasien yang membutuhkan donor darah, menjelaskan kondisi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 186: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

pasien harus dilakukan suction, menjelaskan pemasangan NGT, menjelaskan

terapi obat yang akan diberikan, dan penjelasan tentang tindakan yang dilakukan

untuk pengobatan pasien.

Perawat bukan saja bertugas memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien tetapi juga memberikan penjelasan ataupun informasi tentang pemberian

tindakan dan menjelaskan tujuan dari tindakan tersebut kepada keluarga pasien

kondisi pasien kepada keluarga pasien. Keluarga pasien berhak untuk

mendapatkan informasi seputar kondisi kesehatan pasien tersebut. (Pane 2015).

(4) Perawat menunjukkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan

keluarga pasien

Partisipan mengatakan perawatnya menjelaskan dengan bahasa yang

mudah dipahami mereka, dengan tutur kata yang lembut dan sopan. hal ini

menciptakan hubungan yang baik karena dilandasi dengan cara komunikasi yang

baik pula. hal ini tergambar dari kategori, yaitu : menjelaskan dengan bahasa yang

mudah dipahami, menjelaskan dengan lembut, memberitahukan dengan sopan,

dan memberikan sentuhan. Menurut Watik (1998, dalam Sholilah, 2011) seorang

perawat ketika memberikan pelayanan kepada pasiennya disamping melalui

diagnosa obat yang disarankan oleh dokter, perawat juga melakukan pendekatan-

pendekatan yang mendukung proses kesembuhan penyakit pasien secara pribadi

dengan melakukan komunikasi secara pribadi baik secara verbal maupun non

verbal.

Komunikasi merupakan alat penghubung dalam bersosial. Sehingga ilmu

komunikasi sekarang sangat berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 187: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

ialah komunikasi kesehatan, yang dimana selalu dilakukan saat berhubungan

dengan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Kemampuan komunikasi

dari perawat telah didapatkan pada saat pendidikan keperawatan maupun suatu

pelatihan - pelatihan dalam bidang keperawatan, akan tetapi masih ada perawat

yang komunikasinya kurang begitu baik (Setianti, 2007).

Berkomunikasi yang baik dengan pasien dapat dilihat dari kategori

mengajak bicara pasien tidak sadar, partisipan mengatakan selama dia

mendampingi ibunya dirawat, selalu melihat perawat menemani dan mengajak

berbicara pasien yang jarang dikunjungi oleh keluarganya. Partisipan

menceritakan bahwa suaminya yang tidak sadar diajak berbicara oleh perawat

Partisipan melihat perawat bukan hanya menjalin komunikasi dengan

pasien saja tetapu termasuk keluarga pasien yang mendampingi pasien tersebut.

Semua informasi tentang pasien didapatkan dari keluarga pasien sehingga perawat

harus menjalin komunikasi yang baik dengan mereka. Hal ini tergambar dari

kategori yang ditemukan, yaitu mengajak keluarga pasien untuk mengobrol

dengan pasien tidak sadar, tidak memotong pembicaraan dan mendengarkan

dengan baik, dan mudah memahami kondisi keluarga pasien

Pane (2015) mengatakan pasien yang mengalami perawatan memerlukan

dampingan, bantuan, dan motivasi dari keluaraga sehingga keluarga juga harus

mengetahui keadaan pasien setiap waktu. Hal itu diperlukan komunikasi perawat

untuk menyampaikan suatu keadaan pasien dengan bahasa yankg dapat dipahami

oleh keluaraga. Supaya keluarga tetap tenang, dan tidak cemas ketika pasien

dirawat diunit perawatan kritis. Di rumah Sakit yang saya lihat, jika pasien masuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 188: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

dalam unit perawatan kritis. Oleh karena itu komunikasi perawat dengan keluarga

harus baik

(5) Perawat menunjukkan empati yang tinggi terhadap pasien dan keluarga

caring ners dalam perawatan kritis.

Dalam hal ini partisipan melihat perawat menunjukkan empati yang tinggi

terhadap pasien dan keluarga terlihat dari sub tema yang didapatkan, Cepat

memahami kondisi pasien yang dirawat, dan (2) Memberikan dukungan kepada

keluarga pasien. Masing-masing sub tema dijelaskan sebagai berikut:

Partisipan memandang perawat di ruangan ICU adalah perawat yang cepat

memahami kondisi pasiennya, ini tegambar dari kategori berikut ini, yaitu cepat

memahami kondisi pasien, memberikan terapi yang tepat, dan memperhatikan

semua kebutuhan pasien untuk proses penyembuhan pasien.

Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa perawat ICU menunjukkan rasa

peduli yang tinggi terhadap pasien dan keluarga, yang mana mereka memandang

perawat di ruangan ICU adalah perawat yang cepat memahami kondisi pasiennya.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sabriyati, perawat cepat memahami kondisi

pasien dengan segera untuk dilakukan tindakan sehingga peluang kesembuhan

pasien lebih besar, memberikan rasa tenang bagi pasien dan keluarga pasien dan

dapat mengurangi beban biaya perawatan pasien di rumah sakit.

Memberikan terapi yang tepat, tiga partisipan mengatakan perawat

memberikan tindakan yang tepat dengan kondisi pasien, memberi obat pasien

tepat waktu dan perawatan sesuai kebutuhan pasien. Perawat juga seharusnya

mampu memfasilitasi kebutuhan pasien sehari-hari, menyebutkan bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 189: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

membantu klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari (Activity

Daily Living) merupakan perilaku caring yang harus dikembangkan oleh perawat.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana partisipan berusaha untuk

memfasilitasi kebutuhan pasien yang mereka rawat.

Beberapa partisipan menceritakan bahwa mereka pernah diingatak sama

perawat menjaga kesehatan selama mendampingi pasien, ada juga perawat yang

meluangkan waktunya untuk melihat pasien dan keluarga saat kunjungan,

memberikan kesempatan untuk konsultasi dengan dokter, memberikan motivasi

kepada keluarga pasien, dan selalu mengingatkan partisipan untuk berinteraksi

dengan memberikan sentuhan pada pasien saat dikunjungi partisipan.

Perawat memberikan motivasi keluarga untuk selalu sabar dalam

mendampingi pasien selama mendapatkan perawatan, karena dukungan keluarga

tersebut diperlukan untuk semua jenis usia dan menjadi bagian dalam susunan

asuhan keperawatan. Banyak penelitiany ang telah dilakukan pada kebutuhan

keluarga yang memiliki pasien kritis. Keluarga tersebut membutuhkan informasi,

ketenangan dan kedekatan dengan pasien. Kedekatan tersebut memberikan

ketenangan kepada anggota keluarga pasien (Mitchell, 2009)

Partisipan mengatakan perawat mendampingi dan mengingatkan partisipan

untuk berdoa, atau mengingatkan untuk membacakan Al-Quran saat mengunjungi

pasien Spiritualitas merupakan aspek kepribadian manusia yang memberi

kekuatan dan mempengaruhi individu dalam menjalani hidupnya. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian yaitu mengingatkan keluarga pasien selalu berdoa untuk

kesembuhan pasien, yang mana pasien yang mengalami perawatan kritis memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 190: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

kebutuhan spiritualitas berupa doa dari keluarga, teman, dan sahabat, serta

didukung juga oleh O’ Brien (1999) bahwa kebutuhan spiritualitas pasien yang

dirawat di ruang ICU yaitu menginginkan adanya dukungan dari keluarga,

ketenangan dari gangguan suara di ruangan, berinteraksi dengan orang-orang yang

dibutuhkannya, dan dapat melaksanakan praktik keagamaan seperti beribadah dan

berdoa.

5.2.Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian selama melakukan penelitian terhadap partisipan

Ners , yaitu Pertama, agak sulit dalam mengatur waktu untuk wawancara dengan

partisipan Ners karena mereka memilik beban kerja yang lebih tinggi

dibandingkan denga unit perawatan yang lain. Kedua, tempat untuk wawancara

partisipan kurang kondusif, karena sebagian ruangan ICU sedang diperbaiki

sehingga ada saja gangguan saat wawancara seperti perawat yang lain keluar

masuk ruangan, partisipan yang dipanggil oleh perawat lain. Ketiga, adanya

perubahan jadwal dinas partisipan yang mendadak sehingga mempengaruhi

kontrak waktu untuk melakukan wawancara, dan keempat, melakukan observasi

perilaku caring Ners yang sering tidak sesuai dengan jadwal dinas

Keterbatasan penelitian selama melakukan penelitian terhadap partisipan

keluarga pasien, yaitu Pertama, membuat kontrak waktu untuk wawancara dengan

keluarga pasien agak sulit. Kedua, ada sebagian partisipan yang mempunyai

waktu kosong untuk wawancara pada jam malam karena partisipan tidak ingin

diganggu jam kunjungannya untuk digunakan wawancara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 191: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Keterbatasan pada diri peneliti sendiri, dikarenakan peneliti pemula

dalam melakukan riset kualitatif. dalam mengatur waktu untuk wawancara dengan

partisipan Ners karena mereka memilik beban kerja yang lebih tinggi

dibandingkan denga unit perawatan yang lain. Kedua, tempat untuk wawancara

partisipan kurang kondusif, karena sebagian ruangan ICU sedang diperbaiki

sehingga ada saja gangguan saat wawancara seperti perawat yang lain keluar

masuk ruangan, partisipan yang dipanggil oleh perawat lain.

5.3 Implikasi Hasil Penelitian

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa caring merupakan inti dari

keperawatan dan harus dimiliki perawat dalam merawat pasien dan keluarga yang

mendampingi pasien selama dirawat. Penelitian ini memberikan gambaran

penerapan caring pada pasien yang mengalami perawatan kritis beserta keluarga

yang mendampinginya. Hasil penelitian ini dapat menggambarkan sejauh mana

penerapan caring Ners pada pasien yang mengalami perawatan kritis di ruang

ICU Raden Mattaher Jambi. Sehingga nanti dapat memberikan penyegaran

tentang caring pada perawat, meningkatkan pengawasan serta memberikan

motivasi kepada perawat agar berperilaku caring di ruang ICU Raden Mattaher

Jambi, serta contoh bagi unit perawatan lainnya.

Implikasi yang lainnya untuk meningkatkan penerapan caring bukan

hanya ke pasien saja tetapi juga kepada keluarga yang mendampingi pasien

selama mendapatkan perawatan. Oleh karena itu perlu ditambahkan mata kuliah

yang membahas tentang caring, yang mana inti dari seorang perawat haruslah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 192: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

memiliki caring sehingga para pendidik dapat menanamkan sejak dini

pengetahuan tentang caring kepada mahasiswanya dan nantinya mahasiswa

tersebut dapat bersikap caring kepada masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 193: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan

merupakan ringkasan pembahasan hasil penelitian yang telah dibandingkan

dengan teori dan penelitian yang terkait. Saran merupakan tindak lanjut dari

penelitian

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pengalaman Ners

tentang caring pada pasien yang mengalami perawatan kritis di ICU RSUD Raden

Mattaher Jambi disimpulkan terdapat 6 tema dan 69 kategori sedangkan untuk

pengalaman keluarga pasien tentang caring pada pasien yang mengalami

perawatan kritis di ICU RSUD Raden Mattaher Jambi disimpulkan 5 tema dan 34

kategori.

Hasil analisis pada pada pengalaman Ners tentang caring pada pasien yang

mengalami perawatan kritis di ICU RSUD Raden Mattaher Jambi disimpulkan

terdapat 7 tema yaitu: yaitu (1) Menunjukkan rasa empati terhadap pasien serta

keluarga yang mendampingi selama perawatan kritis, (2) Tetap berinteraksi

dengan pasien tidak sadar (3) Menunjukkan sikap ramah dalam berinteraksi

dengan pasien tidak sadar, (4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien

kritis, (5) Memberikan kenyamanan kepada keluarga pasien yang mendampingi

selama perawatan kritis. (6) Dampak caring ners dalam perawatan kritis, dan (7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 194: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Hambatan Ners dalam menerapkan caring pada pasien pasien serta keluarga yang

mendampingi selama perawatan kritis.

Hasil analisis pada pada pengalaman keluarga pasien tentang caring pada pasien

yang mengalami perawatan kritis di ICU RSUD Raden Mattaher Jambi

disimpulkan terdapat 5 tema yaitu: : (1) Perawat menunjukan kepedulian terhadap

keluarga yang mendampingi pasien yang menjalani perawatan kritis, (2) Perawat

memberikan tindakan terhadap pasien yang yang menjalani perawatan kritis, (3)

Perawat memberikan informasi tentang kondisi dan treatment pada pasien yang

menjalani perawatan kritis, (4) Perawat menunjukan komunikasi yang baik

dengan pasien serta keluarga yang mendampingi, dan (5) Perawat menunjukkan

empati yang tinggi terhadap pasien serta keluarganya.

5.2 Saran

Pelayanan keperawatan diharapkan melakukan evaluasi secara berkala

terhadap penerapan caring baik pada pasien dan keluarga pasien, respon atau

tanggapan pasien dan keluarga pasien terhadap caring yang diberikan Ners selama

memberikan perawatan kritis, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pelayanan pada pasien yang mengalami perawatan kritis di ruang ICU dengan

berlandaskan caring. Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan panduan bagi Kepala

Bidang Keperawatan dan Ners yang bekerja di bagian perawatan kritis dalam

mengambil kebijakan untuk lebih menerapkan caring bukan hanya ke pasien saja

tetapi juga keluarga pasien. Selanjutnya dapat meningkatkan kesadaran Ners

tentang bagaimana caring yang dirasakan oleh keluarga pasien dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 195: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

memungkinkan Ners untuk menentukan dalam memenuhi harapan keluarga

pasien yang mengalami perawatan kritis. Serta dapat dijadikan referensi untuk

perkembangan penerapan caring perawat terhadap pasien dan keluarga yang

mendampingi selama mendapatkan perawatan.

Pada institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan bimbingan dalam

menerapkan caring, memahami pentingnya caring dalam mengembangkan

kurikulum pendidikan keperawatan berdasarkan holistic nursing pada semua mata

kuliah termasuk mata ajar keperawatan medikal bedah, sehingga perawat mampu

memberi asuhan keperawatan secara keseluruhan mulai dari masalah fisik,

psikologis, lingkungan dan spiritual. Sehingga nanti hendaknya setiap institusi

pendidikan keperawatan menghasilkan perawat yang memiliki caring yang tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 196: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, et al. (2007). Perception of caring: Patients, nurses, physicians, and ad-

ministrators. International Journal for Human Caring, 11, 4. 111-118.

doi:10.4103/2230-8229.114772.

Ajjawi, R. & Higgs, J. (2007). Using hermeneutic phenomenology to investigate

howexperienced practitioners learn to communicate clinical reasoning. The

Qualitative Report, 12, 612-638. Diunduh dari

http://www.nova.edu/ssss/QR/QR12-4/ajjawi.pdf

Alexis, O. (2009). Overseas trained nurses’ perception of UK nurses caring

attitudes: A qualitative study. International of Nursing Practice; 15: 265-

270. doi: 10.4103/0973-1075.100824.

Ardiana, A., Junaiti, S., & Gayatri, D. (2010). Dimensi Kecerdasan Emosional:

Memahami dan Mendukung Emosi Orang Lain Terhadap Perilaku Caring

Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Klien. Jurnal Keperawatan Indonesia.

13 (3): 133-138

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Backer, K., Blazovich, L., Schug, V., Daniels, J., Neal, D., Pearson, G., Preston,

S., Ridgeway, S., Simones, J., Swiggum, P., Wenkel, L & Smith (2008).

Nursing student caring behavior during blood pressure measurement.

Journal of Nursing Education, 47, 3, 98 – 104. doi: 10.1007/S11136-006-

9143-7.

Baning, M. & Gumlai V. A. (2012). Clinical nurses’ expressions of the emotions

related to caring and coping with cancer patients in Pakistan : A qualitative

studi. Europe Journal of Cancer Care, 21, 800-808

Beeby, J. (2010). Intensive care nurses’ experiences of caring. Intens Critical

Care Nurs, 16, 30, 151-163.

Bolderston, A., Lewis, D., & Chai, M. J. (2010). The concept of caring:

perception of radiation therapists. The Society and College of

Radiolographers, 16,198-208.

Brunton, B. & Beaman, M. (2000). Nurse practitioners’ perceptions of their caring

behaviors. Journal of the American academy of nurse practitioners,12,11,

123-129.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 197: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Brysiewics, P. & Bhengu, B. R. (2010). The experiences of nurses in providing

psychosocial support to families of critically ill trauma patients in

intensive care units. Intensive and Critical Care Nursing, 26, 200-207.

Buckley, P. & Andrew, T. (2011). Intensive care nurses’ knowledge of critical

care family needs. Intensive and Critical Care Nursing, 27, 263-272.

Burston, P.L., & Stichler, J. F. (2010). Nursing work environment and nurse

caring: Relationship among motivational factor. Journal of Advanced

Nursing, 66, 8, 1819–1831.

Chen, S. Y., Yen W. J., Lin, Y. J., Lee, C. H., & Lu, Y. C. (2012). A chinese

version of the caring assessment report evaluation q-sort scale for

measuring patients’ perceptions on nurses’ caring behaviours: Reliability

and validity assessment. International Journal of Nursing Practice, 18,

388-395.

Cox, H., James, J., & Hunt, J. (2006). The experiences of trained nurses caring for

critically ill patients within a general ward setting. Intensive and critical

care nursing, 22, 283-293.

Cypress, B. S. (2011). The lived ICU experiences of nurses, a ptients and family

members: A phenomenological study with merleau-pontian perspective.

Intensive and Critical Care Nursing, 27, 273-280.

Dahlia, S. (2008). Persepsi keluarga pasien di ICU RSUD Raden Mataher Jambi.

Skripsi. StiKes Baiturahim Jambi.

Dedi, B., Setyowati, & Afiyanti, Y. (2008). Perilaku Caring Perawat Pelaksana

di Sebuah Rumah sakit di Bandung: Studi Grounded Theory. Jurnal

Keperawatan Indonesia, 12(1): 40-46

Dwidiyanti, M. (2007). Caring. Semarang : Hapsari

Engstrom, A., & Soderberg, S. ( 2004). The experiences of partners of critically ill

persons in an intensive care unit. Intensive and Critical Care Nursing, 20,

299-308.

Fridh, I., Forsberg, A. &Bergbom, I. (2009). Close relatives’ experiences of caring

and of the physical environtment when a loved ones dies in an ICU.

Intensive and Critical Care Nursing, 25, 111-119.

Gaghiwu, L., Ismanto, A.Y., & Babakal, A. (2013). Hubungan Perilaku Caring

Perawat dengan Stres Hospitalisasi pada Anak Usia Toddler di Irina E

BLU RSUP Prof. Dr . R. Kandou Manado. ejournal Keperawatan (e-Kp).

1(1): 1-7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 198: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Giorgi, A. (1989b). Some theoretical and practical issues regarding the

psychological phenomenological method. Saybrook Review, 7(2), 71-85.

Giorgi, A. (1995). Saybrook Institute Course Guide: Introduction to the theory

andpractice of the descriptive phenomenological method. San Francisco:

Saybrook Institute.

Giorgi, A. (1999). A phenomenological perspective on some phenomenographic

results on learning. Phenomenological Psychology, 30(2), 68-94.

Giorgi, A. (2005). The phenomenological movement and research in the human

sciences. Nursing Science Quarterly, 18(1), 75-82.

Glembocki, M. M. & Dunn K. S. (2010). Building an organizational culture of

caring: caring perceptions enhanced with education. The Journal of

Continuing Education in Nursing. 41, 12, 345-352.

Green, A. (2004). caring behaviors as perceived by nurse practitioners. Journal of

the American academy of Nurse Practitioners, 16, 7, 223-231.

Hardicra, J. (2003). Meeting the needs of families of patients in intensive care

units. Critical Care Nurse, 99, 26-31.

Henneman, E. A., & Cardin, S. (2002). Family-centred critical care: A practical

approach to making it happen. Intensive Critical Care Nurse, 22,12-19.

Hupcey, J. E. (2001). The meaning of social support for the critically ill patient.

Intensive Critical Care Nurs, 17, 206-212.

Johnson, S. K., Craft, M. T.,Titler, M., Halm, M., Kleiber, C., Montgomery, LA.,

et al. (2002). Perceived changes in adult family members’ roles and

responsibilities. .Nurs Scholars, 27, 238-243

Kamaruzzaman. (2009). Pengaruh Pelayanan Asuhan Keperawatan terhadap

Kepuasan Pasien di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum

Daerah Sigli Tahun 2008. Medan: USU Press

Karaoz, S. (2005). Turkish Nursing Students’ Perception of Caring. Nurse

Education Today. 25: 31–40

Keeling, A. W. dan Ramos, M. C. (1995). Nurs Health Care: Perspectives on

Community. The role of nursing history in preparing nursing for the future,

16-30.

Kirchhoff, K. T., Pugh, E., Calame, R.M., & Reynolds, N. (1993). Nurses’ beliefs

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 199: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

and attitude towards visiting in adult critical care setting. American

Journal of Critical Care, 2(3), 238-245.

Kongsuwan, W. & Locsin, R. C. (2010). Thai nurses’ expeience of caring for

Persons with life-sustaining technologies in intensive care setting; A

phenomenological study. Intensive and Critical Care Nursing,27, 102-110.

Kozier, B., Erb, G., Blais, K., & Wilkinson, J.M. (1995). Fundamentals of

nursing: Concept, process, and practice (5th ed). California:

AddisonWesley Nursing.

Kozier, B., Erb, G., & Blais, K. (1997).Professional nursing practice: conceptand

perspectives (3rd ed). California: Addison Wesley Longman.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A. J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing:

Concepts,Process, and Practice. 7th Ed. New Jersey: Pearson Education,

Inc.

Kozier, B. (2007). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice.

New Jersey: Pearson Education Inc

Kutash, M, & Northrop L.(2007). Family members’ experiences of the intensive

care unit waiting room. J Adv Nurs, 60, 384-348.

Kvale, P. (2005). Family-centered approach improves communication and care in

Intensive Care Unit. Diambil tanggal 16 Maret 2011 dari

www.themedicalnews.com

Lincoln, Y. S. & Guba, E, E. G. (1985). Naturalistic inquiry. CA: Sage

Publications

Lindseth A, Norberg A. (2004) A phenomenological hermeneutical method for

researching lived experience. Scandinavian Journal of Caring Science,

18, 2, 145–53.

Liu, J. E., Mok, E., Wong, T. (2006). Caring in nursing : investigating the

meaning of caring from the perspective of cancer patients in Beijing,

China. Journal of Clinical Nursing. 15 (2), 186-196.

Nurachmah, E. (2001). Persepsi klien tentang asuhan keperawatan bermutu dan

Tingkat kepuasan. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia.

Jakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 200: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Nursalam. (2014). Caring sebagai dasar peningkatan mutu pelayanan keperawatan

dan keselamatan pasien. Pidato. Fakultas Keperawatan Universitas

Airlangga. Surabaya.

Mizuno, M., Ozawa, M., Evans, D., Okada, A., & Takeo, K. (2005). Caring

behaviours perceived by nurses in a Japanese hospital. Journal of Nursing

Studies, 4, 1, 13-19.

Mulyaningsih (2011). Hubungan Berfikir Kritis dengan Perilaku Caring Perawat

di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jakarta: UI Press

Mulyatina. (2012). Pengaruh Kondisi Kerja Terhadap Asuhan Keperawatan

Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibu Dan Anak

Pemerintah Aceh. Medan: USU Press

Monks, J. & Flynn, M. (2014). Care, compassion and competence in crtical care:

A qualitative exploration of nurses’experience of family witnessed

resuscitation. Intensive and Critical Care Nursing, 20, 19-23.

Mundakir, (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan, Edisi 1.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Nurbiyati, T. (2013). Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat dalam

Pelayanan Keperawatan. Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa

Tengah 2013: 256-261

Nurhidayah, R.E. (2011). Pendidikan Keperawatan. Medan: USU Press

Nursalam, E.F. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta

O’Connell, E. & Landers, M. (2008). The importance of critical care nurses’

caring behaviours as perceived by nurses and relatives. Intensive and

critical care nursing, 24, 349-358.

Oskouie, F., Rafii, F., & Nikravesh M. (2006). Major determinants of caring

behavior. Harvard health policy review, 7, 1, 345-350.

Olsen, K.D., Dysvik, E., Hansen, B. S. (2009). The meaning of family

members’presence during intensive care stay: a qualitative study. Intensive

Critical Care Nurs, 25, 190-198.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2007). Basic Nursing: Essentials for practice (6th

ed). Missouri: Elsevier Mosby.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 201: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Palese, A., Tomietto, M., Suhonen, R., Efstathiou, G., Tsangari, H., et al. (2011).

Surgical patient satisfaction as an outcome of nurses’ caring behavior.

Journal of Nursing Scholarship, 43,4, 341 – 350.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing research: Generating and assesing

evidence for nursing practice 8th ed. Philadelphia: Lippincott Company.

Priambodo, G. (2014). Caring Dalam Asuhan Keperawatan Kategori Caring

Berdasarkan Budaya. Yogyakarta: UMY Press

Prompahakul, C., Nilmanat, K., Kongsuwan, W. (2011). nurses’ caring behavior

for dying patients in Southern Thailand. Nurse Media Jounal of nursing, 1,

2, 147-158.

Pryzby, B. J. (2004). Effects of nurse caring behaviours on family stress responses

in critical care. Intensive and Critical Care Nursing, 21, 16-23.

Rab, T. 2007. Agenda GawatDaruratPasienKritis (Vol.1). Bandung : ALUMNI.

Rafii, F. (2007).Nurse caring in Iran and its relationship with patient

satisfaction.AustralianJournal of Advanced Nursing, 26, 2, 75-84.

Roach, M. S. (2002).Caring the human mode of being: A blueprint for the health

professionals (2nd ed.). Canada: CH Press.

Salimi, S., & Azimpour A. Determinants of nurses’ caring behaviors (DNCB):

Preliminary Validation of a scale. Journal of Caring sciences, 2, 4, 269-278.

Sartika & Nanda.(2011). Konsep Caring. Diambil di

http://www.pedoman.news.com. Diakses pada 11 November 2014 pukul

16.30 pm.

Sefrita, A. M. (2010). Caring pada keluarga yang menunggu di ICU RSUD Raden

Mataher. Skripsi. StiKes Harapan Ibu Jambi.

Setiawan. (2010). Development of a professional caring model for enhancing the

quality of nursing care for critically ill patients in indonesia. Dissertation.

Prince of Songkla University.

Setiawan., Hatthakit, U., Boonyoung, N., & Engebretson, J.C. (2010). Creating a

Caring Atmosphere in an Intensive Stroke Care Unit in Indonesia: An

Action Research Approach. Malaysian of Nursing Journal: 1-10

Sobirin, C. (2006). Hubungan Beban Kerja dan Motivasi dengan Penerapan

Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RS Islam

Samarinda. Jakarta: UI Press

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 202: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

Sossong, A., & Poirier P. (2013). Patients and nurses perceptionsof caring in

Rural

United States. International Journal for Human Caring, 27, 2, 78-88.

Suliman, W. A., Welmann E., Omer T., Thomas. (2009). Applying watson’s

nursin

theory to assess perceptions of being cared for in a multicultural

environment, Journal of nursing research, 17, 4, 130-138.

Streubert, H. J & Carpenter, D. R. (1995). Qualitative research in nursing:

Advancing the humanistic imperative. J. B. Lippincott Company.

Philadelphia.

Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorists and Their Work. Six

edition. Missouri: Mosby Elsevier

Von Essen, L. & Sjoden, P.O. (1991).The importance of nurse caringbehaviors as

perceived by Swedish hospital patients and nursing staff. International

Journal Nursing Studies, 28, 267–281.

Van Manen, M. (1990). Phenomenology of practice. Phenomenology& Practice,

1, 1, 11-30.

Van Manen, M. (2007). Phenomenology of practice. Phenomenology& Practice,

1, 1, 11-30.

Wolf, Z.R., Miller, P.A. & Devine, M. (2003). Relationship betweennurse caring

and

patient satisfaction in patients undergoing invasive cardiac procedures.

Medsurg Nursing: Official Journal of the Academy of Medical-Surgical

Nurse, 12, 391–396.

Wolf, Z., Giardino, E., Osborne, P. & Ambrose M. (1994). Dimensions of

nurse caring. Journal of Nursing Scholarship, 26, 2, 107-111.

Wu, Y., Larrabee, J. H., & Putman, H. P. (2006). Caring behaviors inventory: A

reduction of the 42-iteminstrument. Nursing Research, 55, 1, 18–25.

Watson, J. (2005). Assesing and measuring caring in nursing and health sciences:

FA Davis Company.

Watson, J. (1979). The Philosophy and Science of Caring. Boston: Little, Brown.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 203: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

William, CMA. (2005). The identification of family members’ contribution to

patients’ care in the intensive care unit: A naturalistic enquiry. Nurs Critical

Care,10, 6-14.

Wilkin, K., & Slevin, E. (2004). The meaning of caring to nurses: an investigation

into the nature of caring work in intensive care unit. Clinical Nurs, 13, 50-59.

Wong, P., Liamputtong, P., Koch, S., & Rawson, H. (2014) Family experiences of

theirInteracttions with staff in Australia intensive care unit (ICU) : A

qualitative study. Intensive and Critical Care Nursing, 31, 51-63.

Wright, F., Cohen, S., &Caroselli, C. (1997). How culture affects ethical decision

making. Crtical Care Nursing Clinics of North America, 9, 1, 63-69.

Yuliawati, A.D. (2012). Gambaran Perilaku Caring Perawat terhadap Pasien di

Ruang Rawat Inap Umum RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Jakarta: UI

Press

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 204: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 205: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

LAMPIRAN 2

BIODATA EXPERT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 206: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

BIODATA EXPERT CONTENT VALIDITY

PANDUAN WAWANCARA

Daftar nama expert yang melakukan content validity index (CVI)

1. Nunung F. Sitepu, S.Kep, Ns, MNs

Staf Dosen Departemen Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2. Wardiah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep

Staf Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

3. Sabarina Sitepu, S.Kep, Ns, M.Kep

Kapokja Cardiovascular Care Unit RSUP H. Adam Malik Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 207: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

LAMPIRAN 3

IZIN PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 208: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 209: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 210: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 211: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 212: PENGALAMAN NERS DAN KELUARGA PASIEN TENTANG CARING PADA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA