6. 7. bab i dan ii ners a

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan semakin kompleksnya masalah psikologis sebagai akibat dari modernisasi, industri, globalisasi dan komunikasi yang sangat canggih, mengakibatkan kecenderungan meningkatkan angka gangguan mental psikiatri di kalangan masyarakat saat ini, yang akan datang dan terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan, khususnya tenaga perawat. Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang keras pada sebagian masyarakat. Selain mengalami gangguan fisik seperti gangguan gizi, dan penyakit infeksi, juga gangguan pada kesehatan mental yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja, kualitas hidup, secara nasional dan mungkin akan mengalami kemunduran generasi. Gangguan jiwa merupakan gangguan yang terjadi pada pikiran, perasaan, atau perilaku yang mengakibatkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Salah satu gangguan jiwa yang secara spesifik terganggu isi 1

Upload: dyno-manembu

Post on 10-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

semakin kompleksnya masalah psikologis sebagai akibat dari modernisasi,

industri, globalisasi dan komunikasi yang sangat canggih, mengakibatkan

kecenderungan meningkatkan angka gangguan mental psikiatri di kalangan

masyarakat saat ini, yang akan datang dan terus menjadi masalah sekaligus

tantangan bagi tenaga kesehatan, khususnya tenaga perawat.

Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang keras pada

sebagian masyarakat. Selain mengalami gangguan fisik seperti gangguan gizi,

dan penyakit infeksi, juga gangguan pada kesehatan mental yang pada akhirnya

dapat menurunkan produktivitas kerja, kualitas hidup, secara nasional dan

mungkin akan mengalami kemunduran generasi.

Gangguan jiwa merupakan gangguan yang terjadi pada pikiran, perasaan,

atau perilaku yang mengakibatkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-

hari. Salah satu gangguan jiwa yang secara spesifik terganggu isi pikirannya

adalah gangguan waham. Waham merupakan suatu keyakinan palsu yang

didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang  kenyataan eksternal dan tidak

sejalan dengan intelegensi dan latar belakang kultural pasien yang tidak dapat

dikoreksi dengan suatu alasan. Waham yang terjadi pada gangguan waham

dapat bersifat kebesaran, agama, nihilistik, spiritual, curiga, somatik, dan

campuran.

Gangguan waham harus dibedakan dengan gangguan mood dan skizofrenia.

Pasien dengan gangguan waham mungkin memiliki suatu mood yang konsisten

dengan isi wahamnya, mereka tidak memiliki bukti meresapnya gejala afektif

yang terlihat pada gangguan mood. Demikian juga, pasien dengan gangguan

waham berbeda dengan pasien skizofrenia dalam hal tidak kacaunya isi waham

mereka. Pasien dengan gangguan waham juga tidak memiliki gejala lain yang

1

Page 2: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

ditemukan pada skizofrenia, seperti halusinasi yang menonjol, pendataran afektif,

dan gejala tambahan gangguan pikiran. Sebelumnya gangguan waham ini

disebut juga sebagai “gangguan paranoid” atau “paranoia”. Namun sekarang tidak 

lagi digunakan karena isi pikir pada gangguan waham ini ternyata bervariasi yaitu

dapat bersifat kebesaran, agama, nihilistik, spiritual, curiga, somatik, dan

campuran.

Sejalan dengan hal diatas fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri

dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana

yang dapat membantu proses penyembuhan. Dengan menggunakan hubungan

terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan secara

komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita waham

dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan

perawatan secara intensif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari waham ?

2. Apa penyebab faktor predisposisi dan presipitasi dari waham?

3. Bagaimana tanda dan gejala terjadinya waham?

4. Apa saja jenis-jenis waham?

5. Bagaimana proses terjadinya waham?

6. Bagaimana dengan kemampuan seseorang dengan waham?

7. Bagaimana pohon masalah terjadinya waham?

8. Apa saja data yang perlu dikaji pada pasien dengan waham?

9. Bagaimana Asuhan Keperawatan jiwa pada pasien dengan waham?

10. Bagaimana Terapi aktivitas Kelompok pada pasien dengan waham?

11. Bagaimana Home Visite pada pasien dengan waham?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

waham

2

Page 3: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi definisi waham

b) Mengidentifikasi penyebab umum terjadinya waham

c) Mengidentifikasi tanda dan gejala waham

d) Mengidentifikasi jenis-jenis waham

e) Mengidenttifikasi proses terjadinya waham

f) Mengidentifikasi bagaimana kemampuan seseorang dengan waham

g) Mengidentifikasi pohon masalah terjadinya waham

h) Mengidentifikasi data yang perlu dikaji pada pasien dengan waham

i) Mengidentifikasi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan

waham

j) Mengidentifikasi terapi aktivitas Kelompok pada pasien dengan

waham

k) Mengidentifikasi home visite pada pasien dengan waham

D. Manfaat

Mahasiswa dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien

dan keluarga. Memberikan motivasi kepada pasien untuk sembuh dan dapat

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Memberikan dukungan kepada

pasien agar dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat.

3

Page 4: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Masalah Utama : Waham (Nihilistik)

A. Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan

fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah nabi yang

menciptakan biji mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak

mungkin, contoh masyarakat di surge selalu menyertai saya kemanapun saya

pergi”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang

jelas untuk mengoreksinya.

Delusi atau waham merupakan gagasan (idea) atau pendapat bahwa seorang

individu meyakini sutu kebenaran, yang kemungkinan besar bahkan hamper pasti,

jelas, tidak mungkin. Tentu saja, banyak orang memegang keyakinan yang

kemungkinan besar bias menjadi salah, seperti keyakinan akan menang lotre. Self

-deception (penipuan atau pembodohan diri sendiri ) semacam ini berbeda dengan

delusi, setidaknya dalam tiga cara atau tiga hal hal berikut :

Pertama, self-deception tidaklah secara penuh mustahil, sedangkan waham

memang sering begitu. Memang mungkin memenangi lotre, tetapi tidak mungkin

bahwa tubuh anda menghilang/melarut atau mengambang di udara.

Kedua, orang yang memiliki self deception ini kadang-kadang memikirkan

keyakinan tersebut, tetapi orang yang mengalami waham cenderung terokupasi

(dikuasai) keyakinan sendiri. Orang-orang yang mengalami delusi atau waham

mencari bukti-bukti untuk mendukung keyakinan mereka, berusaha untuk

menyakinkan orang lain, dan melakukan tindakan-tindakan yang didasari

keyakinannya itu, seperti mengajukan tuntutan secara hokum melawan orang-

orang yang mereka yakini mencoba mengendalikan pikiran mereka.

Ketiga, orang-orang dengan self-deception secara tipikal (khas) mengakui

bahwa keyakinan mereka bisa jadi salah, tetapi orang-orang yang mengalami

delusi sering kali sangat bertahan untuk mendebat fakta-fakta yang berlawanan

(contradicting) dengan keyakinan mereka. Mereka mungkin memandang argumen 4

Page 5: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

atau pendapat orang lain yang melawan keyakinan mereka sebagai sebuah

konspirasi (persekongkolan) untuk membungkam atau membunuh mereka, dan

sebagai bukti benarnya keyakinan mereka.

B. Penyebab

Faktor Penyebab Waham pada Pasien Gangguan Jiwa yaitu

a. Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang dijelaskan

oleh Towsend 1998 adalah :

1) Teori Biologis

Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap

waham:

a) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam

perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki

anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara

kandung, sanak saudara lain).

b) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan

skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan

sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan

memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak

dari orang-orang yang menderita skizofrenia.

c) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin

neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala

peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-

asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.

2) Teori Psikososial

a) Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147)

menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu

perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri

mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan

menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu

5

Page 6: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan

yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan

anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada

orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana

dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan

dewasanya.

b) Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami

psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh

akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan

dan penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu membentuk rasa

percaya terhadap orang lain.

c) Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari

suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu

hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego

menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada

waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan

perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id dalam

kepribadian.

b. Faktor Presipitasi

1) Biologis

Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang

maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang

mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme

pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk

secara selektif menanggapi rangsangan.

Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa

derajat lobus temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat

kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan melibatkan komponen

degeneratif dari neuron. Waham somatic terjadi kemungkinan karena

disebabkan adanya gangguan sensori pada sistem saraf atau kesalahan

6

Page 7: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

penafsiran dari input sensori karena terjadi sedikit perubahan pada saraf

kortikal akibat penuaan.

2) Stres Lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang

berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya

gangguan prilaku.

C. Tanda dan Gejala Waham

Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan

dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan

luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau

sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam

tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan

orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur,

tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau

menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.

Menurut Kaplan dan shadok ( 1997) tanda dan gejala waham meliputi:

1. Status Mental

a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,

kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.

b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.

c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga

d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan

identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal

e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya

kualitas depresi ringan.

f. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap.,

kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien

kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.

7

Page 8: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

2. Sensorium dan kognisi

a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang

memiliki wham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.

b. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh)

c. Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek.

d. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,

keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien

adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang

direncanakan.

D. Jenis Waham

Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):

a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau

kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.

Misalnya, “saya ini pejabat departemen kesehatan lho!” atau, “saya punya

tambang emas”.

b. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang

berusaha merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi

tidak sesuai kenyataan. Contoh, “saya tahu seluruh saudara saya ingin

menghancurka hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.

c. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara

berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

Contoh, “kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih

setip hari”.

d. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya

terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak

sesuai dengan kenyataan. Contoh, “saya sakit kanker”. (Kenyataannya pada

pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien

terus mengataka bahwa ia sakit kanker.)

e. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada

didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan

8

Page 9: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

kadaan nyata. Misalnya, “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah

roh-roh.”

E. Proses Terjadinya Waham

Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :

1. Fase of human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik

secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi

pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.

Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan

kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi

terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.

2. Fase lack of self esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan

antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta

dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan

sudah melampaui kemampuannya.

3. Fase control internal external

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa

yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak

sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah

suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan

untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam

hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara

optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa

sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan

secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.

Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif

berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang

lain.

9

Page 10: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

4. Fase envinment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya

menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap

sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya

diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan

tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi

perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta

menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan

mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien

menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan

menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu

keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang

muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-

kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat

menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan

ancaman diri dan orang lain.

F. Kemampuan Pasien

Kemampuan seseorang untuk menilai realitas. Kemampuan ini akan

menentukan persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi dengan realitas

kehidupan. Kekacauan perilaku, waham, dan halusinasi adalah salah satu contoh

penggambaran gangguan berat dalam kemampuan menilai realitas (RTA). Daya

nilai adalah kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang

sesuai dengan situasi tersebut.

1. Daya Nilai Sosial: kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara benar

(situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari) dan bertindak yang sesuai dalam

situasi tersebut dengan memperhatikan kaidah sosial yang berlaku di dalam

10

Page 11: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

kehidupan sosial budayanya. Pada gangguan jiwa berat atau kepribadian

antisosial maka daya nilai sosialnya sering terganggu.

2. Uji Daya Nilai: kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak

yang sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan

Kemampuan menilai realita berkaitan dengan kemampuan untuk

menerima realitas, banyak sekali masalah-masalah kehidupan yang muncul.

Perbedaan (discrepancy) antara impuls-impuls, harapan-harapan dan ambisi

seseorang bias dilihat di pihak lain, kesempatan dan kemampuan yang bersifat

aktual di pihak lainnya. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa pada

dasarnya kita dapat menghadapi dua pihak yang bertentangan antara keinginan

dan kenyataan.

Pada orang-orang yang tidak normal, keinginan dan harapan seringkali

terlalu jauh dibandingkan dengan kenyataan. Hal ini disebabkan oleh orientaasi

orang tersebut terlalu bersifat subyektif atau terhadap dirinya sendiri saja.

Orang-orang dewasa atau normal dalam membuat suatu keputusan bahkan

merumuskan keinginan senantiasa memperhatikan mengenai kemungkinan

suatu keinginan tercapai. Artinya, mempertimbangkan realitas, orientasi bukan

hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada pihak-pihak lain yang tersangkut.

Sebaliknya, pada mereka yang kurang sehat mental, antara keinginan dan

kenyataan tidak banyak berbeda, sehingga tidak memperlihatkan adanya

motivasi dan usaha (Wiramihardja, 2007).

Pada mereka yang dinilai tidak mampu mengenali realitas, sering

melakukan apa yang disebut oleh Freud sebagai defends mechanism. Defends

mechanism ini bersifat alamiah dan timbul karena individu berkeinginan untuk

mempertahankan diri dari ancaman-ancaman yang timbul dari realitas yang

tidak mampu ia tanggulangi. Bentuk-bentuk defends mechanism semakin hari

semakin banyak, karena pada dasarny manusia ingin bertahan dari jenis-jenis

ancaman tersebut. Jenis-jenis ancaman ini akan bertambah banyak pada

kehidupan yang lebih kompleks atau modern, diantaranya:

11

Page 12: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

1. Denial, yaitu menolak, dalam bentuk melupakan atau melakukan tindakan-

tindakan lain yang bertentangan dengan suatu realitas yang tidak

menyenangkannya.

2. Fantasi, yaitu realitas-realitas yang tidak menyenangkan ia persepsikan

justru sebagai hal yang menyenangkan.

3. Projection, yaitu menumpahkan pengalaman dan penghayatan atau ingatan

yang tidak menyenangkan di dalam dirinya pada hal lain atau pihak lain.

4. Kompensasi, yaitu melakukan tindakan untuk “mengurangi atau

menyembunyikan “kekurangan yang dirasakannya.

Kompensasi berlebih atau “over compensation” merupakan istilah yang

lebih penting dalam wacana gangguan kejiwaan, yang berarti tindakan

berlebihan.

Menurut Keliat (1998), gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan

klien menilai dan berespon pada realitas. Klien tidak dapat membedakan

lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberikan respon secara

akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin

menakutkan. Hal ini disebabkan karena terganggunya fungsi kognitif dan

proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.

Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan

menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial

mengakibatkan kemampuan berespon terganggu yang tampak dari perilaku

non verbal (ekspresi muka, gerakan tangan) dan perilaku verbal (penampilan

hubungan sosial).

12

Page 13: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

G. Pohon Masalah

H. Data yang perlu di kaji

Data Mayor

Subyektif

- Merasa curiga

- Merasa cemburu

- Merasa diancam / diguna-guna

- Merasa sebagai orang hebat

- Merasa memiliki kekuatan luar biasa

- Merasa sakit / rusak organ tubuh

13

Faktor Penyebab :

1. Genetis

2. Neurologis

3. Neurotransmiter

4. Virus

5. Psikologis

Faktor Pencetus :

Proses pengelolaan informasi

yang berlebihan

Mekanisme penghanaran listrik

yang abnormal

Adanya gejala pemicu

Perubahan Isi Pikir : Waham

Harga Diri Rendah

Risiko Tinggi Menciderai Diri, Orang Lain dan Lingkungan

Kerusakan Komunikasi Verbal

Page 14: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

- Merasa sudah mati

Obyektif

- Marah-marah tanpa sebab

- Banyak kata ( logorrhoe)

- Menyendiri

- Sirkumtansial

- Inkohoren

Data Minor

Subyektif

- Merasa orang lain menjauh

- Merasa tidak ada yang mau mengerti

Obyektif

- Marah-marah karena alasan sepele

- Menyendiri

I. Diagnosa Keperawatan

1. Waham

2. Harga diri rendah

14

Page 15: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

J. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosis KeperawatanPerencanaan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Gangguan isi pikir :

Waham (Nihilistik)

TUM:

Pasien dapat mengontrol

wahamnya

TUK:

1. Pasien dapat membina

hubungan saling

percaya

Setelah 2x interaksi

pasien dapat

menunjukkan tanda-

tanda:

Ekspresi wajah

bersahabat

Menunjukkan rasa

senang

Ada kontak mata

Mau berjabat tangan

Mau menyebutkan salam

Mau duduk

berdampingan dengan

perawat

Bersedia

mengungkapkan

Bina hubungan saling percaya

menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik:

Sapa pasien dengan ramah baik verbal

maupun non verbal

Perkenalkan nama dan tujuan (perawat

memperkenalkan diri)

Tanyakan nama lengkap dan nama

panggilan yang disukai pasien

Buat kontrak waktu yang jelas

Tunjukkan sikap jujur dan menepati

janji

Tunjukkan sikap empati dan menerima

apa adanya

Beri perhatian kepada pasien dan

perhatikan kebutuhan dasar pasien

Membina hubungan saling percaya

dapat mempermudah asuhan

keperawatan yang ingin

ditegakkan.

15

Page 16: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

2. Pasien dapat

orientasi terhadap

realita

masalah yang dihadapi

Setelah 1x interaksi

pasien dapat orientasi

terhadap realita

-Waktu (jam, hari,

tanggal, bulan, tahun,

siang/malam)

-Tempat (nama tempat

berada sekarang;

nama RS, nama

ruangan, nama kamar,

alasan kenapa berada

di tempat sekarang)

-Orang (nama pasien,

Tanyakan perasaan pasien dan masalah

yang dihadapi pasien

Dengarkan dengan penuh perhatian

dan ekspresi perasaan pasien

Adakan kontak sering dan singkat

secara bertahap

Observasi tingkah laku pasien terkait

dengan wahamnya; cara pasien

berpaikan, kegiatan beribadah pasien,

ketaatan pasien dalam melakukan

aktivitas, pergaulan dengan teman.

Bantu pasien orientasi terhadap realita;

Tanyakan jam, hari, tanggal,

bulan, tahun, siang/malam saat itu

Jika pasien tidak dapat menjawab

dengan benar, bantu pasien untuk

orientasi realita waktu, jika pasien

dapat menjawab dengan benar,

Mengevaluasi proses waham yang

terjadi menentukan tindakan yang

efektif untuk menanganinya.

16

Page 17: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

nama mahasiswa,

siapa diri pasien, siapa

mahasiswa, nama

teman sekamar)

beri pujian dan lanjutkan dengan

Tanyakan tempat kita berada

sekarang (nama RS dan ruangan),

jika pasien tidak dapat menjawab

dengan benar, bantu pasien

orientasi realita tempat, jika

pasien dapat menjawab dengan

benar, tanyakan kenapa pasien

berada ditempat ini saat ini (di

rumah sakit jiwa), jika pasien

menolak bahwa sekarang berada

di RSJ tanyakan sedang apa

pasien saat ini disini, jika pasien

mengakui bahwa sekarang pasien

berada di RSJ lanjutkan dengan

Tanyakan siapa nama pasien dan

nama perawat,

Tanyakan siapa diri pasien

Katakan bahwa pasien lain juga

17

Page 18: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

3. Pasien dapat

mengidentifikasi dan

memenuhi kebutuhan

yang belum terpenuhi,

pasien dapat

mengidentifikasi dan

melatih keahlian yang

dimiliki

Setelah 3x interaksi

pasien dapat

Pasien dapat

menyebutkan

kebutuhan yang tidak

terpenuhi/ masalah

yang tidak dapat

diselesaikan

Pasien dapat memenuhi

kebutuhannya/

mengatasi masalahnya

Pasien dapat

menyebutkan keahlian

yang dimilkinya

ada seperti pasien

Katakan bahwa perawat akan

membantu pasien.

Identifikasi bersama pasien kebutuhan

pasien yang belum terpenuhi

(dimulai dari kebutuhan dasar;

makan, mandi, BAB/BAK, dan

tidur), masalah yang dirasakan pasien

yang tidak/belum dapat teratasi

Diskusikan usaha yang dilakukan

pasien selama ini untuk mencoba

memenuhi kebutuhan tersebut, jika

cara yang dilakukan pasien positif

beri pujian

Diskusikan cara baru untuk pasien

dapat memenuhi kebutuhan yang

belum terpenuhi tersebut

Anjurkan pasien untuk berfikir

Respon verbal atau nonverbal

yang diungkapkan pasien

menunjang perkembangan

kemampuan pasien

18

Page 19: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

Pasien dapat melatih

keahlian yang

dimilikinya

Pasien dapat memilih

cara mengatasi

kebutuhan yang belum

terpenuhi atau

mengatasi masalahnya

Pasien dapat

melaksanakan cara

yang telah dipilih

untuk mengatasi

masalahnya

Pasien dapat mengikuti

terapi aktivitas

kelompok

positif apabila ada masalah

Anjurkan pasien untuk bertukar

pikiran dengan perawat apabila

ada masalah

Anjurkan pasien untuk mencoba

memecahkan masalah dengan cara

yang positif, apabila pasien

bermasalah dengan

ketidakpercayaan orang lain

dengan dirinya (wahamnya),

anjurkan pasien untuk berdiskusi

penyebab dari orang lain tidak

percaya, apabila pasien tidak

dapat menjelaskan atau

mempertahankan keyakinannya

(wahamnya) anjurkan pasien

mulai memikirkan tentang

kebenaran dirinya secara realitas,

katakan bahwa perawat akan

19

Page 20: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

membantu pasien.

Berdiskusi tentang kemampuan/

keahlian yang dimiliki pasien

Tanyakan keahlian yang dimiliki

pasien

Katakan perawat akan membatu

pasien melatih kemampuan yang

dimiliki pasien

Katakan bahwa dengan

kemampuan yang dimiliki pasien

dan dapat pasien tampilkan dalam

berinteraksi dengan teman-teman,

teman-teman akan mengakui diri

pasien berdasarkan

kemampuan/keahlian pasien yang

terlihat,

Membuat jadwal kegiatan harian

Beri kesempatan untuk melakukan cara

yang dilatih. Evaluasi hasilnya dan

20

Page 21: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

4. Pasien dapat

dukungan dari

keluarga dalam

memenuhi kebutuhan

dan melatih

kemampuannya

Setelah 1x interaksi

dengan keluarga, keluarga

dapat

Keluarga dapat membina

hubungan saling

percaya dengan

perawat

Keluarga dapat

menyebutkan

pengertian, tanda dan

tindakan untuk

mengendalikan waham

pasien

beri pujian jika berhasil

Anjurkan pasien mengikuti terapi

aktivitas kelompok, orientasi realita.

Anjurkan pasien untuk memberitahu

keluarga jika mengalami masalah

Diskusikan dengan keluarga pada saat

keluarga berkunjung/pada saat

kunjungan rumah (home visite)

Gejala waham yang dialami

pasien

Cara yang dapat dilakukan pasien

dan keluarga untuk mengurangi

waham pasien (jangan

mengakui/mengiyakan dan jangan

menentang waham pasien

Cara merawat anggota keluarga

yang mengalami waham di

rumah : beri kegiatan, jangan

Dukungan dari keluarga dapat

secara langsung menunjang

dengan efektif dan positif

perkembangan pasien

21

Page 22: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

5. Pasien dapat

memanfaatkan obat

dengan baik

Setelah 2x interaksi

pasien dapat

Pasien dapat

menyebutkan manfaat,

dosis dan efek samping

obat

Pasien dapat

mendemontrasi kan

penggunaan obat

dengan benar

Pasien dapat informasi

tentang manfaat dan

efek samping obat

biarkan sendiri, makan bersama,

berpergian bersama (memberikan

jadwal kegiatan bagi pasien dan

keluarga)

Beri informasi waktu follow up atau

kapan perlu mendapat bantuan

waham tidak terkontrol, dan resiko

mencederai orang lain

Diskusikan dengan pasien tentang

dosis, efek samping dan manfaat obat

(kapan perlu nama, warna, dan

bentuk obat untuk memudahkan

pasien)

Anjurkan pasien minta sendiri obat

pada perawat dan merasakan

manfaatnya

Anjurkan pasien bicara dengan dokter

Minum obat secara teratur akan

dapat mengendalikan gangguan

proses pikir (waham)

22

Page 23: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

Pasien memahami akibat

berhenti minum obat

tanpa konsultasi

Pasien dapat

menyebutkan prinsip 5

benar penggunaan obat

tentang manfaat dan efek samping

obat yang dirasakan

Diskusikan akibat berhenti minum obat

tanpa konsultasi

Bantu pasien menggunakan obat

dengan prinsip 5 (lima) benar (benar

obat milik pasien, benar obatnya,

benar dosisnya, benar waktu

peminumannya, benar rute)

23

Page 24: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

K. Strategi Pelaksanaan

Masalah Keperawatan

SP Pasien SP Keluarga

Waham SP I p1. Membantu orientasi

realita2. Mendiskusikan

kebutuhan yang tidak terpenuhi

3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya

4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP II p1. Mengevaluasi

jadwal kegiatan harian pasien

2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki

3. Melatih kemampuan yang dimiliki

SP III p1. Mengevaluasi

jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP I k1. Mendiskusikan

masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham

SP II k1. Melatih keluarga

mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham

SP III k1. Membantu keluarga

membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat

2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau keluarga

24

Page 25: 6. 7. Bab i Dan II Ners A

25