6. 7. bab i dan ii ners a
DESCRIPTION
jiwaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
semakin kompleksnya masalah psikologis sebagai akibat dari modernisasi,
industri, globalisasi dan komunikasi yang sangat canggih, mengakibatkan
kecenderungan meningkatkan angka gangguan mental psikiatri di kalangan
masyarakat saat ini, yang akan datang dan terus menjadi masalah sekaligus
tantangan bagi tenaga kesehatan, khususnya tenaga perawat.
Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang keras pada
sebagian masyarakat. Selain mengalami gangguan fisik seperti gangguan gizi,
dan penyakit infeksi, juga gangguan pada kesehatan mental yang pada akhirnya
dapat menurunkan produktivitas kerja, kualitas hidup, secara nasional dan
mungkin akan mengalami kemunduran generasi.
Gangguan jiwa merupakan gangguan yang terjadi pada pikiran, perasaan,
atau perilaku yang mengakibatkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-
hari. Salah satu gangguan jiwa yang secara spesifik terganggu isi pikirannya
adalah gangguan waham. Waham merupakan suatu keyakinan palsu yang
didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal dan tidak
sejalan dengan intelegensi dan latar belakang kultural pasien yang tidak dapat
dikoreksi dengan suatu alasan. Waham yang terjadi pada gangguan waham
dapat bersifat kebesaran, agama, nihilistik, spiritual, curiga, somatik, dan
campuran.
Gangguan waham harus dibedakan dengan gangguan mood dan skizofrenia.
Pasien dengan gangguan waham mungkin memiliki suatu mood yang konsisten
dengan isi wahamnya, mereka tidak memiliki bukti meresapnya gejala afektif
yang terlihat pada gangguan mood. Demikian juga, pasien dengan gangguan
waham berbeda dengan pasien skizofrenia dalam hal tidak kacaunya isi waham
mereka. Pasien dengan gangguan waham juga tidak memiliki gejala lain yang
1
ditemukan pada skizofrenia, seperti halusinasi yang menonjol, pendataran afektif,
dan gejala tambahan gangguan pikiran. Sebelumnya gangguan waham ini
disebut juga sebagai “gangguan paranoid” atau “paranoia”. Namun sekarang tidak
lagi digunakan karena isi pikir pada gangguan waham ini ternyata bervariasi yaitu
dapat bersifat kebesaran, agama, nihilistik, spiritual, curiga, somatik, dan
campuran.
Sejalan dengan hal diatas fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri
dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana
yang dapat membantu proses penyembuhan. Dengan menggunakan hubungan
terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan secara
komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita waham
dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan
perawatan secara intensif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari waham ?
2. Apa penyebab faktor predisposisi dan presipitasi dari waham?
3. Bagaimana tanda dan gejala terjadinya waham?
4. Apa saja jenis-jenis waham?
5. Bagaimana proses terjadinya waham?
6. Bagaimana dengan kemampuan seseorang dengan waham?
7. Bagaimana pohon masalah terjadinya waham?
8. Apa saja data yang perlu dikaji pada pasien dengan waham?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan jiwa pada pasien dengan waham?
10. Bagaimana Terapi aktivitas Kelompok pada pasien dengan waham?
11. Bagaimana Home Visite pada pasien dengan waham?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
waham
2
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi definisi waham
b) Mengidentifikasi penyebab umum terjadinya waham
c) Mengidentifikasi tanda dan gejala waham
d) Mengidentifikasi jenis-jenis waham
e) Mengidenttifikasi proses terjadinya waham
f) Mengidentifikasi bagaimana kemampuan seseorang dengan waham
g) Mengidentifikasi pohon masalah terjadinya waham
h) Mengidentifikasi data yang perlu dikaji pada pasien dengan waham
i) Mengidentifikasi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan
waham
j) Mengidentifikasi terapi aktivitas Kelompok pada pasien dengan
waham
k) Mengidentifikasi home visite pada pasien dengan waham
D. Manfaat
Mahasiswa dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien
dan keluarga. Memberikan motivasi kepada pasien untuk sembuh dan dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Memberikan dukungan kepada
pasien agar dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masalah Utama : Waham (Nihilistik)
A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan
fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah nabi yang
menciptakan biji mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak
mungkin, contoh masyarakat di surge selalu menyertai saya kemanapun saya
pergi”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya.
Delusi atau waham merupakan gagasan (idea) atau pendapat bahwa seorang
individu meyakini sutu kebenaran, yang kemungkinan besar bahkan hamper pasti,
jelas, tidak mungkin. Tentu saja, banyak orang memegang keyakinan yang
kemungkinan besar bias menjadi salah, seperti keyakinan akan menang lotre. Self
-deception (penipuan atau pembodohan diri sendiri ) semacam ini berbeda dengan
delusi, setidaknya dalam tiga cara atau tiga hal hal berikut :
Pertama, self-deception tidaklah secara penuh mustahil, sedangkan waham
memang sering begitu. Memang mungkin memenangi lotre, tetapi tidak mungkin
bahwa tubuh anda menghilang/melarut atau mengambang di udara.
Kedua, orang yang memiliki self deception ini kadang-kadang memikirkan
keyakinan tersebut, tetapi orang yang mengalami waham cenderung terokupasi
(dikuasai) keyakinan sendiri. Orang-orang yang mengalami delusi atau waham
mencari bukti-bukti untuk mendukung keyakinan mereka, berusaha untuk
menyakinkan orang lain, dan melakukan tindakan-tindakan yang didasari
keyakinannya itu, seperti mengajukan tuntutan secara hokum melawan orang-
orang yang mereka yakini mencoba mengendalikan pikiran mereka.
Ketiga, orang-orang dengan self-deception secara tipikal (khas) mengakui
bahwa keyakinan mereka bisa jadi salah, tetapi orang-orang yang mengalami
delusi sering kali sangat bertahan untuk mendebat fakta-fakta yang berlawanan
(contradicting) dengan keyakinan mereka. Mereka mungkin memandang argumen 4
atau pendapat orang lain yang melawan keyakinan mereka sebagai sebuah
konspirasi (persekongkolan) untuk membungkam atau membunuh mereka, dan
sebagai bukti benarnya keyakinan mereka.
B. Penyebab
Faktor Penyebab Waham pada Pasien Gangguan Jiwa yaitu
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang dijelaskan
oleh Towsend 1998 adalah :
1) Teori Biologis
Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
waham:
a) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung, sanak saudara lain).
b) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan
sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan
memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak
dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
c) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala
peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-
asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
2) Teori Psikososial
a) Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147)
menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu
5
kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan
yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan
anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada
orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana
dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan
dewasanya.
b) Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami
psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh
akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan
dan penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu membentuk rasa
percaya terhadap orang lain.
c) Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari
suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu
hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego
menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada
waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan
perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id dalam
kepribadian.
b. Faktor Presipitasi
1) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang
maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi rangsangan.
Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa
derajat lobus temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat
kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan melibatkan komponen
degeneratif dari neuron. Waham somatic terjadi kemungkinan karena
disebabkan adanya gangguan sensori pada sistem saraf atau kesalahan
6
penafsiran dari input sensori karena terjadi sedikit perubahan pada saraf
kortikal akibat penuaan.
2) Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
C. Tanda dan Gejala Waham
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan
luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau
sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam
tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur,
tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau
menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.
Menurut Kaplan dan shadok ( 1997) tanda dan gejala waham meliputi:
1. Status Mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
f. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap.,
kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
7
2. Sensorium dan kognisi
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki wham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh)
c. Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek.
d. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang
direncanakan.
D. Jenis Waham
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):
a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “saya ini pejabat departemen kesehatan lho!” atau, “saya punya
tambang emas”.
b. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh, “saya tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurka hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
c. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh, “kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih
setip hari”.
d. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Contoh, “saya sakit kanker”. (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien
terus mengataka bahwa ia sakit kanker.)
e. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada
didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
8
kadaan nyata. Misalnya, “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah
roh-roh.”
E. Proses Terjadinya Waham
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta
dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah
suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan
untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang
lain.
9
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain.
F. Kemampuan Pasien
Kemampuan seseorang untuk menilai realitas. Kemampuan ini akan
menentukan persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi dengan realitas
kehidupan. Kekacauan perilaku, waham, dan halusinasi adalah salah satu contoh
penggambaran gangguan berat dalam kemampuan menilai realitas (RTA). Daya
nilai adalah kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang
sesuai dengan situasi tersebut.
1. Daya Nilai Sosial: kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara benar
(situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari) dan bertindak yang sesuai dalam
situasi tersebut dengan memperhatikan kaidah sosial yang berlaku di dalam
10
kehidupan sosial budayanya. Pada gangguan jiwa berat atau kepribadian
antisosial maka daya nilai sosialnya sering terganggu.
2. Uji Daya Nilai: kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak
yang sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan
Kemampuan menilai realita berkaitan dengan kemampuan untuk
menerima realitas, banyak sekali masalah-masalah kehidupan yang muncul.
Perbedaan (discrepancy) antara impuls-impuls, harapan-harapan dan ambisi
seseorang bias dilihat di pihak lain, kesempatan dan kemampuan yang bersifat
aktual di pihak lainnya. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa pada
dasarnya kita dapat menghadapi dua pihak yang bertentangan antara keinginan
dan kenyataan.
Pada orang-orang yang tidak normal, keinginan dan harapan seringkali
terlalu jauh dibandingkan dengan kenyataan. Hal ini disebabkan oleh orientaasi
orang tersebut terlalu bersifat subyektif atau terhadap dirinya sendiri saja.
Orang-orang dewasa atau normal dalam membuat suatu keputusan bahkan
merumuskan keinginan senantiasa memperhatikan mengenai kemungkinan
suatu keinginan tercapai. Artinya, mempertimbangkan realitas, orientasi bukan
hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada pihak-pihak lain yang tersangkut.
Sebaliknya, pada mereka yang kurang sehat mental, antara keinginan dan
kenyataan tidak banyak berbeda, sehingga tidak memperlihatkan adanya
motivasi dan usaha (Wiramihardja, 2007).
Pada mereka yang dinilai tidak mampu mengenali realitas, sering
melakukan apa yang disebut oleh Freud sebagai defends mechanism. Defends
mechanism ini bersifat alamiah dan timbul karena individu berkeinginan untuk
mempertahankan diri dari ancaman-ancaman yang timbul dari realitas yang
tidak mampu ia tanggulangi. Bentuk-bentuk defends mechanism semakin hari
semakin banyak, karena pada dasarny manusia ingin bertahan dari jenis-jenis
ancaman tersebut. Jenis-jenis ancaman ini akan bertambah banyak pada
kehidupan yang lebih kompleks atau modern, diantaranya:
11
1. Denial, yaitu menolak, dalam bentuk melupakan atau melakukan tindakan-
tindakan lain yang bertentangan dengan suatu realitas yang tidak
menyenangkannya.
2. Fantasi, yaitu realitas-realitas yang tidak menyenangkan ia persepsikan
justru sebagai hal yang menyenangkan.
3. Projection, yaitu menumpahkan pengalaman dan penghayatan atau ingatan
yang tidak menyenangkan di dalam dirinya pada hal lain atau pihak lain.
4. Kompensasi, yaitu melakukan tindakan untuk “mengurangi atau
menyembunyikan “kekurangan yang dirasakannya.
Kompensasi berlebih atau “over compensation” merupakan istilah yang
lebih penting dalam wacana gangguan kejiwaan, yang berarti tindakan
berlebihan.
Menurut Keliat (1998), gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan
klien menilai dan berespon pada realitas. Klien tidak dapat membedakan
lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberikan respon secara
akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin
menakutkan. Hal ini disebabkan karena terganggunya fungsi kognitif dan
proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.
Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan
menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial
mengakibatkan kemampuan berespon terganggu yang tampak dari perilaku
non verbal (ekspresi muka, gerakan tangan) dan perilaku verbal (penampilan
hubungan sosial).
12
G. Pohon Masalah
H. Data yang perlu di kaji
Data Mayor
Subyektif
- Merasa curiga
- Merasa cemburu
- Merasa diancam / diguna-guna
- Merasa sebagai orang hebat
- Merasa memiliki kekuatan luar biasa
- Merasa sakit / rusak organ tubuh
13
Faktor Penyebab :
1. Genetis
2. Neurologis
3. Neurotransmiter
4. Virus
5. Psikologis
Faktor Pencetus :
Proses pengelolaan informasi
yang berlebihan
Mekanisme penghanaran listrik
yang abnormal
Adanya gejala pemicu
Perubahan Isi Pikir : Waham
Harga Diri Rendah
Risiko Tinggi Menciderai Diri, Orang Lain dan Lingkungan
Kerusakan Komunikasi Verbal
- Merasa sudah mati
Obyektif
- Marah-marah tanpa sebab
- Banyak kata ( logorrhoe)
- Menyendiri
- Sirkumtansial
- Inkohoren
Data Minor
Subyektif
- Merasa orang lain menjauh
- Merasa tidak ada yang mau mengerti
Obyektif
- Marah-marah karena alasan sepele
- Menyendiri
I. Diagnosa Keperawatan
1. Waham
2. Harga diri rendah
14
J. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosis KeperawatanPerencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Gangguan isi pikir :
Waham (Nihilistik)
TUM:
Pasien dapat mengontrol
wahamnya
TUK:
1. Pasien dapat membina
hubungan saling
percaya
Setelah 2x interaksi
pasien dapat
menunjukkan tanda-
tanda:
Ekspresi wajah
bersahabat
Menunjukkan rasa
senang
Ada kontak mata
Mau berjabat tangan
Mau menyebutkan salam
Mau duduk
berdampingan dengan
perawat
Bersedia
mengungkapkan
Bina hubungan saling percaya
menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik:
Sapa pasien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal
Perkenalkan nama dan tujuan (perawat
memperkenalkan diri)
Tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai pasien
Buat kontrak waktu yang jelas
Tunjukkan sikap jujur dan menepati
janji
Tunjukkan sikap empati dan menerima
apa adanya
Beri perhatian kepada pasien dan
perhatikan kebutuhan dasar pasien
Membina hubungan saling percaya
dapat mempermudah asuhan
keperawatan yang ingin
ditegakkan.
15
2. Pasien dapat
orientasi terhadap
realita
masalah yang dihadapi
Setelah 1x interaksi
pasien dapat orientasi
terhadap realita
-Waktu (jam, hari,
tanggal, bulan, tahun,
siang/malam)
-Tempat (nama tempat
berada sekarang;
nama RS, nama
ruangan, nama kamar,
alasan kenapa berada
di tempat sekarang)
-Orang (nama pasien,
Tanyakan perasaan pasien dan masalah
yang dihadapi pasien
Dengarkan dengan penuh perhatian
dan ekspresi perasaan pasien
Adakan kontak sering dan singkat
secara bertahap
Observasi tingkah laku pasien terkait
dengan wahamnya; cara pasien
berpaikan, kegiatan beribadah pasien,
ketaatan pasien dalam melakukan
aktivitas, pergaulan dengan teman.
Bantu pasien orientasi terhadap realita;
Tanyakan jam, hari, tanggal,
bulan, tahun, siang/malam saat itu
Jika pasien tidak dapat menjawab
dengan benar, bantu pasien untuk
orientasi realita waktu, jika pasien
dapat menjawab dengan benar,
Mengevaluasi proses waham yang
terjadi menentukan tindakan yang
efektif untuk menanganinya.
16
nama mahasiswa,
siapa diri pasien, siapa
mahasiswa, nama
teman sekamar)
beri pujian dan lanjutkan dengan
Tanyakan tempat kita berada
sekarang (nama RS dan ruangan),
jika pasien tidak dapat menjawab
dengan benar, bantu pasien
orientasi realita tempat, jika
pasien dapat menjawab dengan
benar, tanyakan kenapa pasien
berada ditempat ini saat ini (di
rumah sakit jiwa), jika pasien
menolak bahwa sekarang berada
di RSJ tanyakan sedang apa
pasien saat ini disini, jika pasien
mengakui bahwa sekarang pasien
berada di RSJ lanjutkan dengan
Tanyakan siapa nama pasien dan
nama perawat,
Tanyakan siapa diri pasien
Katakan bahwa pasien lain juga
17
3. Pasien dapat
mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan
yang belum terpenuhi,
pasien dapat
mengidentifikasi dan
melatih keahlian yang
dimiliki
Setelah 3x interaksi
pasien dapat
Pasien dapat
menyebutkan
kebutuhan yang tidak
terpenuhi/ masalah
yang tidak dapat
diselesaikan
Pasien dapat memenuhi
kebutuhannya/
mengatasi masalahnya
Pasien dapat
menyebutkan keahlian
yang dimilkinya
ada seperti pasien
Katakan bahwa perawat akan
membantu pasien.
Identifikasi bersama pasien kebutuhan
pasien yang belum terpenuhi
(dimulai dari kebutuhan dasar;
makan, mandi, BAB/BAK, dan
tidur), masalah yang dirasakan pasien
yang tidak/belum dapat teratasi
Diskusikan usaha yang dilakukan
pasien selama ini untuk mencoba
memenuhi kebutuhan tersebut, jika
cara yang dilakukan pasien positif
beri pujian
Diskusikan cara baru untuk pasien
dapat memenuhi kebutuhan yang
belum terpenuhi tersebut
Anjurkan pasien untuk berfikir
Respon verbal atau nonverbal
yang diungkapkan pasien
menunjang perkembangan
kemampuan pasien
18
Pasien dapat melatih
keahlian yang
dimilikinya
Pasien dapat memilih
cara mengatasi
kebutuhan yang belum
terpenuhi atau
mengatasi masalahnya
Pasien dapat
melaksanakan cara
yang telah dipilih
untuk mengatasi
masalahnya
Pasien dapat mengikuti
terapi aktivitas
kelompok
positif apabila ada masalah
Anjurkan pasien untuk bertukar
pikiran dengan perawat apabila
ada masalah
Anjurkan pasien untuk mencoba
memecahkan masalah dengan cara
yang positif, apabila pasien
bermasalah dengan
ketidakpercayaan orang lain
dengan dirinya (wahamnya),
anjurkan pasien untuk berdiskusi
penyebab dari orang lain tidak
percaya, apabila pasien tidak
dapat menjelaskan atau
mempertahankan keyakinannya
(wahamnya) anjurkan pasien
mulai memikirkan tentang
kebenaran dirinya secara realitas,
katakan bahwa perawat akan
19
membantu pasien.
Berdiskusi tentang kemampuan/
keahlian yang dimiliki pasien
Tanyakan keahlian yang dimiliki
pasien
Katakan perawat akan membatu
pasien melatih kemampuan yang
dimiliki pasien
Katakan bahwa dengan
kemampuan yang dimiliki pasien
dan dapat pasien tampilkan dalam
berinteraksi dengan teman-teman,
teman-teman akan mengakui diri
pasien berdasarkan
kemampuan/keahlian pasien yang
terlihat,
Membuat jadwal kegiatan harian
Beri kesempatan untuk melakukan cara
yang dilatih. Evaluasi hasilnya dan
20
4. Pasien dapat
dukungan dari
keluarga dalam
memenuhi kebutuhan
dan melatih
kemampuannya
Setelah 1x interaksi
dengan keluarga, keluarga
dapat
Keluarga dapat membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat
Keluarga dapat
menyebutkan
pengertian, tanda dan
tindakan untuk
mengendalikan waham
pasien
beri pujian jika berhasil
Anjurkan pasien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi realita.
Anjurkan pasien untuk memberitahu
keluarga jika mengalami masalah
Diskusikan dengan keluarga pada saat
keluarga berkunjung/pada saat
kunjungan rumah (home visite)
Gejala waham yang dialami
pasien
Cara yang dapat dilakukan pasien
dan keluarga untuk mengurangi
waham pasien (jangan
mengakui/mengiyakan dan jangan
menentang waham pasien
Cara merawat anggota keluarga
yang mengalami waham di
rumah : beri kegiatan, jangan
Dukungan dari keluarga dapat
secara langsung menunjang
dengan efektif dan positif
perkembangan pasien
21
5. Pasien dapat
memanfaatkan obat
dengan baik
Setelah 2x interaksi
pasien dapat
Pasien dapat
menyebutkan manfaat,
dosis dan efek samping
obat
Pasien dapat
mendemontrasi kan
penggunaan obat
dengan benar
Pasien dapat informasi
tentang manfaat dan
efek samping obat
biarkan sendiri, makan bersama,
berpergian bersama (memberikan
jadwal kegiatan bagi pasien dan
keluarga)
Beri informasi waktu follow up atau
kapan perlu mendapat bantuan
waham tidak terkontrol, dan resiko
mencederai orang lain
Diskusikan dengan pasien tentang
dosis, efek samping dan manfaat obat
(kapan perlu nama, warna, dan
bentuk obat untuk memudahkan
pasien)
Anjurkan pasien minta sendiri obat
pada perawat dan merasakan
manfaatnya
Anjurkan pasien bicara dengan dokter
Minum obat secara teratur akan
dapat mengendalikan gangguan
proses pikir (waham)
22
Pasien memahami akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
Pasien dapat
menyebutkan prinsip 5
benar penggunaan obat
tentang manfaat dan efek samping
obat yang dirasakan
Diskusikan akibat berhenti minum obat
tanpa konsultasi
Bantu pasien menggunakan obat
dengan prinsip 5 (lima) benar (benar
obat milik pasien, benar obatnya,
benar dosisnya, benar waktu
peminumannya, benar rute)
23
K. Strategi Pelaksanaan
Masalah Keperawatan
SP Pasien SP Keluarga
Waham SP I p1. Membantu orientasi
realita2. Mendiskusikan
kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II p1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
SP III p1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP I k1. Mendiskusikan
masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
SP II k1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham
SP III k1. Membantu keluarga
membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau keluarga
24
25