efektivitas model caring terhadap kualitas asuhan

105
EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG TESIS Oleh SEPTIAN SEBAYANG 137046017/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Upload: others

Post on 02-Jan-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GAGAL JANTUNG

TESIS

Oleh

SEPTIAN SEBAYANG

137046017/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Page 2: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GAGAL JANTUNG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)

dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah

pada Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SEPTIAN SEBAYANG

137046017 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Page 3: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN
Page 4: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

Telah diuji

Pada tanggal: 10 Februari 2016

KOMISI PENGUJI TESIS

Ketua : Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D

Anggota : 1. Rosina Tarigan, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB

2. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD.KKV, Sp. JP

Page 5: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

3. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp., MNS

Page 6: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

i

Judul Tesis :Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan

Keperawatan pada Pasien Gagal Jantung

Nama Mahasiswa : Septian Sebayang

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2016

ABSTRAK

Gagal jantung masih menjadi permasalahan dunia karena tingginya angka

morbiditas, mortalitas, hospitalisasi, dan disabilitas. Keperawatan adalah suatu

bidang profesional yang dapat menjadi perkembangan konsep caring. Tujuan

penelitian ini adalah menguji model caring terhadap kualitas asuhan keperawatan

pada pasien gagal jantung. Desain penelitian ini adalah Quasi-eksperimen. Total

sampel pasien dalam penelitian ini adalah 64 pasien gagal jantung, tiga puluh dua

responden kelompok intervensi dan tiga puluh dua responden pada kelompok

kontrol. Total subjek perawat dalam penelitian ini adalah 16 perawat, delapan

responden kelompok intervensi dan delapan responden kelompok kontrol.

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan.

Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, analisa data dengan

menggunakan Independent t-test. Hasil mean kualitas asuhan keperawatan yang

diukur dengan GNCS pada kelompok intervensi sebesar 4.15 dan pada kelompok

Page 7: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

ii

kontrol sebesar 4.10. Hasil Independent t-test pada kualitas asuhan keperawatan

antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukkan t=-2.26, dengan nilai

p=0.02. Penelitian ini menunjukkan ada perbedaan kualitas asuhan keperawatan

antara kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian ini merekomendasikan

kepada perawat dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan

menerapkan model caring tersebut.

Kata kunci: caring, gagal jantung, kualitas asuhan keperawatan

Page 8: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

iii

Title of the Thesis : Effectiveness of Caring Model on Quality of Nursing Care

in Heart Failure Patients

Name of Student : Septian Sebayang

Study Program : Master in Nursing Science

Field of Specialization : Medical Surgical Nursing

Academic Year : 2016

ABSTRACT

Heart failure has become the world’s problem due high rate of morbidity, mortality,

hospitalization, and disability. Nursing is a professional field which can become

caring concepts development. The objective of the research was to examine caring

model on quality of nursing care in heart failure patients. The research used quasi-

experiment method. It was conducted at RSUP Haji Adam Malik, Medan. The

sampels were 64 patients as respondent that consisted of 32 respondents in the

intervention group and the other 32 respondents in the control group, taken by using

purposive sampling technique. The subjects of the research were 16 nurses that

consisted of 8 nurses in the intervention group and the other 8 nurses in the control

group. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using

independent t-test. The result of the mean quality of nursing care, measured by

using GNCS, in the intervention group was 4.15 and in the control group was 4.10.

The result of independent t-test showed that quality of nursing care between the

intervention group and the control group was t=-2.26 and p=0.02 which indicated

that there was the discrepancy in quality of nursing care between the intervention

Page 9: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

iv

group and the control group. It is recommended that nurses increase quality of

nursing care by applying caring model.

Keywords: caring, heart failure, quality of nursing care

Page 10: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan, karena dengan berkah

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Efektivitas Model

Caring terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan pada Pasien Gagal Jantung”,

disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister

Keperawatan di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan

dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,

saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) beserta

jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

melanjutkan studi ke jenjang Magister Keperawatan.

2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Achmad Fathi, S.Kep., Ns., MNS selaku Sekretaris Ketua Program Studi

Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D selaku dosen pembimbing I tesis.

5. Rosina Tarigan, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB selaku dosen pembimbing II tesis.

6. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD.KKV, Sp. JP selaku dosen penguji I tesis.

7. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp., MNS, CWCCA, CHt.N selaku dosen

penguji II tesis.

Page 11: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

vi

8. Sabarina Sitepu, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kepala Pelayanan Keperawatan

Instalasi Jantung Terpadu RSUP H. Adam Malik Medan yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk mendapatkan data penelitian di

tempat tersebut.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini dan harapan

penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya

profesi keperawatan.

Medan, 10 Februari 2016

Penulis

Septian Sebayang

Page 12: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

vii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Septian Sebayang

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 10 September 1989

Alamat : Jl. Sei Batang Hari No. 176 Kel. Sei Sikambing B

Kec. Medan Sunggal Medan

No. Telepon / HP : 085297214499

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SD Santo Thomas 2 Medan 2001

SMP SMP Negeri 1 Medan 2004

SMA SMA Negeri 15 Medan 2007

Sarjana Keperawatan

(S.Kep)

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2011

Pendidikan Profesi

(Ners)

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2012

Magister Keperawatan

(M.Kep)

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2016

Page 13: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

viii

Kegiatan Akademik Selama Studi:

Panitia pada acara “Seminar Riset Kesehatan yang Berlandaskan Etika”, 06

November 2013, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Peserta pada acara Seminar “Utilitasi Metodologi Kuantitatif dan Kualitatif dalam

Riset Keperawatan dan Kesehatan” dan Workshop “Computer Assisted

Qualitative Data Analysis Software (CAQDAS)”, 07 Desember 2013,

Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.

Peserta pada acara Seminar Nasional Keperawatan yang diselenggarakan dalam

rangka Dies Natalis Ke-5 Fakultas Keperawatan USU, 15 April 2015,

Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.

Page 14: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

ix

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK .................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR SKEMA ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2. Permasalahan ............................................................................. 5

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

1.4. Hipotesis .................................................................................... 8

1.5. Manfaat Penelitian...................................................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. . 9 2.1 Gagal Jantung............................................................................. 9

2.2. Kualitas Asuhan Keperawatan ................................................. 12

2.3. Landasan Teori ......................................................................... 17

2.4. Kerangka Konsep ..................................................................... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................... 29 3.1. Jenis Penelitian ........................................................................ 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 30

3.3. Populasi dan Sampel ................................................................ 30

3.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 32

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ........................................... 33

3.6. Metode Pengukuran ................................................................. 35

3.7. Metode Analisis Data ............................................................... 38

3.8. Pertimbangan Etik .................................................................... 42

BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 44

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................... 44

4.2. Data Demografi ........................................................................ 45

4.3. Post test Caring Behavior Inventory (CBI) dan Good Nursing

Care Scale (GNCS) ................................................................... 47

4.4. Hasil Analisis ........................................................................... 48

Page 15: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

x

BAB 5 PEMBAHASAN .............................................................................. 50

5.1. Karakteristik Responden .......................................................... 50

5.2. Pengembangan Model Caring .................................................. 54

5.3. Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan

Keperawatan ............................................................................ 59

5.4. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian...................................... 60

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 61

6.1. Kesimpulan .............................................................................. 61

6.2. Saran ........................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64

LAMPIRAN .................................................................................................. 70

Page 16: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Design Two Groups Post-Test Only .......................................... 30

Tabel 3.2 Distribusi Nilai Normal Perilaku Caring Perawat......................... 41

Tabel 3.3 Distribusi Nilai Normal Kualitas Asuhan Keperawatan ............... 41

Tabel 3.4 Distribusi Nilai Homogenitas Perilaku Caring dan

Kualitas Asuhan Keperawatan ..................................................... 41

Tabel 3.5 Proses Pengumpulan Data ............................................................ 43

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Pasien

Gagal Jantung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan Tahun 2015 ............................................................ 46

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi

Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan Tahun 2015 ............................................................. 47

Tabel 4.3 Distribusi Mean dan Standar Deviasi Perilaku Caring dan

Kualitas Asuhan Keperawatan Sesudah Intervensi pada

Kelompok Intervensi dan Kontrol Pasien Gagal Jantung

Tahun 2015 .................................................................................... 48

Tabel 4.4 Perbedaan Perilaku Caring Sesudah Model Caring antara

Kelompok Intervensi dan Kontrol ................................................. 48

Tabel 4.5 Perbedaan Kualitas Asuhan Keperawatan Sesudah Model

Caring antara Kelompok Intervensi dan Kontrol .......................... 49

Page 17: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

xii

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 28

Page 18: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Informed Consent ...................................................... 70

Lampiran 2 Lembar Instrumen Penelitian ................................................. 72

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian........................... 81

Lampiran 4 Lembar Izin Penelitian ........................................................... 82

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Bimbingan Tesis ..................................... 85

Page 19: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gagal jantung masih menjadi permasalahan dunia karena tingginya angka

morbiditas, mortalitas, hospitalisasi, dan disabilitas (Ades et al., 2013). Secara

global, insidensi gagal jantung diperkirakan sekitar 23 juta kasus baru setiap

tahunnya dengan 4.60 juta kasus baru setiap tahunnya di Asia (Roger, 2013).

Satu sampai dua juta kematian setiap tahunnya pada pasien dengan gagal

jantung (Pagidipati & Gaziano, 2013). Gagal jantung didefinisikan sebagai suatu

sindrom klinis yang kompleks yang terjadi karena gangguan jantung fungsional

atau struktural yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk mengisi atau

memompa darah. Penyebab gagal jantung berasal dari gangguan pada perikardium,

miokardium, endokardium, katup jantung, pembuluh darah besar, atau gangguan

metabolik tertentu, tapi beberapa pasien mengalaminya karena kelemahan fungsi

miokardial ventrikel kiri (Yancy et al., 2013).

Di regional Asia, prevalensi gagal jantung di India sebesar 1.30 sampai 4.60

juta dengan insidensi tahunan sebesar 0.50 sampai 1.80 juta. Selain itu juga, di

China angka insidensi gagal jantung sebesar 0.90%. Di Hongkong, angka insidensi

gagal jantung mendekati 3 sampai 3.80/1000/tahun. Adanya peningkatan sebesar

10% kenaikan pada kejadian masuk rumah sakit dalam lima tahun terakhir

(Sheldon, Roht, & Rui, 2012).

Page 20: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

2

Gagal jantung di Indonesia masih menjadi permasalahan karena tingginya

hospitalisasi dan kekambuhan. Angka mortalitas berada pada 6% - 12% dan angka

kekambuhan sebesar 29% (Siswanto et al., 2010). Prevalensi penyakit gagal jantung

tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0.30%. Gagal jantung termasuk

satu dari dua belas data penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia. Prevalensi

gagal jantung terlihat meningkat seiring peningkatan umur. Prevalensi gagal

jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur

(0.80%), diikuti Sulawesi Tengah (0.70%), sedangkan di Sumatera Utara sebesar

0.30% (Kemenkes, 2013). Oleh karena itu, dibutuhkan pelayanan yang lebih baik

pada pasien gagal jantung khususnya bidang keperawatan.

Keperawatan adalah suatu bidang profesional yang dapat menjadi

perkembangan konsep caring dalam keperawatan. Dengan mendalami konsep

caring dalam praktik keperawatan, kemampuan, dan kendala dalam berperilaku

caring dapat teridentifikasi (Zamanzadeh, Azimzadeh, Rahmani, & Valizadeh,

2010).

Akan tetapi dalam penelitian sebelumnya, persepsi perawat ataupun pasien

terhadap perilaku caring perawat di rumah sakit berbeda-beda. Palese et al. (2011)

mengatakan bahwa perilaku caring perawat di 6 negara-negara Eropa tergolong

rendah dimana dalam penelitiannya perilaku caring diukur dengan Caring Behavior

Inventory (CBI). Pada dimensi hubungan positif, perilaku caring dipersepsikan

pasien dengan nilai mean yang terendah (mean=4.50, SD=1.10) dibandingkan

dengan nilai rata-rata CBI 4.90 (SD= 0.80).

Page 21: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

3

Selain itu, McCance, Slater, dan McCormark (2009) menyatakan bahwa

persepsi pasien menilai rendah dalam dimensi caring tentang keterlibatan pasien

dalam perawatan dan memberikan privasi kepada pasien. O’Connell dan Landers

(2008) juga menjelaskan bahwa persepsi pasien terhadap perilaku caring berada

dalam dimensi humanistik/harapan/sensitivitas. Perilaku caring di dalam dimensi

itu meliputi mengetahui apa yang kamu lakukan, merawat pasien dengan hormat,

merawat pasien sebagai seorang individu, dan menenangkan pasien.

Model caring merupakan sebagai dasar filosofi, moral, dan etika pada

keperawatan yang berkaitan dengan profesi dan bidangnya. Model ini memberikan

kerangka kerja dimana pusat fenomena manusia, integrasi seni, sains, humanistik,

spiritualitas, dan pikiran-tubuh-jiwa menyatu dalam praktik keperawatan. Model ini

akan mempromosikan individu dalam mendapat keseimbangan pikiran-tubuh-jiwa

melalui pengetahuan diri, pemulihan diri, dan perawatan diri (Kathleen, 2011 dalam

Leong, Lao, & Chio, 2013).

Individu dengan gagal jantung membutuhkan dukungan, penerimaan, dan

memahami bahwa pasien dapat mengatur pola kesehatannya dan memberikan

solusi. Peran perawat sangat penting untuk caring dan mendukung kebutuhan

pasien. Perawat dapat memberikan perawatan holistik melalui model caring dalam

asuhannya. Dalam penelitian Erci et al. (2003) model caring juga berpengaruh

terhadap kualitas pelayanan keperawatan pasien hipertensi. Hal ini dibuktikan

dalam penelitiannya bahwa perbedaan yang signifikan terhadap kesejahteraan

umum (p=0.00), interaksi pasien-perawat (p=0.03), dan aktivitas fisik (p=0.00).

Michie, Miles, dan Weinman (2003) mengatakan bahwa model caring juga

Page 22: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

4

menekankan patient centered pada semua aspek pelayanan kesehatan dalam

memperbaiki kualitas asuhan keperawatan dan meningkatkan kepuasan.

Kualitas merupakan konsep yang sukar dipahami dan bersifat dinamis.

Secara luas kerangka teoritis dalam memahami kualitas dikemukakan oleh

(Donabedian, 2003 dalam Spilsbury, Hewitt, Stirk, dan Bowman, 2011) dan telah

diaplikasikan lebih luas dalam memahami kualitas asuhan keperawatan dan

medikal (Hilmer, Wodchis, Gill, Anderson, & Rochon, 2005). Donabedian merujuk

pada tiga kategori pengukuran kualitas: struktur, proses, dan hasil. Struktur merujuk

pada kestabilan organisasi yang mempengaruhi pemberian asuhan dan pelayanan.

Proses merujuk pada interaksi antar pemberi dan konsumen, apa yang dilakukan

pada pasien. Hasil merujuk pada hasil akhir pada konsumen, akibat pelayanan

(Spilsbury, Hewitt, Stirk, & Bowman, 2011).

Persepsi pasien tentang kualitas asuhan keperawatan sangat bervariasi. Dari

hasil penelusuran literatur, banyak artikel penelitian yang menunjukkan bahwa

kualitas keperawatan di rumah sakit masih rendah. Diantaranya Istomina,

Razbadaukas, dan Martinkenas (2014) yang menyatakan kualitas asuhan

keperawatan pada pasien Lithuania yang relatif rendah karena karakteristik staf

perawat.

Selain itu, Tamilselvi dan Reghunath (2014) mengatakan bahwa sebanyak

11.50% pasien mempunyai persepsi yang buruk terhadap aspek caring. Di samping

itu juga, dalam dimensi memberikan informasi, skill, dan kompetensi masih

dipersepsikan kualitas asuhan keperawatan yang rendah (38%). Didukung Mufti,

Qadri, Tabish, Mufti, dan Riyaz (2008) bahwa 31.60% pasien mempersepsikan

Page 23: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

5

perawat tidak menawarkan penjelasan dan informasi yang adekuat tentang

pengobatan di rumah sakit, perawatan rumah, dan konsultasi lanjutan.

Akan tetapi, persepsi kualitas asuhan keperawatan juga bervariasi di setiap

negara. Sebanyak 47% perawat di Yunani dan 35 % perawat di Jerman melaporkan

kualitas asuhan keperawatan buruk atau kurang (Aiken, Sloane, Bruyneel, Heede,

& Sermeus, 2013).

Model caring dalam asuhan keperawatan pasien gagal jantung dapat

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, kinerja perawat, dan juga kepuasan

pasien. Karena tinggi angka insidensi, mortalitas, dan morbiditas baik secara global,

di Asia, maupun di Indonesia dimana mengakibatkan kualitas asuhan keperawatan

rendah. Berkaitan dengan masalah di atas, perlunya melihat efektivitas model

caring sebagai salah satu cara dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian pasien gagal jantung terutama

di Indonesia. Model caring ini menjadi panduan bagi perawat jantung dalam

melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan standar asuhan keperawatan pada

pasien gagal jantung, mengetahui, dan memahami aplikasi caring dalam pemberian

asuhan keperawatan.

1.2. Permasalahan

Caring dalam pelayanan keperawatan merupakan bagian kinerja perawat

dalam merawat pasien dan perilaku caring perawat mempengaruhi pelayanan

keperawatan berkualitas atau tidak. Caring juga sebagai dasar dalam praktik

keperawatan (Watson, 2008).

Page 24: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

6

Berdasarkan dari penelitian sebelumnya didapatkan banyak perawat tidak

mengaplikasikan konsep caring dalam praktiknya, contohnya McCance, Slater, dan

McCormark (2009) dimana pasien menyatakan bahwa perawat uncaring dalam

dimensi humanistik. Dampak dari perawat uncaring menyebabkan timbulnya rasa

tidak puas, hubungan perawat-pasien terganggu, dan tidak puas dalam proses

keperawatan (O’Connell & Landers, 2008). Perilaku uncaring dipersepsikan oleh

tiga komponen diantaranya tidak kompeten, kurang trust, dan ketidakhubungan

antara perawat dan pasien (Wiman & Wikblad, 2003). Berdasarkan observasi

peneliti di Ruang inap kardio RSUP H. Adam Malik Medan didapatkan bahwa

perawat kurang respect dengan pasien, tidak menjelaskan setiap prosedur yang akan

dilakukan, dan belum optimalnya pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien.

Pasien tampak sering bertanya-tanya dengan penyakitnya dan obat-obatan yang

diberikan. Selain itu kurangnya waktu perawat bersama pasien sehingga terkesan

perawat bekerja hanya berorientasi tugas.

Erci et al. (2003) mengatakan bahwa individu yang mempunyai penyakit

kronis membutuhkan dukungan dan perhatian sehingga pasien dapat mengubah

gaya hidup dan masalah kesehatannya. Pentingnya peran perawat dalam caring dan

mendukung kebutuhan pasien. Zamanzadeh, Azimzadeh, Rahmani, dan Valizadeh

(2010) mengatakan bahwa caring bermanfaat dalam meningkatkan kualitas asuhan,

kualitas hidup pasien hipertensi (Erci et al., 2003), meningkatkan kepuasan pasien

(Palese et al., 2014), menyediakan lingkungan pemulihan (Schmock, Breckenridge,

& Benedict, 2009) sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa model caring dapat direkomendasikan sebagai

Page 25: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

7

panduan perawat dalam memperbaiki kemampuan perawat dan kualitas asuhan

keperawatan pada pasien.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dinyatakan

dengan pertanyaan penelitian:

1.2.1. Bagaimana kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung

pada kelompok post intervensi?

1.2.2. Bagaimana kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung

pada kelompok kontrol?

1.2.3. Bagaimana perilaku caring perawat pelaksana pada kelompok post

intervensi?

1.2.4. Bagaimana perilaku caring perawat pelaksana pada kelompok

kontrol?

1.2.5. Apakah ada perbedaan kualitas asuhan keperawatan antara pasien

gagal jantung yang mendapat model caring (intervensi) dengan

pasien gagal jantung yang tidak dilakukan model caring (kontrol)?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1. Mengeksplorasi model caring pada asuhan keperawatan pasien gagal

jantung

1.3.2. Mengeksplorasi kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal

jantung

1.3.3. Mengeksplorasi perilaku caring pada perawat pelaksana

Page 26: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

8

1.3.4. Menguji efektivitas model caring terhadap kualitas asuhan

keperawatan pada pasien gagal jantung

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah model caring efektif meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Praktik keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai suatu model asuhan keperawatan

sehingga dapat mengaplikasikan caring dalam praktik keperawatan.

1.5.2. Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar bagi pendidikan keperawatan

dalam menciptakan model asuhan keperawatan yang berbasis caring.

1.5.3. Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dan pertimbangan bagi

penelitian keperawatan dalam melakukan penelitian selanjutnya khususnya yang

berkaitan dengan caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

Page 27: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini, beberapa teori dan artikel penelitian akan ditampilkan.

Informasi yang berkaitan dengan empat aspek diantaranya adalah

2.1. Gagal Jantung

2.1.1. Definisi

Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis abnormal yang melibatkan

ketidakadekuatan atau pengisian pompa pada jantung. Gagal jantung menyebabkan

jantung tidak dapat memberikan suplai darah dalam memenuhi kebutuhan jaringan

(Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014). Dalam praktik klinis, terdapat

terminologi akut dan kronik yang menggantikan terminologi gagal jantung

kongestif karena tidak semua gagal jantung melibatkan kongestif paru. Akan tetapi,

terminologi gagal jantung kongestif masih sering digunakan (Urden, Stacy, &

Lough, 2010). Gagal jantung berhubungan dengan sejumlah penyakit

kardiovaskular terutama hipertensi, penyakit arteri koroner, dan infark miokard.

2.1.2. Insidensi

Secara global, insidensi gagal jantung diperkirakan sekitar 23 juta kasus

baru setiap tahunnya dengan 4.6 juta kasus baru setiap tahunnya di Asia (Roger,

2013). Satu sampai dua juta kematian setiap tahunnya pada pasien dengan gagal

jantung (Pagidipati & Gaziano, 2013).

Di regional Asia, prevalensi gagal jantung di India sebesar 1.3 sampai 4.6

juta dengan insidensi tahunan sebesar 0.5 sampai 1.8 juta. Selain itu juga, di China

Page 28: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

10

angka insidensi gagal jantung sebesar 0.9%. Di Hongkong, angka insidensi gagal

jantung mendekati 3 sampai 3.8/1000/tahun. Adanya peningkatan sebesar 10%

kenaikan pada kejadian masuk rumah sakit dalam lima tahun terakhir (Sheldon,

Roht, & Rui, 2012).

Gagal jantung di Indonesia masih menjadi permasalahan karena tingginya

hospitalisasi dan kekambuhan. Angka mortalitas berada pada 6% - 12% dan angka

kekambuhan sebesar 29% (Siswanto et al., 2010). Prevalensi penyakit gagal jantung

tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0.3%. Gagal jantung termasuk

satu dari dua belas data penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia. Prevalensi

gagal jantung terlihat meningkat seiring peningkatan umur. Prevalensi gagal

jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0.8%),

diikuti Sulawesi Tengah (0.7%), sedangkan di Sumatera Utara sebesar 0.3%

(Kemenkes, 2013).

2.1.3. Etiologi

Gagal jantung disebabkan oleh hipertensi sistemik dalam banyak kasus.

Sekitar sepertiga pasien yang mengalami infark miokard juga berkembang menjadi

gagal jantung. Penyebab umum lainnya adalah perubahan struktur jantung seperti

disfungsi katup, khususnya stenosis pulmonal atau aorta, yang menyebabkan

tekanan atau kelebihan beban volume pada jantung (Ignatavicius, 2013).

2.1.4. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala terjadi beberapa tipe dalam gagal jantung (sistolik,

diastolik, atau keduanya) adalah sama dan tidak membantu dalam tipe gagal

jantung. Tanda dan gejala gagal jantung dapat berhubungan dengan ventrikel yang

Page 29: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

11

terkena. Gagal jantung kiri (gagal jantung ventrikel kiri) dapat menyebabkan tanda

dan gejala yang berbeda dari ventrikel kanan. Manifestasi kardinal pada gagal

jantung adalah sesak nafas dan keletihan dimana akan membatasi tolerasi latihan,

dan retensi cairan sehingga akan menyebabkan kongestif paru dan edema perifer

(Betsy, 2013).

2.1.5. Patofisiologi

Sindrom gagal jantung merefleksikan ketidakmampuan otot jantung untuk

berkontraksi dengan tekanan yang cukup mendorong volume darah masuk ke

sirkulasi sistemik (disfungsi sistolik) atau untuk merelaksasikan untuk cukup

adekuat mengisi oleh darah selama diastolik (disfungsi diastolik). Gagal jantung

akan bermanifestasi sebagai koeksistensi pada kedua defisiensi. Pada hasil akhir,

tanpa memperhatikan jenis disfungsi muncul sebagai penurunan volume stroke

sehingga menurunkan tekanan CO, tekanan darah, dan penurunan perfusi jaringan

(Foster & Prevost, 2012).

2.1.6. Pengobatan

Tujuan pengobatan pada pasien gagal jantung adalah mengurangi gejala

pasien, terapi medis yang optimal, dan memperbaiki hemodinamik dan efek

kompensasi neuroendokrin untuk mencegah morbiditas, mengurangi efek samping,

menurunkan lama rawat, mencegah kebutuhan terapi mekanik, dan mencegah

mortalitas (Hunt et al., 2009).

Intervensi tambahan pada pasien gagal jantung dimana manajemen akut

masih sedikit. Intervensi kelas 1 pada pasien gagal jantung ialah pentingnya

pengkajian awal terhadap status volume, perfusi sistemik, dan fungsi ventrikel kiri

Page 30: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

12

sebagai identifikasi gagal jantung sebagai kasus baru atau lainnya (Kale & Fang,

2008).

Oksigen sebaiknya dimulai pada pasien dengan gejala hipoksia, terkadang

pasien membutuhkan ventilasi mekanik untuk membantu fungsi pernapasan pada

edema paru kardiogenik onset akut. Penggunaan oksimetri sangat rutin dilakukan

di rumah sakit (Hunt et al., 2009).

2.2. Kualitas Asuhan Keperawatan

2.2.1. Definisi kualitas asuhan keperawatan

Kualitas dalam pelayanan kesehatan sulit untuk didefinisikan. Definisi

kualitas saat diaplikasikan pada asuhan keperawatan bersifat multidimensional dan

kompleks (Goldstone & Ball, 1984 dalam Lee, Hsu, & Chang, 2007). Kualitas

sering dikaitkan dengan suatu tingkatan kesesuaian dengan standar yang ada.

Kualitas juga diartikan sebagai karakteristik pada tempat dimana asuhan

keperawatan diberikan sebagai proses dan aktivitas dimana perawat terlibat saat

perawatan pasien (Chance, 1997 dalam Lee, Hsu, & Chang, 2007).

Kualitas telah didefinisikan sebagai karakteristik pelayanan yang

berdampak pada kemampuan untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan

pelanggan dan tujuan utama pada organisasi dalam sektor pelayanan kesehatan

(Lageson, 2004). Kualitas pelayanan kesehatan telah digambarkan sebagai suatu

kebutuhan dan pilihan, tidak menyebabkan kerusakan. Kualitas pelayanan

kesehatan juga sebagai jenis perawatan yang meliputi tes medis dan prosedur yang

Page 31: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

13

dibutuhkan dan tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, bahasa, warna,

jenis kelamin, dan pendapatan (Ndambuki, 2013).

Kualitas asuhan keperawatan digambarkan sebagai kompetensi dan

personal caring yang didukung oleh profesionalisme dan cara bertindak yang

sesuai. Kualitas asuhan keperawatan dapat juga didefinisikan berbeda karena

perbedaan definisi kelompok pasien, dimensi, dan prioritas di antara atribut (Izumi,

Baggs, & Knafl, 2011). Kualitas asuhan keperawatan didefinisikan sebagai suatu

kumpulan elemen berorientasi manusia, dan aktivitas berorientasi tugas,

karakteristik staf, lingkungan, prekondisi dan perkembangan perawatan, dan kerja

sama dengan sejawat lainnya (Kilpi, 1994 dalam Istomina, Razbadauskas, &

Martinkenas, 2014).

Pasien menggambarkan kualitas sebagai aspek interpersonal care,

bagaimana pasien dirawat, dan respon pemberi pelayanan terhadap kebutuhan

pasien (Stichler & Weiss, 2001). Aplikasi tingkat profesionalisme dan keterampilan

yang tinggi dalam perawatan pasien dapat membawa pada pencapaian kualitas

asuhan keperawatan yang maksimal. Implikasi praktik keperawatan seperti

pendidikan kesehatan pre operasi, administrasi medikal, dan pengkajian pasien

dapat digambarkan sebagai kualitas asuhan keperawatan (Radwin, Alster, & Rubin,

2003).

Kualitas asuhan keperawatan yang baik mempunyai banyak variasi. Sebagai

contoh, pasien kanker digambarkan atribut kualitas asuhan keperawatan yang tinggi

berkontribusi pada rasa sejahtera. Atribut tersebut diantaranya individualisasi,

pengetahuan professional, kordinasi, kerjasama, dan caring. Untuk memberikan

Page 32: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

14

kualitas asuhan keperawatan yang tinggi, perawat diharapkan pasien menjadi baik,

penuh harapan, sopan, memahami, dan berkompeten (Wysong & Driver, 2009).

Kunaviktikul et al. (2001) mendefinisikan kualitas asuhan keperawatan

sebagai derajat antara kebutuhan fisik dan psikologis pasien untuk bertemu dimana

akan menciptakan kepuasan pasien dan perawat. Tafreshi, Pazargadi, dan Saeedi

(2007) mendefinisikan kualitas asuhan keperawatan sebagai pemberian asuhan

keperawatan yang aman berdasarkan standar perawatan yang menghasilkan

kepuasan pasien.

2.2.2. Pengukuran kualitas asuhan keperawatan

Beberapa instrumen penelitian tentang kualitas asuhan keperawatan di

rumah sakit diantaranya The Good Nursing Care Scale (GNCS), Service Quality

Scale (SERVQUAL), The Patient’s Assessment of Quality Scale-Acute Care

Version (PAQS-ACV), Orthopedic Nursing Care Quality Monitor Tools, dan The

Oncology Patients Perception of the Quality of Nursing Care Scale (OPPQNCS).

Instrumen The Good Nursing Care Scale (GNCS) merupakan instrumen

yang dikembangkan oleh Leino-Kilpi (1990) dan digunakan untuk mengidentifikasi

kualitas asuhan keperawatan. Instrumen tersebut terdiri dari lima kategori, seperti

karakteristik staf, aktivitas, kondisi sebelum perawatan, lingkungan, dan

peningkatan proses keperawatan dengan rating 5 point skala likert dari sangat tidak

setuju (1) ke sangat setuju (5). Instrumen ini terdiri dari 54 item. Uji validitas isi

untuk pasien adalah 0.91. Uji reliabilitas dengan koefisien Cronbach’s alpha.

Berdasarkan pada nilai alpha, konsistensi internal dalam tujuh subkategori berada

pada 0.71-0.86 (Leinonen, Kilpi, Stahlberg, & Lertola, 2001).

Page 33: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

15

Service Quality Scale (SERVQUAL) yang dikembangkan oleh

Parasuraman et al. (1985) juga dapat digunakan dalam menilai kualitas asuhan

keperawatan. Instrumen ini terdiri dari lima dimensi seperti Tangibility, Reliability,

Responsiveness, Assurance, dan Empathy. SERVQUAL terdiri dari 22 item tentang

persepsi kualitas asuhan keperawatan dengan rating 5 point skala likert dari sangat

tidak setuju (1) ke sangat setuju (5). SERVQUAL telah divalidasi dengan lima ahli

dimana indeks validitas isi sebesar 0.82. Selain itu juga, dilakukan pilot study pada

20 perawat dan 20 pasien dalam menilai reliabilitasnya. Pada koefisien Cronbach’s

alpha SERVQUAL scale pada perawat sebesar 0.92 dan pada pasien sebesar 0.88

(Nashrath, Akkadechanunt, & Chontawan, 2011).

The Patient’s Assessment of Quality Scale-Acute Care Version (PAQS-

ACV) merupakan instrumen yang dikembangkan oleh Lynn dan Sidani (1990)

dimana memberikan suatu cara dimana pasien dapat menilai asuhan keperawatan

yang diterimanya. Instrumen ini terdiri dari 44 item tentang kualitas asuhan

keperawatan dengan 4 point skala likert dari sangat buruk (1) ke sangat baik (4).

Instrumen ini juga terdiri dari lima faktor diantaranya individualisasi, karakter

perawat, caring, lingkungan, dan respon. Konsistensi internal berada di atas 0.83

pada empat dari lima faktor, dengan faktor kelima sebesar 0.68. Tes reliabilitas

berada pada rentang 0.58 sampai 0.71. Validitas isi dan konstruk telah diuji

hubungannya antara skor instrumen PAQS-ACV dengan kepatuhan pasien (Lynn,

McMillen & Sidani, 2007).

Orthopedic Nursing Care Quality Monitor Tools merupakan instrumen

yang dikembangkan dari modifikasi Hsu et al. (2002) orthopaedic nursing care

Page 34: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

16

quality evaluation tools. Instrumen digunakan sebagai panduan bagi staf

keperawatan untuk mengkaji kondisi fisiologis, psikologis, sosial, kultural, dan

spiritual pada pasien orthopaedic dan mempromosikan integritas dan standar

kualitas yang tinggi pada asuhan keperawatan pasien orthopaedic. Instrumen

tersebut terdiri dari empat kategori diantaranya rencana asuhan keperawatan,

kebutuhan fisik pasien, kebutuhan psiko-sosial-kultural-spiritual pasien, dan

pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Instrumen terdiri dari 24 item. Validitas isi

dilakukan dengan lima experts. Uji reliabilitas sebesar 0.98 (Lee, Hsu, & Chang,

2007).

The Oncology Patients Perception of the Quality of Nursing Care Scale

(OPPQNCS) merupakan instrumen yang dikembangkan oleh Radwin (2000).

Instrumen ini digunakan untuk mengukur persepsi pasien terhadap kualitas asuhan

keperawatan dengan kanker. Instrumen terdiri dari empat dimensi diantaranya cepat

tanggap, kemandirian, kordinasi, dan keahlian dengan 18 item. Instrumen

mempunyai empat skala likert dari tidak sesuai (1) ke sangat sesuai (4). Uji validitas

isi sebesar 0.78. Nilai reliabilitas koefisien alpha total adalah 0.97 (Radwin, Alster,

& Rubin, 2003).

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan

Beberapa faktor yang berhubungan dengan kualitas asuhan keperawatan

diantaranya faktor demografi misalnya pendidikan (p=0.02) (Eizenberg, 2011),

jenis kelamin (p=0.00) (Suhonen et al., 2012), usia (Spearman rho=0.16) (Istomina,

Razbadaukas, & Martinkenas, 2014), lama rawat (p=0.00) (Mufti, Qadri, Tabish,

Mufti, & Riyaz, 2008), faktor yang berhubungan dengan pekerjaan seperti waktu

Page 35: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

17

kerja, beban kerja, penempatan kerja, dan jumlah personel perawat (Aiken, Sloane,

Bruyneel, Heede, & Sermeus, 2013). Jenis rumah sakit dan karakteristik ruangan

juga mempunyai dampak pada kualitas asuhan keperawatan (Cho et al., 2009).

Selain itu juga lingkungan telah mempunyai elemen yang signifikan pada kualitas

asuhan keperawatan dari perspektif pasien (Izumi, Baggs, & Knafl, 2011).

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Model caring

Model caring Watson dipertimbangkan sebagai dasar filosofi, moral, dan

etik pada keperawatan yang berhubungan dengan profesi dan keilmuannya. Model

ini memberikan suatu kerangka kerja, dimana pusat fenomena, seni, ilmu,

humanitas, dan spiritual masuk ke dalam praktik keperawatan. Model ini

menekankan tujuan keperawatan dalam mempromosikan individu untuk

keseimbangan pikiran-tubuh-jiwa melalui pengetahuan, pemulihan, dan perawatan

diri (Kathleen, 2011).

Ada beberapa hasil penelitian dimana menguji teori caring Watson. Baik

dengan metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Pipe, Kelly, Lebrun,

Artherton, dan Robinson (2008) menggunakan metode deskriptif untuk menggali

hubungan harapan, kesejahteraan spiritual, dan kualitas hidup pada pasien yang

sedang dirawat. Delaney dan Barrere (2008) meneliti tentang pengaruh intervensi

spiritual terhadap psikososial pada pasien jantung. Persky, Nelson, Watson, dan

Bent (2008) menguji karakteristik caritas perawat dan efektivitas praktik dalam

modelnya.

Page 36: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

18

Teori Watson bekerja sebagai teori Human Caring dan ilmu beserta seni

Human Caring yang sudah diaplikasikan pada berbagai tempat praktik

keperawatan. Brockopp et al. (2011) menjelaskan suatu penelitian dimana

mempraktikkan model praktik dengan menggunakan teori caring Watson. 10 faktor

carative dijelaskan dalam memberikan suatu kerangka kerja pada aktivitas

keperawatan di rumah sakit. Lukose (2011) mengembangkan suatu model praktik

dengan teori caring Watson yang dapat digunakan perawat pendidik dalam

mengajarkan kepada staf perawat dan mahasiswa.

2.3.2. Faktor carative Watson

Untuk memandu tujuan keperawatan, faktor carative dan proses caritas

dikembangkan sebagai inti caring dalam penilaiannya. Sepuluh faktor carative

Watson yang menunjuk sebagai intervensi teori (Watson, 2008). Faktor tersebut

meliputi: 1) Pembentukan sistem nilai humanistik. Nilai ini merupakan faktor dasar

caring yang meliputi bersahabat, empati, fokus, dan mencintai diri sendiri dan

orang lain, 2) Kepercayaan-harapan. Kepercayaan dan harapan adalah faktor

penting pada kesehatan. Perawat sebaiknya menjaga, mendorong, dan menghormati

keyakinan dan harapan dan percaya kepada pasien, 3) Pengembangan sensitivitas

pada diri sendiri dan orang lain. Sensitivitas kepada diri sendiri dan lainnya,

mengembangkan dan mengenal perasaan. Perawat sebaiknya peduli pada

kenyamanan, pemulihan, kesejahteraan, dan lebih sensitif pada kebutuhan lain, 4)

Pengembangan rasa saling percaya dan hubungan caring. Untuk menjamin

martabat manusia dan menjaga humanitas, perawat sebaiknya membentuk kesatuan

dengan jiwa pasien, 5) Promosi dan penerimaan ekspresi pada perasaan positif dan

Page 37: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

19

negatif. Mempromosikan dan menerima ekspresi positif dan negatif sebagai

pemulihan. Melalui mendengar dan menjadi pasien, pikirannya, perilaku, dan

pengalaman adalah pengakuan, 6) Menggunakan suatu pemecahan masalah yang

kreatif. Untuk membantu pasien membuat keputusan efisien dan efektif serta

kreatif, proses caring pemecahan masalah individu dipertimbangkan sebagai

komponen penting dalam ilmu keperawatan. Perawat sebaiknya menggunakan

semua pengetahuan, keterampilan, empirisme, insting, dan intuisinya, 7)

Melakukan pengajaran transpersonal. Selanjutnya, faktor carative pembelajaran

transpersonal yang melibatkan hubungan caring sebagai peran pelatihan, lebih dari

peran pemberian informasi, perawat mencari pekerjaan dari informasi pasien dan

memahami dan signifikan informasi yang sediakan untuk pasien, 8) Memberikan

suatu lingkungan yang mendukung, melindungi, dan perbaikan mental, fisik, sosial,

dan spiritual. Untuk mempromosikan kualitas pelayanan dan pemulihan, dukungan,

perlindungan, dan mental korektif, fisik, sosial, dan lingkungan spiritual yang

diakui sebagai dukungan konvensial dengan melibatkan kenyamanan, privasi,

keamanan, kebersihan, dan lingkungan estetika, 9) Membantu memenuhi

kebutuhan dasar dengan kepuasan. Selain itu, untuk memberikan perawatan holistik

membantu dengan kepuasan, tidak hanya kebutuhan fisik tetapi juga kebutuhan

psikologis-spiritual ketika menjaga martabat manusia dikenal sebagai kebutuhan,

dan 10) Mengizinkan kekuatan eksistensial-fenomenologi-spiritual. Faktor carative

terakhir mengizinkan fenomena yang tidak dikenal, mitos, filosofi, kepercayaan

budaya, aspek metafisik perawat, pasien, dan keluarganya menyesuaikan dalam

makna spiritual dalam mengizinkan pengobatan dan pemulihan.

Page 38: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

20

2.3.3. Aplikasi faktor carative (Caritas Processes)

Dalam menerjemahkan faktor carative, Watson (2008) membuat Caritas

Processes berdasarkan 10 faktor carative. Diantaranya adalah 1) Mempraktikkan

cinta-kebaikan, ketenangan diri dan lainnya. Ini menghadirkan sentuhan, latihan,

dan meditasi. Misalnya mengetahui bahwa pasien sebagai individu, menghormati

keinginan pasien, mementingkan kepentingan pasien, sopan pada pasien dan

keluarga, jujur kepada pasien, dan memahami apa yang dirasakan pasien, 2) Hadir,

mempertahankan dan menghormati kepercayaan dan harapan pasien. Perawat tidak

bisa mengabaikan pentingnya harapan dan kepercayaan berperan dalam kehidupan

manusia terutama dihadapkan dengan krisis penyakit, sakit, kehilangan, stres, putus

asa, kesedihan, trauma, kematian, dan sebagainya. Misalnya perawat

mengklarifikasi keraguan, memberikan dukungan emosional, melakukan

perawatan lanjutan, dan menghormati pasien yang lebih tua, 3) Sensitif pada diri

dan orang lain. Jika perawat tidak peka terhadap dirinya akan sulit peka terhadap

orang lain. Ketika perawat menutup hati pada orang lain akan membuatnya tidak

peka terhadap pasien yang membutuhkan perhatian, kasih sayang, dan sensitivitas.

Misalnya perawat mengetahui apa yang penting, dapat mengantisipasi kebutuhan

pasien, menjelaskan prosedur, tidak membicarakan masalah pribadi bersama

pasien, mendengarkan pasien, memberikan kenyamanan pasien, dan sabar

menghadapi pasien, 4) Membantu dan mengembangkan hubungan saling percaya.

Hubungan saling percaya menjadi salah satu faktor internal dalam pemulihan.

Misalnya menjawab panggilan pasien dengan segera, menurunkan kecemasan

pasien, tetap sabar menghadapi pasien, memanggil nama pasien dengan namanya,

Page 39: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

21

menghargai apa yang diceritakan pasien, berbicara dengan jelas, dan suara yang

bersahabat, 5) Ada bersama pasien, mendukung ekspresi perasaan positif, dan

negatif. Ini akan meningkatkan kepercayaan dan peduli. Misalnya menghargai apa

yang diceritakan pasien, memahami apa yang dialami pasien, dan mengenal

kebutuhan pasien, 6) Perawat menggunakan proses pemecahan masalah yang

kreatif. Keperawatan professional melibatkan logika yang sistematis, imajinasi, dan

kreativitas. Misalnya fleksibel saat perawatan pasien, membantu pasien beradaptasi

dengan lingkungan rumah sakit, mengetahui cara pemberian injeksi, dan

melibatkan pasien dalam rencana perawatan, 7) Memberikan pengajaran dan

pendidikan transpersonal. Pengajaran lebih dari menerima informasi, fakta, dan

data. Ini melibatkan penuh makna, hubungan saling percaya, dan pengajaran yang

mempengaruhi proses caring. Misalnya perawat menjelaskan istilah yang

sederhana, menjelaskan perawatan di rumah, menjawab pertanyaan dengan jelas,

dan menjelaskan pasien memahami penyakit dan pengobatan, 8) Perawat

menciptakan lingkungan pemulihan di rumah sakit. Kenyamanan dapat mengukur

lingkungan internal dan eksternal pasien. Misalnya melakukan tugas keperawatan

dengan baik, memantau perawatan yang diberikan, memungkinkan pasien untuk

mandiri, membantu pasien merasa seperti di rumah, dan mengutamakan

kepentingan pasien, 9) Perawat membantu dalam memenuhi kebutuhan dasar

pasien. Misalnya sabar memberikan makan pada pasien, memberikan kenyamanan,

gentle terhadap pasien, memberikan dukungan dengan aktivitas fisik, memantau

keamanan pada pasien, memantau pasien secara berkelanjutan, dan menyesuaikan

dengan keterbatasan pasien, 10) Perawat meningkatkan kebutuhan spiritual pada

Page 40: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

22

pasien. Proses ini memberikan kekuatan spiritual berdasarkan pengalaman yang

tidak dapat dijelaskan. Misalnya mengizinkan pasien membawa peralatan ibadah,

mengizinkan pasien untuk berdoa, membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan

spiritual, dan menghargai pasien sebagai individu yang unik.

2.3.4. Perilaku caring perawat

Ketertarikan profesional keperawatan dalam perilaku caring perawat telah

dimulai sejak era Nightingale (Patiraki et al, 2014). Selama 25 tahun, sejumlah

penelitian telah berfokus pada identifikasi perilaku caring yang spesifik dari

perspektif pasien. Kategori perilaku caring terindentifikasi terbanyak adalah afektif

dan instrumental (Wilkin & Slevin, 2004). Pemahaman pasien yang berhubungan

dengan perilaku caring perawat merupakan suatu hal yang penting dalam

memperbaiki asuh7an keperawatan. Umur (p=0.00), jenis kelamin (p=0.00), tingkat

pendidikan (p=0.00), dan jenis perawatan (p=0.00) merupakan karakteristik pasien

yang berkaitan dengan persepsi perilaku caring (Baldursdottir & Jonsdottir, 2002).

Caring adalah proses dimana perawat menjadi responsif terhadap orang lain

sebagai individu yang unik, merasakan perasaannya, dan menetapkan individu

sebagai bagian yang terpisah. Sedangkan perilaku caring perawat merujuk kepada

hal-hal dimana perawat berkata atau bertindak dalam komunikasi dengan caring

pada pasien (Baldursdottir & Jonsdottir, 2002).

Caring menjadi suatu kebutuhan yang bermakna berdasarkan kesesuaian

bersama antara perawat dan pasien pada perilaku caring perawat (Zamanzadeh,

Azimzadeh, Rahmani, & Valizadeh, 2010). Banyak peneliti menegaskan ada 2

aspek caring, perilaku yang ekspresif dan aktivitas keperawatan. Aspek ekspresif

Page 41: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

23

dalam perawatan melibatkan pemberian dukungan emosional pada pasien dengan

menawarkan kepedulian, kepercayaan, harapan, dan kehangatan emosional. Aspek

aktivitas pada perawatan merujuk pada aktivitas inti, seperti memandikan pasien di

tempat tidur dan memberikan informasi medis dan keperawatan yang akan

meningkatkan kenyamanan fisik dan koping kognitif (Watson, 2008).

2.3.5. Pengukuran perilaku caring perawat

Beberapa instrumen penelitian tentang perilaku caring perawat di rumah

sakit diantaranya The Caring Behavioral Assessment Tools (CBA), The Caring

Assessment Report Evaluation Q (CARE-Q), dan The Caring Behaviors Inventory

(CBI-24).

Caring Behavior Assessment tool (CBA) merupakan instrumen yang

dikembangkan oleh Cronin dan Harrison (1988) untuk mengukur pentingnya

perilaku caring. Ini terdiri dari 63 item tentang pentingnya perilaku caring dengan

rating 5 point skala likert dari sangat tidak penting perilaku caring (1) ke sangat

penting perilaku caring (5). Instrumen terdiri dari 7 kategori diantaranya

humanistik/sensitivitas, rasa percaya, ekspresi positif dan negatif, pembelajaran,

perilaku protektif, pemenuhan kebutuhan dasar, dan dimensi fenomenologi. Uji

validitas isi diuji pada empat experts. The CBA mempunyai konsistensi internal

Cronbach’s alpha diperkirakan dari 0.66 sampai 0.90 pada tujuh pengukuran pada

penelitian dimana hasil konsistensi internal dilaporkan (Balsdottir & Jonsdottir,

2002). The Caring Assessment Report Evaluation-Questionnaire (CARE-Q)

dikembangkan oleh Larson (1984) dan digunakan untuk mengukur persepsi

perawat terhadap pentingnya perilaku caring. Instrumen ini terdiri dari 50 item

Page 42: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

24

tentang perilaku perawat dengan 7 point skala likert dari sangat tidak penting (1) ke

sangat penting (7). Instrumen ini terdiri dari 7 kategori diantaranya pencapaian,

penjelasan dan fasilitas, kenyamanan, antisipasi, hubungan saling percaya, dan

pemantauan. Validitas isi dilakukan pada satu expert. Penelitian utama

mengindikasikan kuesioner CARE-Q menunjukkan konsistensi internal yang tepat.

Analisis data pada pasien menunjukkan nilai total Cronbach’s alpanya 0.95

(Tuckett, Hughes, Schluter, & Turner, 2008).

Caring Behavior Inventory (Wu et al., 2006) telah menjadi paling banyak

digunakan dengan bahasa variasi. CBI terdiri 42 item (dan direvisi CBI (Wu et al.,

2006) 24 item) kalimat positif dan negatif tentang perilaku caring dengan rating 6

point skala likert dari tidak pernah (1) ke selalu (6). Instrumen terdiri dari 4 dimensi

diantaranya jaminan, pengetahuan dan keterampilan, penuh hormat, dan

keterhubungan. Validitas isi pada instrumen sebesar 0.96. Konsistensi internal pada

instrumen pada setiap item antara 0.84 sampai 0.96 pada 4 subscale.

2.3.6. Teori pembelajaran perilaku

Teori perilaku pertama kali dikenal dan digunakan dalam pendidikan.

Behaviorisme berfokus pada observasi langsung pada orang yang diajarkan.

Sebagian besar berdasarkan pada Ivan Pavlov dan Edward Thorndike yang meneliti

bagaimana manusia dan hewan belajar dan cara kerjanya yang telah menjadi dasar

bagi psikologis perilaku (Olson & Hergenhahn, 2004). Dalam teori perilaku,

perilaku (respons) ditunjukkan sebagai hasil stimulus. Teori pembelajaran perilaku

dikembangkan dari perspektif ini yang mengarah pada model pembelajaran

stimulus-respons (S-R). Beberapa ahli teori perilaku diantaranya Thorndike

Page 43: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

25

(keterhubungan), Pavlov (kondisi klasik), Skinner (kondisi opran), Watson

(behaviorisme), dan Hull (penguatan).

Prinsip teori perilaku secara luas telah digunakan oleh perawat, perawat

pendidik, dan pengembang staf. Penggunaan teori perilaku mendorong

perkembangan perilaku dan metode dalam menilai keinginan berperilaku. Ini

bekerja dengan baik pada banyak keterampilan psikomotor dimana harus

ditunjukkan pada perawat dan pasien. Teori perilaku juga mempunyai kelemahan,

karena pembelajar mengasumsikan mempunyai peran yang pasif dan kemungkinan

perilaku yang lama akan kembali sesudah keluar dari struktur dan lingkungan yang

terkontrol berdasarkan metode pembelajaran. Dengan kata lain, tanpa komponen

afektif dan kognitif dari pembelajaran, tidak akan dapat mengubah pikiran atau

sikap pembelajar. Setelah kembali pada lingkungan yang lama dan reward pada

perilaku yang tidak menyenangkan, kesempatan sangat tinggi untuk kembali pada

perilaku yang lama. Banyak pertanyaan tentang teknik perilaku yang mampu

menciptakan perubahan perilaku yang permanen (McEwen &Wills, 2014).

Salah satu teori perilaku yang telah digunakan di pendidikan adalah teori

Hull. Teori tersebut berdasarkan teori Thorndike dimana penguatan sebagai

karakteristik utama dalam pembelajaran. Penguatan adalah konsekuensi dalam

suatu perilaku sehingga membuat perilaku menjadi terulang kembali. Penguatan

dapat dilakukan dengan berbagai cara dari senyum sederhana sampai terapi

aversion. Lally, Jaarsveld, Potts, dan Wardle (2010) dalam penelitiannya

menggunakan teori Hull mengatakan waktu yang diperlukan untuk terjadinya

perilaku sekitar 18 sampai 254 hari.

Page 44: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

26

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini berdasarkan literature review yang

berhubungan dengan 10 faktor carative (Watson, 2008) dan dimensi kualitas

asuhan keperawatan (Leinonen, Kilpi, Stahklberg, & Lertola, 2001).

Model caring tersebut didefinisikan sebagai kerangka dasar bagi

pelaksanaan asuhan keperawatan berlandaskan caring pada pasien gagal jantung.

10 faktor carative Watson meliputi: 1) Pembentukan sistem nilai humanistik, 2)

Kepercayaan – harapan, 3) Pengembangan sensitivitas pada diri sendiri dan orang

lain, 4) Pengembangan rasa saling percaya, hubungan caring, 5) Promosi dan

penerimaan ekspresi pada perasaan positif dan negatif, 6) Menggunakan suatu

pemecahan masalah yang kreatif, 7) Melakukan pengajaran transpersonal, 8)

Memberikan suatu lingkungan yang mendukung, melindungi, dan perbaikan

mental, fisik, sosial, dan spiritual, 9) Membantu memenuhi kebutuhan dasar dengan

kepuasan, dan 10) Mengizinkan kekuatan eksistensial-fenomenologi-spiritual.

Kualitas asuhan keperawatan dalam penelitian ini berfokus pada pelayanan

perawat dan pasien. Leinonen, Kilpi, Stahlberg, dan Lertola (2001) mengatakan

bahwa ada 6 dimensi pengukuran kualitas diantaranya 1) Karakteristik staf, 2)

Aktivitas yang berhubungan dengan tugas, 3) Aktivitas yang berhubungan dengan

manusia, 4) Pre kondisi, 5) Kemajuan proses keperawatan, dan 6) Lingkungan.

Kerangka konsep dalam penelitian ini akan ditunjukkan pada skema 2.1.

Berdasarkan studi yang sudah didapatkan sebelumnya bahwa teori caring

Watson sudah digunakan dalam berbagi desain, jenis, dan berbagai negara. Erci et

al. (2003) menggunakan teori caring Watson dengan desain eksperimen pada

Page 45: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

27

pasien hipertensi di Turki. Schmock, Breckenridge, dan Benedict (2009) juga

menggunakan teori caring Watson dengan desain quasi-eksperimen pasien yang

menjalani pembedahan di Amerika Serikat. Suliman, Welmann, Omer, dan Thomas

(2009) menggunakan teori Watson dalam desain deskriptif korelasi pada semua

pasien di ruang rawat dan bedah di Arab Saudi.

Banyak penelitian telah menggunakan teori Good Nursing Care yang

kembangkan oleh Leino-kilpi pada berbagai desain, jenis, dan negara. Teori

tersebut mengembangkan instrumen GNCS dalam mengukur kualitas asuhan

keperawatan. Zhao dan Akkadechanunt (2011) menggunakan instrumen GNCS

dengan desain deskriptif eksploratif pada semua pasien di ruang rawat dan

pembedahan di China. Istomina, Razbadauskas, dan Martinkenas (2008) dengan

desain deskriptif eksploratif pada pasien bedah di Lithuania.

Page 46: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

28

Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen

Variabel Dependen

Model Caring (Kelompok Intervensi)

Diajarkan kepada perawat (8 responden)

yang berdasarkan pada 10 proses caritas

(Watson, 2008) diantaranya :

1. Karakteristik staf perawat yang

bersahabat dan perhatian

2. Aktivitas yang berorientasi pada

pasien dengan dukungan dan

penurunan kecemasan

3. Perawat memberikan waktu kepada

pasien dalam mengekspresikan

perasaannya

4. Perawat menghormati keinginan

dan privasi pasien

5. Perawat menanyakan perasaan dan

pengalaman pasien selama proses

perawatan

6. Perawat mendorong pasien untuk

berpartisipasi dalam perawatannya

7. Perawat memberikan suatu

informasi yang jelas kepada pasien

8. Perawat menciptakan lingkungan

perawatan yang tenang dan aman

9. Perawat memenuhi kebutuhan dasar

pasien

10. Perawat menghargai nilai-nilai

budaya pasien

Perawatan Rutin/usual care (Kelompok

Kontrol)

Dilakukan oleh perawat (8 responden)

yang berdasarkan standar pelayanan

keperawatan

Kualitas Asuhan Keperawatan

Diukur dengan GNCS yang dinilai

pada kelompok intervensi dan

kontrol pasien gagal jantung (64

responden) yang berdasarkan

dimensi kualitas asuhan

keperawatan:

1. Karakteristik staf

2. Aktivitas berorientasi tugas

3. Aktivitas berorientasi manusia

4. Pre kondisi

5. Kemajuan proses keperawatan

6. Lingkungan (Leinonen, Leino-

kilpi, Stahlberg, & Lertola,

2001)

Page 47: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

29

BAB 3

METODE PENELITIAN

Desain quasi-eksperimen digunakan untuk menguji efektivitas model

caring terhadap kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung. Dalam bab

ini, serangkaian metodologi diaplikasikan meliputi jenis penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, variabel dan

definisi operasional, metode pengukuran, metode analisa data, dan pertimbangan

etik.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperimental dengan post-

test only pada dua kelompok dimana kelompok intervensi diberikan perlakuan

untuk menilai efek setelahnya (Polit & Beck, 2012). Alasan dilakukannya post-test

only adalah karena lama rawat lebih singkat dibandingkan waktu diberikannya

intervensi. Dalam penelitian quasi-eksperimen, peneliti dengan aktif memberikan

intervensi atau perawatan. Tujuannya adalah dapat mengidentifikasi suatu identitas

intervensi pada kelompok intervensi (Polit & Beck, 2012). Selain itu juga,

penelitian quasi-eksperimen menciptakan suatu bukti penelitian yang kuat dalam

praktik keperawatan. Burns dan Grove (2010) mengatakan bahwa penelitian quasi-

eksperimen merupakan suatu penelitian yang objektif, sistematis, dan terkontrol

serta bertujuan untuk memprediksi dan mengontrol suatu fenomena dalam praktik

keperawatan.

Page 48: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

30

Tabel 3.1.

Design Two Groups Post-Test Only

Jenis kelompok Treatment Post test

Kelompok intervensi X O1

Kelompok kontrol O1

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang inap kardio lantai 4 Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan. Ada sejumlah alasan rumah sakit tersebut menjadi

tempat penelitian ini. Rumah Sakit Adam Malik adalah salah satu rumah sakit

pemerintah dan sebagai rumah sakit rujukan di kota Medan. Selain itu juga, sebagai

salah satu rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa kedokteran dan keperawatan.

Penelitian ini dilakukan pada 10 Juli sampai 10 Oktober 2015.

3.3. Populasi dan Sampel

Target populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal jantung dan

perawat pelaksana dimana perawat dalam pengambilan sampel dengan total

sampling karena jumlah populasi perawat pelaksana di ruangan inap kardio 16

orang dimana pada kelompok intervensi sebanyak 8 perawat dan kelompok kontrol

sebanyak 8 perawat. Perawat pelaksana yang telah menjadi responden peneliti

secara tidak acak (non randomly) dibagi menjadi dua kelompok: satu kelompok

intervensi dan satu kelompok kontrol. Peneliti membagi 4 tim perawat menjadi 2

kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Alasan peneliti

melakukan non randomisasi pada penentuan kelompok responden adalah karena

kelas rawatan pasien berbeda diantara 4 tim perawat. Untuk populasi pasien gagal

Page 49: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

31

jantung dengan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Jumlah populasi pasien gagal jantung tahun 2014 sebesar 831 orang. Besar sampel

pasien jantung dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan tabel power

analysis. Dalam penelitian ini ditetapkan derajat ketetapan (α) untuk

memperkirakan besar sampel adalah 0.05, dengan power (1-β) sebesar 0.80, effect

size sebesar 0.70. Nilai α dan 1-β merupakan nilai standar dalam penelitian

keperawatan (Polit & Beck, 2012). Berdasarkan penelitian sebelumnya Erci et al.

(2003) didapatkan nilai µ1 = 21.09 dan µ2=18.38 dimana rata-rata SD1=5.49 dan

SD2=2.25, berdasarkan rumus cohen d= µ1-µ2/SD. Berdasarkan hasil perhitungan

tersebut didapatkan effect size sebesar 0.70. Sehingga besar sampel pasien jantung

untuk setiap kelompok dalam penelitian ini adalah 32 orang. Jadi, total besar sampel

pasien gagal jantung sebesar 64 orang dengan 32 pasien pada kelompok intervensi

dan 32 pasien pada kelompok kontrol. Pasien gagal jantung yang telah menjadi

responden peneliti secara tidak acak (non randomly) dibagi menjadi dua kelompok:

satu kelompok intervensi dan satu kelompok kontrol.

Purposive sampling digunakan untuk menentukan sampel yang

berkualifikasi untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Pemilihan sampel

dilakukan tanpa menggunakan randomisasi (non probability sampling) (Polit &

Beck, 2012).

Validitas internal adalah sejauh mana hubungan kausal antar variabel dapat

mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh komposisi dari sampel dapat berupa: usia,

jenis kelamin, pengalaman kerja, dan pendidikan (Polit & Beck, 2012). Validitas

eksternal merupakan generalisasi dari hasil yang secara jelas dipengaruhi oleh

Page 50: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

32

keputusan pengambilan sampel diantaranya. Kriteria inklusi pada pasien gagal

jantung diantaranya: 1) Pasien terdiagnosa gagal jantung, 2) Umur berada di atas

atau sama dengan 18 tahun, 3) Pasien berada dalam keadaan sadar penuh

(GCS=15), orientasi baik, dan dapat berkomunikasi verbal, 4) Telah dirawat

minimal selama 3 hari, dan 5) Tidak mempunyai komplikasi berat seperti infeksi,

distress atau kegagalan pernapasan. Untuk sampel perawat, tidak ada kriteria

inklusi karena teknik pengambilan sampelnya total sampling.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data terdiri dalam 2 tahap yaitu tahap persiapan dan

intervensi.

3.4.1. Tahap persiapan

Pengumpulan data dimulai setelah proposal tesis disetujui oleh Komisi Etik

Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara. Izin juga didapatkan dari

direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik untuk pengumpulan data.

Peneliti menginformasikan pada kepala dan staf perawat tentang tujuan dari

penelitian, protokol dalam pengumpulan data dan kerangka kerja dalam penelitian.

3.4.2. Tahap intervensi

Pada kelompok intervensi, Subjek (perawat pelaksana) diundang

berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti membangun kepercayaan dan hubungan

yang baik terhadap responden. Peneliti kemudian menjelaskan kepada responden,

prosedur kegiatan penelitian, pertimbangan etik, dan hasil yang diharapkan dalam

penelitian. Ketika responden setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,

Page 51: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

33

peneliti memberikan lembar persetujuan untuk ditandatangani, dan responden

mengisi lembar data demografi.

Peneliti menjelaskan model caring yang sudah divalidasi sebelumnya untuk

dijelaskan kepada perawat di ruangan. Kemudian peneliti memberikan edukasi

kepada perawat tentang caring dan memberikan modul caring pada setiap perawat.

Setelah itu perawat di ruangan diminta untuk mempraktikkannya kepada pasien

selama pasien dirawat sampai pasien pulang. Edukasi yang diberikan berlangsung

selama 1 bulan (4 minggu). Dua minggu kemudian, pasien gagal jantung yang

sesuai dengan kriteria inklusi diberikan instrumen penelitian yang terdiri dari

kuesioner data demografi, instrumen tentang perilaku caring dan kualitas asuhan

keperawatan.

Pada kelompok kontrol, responden (perawat pelaksana) memberikan

perawatan rutin kepada pasien gagal jantung yang juga sebagai kelompok kontrol

peneliti. Setelah 1 bulan (4 minggu), peneliti memberikan instrumen penelitian

yang terdiri dari kuesioner data demografi, instrumen tentang perilaku caring dan

kualitas asuhan keperawatan kepada responden (pasien gagal jantung). Proses

pengumpulan data ini ditunjukkan pada tabel 3.5.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Model caring adalah suatu pendekatan keperawatan yang berbasis caring

diberikan melalui edukasi pada staf perawat. Model caring yang diajarkan pada

penelitian ini berdasarkan 10 carative factors meliputi 1) Pembentukan sistem nilai

humanistik, 2) Kepercayaan-harapan, 3) Pengembangan sensitivitas pada diri

Page 52: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

34

sendiri dan orang lain, 4) Pengembangan rasa saling percaya, hubungan caring, 5)

Promosi dan penerimaan ekspresi pada perasaan positif dan negatif, 6)

Menggunakan suatu pemecahan masalah yang kreatif, 7) Melakukan pengajaran

transpersonal, 8) Memberikan suatu lingkungan yang mendukung, melindungi, dan

perbaikan mental, fisik, sosial, dan spiritual, 9) Membantu memenuhi kebutuhan

dasar dengan kepuasan, dan 10) Mengizinkan kekuatan eksistensial-fenomenologi-

spiritual. Model caring akan meningkatkan perilaku caring yang diukur dengan

Caring Behavior Inventory (CBI)-24 item. Caring Behavior Inventory (Wu et al.,

2006) telah menjadi paling banyak digunakan dengan bahasa variasi. CBI terdiri 42

item (dan direvisi CBI (Wu et al., 2006) 24 item) kalimat positif dan negatif tentang

perilaku caring dengan rating 6 point skala likert dari tidak pernah (1) ke selalu (6).

Validitas isi baik, validitas konstruk, konsistensi internal dan reliabilitas stabil telah

dilaporkan pada kedua variasi instrumen. Instrumen mempunyai skala rasio. Nilai

mean digunakan dalam perhitungan perilaku caring dan digambarkan dalam 4

dimensi yaitu kepastian, pengetahuan dan keterampilan, penuh hormat, dan

hubungan. Nilai mean yang tinggi (4 atau lebih besar dalam skala 1 sampai 6)

menunjukkan perilaku caring yang tinggi.

Kualitas asuhan keperawatan adalah respon keperawatan terhadap

kebutuhan fisik, psikologis, emosional, sosial, dan spiritual yang diberikan dengan

perilaku caring berdasarkan 6 indikator diantaranya karakteristik staf, aktivitas

berorientasi tugas, aktivitas berorientasi manusia, pre kondisi, kemajuan proses

keperawatan, dan lingkungan (Leinonen, Leino-kilpi, Stahlberg, & Lertola, 2001).

Instrumen GNCS (Good Nursing Care Scale) terdiri dari 33 item dengan rating 5

Page 53: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

35

skala likert dari sangat tidak setuju (1) ke sangat setuju (5). Instrumen mempunyai

skala rasio. Mean skor yang tinggi (4 atau lebih besar dalam skala 1 sampai 5)

menjelaskan kualitas asuhan keperawatan baik.

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Data demografi

Lembar data demografi: lembar data demografi terdiri dari lembar data

demografi pasien yang meliputi umur yang berdasarkan Kemenkes (2013) (25-34

tahun, 35-44 tahun, 45- 54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun, dan ≥ 75 tahun), jenis

kelamin (laki-laki dan perempuan), tingkat pendidikan (SD, SMP/SMA, dan PT),

lama sakit, dan grade heart failure yang berdasarkan New York Heart Association

(NYHA) (grade I, II, III, dan IV) dan lembar data demografi perawat meliputi

umur yang berdasarkan Kemenkes (2013) (25-34 tahun, 35-44 tahun, 44- 54 tahun,

55-64 tahun, 65-74 tahun, dan ≥ 75 tahun), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan),

tingkat pendidikan (D3 keperawatan dan Ners), dan lama bekerja (1-5 tahun, 6-10

tahun, dan > 10 tahun).

3.6.2. Data kualitas asuhan keperawatan

Lembar penilaian kualitas asuhan keperawatan: kualitas asuhan

keperawatan dinilai dengan modifikasi dari The Good Nursing Care Scale (GNCS).

Instrumen yang dikembangkan oleh Leinonen, Leino-kilpi, Stahlberg, dan Lertola

(2001) dan digunakan untuk mengidentifikasi kualitas asuhan keperawatan.

Instrumen tersebut terdiri dari lima kategori, seperti karakteristik staf, aktivitas,

kondisi sebelum perawatan, lingkungan, dan peningkatan proses keperawatan

Page 54: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

36

dengan rating 5 point skala likert dari sangat tidak setuju (1) ke sangat setuju (5).

Instrumen ini terdiri dari 33 item. Alasan digunakan instrumen The Good Nursing

Care Scale (GNCS) adalah karena setiap item pernyataan dalam instrumen tersebut

paling mendekati sesuai dengan 10 faktor carrative Watson.

Instrumen GNCS ini dikembangkan dalam bahasa Inggris yang

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan metode back

translation. Terjemahan Indonesia dan back translation dilakukan oleh dua ahli

bahasa. Kemudian, membandingkan instrumen yang telah diterjemahkan bahasa

Inggris kembali dengan instrumen yang asli oleh ahli bahasa (Native English

speaker) pada kesamaan dan konsistensi dan menyakinkan tidak ada perubahan

dalam pemaknaan selama proses terjemahan.

3.6.3. Panduan model caring

Panduan praktik model caring: panduan praktik model caring

dikembangkan oleh peneliti berdasarkan beberapa referensi buku dan jurnal

penelitian. Panduan ini berisi tentang pengertian caring, keuntungan berperilaku

caring, panduan model caring berdasarkan 10 faktor carative Watson meliputi: 1)

Pembentukan sistem nilai humanistik, 2) Kepercayaan – harapan, 3) Pengembangan

sensitivitas pada diri sendiri dan orang lain, 4) Pengembangan rasa saling percaya,

hubungan caring, 5) Promosi dan penerimaan ekspresi pada perasaan positif dan

negatif, 6) Menggunakan suatu pemecahan masalah yang kreatif, 7) Melakukan

pengajaran transpersonal, 8) Memberikan suatu lingkungan yang mendukung,

melindungi, dan perbaikan mental, fisik, sosial, dan spiritual, 9) Membantu

Page 55: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

37

memenuhi kebutuhan dasar dengan kepuasan, dan 10) Mengizinkan kekuatan

eksistensial-fenomenologi-spiritual.

3.6.4. Content Validity

Content validity merujuk pada representative dari item-item yang terdapat

dalam instrumen dimana berkaitan dengan dimensi yang diukur (Fraenkel &

Wallen, 2003). Tujuan dari content validity (CV) adalah untuk menilai relevansi

dari setiap item terhadap apa yang diukur oleh peneliti. Beberapa pendekatan

dilakukan dalam melakukan content validity dengan menggunakan expert (ahli).

Hasil dari content validity diukur dengan menggunakan CVI (content validity

index). Para ahli diberikan pertanyaan dan diminta pendapatnya tentang instrumen

tersebut. Dalam item instrumen ada poin dengan 4 skala dari 1 (tidak relevan)

sampai 4 (sangat relevan). CVI dari total instrumen menjadi proporsi materi yang

dinilai juga 3 atau 4. Level dari CVI menunjukkan acceptable jika ≥ 0.80 (Polit &

Beck, 2012). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wu et al.

(2006) didapatkan bahwa nilai CVI pada instrumen CBI sebesar 0.96. Sedangkan

berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Leinonen, Kilpi, Stahlberg,

dan Lertola (2001) juga didapatkan bahwa nilai CVI pada instrumen GNCS adalah

sebesar 0.91. Content validity tidak dilakukan karena instrumen telah diuji dalam

penelitian sebelumnya.

3.6.5. Internal Consistency

Internal consistency berfokus pada homogenecity dari item (DeVellis,

1991). Tujuannya adalah untuk menilai semua item dalam suatu instrumen bersifat

konsisten dalam pengukuran. Kuesioner dengan reliabilitas yang tinggi jika nilai

Page 56: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

38

Cronbach’s alpha melebihi angka kritis. Uji reliabilitas minimal 0.70 (Polit &

Beck, 2012). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wu et al.

(2006) didapatkan bahwa nilai Cronbach’s alpha pada instrumen pada setiap item

antara 0.84 sampai 0.96 pada 4 subscale. Sedangkan berdasarkan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Leinonen, Kilpi, Stahlberg, dan Lertola (2001)

juga didapatkan bahwa nilai Cronbach’s alpha pada instrumen GNCS dalam tujuh

subkategori berada pada 0.71-0.86.

3.6.6. Pilot Study

Hasil dari expert review, instrumen diuji coba (pilot study) untuk

mengetahui konsistensi instrumen, menilai pemahaman, dan persepsi responden

tentang kejelasan instrumen dan reliabilitasnya. Uji instrumen ini diujikan pada

ruang inap kardio lantai 3 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Alasan peneliti melakukan pilot study di rumah sakit tersebut adalah karena metode

pelayanan yang sama dan karakteristik pasien yang sama dengan tempat penelitian

peneliti. Peneliti telah melakukan pilot study pada 30 pasien gagal jantung dalam

mengetahui konsistensi instrumen CBI dan GNCS. Dari hasil uji dengan

Cronbach’s alpha didapatkan secara berurutan sebesar 0.76 dan 0.75.

3.7. Metode Analisa Data

Setelah semua data dikumpul, maka peneliti melakukan analisa data dan

melalui beberapa tahap. Pertama, memeriksa kelengkapan identitas dan data

responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah terisi. Setelah itu,

Page 57: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

39

mengklarifikasi dan mentabulasikan data yang telah dikumpulkan serta dilakukan

pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

3.7.1. Analisa data univariat

Analisa statistik univariat menguji frekuensi atau rata-rata nilai dari

variabel-variabel (Polit & Beck, 2012). Pengolahan data dilakukan dengan cara

univariat, dimana data untuk menampilkan data demografi, perilaku caring, dan

kualitas asuhan keperawatan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, persentase,

mean, dan standar deviasi (SD).

3.7.2. Analisa data bivariat

Analisa statistik bivariat digunakan dalam menggambarkan hubungan

diantara dua variabel (Polit & Beck, 2012). Uji hipotesis menggunakan Independent

t-test. Uji tersebut untuk menguji efektivitas model caring pada kelompok

intervensi dan kontrol, dengan nilai yang signifikan (p). Untuk menginterpretasikan

nilai signifikan (p), jika nilai p kurang dari atau sama dengan nilai α (0.05) berarti

perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa alternatif

(Ha) diterima dan dapat diinterpretasikan sebagai adanya perbedaan kualitas asuhan

keperawatan pada kelompok intervensi dan kontrol dan jika nilai p lebih dari nilai

α (0.05) berarti perbedaan yang tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa hipotesa alternatif (Ha) ditolak dan dapat diinterpretasikan sebagai tidak

terdapatnya perbedaan kualitas asuhan keperawatan pada kelompok intervensi dan

kontrol.

Page 58: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

40

3.7.3. Asumsi uji statistik pada penelitian quasi-eksperimen

Dalam statistik parametrik, diperlukan asumsi tentang distribusi variabel-

variabel dan estimasi sebuah parameter. Misalnya distribusi variabel yang normal.

Data yang digunakan bersifat rasio atau interval. Distribusi frekuensi, scatter plots

juga dapat memberikan informasi apakah asumsi terpenuhi atau tidak (Polit &

Beck, 2012). Asumsi pada uji perbedaan dilakukan terlebih dahulu sebelum

dilakukan tes parametrik, berada pada distribusi yang normal dengan menampilkan

kurva normal dan linear serta homogen.

Dalam menguji kenormalan data dapat dilakukan dengan tiga cara meliputi:

melihat grafik histogram dan kurva normal, menggunakan nilai Skewness dan

standar error-nya, dan Kolmorogov-Smirnov test dengan nilai kemaknaan (p) >

0.05. Dalam menguji homogenitas dan varians dilakukan dengan Levene’s test

dengan kemaknaan (p) > 0.05.

3.7.4. Uji normalitas

Uji asumsi normalitas dalam penelitian ini adalah untuk melihat item

perilaku caring dan kualitas asuhan keperawatan pada setiap kelompok teramati

dan tidak akan menyimpang secara signifikan dari distribusi normal. Uji

kenormalan tersebut akan dinilai dengan Kolmorogov-Smirnov test, Skewness, dan

Kurtosis. Alasan digunakannya Kolmorogov-Smirnov test adalah karena uji

tersebut digunakan pada sampel lebih dari 30. Nilai normal Kolmorogov-Smirnov

test adalah jika nilai signifikan lebih dari 0.05. Skewness merupakan suatu besaran

statistik yang menunjukkan kemiringan data. Untuk melihat sebaran data normal

yaitu dengan rasio skewness, dengan membandingkan antara nilai skewness dengan

Page 59: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

41

standar error skewness. Data dikatakan normal ketika nilai rasio skewness berada

pada rentang nilai -2 sampai 2. Kurtosis menunjukkan keruncingan suatu data.

Kriteria normalitasnya sama dengan rasio skewness. Uji asumsi normalitas

terpenuhi.

Tabel 3.2.

Distribusi Nilai Normal Perilaku Caring Perawat

Kelompok Uji Normalitas

Kolmorogov-Smirnov test Skewness Kurtosis

Post Intervensi 0.13 2.00 2.53

Post Kontrol 0.20 1.32 2.42

Tabel 3.3.

Distribusi Nilai Normal Kualitas Asuhan Keperawatan

Kelompok Uji Normalitas

Kolmorogov-Smirnov test Skewness Kurtosis

Post Intervensi 0.14 1.66 0.51

Post Kontrol 0.10 0.63 0.51

3.7.5. Uji homogenitas/varian

Uji homogenitas bertujuan untuk menunjukkan bahwa dua atau lebih

kelompok data berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Uji ini

dilakukan dengan Levene’s test. Jika nilai signifikan Levene’s test > 0.05 maka

dapat dikatakan bahwa variasi datanya homogen. Uji homogenitas terpenuhi.

Tabel 3.4.

Distribusi Nilai Homogenitas Perilaku Caring dan Kualitas Asuhan

Keperawatan

Variabel Nilai Signifikan

Perilaku caring 0.41

Kualitas asuhan keperawatan 0.05

Page 60: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

42

3.8. Pertimbangan Etik

Proposal yang telah dibuat dan disetujui oleh Komisi Etik Fakultas

Keperawatan, Universitas Sumatera Utara (etical clearance). Izin dalam

pengumpulan data didapatkan dari direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan. Tujuan dan prosedur dalam penelitian ini dijelaskan pada staf

perawat rumah sakit.

Setelah terdata dan ditetapkan sebagai kelompok intervensi dan kontrol,

responden diinformasikan tentang tujuan dan prosedur penelitian. Pada kelompok

intervensi, waktu yang digunakan dan aktivitas didiskusikan secara individu. Untuk

memastikan pemahaman penuh, responden diyakinkan tentang kerahasiaan

hasilnya. Data dijaga dan dihapus setelah penelitian ini selesai. Data ditulis tanpa

nama (anonymity). Di samping itu, responden diinformasikan tidak ada risiko fisik

ketika berpartisipasi dalam penelitian ini (maleficience). Responden bebas untuk

menolak dalam berpartisipasi setiap saat selama dalam penelitian ini (autonomy).

Selain itu juga, responden diinformasikan tidak ada dikenakan biaya selama

berpartisipasi dan diberikan penghargaan (beneficience).

Page 61: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

43

Tabel 3.5.

Proses Pengumpulan Data

Waktu Kelompok intervensi Kelompok kontrol

Minggu 1 Hari 1-7 Edukasi tentang Watson,

kesadaran, dan

transpersonal caring

Presentasi, tugas

Perawatan rutin yang

dilakukan oleh perawat

(standard care)

Minggu 2 Hari 1-7 Edukasi tentang Proses

caritas pertama, kedua,

ketiga, dan keempat

Presentasi, tugas

Minggu 3 Hari 1-7 Edukasi tentang Proses

caritas kelima, keenam,

ketujuh, dan kedelapan

Presentasi, tugas

Minggu 4 Hari 1-7 Edukasi tentang Proses

caritas kesembilan,

kesepuluh, dan praktik

caritas

Presentasi, tugas

Minggu 5

dan 6

Hari 1-14 Tidak ada aktivitas Posttest dengan CBI dan

GNCS pada 32 pasien

yang sudah menjalani

minimal 3 hari

perawatan dengan

perawat yang tidak

diberikan intervensi

Minggu 7

dan 8

Hari 1-14 Posttest dengan CBI dan

GNCS pada 32 pasien

yang sudah menjalani

minimal 3 hari perawatan

dengan perawat yang

diberikan intervensi

Tidak ada aktivitas

Page 62: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

44

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian adalah untuk menguji efektivitas model caring

terhadap kualitas asuhan keperawatan di antara pasien gagal jantung. Bab ini

menunjukkan hasil penelitian. Hasil tersebut berdasarkan 64 pasien gagal jantung

dan 16 perawat pelaksana di Rumah Sakit Adam Malik, Medan, Indonesia. Hasil

menunjukkan tiga bagian meliputi: deskripsi lokasi penelitian, data demografi,

pengembangan model caring, dan hasil analisis.

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Unit Pelayanan

Teknis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rumah Sakit yang berada di

Jalan Bunga Lau No. 17 Medan merupakan Rumah Sakit kelas A sekaligus rumah

sakit rujukan dan pendidikan untuk wilayah propinsi Sumatera Utara, Aceh,

Sumatera Barat, dan Riau.

Berdasarkan SK Menkes RI No. HK.00.06.3.5.5317 tanggal 31 Oktober

2006 RSUP. H. Adam Malik telah terakreditasi untuk 16 pelayanan. Surat

keputusan Menteri Keuangan No. 280/KMK.05/2007 dan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan dengan No. 756/Menkes/SK/VI/2007 tepat pada Juni 2007 RSUP. H.

Adam Malik berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU) bertahap

dengan tetap mengikuti pengarahan-pengarahan yang diberikan oleh Ditjen

Yanmed dan Departemen Keuangan untuk perubahan status menjadi BLU penuh.

Page 63: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

45

Tahun 2010 RSUP. H. Adam Malik Medan kembali terakreditasi untuk 16

pelayanan periode Juli 2010 s/d Juli 2013 sesuai SK Kemenkes RI No.

YM.01.10/III/3696/10 tanggal 20 Juli 2010.

4.2. Data Demografi

Data yang berhubungan dengan karakteristik demografi pada responden

(pasien gagal jantung) ditunjukkan oleh Tabel 4.1. Hasil penelitian menunjukkan

pasien adalah laki-laki (67.2%). Pada kategori umur responden pada semua pasien

adalah 55-64 tahun (31.2%). Responden dari kedua kelompok mempunyai

pendidikan SMP/SMA (78.1% pada kelompok intervensi dan 56.2% pada

kelompok kontrol). Lebih dari 80% pada responden telah mengalami gagal jantung

1-5 tahun. Pada grade HF (Heart Failure) pada kelompok intervensi berada pada

HF grade III (43.8%) dan HF grade II pada kelompok kontrol (46.9%).

Data yang berhubungan dengan karakteristik demografi perawat pelaksana

ditunjukkan pada Tabel 4.2. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas perawat

adalah perempuan (81.2 %). Pada kategori umur responden umumnya pada kategori

25-34 tahun, dimana pada kelompok intervensi dan kontrol sebesar 75%. Mayoritas

responden dari kedua kelompok mempunyai pendidikan D3 Keperawatan (87.5%

pada kelompok intervensi dan 75% pada kelompok kontrol). Pada kategori lama

bekerja perawat, kelompok intervensi dan kontrol perawat pelaksana berada pada

1-5 tahun (50 %).

Page 64: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

46

Tabel 4.1.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Pasien Gagal Jantung di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015 (N= 64)

Karakteristik Kelompok

Intervensi

(N=32)

Kelompok

Kontrol

(N=32)

Total

f % f % f %

Umur

25-34

35-44

45-54

55-64

65-74

> 75

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

Tingkat pendidikan

SD

SMP/SMA

PT

Lama sakit

1-5 tahun

6-10 tahun

Grade HF

Grade II

Grade III

Grade IV

4

2

7

11

7

1

29

3

2

25

5

28

4

11

14

7

12.5

6.2

21.9

34.4

21.9

3.1

90.6

9.4

6.2

78.1

15.6

87.5

12.5

34.4

43.8

21.9

4

4

9

9

5

1

14

18

9

18

5

27

5

15

14

3

12.5

12.5

28.1

28.1

15.6

3.1

43.8

56.2

28.1

56.2

15.6

84.4

15.6

46.9

43.8

9.4

8

6

16

20

12

2

43

21

11

43

10

55

9

26

28

10

12.5

9.4

25.0

31.2

18.8

3.1

67.2

32.8

17.2

67.2

15.6

85.9

14.1

40.6

43.8

15.6

Page 65: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

47

Tabel 4.2.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat Pelaksana di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015 (N= 16)

Karakteristik Kelompok

Intervensi

(N= 8)

Kelompok

Kontrol

(N= 8)

Total

f % f % f %

Umur

25-34

35-44

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

Tingkat pendidikan

D3 keperawatan

Ners

Lama bekerja

1-5 tahun

6-10 tahun

> 10 tahun

6

2

1

7

7

1

4

2

2

75

25

12.5

87.5

87.5

12.5

50

25

25

6

2

2

6

6

2

4

3

1

75

25

25

75

75

25

50

37.5

12.5

12

4

3

13

13

3

8

5

3

75

25

18.8

81.2

81.2

18.8

50

31.2

18.8

4.3. Post Test Caring Behavior Inventory (CBI) dan Good Nursing Care Scale

(GNCS)

Data yang berhubungan dengan perilaku caring pada pasien gagal jantung

ditunjukkan pada Tabel 4.3. Nilai mean perilaku caring pada post test (sesudah

dilakukannya model caring) pada kelompok intervensi adalah 4.89 (SD=0.44) dan

4.79 (SD=0.41) pada kelompok kontrol. Data yang berhubungan dengan kualitas

asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung ditunjukkan pada Tabel 4.3. Nilai

mean kualitas asuhan keperawatan pada post test (sesudah dilakukannya model

Page 66: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

48

caring) pada kelompok intervensi adalah 4.15 (SD=0.25) dan 4.10 (SD=0.28) pada

kelompok kontrol.

Tabel 4.3.

Distribusi Mean dan Standar Deviasi Perilaku Caring dan Kualitas Asuhan

Keperawatan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Pasien Gagal Jantung Tahun 2015

Variabel Intervensi Kontrol

M SD M SD

Post intervensi

CBI

GNCS

4.89

4.15

0.44

0.25

4.79

4.10

0.41

0.28

4.4. Hasil Analisis

4.4.1. Perbedaan perilaku caring antara kelompok intervensi dan

kontrol

Perilaku caring dalam kelompok post test, menggunakan Independent t-test

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada perilaku caring antar

kelompok intervensi dan kontrol (t=-2.34, p=0.02) (Tabel 4.4.).

Tabel 4.4.

Perbedaan Perilaku Caring Sesudah Model Caring antara Kelompok

Intervensi dan Kontrol

Kelompok 24 item CBI

Mean

(SD)

min-max t p (1-tailed)

Intervensi 4.89

(0.44)

3.70-5.75 -2.34 0.02*

Kontrol 4.79

(0.41)

3.12-5.25

*p<0.05

Page 67: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

49

4.4.2. Perbedaan kualitas asuhan keperawatan antara kelompok

intervensi dan kontrol

Hasil Independent t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

pada kualitas asuhan keperawatan pada post test (t=-2.26, p=0.02) (Tabel 4.5).

Tabel 4.5.

Perbedaan Kualitas Asuhan Keperawatan Sesudah Model Caring antara

Kelompok Intervensi dan Kontrol

Kelompok 33 item GNCS

Mean

(SD)

min-max t p (1-tailed)

Intervensi 4.15

(0.25)

3.45-4.90 -2.26 0.02*

Kontrol 4.10

(0.28)

2.84-4.42

*p<0.05

Page 68: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

50

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas model caring terhadap

kualitas asuhan keperawatan di RSUP H. Adam Malik Medan. Pembahasan

berfokus pada tiga bagian yaitu: 1) Karakteristik responden, 2) Pengembangan

model caring, dan 3) Perbedaan perilaku caring dan kualitas asuhan keperawatan

pada post test kelompok intervensi dan kontrol.

5.1. Karakteristik Responden

Data yang berhubungan karakteristik demografi pada responden pasien

gagal jantung ditunjukkan oleh Tabel 4.1. Hasil menunjukkan mayoritas pasien

adalah laki-laki (67.2%) dan diikuti oleh perempuan (32.8%). Berdasarkan

penelitian sebelumnya dilakukan oleh Siswanto et al. (2010) didapatkan bahwa dari

1687 pasien gagal jantung, mayoritas pasien adalah laki-laki yaitu sebesar 64.5%.

Akan tetapi berdasarkan penelitian Sheldon, Roht, dan Rui (2012) di Singapura,

prevalensi gagal jantung lebih banyak pada perempuan. Hal ini menunjukkan

bahwa jenis kelamin tidak menjadi faktor predisposisi utama pada pasien gagal

jantung.

Pada data umur responden, rentang umur berada pada 25-78 tahun, dengan

terbanyak (31.2%) berada pada umur lansia (55-64 tahun) dan diikuti oleh kategori

umur dewasa akhir (45-54 tahun) dengan sebesar 25.0%. Pada kategori umur

Page 69: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

51

responden pada kelompok intervensi adalah 55-64 tahun (34.4%) dan pada

kelompok kontrol adalah 45-54 tahun (28.1%). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Siswanto et al (2010) pada 5 rumah sakit di Indonesia, rata-rata umur

pasien gagal jantung adalah 60 tahun. Di samping itu, Roger (2013) dalam

penelitiannya di Amerika Serikat, gagal jantung terutama terjadi pada pasien

dengan umur lebih dari 65 tahun. Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa umur pada pasien gagal jantung berada pada

kategori umur lansia.

Dalam penelitian ini, kebanyakan dari semua pasien gagal jantung berada

pada kategori tingkat pendidikan SMP/SMA (67.2%) dan diikuti SD (17.2%).

Mayoritas responden dari kedua kelompok mempunyai pendidikan SMP/SMA

(71.9% pada kelompok intervensi dan 59.4% pada kelompok kontrol). Berdasarkan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ndambuki (2013) di Kenya, didapatkan

bahwa dari 149 responden sebanyak 60 pasien (40.2%) sudah berpendidikan tinggi

dan diikuti sebanyak 52 pasien (34.8%) berpendidikan SMP/SMA (secondary

level). Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian sebelumnya bahwa tingkat

pendidikan tidak mempengaruhi insidensi pasien gagal jantung.

Lebih dari 80% pada responden telah mengalami gagal jantung 1-5 tahun.

Dari total pasien gagal jantung, kebanyakan responden mempunyai lama sakit 1-5

tahun (85.9%) dan diikuti oleh lama sakit 5-10 tahun (14.1%). Berdasarkan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chiang, Chen, Dai, dan Ho (2012) di

Taiwan dengan 60 responden, didapatkan bahwa sebanyak 33 pasien (55%) telah

mengalami gagal jantung 1-5 tahun dan diikuti oleh 20 pasien (33.3%) dengan lama

Page 70: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

52

sakit lebih dari 5 tahun. Dari hasil penelitian dan penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa rata-rata pasien mengalami gagal jantung selama 1-5 tahun.

Mayoritas grade heart failure (HF) pada kelompok intervensi berada pada

HF grade II (37.5%) dan HF grade III pada kelompok kontrol (43.8%) (Tabel 4.1).

Dalam keseluruhan data pasien, sebagian besar dari responden berada pada grade

HF III (43.8%) diikuti dengan HF grade II (40.6%). Berdasarkan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Guder et al (2015) di Jerman menyatakan bahwa

dari 3315 responden yang direkrut, mayoritas berada pada HF grade III sebanyak

1324 pasien (39.9%) dan diikuti oleh pasien HF grade II sebanyak 1134 (34.2%).

Berdasarkan hasil penelitian ini dan studi penelitian sebelumnya didapatkan bahwa

pasien gagal jantung mempunyai grade III.

Data yang berhubungan karakteristik demografi pada responden perawat

pelaksana ditunjukkan oleh Tabel 4.2. Hasil menunjukkan mayoritas perawat

adalah perempuan (81.2%) dan diikuti oleh laki-laki (18.8%). Berdasarkan

penelitian sebelumnya dilakukan oleh Zamanzadeh (2010) di Iran didapatkan

bahwa dari 40 perawat, mayoritas perawat adalah perempuan yaitu sebesar 92.5%.

Disamping itu, berdasarkan penelitian Tuckett (2008) di Australia, perawat

pelaksana lebih banyak pada perempuan (84.93%). Hal ini menunjukkan bahwa

jenis kelamin perawat masih didominasi oleh perempuan.

Pada data umur responden, rentang umur berada pada 25-44 tahun, dimana

(75%) berada pada umur dewasa dini (25-34 tahun) dan diikuti oleh kategori umur

dewasa madya (35-44 tahun) dengan sebesar 25%. Pada kategori terbanyak umur

responden pada kelompok intervensi dan kontrol adalah 25-34 tahun (75%).

Page 71: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

53

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh O Connell (2008) di Irlandia, rata-rata

umur perawat adalah 35 tahun. Di samping itu, Aiken (2013) dalam penelitiannya

di Belgia, rata-rata perawat pelaksana mempunyai umur 35-40 tahun. Berdasarkan

hasil pembahasan dan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa umur pada

perawat sangat bervariasi.

Dalam penelitian ini, kebanyakan dari semua perawat berada pada kategori

tingkat pendidikan D3 Keperawatan (81.2%) dan diikuti Ners (18.8%). Mayoritas

responden dari kedua kelompok mempunyai pendidikan D3 Keperawatan (87.5%

pada kelompok intervensi dan 75% pada kelompok kontrol). Berdasarkan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Patiraki (2014) di 6 negara-negara

Eropa, didapatkan bahwa dari 1195 responden perawat, mayoritas berpendidikan

D3 Keperawatan (Diploma degree) (67.4%) kemudian diikuti berpendidikan S1

Keperawatan/Ners (Bachelor’s degree in Nursing) (27.6%). Akan tetapi,

berdasarkan penelitian Cho (2009) di Korea menyatakan bahwa dari 1365 perawat

terdapat 849 perawat (62.2%) berpendikan S1 Keperawatan/Ners atau lebih tinggi

dan sisanya perawat dengan pendidikan D3 Keperawatan. Berdasarkan hasil

penelitian dan penelitian sebelumnya bahwa tingkat pendidikan tidak

mempengaruhi perilaku caring karena tingkat pendidikan perawat yang bervariasi

di rumah sakit.

Lama bekerja perawat didominasi oleh perawat yang lama bekerjanya 1-5

tahun (50%) baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Kemudian

diikuti oleh perawat yang telah bekerja selama 6-10 tahun (31.2% dari total

perawat). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eizenberg

Page 72: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

54

(2011) di Israel dengan 243 responden perawat, didapatkan bahwa rata-rata lama

bekerja perawat 9-12 tahun. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Nasrath (2011) di Maldive didapatkan bahwa dari 162 perawat, sebanyak 57

perawat telah bekerja selama 6-10 tahun (35.19%), diikuti 53 perawat (32.72%)

dengan lama bekerja 3-5 tahun. Dari hasil penelitian dan penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa rata-rata pasien mengalami gagal jantung selama 6-10 tahun.

5.2. Pengembangan Model Caring

5.2.1. Edukasi tentang konsep caring

Pada edukasi tentang konsep caring pada 8 perawat pelaksana di ruang inap

kardio lantai 4 RSUP H. Adam Malik Medan pada minggu 1 didapatkan bahwa 4

dari 8 perawat mengetahui dan mengenal caring tersebut. Selanjutnya peneliti

menggali tentang caring dan menjelaskan bahwa caring merupakan salah satu

konsep dari seorang ahli keperawatan salah satunya Jean Watson. Dalam umpan

balik tersebut, 5 dari 8 perawat tidak paham dan tidak mengenal ahli keperawatan

tersebut dan bagaimana teori caring itu dikembangkan serta aplikasinya. Sebanyak

5 dari 8 perawat hanya mengenal Florence Nightingale sebagai teoritis

keperawatan. Selain itu dari hasil edukasi melalui hand out dan video tentang

konsep caring tersebut, mayoritas perawat telah mengenal dan memahaminya.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Schmock, Breckenridge, dan

Benedict (2009) di Amerika Serikat didapatkan bahwa 11 perawat diberikan

edukasi tentang caring Watson selama 1 jam selama 1 minggu. Di samping itu, Erci

et al. (2003) di Turki melakukan edukasi pada 6 perawat dimana 15 jam dalam 3

Page 73: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

55

minggu. Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian sebelumnya membuktikan

bahwa edukasi tentang caring membutuhkan waktu minimal 3 minggu.

5.2.2. Edukasi tentang 10 Carrative Factor

Setelah edukasi tentang konsep caring, selanjutnya peneliti mencoba

menerangkan dan menggali pemahaman perawat tentang 10 proses caritas melalui

diskusi dengan hand out dan video yang diberikan selama 3 minggu. Dalam minggu

kedua, peneliti menjelaskan tentang caritas pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Dalam minggu ini, peneliti mencoba menggali pengalaman perawat untuk terbuka,

hadir (presence) dan sensitif dalam praktik keperawatan. Beberapa perawat sulit

memahami pada minggu 2 ini, sehingga peneliti mengulang-ulang sampai paham

bahkan mengajak rekan kerjanya untuk membantu memahaminya.

Pada minggu ke 3, peneliti mengajarkan dan menggali proses caritas

kelima, keenam, ketujuh dan kedelapan. Pada prinsipnya, pada minggu ini peneliti

menjelaskan pentingnya kesadaran (awareness) caring tersebut. Seperti mendengar

lebih seksama (authentic listening). Pada minggu ini, perawat yang diberi intervensi

lebih mudah paham dalam materi diberikan.

Pada minggu ke empat, peneliti menjelaskan tentang proses caritas

kesembilan dan kesepuluh, serta aplikasi dalam kehidupan sehari. Dalam minggu

tersebut, peneliti mencoba menumbuhkan penerimaan (receptivity) pada diri

perawat. Dalam diskusi ini, banyak perawat mengatakan bahwa pada awal menjadi

seorang perawat bukanlah hal yang dibayangkan sebelumnya. Saat ditanya awalnya

masuk dalam dunia keperawatan, beberapa perawat berkata, ketika saya melihat

perawat berpakaian putih, saya suka menjadi perawat atau pendapat perawat lain

Page 74: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

56

mengatakan bahwa dia menyukai saat berkomunikasi dengan keluhan pasien.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Knisely, Fulton, dan Friesth (2015) di

Amerika Serikat, menyatakan bahwa edukasi yang efektif dilakukan oleh perawat

pendidik spesialis kepada staf perawat minimal 500 jam atau 3 minggu.

Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian sebelumnya perubahan perilaku akan

terjadi setelah responden mendapatkan edukasi minimal selama 3 minggu.

5.2.3. Post test Caring Behavior Inventory (CBI) dan Good Nursing Care

Scale (GNCS)

Data yang berhubungan dengan perilaku caring pada pasien gagal jantung

ditunjukkan pada Tabel 4.5. Nilai mean perilaku caring pada post test (sesudah

dilakukannya model caring) pada kelompok intervensi adalah 4.89 (SD=0.44) dan

4.79 (SD=0.41) pada kelompok kontrol. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Patiraki et al. (2014), didapatkan bahwa nilai mean CBI sebesar 4.72

dengan standar deviasi sebesar 0.92 yang menunjukkan perilaku caring yang baik.

Selain juga, penelitian yang dilakukan oleh Palese et al. (2011) menyatakan bahwa

nilai mean CBI sebesar 4.9 dengan standar deviasinya 0.8. Berdasarkan hasil

penelitian dan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa nilai mean perilaku

caring perawat lebih dari 4. Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa jika nilai

mean CBI sebesar 4 atau lebih besar dalam skala 1 sampai 6 maka menunjukkan

perilaku caring yang tinggi. Jadi, dalam penelitian ini, nilai mean CBI pada

kelompok intervensi dan kontrol sebesar 4.89 dan 4.79, maka menunjukkan

perilaku caring yang tinggi.

Page 75: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

57

Beberapa faktor latar belakang sosio-demografi mempengaruhi persepsi

perilaku caring perawat (Zamanzadeh, Azimzadeh, & Valizadeh, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian ini, kebanyakan pasiennya adalah laki-laki (67.2%).

Baldursdottir dan Jonsdottir (2002), menyebutkan bahwa wanita signifikan lebih

tinggi daripada pria tentang persepsi perilaku caring (p=0.002). Hal ini dapat

menyimpulkan bahwa jumlah pasien pria yang dominan akan meningkatkan nilai

mean perilaku caring perawat dalam penelitian ini.

Berdasarkan dari hasil penelitian kategori terbanyak umur pasien (55-64

tahun) dimana sebesar 31.2%. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Baldursdottir dan Jonsdottir (2002), semakin bertambah umur pasien (the higher)

akan mempunyai persepsi yang lebih tinggi pada perilaku caring (p=0.001). Grade

HF dalam penelitian kebanyakan pada kategori grade III (43.8%). Berdasarkan

penelitian sebelumnya Baldursdottir dan Jonsdottir (2002), tidak ada hubungan

antara tingkat keparahan penyakit (severity) terhadap persepsi perilaku caring

(p=0.536). Berdasarkan palese et al (2011) bahwa latar belakang tingkat pendidikan

secara signifikan mempengaruhi perilaku caring perawat (p<0.001).

Data yang berhubungan dengan kualitas asuhan keperawatan pada pasien

gagal jantung ditunjukkan pada Tabel 4.5. Nilai mean kualitas asuhan keperawatan

pada post test (sesudah dilakukannya model caring) pada kelompok intervensi

adalah 4.15 (SD=0.25) dan 4.10 (SD=0.28) pada kelompok kontrol. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Zhao dan Akkadechanunt (2011), nilai mean sebesar

4.14 dengan 0.62 yang menunjukkan kualitas yang tinggi. Salah satu hal yang

mempengaruhinya adalah harapannya sendiri. Setelah pasien mendapat perawatan

Page 76: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

58

di rumah sakit, persepsinya tentang kualitas asuhan keperawatan berkaitan dengan

harapannya sebelumnya. Dibandingkan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh

Leinonen, Kilpi, Stahlberg, dan Lertola (2001), nilai mean GNCS nya sebesar 4.28.

Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Istomina, Razbadaukas, dan

Martinkenas (2014), menyatakan bahwa nilai GNCS berada pada 4.45. Dari hasil

penelitian dan studi penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa nilai mean GNCS

lebih dari 4. Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa jika nilai mean GNCS

sebesar 4 atau lebih besar dalam skala 1 sampai 5 maka menunjukkan kualitas

asuhan keperawatan yang baik. Jadi, dalam penelitian ini, nilai mean GNCS pada

kelompok intervensi dan kontrol sebesar 4.15 dan 4.10, maka menunjukkan kualitas

asuhan keperawatan yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian ini, jenis kelamin lebih banyak pria 67.2%

daripada wanita 32.8%. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tidak perbedaan

persepsi pria dan wanita terhadap kualitas asuhan keperawatan (Istomina,

Razbadauskas, & Martinkenas, 2014). Berdasarkan hasil penelitian umur pasien

lebih banyak pada kategori lansia (55-64 tahun) sebesar 31.2%. Berdasarkan

penelitian sebelumnya, ada hubungan antara umur dan persepsi kualitas asuhan

keperawatan (Istomina, Razbadauskas, & Martinkenas, 2014). Berdasarkan

Ndambuki 2013 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

tingkat pendidikan terhadap persepsi kualitas asuhan keperawatan (p=0.63). Dalam

penelitian ini, tingkat pendidikan lebih banyak pada kategori SMP/SMA (67.2%)

diikuti oleh SD (17.2%).

Page 77: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

59

5.3. Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan

Perilaku caring dalam kelompok post test, menggunakan uji independent t-

test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada perilaku caring antar

kelompok intervensi dan kontrol (t=-2.34, p=0.02) (Tabel 4.6.). Berdasarkan

penelitian sebelumnya yang dilakukan Patiraki et al. (2014), menyatakan bahwa

perilaku caring dapat dipengaruhi oleh karakteristik personal seperti sifat, prioritas,

sikap, dan komitmen. Ini telah dilaporkan bahwa karakteristik personal antara lain

perasaan, kepercayaan, filosofi, komitmen, rasa tanggung jawab, dan

mementingkan orang lain mempunyai semua kontribusi terhadap perilaku caring

yang dipersepsikan oleh pasien. Berdasarkan hasil penelitian dan studi penelitian

sebelumnya, menunjukkan bahwa melalui edukasi yang diberikan dapat

menciptakan karakteristik personal perawat yang lebih caring sehingga pasien

menganggap bahwa perawat pelaksana mempunyai perilaku caring.

Independent t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada

kualitas asuhan keperawatan pada post test (t=-2.26, p=0.02) (Tabel 4.7.).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Istomina, Razbadaukas,

dan Martinkenas (2014) di Lithuania didapatkan bahwa ada sejumlah faktor yang

mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan diantaranya hubungan perawat-pasien

selama menjalani perawatan. Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian

sebelumnya menyimpulkan bahwa adanya perubahan kualitas asuhan keperawatan

setelah perawat diberikan model caring melalui edukasi.

Page 78: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

60

5.4. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian

Kekuatan dalam penelitian ini adalah: 1) menggunakan instrumen perilaku

caring (Caring Behavior Inventory)-24 item, yang paling terbaru dan terbanyak

digunakan dalam penelitian tentang caring di dunia. Instrumen tersebut sudah

dibukukan sehingga dengan mudah mendapatkan instrumen originalnya, 2) pilot

study untuk konsistensi item kuesioner, 3) menentukan sampel dengan power

analysis, 4) menggunakan rumah sakit pemerintah yang terbesar di kota Medan,

dan 5) menggunakan analisa uji parametrik.

Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini meliputi: 1)

Instrumen kualitas asuhan keperawatan GNCS, sangat sulit didapatkan originalnya

sehingga peneliti memohon kepada pembuat GNCS mengirimkan instrumen

originalnya melalui e-mail, 2) lokasi penelitian yang menggunakan rumah sakit

umum milik pemerintah yang telah memiliki kebijakan dalam pelayanan kesehatan,

dan 3) teknik pengambilan sampel yang masih menggunakan nonprobability

sampling.

Page 79: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

61

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Suatu penelitian quasi-eksperimental telah dilakukan untuk menguji model

caring terhadap kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung. Penelitian

ini dilakukan dari Juli 2015 sampai Oktober 2015 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan. Enam puluh empat pasien gagal jantung telah direkrut

menggunakan teknik purposive sampling dan enam belas perawat pelaksana telah

direkrut menggunakan teknik total sampling. Peneliti mengumpulkan data dengan

menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data demografi, perilaku caring

perawat, dan kualitas asuhan keperawatan. Kemudian, hasil penelitian dianalisis

dengan menggunakan statistik deskriptif dan independent t-test. Dalam bab ini akan

menampilkan kesimpulan, implikasi pada keperawatan, dan rekomendasi pada

penelitian selanjutnya.

6.1. Kesimpulan

Rata-rata umur dari responden pasien gagal jantung berada pada rentang 55-

64 tahun dengan paling banyak responden adalah laki-laki, berpendidikan

SMP/SMA. Hampir semua dari responden mempunyai rentang lama sakit 1-5

tahun. Mayoritas responden telah mengalami HF grade III.

Rata-rata umur perawat pelaksana berada pada 25-34 tahun dengan paling

banyak responden adalah perempuan, lama bekerja 1-5 tahun. Hampir semua dari

responden berpendidikan D3 Keperawatan.

Page 80: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

62

Rata-rata responden yang direkrut dalam penelitian melaporkan bahwa

perilaku caring perawat berada pada kategori tinggi. Meskipun begitu, nilai mean

Caring Behavior Inventory (CBI) pada kelompok intervensi pasien gagal jantung

masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sejalan dengan hal

tersebut, Rata-rata responden dalam penelitian ini melaporkan bahwa kualitas

asuhan keperawatan masih berada pada kategori yang baik. Meskipun begitu, nilai

mean Good Nursing Care Scale (GNCS) pada kelompok intervensi pasien gagal

jantung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrolnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring pada kelompok

intervensi dan kontrol mempunyai perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan

bahwa model caring yang telah diberikan dapat meningkatkan perilaku caring pada

kelompok intervensi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kualitas asuhan

keperawatan pada kelompok intervensi dan kontrol mempunyai perbedaan yang

signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perawat yang melakukan model caring

dalam perawatannya dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

dibandingkan dengan standard care sebelumnya.

6.2. Saran

Temuan dalam penelitian ini akan memberikan informasi dalam mendukung

model caring terhadap kualitas asuhan keperawatan di berbagai pelayanan. Selain

itu juga, temuan dalam penelitian ini akan memberikan informasi yang berharga

bagi perawat dalam praktik klinis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik

yang berhubungan dengan caring. Perawat tidak hanya mempersepsikan intervensi

Page 81: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

63

keperawatan sebagai tugas atau task akan tetapi dapat menganggap bahwa caring

sebagai bagian dari diri perawat, sehingga kualitas pelayanan keperawatan lebih

baik.

Temuan dalam penelitian akan memberikan suatu pemahaman dalam

pendidikan keperawatan yang berkaitan dengan caring dan kualitas asuhan

keperawatan. Temuan ini juga memberikan bukti dalam mendukung pentingnya

caring dalam keperawatan. Sehingga, dosen keperawatan dapat mengajarkan dan

melatih mahasiswa untuk berperilaku caring dalam praktik klinis.

Penelitian ini berkontribusi dalam memahami lebih baik tentang caring dan

kualitas asuhan keperawatan. Akan tetapi, karena keterbatasan dalam penelitian ini,

penelitian selanjutnya direkomendasikan diantaranya replikasi penelitian dengan

meluas kepada etnik tertentu, suatu penelitian yang besar di beberapa rumah sakit

untuk menguji efektivitas model caring terhadap kualitas asuhan keperawatan.

Page 82: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

64

DAFTAR PUSTAKA

Ades, P. A., Keteyian, S. J., Balady, G. J., Miller, N. H., Kitzman, D. W., Mancini,

D. M., & Rich, M. W. (2013). Cardiac rehabilitation exercise and self-care

for chronic heart failure. Journal of American Cardiology, 1(6), 540-54. doi:

10.1016/j.jchf.2013.09.002

Aiken, L. H., Sloane, D. M., Bruyneel, L., Van Den Heede, K., & Sermeus, W.

(2013). Nurses reports of working conditions and hospital quality of care in

12 countries in Europe. International Journal of Nursing Studies, 50, 143-

153. doi: 10.1016/j.ijnurstu.2012.11.009

Baldursdottir, G., & Jonsdottir, H. (2002). The importance of nurse caring

behaviours as perceived by patients receiving care at an emergency

department. Heart & Lung, 31, 67-75. doi:10.1067/mhl.2002.119835

Brockopp, D., Schreiber, J., Hill, K., Altpeter, T., Moe, K., & Merritt, S. (2011). A

successful evidence-based practice model in an acute care setting. Oncology

Nursing Forum, 38(5), 509-511. doi: 10.1188/11.ONF.509-511

Burn, N., & Grove S. K., (2010). Understanding nursing research: Building an

evidence based practice. 5th Edition. Riverport Lane: Elseiver Saunders.

Chiang, L. C., Chen, W. C., Dai, Y. T., & Ho, Y. L. (2012). The effectiveness of

telehealth care on caregiver burden, mastery of stress, and family function

among family caregivers of heart failure patients: A quasi-experimental

study. International Journal of Nursing Studies, 49, 1230-1242. doi:

10.1016/j.ijnurstu.2012.04.013

Cho, S. H., June, K. J., Kim, Y. M., Cho, Y. A., Yoo, C. S., Yun, S. C., & Sung, Y.

H. (2009). Nurse staffing, quality of nursing care and nurse job outcomes in

intensive care units. Journal of Clinical Nursing, 18, 1729-37. doi:

10.1111/j.1365-2702.2008.02721

Delaney, C., & Barere, C. (2008). Blessings: The influence of a spirituality-based

intervention on psychosocial outcomes in a cardiac population. Holistic

Nursing Practice, 22(4), 210-219

DeVellis, R. F. (1991). Scale development: Theory and applications. California:

Sage Publications.

Erci, B., Sayan, A., Tortumluoglu, G., Kilic, D., Sahin, O., & Gungormus, Z.

(2003). The effectiveness of Watson’s caring model on quality of life and

blood pressure of patients with hypertension. Journal of Advanced Nursing,

41(2), 130-139. doi: 10.1046/j.1365-2648.2003.02515.

Page 83: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

65

Eizenberg, M. M. (2011). Implementation of evidence-based nursing practice:

nurses’ personal and professional factors? Journal of Advanced Nursing,

67(1), 33-42. doi: 10.1111/j.1365-2648.2010.05488.x

Foster, J. G., & Prevost, S. S. (2012). Advance practice nursing of adults in acute

care. Philadephia: F. A. Davis Company.

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2003). How to design and evaluate research in

education. Fifth edition. New York: McGraw-Hill.

Guder, G., Gelbrich, G., Edelmann, F., Wachter, R., Pieske, B., Pankuweit, S.,

Maisch, B., et al. (2015). Reverse epidemiology in different stages of heart

failure. International Journal of Cardiology, 184, 216-224. doi:

10.1016/j.ijcard.2015.02.009

Hertzog, M. A. (2008). Conderations in determining sample size for pilot studies.

Research in Nursing & Health, 31, 180-191. doi: 10.1002/nur.20247

Hilmer, M. P., Wodchris, W. P., Gill, S. S., Anderson, G. M., & Rochon, P. A.

(2005). Nursing home profit status and quality of care: Is there any evidence

of an association? Medical Care Research and Review, 62, 139-166. doi:

10.1177/1077558704273769

Hunt, S. A., Abraham, W. T., & Chin, M. H. (2009). ACC/AHA guidelines for the

diagnosis and management of heart failure in adults. Circulation, 119(14),

391-479. doi: 10.1161/circulationaha.109.192065

Ignatavicius, D. (2013). Medical surgical nursing: Patient centered collaborative.

7th Edition. Missouri: Elseiver Saunder.

Istomina, N., Razbadauskas, A., & Martinkenas, A. (2014). Evaluations related to

the quality of health and nursing care of patients after abdominal surgery.

Lithuanian Surgery, 123(1), 25-30.

Izumi, S., Baggs, J. G., & Knafl, K. A. (2011). Quality nursing care for hospitalized

patients with advanced illness: Concept development. Research in Nursing

Health, 33(4), 299-315. doi:10.1002/nur.20391

Kale, P., & Fang, J. C. (2008). Devices in acute heart failure. Critical Care

Medicine, 36, 121-128. doi: 10.1097/01.ccm.0000297318.39219.2d

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Laporan riset kesehatan dasar

2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Page 84: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

66

Kniselly, M. R., Fulton, J. S., & Friesth, B. M. (2015). Perceived importance of

teaching characteristics in clinical nurse specialist preceptors. Journal of

Professional Nursing, 31 (3), 208-214. doi: 10.1016/j.profnurs.2014.10.006

Kunaviktikul, W., Anders, R. L., Srisuphan, W., Chontawan, R., Nuntasupawat, R.,

Pumarporn, O., & Hanuchareonkul, S., et al. (2005). Development of

indicators to assess the quality of nursing care in Thailand. Nursing and

Health Sciences, 7, 273-280. doi: 10.1111/j.1442-2018.2005.00247

Lally, P., Jaarsveld, C. H., Potts, H. W., & Wardle, J. (2010). How are habits

formed: Modelling habit formation in the real world. European Journal of

Social Psychology, 40, 998-1009. doi: 10.1002/ejsp.674

Lee, L., Hsu, N., & Chang, S. (2007). An evaluation of the quality of nursing care

in orthopaedic units. Journal of Orthopaedic Nursing, 11, 160-168.

doi:10.1016/j.joon.2007.07.002

Leinonen, T., Leino-kilpi, H., Stahlberg, M. R., & Lertola, K. (2001). The quality

of perioperative care: Development of a tool for the perceptions of patients.

Journal of Advanced Nursing, 35(2), 294-306. doi: 10.1046/j.1365-

2648.2001.01846

Leong, L. T., Lao, S. W., & Chio, H. I. (2013). Understanding Watson’s caring

model in the self-management program for chronic heart failure patient.

Macau Journal of Nursing, 12(1), 42-47.

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical

surgical nursing: Assessment and management of clinical problems. 9th

Edition. Missouri: Elseiver.

Lukose, A. (2011). Developing a practice model for Watson’s theory of caring.

Nursing Science Quarterly, 24(1), 27–30. doi: 10.1177/0894318410389073

Lynn, M. R., McMilllen, B. J., & Sidani, S. (2007). Understanding and measuring

patients assessment of the quality of nursing care. Nursing Research, 56 (3),

159-166. doi: 10.1097/01.nnr.0000270025.52242.70

McCance, T., Slater, P., & McCormack, B. (2009). Using the caring dimensions

inventory as an indicator of person-centred nursing. Journal of Clinical

Nursing, 18, 409-417. doi: 10.1111/j.1365-2702.2008.02466

McEwen, M., & Wills, E. M. (2014). Theoretical basis of nursing. 4th Edition.

Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Page 85: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

67

Michie, S., Miles, J., & Weinman, J. (2003). Patient-centeredness in chronic illness:

What is it an does it matter? Patient Education Counseling, 51, 197-206.

doi:10.1016/S0738-3991(02)00194-5

Mufti, S., Qadri, G. J., Tabish, S. A., Mufti, S., & Riyaz, R. (2008). Patient’s

perception of nursing care at a large scale teaching hospital in India.

International Journal of Health Science, 12(2), 92-100.

Nashrath, M., Akkadechanunt, T., & Chontawan, R. (2011). Perceived nursing

service quality in a tertiary care hospital, Maldives. Nursing and Health

Science, 13, 495-501. doi: 10.1111/j.1442-2018.2011.00648

Ndambuki, J. (2013). The level of patients’ satisfaction and perception on quality

of nursing services in the renal unit, Kenyatta National Hospital Nairobi,

Kenya. Open Journal of Nursing, 3, 186-194. doi: 10.4236/ojn.2013.32025

O’Connell, E., & Landers, M. (2008). The importance of critical care nurses’ caring

behaviors as perceived by nurses and relatives. Intensive Critical Care

Nursing, 24(6), 349–358. doi:10.1016/j.iccn.2008.04.002

Pagidipati, N. J., & Gaziano, T. A. (2013). Estimating deaths from cardiovascular

disease: A review of global methodologies of mortality measurement.

Circulation, 127, 749-756. doi: 10.1161/circulationaha.112.128413

Palese, A., Tomietto, M., Suhonen, R., Efstathiou, G., Tsangari, H., Merkouris, A.,

& Jarosova, D., et al. (2011). Surgical patient satisfaction as an outcome of

nurses’ caring behaviors: A descriptive and correlational study in six

european countries. Journal of Nursing Scholarship, 43(4), 341-350. doi:

10.1111/j.1547-5069.2011.01413.x

Patiraki, E., Karlou, C., Efstathiou, G., Tsangari, H., Merkouris, A., Jarosova, D.,

& Leino-Kilpi, H., et al. (2014). The relationship between surgical patients

and nurses characteristics with their perceptions of caring behaviors: A

european survey. Clinical Nursing Research, 23(2), 132-152. doi:

10.1177/1054773812468447

Persky, G. J., Nelson, J. W., Watson, J., & Bent, K. (2008). Creating a profile of a

nurse effective in caring. Nursing Administration Quarterly, 32(1), 15-20.

Pipe, T. B., Kelly, A., LeBrun, G., Artherton, P., & Robinson, C. (2008). A

prospective descriptive study exploring hope, spiritual well-being, and

quality of life in hospitalized patients. Medsurg Nursing, 17(4), 247-253.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing research: Generating and assessing

evidence of nursing practice. Ninth Edition. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins.

Page 86: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

68

Radwin, L., Alster, K., & Rubin, K. M. (2003). Development and testing of the

oncology patients perceptions of the quality of nursing care scale. Oncology

Nursing Forum, 30(2), 283-290. doi: 10.1188/03.onf.283-290

Roger, V. L. (2013). Epidemiology of heart failure. Circulation Research, 113(6),

646-659.

Schmock, B. N., Breckenridge, D. M., & Benedict, K. (2009). Effect of sacred space

environment on surgical patient outcomes: A pilot study. International

Journal of Human Caring, 13(1), 49-59

Sheldon, L., Roht, K., & Kui, T. G. L. (2012). Heart failure in Asia: The present

reality and future challenge. European Heart Journal, A51-A52.

Siswanto, B. B., Radi, B., Kalim, H., Santoso, A., Suryawan, R., Erwinato, &

Antono, E., et al. (2010). Heart failure in NCVC Jakarta and 5 hospital in

Indonesia. CVD Prevention and Control, 5(1), 35-38.

Spilsbury, K., Hewitt, C., Strik, L., & Bowman, C. (2011). The relationship

between nurse staffing and quality of care in nursing homes: A systematic

review. International Journal of Nursing Studies, 48, 732-750.

Stichler, J. F., & Weiss, M. E. (2001).Through the eye of the beholder: Multiple

perspectives on quality in women’s health care. Journal of Nursing Care

Quality, 15(3):59–74.

Tafreshi, M. Z., Pazargadi, M., & Saeedi, Z. A. (2007). Nurses’ perspectives on

quality of nursing care: A qualitative study in Iran. International Journal

Health Care Quality Assurance, 20, 320–328. doi:

10.1108/09526860710754389

Tamilselvi, A., & Reghunath, R. (2014). A cross sectional study to measure patients

perception of quality of nursing care at medical wards. Nitte University

Journal of Health Science, 4(1), 21-23.

Urden, L. D., Stacy, K. M., & Lough, M. E. (2010). Critical care nursing:

Diagnosis and management. 6th Edition. St. Louis: Mosby.

Watson, J. (2008). The philosophy and science of caring. Colorado: University

Press of Colorado.

Wilkin, K., & Slevin, E. (2004). The meaning of caring to nurses: An investigation

into the nature of caring work in an intensive care unit. Journal of Clinical

Nursing, 13, 50-59. doi: 10.1111/j.1365-2702.2004.00814.

Page 87: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

69

Wiman, E., & Wikblad, K. (2004). Caring and uncaring encounters in nursing in an

emergency department. Journal of Clinical Nursing, 13, 422–429

Wysong, P. R., & Driver, E. (2009). Patients’ perceptions of nurses’ skill. Critical

Care Nurse, 29, 24-37. doi:10.4037/ccn2009241

Yancy, C. W., Jessup, M., Bozkurt, B., Butler, J., Casey, D. E., Drazner, M. H., &

Fonarow, G. C., et al. (2013). ACCF/AHA Guideline for the management

of heart failure. Circulation, 128, 240-327.

Zamanzadeh, V., Azimzadeh, R., Rahmani, A., & Valizadeh, L. (2010). Oncology

patients and professional nurses perceptions of important nurse caring

behaviors. Biomedicalcentral Nursing Journal, 10, 1-9.

Zhao, S., & Akkadechanunt, T. (2011). Patients’ perceptions of quality nursing care

in a chinese hospital. International Journal of Nursing and Midwifery, 3(9),

145-149.

Page 88: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

70

LEMBAR INFORMED CONSENT

Judul Penelitian:

Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan pada

Pasien Gagal Jantung

Peneliti :Septian Sebayang

Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara,

Medan, Indonesia

No. HP: 085297214499, e-mail: [email protected]

Saya mengundang anda menjadi responden dalam penelitian saya yang

berjudul "Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan pada

Pasien Gagal Jantung”. Penelitian ini dilakukan oleh Septian Sebayang, Mahasiswa

Magister (S2) pada Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Indonesia,

dibawah bimbingan Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, Ph.D. Tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas asuhan keperawatan

pada kelompok intervensi dan kontrol. Jika anda setuju untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini, anda akan diberikan kuesioner dengan pertanyaan tertutup, diisi dan

diberikan kepada peneliti atau kepala ruangan. Responden akan diberikan informasi

yang bermanfaat kepada perawat dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

melalui model caring.

Segala informasi diberikan akan dijaga kerahasiaan. Hasil penelitian ini

akan dipublikasikan untuk sebagai data penelitian dan tidak seorangpun dapat

mengidentifikasi indentitas dalam laporan penelitian. Anda dapat mengundurkan

Page 89: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

71

diri kapan pun selama dalam penelitian. Dalam penelitian ini tidak ada risiko fisik

maupun psikologis. Dengan menandatangani dibawah ini mengindikasikan anda

ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika anda mempunyai pertanyaan tentang

penelitian ini, anda dapat langsung menghubungi saya melalui No. HP:

085297214499 atau [email protected]

Tanda Tangan partisipan ----------------------- Tanggal --------------

Tanda Tangan peneliti ------------------------ Tanggal --------------

-

Page 90: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

72

INSTRUMEN

Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan pada

Pasien Gagal Jantung

Kode: …..

Tanggal : …..

Petunjuk: Dua kuesioner akan diisi dalam penelitian ini. Diantaranya :

1. Kuesioner Data Demografi

2. Instrumen Caring Behavior Inventory (CBI)-24 item

3. Instrumen modifikasi The Good Nursing Care Scale (GNCS)

Page 91: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

73

Kuesioner Data Demografi

Untuk Pasien

Kode: …..

Tanggal: …..

Petunjuk: Berikan tanda check list (√) atau isi pada setiap pertanyaan data

demografi yang sesuai

1. Jenis Kelamin

( ) 1. Laki-laki ( ) 2. Perempuan

2. Umur: Tahun

3. Pendidikan

( ) 1. SD ( ) 2. SMP/SMA

( ) 3. Diploma ( ) 4. Sarjana (S1)

( ) 5. Magister (S2) ( ) 6. Doktor (S3)

4. Lama Sakit: Tahun

5. Grade HF

( ) 1. Grade I ( ) 2. Grade II

( ) 3. Grade III ( ) 4. Grade IV

Page 92: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

74

Kuesioner Data Demografi

Untuk Perawat

Kode: …..

Tanggal: …..

Petunjuk: Berikan tanda check list (√) atau isi pada setiap pertanyaan data

demografi yang sesuai

1. Jenis Kelamin

( ) 1. Laki-laki ( ) 2. Perempuan

2. Umur: Tahun

3. Pendidikan

( ) 1. Diploma keperawatan

( ) 2. Sarjana (S1)/ Ners keperawatan

4. Lama bekerja: Tahun

Page 93: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

75

Penilaian Perilaku Caring Perawat

Caring Behaviors Inventory (CBI-24 item)

Kode: …..

Tanggal: …..

Perhatian:

Bacalah item-item tentang perilaku caring perawat. Pada setiap item, lingkari angka dibawah sesuai perilaku perawat peduli atau

caring.

No. Kategori Item Tidak

pernah

Hampir

tidak

pernah

Kadang-

kadang

Sering Hampir

Selalu

Selalu

1 Kepastian Kembali pada pasien dengan sukarela 1 2 3 4 5 6

2 Berbicara dengan pasien 1 2 3 4 5 6

3 Mendorong pasien untuk memanggil jika

ada masalah 1 2 3 4 5 6

4 Menanggapi dengan cepat panggilan pasien 1 2 3 4 5 6

5 Membantu mengurangi nyeri pasien 1 2 3 4 5 6

6 Menunjukkan kepedulian terhadap pasien 1 2 3 4 5 6

7 Memberikan perawatan dan obat dengan

tepat waktu kepada pasien

1 2 3 4 5 6

8 Menghilangkan gejala pasien 1 2 3 4 5 6

Page 94: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

76

9 Pengetahuan

dan

keterampilan

Mengetahui bagaimana memberikan

suntikan, infus, dll

1 2 3 4 5 6

10 Menjadi percaya diri dengan pasien 1 2 3 4 5 6

11 Menunjukkan kemampuan dan

keterampilan yang profesional 1 2 3 4 5 6

12 Menyiapkan alat-alat dengan terampil 1 2 3 4 5 6

13 Menjaga kerahasiaan informasi pasien 1 2 3 4 5 6

14 Penuh hormat Merawat pasien sebagai seorang individu 1 2 3 4 5 6

15 Penuh perhatian mendengarkan pasien 1 2 3 4 5 6

16 Memberi dukungan pada pasien 1 2 3 4 5 6

17 Bersikap empati atau sabar 1 2 3 4 5 6

18 Mengizinkan pasien untuk mengungkapkan

perasaan tentang penyakit dan

pengobatannya

1 2 3 4 5 6

19 Memenuhi kebutuhan pasien 1 2 3 4 5 6

20 Hubungan Memberikan pendidikan kesehatan kepada

pasien

1 2 3 4 5 6

21 Menghabiskan waktu dengan pasien 1 2 3 4 5 6

22 Membantu dalam perkembangan pasien 1 2 3 4 5 6

23 Lebih sabar atau tidak kenal lelah bersama

pasien

1 2 3 4 5 6

24 Mengikutsertakan pasien dalam

perencanaan perawatan 1 2 3 4 5 6

Page 95: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

77

Penilaian Kualitas Asuhan Keperawatan

Modifikasi GNCS (Good Nursing Care Scale)-33 item

Kode: …..

Tanggal: …..

Dibawah ini adalah pernyataan tentang perawatan di ruang rawat inap. Silakan pilih pernyataan setuju atau tidak setuju pada

setiap pertanyaan. Lingkari angka yang sesuai dengan pendapatmu.

No. Kategori Subkategori Item Sangat

tidak

setuju

Tidak

Setuju

Kurang

Setuju

Setuju Sangat

Setuju

1

.

Karakteristik staf Karakteristik

staf

Perawat sangat baik kepada

saya

1 2 3 4 5

Perawat menunjukkan rasa

humor kepada saya

1 2 3 4 5

Perawat bersikap kooperatif

kepada pasien

1 2 3 4 5

Perawat tampak sopan santun

dan menyenangkan dalam

perilakunya

1 2 3 4 5

Staf perawat bekerja dengan

baik dengan satu sama lain

1 2 3 4 5

Staf perawat menunjukkan

rasa peduli kepada pasien

1 2 3 4 5

Page 96: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

78

2

.

Aktivitas

berorientasi tugas

Fisik Perawat mengurangi rasa

nyeri yang saya alami

1 2 3 4 5

Saya merasa bahwa

perawatan yang sedang saya

jalani akan berjalan dengan

baik

1 2 3 4 5

Staf perawat sangat hati-hati

dan teliti dalam merawat

saya.

1 2 3 4 5

Saya selalu mempunyai posisi

yang nyaman saat dirawat

1 2 3 4 5

Staf perawat selalu memantau

keseimbangan cairan dan

tekanan darah selama saya

dirawat

1 2 3 4 5

Staf perawat selalu mengkaji

pola nafas saya selama

dirawat

1 2 3 4 5

Edukasi Saya menerima informasi

tentang apa yang sedang saya

alami

1 2 3 4 5

Perawat memberikan

informasi tentang masalah

yang berkaitan perawatan

saya

1 2 3 4 5

Saya diberikan penjelasan

dalam pola diet yang sehat

1 2 3 4 5

Page 97: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

79

Dukungan

Mendorong saya untuk aktif

berpartisipasi dalam perawatan

saya

1 2 3 4 5

Saya mempengaruhi pengobatan

yang sedang saya jalani dengan apa

yang saya pikirkan dan inginkan

1 2 3 4 5

Saya diberi kesempatan mendengar

musik, jika saya menginginkannya

1 2 3 4 5

3. Aktivitas

berorientasi

manusia

Rasa

hormat

Perawat menghormati saya dengan

tidak menempatkan pada situasi

yang mengganggu atau memalukan

saya

1 2 3 4 5

Caring Perawat ada ketika saya

membutuhkan

1 2 3 4 5

Advokasi Menghormati kerahasiaan saya 1 2 3 4 5

Perawat menjelaskan dengan jelas

tentang perawatan yang saya jalani

1 2 3 4 5

Perawat selalu menjawab segala

kondisi kesehatan yang tidak saya

mengerti

1 2 3 4 5

Dorongan Memberikan dukungan kepada saya 1 2 3 4 5

Perawat mengurangi rasa cemas

saya

1 2 3 4 5

Page 98: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

80

4. Prekondisi Prekondisi Memberikan waktu untuk

bertanya ketika saya

membutuhkan

1 2 3 4 5

Memberikan saya penjelasan

yang akurat tentang perawatan

saya.

1 2 3 4 5

5. Kemajuan proses

keperawatan

Perkembanga

n proses

keperawatan

Menghormati apa yang saya

ketahui tentang kondisi saya

1 2 3 4 5

Perawat berdiskusi tentang

alternatif perawatan dengan

saya

1 2 3 4 5

6. Lingkungan Fisik Perawat menciptakan

lingkungan yang aman bagi

saya

1 2 3 4 5

Perawat berusaha memberikan

lingkungan yang tenang bagi

saya

1 2 3 4 5

Sosial Perawat juga menunjukkan

perhatian kepada keluarga

pasien

1 2 3 4 5

Perawat membantu saya

berinteraksi dengan pasien lain

1 2 3 4 5

Page 99: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

81

Page 100: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

82

Page 101: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

83

Page 102: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

84

Page 103: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

85

Page 104: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

86

Page 105: EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN

87