pendekatan diagnosis demam
DESCRIPTION
Pendekatan Diagnosis DemamTRANSCRIPT
PENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM
Pendahuluan
Demam merupakan salah satu gejala yang dapat menyertai berbagai penyakit dan merupakan manifestasi
penting dari penyakit tersebut. Sering gejala demam ini dihubungkan dengan penyakit infeksi, tetapi kenyataan
banyak pula penyakit non infeksi dapat menimbulkannya.1,2,3
Seiring maraknya penggunaan anti mikroba ( antibiotika, anti virus, anti jamur, anti protozoa ) seringkali
para klinisi, paramedis, bahkan pasien sendiri menggunakan obat-obat tersebut bila demam. Tidak jarang mereka
menkombinasikan anti mikroba tersebut tanpa meangeksplorasi etiologinya. Terapi empiris dan terapi ajuvan yang
diberikan dokter sebaiknya harus memahami betul epidemiologi, etiologi dan patologi yang secara empiris memang
sering terbukti. Dalam hal ini meskipun terapi empiris diperbolehkan namun direkomendasikan untuk secepatnya
mampu mengidentifikasi etiologi yang definitive agar meaandapatkan drug of choice .
Selain infeksi , demam bisa ditimbulkan oleh keganasan, inflamasi alergi & nonalergi, serta sebab-sebab
lain yang tidak jelas. Demam merupakan manifestasi respon tubuh dalam menjaga keutuhan tubuh ( homeostasis )
terhadap benda asing ( mikroba, debu anorganik, zat-zat kimia ) atau yang dianggap benda asing ( auto antigen/
autoantibodi )
Dalam menegakkan diagnosis dengan gejala demam perlu mengetahui riwayat perjalan penyakit,
epidemiologi, mengidentifikasi tipe demam dan didukung pemeriksaan fisik & laboratorium penunjang , meskipun
pada beberapa kasus kita tidak mampu menegakkan dan kita mengkategorikannya dalam FUO ?.
II. DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Demam ( febris, fever )
Adalah kenaikan suhu tubuh diatas var iasi s i rkadian yang normal sebagai akibat dar i
perubahan pada pusat termoregulasi yang ter le tak dalam hipotalamus anter ior . Suhu tubuh
manusia berdasarkan i rama si rkadian terendah pada suhu 37,2 C pada pukul 06.00 dan
ter t inggi pada suhu 37,7 C pada pukul 16.00 s /d 18.00.
Suhu penderi ta biasanya diukur biasanya diukur dengan termometer a i r raksa dan
tempat pengambilannya dapat diaksi la , oral , a tau rektum. Dalam keadaan biasanya perbedaan
ini berkisar 0 ,5 C; suhu rektal lebih t inggi dar i suhu oral .
Hiperpereksia adalah:
adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41C atau lebih.
Hipertermia adalah:
Kenaikan suhu tubuh diatas set poin ( pusat pengatur) di hipotalamus akibat pembuangan panas yang tidak
adekwat/ insufisiensi seperti: latihan yang berlebihan, obat yang menghambat perspirasi, lingkungan yang panas.
Hipotermia
adalah keadaan suhu tubuh dibawah 35C.
Berdasarkan lamanya, demam dibedakan 2 macam 1,2:
1.Demam singkat yaitu demam yang berlangsung kurang dari 2 minggu dan kebanyakan penyebabnya oleh
infeksi bakteri,virus, parasit atau infeksi lainya.
2.Demam lama adalah kenaikan suhu sebesar 38,3C atau lebih yang berlangsung 2 minggu atau lebih. Termasuk
didalam demam lama ini adalah demam yang tidak jelas penyebabnya (Fever of unknown origin). Pada
demam lama ini selain penyakit infeksi maka penyakit-penyakit non infeksi juga sangat berperan.
BEBERAPA TIPE DEMAM YANG MUNGKIN KITA JUMPAI ANTARA LAIN:
Demam septik:
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam turun ke tingkat yang normal juga demam heptik.
Demam remiten :
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat pada demam septik.
Demam intermiten :
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang nomal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam terjadi seperti ini setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara
dua serangan demam disebut kuartana.
Demam kontiyu :
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpereksia.
Demam siklik:
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
Demam belum terdiagnosis ( FUO )
Istilah lain yang sering digunakan
o Febris et causa ignota
o Fever of obscure origin
o Fever of undetermined origin
o Fever of undiagnosed origin
o Fever of unknown origin
Adalah suatu keadaan dimana seseorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu
dengan suhu badan diatas 38,30C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama
1 minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
Pirogen
Subtansi yang menyebabkan demam disebut pirogen. Pirogen yang berasal dari luar tubuh dinamakan
pirogen eksogen, yang mayoritas merupakan mikroorganisme dan produk / toksinnya. Pirogen endogen adalah
polipeptida yang dihasilkan oleh berbagai sel terutama monosit / makrofag.
PATOFISIOLOGI DEMAM.
Suhu tubuh dikontrol oleh hipotalamus. Neuron anterior & posterior hipotalamus menerima 2 jenis signal
dari :
o Saraf perifer yang merefleksikan signal reseptor panas / dingin
o Suhu darah yang membasahi regio tersebut.
Kedua signal tersebut dientegrasikan oleh pusat termoregulator hipotalamus untuk mempertahankan suhu normal
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh
pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang indentik dengan
interleukin-1. Didalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia.4,5
i n f eks i , t oks in mik roba , med i a to r i n f l amas i , r e aks i imun
s i t ok in p i rogen ikIL-1 , IL -6 , TNF , IFN
ENDOTELHIPOTAL
AMUS
s ik l i k AMP
monos i t / mak ro fag , s e l endo t e l
SIRKULASI
konse rva s i & p roduks i panas
toksin mikroba
E levas i s e t po in t e rmoregu l a to r
DEMAM
PGE2
Gambar1. kronologi induksi demam
ETIOLOGI DEMAM
A. Infeksi : Bakteri, virus, riketsia, jamur, dan parasit
B. Penyakit Autoimun : SLE, poliarteritis nodosa, demam rematik, polimialgia
reumatika, arteritis sel besar, penyakit Still, granulomatosis Wegener, vaskulitis,
polikondritis berulang; jarang pada dermatomiosis, artritis reumatoid dewasa
C. Penyakit susunan saraf pusat : perdarahan otak, trauma kapitis, tumor otak dan
medula spinalis, penyakit degeneratif susunan saraf pusat (seperti multipel sklerosis),
trauma medula spinalis.
D. Tumor ganas : neoplasma primer (seperti kolon dan rektum, hati, ginjal,
neuroblastoma), tumor hati metastase.
E. Penyakit darah : limfoma, leukemia, anemia hemolitik.
F. Penyakit kardiovaskuler : infarj miokard, tromboflebitis, emboli paru.
G. Penyakit gastrointestinal : inflammatory bowel disease, abses hati, hepatitis alkoholik,
hepatitis granulomatosa.
H. Penyakit endokrin : hipotiroidisme, feokromositoma dapat meningkatkan suhu karena
gangguan termoregulasi.
I. Penyakit-penyakit yang disebabkan olehg zat kimia : reaksi obat (termasuk serum
sickness), neuroleptic malignant syndrome, hipertermia anestesi maligna, sindroma
serotonergik.
J. Penyakit miselanous : sarkoidosis, familial miditerranean fever, trauma jaringan dan
hematoma
K. Factitious fever
Heat stroke
Eksersional : latihan pada panas dan atau humiditas yang lebih tinggi dari normal Non eksersional: antikolinergik, antihistamin, antiparkinson, diuretik, fenotiazin
Hipertermia yang diinduksi obat-obatan Amfetamin, inhibitor monoamin oksidase, cocain, LSD, siklik antidepresan
Sindroma neuroleptik maligna Fenotiazine, butyrofenon, haloperidol, bromperidol, fluoxetine, loxapine, trisiklik benzodiazepine, metoklopramid, domperidon, thiothixene, molindone
Hipertermia maligna Anestesi inhalasi, suksinilkolin
Endokrinopati Tirotoksikosis Pheochromocytoma
Tabel 1.PENYEBAB SINDROM HIPERTERMIA
PENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM
Langkah-langkah Pendekatan Klinis Demam7
Dalam melakukan pendekatan klinis demam secara baik perlu diperhatikan langkah-langkah pemeriksaan
berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat dengan orientasi sebagai berikut :
Langkah pertama berorientasi pada sistem mengelola sembilan soal (SMESS) tahap I :
Infeksi saluran nafas atas
Infeksi saluran nafas bawah
Kaku leher
Nyeri perut
Disuria atau sakit pinggang
Diare
Abses atau radang tonsil dan otot
Nyeri dan pembengkakkan sendi
Tanpa kelainan spesifik
Setelah melalui tahapan ini beberapa penyakit demam sudah dapat diketahui/diduga, seperti infeksi saluran
nafas atas, infeksi saluran nafas bawah, infeksi saluran kencing, infeksi saluran cerna infeksi kulit, artritis,
meningitis.
Bila masih ada keraguan, kita meningkat pada SMESS tahap II yang merupakan suatu pendalaman
anamnesis dan pengamatan yaitu :
Perjalanan keluar kota/keluar negeri
Pekerjaan pasien
Kontak dengan orang sakit
Kontak dengan hewan peliharaan
Trauma fisis atau bedah
Obat-obatan (termasuk rokok, alkohol)
Keadaan kulit pasien
Kelenjar getah bening
Lubang orifices pasien
Suatu pertanyaan darimana, kapan, dan apa, merupakan suatu pertanyaan yang penting pada waktu
melakukan anamnesis merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menduga suatu penyakit dimana dengan
sistim transportasi yang demikian canggih bukan suatu hal yang tidak mungkin jika suatu penyakit pindah dari suatu
negara ke negara lain yang dapat dibawa oleh seseorang yang masih dalam masa inkubasi penyakit. Sebagai contoh
klasik seseorang turis yang berasal dari daerah non endemis dan datang ke daerah endemis malaria bila kembali
ketempatnya kemungkinan untuk timbul demam akibat malaria perlu kita curigai sehubungan dengan kemana ia
pergi dan kapan ia pergi. Perlu kita menanyakan kapan ia pergi hal ini berhubungan dengan masa inkubasi.
Bila dengan tahap pemeriksaan ini belum juga dapat didiagnosis kira-kira penyebab demam pasien
tersebut, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan ini dikelompokkan dalam SMESS tahap III
yang akan amat membantu dalam mengambil keputusan penting dalam bidang pengobatan.
Beberapa pemeriksaan penunjang dalam SMESS tahap III :
Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan imunologi
Pemeriksaan kimia darah
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan elektrokardiografi
Pemeriksaan biopsi jaringan tubuh
Dengan pemeriksaan hematologi dapat ditegakkan diagnosis malaria dan penyakit keganasan darah seperti
leukemia.
Bila kita menduga demam itu timbul akibat bakteriemia perlu pemeriksaan bakteriologi sebagai contoh
biakan darah dimana dengan pemeriksaan darah ini kita dapat mengetahui kuman penyebab dan resistensi terhadap
obat. Pemeriksaan imunologi dapat pula kita lakukan dengan melihat antibodi dari suatu penyakit misalnya widal.
Pada penderita dengan infeksi virus misalnya hepatitis dapat kita lakukan pemeriksaan kimia darah berupa tes fungsi
hati. Pemeriksaan radiologis dapat pula menunjang penyakit infeksi paru. Pemeriksaan elektrokardiografi dapat kita
jumpai kelainan jantung berupa karditis . Pemeriksaan biopsi jaringan tubuh dapat pula menentukan suatu infeksi
misalnya tuberkulosis kelenjar.
Setelah melalui tahap pemeriksaan SMESS III ini, sebagian besar penyebab demam sudah dapat terdeteksi.
Namun bila dalam 3 minggu demam berlangsung terus tanpa diketahui sebabnya, maka kita sebut Fever of Unknown
Origin (FUO).
Sekarang ini dengan kemajuan teknologi kedokteran banyak kasus demam yang semula tidak terdeteksi
dapat ditemukan penyebabnya. Kemajuan-kemajuan tadi dikelompokkan dalam SMESS tahap IV yaitu :
Perluasan cakrawala pemeriksaan tsb dalam SMESS tahap III
Scanning (sidikan)
Imaging
Ultrasonografi
Angiografi
Limfografi
Endoskopi / peritoneoskopi
Tindakan bedah (laparatomi percobaan)
Uji pengobatan (therapeutic trial)
PEMERIKSAAN FISIK : 4,5,6
Pemeriksaan fisik yang teliti harus diulangi secara reguler. Semua tanda-tanda vital merupakan petunjuk
yang relevan. Suhu tubuh harus diukur secara oral ataupun rektal, tetapi lokasi spesifik yang digunakan harus
konsisten. Hasil pengukuran suhu aksila dikenal sebagai petunjuk yang tidak bisa diandalkan sebagaimana halnya
hasil pengukuran oral yang dikerjakan segera setelah minum-minuman dingin atau panas, merokok ataupun setelah
mengalami hiperventilasi.
Pada sebagian kasus pasien diperiksa dengan seksama saat dilakukan evaluasi awal tetapi penekanan
diagnostik kemudian beralih kepada data-data laboratorium dan hasil pemeriksaan diagnostik lainnya. Perhatian
khusus harus diberikan kepada pemeriksaan fisik harian yang kadang-kadang harus dilakukan lebih sering sampai
kepastian diagnosis didapat dan respon yang diperkirakan terhadap pengobatan penyakitnya sudah tercapai.
Perhatian istimewa harus dicurahkan kepada pemeriksaan kulit, kelenjar limfe, mata, dasar kuku, sistem
kardiovaskuler, dada, abdomen, sistem muskuloskletal, syaraf.
Pemeriksaan rektal memberikan manfaat yang cukup mengesankan. Penis, prostat, skrotum dan testis harus
diperiksa dengan cermat dan prepusium, bila pasien tidak disirkumsisi harus diretraksi. Pemeriksaan pelvis
merupakan bagian dari setiap pemeriksaan jasmani pada seorang perempuan.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM(4,5)
Dengan begitu banyaknya kemungkinan diagnostik penyebab demam, namun hanya terdapat beberapa
gejala dan tanda saja yang menyertainya. Jika riwayat medis, kondisi epidemiologis ataupun hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan lebih dari penyakit virus sederhana atau faringitis streptokokus, maka pemeriksaan laboratorium
mutlak diperlukan.
J ika di temukan fokal infeksi a tau j ika anamnesis , kondisi epidemiologis a taupun hasi l
pemeriksaan f is ik menunjukkan diagnosis ter tentu, pemeriksaan laborator ium dapat
diarahkan. J ika demam tersebut sukar dibedakan, maka diperlukan algori tma diagnost ik dan
beberapa pedoman ter tentu.
PATOLOGI KLINIS
Pemeriksaan harus mencakup hi tung darah lengkap, hi tung jenis yang di lakukan secara
manual a tau dengan menggunakan a la t yang sensi t i f untuk mengenal i sel-sel eosinofi l ,
bentuk sel darah yang muda atau bentuk batang, bentuk granulasi toksik dan badan dohle; t iga
bentuk sel darah yang disebutkan terakhir ini sugest i f kearah infeksi bakter ia l .
Neutropenia dapat ter l ihat pada sebagian infeksi virus khususnya parvovirus B19,
reaksi obat , s is temik lupus er i tematosus, penyaki t t i foid, bruselosis dan penyaki t inf i l t ra t i f
sumsum tulang, termasuk l imfoma, leukemia, tuberkulosis ser ta his toplasmosids. Limfosi tosis
dapat ter l ihat pada penyaki t t i foid, bruselosis , tuberkulosis dan infeksi virus . Limfosi t
a t ipikal ter l ihat pada banyak penyaki t virus , termasuk virus Epstein-Bar (EBV),
s i tomegalovirus (CMV),human immunedeficiency virus (HIV),dengue,rubel la ,var isela
morbi l i , hepat i t is virus , serum sickness dan toksopalsmosis .
Monosi tosis ter l ihat pada penyaki t t i foid, tuberkulosis , bruselosis dan l imfoma.
Eosinofi l ia dapat di temukan pada reaksi obat t ipe hipersensi t ivi tas , penyaki t Hodgkin,
infusiensi adrenal dan infeksi metazoa ter tentu. J ika keadaan demam tampak berat a tau lama
sediaan apus harus diperiksa dengan cermat dan pemeriksaan la ju endap darah (LED) haris
di lakukan. Urinal is is dengan pemeriksaan sedimen urine diperlukan. Aksioma yang ada
mengatakan bahwa set iap penumpukan cairan yang abnormal (cairan pleural , per i tonial , sendi
dan la in- la in) harus diperiksa ulang bi la terdapat keadaan demam yang t idak terdiagnosis
kendat i sebelumnya sudah di lakukan pemeriksaan sample cairan tersebut . Cairan sendi harus
diperiksa untuk menemukan kris ta l .
Biopsi sumsum tulang untuk pemerikssan his topatologi disamping pemeriksaan kul tur
diper lukan kalau terdapat kemungkinan inf i l t ras i sumsum tulang oleh kuman patogen atau sel
tumor. Tinja harus diperiksa untuk menemukan darah mikroskopis ; pemerikssan mikroskopis
t inja untuk menemukan leukosi t , te lur cacing ataupun parasi t .
KIMIA DARAH
Pemeriksan elektrol i t , kadar glukosa, blood urea ni t rogen dan kreat inin harus
di lakukan. Tes faal hepar biasanya dikerjakan penyebab demam t idak menunjukkan
kemungkinan organ la in. Pemeriksaan kimia tambahan (kreat in poskokinase dl l ) .Dapat
di tambahkan dengan berlanjutnya penel i t ian pada pasien.
MIKROBIOLOGI
Sediaan apus dan kul tur dar i tenggorok, uretra , anus, serviks dan vagina harus dibuat
dalam si tuasi yang tepat . Pemeriksaan sputum (pengecatan Gram, BTA, Kultur) diper lukan
untuk set iap pasien yang menderi ta demam dan batuk-batuk. Pemeriksaan kul tur darah dan
kul tur cairan abnormal ser ta ur ine diperlukan kalau keadaan demam tersebut lebih dar i
penyaki t virus yang ter jadi tanpa komplikasi . Cairan cerebrospinal harus diperiksa dan
dikul tur bi la terdapat meningismus, nyeri kepala berat a tau perubahan s ta tus mental .
RADIOLOGI
Pembuatan foto thoraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk set iap
penyaki t demam yang s ignif ikan. Pada sebagian besar pasien yang menderi ta demam,
anamnesis r iwayat medis , pemeriksaan f is ik dan pemeriksaan laborator ium untuk skrening
pendahuluan akan menghasi lkan diagnosis a tau pasien sembuh spontan pada kasus yang
terakhir ini , penyaki t virus biasanya dipert imbangkan sebagai sumber infeksi yang
menyebabkan demam.
Kalau demam berlanjut selama 2-3 minggu sementara pemeriksaan f is ik dan
penunjang yang diulang selama waktu i tu t idak memberikan hasi l apapun, pasien dapat
didiagnosis sementara sebagai kasus observasi demam yang penyebabnya t idak diketahui
( FUO; fever of unknown origin) .
PENGOBATAN
Pada umumnya demam dapat ditoleransi oleh tubuh. Jika suhu lebih besar dari 40 OC (104OF), dan lama,
pengobatan simptomatik dapat diberikan. Suhu yang melebihi 41OC (105,8 OF) merupakan keadaan yang
emergensi.
A. Kompres : kantong alkohol, kantong dingin, kantong es, minum air es, dan mandi es akan menurunkan suhu
tubuh dan menciptakan kenyamanan pada penderita panas.
B. Antipiretik : Pada banyak keadaan, terapi antipiretik tidak diperlukan kecuali untuk alasan-alasan yang tepat
atau diberikan pada penderita-penderita dengan status hemodinamik marginal. Aspirin dan asetaminofen,
0,325-0,65 g setiap 4 jam, lebih efektif dalam menurunkan demam. Jika obat-obat ini diberikan, lebih baik
diberikan secara kontinyu. Dosis 'kapan perlu' dapat menyebabkan penderita berkeringat dan menggigil yang
periodik akibat variasi kadar obat.
C. Penggantian cairan : Cairan oral dan parenteral harus diberikan untuk mengimbangan kehilangan cairan dan
elektrolit.
Antibiotika : Penderita-penderita demam yang secara klinik dapat ditentukan suatu infeksi harus dimulai dengan terapi antibiotika yang sesuai. Terapi antibiotika berspektrum luas secara empirik dan segera diindikasikan untuk penderita demam dengan potensi infeksi serius, bahkan sebelum infeksi dapat ditegakkan. Hal ini dibenarkan pada penderita dengan hemodinamik yang tidak stabil yang diduga suatu sepsis dan pada penderita-penderita neutropenia (neutrofil < 500/L), dan pada penderita asplenik dan penderita imunosupresi (termasuk penderita yang mendapat kortikosteroid sistemik, azatioprin, siklosporin atau pengobatan imunosupresif lainnya dan infeksi HIV).