pendahuluan laporan bedah adib

Upload: adib-mustofa

Post on 09-Oct-2015

76 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan bedah fraktur os femur

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    1/19

    LAPORAN BEDAH

    Operasi Fraktur Os Femur dengan Metode Bone Pinni ng

    Dosen Pembimbing:

    Drh. Dudung Abdullah SM

    Oleh:

    Muhammad Adib Mustofa, SKH

    B94134336

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

    BAGIAN BEDAH DAN RADIOLOGI

    DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2014

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    2/19

    PENDAHULUAN

    Saat ini banyak orang memelihara hewan entah hanya sekedar sebagai hobi atau

    bahkan sebagai teman hidup dan dianggap sebagai salah satu anggota keluarga, umumnya

    mereka yang sayang dengan hewan peliharaanya akan membawa peliharaanya tersebut ke

    dokter hewan untuk berkonsultasi seputar kesehatannya. Masalah kecil seperti menurunnyanafsu makan sudah membuat pemilik menjadi resah. Kucing merupakan mamalia yang telah

    mengalami domestikasi, ada banyak jenis kucing yang ada di dunia ini, salah satunya adalah

    kucing lokal atau orang sering menyebutnya sebagai kucing kampung.

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau

    tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Berdasarkan jenisnya patah tulang

    dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka, fraktur tertutup, dan fraktur dengan

    komplikasi. (Bucholz et al. 2006). Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas pada os

    femur. Trauma, seperti tertabrak atau jatuh, adalah penyebab yang paling sering melatar

    belakangi kejadian patah tulang. Trauma jaringan lunak muskuloskeletal dapat berupa vulnus

    (luka), perdarahan, memar (konstusio), regangan atau robekan parsial (sprain), putus ataurobekan (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah, dan gangguan saraf (Mahartha et

    al. 2013).

    Pada kejadian fraktur peneguhan pemerikasaan biasanya dilakukan dengan melakukan

    radiografi, hal ini bertujuan untuk mempertegas diagnosa yang diberikan, selain itu dengan

    radiografi menggunakan sinar x bisa di dapatkan gambaran bentuk, type, ukuran pin yang

    akan digunakan serta letak bagian tulang yang mengalami fraktur.

    TujuanOperasi pembedahan ini bertujuan untuk mereposisi dan memperbaiki masalah

    fraktura pada os femur seekor kucing. Selain itu juga untuk melatih serta menjadi media

    pembelajaran bagi mahasiswa PPDH untuk mengatasi kejadian fraktur pada hewan kecil.

    Manfaat

    Operasi pembedahan ini bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kaki belakang

    kucing sehingga dapat berjalan normal kembali. Selain itu operasi ini dapat melatih

    mahasiswa untuk menangani kejadian patah tulang, khususnya pada hewan kecil.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Frkatur

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau

    tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Fraktur tulang femur bisa

    disebabkan oleh trauma. Fraktura karena trauma dapat dibedakan menjadi dua, (1)

    fraktura os femur directa yaitu fraktura yang terjadi tepat di tempat trauma tersebut datang.

    (2) Fraktura os femur indirecta yaitu fraktur yang terjadi tidak tepat di tempat trauma tersebut

    datang. Secara umum penyebab fraktura dapat dibagi menjadi dua macam:

    1. Penyebab ekstrinsik

    - Gangguan langsung: trauma yang merupakan penyebab utama terjadinya fraktura,

    misalnya tertabrak, jatuh dari ketinggian.

    - Gangguan tidak langsung: bending, perputaran, kompresi.

    2. Penyebab intrinsik

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    3/19

    - Kontraksi dari otot yang menyebabkan avulsion fraktur, seperti fraktur yang sering

    terjadi pada hewan yang belum dewasa.

    - Fraktur patologis: penyakit sistemik, seperti neoplasia, cyste tulang, ricketsia,

    osteoporosis, hyperparatyroidism, osteomalacia.

    - Tekanan berulang yang dapat menyebabkan fraktur

    Pada banyak kasus, terjadinya fraktur diikuti dengan gejala klinis yang jelas terlihat,

    secara sepintas pada bagian yang sakit akan menunjukan kelainan bentuk, fungsiolesa,

    kebengkakan krepitasi dan rasa sakit. Fraktur dapat dibedakan menjadi fraktur terbuka dan

    fraktur tertutup. Fraktur terbuka biasanya diikuti dengan ujung tulang atau bagian tulang

    yang patah menyembul keluar menembus kulit, Fraktur tertutup tejadi apabila ujung tulang

    yang patah masi tertutup oleh kulit. Menurut tingkat kerusakannya fraktur dapat dibedakan

    menjadi fraktur complete dan incomplete.

    Fraktur complete ditandai dengan adanya kerusakan pada dua fragmen dan perubahan

    letak dari fragmen tersebut. Sedangkan fraktur incomplete sering terjadi pada hewan muda

    dan ditandai dengan hilangnya kontinuitas dan perubahan letak. Sedangkan berdasarkan arah

    patahan dan lokasi, fraktur dibagi menjadi tujuh yaitu fraktur transversal jika arah patahannyategak lurus dengan sumbu panjang tulang. Apabila dilakukan reposisi atau reduksi, fragmen

    tulang tersebut mempunyai kedudukan yang cukup stabil sehingga mempunyai pengaruh

    yang baik untuk kesembuhan. Kemudian fraktur oblique(miring) adalah fraktur dengan arah

    patahan miring membentuk sudut melintasi tulang yang bersangkutan, fraktu rspiraljika arah

    patahannya bentuk spiral disertai terpilinnya ekstremitas. Fraktur impaktiveadalah fraktur

    dimana salah satu ujung tulang masuk ke fragmen yang lain. Fraktur comminutive adalah

    fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa bagian. Fraktur epiphysealadalah fraktur

    pada titik pertemuan epiphysis pada batang tulang dan fraktur condyloidadalah fraktur

    dimana bagian condylus yang patah terlepas dari bagian yang lain (Kumar, 1997).

    Berdasarkan stabilitas fragmen fraktur yang terjadi fraktur dibedakan menjadi stabel fraktur

    yaitu fragmen fraktur terfiksir setelah mengalami pengurangan dari kelebihan fraktur danInstable fraktur yaitu fragmen fraktur menjadi tidak stabil setelah mengalami pengurangan

    fragmen.

    Menurut lokasi fraktur dibedakan menjadi diaphysial fraktur yaitu fraktur yang terjadi

    di tengah medial diaphysis, metaphysial fraktur yaitu metaphysis anatomi dari tulang

    panjang, epiphysial fraktur yaitu fraktur epiphysial yang terjadi pada hewan dewasa, condylar

    fraktur yaitu fraktur condylus baik medial atau lateral atau keduanya, dan articular fraktur

    yaitu fraktur yang terjadi subchondral tulang dan articular kartilago.

    Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, danpengembalian

    fungsi dan kekuatan normal denganrehabilitasi:

    a. Reduksi

    Reduksi pada kasus fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada posisi

    anatomis normal. Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada

    posisi anatomik normalnya. Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi,

    dan reduksi terbuka. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip

    yang mendasarinya tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin

    untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan

    perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah

    mengalami penyembuhan.

    1.Metode reduksi, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke

    posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan Manipulasi dan Traksi manual.

    Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan tindakan, pemberian

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    4/19

    analgesik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan

    dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat

    imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan

    tulangpengambilan gambar radiografi harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen

    tulang telah dalam kesejajaran yang benar.

    2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi

    disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

    3. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan

    bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, palt,

    paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam

    posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

    b. Imobilisasi

    Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan

    dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Sasarannya adalah

    mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi penyembuhan. Metode untuk

    mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal (bebat, brace, case, pen

    dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat internal (nail, lempeng,

    sekrup, kawat, batang, dll).

    c. Rehabilitasi

    Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang

    sakit. Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan

    imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status

    neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan otot,

    partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara bertahap

    dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula

    diusahakan sesuai batasan terapeutik.Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat

    dikurangi dengan menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian

    atau pembalutan luka agar tulang tidak bergeser sangat penting untuk mencegah kerusakan

    jaringan lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang

    bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang.

    Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua

    tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang

    cedera. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan

    perifer.

    Fase fase pada penyembuhan fraktur:

    1. Fase hematoma

    Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati

    kanalikuli dalam sistem Havers mengalami robekan dalam daerah fraktur dan akan

    membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh

    periosteum. Periosteum akan terdorong dan mengalami robekan akibat tekanan hematoma

    yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak. Osteositdengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari daerah fraktur akan kehilangan

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    5/19

    darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskular tulang yang mati pada

    sisi sisi fraktur segera setelah trauma.Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur

    terjadi sampai 23 minggu.

    2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

    Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan.

    Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya selsel osteogenik yang berproliferasi dari

    periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus

    interna sebagi aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat

    pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferansiasi selsel mesenkimal yang

    berdiferensiasi kedalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi

    penambahan jumlah dari sel sel osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada

    jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak

    terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa

    minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik.

    Pada pemeriksaan radiologist kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu

    daerah radioluscen.Pada fase ini dimulai pada minggu ke 23 setelah terjadinya fraktur dan

    berakhir pada minggu ke 48.

    3. Fase pembentukan kalus (Fase union secara klinis)

    Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal

    dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas

    diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam garam

    kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut moven bone. Pada

    pemeriksaan radiologis kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi

    radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.

    4. Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)

    Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan lahan diubah menjadi

    tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan

    kelebihan kalus akan di resorpsi secara bertahap. Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4

    8 dan berakhir pada minggu ke 812 setelah terjadinya fraktur.

    5. Fase remodeling

    Bila union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bagian yang menyerupai

    bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling iniperlahanlahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang

    dan kalus eksterna secara perlahanlahan menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi

    tulang yang kompak dan berisi sistem havers dan kalus bagian dalam akan mengalami

    peronggaan untuk membentuk susmsum. Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8

    12 dan berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.

    Femur

    Femur merupakan salah satu tulang penyusun alat gerak pada kaki belakang. Ujung

    bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan trochanter minor. Bagian caput

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    6/19

    lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk

    articulatio coxae. Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan

    batang yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan

    crista intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, terdapat tuberculum quadratum.

    Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat

    pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea aspera.

    Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai

    crista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus

    medialis.Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada

    permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis,

    yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal

    dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia

    poplitea.Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian

    posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan

    oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di

    atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium

    berhubungan langsung dengan epicondylus medialis.

    a. Anatomi os femur b. Os femur

    Persiapan operator dan pembantu operator

    Operator dan pembantu operator sebelum dan selama pelaksanaan operasi harus selalu

    dalam kondisi steril. Operator dan pembantu operator mempersiapkandiri dengan mencuci

    tangan dari ujung tangan sampai batas siku sebelum operasi, menggunakan air sabun di

    bawah air bersih yang. Selama operasi, operator dan pembantu operator harus menggunakan

    masker, sarung tangan steril, dan pakaian khusus untuk operasi untuk mengurangi

    kontaminasi.

    Persiapan obat-obatan

    Premedikasi yang digunakan yaitu Atropin sulfat 0,025% dengan dosis 0,02 mg/kg

    BB secara subcutan. Untuk anestesi digunakan campuran Xylazine 2% dosis 2 mg/kg BB

    dengan Ketamin HCL 10% dosis 15 mg/kg BB yang diberikan secara intramuskuler.Antibiotik yan gakan diberikan harus juga dipersiapkan.

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    7/19

    Persiapan alatMeja operasi harus dibersihkan dan disterilkan dengan cara disemprot alkohol 70 %.

    Alat-alat operasi dipersiapkan dalam keadaan steril dan diletakkan secara urut dan rapi pada

    meja yang berdekatan dengan meja operasiMetode

    Persiapan hewanPersiapan kucing meliputi pemeriksaan penunjang radiografi untuk menetukan lokasi

    patah tulang. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik lengkap dan dilakukan pemeriksaan

    darah rutin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kucing memenuhi syarat operasi atau

    tidak, selain itu hal yang harus dipersiapkan adalah kesehatan kucing dan obat-obatan untuk

    anaestesi serta antibiotika penisilin-streptomycin. Sebelum dianaestesi, kucing diberi

    premedikasi berupa atropin. Pemberian atropin ini bertujuan agar kucing tidak muntah saat

    dianaestesi. Rambut kucing pada bagian yang akan dioperasi dicukur terlebih dahulu. Bila

    kucing dinyatakan memenuhi syarat dan dinyatakan sehat, maka operasi dapat dilaksanakan.

    Umumnya kucing harus dipuasakan makan selama 12 jam dan puasa minum selama 2 jam

    sebelum operasi dilakukan, dengan tujuan agar kondisi usus dalam keadaan kosong sehingga

    kucing tidak muntah dalam kondisi teranestesi

    . Sebelum operasi juga dilakukan sterilisasi alat bedah, orthopedic set, dan

    seperangkat baju operasi, serta tampon. Selanjutnya adalah menyiapkan atropin untuk

    premedikasi, xylazine-ketamin untuk anaestesi, dan penicilin untuk antibiotika topikal selama

    operasi. Dosis xylazine yang diberikan adalah 2 mg/kg bobot badan, sedangkan dosis

    ketamine adalah 22 mg/kg bobot badan. Setelah pencukuran selesai dan kucing telah

    teranaetesi, maka kucing dibaringkan di atas meja operasi. Pada daerah yang akan disayat

    diolesi iodine tincture sebagai antiseptik. Selanjutnya dipasang kain penutup atau duk pada

    badan kucing yang tidak akan dibedah.

    Operasi

    Tindakan operasi diawali dengan menyayat bagian medial dari femur, sayatan

    longitudinal dilakukan sekitar 3 cm dari arah proximal ke distal. Penyayatan ini dilakukan

    pada kulit diatas tulang yang mengalami fraktur. Kulit, fascia, dan jaringan subkutandiretraksikan, fascia lata diiris pada sepanjang tepi cranial muskulus biceps femoris. M. bicepsfemoris dirarik ke kaudal dan m. vastus lateralis ditarik ke depan sehingga tampak bagian permukaan

    tulang femur dan otot disayat hingga terlihat os femur. Saat melakukan penyayatan, harus

    diperhatikan adanya pembuluh darah. Pembuluh darah sebaiknya diikat sebelum disayat

    karena akan menyebabkan pendarahan apabila penyayatan dilakukan pada pembuluh darah

    besar.

    Saat tulang yang mengalami fraktur telah terlihat, tulang dikuakkan untuk

    memudahkan memasukkan pin. Pin dimasukkan dengan bantuan bor tulang hingga

    menembus bagian proximal os femur. Selanjutnya, pin dipotong dengan gergaji sesuai ukuran

    panjang tulang. Tulang direposisi hingga tulang menempel seperti normal. Posisi tersebut

    difiksasi, lalu sisa pin di bagian proximal di palu hingga menembus medula os femur bagian

    distal. Pin yang berada di proximal os femur diusahakan sedemikian rupa agar tidak menonjol

    pada bagian luar tulang. Hal ini agar sendi antara os femur dan os tibia-fibula tidak terganggu

    pergerakannya. Tulang yang mengganggu reposisi dipotong agar tidak melukai otot, Apabila

    reposisi dan pemasangan intramedullary pin telah selesai, maka tahap selanjutnya adalah

    menjahit otot dan kulit. Penisilin diteteskan pada lokasi tersebut sebelum dilakukanpenjahitan otot. Penjahitan otot dilakukan dengan metode simple suture menggunakan

    chromic catgut 3/0. Bagian yang dijahit selanjutnya adalah kulit. Metode dan benang yang

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    8/19

    digunakan untuk menjahit kulit sama dengan penjahitan otot. Setelah penjahitan kulit selesai,

    luka operasi dibersihkan dan diolesi dengan iodine tincture.Post- Operasi

    Setelah operasi selesai, selanjutnya luka operasi dibalut dengan kasa steril. Balutan

    tersebut diganti setiap dua hari sekali. Pasien diperiksa kesehatannya setiap hari. Pemeriksaan

    kesehatan meliputi pengukuran suhu, frekuensi napas, frekuensi jantung. Pengamatan pada

    urinasi, defekasi, makan, minum, dan cara berjalan. Selama masa pemulihan, kucing

    diberikan antibiotik amoxcilin dengan dosis 2mg/kg bobot badan secara peroral dua kali

    sehari selama tiga hari. Pengambilan gambar x-ray dilakukan setelah operasi

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pemeriksaan Fisik

    Signalement Hewan Nama : Cimeng

    Jenis hewan/spesies : Kucing

    Ras/breed : Domestik

    Warna rambut dan kulit : Coklat, hitam

    Jenis kelamin : Jantan

    Umur : 3 bulan

    Berat badan : 0.8 kg

    Tanda khusus : luka di kaki belakang sebelah kanan

    AnamnesisCimeng adalah seekor kucing berumur bulan. Cimeng ditemukan berjalan pincang

    dengan kaki belakang sebelah kiri sedikit mengalami kelainan. Ketika dipalpasi, terdengar

    krepitasi dan bagian os femur asimetris antara kaki kanan dan kiri. Dari hasil palpasi tersebut,

    diperkirakan cimeng mengalami patah tulang pada bagian femur, tidak diketahui pasti

    penyebabnya berdasarkan lama kejadiannya diperkirakan pataha tulang femur yang terjadi

    kemungkinan masih baru karena belum terbentuk callus. Pemeriksaan penunjang berupa

    radiografi dilakukan untuk memastikan kondisi kaki belakang cimeng.

    Status Present

    Keadaan Umum:

    Perawatan : buruk

    Habitus : berjalan pincang

    Temprament : baik, tenang

    Gizi : baik

    Pertumbuhan badan : sedang

    Sikap berdiri : menumpu dengan tiga kaki

    Suhu tubuh : 34,4C

    Frekuensi nadi : 154 kali/menit

    Frekuensi nafas : 48 kali/menit

    Adaptasi lingkungan : kurang baik

    Kepala dan leher

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    9/19

    Inspeksi:

    Ekspresi wajah : tenang

    Pertulangan kepala : simetris

    Posisi tegak telinga : tegak ke atas

    Posisi kepala : lebih tinggi dari tulang punggung

    PalpasiMata dan orbita mata kiri:

    Palpabrae : membuka dan menutup sempurna

    Cilia : mengarah keluar

    Konjunktiva : bersih, CRT < 3 detik, rose

    Menbran nictitans : tidak terlihat

    Bola mata kiri:

    Sklera : putih

    Cornea : bening

    Iris : tidak ada perlekatan

    Limbus : rata Pupil : tidak ada perubahan

    Refleks pupil : ada

    Vasa injectio : tidak terjadi

    Mata dan orbita mata kanan:

    Palpabrae : membuka dan menutup sempurna

    Cilia : mengarah keluar

    Konjunktiva : bersih, CRT < 3 detik, rose

    Menbran nictitans : tidak terlihat

    Bola mata kanan:

    Sklera : putih Cornea : bening

    Iris : tidak ada perlekatan

    Limbus : rata

    Pupil : tidak ada perubahan

    Refleks pupil : ada

    Vasa injectio : tidak terjadi

    Mulut dan rongga mulut:

    Rusak/luka bibir : tidak ada

    Mukosa : rose

    Gigi geligi : lengkap Lidah : kasar, tidak ada luka

    Telinga:

    Posisi : tegak ke atas

    Bau : bau khas cerumen

    Permukaan : bersih

    Krepitasi : tidak ada

    Refleks panggilan : ada

    Leher:

    Perototan : simetris

    Trachea : teraba, tidak ada refleks batuk

    Esofagus : tidak teraba

    Thorak

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    10/19

    Inspeksi

    Bentuk rongga thorak : simetris, tidak ada kelainan

    Tipe pernafasan : costalis

    Ritme : teratur

    Intensitas : dangkal

    Frekuensi : 120 kali/menitPerkusi:

    Lapangan paru-paru : normal, tidak ada perluasan

    Gema perkusi : nyaring

    Alat GerakInspeksi:

    Perototan kaki depan : simetris

    Perototan kaki belakang : kaki kiri tidak simetris

    Spasmus otot : tidak ada

    Tremor : tidak ada Sudut persendian : kaki kiri belakang ada perubahan

    Cara bergerak-berjalan : tidak koordinatif dengan 3 kaki

    Cara bergerak-berlari : tidak koordonatif dengan 3 kakiPalpasi:

    Struktur pertulangan

    Kaki kiri depan : teraba

    Kaki kanan depan : teraba

    Kaki kiri belakang : teraba, pada bagian os femur terasa adanya

    krepitasi

    Kaki kanan belakang : terabaKonsitensi pertulangan : krepitasi pada os femur

    Reaksi saat palpasi : menarik kaki kanan belakang

    Letak reaksi sakit : os femur kiri

    Panjang kaki depan ka/ki : simetris

    Panjang kaki belakang ka/ki : tidak simetris

    Pemeriksaan Radiografi sebelum Operasi

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    11/19

    Hasil radiografi memperlihatkan perubahan posisi dan bentuk dari os femur bagiankiri. Terlihat fraktur pada os femur ber type oblique

    Perhitungan Dosis Anastesi

    Pada operasi ini pilihan anastesi yang digunakan adalah kombinasi xylazine-ketamine

    secara intramuscular. Pada umumnya xylazin dikombinasikan dengan ketamin untuk

    beberapa spesies hewan, terutama kuda, kucing, anjing, primata dan kelinci (Sardjana dan

    Kusumawati, 2004). Sebelum xylazine dan ketamine diberikan terlebih dahulu, premedikasi

    terlebih dahulu diberikan. Pemberian premedikasi bertujuan untuk memeberikan rasa tenang,

    mengurangi nyeri saat anaestesi dan pembedahan, mengurangi dosis dan efek samping dari

    anestetika yang digunakan, serta untuk menambah khasiat dari anaestetika. Premedikasi yang

    digunakan adalah atropin. Tujuan pemberian atropin sebelum anaestesi adalah untuk

    menurunkan sekresi kelenjar saliva, keringat, dan lendir di mulut. Selain itu juga untuk

    mengurangi efek parasimpatolitik/paravasopagolitik sehingga menurunkan risiko timbulnya

    refleks vagal.

    Pertimbangan penggunaan xylazine dan ketamine karena kedua sediaan ini paling

    sering digunakan dan dapat saling melengkapi antara efek analgesik dan relaksasi otot, selain

    itu dibandingkan dengan obat obatan anaestesi yang lainnya xylazine dan ketamin tergolong

    lebih murah, akan tetapi dampak negatif juga ditumbulkan oleh kombinasi penggunaanxylazine dan ketamin mnurut Flecknell (2000) dapat menekan metabolisme dan kerja jantung

    sehingga dapat menurunkan frekuensi respirasi dan denyut jantung. Penggunaan xylazine

    dapat mengurangi sekresi saliva dan peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh

    penggunaan ketamine. Kombinasi ketamine-xylazine memiliki banyak keuntungan,

    diantaranya mudah dalam pemebriannya, ekonomis, induksinya cepat begitu pula dengan

    pemulihannya,

    Premedikasi :

    Atropin

    Dosis : 0.025 mg/kg BBKonsentrasi : 0.25 mg/ml

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    12/19

    Jumlah pemberian :

    =

    = 0.08 ml

    Anastesi General:

    Xylazine 2%:

    Dosis: 2 mg/kg BB

    Konsentrasi: 20 mg/ml

    Jumlah pemberian :

    =

    = 0.08 ml

    Ketamine 10%Dosis : 10 mg/kg BB

    Konsentrasi : 100mg/ml

    Jumlah pemberian :

    =

    = 0.08 ml

    Prinsip penanganan fraktur adalah reposisi tulang. Reposisi tersebut dapat dilakukan

    dengan dua cara yaitu reposisi tanpa operasi dan reposisi dengan operasi. Pada kasus fraktur

    os femur kali ini, penanganan reposisi tulang adalah dengan operasi pembedahan dan

    dilanjutkan dengan pemasangan intramedullary pin. Pertimbngan pemilihan metode

    intramedullary pinberdasarkan bentuk frakturnya. Fraktur dengan type tranversal akan lebih

    mudah ditangani dengan metode intramedullary pin karena tulang tidak hancur, sehinggaketika pin ditembuskan ke dalam sumsum tulang tulang dapat lebih mudah menyatu.

    OPERASI

    Operasi diawali dengan menyayat kulit dibagian medial dari femur, sayatan

    longitudinal dilakukan sekitar 3 cm dari arah proximal ke distal. Penyayatan ini dilakukan

    pada bagian tulang yang mengalami fraktur. Kulit, fascia,dan jaringan subkutan diretraksikan,fascia lata diiris pada sepanjang tepi cranial muskulus biceps femoris. M. biceps femoris dirarik ke

    kaudal dan m. vastus lateralis ditarik ke depan sehingga tampak bagian permukaan tulang femurdan

    otot disayat hingga terlihat os femur. Saat melakukan penyayatan, harus diperhatikan adanya

    pembuluh darah. Pembuluh darah sebaiknya diikat sebelum disayat karena akanmenyebabkan pendarahan apabila penyayatan dilakukan pada pembuluh darah besar.

    Saat tulang yang mengalami fraktur telah terlihat, tulang dikuakkan untuk memudahkan

    memasukkan pin. Pin dimasukkan dengan bantuan bor tulang hingga menembus bagian

    proximal os femur. Sebelumnya, pin dipotong dengan gergaji sesuai dengan ukuran panjang

    tulang. Setelah itu, tulang direposisi hingga menempel seperti normal. Posisi tersebut

    difiksasi, lalu sisa pin di bagian proximal di palu hingga menembus medula os femur bagian

    distal. Pin yang berada di proximal os femur diusahakan sedemikian rupa agar tidak menonjol

    pada bagian luar tulang. Hal ini agar sendi antara os femur dan os tibia-fibula tidak terganggu

    pergerakannya. Tulang yang mengganggu reposisi dipotong dengan tang tualng agar tidak

    melukai otot.

    Apabila reposisi dan pemasangan intramedullary pin telah selesai, maka tahapselanjutnya adalah menjahit otot dan kulit. Penisilin terlebih dahulu diteteskan pada lokasi

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    13/19

    tersebut sebelum dilakukan penjahitan otot. Penjahitan otot dilakukan dengan metode simple

    suture menggunakan chromic cat gut 3/0. Bagian yang dijahit selanjutnya adalah kulit.

    Metode dan benang yang digunakan untuk menjahit kulit sama dengan penjahitan otot.

    Setelah penjahitan kulit selesai, luka operasi dibersihkan dan diolesi dengan iodine tincture.

    a. Sayatan pada kulit dan otot medial hingga tulang terlihat.

    b.

    Pemasangan intramedullary pin dengan menggunakan bor manual

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    14/19

    c. Pin dimasukkan ke dalam sumsum tulang dan ditembuskan ke bagian

    proximal os femur.

    d. Pin yang ditembuskan kemudian disambungkan dengan bagian tulang

    yang patah, dilakukan dengan mengungkit bagian tulang yang akan

    disambungkan.

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    15/19

    e. Proses penjahitan sayatan dengan menggunakan cutgat 3/0

    f. Hasil reposisi os femur setelah pemasangan pin

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    16/19

    Monitoring Saat Operasi

    Tabel 1. Hasil pengukuran suhu, denyut jantung, dan frekuensi nafas selama operasi

    ParameterPre

    Operasi

    Menit ke-

    15 30

    Suhu (C) 34,4 33,3 32,7

    Jantung

    (kali/menit)160 72 88

    Nafas

    (kali/menit)24 28 24

    Grafik 1. Monitoring suhu saat operasi

    Grafik 2. Monitoring jantung saat operasi

    34.4

    33.3

    32.7

    31.5

    32

    32.5

    33

    33.5

    34

    34.5

    35

    waktu 0 menit 15 menit 30

    SUHU(C 0)

    160

    72

    88

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    WAKTU 0 MENIT 15 MENIT 30

    Jantung (kali/menit)

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    17/19

    Grafik 3. Monitoring frekuensi nafas selama operasi

    Berdasarkan data yang didapatkan suhu tubuh dari awal operasi sudah berada pada

    rentang yang lebih rendah diabndingkan dengan suhu normal kucing (.......) hal ini diduga

    akibat

    Sardjana, IKW dan D Kusumawati. 2004. Anestesi Veteriner Jilid I. Gadjah Mada University

    Press. Bulaksumur, Yogyakarta 1-49.

    Post Operasi

    Tindakan post operasi yang dilakukan setelah pembalutan adalah monitoring keadaan

    umum kucing, pembersihan area sekitar jahitan, pemberian perubalsam, penggantian

    pembalutan 2 hari sekali, pemberian antibiotik secara teratur (amoxcilin per oral), dan

    pengambilan gambar radiografi setelah operasi. Selain itu untuk menambah nafsu makan

    pada kucing diberikan scoot emulsion dan imbost peroral sekali sehari selama 4 hari.

    Hasil monitoring post operasi

    Monitoring kondisi hewan setelah operasi dilakukan setiap hari di waktu pagi dansore. Keadaan umum yang diamati meliputi frekuensi nafas, denyut jantung, suhu, defekasi,

    urinasi, makan dan minum. Hasil pengamatan menunjukkan pada hari pertama post operasi,

    keadaan umum hewan baik, frekuensi nafas, denyut jantung dan temperatur berada pada

    kisaran normal. Nafsu makan dan minum baik, defekasi dan urinasi terlihat lancar kucing

    tidak lagi diare, saat awal kucing dibawa sebelum dilakukan operasi, kucing mengalami diare

    hal ini diduga akibat penggantian pakan. Hasil pemeriksaan pada setiap harinya menunjukkan

    bahwa kucing berangsur-angsur sehat dan kondisi tubuhnya membaik.

    Tiga hari setelah dilakukan operasi kucing sudah kembali berjalan dengan

    menggunakan keempat kakinya, walaupun sedikit diseret tetepi kaki sudah digunakan untuk

    menumpu.

    24

    28

    24

    22

    23

    24

    25

    26

    27

    28

    29

    waktu 0 menit 15 menit 30

    Frekuensi (nafas/menit)

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    18/19

    32 32 28 32 28 28 32 32 28 32

    152 148 148

    160152

    144

    160

    148156

    144

    38.3 38.7 38 38.8 38.3 38.9 38.6 38.8 38.4 38.7

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    selasa

    pagi

    selasa

    sore

    rabu pagi rabu sore kamis

    pagi

    kamis

    sore

    jum at

    pagi

    jum at

    sore

    sabtu pagisabtu sore

    Grafik monitoring post operasi

    frekuensi nafas denyut jantung suhu

    Tabel 2. Pengamatan kondisi fisiologis kucing post operasi

    No. Parameter

    Hari ke-

    1 2 3 4 5

    Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore

    1 Suhu (C) 38.3 38.7 38 38.8 38.3 38.9 38.6 38.8 38.4 38.7

    2 Frekuensi Nafas 32 32 28 32 28 28 32 32 28 32

    3 Denyut Jantung 152 148 148 160 152 144 160 148 156 144

    4 Makan + + + + + + + + + +

    5 Minum + + + + + + + + + +

    6 Feses + - + - + - + - + -

    7 Urin + + + + + + + + + +

    8 Luka Basah Basah Basah Basah Basah kering Kering Kering Kering Kering

    Berdasarkan hasil post operasi kucing dalam keadaan sehat. Keadaan umum kucing

    stabil. Nafsu makan kucing baik setelah dilakukan operasi. Begitu pula dengan defekasi dan

    urinasi kucing yang teratur setiap harinya.feses kucing tidak lagi encer seperti saat diare.

    Pada hari ketiga kucing mulai menapakkan kaki belakang sebelah kiri ketika berjalan dan

    berlari. Berikut adalah gambar radiografi tulang setelah operas

  • 5/19/2018 Pendahuluan Laporan Bedah Adib

    19/19