laporan bedah umum

35
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Operasi adalah suatu upaya penanganan suatu gangguan (penyakit) dengan cara pembedahan. Tindakan operasi dilakukan pada berbagai daerah salah satunya adalah laparotomi. Laparotomi merupakan tindakan pembedahan atau penyayatan pada dinding abdominal atau lapisan peritoneal, sehingga dapat mencapai organ-organ visceral secara langsung. Laparotomi sendiri berasala dari kata Laparo yang berarti abdominal dan dari kata tomy yang berarti penyayatan. Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting pada tindakan pembedahan. Anestesi umum adalah tahapan yang sangat penting dan mempunyai resiko jauh lebih besar dari prosedur pembedahan, karena anestesi yang dalam akan mengancam nyawa pasien. Pemberian agen anestetikum yang kurang atau tidak mencukupi menyebabkan pasien akan tetap merasakan sakit, tetapi apabila dosis anestetikum yang diberikan dalam keadaan berlebihan dapat terjadi kematian. Kriteria idealanestetikum, yaitu anestetikum yang menghasilkan sedasi, analgesi, relaksasi, ketidaksadaran, dan aman untuk sitem vital, serta mudah diaplikasikan (Fossum, 1997). Anestetika yang paling banyak digunakan adalah injeksi kombinasi ketamine-xylazine. Kombinasi ini menghasilkan anestesi tidak stabil, memerlukan pengulangan pemberian, pemulihan lama, mempunyai efek samping kejang dan muntah. Ketamine adalah senyawa sintetik sejenis dengan PCP

Upload: bernadhete-gaudia-sabirose

Post on 28-Oct-2015

466 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Laparatomy

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan BEDAH UMUM

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian

Operasi adalah suatu upaya penanganan suatu gangguan (penyakit) dengan cara

pembedahan. Tindakan operasi dilakukan pada berbagai daerah salah satunya adalah

laparotomi. Laparotomi merupakan tindakan pembedahan atau penyayatan pada dinding

abdominal atau lapisan peritoneal, sehingga dapat mencapai organ-organ visceral secara

langsung. Laparotomi sendiri berasala dari kata Laparo yang berarti abdominal dan dari kata

tomy yang berarti penyayatan.

Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting pada tindakan pembedahan. Anestesi

umum adalah tahapan yang sangat penting dan mempunyai resiko jauh lebih besar dari

prosedur pembedahan, karena anestesi yang dalam akan mengancam nyawa pasien.

Pemberian agen anestetikum yang kurang atau tidak mencukupi menyebabkan pasien akan

tetap merasakan sakit, tetapi apabila dosis anestetikum yang diberikan dalam keadaan

berlebihan dapat terjadi kematian. Kriteria idealanestetikum, yaitu anestetikum yang

menghasilkan sedasi, analgesi, relaksasi, ketidaksadaran, dan aman untuk sitem vital, serta

mudah diaplikasikan (Fossum, 1997).

Anestetika yang paling banyak digunakan adalah injeksi kombinasi ketamine-xylazine.

Kombinasi ini menghasilkan anestesi tidak stabil, memerlukan pengulangan pemberian,

pemulihan lama, mempunyai efek samping kejang dan muntah. Ketamine adalah senyawa

sintetik sejenis dengan PCP (Phencyclidine) yang dipakai sebagai obat anesthetic pada

veterinary juga pada manusia(Frecknell PA, 1987).

Ketamine dosis rendah menghasilkan analgesik yang baik, tetapi ketamine

menyebabkan kekejangan otot dan peningkatan denyut jantung, tetapi ketamine

menyebabkan kekejangan otot dan peningkatan denyut jantung (Pathak et al.1982; Kul et al.

2001).

Xylazine HCl adalah golongan alpha2-adrenoceptor stimulant atau alpha-2 adrenergic

receptor agonist. Xylazine bekerja melalui mekanisme yang menghambat tonus simpatik

karena xylazine mengaktivasi reseptor postsinap α2-adrenoseptor sehingga menyebabkan

medriasis, relaksasi otot, penurunan denyut jantung,penurunan peristaltik, relaksasi saluran

cerna, dan sedasi. Xylazine menyebabkan relaksasi otot melalui penghambatan transmisi

impuls intraneural pada susunan syaraf pusat dan dapat menyebabkan muntah. Xylazine juga

dapat menekan termoregulator (Adams, 2001). Pemberian atropine sulfat secara bersamaan

Page 2: Laporan BEDAH UMUM

sebagai preanestesi, dapat menurunkan pengaruh hipersalivasi dan bradikardi dari xylazine

(Bishop, 1996). Atropine adalah agen menghambat muskarinik atau antimuskarinik dengan

mekanisme kerja secara kompetisi dengan reseptor acetilkolin. Penggunaan kombinasi

atropine sulfat, xylazine HCl atau midazolam sebagai preanestesi akan memberikan pengaruh

lebih baik terhadap anestesi serta meningkatkan potensi anestetikum. Preanestesi juga sangat

penting pada hewan untuk tujuan merestrain sebelum dilakukan anestesi.

Tolfenamic Acid (TA) adalah salah satu dari kelas non-steroid anti-inflammatory drugs

(NSAIDs).Tolfenamic Acid digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada serangan

migrain (Booth et al., 1977).

Ampicillin adalah salah satu antibiotik semi sintetik golongan penicillin. Ampicillin

termasuk dalam agen bakterisidal yang mempunyai spektrum aktivitas luas pada bakteri

Gram negatif dan positif. Bakteri-bakteri yang rentan terhadap Ampicillin antara lain :

Streptococcus, Staphylococcus, Clostridium, E. coli, Klebsiella, Shigella, Salmonella,

Proteus, Brucella dan Pasteurella (Jones et al., 1978). Pemberian ampicillin ada beberapa

macam bisa PO (per oral), IV, IM, dan SC, tergantung pada sediaan obat dan kegunaannya.

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak. vitamin K diperlukan oleh tubuh

dalam proses pembekuan darah secara normal. Vitamin K sangat berperan dalam proses

pembekuan darah, kekurangan vitamin K dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah

sehingga menyebabkan perdarahan yang sulit membeku (Sulistia G, 1987).

Pemberian primperan (Metoclopramide) bertujuan untuk mengatasi gejala muntah pada

kucing Ucyl. Metoclopramide merupakan derivate para-aminobenzoic acid, gugus kimianya

mirip prokainamid, tapi efek anastetika lokalnya sangat lemah,dan hampir tidak berpengaruh

terhadap miokard. Efek farmakologi dari Metoclopramide adalah berkerja dalam saluran

gastrointestinal dan CNS. Dalam saluran Gastrointestinal metaclopramide meningkatkan

motilitas gastrointestinal tanpa menstimulasi gastrium, pankreas dan sekresi empedu. Di

dalam CNS, metoclopramide nyata sebagai antagonis dopamine, anti-emetic pusat,

menghalangi dopamine didalam chemo-reseptor trigger zone, extrapyrimidal, dan efek

stimulasi prolaktin (Forsyth S, 1995).

Efek nyata yang diberikan oleh Metoclopramide adalah anti emesis lokal, dalam dunia

kedokteran hewan dapat dipakai pada kasus muntah-muntah karena Parvo-virus dan uremic

gastritis. Namun perlu diperhatikan; kontraindikasi dari Metoclopramide adalah pada pasien

dengan perdarahan gastrointestinal, obstruksi atau perforasi dan hypersensitif terhadap

Metoclopramide(Forsyth S, 1995).

Page 3: Laporan BEDAH UMUM

Novaverine merupakan obat diare golongan Anti motilitas/Anti spasmodik. Mekanisme

kerjanya yaitu mengurangi kecepatan pergerakan pada usus (relaksasi otot polos) (Gorda et

al., 2010).

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan

ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk

menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh (Sulistia G, 1987).

Page 4: Laporan BEDAH UMUM

BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Bahan – Bahan sebelum Operasi dan sesdudah operasi:

Yang utama adalah kucing yang dilengkapi dengan pemeriksaan anamnesis yang

lengkap yang meliputi:

Nama kucing : Manis

Jenis kelamin, usia : betina, 6 bulan

Berat badan : 2,2 kg

Warna, ras : trikalor, domestik house cat (DHC)

Dalam praktikum kali ini ada beberapa bahan yang digunakan untuk selama

operasi laparotomi berlangsung antar lain adalah :

a. Atropin sulfat (0,05 mg) dengan dosis mg/kg BB digunakan sebagai obat

premedikasi.

Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 0,04 mg/kgBB = 0,17 ml

Kandungan sediaan 0,5 mg/ ml

b. Xylasin 2% dengan dosis mg/kgBB digunakan sebagai anastesi umum

Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 2,2 mg/kgBB = 0,22 ml

Kandungan sediaan 20 mg/ ml

c. Ketamin 10% dengan dosis mg/kgBB digunakan sebagai anastesi umum

Jumlah Pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 10 mg/kgBB = 0,22 ml

Kandungan sediaan 100 mg/ml

d. Penicilin G dengan dosis secukupnya digunakan sebagai antibiotik yang diberikan

pada permukaan luar kulit setalah operasi sebelum ditutup dengan bandage.

e. Ampicillin sodium (Visilin) dengan dosis mg/kgBB digunakan sebagai antibiotik

yang diberikan pada setiap lapisan jahitan yang dibedah. Jumlah Pemberian ± 1 ml

per lapisan jahitan.

Sedangkan obat-obatan setelah operasi meliputi :

a. Ampicillin sirup dengan dosis mg/kgBB yang diberikan secara peroral sebagai

antibiotik dari dalam. Diberikan dua kali sehari selama lima hari, tiap pemberian

sebanyak 1,76 ml.

Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 20 mg/kgBB = 1,76 ml

Kandungan sediaan 25 mg/ml

Page 5: Laporan BEDAH UMUM

b. Ampicillin inject 1 ml yang diberikan secara intramuscular sebagai antibiotik dari

luar

Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 10 mg/kgBB = 0,22 ml

Kandungan sediaan 100 mg/ ml

c. Tolfenamic Acid dengan dosis mg/kgBB digunakan sebagai analgesik pasca operasi

Jumlah Pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 4 mg/kgBB = 0,11 ml

Kandungan sediaan 80 mg / ml

d. Iodine oles dengan dosis secukupnya sebagai antiseptik untuk membersihkan luka

jahitan

e. Perban dan plaster digunakan untuk menutup luka jahitan.

2.1.2 Alat-alat yang digunakan untuk operasi

Dalam praktikum ini alat-alat yangdigunakan untuk operasi adalah sebagai

berikut:

- Allis tissue forcep dengan jumlah

- Towel clam dengan jumlah

- Scapel dan blade dengan jumlah

- Pinset anatomis dan pinset cirrurgis dengan jumlah

- Arteri clam bengkok dengan jumlah

- Groofe derector dengan jumlah

- Retrakctor dengan jumlah

- Spay hock dengan jumlah

- Needle holder dengan jumlah

- Gunting tumpul-tumpul, gunting tajam tumpul dengan jumlah

- Mosquitoforcep dengan jumlah

- atericlam pan panjang dengan jumlah

- Jarum penampang segitiga dengan jumlah dan jarum penampang bulat dengan

jumlah

- Benang catgut cromic dengan jumlah , cargut plain dengan jumlah, silk atau

katon dengan jumlah

- Tali restraint, meja operasi, thermometer, stetoskop, timbangan, spuit 1ml dan

3 ml, pencukur rambut, sarung tangan, masker, baju bedah, drape, tampon,

kapas.

2.2 Langkah Kerja

2.2.1 Preparasi Alat

Page 6: Laporan BEDAH UMUM

Sterilisasi alat-alat Bedah

Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan bakteri

ataupun agen penyebab kontaminasi yang terdapat pada alat-alat bedah, agar

jaringan –jaringan, organ ataupun pembuluh darah yang steril saat dibedah tidak

terkontaminasi mikroba patogen tersebut. Peralatan bedah minor yang disterilisasi

meliputi: allis tissue forcep, towel clam, groofe derector, scapel handel, pinset

anatomis dan cirrurgis, artericlam pan panjang dan bengkok, retraktor, spay hock,

mosquito forcep, drape, tampon dimana alat-alat ini disterilisasi panas sedangkan

alat laian seperti needle holder, gunting tumpul-tumpul dan gunting tajam tumpul

disetril dengan menggunakan alkohol 70%. Dimana pembungkusan alat-alat

bedah dilakukan dengan cara alat-alat yang disterilkan panas dimasukkan

kedalam wadah peral, selanjutnya wadah peral dibungkus dengan menggunakan

koran secara rapat sehingga semua bagian wadah tertup rapat, selanjtnya

dimasukkan kedalam oven steril dengan suhu 100 L C selama 60 menit beserta

drape dan tampon. Setelah alat selesai disterilisasi alat dikelurgan dan ditata

diatas meja operasi.

2.2.2 Preparasi dan Persiapan Hewan Operasi

Persiapan-persiapan operasi yang dilakukan pada hewan meliputi

pemeriksaan secara signalemen, anamnese satatus present serta pemeriksaan lain

yang perlu. Data fisiologi penting harus diambil sebelum operasi yaitu suhu

tubuh, frekuensi nafas, pulsus dan selaput mata. Tahapan selanjutnya adalah

restrain hewan kemudian dilakukan penyuntikan premedikasi atropin untuk

menenangkan pasien, setelah itu dilakukan pencukuran bulu didaerah operasi

minimal 10 cm disekitar sayatan. Daerah sayatan dibersihkan dengan alkohol.

Kemudian dikeringakn dengan tampon dan dilanjutkan dengan diolesi

menggunakan iodine 3%. Setelah itu hewan siap untuk diletakkan pada meja

operasiyang telah disipkan kain alas tubuh pasien. Sebelum diletakkan peletakkan

pada meja operasi, hewan harus dianastesi umum terlebih dahulu sampai pasien

tidak sadar, kemudian baru diletakkan pada meja operasi Ketika berada diatas

meja operasi denan posisi dorso venteral atau telentang dengan keempat kakinya

diikat diujung-ujung meja dengan menggunakan sumbu kompor dengan simpul

yang kuat. Selanjutnya tubuh pasien ditutup dengan menggunakan drape yang

disesuikan dengan daerah luas penampang yang akan dilakukan operasi. Drape

Page 7: Laporan BEDAH UMUM

kemudian difiksir dengan menggunakan towel clamp. Setelah itu pasien siap

untuk dilakukan operasi.bukan hanya itu saja hewan sebelum dilakukan oeprasi

harus diberikan perlakukan yang berupa pemuasaan dari makan selama 12 jam

menjelang operasi, dan pemuasaan air selama 2- 4 jam menjelang operasi hal ini

dilakukan untuk mengosongkan lambung dan kantung kemih, sehingga setelah

selesai diberi nastesi umum hewan tidak akan muntah.

2.2.3 Persiapan Operator dan Asisten

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh operator dan asisten adalah

pertama membersihkan tangan dengan cara mencuci tangan dengan mengunakan

air mengalir dan sabun sampai dengan kuku-kuku pada tangan harus benar-benar

bersih. Selanjutnya pencucian harus dilakukan sampai dengan ujung lengan dan

dilakukan berulangkali sampi benar-benra bersih. Selanjutnya dicuci ulang

dengan menggunakan alkohol sebagai antiseptik. Kemudian tangan dieringakan

dan dilanjutkkan dengan menggunakan glove dan masker serta baju operasi.

Setelah itu tidak operator dan asisten tidak boleh memegang apapun agar

terhindar dari kontaminasi. Operasipun siap untuk dilakukan.

2.2.4 Prosedur Pembedahan

Langkah-langkah opersi dapat dilakukan setelah semuanya siap. Adapunhal

yang dilakukan pertama kali adalah :

1. Dilakukan penyayatan kulit dengan menggunakan scapel dimulai dari 2 cm

dibawah umbilikal.

2. Setelah lapisan kulit terbuka, maka selanjutnya dilakukan penyayatan pada

bagian subkutan tetap dengan menggunakan scapel dan dibantu menggunakan

pinset anatomis dan arteri clam yang dicepitkan pada kulityang telah disayat

untuk memperluas lapangan pandang atau menguankanna kulit. Selain itu

untuk menghindari terlukanya lapisan dibawah suukan maka penyayatan

dapat dibantu dengan groofe derector sehingga aman.

3. Setalah lapisan subkutan tersayat makan dilakukan penguakan dengan

penggunakan gunting tumpul-tunpul, dan lapisan subkutan tersebut ditahan

menggunakan arteri clam, agar terkuak dan dapt terlihat linea albanya. Linea

alba ini digunakan sebagai patokan untuk menyayat lapisan dalam dari

muskulus obliqua internal abdominis.

Page 8: Laporan BEDAH UMUM

4. Selanjutnya linea alba disayat dengan menggunakan scapel dan dibantu

menggunakan pinset anatomi dan groof derector hingga terkuak lapisannya

dengan dibantu oleh gunting tumpul-tumpul sehingga terlihat organ dalam

dari abdominal.

5. Setalah terlihat organ abdominalnya dapat dilakukan pencarian orgaan

berdasarkan pembagian daerah abdominal seperti : epigastrium, mesogastrium

dan hypogastrium. Setelah pencarian organ selesai maka dapt dilakukan

penjahitan atau penutupan organ dari abdomen tersebut.

6. Jahitan pada lapisan paling dalam yang berupa lapisan peritonium dan

musculus obliqus internal abdominis dengan menggunakan jarum dengan

permukaan bulat dan benang yang dipakai adalah benang catgut cromik.

Penjahitan lapisan ini harus dijahit dengan menggunakan jahitan terputus

sederhana (simple interupted suture) diamana jahitan ini memberikan

keuntungan lebih aman karena jika terlepas satu benang yang lain akan masih

tetap terjahit. Sebelum penjahitan harus diberikan antibiotik ampicillin

sodium untuk mencegah terjadinya infeksi setelah lapisan pertama dijahait

juha harus diberikan antibiotik agar mencegah infeksi bakteri patogen.

7. Selanjutnya dilakukan penjahitan pada lapisan kedua yakni pada lapisan

subkutan. Pada lapisan ini dilakukan penjahitan dengan menggunakan jahitan

menerus sederhana (). Lapisan ini dijahit dengan menggunakan benang catgut

plain dengan jarum dengan permukaan bulat. Setelah jahitan selesai maka

harus diberikan antibiotik ampicillin sodium. Hal ini dilakukan untuk

mencegah terjadinya infeksi setelah melakukan penjahitan.

8. Kemudian dilanjutkan pada lapisan yang terakhir yakni lapisan kulit. Pada

lapisan ini dilakukan penjahitan dengan menggunakan jahitan terputus

sederhana (simple interupted suture). Lapisan ini dijahit dengan menggunakan

benang silk atau katon dan dengan jarum permukaan segitiga. Setelah

penjahitan lapisan terakhir ini selesai maka permukaan jahitan haris diberi

iodine dan diberikan antibiotik Penicillin G serbuk diseluruh daerah yang

dijahit. Selanjutnya luka jahitan dituup dengan menggunakan perban segi

empat yang disesuikan dengan ukuran luka dan dipasang plaster selanjutnya

dipakaikan gurita untuk mencegah gigitan dari pasien.

Page 9: Laporan BEDAH UMUM

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Pemeriksaan fisik Pre Operasi dan pasca operasi :

Hasil pemeriksaan ini dilakukan sebelum melakukan operasi yang terdiri atas

pemeriksaan suhu, pemeriksaan pulsus, respirasi dan pupil .

Waktu OperasiPemeriksaan

Termoregulasi Pulsus Respirasi pupil

Sebelum

Operasi

38° C - 20 / menit meiosis

Sesudah

Operasi

40°C - 25 / menit midriasis

3.2 Pre – Laparotomy

Laparotomy atau pembedahan pada abdomen perlu beberapa persiapan, antara lain pasien

, alat , operator dan ruangan. Pada praktikum ilmu bedah umum ini dilakukan persiapan

hanya pada pasien, alat dan operator. Berikut persiapan – persiapan pre – laparotomy yang

dilakukan pada praktikum ilmu bedah umum:

1. Pasien

Pasien dipuasakan selama kurang lebih 8 jam sebelum operasi. Kemudian bulunya

dicukur disekitar daerah abdomen yang akan di incise yaitu daerah umbilicus dan

bawahnya serta dibersihkan dengan alcohol. Pencukuran ini dilakukan pada ruang

periksa pasien di klinik PKH UB atau tempat yang berbeda dengan ruang pelaksanaan

praktikum ilmu bedah umum atau laparatomy. Lalu pasien dipindahkan ke ruang

laparatomy dan diberi premidikasi berupa atropine sulfat yang diberikan secara sub

kutan, dosis yang digunakan sebesar 0,17 ml. perhitungan dosis atopine sulfat adalah

sebagai berikut :

atropin sulfat=dosis × BBsediaan

=0,04 ×2,20,5

=0,17

Setelah diberi premedikasi dan pasien tenang sehingga mudah untuk dihandling, maka

pasien di beri anastesi umum yaitu campuran ketamin dan xylazine yang diberikan

secara IM dengan dosis 0,22 ml, berikut perhitungan dosisnya :

Page 10: Laporan BEDAH UMUM

ketamin=dosis × BBsediaan

=10 ×2,2100

=0,22

xylazine=dosis × B Bsediaan

=2,2 ×2,220

=0,22

Namun pasien yang kami lakukan laparatomy memiliki kelainan ginjal, yaitu terdapat

perbesaran pada ginjal. Sehingga dengan dosis anastesi diatas pasien tidak dalam

keadaan teranastesi, setelah ± 30 menit menunggu pasien teranastesi maka diputuskan

untuk menambah dosis anastesi sebesar 0,5 dosis awal. Namun setelah beberapa lama

menunggu dan pasien tidak dalam keadaan teranastesi, pasien kembali diberi 0,5 dosis

anastesi awal. Dan setelah pasien teranastesi, bagian extremitasnya diikat dengan tali

pada tiang – tiang kursi, agar tubuh pasien tidak berubah atau berpindah tempat.

2. Alat

Untuk alat – alat yang dipakai untuk laparatomy sebelumnya dilakukan sterilisasi.

Sterilisasi dilakukan dengan dua cara,yaitu :

a. Autoclave

Digunakan untuk alat – alat bedah yang tidak tajam, alat – alat tersebut

dimasukkan dalam wadah dan dibungkus dengan kertas kemudian dimasukkan

ke dalam autoclave dengan suhu 121°C dan tekanan sebesar 15 atm .

b. Alcohol 70 %

Digunakan untuk alat – alat bedah yang tajam, seperti gunting, dimasukkan

dalam wadah yang berisi alcohol 70%, kemudian biarkan terendam.

Alat yang tajam tidak disterilkan dengan autoclave karena penggunaan autoclave akan

mengakibatkan alat tersebut menjadi tumpul. Bahan – bahan lain seperti tampon pun

dilakukan sterilisasi dengan autoclave, namun dibungkus kertas terlebih dahulu agar

air dari autoclave tidak terserap tampon.

3. Operator

Sterilisasi operator pada praktikum ini tidak sesuai dengan standar untuk operasi,

karena baju yang dipakai operator tidak khusus atau hanya memakai jas laboratorium.

Namun operator wajib menggunakan glove dan masker untuk menurangi kontaminasi

sekunder yang terjadi saat laparatomy. Selain itu ruangan yang dipakai tidak sesuai

standar operasi.

Page 11: Laporan BEDAH UMUM

3.3 LAPARATOMI

Proses operasi laparatomy pada praktikum ini yaitu :

1. Alat – alat disiapkan dimeja operasi

2. Tim operator sudah memakai masker dan glove yang steril

3. Pasien yang sudah dalam keadaan teranastesi diikat dengan tali pada extremitasnya.

4. Bagian yang akan diincisi dibersihkan dengan alcohol 70%

5. Dilakukan incise didaerah 2cm bawah umbilicus, incise dilakukan sepanjang ± 4 cm

6. Lapisan yang diincisi dari luar ke dalam yaitu : kutan, sub kutan, dan linea alba.

Terjadi sedikit pendarahan saat dilakukan incise, namun dapat ditangani dengan

menekan daerah yang terjadi perdarahan dengan tampon.

7. Karena pasien dalam kondisi yang tidak stabil, maka laparatomy yang bertujuan untuk

melihat organ dalam bagian abdomen ini dilakukan hanya sebentar

8. Dilakukan penjahitan pada lapisan linea alba dengan menggunakan benang jenis cat

gut chromic dan teknik jahitan sederhana terputus, sebelumnya dimasukkan

amphicilin ke dalam rongga abdomen.

9. Namun saat dilakukan penjahitan pada ujung – ujung daerah incise lapisan linea alba,

pasien sadar kembali sehingga diberi anastesi lagi sebesar 0.5 dosis awal.

10. Kemudian jahitan pada linea alba diteruskan dan dibantu oleh dosen pembimbing

praktikum, karena kondisi pasien sangat tidak stabil.

11. Dilanjutkan menjahit lapisan subkutan dengan benang jenis cat gut plain dan teknik

jahitan sederhana menerus, pada saat praktikum ini proses penjahitan dilakukan

dengan cepat karena ditakutkan pasien sadar kembali. Sebelum dilakukan penjahitan

kembali dimasukkan amphicilin pada daerah atas linea alba.

12. Penjahitan dilanjutkan pada lapisan kutan dengan benang jenis silk dan teknik jahitan

terputus sederhana. Sebelumnya dimasukkan pula amphicilin.

13. Setelah penjahitan selesai dilakukan, pada tempat penjahitan diberi amphicilin cair

dan penicillin bubuk, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kontaminasi sekunder

yang terjadi.

14. Dilakukan bandage atau penutupan luka dengan kasa dan hypafix serta dipakaikan

gurita untuk menghindari pasien menjilat daerah yang dioperasi.

15. Pasien diberi injeksi amphicilin secara IM dengan dosis 0,22 ml, dengan perhitungan :

amp h icilin=dosis × BBsediaan

=10 × 2,2100

=0,22

Page 12: Laporan BEDAH UMUM

16. Serta diberi Tolfenamic acid sebagai analgesic secara sub kutan dengan dosis 0,11 ml,

dengan perhitungan :

tolfen=dosis × BBsediaan

=4 ×2,280

=0,11

17. Pasien dimasukkan ke dalam kandang hingga sadar dari pengaruh anastesi.

Page 13: Laporan BEDAH UMUM

3.3 Pemeriksaan Pasca Operasi

Hasil pemeriksaan ini dilakukan selama satu minggu pengamatan yang meliputi beberapa hal yakni suhu, makan, urinasi, defekasi,minum,

jahitan.

Hari Treatment Pemberian Obat Keterangan

Selasa Pemberian Pakan dan

Minum Normal

Kemudian Pukul

21.00 mulai

dipuasakan makan

- Kucing sehat keadaan semua normal

Makan normal

Minum normal

suhu tubuh 37,80C

Lincah

Defekasi normal

Urinasi normal

Rabu Pemberian

Premedikasi

Pemberian Anestesi

Memulai Operasi

Pemberian Antibiotic

Pemberian Anti nyeri

Premedikasi

Ketamin HCl

Anestesi

Xylazine

Antibiotik

-

Anti Nyeri

Telofenic

acid

Keadaan normal

Suhu tubuh 37,90c

Diberi ketamin kucing menjadi lebih tenang

Diberi Xylazine dosis pertama tidak ada efek

Setelah 45 menit diberi dosis kedua,15 menit kemudian tidak sadar, dilakukan operasi,

setelah 5 menit operasi kucing bangun diberi dosis ketiga,5 menit berikutnya sadar

kembali diberi dosis ke 4, 10 menit kemudian operasi selesai, kucing sadar pukul 21.00

Mau makan hanya sedikit sekali

Tidak minum

Tidak urinasi

Kamis Pemberian pakan sain Antibiotik Oral Kucing Sehat sangat lincah

Page 14: Laporan BEDAH UMUM

diet 3 kali sehari

Pemberian iodine

Penggantian perban

Pemberian anti nyeri

Pemberian antibiotic

peroral 2 kali sehari

Antinyeri

Iodine

Suhu 38,20C

Perban Lepas 2 kali karena digigiti

Kotoran normal

Makan minum normal

Bekas jahitan normal

Urinasi normal

Juma’at Pemberian pakan 3

kali sehari

Pemberian Antibiotik

Peroral 2 kali sehari

Pemberian Iodine

Penggantian Perban

Nafsu makan meningkat

Minum meningkat

Suhu 39,40C

Defekasi normal

Terjadi radang disekitar jahitan

Urinasi normal

Sabtu Pemberian Pakan 3x

sehari

Antibiotik peroral 2

kali sehari

Pemberian iodine

Suhu 38,20C

Defekasi normal

Nafsu makan menurun

Terjadi radang disekitar luka

Urinasi normal

Minggu Pemberian pakan 2

kali sehari

Nafsu makan normal suhu 37,90C

defekasi normal

Page 15: Laporan BEDAH UMUM

Antibiotik peroral 2

kali sehari

Pemberian Iodine

Penggantian perban

Terasa sakit saat dipegang perut bagian samping

Radang mulai menurun

Urinasi normal

Senin Pemberian Pakan 2

kali sehari

Antibiotik peroral

Pemberian iodine

Nafsu makan menurun

Hanya minum terus

Suhu tubuh 37,80C

Terasa sakit pada perut bagian samping

Sedikit radang pada luka

Kucing kurang aktif

Defekasi normal

Urinasi normal

Selasa Pemberian pakan 2

kali sehari

Pemberian iodine

Pengantian perban

Pemberian pakan

lunak “whiskas”

Nafsu makan menurun

Hanya minum terus

Suhu 38,20C

Temparamen meningkat

Sedikit radang pada luka

Tidak defekasi

Rabu Pemberian Pakan 1

kali sehari

Pemberian iodine

Penggantian perban

Pemberian Antacida 2

Tidak mau makan

Hanya minum terus

Temperamen semakin meningkat

Suhu 37,30C

Muntah 3 kali

Page 16: Laporan BEDAH UMUM

kali sehari Tidak defekasi

Radang diujung luka bagian belakang

Kucing tidak aktif

Tidak defekasi

urinasi

Kamis Pemberian pakan 1

kali sehari

Pemberian iodine

Penggantian perban

Pemberian

Antasida

Pemberian infuse

Pemberian vitamin

penambah nafsu

makan

Kondisi menurun

Tidak mau makan

Suhu 37,80C

Muntah terus

Tidak berdefekasi

Muntah berisi cairan dan cacing

Defekasi darah beserta cacing

Luka mulai mengering

Kucing sangat lesu

Tidak defekasi

Urinasi normal

Jum’at Pemberian pakan 1

kali sehari

Pemberian iodine

Penggantian perban

Diberi

metaclopromide

Kondisi meningkat

Dapat beraktifitas normal

Nafsu makan belum kembali

Suhu 37,90C

Muntah cairan dan cacing

Defekasi darah dan cacing

Luka mongering tidak ada inflamasi

Page 17: Laporan BEDAH UMUM

Tidak urinasi

Tidak defekasi

Sabtu Meninggal pukul +-04.00

Page 18: Laporan BEDAH UMUM

b) Perlakuan Pra Operasi

Setelah operasi kucing harus selalu diperiksa dan dipantau agar kondisinya terjamin.

Karena perlakuan tersebut juga akan mempengarui kesembuhan luka dan trauma. Setelah

operasi pada hari rabu kucing mulai sadar pada pukul 21.00 Wib, untuk mendukung

kesembuhannya harus pula diciptakan lingkungan yang kondusif oleh karena itu kami beri

lampu penghangat agar kondisinya semakin membaik.

Pada hari pertama pasca operasi kucing terlihat sehat dan lincah, untuk menambah

nafsu makan kami berikan pakan kualitas baik yaitu sains diet 3 kali sehari, kemudian

mengecek luka secara berkala dengan memberikan iodine 3% yang dioleskan pada luka,

kemudian mengeringkannya. Iodine ini berfungsi sebagai antiseptik agar tidak ada

kontaminasi dari benda asing seperti bakteri dan membantu mempercepat penyembuhan

luka, yang perlu diingat adalah pemberian betadine tidak boleh sampai terlalu basah atau

lembab karena justru memperlambat penyembuhan luka dan harus dikeringkan menggunakan

kasa atau tampon. Kemudian menutup luka dengan tampon atau perban agar saat beraktifitas,

luka tidak akan tersentuh atau terkena benda asing. Ada berbagai macam tampon/pembalut

luka, setiap tampon memiliki permukaan jaring-jaring yang berbeda-beda. Kemudian

merekatkanya dengan plester. Plester luka ini memiliki berbagai macam tipe dan merek

diantaranya adalah hypafik, ultrafik, bifafik. Setiap merek tersebut memiliki permukaan yang

berbeda-beda ada yang kasar sampai halus. Kami memakai hypafik. Setelah dipastikan luka

tertutup kucing harus dipakaikan semacam baju khusus atau sering disebut sebagai “grito”

yang memiliki ujung-ujung yang banyak yang dapat diikatkan ke badannya, ini untuk

mencegah kucing menggigiti bekas luka operasi. Ada beberapa kucing yang nakal dan sering

menggigiti luka ini dikarenakan gatal, untuk itu sangat diperlukan penggunaan Elizabet Colar

untuk mencegah hal tersebut. Penggantian perban harus diganti setiap hari bahkan jika perban

lepas harus segera diganti kembali.

Selanjutnya untuk menjaga agar tidak terjadi sepsis maka wajib diberikan antibiotik

untuk kurun waktu tertentu. Kami menggunakan antibiotik amphicilin peroral dengan dosis

1,76 ml yang diberikan 2 kali sehari selama 5 hari setelah operasi. Saat system imun

melemah saat pasca operasi dapat menyebabkan bakteri dan organism lain berkembang

meningkatkan patogenesitasnya , antibiotik yang diberikan secara peroral akan diserap

kemudian diedarkan oleh darah keseluruh tubuh termasuk ke luka bekas operasi dan

mencegah adanya bakteri diarea tersebut maupun diseluruh tubuh. Dalam jumlah banyak

Page 19: Laporan BEDAH UMUM

jangka pemakaian yang lama, akan mengakibatkan flora normal dalam tubuh juga akan mati

karena antibiotic tersebut dan justru menimbulkan efek bahaya lainnya yaitu dapat

menyebabkan sepsis. Pemakaian dalam dalam tempo waktu yang singkat dan jumlah yang

tidak terukur juga justru akan menyebabkan bakteri tersebut menjadi resistant terhadap

antibiotik tersebut. Oleh karena itu dosis dan lama pemakaian haruslah sesuai.

Untuk mencegah terjadi nyeri pasca operasi juga wajib diberikan obat antinyeri atau

antiinflamasi seperti asam mefenamat, tolfenamic Acid . Tolfenamic Acid (TA) adalah salah

satu dari kelas non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs). Tolfenamic Acid digunakan

untuk menghilangkan rasa sakit. kami memakai tolfenamic acid dengan dosis 0,11 ml.

Pemakaian obat ini ditunjukan untuk mengatasi rasa nyeri terhadap luka bekas operasi

sehingga kucing tidak menggigiti bekas luka dan mengurangi angka kesakitan yang dia

rasakan.

Pada kamis hari ke-2 sesudah operasi kucing sudah terlihat sehat tidak ada tanda

tanda demam(suhunya 38,2) maupun nyeri, kucing dapat melakukan aktifitas dengan baik,

kemudian nafsu makannya sudah pulih, kucing dapat makan dan minum lumayan banyak,

kemudian defekasinya lancer seperti biasanya. Untuk jahitan belum ditemukan gejala radang.

Pada juma’at hari ke-3 Keadaan kucing baik, sehat dapat makan minum dengan baik,

namun terjadi peningkatan suhu badan (suhunya 38,2), kemudian kucing dapat berdefekasi

dengan baik. Perlakuan yang kami berikan di hari ke-2 pasca operasi adalah pemberian

antibiotic peroral sebesar 1,8 ml. Antibiotic diberikan menggunakan spuit tanpa jarum

dimasukan kemulut bagian samping agar mudah pemberiannya dan tidak tersedak, diberikan

2 kali sehari. Karena kucing mengalami demam maka kami memberikan lampu penghangat

di dalam kandangnya. Kemudian penggantian perban masih dilakukan,

Pada hari ke-4 atau hari saptu keadaan kucing sudah lebih membaik dari hari

sebelumnya, suhu badan normal yaitu 38,20C. Seluruh keadaan fisiologis masih menunjukan

tanda-tanda normal dan kucing masih terlihat jinak dan lincah, namun pada hari ke-5 atau

hari minggu kucing menjadi temperamen mudah marah jika disentuh anggota badannya

terutama pada bagian perut. kemudian nafsu makannya menurun namun cenderung banyak

minum. Pada hari ke-5 masih terus dilakukan penggantian perban setiap hari.

Pada Hari ke-5 kucing nafsu makan kucing terus menurun namun hanya minum,

temperamen meningkat bahkan menggigit jika dipegang bagian perutnya. Jahitan terlihat

Page 20: Laporan BEDAH UMUM

sedikit radang dan bengkak, Pada hari ke-6 atau hari selasa kucing tidak mau makan sama

sekali suhu badan meningkat sekitar38,20C. karena kucing tidak mau makan kemudian kami

belikan whiskas basah agar diharapkan kucing mau makan namun ternyata tetap tidak mau

makan. Terpaksa diberi makan secara paksa dengan melarutkan makanan kering kedalam

spuit tanpa jarum kemudian memakankannya, dalam sehari kucing mampu menghabiskan 8

spuit,namun Kucing terlihat tidak aktif, dan muntah cairan 3 kali dalam sehari, dan hanya

minum terus tanpa ada asupan makanan yang masuk, bekas jahitan terlihat sudah agak

kering.

Pada hari ke-7 Kucing semakin lemas dan frekuensi muntahnya semakin tinggi

kemudian diberikan Antacida karena diduga mengalami masalah penceranaan atau maag,

sehingga antacida diharapkan dapat mengurangi asam lambung yang berlebih karena antacid

kandungannya adalah basa. Antacida diberikan 2 kali sehari sebanyak 1 ml setiap pemberian.

Dihari ke-7 pasca operasi ini kucing tidak berdefekasi. Kemudian bekas jahitan telah kering

sepenuhnya. Namun temperamen kucing tetap tinggi. Dan terus muntah.

Pada hari ke-8 atau hari kamis kucing tetap tidak mau makan, dan jika diberi paksa

akan muntah, karena tidak memungkinkan pemberian asupan nutrisi secara peroral maka

diberi infus. Setelah diberi infuse kemudian diberikan tidankan supportif berupa pemberian

vitamin penambah nafsu makan. Kemudian makanannya diganti kembali dengan Recovery

agar diharapkan lebih merangsang kucing untuk makan, namun cara ini tetap tidak berhasil.

Lalu pada siang hari kucing muntah lagi berisi ciran dan cacing-cacing yang banyak, disertai

diare darah. Cacing yang keluar menunjukan morfologi sebagai cacing diplidium caninum Ini

menunjukan kucing mengalami infestasi cacing berat. Pada hari kamis ini luka jaitan sudah

sembuh.

Gambar 1. Cacing pita atau diplidium caninum

Page 21: Laporan BEDAH UMUM

Pada hari jumat atau hari ke-9 kucing di infuse kembali dan menghabiskan 1

botol infuse. Pada hari jumat ini kucing tampak lebih sehat dan dapat beraktifitas normal, dan

menunjukan gejala membaik. Frekuensi muntah juga semakin berkurang. Kemudian

diberikan metaclopromide untuk mengurangi penyebab gejala (causative) yaitu infestasi

cacing. Dan diberikan secara IM dengan dosis 1,5 ml.

Gambar 2. Metoclopramide

Pada hari ke-10 atau pada hari Sabtu kucing sudah meninggal dunia, diperkirakan

mati pada pukul 2 sampai 3 dini hari . Kematian kucing dikarenakan infestasi cacing yang

kronis dan menganggu pencernaan sehingga menghilangkan nafsu makan kucing. Kemudia

cacing ini telah banyak menyerap sari makanan dan darah kucing, menjadikannya semakin

lemah, dan pada puncaknya kucing tidak dapat bertahan

c. Foto keadaan kucing pasca operasi

Page 22: Laporan BEDAH UMUM
Page 23: Laporan BEDAH UMUM

DAFTAR PUSTAKA

Adams HR. 2001. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. 8th. Lowa State Press. United

States of America.

Bishop YM. 1996. The Veterinary Formulary. 3rdED.The Pharmaceutical Press. London.

Booth NH, Meyer JL, Donald LEM. 1997. Veterinary Pharmacology. The lowa State

University Press. USA.

Forsyth S. 1995. Administration of low dose tiletamine-zolazepam combination to cats. NZ

Vet J.43(3): 101-3.

Fossum TW. 1997. Smal Animal Surgery. Mosby – Year Book. USA

Frecknell PA. 1987. Laboratory Animal Anaesthesia, an Introduction for research Workers

and Technicians Academic Press. Inc. San Diego.

Gorda IW, Wardhita GY, Dharmayudha GO. 2010. Perbandingan efek pemberian anestesi

xylazin-ketamin hidroklorida dengan anestesi tiletamin-zolazepam terhadap capillary

refill time (CRT) dan warna selaput lendir pada anjing. Bul Vet Udayana. 1(2): 21-27.

Jones LM, Booth NH, Donald LEM. 1998. Veterinary Pharmacology and Therapeutics.

3thED. The lowa State University Press.

Kul M, Koc Y, Alkan F, Ogurtan Z. 2001. The Effects of Xylazine-Ketamine and Diazepam-

Ketamin on Arterial Blood Pressure and Blood Gases in Dog. OJVR 4(2):124-132.

Pathak SC, Migan JM, Peshin PK, Singh AP. 1982. Anasthetic and Hemodynamic Effecs of

Ketamin in Buffalo Calves. Am.J.Vet 5(43):875-877.

Sulistia G. 1987. Farmakologi dan Terapi. Edisi.3. Bagian Farmakologi. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta.