penatalaksanaan typus

Upload: victoria-sampson

Post on 14-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAHPENATALAKSANAAN TYPUS ABDOMINALISUntuk Memenuhi Tugas Kebijakan Keperawatan

Disusun Oleh:

Febrita Laysa Susana(P07120112060)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTAJURUSAN KEPERAWATAN2014A. DefinisiThypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi lebih dari 1 minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran (FKUI, 1985).Demam tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dengan masa tunas 6 14 hari. Sedangkan typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut.Typus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu. ( Suriadi. SKP. 2001 )

B. Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan MedisObat antibiotik pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin dan kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon.a. KloramfenikolDiberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol , diberib. Ampisilin Dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atauc. AmoksisilinDengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 harid. KotrimoksasolDengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral, selama 14 hari.

e. Ceftriakson Pada kasus berat, dapat diberikan obat ini dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari.f. Meropenem, azithromisin dan fluoroquinolonPada kasus yang diduga mengalami MDR, maka dapat diberikan antibiotika jenis ini. (Darmowandowo, 2006)g. Parasetamol Diberikan untuk menurunkan panas seriap 4-6 jam.Khusus untuk penderita yang sangat toksik (panas tinggi tidak turun-turun, kesadaran menurun dan gelisah/sepsis) dapat diberikan Kortikosterroid dengan dosis: a. Hari ke 1: Kortison 3 X 100 mg im atau Prednison 3 X 10 mg oralb. Hari ke 2: Kortison 2 X 100 mg im atau Prednison 2 X 10 mg oralc. Hari ke 3: Kortison 3 X 50 mg im atau Prednison 3 X 5 mg orald. Hari ke 4: Kortison 2 X 50 mg im atau Prednison 2 X 5 mg orale. Hari ke 5: Kortison 1 X 50 mg im atau Prednison 1 X 5 mg oralSedangkan pada anak dapat diberikan obat :a. Klorampenikol : 50-100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas / minimal 14 hari. Pada bayi < 2 minggu : 25 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis. Bila dalam 4 hari panas tidak turun obat dapat diganti dengan antibiotika lain (lihat di bawah)b. Kotrimoksasol : 8-20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas / minimal 10 haric. Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Kloramfenikol diterapi dengan Ampisilin 100 mg/ kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosisd. Bila dengan upaya-upaya tersebut panas tidak turun juga, rujuk ke RSUD

Serta Perhatian juga :a. Jangan mudah memberi golongan quinolon, bila dengan obat lain masih bisa diatasi (baca ulasan penulis dalam: Booming Cyprofloxacin)b. Jangan mudah memberi Kloramfenikol bagi kasus demam yang belum pasti Demam Tifoid, mengingat komplikasi Agranulositotisc. Tidak semua demam dengan leukopeni adalah Demam Tifoidd. Demam < 7 hari tanpa leukositosis pada umumnya adalah infeksi virus, jangan beri kloramfenikol2. Penatalaksanaan Keperawatana. Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Tirah baring dilakukan sampai minimal 7 hari bebas panas atau selama 14 hari, lalu mobilisasi secara bertahap mulai dari duduk ,berdiri dan jalan pada 7 hari bebas panas.b. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan2 posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.c. Diet harus mengandung1) Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.2) Tidak mengandung banyak serat.3) Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.4) Makanan lunak diberikan selama istirahat.5) Pada mulanya klien diberikan bubur saring kemudian bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus.

Daftar Pustaka

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta :EGC.Yulianni.2000.Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2.Jakarta:ECG