pemisahan dan pemurnian zat padat
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN IX
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
(REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH)
OLEH:
NAMA : RAMLAH
NIM : F1F1 12 071
KELOMPOK : III
KELAS : B
ASISTEN : FAISAL ABDA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
(REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH)
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan kali ini yaitu:
1 Melakukan rekristalisasi dengan baik
2 Memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
3 Menjernihkan dan menghilangkan warna larutan
4 Memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi
B. LANDASAN TEORI
Kristalisasi merupakan salah satu proses pemurnian dan pengambilan
hasil dalam bentuk padat. Dewasa ini kristalisasi menjadi suatu proses industri
yang sangat penting, karena semakin banyak hasil industri kimia yang
dipasarkan dalam bentuk kristal.bentuk kristal semakin banyak diminati
karena kemurniannya yang tinggi, dengan bentuk yang menarik serta mudah
dalam pengepakan dan trasportasi. Dari segi kebutuhan energi, kristalisasi
memerlukan energi lebih sedikit dibandingkan distilasi atau metode
pemisahan yang lain (Fachry dkk, 2008).
Pemurnian yang diistilahkan dengan rekristalisasi pada prinsipnya
adalah pelarutan kristal di dalam pelarut yang sesuai dan kemudian
dikristalkan kembali. Dengan demikian impuritas yang terperangkap ke dalam
kristal bisa keluar seiring larutnya kristal dalam pelarut. Prinsip dasar dari
proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan zat pengotornya. Karena konsentrasi total pengotor
biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, dalam konisi dingin,
konsentrasi pengotor yang rendah tetap dalam larutan sementara zat yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Setelah suatu kristal endapan
terbentuk, kemurniannya dapat ditingkatkan dengan cara endapan itu
disaring, dilarutkan ulang dan diendapkan ulang. Ion pengotor akan hadir
dalam konsentrasi yang lebih rendah selama pengendapan. Kemudahan suatu
endapan dapat disaring dan dicuci tergantung ebagian besar pada struktur
morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya (Pinalia, 2011).
Temperatur rekristalisasi yaitu, perubahan struktur kristal akibat
pemanasan pada suhu kritis dimana untuk suhu kritis pada baja karbon adalah
pada 723°C, sehingga dapat diartikan lebih lanjut bahwa temperatur
rekristalisasi adalah suatu proses dimana butir logam yang terdeformasi
digantikan oleh butiran baru yang tidak terdeformasi yang intinya tumbuh
sampai butiran asli termasuk didalamnya (Syafurjaya, 2009).
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang
efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk
pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah
menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang
diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter
berikut yaitu : distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD),
kemurnia kristal (crystal purity) dan bentuk Kristal (crystal habit/shape)
(Setyopratomo, 2003).
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari
pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Prinsip dasar dari proses rekristalisai
adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan
dengan zat pengotornya. Karena konsentrasi total pengotor biasanya lebih
kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, dalam kondisi dingin, konsentrasi
pengotor yang rendah tetap dalam larutan sementara zat yang
berkonsentrasi tinggi akan menguap (Pinalia, 2011).
Sublimasi adalah perubahan es dari bahan beku langsung menjadi uap
(sublimasi) tanpa mengalami proses pencairan terlebih dahulu, karena proses
ini melibatkan suhu (pembekuan dan pengeringan) dan tekanan tertentu
(Syafurjaya, 2011).
Pemanasan terbalik dilakukan dengan memberikan elemen pemanas
dari bawah wadah. Pemanasan terbalik dilakukan dengan harapan panas
akan berkonduksi melalui lapisan beku bahan yang mempunyai nilai
konduktivitas panas lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan bahan kering
berongga, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk proses sublimasi akan
lebih cepat (Siregar, dkk., 2006).
Naftalena, zat padat hablur yang tidak berwarna, berbau kapur barus
yang tajam, titik leleh 80oC, titik didih 218oC, menyumblim jika dipanaskan.
Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alcohol, larut dadlam benzene dan
sangat larut dalam eter chloroform dan karbondisulfida. Molekulnya terdiri
atas dua lingkaran benzene berdampingan terikat pada dua atom karbon,
jadi terdiri atas sepuluh atom karbon dan delapan atom hydrogen
(Anonim,2004).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
Gelas kimia
Hotplate
Labu alas bulat
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
Kapur barus (naftalen)
Air
Kapur barus
D. PROSEDUR KERJA
- Dihancurkan
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Ditutup gelas kimia menggunakan labu alas bulat yang
berisi air
- Dipanaskan
- Diamati penguapan yang terjadi
Menguap dan membentuk
Kristal jarum berwarna putih
E. HASIL PENGAMATAN
Perlakuan Hasil
Kapur barus dimasukkan dalam
gelas kimia, ditutup dengan labu
alas bulat lalu dipanaskan
Warna sebelum dipanaskan : hijau, ungu,
jingga.
Setelah dipanaskan, menguap dan
membentuk Kristal jarum berwarna putih
F. PEMBAHASAN
Teknik kristalisasi adalah suatu proses melarutkan zat padat tidak
murni dalam pelarut panas, yang kemudian dilanjutkan dengan proses
pendinginan larutan tersebut untuk membiarkan zat tersebut mengkristal.
Hal yang sangat menentukan keberhasilan suatu proses rekristalisasi adalah
pemilihan pelarut yang tepat. Pelarut yang tepat adalah pelarut yang suka
melarutkan senyawa pada suhu kamar, tetapi dapat melarutkan dengan baik
pada titik didihnya.
Pemisahan dan pemurnian bertujuan untuk mendapatkan zat murni
dari suatu zat yang telah tercampur atau tercemar. Zat atau materi dapat
dipisahan dari campurannya karena campuran tersebut memiliki perbedaan
sifat. Itulah yang mendasri pemisahan dan pemurniaan campuran. Berikut
adalah beberapa prinsip yang digunakan dalam proses pemisahan dan
pemurnian campuran.
Sublimasi adalah suatu padatan diuapkan tanpa melalui peleburan dan
hanya diembunkan uapnya dengan mendinginkannya, langsung kembali
dalam keadaan padat. Pemurnian dengan metode sublimasi ini dapat
dilakukan karena adanya perbedaan kemampuan untuk menyublim pada
suhu tertentu antara zat murni dengan pengotornya. Sublimasi dapat
digunakan untk memisahkan komponen yang dapat menyublim dari
campurannya yang tidak dapat menyublim.
Pada percobaan kali ini digunakan kapur barus yang akan dipanaskan
untuk melihat zat murninya. Kapur barus yang masih berwarna biru, hijau,
pink, dan kuning dalam gelas kimia yang ditutup dengan labu alas bulat
dengan lehernya disumbat oleh tissue. Kemudian kapur barus dipanaskan
hingga berubah menjadi gas dan dari wujud gas langsung kepadat pada
pendinginan tidak menjadi cairan dahulu.
Naftalen merupakan senyawa yang sangat mudah menyublim.
Naftalen mudah diisolasi karena senyawa ini menyublim dari larutan sebagai
serpihan kristal tidak berwarna dengan titik leleh 800C. Saat dilakukan
pemanasan secara sistem terisolasi, naftalen menyublim dengan menyisakan
kristal yang menempel didasar glass wool berupa jarum dan pipih. Reaksi
dari naftalen berlangsung dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan zat padat
dalam proses sublimasi mengalami proses perubahan langsung menjadi gas
tanpa melalui fase cair, yang kemudian terkondensasi menjadi padatan atau
kristal kembali. Sehingga pada proses sublimasi, kapur barus yang
dipanaskan tidak berubah menjadi senyawa lain, melainkan menjadi zat
murni naftalena yang berubah dari bentuk fase padat ke gas, kemudian ke
padar kembali.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh
kesimpulan yaitu:
1. Rekristalisasi adalah suatu tekhnik pemisahan zat padat dari
pencemarnya, yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat
tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.
2. Naftalen dilarutkan dalam air karena titik didih air yang jauh lebih rendah
dari titik didih naftalen.
3. Menghilangkan warna larutan pada sampel dilakukan dengan proses
pemanasan.
4. Kristal yang terbentuk yaitu berbentuk jarum yang menunjukkan bentuk
molekul asli dari naftalen.
DAFTAR PUSTAKA
Affiz, Fuad, 2012, Pengaruh Pengerolan Pra Pemanasan Dibawah Temperatur Rekristalisasi dan Tingkat Deformasi Terhadap Kekerasan dan Kekuatan Tarik serta Struktur Mikro Baja Karbon Sedang untuk Mata Pisau Pemanen Sawit, Jurnal e-Dinamis, Vol: 2(2).
Pinalia, Anita, 2011, Kristalisasi Ammonium Perklorat (AP) dengan Sistem Pendinginan Terkontrol untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat, Majalah Sains dan Teknologi, Volume 9(2).
Pinalia, Anita. 2011. Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat untuk Meningkkatkan Kemampuan Kristal Amonium Perklorat (AP). Majalah Sains dan Teknologi. Volume 6(2).
Setyopratomo, Puguh., Wahyudi Siswanto dan Heru Sugiyanto Ilham. 2003. Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl dengan Cara Rekristalisasi. Unitas. Volume 11(2).
Siregar, K., dkk., 2006, Pengeringan Beku Dengan Metode Pembekuan Vakum Dan Lempeng Sentuh Dengan Pemanasan Terbalik Pada Proses Sublimasi Untuk Daging Buah Durian, Buletin Agricultural Engineering BEARING, Vol: 2 (1).
Syafurjaya,Roby & Sari Hasanah, 2009, Kualitas Fisik Kertas Setelah Pengeringan dengan Metode Kering Angin dan Vacuum Freeze Drying, BACA, Vol: 30(1).
Anonim, 2004, Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material, Penerbit Erlangga. Jakarta.