proses pemurnian minyak atsiri

24
Makalah PROSES PEMURNIAN PADA MINYAK ATSIRI Oleh : Nama : FAUZAN Nim : 0605105010009 Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian Mata kuliah : Teknologi Pengolahan Minyak Atsiri JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Upload: fauzan-naseer

Post on 27-Jun-2015

1.626 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

Makalah

PROSES PEMURNIAN PADA MINYAK ATSIRI

Oleh

Nama FAUZAN

Nim 0605105010009

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Mata kuliah Teknologi Pengolahan Minyak Atsiri

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM - BANDA ACEH

2009

PROSES PEMURNIAN MINYAK ATSIRI

ABSTRAK

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan banyak

digunakandalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa Nilai jual dari minyak

atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen utamanya

Minyak atsiri di Indonesia sebagian besar masih diusahakan oleh masyarakat

awam sehingga minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang

ditetapkan Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah

dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di

dalamnya Adanya bahan-bahan asing tersebut dengan sendirinya akan merusak

mutu minyak atsiri yang bersangkutan Bila tidak memenuhi persyaratan mutu

maka nilai jual minyak tersebut akan jauh lebih murah

Untuk meningkatkan kualitas minyak dan nilai jualnya bisa dilakukan

dengan beberapa proses pemurnian baik secara fisika ataupun kimia Dari

beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemurnian bisa

meningkatkan kualitas minyak tersebutterutama dalam hal warna sifat

fisikokimia dan kadar komponen utamanya Proses pemurnian yang akan dibahas

adalah untuk pemurnian minyak nilam akar wangikenanga dan daun cengkeh

Dari proses pemurnian bisa dihasilkan minyak yang lebihcerah dan karakteriknya

memenuhi persyaratan mutu standar

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri seperti

minyak nilam sereh wangi yang dikenal sebagai Java cittronellal oil akar wangi

pala kenanga daun cengkeh dan cendana Beberapa daerah produksi minyak

atsiri adalah daerah Jawa Barat (sereh wangi akar wangi daun cengkeh pala)

Jawa Timur (kenanga daun cengkeh) Jawa Tengah (daun cengkeh nilam)

Bengkulu (nilam) Aceh (nilam pala)Nias Tapanuli dan Sumatera Barat

(Manurung 2003)Teknik penyulingan minyak atsiri yang selama ini diusahakan

para petani masihdilakukan secara sederhana dan belum menggunakan teknik

penyulingan secara baik danbenar Selain itu penanganan hasil setelah produksi

belum dilakukan secara maksimalseperti pemisahan minyak setelah penyulingan

wadah yang digunakan penyimpanan yang tidak benar maka akan terjadi proses-

proses yang tidak diinginkan yaitu oksidasi hidrolisa ataupun polimerisasi

Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih gelap dan berwarna

kehitaman atau sedikit kehijauan akibat kontaminasi dari logam Fe dan Cu Hal

ini akan berpengaruh terhadap sifat fisika kimia minyak Untuk itu proses

penyulingan minyak yang baik dan benar perlu diketahui secara lebih rinci

sehingga minyak yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ada

Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari

masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di

dalamnya adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri

Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari

minyak itu sendiri dan kemurniannya Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan

penetapan kelarutan uji lemak dan mineral Selain itu faktor yang menentukan

mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak seperti bilangan asam bilangan ester

dan komponen utama minyak dan membandingkannya dengan standar mutu

perdagangan yang ada Bila nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah

terkontaminasi adanya pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu

rendah Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman

umur panen perlakuan bahan sebelum penyulingan jenis peralatan yang

digunakan dan kondisi prosesnya perlakuan minyak setelah penyulingan

kemasan dan penyimpanan

Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas suatu bahan agar

mempunyai nilai jual yang lebih tinggi Beberapa metode pemurnian yang dikenal

adalah secara kimia ataupun fisika Pemurnian secara fisika memerlukan peralatan

penunjang yang cukup spesifik akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik

karena warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi

Untuk metode pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan

yang sederhana dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau

senyawa pengomplek tertentu

TEKNOLOGI PEMURNIAN

Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode

yaitu secara fisika dan kimia Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri

dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai

dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al2006)

Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang

minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan

pengurangan tekanan Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi

menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit arang aktif zeolit 2)

menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring

sifat kelarutan dalam alkohol encer kestabilan dan daya simpan dari minyak dan

3 ) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat asam tartarat

(Sait dan Satyaputra 1995 )

Dalam proses secara fisika yaitu metode redestilasi adalah menyuling

ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air

sekitar 15 dalam labu destilasi kemudian campuran didestilasi Minyak yang

dihasilkan akan terlihat lebih jernih Hasil penyulingan ulang terhadap minyak

nilam dengan metode redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi

(kejernihan) dari 4 menjadi 834 dan menurunkan kadar Fe dari 5092 ppm

menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia

dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih

2001) Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya Adsorpsi

adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel

Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau

cairan terhadap adsorbat atom-atom ion-ion atau molekul-molekul lainnya

(Anon2000)

Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar

(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)

Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir

Gambar1

Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr

PenyaringandArrMinyak

Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben

Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa

pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat

(Ekholm et al 2003)

Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi

hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa

pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain

asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al

2005 Moestafa et al 1990)

Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan

kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan

dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan

reaksinya dapat ditulis sebagai berikut

Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan

terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena

minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al

2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan

adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi

menggunakan alkohol encer

HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK

A MINYAK AKAR WANGI

Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae

biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia

(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri

juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk

akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan

dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak

sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal

and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar

wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )

dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β

vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006

Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu

rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan

meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi

88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning

kecoklatan (Tabel 1)

B MINYAK NILAM

Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae

merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu

produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90

Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan

Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai

zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari

campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester

yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut

antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol

benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak

yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya

(Hernani dan Risfaheri 1989)

Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi

oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian

minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan

penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-

EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan

perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan

kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel

tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan

warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih

Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak

nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi

5529 (Hernani et al 2002)

Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834

Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam

minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

C MINYAK KENANGA

Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga

kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam

industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak

kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-

kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)

Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil

adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut

disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam

yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi

oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak

kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses

pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan

minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan

arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)

Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji

pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak

meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam

(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-

kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi

standar mutu SNI

D MINYAK DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari

penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil

penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga

untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian

Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan

dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat

dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan

eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 2: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

PROSES PEMURNIAN MINYAK ATSIRI

ABSTRAK

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan banyak

digunakandalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa Nilai jual dari minyak

atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen utamanya

Minyak atsiri di Indonesia sebagian besar masih diusahakan oleh masyarakat

awam sehingga minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang

ditetapkan Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah

dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di

dalamnya Adanya bahan-bahan asing tersebut dengan sendirinya akan merusak

mutu minyak atsiri yang bersangkutan Bila tidak memenuhi persyaratan mutu

maka nilai jual minyak tersebut akan jauh lebih murah

Untuk meningkatkan kualitas minyak dan nilai jualnya bisa dilakukan

dengan beberapa proses pemurnian baik secara fisika ataupun kimia Dari

beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemurnian bisa

meningkatkan kualitas minyak tersebutterutama dalam hal warna sifat

fisikokimia dan kadar komponen utamanya Proses pemurnian yang akan dibahas

adalah untuk pemurnian minyak nilam akar wangikenanga dan daun cengkeh

Dari proses pemurnian bisa dihasilkan minyak yang lebihcerah dan karakteriknya

memenuhi persyaratan mutu standar

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri seperti

minyak nilam sereh wangi yang dikenal sebagai Java cittronellal oil akar wangi

pala kenanga daun cengkeh dan cendana Beberapa daerah produksi minyak

atsiri adalah daerah Jawa Barat (sereh wangi akar wangi daun cengkeh pala)

Jawa Timur (kenanga daun cengkeh) Jawa Tengah (daun cengkeh nilam)

Bengkulu (nilam) Aceh (nilam pala)Nias Tapanuli dan Sumatera Barat

(Manurung 2003)Teknik penyulingan minyak atsiri yang selama ini diusahakan

para petani masihdilakukan secara sederhana dan belum menggunakan teknik

penyulingan secara baik danbenar Selain itu penanganan hasil setelah produksi

belum dilakukan secara maksimalseperti pemisahan minyak setelah penyulingan

wadah yang digunakan penyimpanan yang tidak benar maka akan terjadi proses-

proses yang tidak diinginkan yaitu oksidasi hidrolisa ataupun polimerisasi

Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih gelap dan berwarna

kehitaman atau sedikit kehijauan akibat kontaminasi dari logam Fe dan Cu Hal

ini akan berpengaruh terhadap sifat fisika kimia minyak Untuk itu proses

penyulingan minyak yang baik dan benar perlu diketahui secara lebih rinci

sehingga minyak yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ada

Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari

masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di

dalamnya adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri

Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari

minyak itu sendiri dan kemurniannya Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan

penetapan kelarutan uji lemak dan mineral Selain itu faktor yang menentukan

mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak seperti bilangan asam bilangan ester

dan komponen utama minyak dan membandingkannya dengan standar mutu

perdagangan yang ada Bila nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah

terkontaminasi adanya pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu

rendah Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman

umur panen perlakuan bahan sebelum penyulingan jenis peralatan yang

digunakan dan kondisi prosesnya perlakuan minyak setelah penyulingan

kemasan dan penyimpanan

Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas suatu bahan agar

mempunyai nilai jual yang lebih tinggi Beberapa metode pemurnian yang dikenal

adalah secara kimia ataupun fisika Pemurnian secara fisika memerlukan peralatan

penunjang yang cukup spesifik akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik

karena warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi

Untuk metode pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan

yang sederhana dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau

senyawa pengomplek tertentu

TEKNOLOGI PEMURNIAN

Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode

yaitu secara fisika dan kimia Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri

dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai

dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al2006)

Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang

minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan

pengurangan tekanan Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi

menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit arang aktif zeolit 2)

menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring

sifat kelarutan dalam alkohol encer kestabilan dan daya simpan dari minyak dan

3 ) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat asam tartarat

(Sait dan Satyaputra 1995 )

Dalam proses secara fisika yaitu metode redestilasi adalah menyuling

ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air

sekitar 15 dalam labu destilasi kemudian campuran didestilasi Minyak yang

dihasilkan akan terlihat lebih jernih Hasil penyulingan ulang terhadap minyak

nilam dengan metode redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi

(kejernihan) dari 4 menjadi 834 dan menurunkan kadar Fe dari 5092 ppm

menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia

dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih

2001) Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya Adsorpsi

adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel

Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau

cairan terhadap adsorbat atom-atom ion-ion atau molekul-molekul lainnya

(Anon2000)

Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar

(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)

Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir

Gambar1

Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr

PenyaringandArrMinyak

Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben

Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa

pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat

(Ekholm et al 2003)

Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi

hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa

pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain

asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al

2005 Moestafa et al 1990)

Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan

kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan

dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan

reaksinya dapat ditulis sebagai berikut

Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan

terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena

minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al

2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan

adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi

menggunakan alkohol encer

HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK

A MINYAK AKAR WANGI

Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae

biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia

(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri

juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk

akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan

dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak

sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal

and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar

wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )

dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β

vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006

Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu

rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan

meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi

88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning

kecoklatan (Tabel 1)

B MINYAK NILAM

Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae

merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu

produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90

Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan

Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai

zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari

campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester

yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut

antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol

benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak

yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya

(Hernani dan Risfaheri 1989)

Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi

oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian

minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan

penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-

EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan

perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan

kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel

tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan

warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih

Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak

nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi

5529 (Hernani et al 2002)

Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834

Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam

minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

C MINYAK KENANGA

Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga

kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam

industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak

kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-

kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)

Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil

adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut

disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam

yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi

oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak

kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses

pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan

minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan

arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)

Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji

pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak

meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam

(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-

kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi

standar mutu SNI

D MINYAK DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari

penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil

penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga

untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian

Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan

dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat

dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan

eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 3: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri seperti

minyak nilam sereh wangi yang dikenal sebagai Java cittronellal oil akar wangi

pala kenanga daun cengkeh dan cendana Beberapa daerah produksi minyak

atsiri adalah daerah Jawa Barat (sereh wangi akar wangi daun cengkeh pala)

Jawa Timur (kenanga daun cengkeh) Jawa Tengah (daun cengkeh nilam)

Bengkulu (nilam) Aceh (nilam pala)Nias Tapanuli dan Sumatera Barat

(Manurung 2003)Teknik penyulingan minyak atsiri yang selama ini diusahakan

para petani masihdilakukan secara sederhana dan belum menggunakan teknik

penyulingan secara baik danbenar Selain itu penanganan hasil setelah produksi

belum dilakukan secara maksimalseperti pemisahan minyak setelah penyulingan

wadah yang digunakan penyimpanan yang tidak benar maka akan terjadi proses-

proses yang tidak diinginkan yaitu oksidasi hidrolisa ataupun polimerisasi

Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih gelap dan berwarna

kehitaman atau sedikit kehijauan akibat kontaminasi dari logam Fe dan Cu Hal

ini akan berpengaruh terhadap sifat fisika kimia minyak Untuk itu proses

penyulingan minyak yang baik dan benar perlu diketahui secara lebih rinci

sehingga minyak yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ada

Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari

masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di

dalamnya adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri

Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari

minyak itu sendiri dan kemurniannya Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan

penetapan kelarutan uji lemak dan mineral Selain itu faktor yang menentukan

mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak seperti bilangan asam bilangan ester

dan komponen utama minyak dan membandingkannya dengan standar mutu

perdagangan yang ada Bila nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah

terkontaminasi adanya pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu

rendah Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman

umur panen perlakuan bahan sebelum penyulingan jenis peralatan yang

digunakan dan kondisi prosesnya perlakuan minyak setelah penyulingan

kemasan dan penyimpanan

Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas suatu bahan agar

mempunyai nilai jual yang lebih tinggi Beberapa metode pemurnian yang dikenal

adalah secara kimia ataupun fisika Pemurnian secara fisika memerlukan peralatan

penunjang yang cukup spesifik akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik

karena warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi

Untuk metode pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan

yang sederhana dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau

senyawa pengomplek tertentu

TEKNOLOGI PEMURNIAN

Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode

yaitu secara fisika dan kimia Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri

dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai

dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al2006)

Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang

minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan

pengurangan tekanan Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi

menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit arang aktif zeolit 2)

menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring

sifat kelarutan dalam alkohol encer kestabilan dan daya simpan dari minyak dan

3 ) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat asam tartarat

(Sait dan Satyaputra 1995 )

Dalam proses secara fisika yaitu metode redestilasi adalah menyuling

ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air

sekitar 15 dalam labu destilasi kemudian campuran didestilasi Minyak yang

dihasilkan akan terlihat lebih jernih Hasil penyulingan ulang terhadap minyak

nilam dengan metode redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi

(kejernihan) dari 4 menjadi 834 dan menurunkan kadar Fe dari 5092 ppm

menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia

dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih

2001) Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya Adsorpsi

adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel

Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau

cairan terhadap adsorbat atom-atom ion-ion atau molekul-molekul lainnya

(Anon2000)

Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar

(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)

Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir

Gambar1

Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr

PenyaringandArrMinyak

Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben

Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa

pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat

(Ekholm et al 2003)

Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi

hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa

pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain

asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al

2005 Moestafa et al 1990)

Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan

kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan

dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan

reaksinya dapat ditulis sebagai berikut

Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan

terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena

minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al

2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan

adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi

menggunakan alkohol encer

HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK

A MINYAK AKAR WANGI

Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae

biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia

(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri

juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk

akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan

dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak

sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal

and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar

wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )

dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β

vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006

Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu

rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan

meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi

88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning

kecoklatan (Tabel 1)

B MINYAK NILAM

Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae

merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu

produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90

Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan

Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai

zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari

campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester

yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut

antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol

benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak

yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya

(Hernani dan Risfaheri 1989)

Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi

oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian

minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan

penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-

EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan

perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan

kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel

tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan

warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih

Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak

nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi

5529 (Hernani et al 2002)

Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834

Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam

minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

C MINYAK KENANGA

Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga

kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam

industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak

kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-

kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)

Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil

adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut

disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam

yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi

oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak

kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses

pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan

minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan

arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)

Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji

pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak

meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam

(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-

kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi

standar mutu SNI

D MINYAK DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari

penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil

penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga

untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian

Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan

dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat

dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan

eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 4: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

digunakan dan kondisi prosesnya perlakuan minyak setelah penyulingan

kemasan dan penyimpanan

Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas suatu bahan agar

mempunyai nilai jual yang lebih tinggi Beberapa metode pemurnian yang dikenal

adalah secara kimia ataupun fisika Pemurnian secara fisika memerlukan peralatan

penunjang yang cukup spesifik akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik

karena warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi

Untuk metode pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan

yang sederhana dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau

senyawa pengomplek tertentu

TEKNOLOGI PEMURNIAN

Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode

yaitu secara fisika dan kimia Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri

dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai

dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al2006)

Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang

minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan

pengurangan tekanan Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi

menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit arang aktif zeolit 2)

menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring

sifat kelarutan dalam alkohol encer kestabilan dan daya simpan dari minyak dan

3 ) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat asam tartarat

(Sait dan Satyaputra 1995 )

Dalam proses secara fisika yaitu metode redestilasi adalah menyuling

ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air

sekitar 15 dalam labu destilasi kemudian campuran didestilasi Minyak yang

dihasilkan akan terlihat lebih jernih Hasil penyulingan ulang terhadap minyak

nilam dengan metode redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi

(kejernihan) dari 4 menjadi 834 dan menurunkan kadar Fe dari 5092 ppm

menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia

dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih

2001) Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya Adsorpsi

adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel

Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau

cairan terhadap adsorbat atom-atom ion-ion atau molekul-molekul lainnya

(Anon2000)

Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar

(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)

Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir

Gambar1

Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr

PenyaringandArrMinyak

Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben

Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa

pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat

(Ekholm et al 2003)

Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi

hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa

pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain

asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al

2005 Moestafa et al 1990)

Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan

kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan

dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan

reaksinya dapat ditulis sebagai berikut

Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan

terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena

minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al

2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan

adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi

menggunakan alkohol encer

HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK

A MINYAK AKAR WANGI

Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae

biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia

(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri

juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk

akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan

dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak

sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal

and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar

wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )

dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β

vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006

Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu

rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan

meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi

88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning

kecoklatan (Tabel 1)

B MINYAK NILAM

Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae

merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu

produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90

Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan

Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai

zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari

campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester

yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut

antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol

benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak

yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya

(Hernani dan Risfaheri 1989)

Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi

oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian

minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan

penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-

EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan

perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan

kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel

tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan

warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih

Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak

nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi

5529 (Hernani et al 2002)

Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834

Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam

minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

C MINYAK KENANGA

Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga

kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam

industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak

kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-

kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)

Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil

adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut

disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam

yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi

oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak

kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses

pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan

minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan

arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)

Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji

pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak

meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam

(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-

kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi

standar mutu SNI

D MINYAK DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari

penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil

penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga

untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian

Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan

dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat

dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan

eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 5: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

TEKNOLOGI PEMURNIAN

Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode

yaitu secara fisika dan kimia Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri

dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai

dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al2006)

Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang

minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan

pengurangan tekanan Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi

menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit arang aktif zeolit 2)

menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring

sifat kelarutan dalam alkohol encer kestabilan dan daya simpan dari minyak dan

3 ) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat asam tartarat

(Sait dan Satyaputra 1995 )

Dalam proses secara fisika yaitu metode redestilasi adalah menyuling

ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air

sekitar 15 dalam labu destilasi kemudian campuran didestilasi Minyak yang

dihasilkan akan terlihat lebih jernih Hasil penyulingan ulang terhadap minyak

nilam dengan metode redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi

(kejernihan) dari 4 menjadi 834 dan menurunkan kadar Fe dari 5092 ppm

menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia

dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih

2001) Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya Adsorpsi

adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel

Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau

cairan terhadap adsorbat atom-atom ion-ion atau molekul-molekul lainnya

(Anon2000)

Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar

(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)

Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir

Gambar1

Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr

PenyaringandArrMinyak

Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben

Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa

pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat

(Ekholm et al 2003)

Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi

hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa

pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain

asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al

2005 Moestafa et al 1990)

Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan

kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan

dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan

reaksinya dapat ditulis sebagai berikut

Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan

terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena

minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al

2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan

adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi

menggunakan alkohol encer

HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK

A MINYAK AKAR WANGI

Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae

biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia

(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri

juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk

akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan

dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak

sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal

and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar

wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )

dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β

vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006

Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu

rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan

meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi

88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning

kecoklatan (Tabel 1)

B MINYAK NILAM

Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae

merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu

produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90

Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan

Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai

zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari

campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester

yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut

antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol

benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak

yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya

(Hernani dan Risfaheri 1989)

Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi

oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian

minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan

penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-

EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan

perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan

kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel

tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan

warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih

Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak

nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi

5529 (Hernani et al 2002)

Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834

Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam

minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

C MINYAK KENANGA

Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga

kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam

industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak

kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-

kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)

Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil

adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut

disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam

yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi

oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak

kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses

pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan

minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan

arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)

Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji

pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak

meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam

(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-

kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi

standar mutu SNI

D MINYAK DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari

penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil

penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga

untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian

Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan

dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat

dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan

eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 6: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar

(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)

Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir

Gambar1

Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr

PenyaringandArrMinyak

Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben

Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa

pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat

(Ekholm et al 2003)

Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi

hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa

pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain

asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al

2005 Moestafa et al 1990)

Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan

kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan

dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan

reaksinya dapat ditulis sebagai berikut

Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan

terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena

minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al

2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan

adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi

menggunakan alkohol encer

HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK

A MINYAK AKAR WANGI

Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae

biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia

(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri

juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk

akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan

dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak

sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal

and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar

wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )

dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β

vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006

Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu

rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan

meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi

88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning

kecoklatan (Tabel 1)

B MINYAK NILAM

Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae

merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu

produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90

Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan

Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai

zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari

campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester

yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut

antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol

benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak

yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya

(Hernani dan Risfaheri 1989)

Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi

oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian

minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan

penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-

EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan

perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan

kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel

tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan

warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih

Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak

nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi

5529 (Hernani et al 2002)

Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834

Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam

minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

C MINYAK KENANGA

Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga

kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam

industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak

kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-

kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)

Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil

adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut

disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam

yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi

oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak

kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses

pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan

minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan

arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)

Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji

pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak

meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam

(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-

kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi

standar mutu SNI

D MINYAK DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari

penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil

penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga

untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian

Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan

dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat

dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan

eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 7: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan

terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena

minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al

2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan

adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi

menggunakan alkohol encer

HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK

A MINYAK AKAR WANGI

Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae

biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia

(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri

juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk

akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan

dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak

sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal

and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar

wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )

dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β

vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006

Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu

rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan

meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi

88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning

kecoklatan (Tabel 1)

B MINYAK NILAM

Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae

merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu

produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90

Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan

Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai

zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari

campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester

yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut

antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol

benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak

yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya

(Hernani dan Risfaheri 1989)

Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi

oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian

minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan

penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-

EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan

perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan

kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel

tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan

warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih

Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak

nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi

5529 (Hernani et al 2002)

Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834

Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam

minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

C MINYAK KENANGA

Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga

kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam

industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak

kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-

kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)

Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil

adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut

disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam

yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi

oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak

kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses

pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan

minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan

arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)

Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji

pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak

meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam

(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-

kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi

standar mutu SNI

D MINYAK DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari

penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil

penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga

untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian

Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan

dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat

dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan

eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 8: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK

A MINYAK AKAR WANGI

Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae

biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia

(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri

juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk

akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan

dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak

sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal

and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar

wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )

dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β

vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006

Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu

rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan

meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi

88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning

kecoklatan (Tabel 1)

B MINYAK NILAM

Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae

merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu

produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90

Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan

Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai

zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari

campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester

yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut

antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol

benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak

yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya

(Hernani dan Risfaheri 1989)

Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi

oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian

minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan

penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-

EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan

perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan

kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel

tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan

warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih

Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak

nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi

5529 (Hernani et al 2002)

Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834

Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam

minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

C MINYAK KENANGA

Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga

kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam

industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak

kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-

kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)

Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil

adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut

disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam

yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi

oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak

kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses

pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan

minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan

arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)

Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji

pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak

meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam

(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-

kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi

standar mutu SNI

D MINYAK DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari

penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil

penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga

untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian

Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan

dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat

dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan

eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 9: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

B MINYAK NILAM

Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae

merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu

produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90

Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan

Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai

zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari

campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester

yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut

antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol

benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak

yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya

(Hernani dan Risfaheri 1989)

Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi

oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian

minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan

penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-

EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan

perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan

kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel

tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan

warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih

Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak

nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi

5529 (Hernani et al 2002)

Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834

Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam

minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

C MINYAK KENANGA

Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga

kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam

industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak

kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-

kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)

Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil

adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut

disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam

yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi

oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak

kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses

pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan

minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan

arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)

Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji

pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak

meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam

(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-

kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi

standar mutu SNI

D MINYAK DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari

penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil

penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga

untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian

Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan

dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat

dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan

eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 10: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834

Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam

minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)

C MINYAK KENANGA

Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga

kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam

industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak

kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-

kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)

Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil

adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut

disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam

yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi

oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak

kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses

pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan

minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan

arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)

Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji

pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak

meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam

(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-

kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi

standar mutu SNI

D MINYAK DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari

penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil

penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga

untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian

Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan

dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat

dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan

eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 11: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji

pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak

meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam

(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-

kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi

standar mutu SNI

D MINYAK DAUN CENGKEH

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari

penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil

penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga

untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian

Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan

dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat

dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan

eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 12: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135

trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai

flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo

2002)

Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai

10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi

peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan

terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan

berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak

menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak

(Marwati et al 2005)

Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada

Tabel 4

Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian

dan standar mutu minyak menurut SNI

Sumber Marwati et al (2005)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit

maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit

dengan

konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak

berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol

Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat

adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 13: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan

nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh

dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan

(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat

muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm

sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 14: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

STANDAR MUTU

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari

masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui

keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak

secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan

asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut

Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk

mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif

Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu

dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh

standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)

Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 15: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

DAFTAR PUSTAKA

Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006

Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm

Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341

Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils

Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170

Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179

Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87

Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228

Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715

Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor

Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106

Page 16: Proses Pemurnian Minyak Atsiri

Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100

Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37

Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26

Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal

Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor

Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal

Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal

Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43

Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta

Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106