pembahasan laporan pengeringan

Upload: amanda-williamson

Post on 16-Oct-2015

120 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL

    1. Tabel Pengamatan Sun Drying dan Cabinet Dryer

    Kelo

    mpok

    Lama

    Pengeringan

    Berat

    Awal

    (gr)

    Berat

    Akhir

    (gr)

    Kadar

    Air

    (%)

    1

    Nanas

    Blanching

    Sun

    Drying

    80 jam 50.11 7.31 85.41

    Cabinet

    Dryer

    68 jam 50.24 7.04 85.98

    2

    Nanas Non

    Blanching

    Sun

    Drying

    216 jam 50 2.1920 95.61

    Cabinet

    Dryer

    48 jam 35

    menit

    50 6.51 86.98

    3

    Apel

    Blanching

    Sun

    Drying

    212 jam 19

    menit

    50.11 1.9505

    5

    96.20

    Cabinet

    Dryer

    189 jam 50

    menit

    50.78 5.5232 89.12

    4

    Apel Non

    Blanching

    Sun

    Drying

    240 jam 50.2 6.38 87.29

    Cabinet

    Dryer

    192 jam 50.6 6.45 87.25

    5

    Nanas

    Blanching

    Sun

    Drying

    168 jam 50.25 2.4 95.22

    Cabinet

    Dryer

    73 jam 45

    menit

    50 5.85 88.3

    6 Nanas Non Sun

  • Blanching Drying

    Cabinet

    Dryer

    2. Tabel Pengamatan Kadar Air(Desikator)

    Kelompok Bahan Kadar Air (%)

    1 Nanas Steam Blanching 86.18

    2 Nanas Non Steam Blanching 77.79

    3 Apel Steam Blanching 88.37

    4 Apel Non Steam Blanching 75.71

    5 Nanas Steam Blanching 88.3

    6 Nanas Non Steam Blanching 67.91

    3. Tabel Pengamatan Sensoris Produk

    Kelom

    pok

    Warna Aroma Rasa Tekstur

    1

    Nanas

    Blanching

    Sun

    Drying

    Kuning ke-

    orange-an

    Sedikit

    asam

    Agak

    kering

    Cabinet

    Dryer

    Kuning ke-

    orange-an

    Sedikit

    asam

    Kering

    patah

    2

    Nanas Non

    Blanching

    Sun

    Drying

    Cabinet

    Dryer

    Sangat

    coklat

    Agak

    asam

    masam Agak

    renyah

    3 Apel

    Blanching

    Sun

    Drying

    Coklat Sedikit

    wangi

    Asam,

    manis

    Keras,

    kurang

  • apel renyah

    Cabinet

    Dryer

    Coklat tua Sedikit

    wangi

    apel,

    sedikit

    bau

    gosong

    Asam,

    manis,

    agak

    pahit

    Keras

    kurang

    renyah

    4

    Apel Non

    Blanching

    Sun

    Drying

    Kuning

    kecoklatan

    Ada

    aroma

    apel,

    asam

    Asam Kering

    tidak

    patah

    Cabinet

    Dryer

    Coklat

    kekuningan

    Ada

    aroma

    apel,

    asam

    asam Kering

    patah

    5

    Nanas

    Blanching

    Sun

    Drying

    Kuning ke-

    orange-an

    Sedikit

    asam

    Lengket

    Cabinet

    Dryer

    Kuning ke-

    orange-an

    Sedikit

    asam

    Agak

    kering

    dan

    lengket

    6

    Nanas Non

    Blanching

    Sun

    Drying

    Cabinet

    Dryer

  • B. PEMBAHASAN

    Pengeringan merupakan metode untuk mengeluarkan atau

    menghilangkan sebagian air dari suatu bahan pangan dengan cara

    menguapkan dengan menggunakan energi panas. Namun terkadang panas

    yang diberikan dapat merusak gizi yang terkandung dalam produk.

    Kandungan gizi dalam suatu produk merupakan parameter yang penting bagi

    konsumen dalam mempertimbangkan pemilihan makanan yang

    dikonsumsinya. Salah satu cara untuk menentukan kandungan gizi suatu

    produk yaitu dengan menggunakan analisis proksimat. Hal paling mendasar

    dari unsur pokok dalam bahan pangan terdiri dari lima kategori yaitu air,

    lemak total, protein kasar, abu dan karbohidrat (Okuzumi dan Fujii 2000).

    Proses pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

    a. Luas Permukaan

    Permukaan bahan dapat diperluas dengan cara pengecilan ukuran baik itu

    chopping, shearing, atau slicing. Semakin kecil ukuran bahan makan

    permukaan yang kontak dengan medium pemanasan semakin tinggi. Air akan

    lebih mudah berdifusi/menguap. Sehingga waktu pengeringan semakin

    singkat.

    b. Suhu

    Semakin besar perbedaan suhu, proses pemindahan panas dari lingkungan ke

    bahan yang akan dikeringkan akan lebih cepat terjadi dan penguapan air pun

    lebih cepat terjadi.

    c. Kecepatan Pergerakan Udara

    Udara yang bergerak lebih cepat mengambil uap air dalam lingkungan sistem

    pengeringan sehingga sirkulasi lebih cepat, proses pengeringan semakin

    cepat.hal tersebut dapat semakin dipercepat bila volume udara yang bergerak

    semakin tinggi. Contohnya pada cabinet dryer, tunnel dryer dan spray dryer.

  • d. Kelembapan Udara

    Pengeringan akan makin cepat pada udara dengan RH rendah(makin lembab

    udara, pengeringan makin lambat). Konsentrasi uap yang dihasilkan pada

    udara kering tidak jenuh dan tidak ada kadar air akhir pada bahan pangan.

    Sedangkan pada udara yang lembab, produk pangan akan higroskopis atau

    mudah menyerap air di udara sekitarnya.

    Bahan dapat mencapai kesetimbangan nisbi dengan lingkungan sistem yaitu

    bahan pangan tidak terjadi penguapan air dari bahan ke udara dan tidak terjadi

    adsorpsi uap air dari udara oleh bahan saat kelembapan pada suhu tertentu.

    Jika kesetimbangan nisbi terjadi RH udara lebih rendah dari bahan pangan

    udara masih dapat dikeringkan sedangkan bila RH udara lebih tinggi dari

    bahan pangan maka terjadi proses absorpsi uap air dari udar ke bahan pangan.

    e. Tekanan Atmosfer

    Jika pengeringan bahan dilakukan pada suhu konstant dan tekanan diturunkan,

    maka kecepatan penguapan akan lebih tinggi. Contoh pengering sub

    atmosferik menggunakan tekanan dibawah 1 atm. Pengeringan dapat

    dipercepat dengan menggunakan kondisi vakum. Pada kondisi vakum titik

    didih air mengalami penurunan sehingga perubahan fase air dari cair menjadi

    uap lebih cepat tercapai.

    f. Evaporasi

    Pada proses penguapan air dari permukaan terjadi proses pengambilan energi,

    sehingga permukaan menjadi dingin. Absorpsi panas laten hanya mengubah

    fase cair menjadi uap/gas/panas, yang mengubah air menjadi uap air yang

    keluar dari bahan adalah penguapan.

    g. Waktu Pengeringan

    Waktu pengeringan menentukan lama kontak bahan dengan panas. Harus

    sangat diperhatikan terutama pada pengeringan bahan pangan yang sensitif

    panas. Untuk bahan yang sensitif panas sering digunakan sistem HTST ( High

    Temperature Short Time) atau proses pada suhu tinggi dalam waktu singkat.

  • Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah apel dan nanas.

    Kadar air yang terkandung dalam apel atau nanas berbeda-beda dan

    menunjukkan seberapa besar kuantitas dan kualitas produk tersebut

    memberikan asupan gizi sesuai kebutuhan manusia. Apel yang digunakan

    dalam praktikum ini mempunyai karakteristik bobot 110 2,5 gr.

    Bahan dikupas dan diiris tipis-tipis. Pengeringan bahan sample ini

    menggunakan alat pengering yang disebut cabinet drier, oven dan desikator

    serta sinar matahari langsung.

    Proses pengeringan berlangsung melalui 3 tahap yaitu, tahap

    penyesuaian, tahap pengeringan dengan laju konstant dan tahap pengeringan

    dengan laju menurun. Air di dalam bahan akan diubah fasenya menjadi uap

    melalui cara konduksi seperti kontak dengan plat panas pada oven pengering,

    konveksi udara panas seperti pada pengering kabinet (cabinet dryer), energi

    gelombang mikro dan radiasi infra merah. Air yang fasenya berubah menjadi

    uap ini kemudian akan berdifusi keluar dari bahan yang dikeringkan sehingga

    kadar air dalam produk kering menyusut.

    Praktikum pengeringan apel dan nanas ini dilakukan dengan 2

    perlakuan berbeda, yang pertama apel dan nanas disteam blanching dan yang

    kedua apel dan nanas tidak di-steam blanching. Proses pengeringan dilakukan

    dengan 3 teknik berbeda, yaitu pengeringan dengan menggunakan sinar

    matahari (sun drying), cabinet dryer dan oven desikator.

    Pertama, bahan di kupas kemudian dicuci dan diiris dengan ketebalan

    2mm menggunakan pisau. Hal ini dilakukan agar bahan bebas dari

    kontaminan-kontaminan yang dapat mempengaruhi hasil akhir serta

    mempunyai keseragaman ukuran dan bentuk sehingga dapat memperoleh

    perlakukan sama dan mempermudah dalam pengukuran dan penghitungan

    ukuran pada akhir proses ini. Bahan yang sudah dibersihkan dan diiris

  • kemudian ditimbang beratnya sehingga mendapatkan berat 5023gr untuk

    tiap teknik proses pengeringan (sun drying dan cabinet dryer). Sedangkan

    untuk proses pengeringan menggunakan oven desikator, bahan yang diteliti

    sebanyak 3-5gr.

    Pada proses pengeringan menggunakan sundrying dan cabinet dryer,

    setelah pengukuran berat bahan sample kelompok 1, 3, dan 5 segera

    memasuki proses steam blanching pada suhu 90 C selama 3menit. Sample

    untuk tiap perlakuan dihamparkan pada loyang yang berbeda. Untuk proses

    sun drying bahan sample dalam loyang pada tiap kelompok, diletakkan pada

    tempat yang memungkinkan sehingga mendapat sinar matahari langsung.

    Sedangkan pada proses pengeringan cabinet dryer, sample dalam loyang

    segera dimasukkan ke dalam cabinet dryer pada suhu 50 C. Proses

    pengeringan tersebut berlangsung hingga mendapatkan produk sample yang

    kering patah.

    Suhu udara mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kecepatan

    perpindahan uap air, oleh karena suhu ini mengatur tekanan uap jenuh air dan

    juga suhu ini melengkapi gaya tarik suhu yang memindahkan panas untuk

    menguapkan uap air. Dapat dikatakan bahwa peningkatan kecepatan, dan suhu

    udara akan menyebabkan peningkatan laju pengeringan seperti yang

    diperkirakan oleh persamaan standar. Bertambah tinggi kecepatan udara akan

    menolong perpindahan uap dari daerah bagian atas bahan padat

    yangdikeringkan (Earle, 1969).

    Faktor- faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah

    luas permukaan bahan, suhu pengeringan, aliran udara, dan tekanan uap di

    udara. Kelembaban udara dapat dinyatakan dalam 2 cara yaitu kelembaban

    nisbi dan kelembaban mutlak. Perbandingan antara tekanan uap di dalam

    suatu ruangan dengan tekanan jenuh pada suhu yang sama disebut

  • kelembaban nisbi atau RH yang dinyatakan dalam persen. Kelembaban

    mutlak adalah perbandingan antara berat uap air diudara dengan berat udara

    kering pada suhu yang sama.

    Kadar air suatu bahan pangan yang dikeringkan mempengaruhi

    beberapa hal yaitu seberapa jauh penguapan dapat berlangsung, lamanya

    proses pengeringan dan jalannya proses pengeringan.

    Air dalam bahan pangan terdapat dalam 3 bentuk yaitu (1) air bebas

    yang terdapat dipermukaan benda padat dan mudah diuapkan , (2) air terikat

    secara fisik yaitu air yang terikat kapiler atau air absorbsi karena tenaga

    penyerapan dan (3) air terikat secara kimia misalnya air kristal dan air yang

    terikat dalam suatu sistem dispersi.

    Seharusnya dalam praktikum ini pengeringan dilakukan hingga tekstur

    produk benar-benar kering patah seluruhnya, akan tetapi oleh karena kendala

    teknis berupa cabinet drier yang mati ditengah proses pengeringan, kendala

    cuaca(mendung dan sample yang terguyur hujan) dan waktu pengamatan yang

    minim, maka seluruh proses pengeringan hanya dilakukan dalam 10 hari.

    Semakin lama waktu pengeringan kadar air bahan semakin kecil dan

    perubahan kadar airnya justru semakin besar, artinya semakin banyak air

    dalam bahan pangan yang diuapkan. Kadar air yang diperoleh setelah

    pengeringan berbeda-beda. Pada kelompok 1 pengeringan nanas blanching

    dengan teknik sun drying memakan waktu lebih lama (80jam) dan kadar air

    lebih sedikit (85.41%) bila dibandingkan dengan teknik cabinet driernya (68

    jam, ka = 85.98%). Untuk peryataan di atas hasil kelompok satu tidak sesuai.

    Namun disini ada faktor pembedanya yaitu teknik pengeringan yang berbeda.

    Dmana Sun drying lebih tidak stabil panas yang digunakan sehingga

    walaupun pengeringannya lama tetap menghasilkan kadar air yang lebih

  • sedikit dari cabinet drier karena panas yang digunakan dalam cabinet drier

    lebih stabil dan terkontrol sehingga dapat dimaksimalkan.

    Tidak sama halnya dengan hasil produk dari kelompok 2, 3, 4, 5, 6.

    Pengeringan pada sun drying memakan waktu lebih lama, kadar air yang

    didapatkan pada teknik sun drying pun relatif lebih besar dari cabinet drier.

    Hal ini mungkin terjadi karena perbandingan lama pengeringan pada kelompo

    2,3,4,5,dan 6 tidak seimbang. Yaitu saat pengeringan dengan teknik sun

    drying mencapai kadar air yang sama dengan produk dari cabinet drier,

    pengeringan tidak langsung dihentikan sehingga air dalam produk kembali

    terhidrasi sehingga produk lebih kering dengan waktu yang lebih lama pula.

    Pada pengeringan dengan desikator didapatkan produk dengan pra

    perlakuan stam blanching pada kelompok 1, 3, 5 memperoleh kadar air yang

    lebih besar dari pada produk kelompok 2, 4, 6 yang tidak mendapat perlakuan

    steam blanching. Hal tersebut sesuai dengan literatur bahwa blanching selain

    dilakukan untuk inaktivasi enzim, membersihkan dan mengurangi kandungan

    mikroba, mempertahankan dan memperbaiki warna, juga memperlunak

    jaringan, memperbaiki tekstur, serta untuk pengeluaran gas seluler. Sehingga

    air dalam bahan menjadi lebih bebas dan lebih mudah untuk terhidrasi.

    a. Sun Drying

    Selama proses pengeringan ini produk sangat rentan terhadap

    perubahan cuaca dan kontaminasi serangga, burung dan hewan lain. Waktu

    pengeringan akan lama dan kontaminasi produk akan muncul sebelum konten

    kelembaban stabil. Hal ini dapat diatasi dengan membungkus loyang berisi

    bahan yang akan dikeringkan dengan plastik transparan.

    Berdasarkan hasil penimbangan dan perhitungan, nanas dengan

    blanching kelompok 1 mempunyai kadar air sebesar 85,41%. Sedangkan

  • nanas dengan blanching kelompok 5 memiliki kandungan air sebesar 95.22%.

    Berdasarkan hasil penimbangan dan perhitungan tersebut dapat diketahui

    bahwa proses pengeringan tidak merata dan menghasilkan nanas kering

    dengan kandungan air yang berbeda jauh. Cara pengeringan ini bahan yang

    dikeringkan berada pada kondisi dimana suhu dan aliran udara yang bervariasi

    sehingga hasil pengeringan menjadi tidak seragam.

    Pengeringan dengan sinar matahari ini mempunyai laju yang lambat

    dan memerlukan perhatian lebih. Bahan harus dilindungi dari serangan

    serangga, segera dihindarkan dari interaksi dengan air dan ditutup pada malam

    hari. Selain itu sun drying sangat rentan terhadap resiko kontaminasi

    lingkungan, sehingga pengeringan sebaiknya jauh dari jalan raya atau udara

    kotor.

    Produk yang dihasilkan pun tidak terlalu memuaskan. Hal ini dapat

    diketahui dari sifat organoleptik produk yang dihasilkan dari kedua perlakuan

    tersebut. Pada produk bahan kering yang dihasilkan memiliki tekstur yang

    kering semi basah dengan bagian luar kering, kenyal tidak patah, dan ada

    aroma asam. Selain itu terjadi pula Case hardening, yang merupakan suatu

    keadaan dimana bagian luar (permukaan) bahan sudah kering sedangkan

    bagian di alamnya masih basah yang disebabkan karena suhu pengeringan

    terlalu tinggi. Case hardening juga dapat disebabkan karena adanya

    perubahan kimia tertentu misalnya penggumpalan protein pada permukaan

    bahan karena adanya panas atau terbentuknya dekstrindari pati yang jika

    dikeringkan akan menjadi bahan yang massif (keras) pada permukaan bahan.

    Kekenyalan pada produk pengeringan merupakan hal yang tidak

    diinginkandan tidak disukai oleh konsumen. Dengan kata lain hal

    ini merupakan penurunan mutu.

  • Pada bahan sample yang dikeringkan dengan menggunakan sinar

    matahari langsung, prosesnya berjalan lebih dari 1 minggu. Waktu yang

    diperlukan untuk mengeringkan bahan lebih lama, selain karena panas yang

    didapat dari matahari tidak merata dan tidak konstant juga karena faktor

    perbedaan kadar air bebas dan terikat yang terkandung dalam bahan. Untuk

    pengeringan apel akan memakan waktu lebih lama dibanding pengeringan

    nanas karena kadar air terikat dalam apel lebih besar dibanding nanas

    sehingga air lebih sulit unuk meninggalkan bahan.

    b. Cabinet Drier

    Pengeringan dengan Cabinet Dryer menggunakan suhu 50 C. Adapun

    mekanisme pengeringan dengan cabinet dryer yakni kandungan air dalam

    bahan dikurangi dengan memanfaatkan energi panas yakni berupa udara panas

    yang berasal dari blower. Udara dari blower pada mulanya belum panas, tetapi

    setelah udara masuk dalam kabinet dryer diubah menjadi udara panas oleh

    kompor listrik yang ada didalamnya. Selanjutnya udara panas tersebut

    bergerak ke atas sampai ke bahan. Air dalam bahan akan ikut keluar bersama

    udara panas. Hingga hanya tersisa air terikat dalam bahan.

    Lama waktu yang dibutuhkan untuk tiap sample berbeda-beda

    tergantung jenis dan luas permukaan bahan serta berlakuan sebelum proses

    pengeringan. Pengeringan yang dilakukan secara mekanis ini, yakni dengan

    menggunakan alat pengering buatan (artificial drying) dapat mempermudah

    dalam mengontrol faktor-faktor dalam proses pengeringan. Pengaturan suhu

    udara misalnya, dapat menghasilkan produk yang jauh lebih homogen dan

    teratur bila suhu udara pengering tersebut diatur sesuai dengan sifat bahan dan

    hasil yang dikehendaki.

    Pengaturan suhu dan aliran udara pada unit pengering mempengaruhi

    produk hasil pengeringan. Pada pengamatan suhu bahan didapat data kenaikan

  • suhu pada bahan yang diletakkan di rak bawah lebih tinggi daripada suhu

    bahan yang diletakkan di rak atas. Perbedaan suhu pada masing-masing rak

    dapat disebabkan oleh aliran panas yang diberikan ke unit pengering. Efisiensi

    pengeringan/penguapan air dapat ditentukan sebagai perbandingan panas

    secara teoritis dibutuhkan untuk menghasilkan panas laten penguapan air yang

    dikeringkan dengan menggunakan panas sebenarnya di dalam alat pengering.

    Panas laten inilah yang diperlukan untuk merubah fase benda. Pengamatan

    efisiensi penguapan air tiap rak berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa

    laju penguapan air bahan semakin meningkat dari rak atas hingga rak bawah.

    Efisiensi termis unit pengering dapat mempengaruhi produk yang

    dikeringkan. Jika efisiensi kerja unit pengering tinggi maka produk kering

    yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.kenaikan atau pun penurunan

    efisiensi unit pengering sangat berpengaruh pada produk. Penurunan efisiensi

    unit pengering ini dapat mempengaruhi data kuantitatif yang diperoleh dari

    pengamatan terdapat beberapa data yang kurang sesuai dengan literatur karena

    terdapat unit pengering yang tidak dapat bekerja secara optimal.

    Jenis pengeringan ini tidak disarankan untuk pengeringan pangan

    karena energi yang digunakan kurang efisien daripada alat pengering

    ( Dehydrator). Selain itu sulit mengontrol suhu rendah pada cabinet dryer dan

    pangan yang dikeringkan lebih rentan hangus (Hughes dan Willenberg,1994).

    c. Oven dan Desikator

    Pada percobaan penetapan kadar air dengan menggunakan oven dan

    desikator, pertama-tama bahan dalam cawan dipanaskan pada oven suhu 105

    C selama 4 jam. Cawan dan sampel kemudian didinginkan dalam desikator

    selama 15-30 menit kemudian produk akhir ditimbang dan dimasukkan

    kembali ke dalam oven dengan suhu 105 C selama 13 jam.

  • Menurut Sudarmadji (2007), prinsip metode penetapan kadar air

    dengan oven biasa atau Thermogravimetri yaitu menguapkan air yang ada

    dalam bahan dengan jalan pemanasan. Penimbangan bahan dengan berat

    konstant yang berarti semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif lebih

    mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya

    reaksi yang lain karena pemanasan maka dilakukan pemanasan dengan suhu

    rendah dan tekanan vakum. Selama pendinginan sebelum penimbangan bahan

    ditempatkan di ruangan tertutup(desikator) yang telah diberi zat penyerap air.

    Saat bahan dipanaskan dalam oven pada suhu 105 C semua air bebas

    menguap ditunjukkan dengan berat konstan bahan setelah 4 jam pemanasan.

    Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang

    terkandung. Panas dalam oven akan membuat air dalam bahan berdifusi

    keluar dari bahan. Pindah massa air ini memerlukan perubahan fase air dari

    cair menjadi uap.

    Metode ini mempunyai kelebihan yaitu suhu dan kecepatan proses

    pengeringan dapat diatur sesuai keinginan, tidak tepengaruh cuaca, sanitasi

    dan higine dapat dikendalikan. Selain itu kelemahan metode ini adalah

    memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi

    dibandingkan pengeringan sundrying(alami), bahan lain selain air juga ikut

    menguap karena panas tinggi yang digunakan . Dapat terjadi reaksi selama

    pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain. Bahan yang

    mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan

    airnya meskipun sudah dipanaskan.

    Analisis kadar air menggunakan pengering oven dan desikator

    merupakan cara analisis yang paling banyak digunakan karena relatif

    sederhana. Namun demikian sering ada kesalahan yang diabakan penelitian

    yaitu : Jika suhu oven yang digunakan lebih kecil dari yang seharusnya (105

  • C) dapat mengakibatkan tidak semua air dalam sampel teruapkan sehingga

    dapat menyebabkan kadar air yang diperoleh lebih kecil dari yang seharusnya.

    Kemudian jika suhu oven lebih besar dari yang seharusnya dapat

    menyebabkan kadar air lebih tinggi karena tidak hanya air yang teruapkan

    akan tetapi bahan lain yang mudah menguap (ex: minyak astiri) ikut teruapkan

    dan ketika neraca analitik yang digunakan untuk penimbangan tidak

    terkalibrasi.

    Dalam praktikum ini hasil yang didapat sudah sesuai dengan literatu

    yaitu pengeringan dengan oven dan desikator lebih cepat dilakukan dibanding

    dengan dua teknik pengeringan sebelumnya.

    d. Blansing

    Sebagian besar sayuran dan beberapa buah pucat sebelum diproses

    lebih lanjut, seperti pengalengan, pembekuan atau dehidrasi diberi perlakuan

    blanching terlebih dulu. Blanching adalah panas ringan tapi bukan merupakan

    metode pengawetan yang dilakukan antara persiapan dan pengolahan.

    Blanching juga dilakukan untuk inaktivasi enzim, membersihkan dan

    mengurangi kandungan mikroba, mempertahankan dan memperbaiki warna,

    memperlunak jaringan, memperbaiki tekstur, serta untuk pengeluaran gas

    seluler. Hasil proses blanching di pengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis

    bahan, ukuran bahan, suhu blanching, dan cara blanching seperti dengan

    menggunakan air panas, uap, IQB (Individual Quick Blanching) dan vacuum.

    Blansing adalah contoh transfer panas yang tidak stabil melibatkan

    perpindahan panas konvektif dari media blansing dan konduksi dalam bahan

    makanan. Perpindahan massa bahan ke dalam dan keluar jaringan juga

    penting. Kondisi blansing yang tepat (waktu dan suhu) harus dievaluasi untuk

    bahan baku dan biasanya merupakan keseimbangan antara mempertahankan

  • karakteristik kualitas dari bahan baku dan menghindari over-processing.

    Faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan:

    1. persiapan buah atau sayuran, khususnya konduktivitas termal, yang akan

    diterapkan menurut jenis, kultivar, tingkat kematangan dll;

    2. keseluruhan efek blansing yang dibutuhkan untuk mengolah produk, yang

    dapat ditunjukkan dalam banyak cara termasuk: mencapai suhu sentral

    tertentu, mencapai tingkat tertentu dari inaktivasi peroksidase,

    mempertahankan proporsi tertentu dari vitamin C;

    3. Ukuran dan bentuk potongan makanan;

    4. Metode pemanasan dan suhu media blansing.

    Pada praktikum ini digunakan sistem blanching dengan uap panas

    pada suhu 90 C selama 3 menit untuk bahan apel dan nanas. Proses blanching

    akan memperlunak jaringan serta mengeluarkan gas inter seluler sehingga air

    lebih bebas bergerak dan terhidrasi. Proses blanching menyebabkan senyawa

    pektin yang tidak larut air terhidrolisis sebagian menjadi pektin yang larut

    sehingga tekstur lunak (Muchtadi, 1992). Selain itu tahap penyesuaian lebih

    cepat dilalui karena blanching menmberikan panas yang kemudian akan

    digunakan untuk kelangsungan proses pengeringan. Produk dengan pra

    perlakuan blanching lebih cepat kering dan mempunyai kadar air dalam bahan

    yang lebih sedikit. Hal inilah yang menyebabkan nilai tekstur produk yang

    diblanching lebih tinggi daripada produk non-blanching.

    Tingkat Kesukaan

    Daya terima terhadap suatu makanan ditentukan oleh rangsangan yang

    ditimbulkan oleh makanan melalui panca indera penglihatan, penciuman, pencicipan,

    dan pendengaran. Namun demikian faktor utama yang akhirnya mempengaruhi daya

  • terima terhadap makanan adalah rangsangan citarasa yang ditimbulkan oleh makanan

    (Soekarto 1985). Selanjutnya dikatakan pula bahwa penilaian citarasa makanan

    menggunakan indera manusia sebagai alat penilaian dikenal dengan istilah penilaian

    organoleptik/sensori. Cara ini sering disebut juga penilaian subjektif karena

    sepenuhnya tergantung pada kemampuan/kepekaan inderawi manusia.

    Untuk mengetahui kesan mutu yang bersifat spesifik dari daging buah apel

    dan nanas dilakukan pengujian mutu organoleptik dengan 5 orang panelis. Pengujian

    organoleptik dapat dilakukan dalam berbagai cara, salah satu diantaranya adalah uji

    hedonik (kesukaan). Uji organoleptik yang dilakukan terhadap udang ronggeng rebus

    dengan perlakuan penambahan garam 2%, terdiri atas 4 parameter uji yaitu;

    penampakan, bau, rasa, dan tekstur.

    a. Penampakan

    Penampakan merupakan karakteristik pertama yang dinilai dalam

    mengkonsumsi suatu produk. Bila kesan penampakan produk baik atau

    disukai,maka konsumen baru akan melihat karakteristik yang lainnya (bau, rasa

    dan tekstur) (Soekarto 1985). Untuk apel komnsumen lebih menyukai apel

    dengan daging buah berwarna putih pucat bersih tanpa noda/warna lain.

    Sedangkan untuk buah nanas konsumen umumnya menyukai nanas dengan

    daging buah berwarna kuning terang bersih tanpa noda atau warna lain.

    b. Bau

    Bau atau aroma makanan dapat menentukan enak atau tidaknya makanan.

    Aroma atau bau-bauan lebih kompleks daripada rasa, dan kepekaan indera

    pembauan biasanya lebih tinggi daripada indera pencicipan, bahkan industri

    pangan menganggap sangat penting terhadap uji bau karena dapat dengan cepat

    memberikan hasil penilaian apakah produk disukai atau tidak (Soekarto 1985).

  • Berdasarkan uji organoleptik, pada kedua bahan sample (apel dan nanas) panelis

    menyukai bau asli dari bahan tersebut seperti bau spesifik apel atau nanas segar.

    c. Citarasa

    Rasa memegang peranan penting dari keberadaan suatu produk. Walaupun

    aroma dan tekstur bahan pangan tersebut baik tapi jika rasanya tidak enak, maka

    paneis akan menolak produk tersebut (Soekarto 1985). Berdasarkan uji

    organoleptik diketahui bahwa panelis rata-rata menyukai rasa daging buah apel

    atau nanas yang manis dan segar. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

    senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

    Suhu mempengaruhi kemampuan kuncup cecapan untuk menangkap rangsangan

    rasa. Sensitivitas terhadap rasa berkurang bila suhu tubuh di bawah 20 oC atau di

    atas 30 oC (Winarno 1997). Selain itu, setiap orang memiliki batas konsentrasi

    terendah terhadap suatu rasa agar masih bisa dirasakan yang disebut dengan

    threshold. Batas ini tidak sama pada setiap orang dan threshold orang terhadap

    rasa yang berbeda juga tidak sama. Efek interaksi berbeda-beda pada tingkat

    konsentrasi dan threshold-nya (Winarno 1997).

    d. Tekstur

    Tekstur dan konsistensi akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan

    oleh bahan tersebut (Winarno 1997). Berdasarkan uji organoleptik diketahui

    bahwa panelis menyukai tekstur daging buah apel yang agak keras, padat dan

    kesat saat digigit/dimakan. Sedangkan untuk buah nanas panelis menyukai daging

    buah yang agak lembut tidak lembek dan berair.

    Keempat sifat sensoris tersebut dapat berubah. Perubahan ini dapat

    diakibatkan oleh beberapa perlakuan yang diterapkan pada bahan seperti, pra

    perlakuan blanching, pengeringan dengan sun drying, cabinet dryer dan atau oven

    desikator.

  • Proses steam blanching berpengaruh besar pada warna produk karena

    perlakuan blanching dapat mencegah terjadinya pencoklatan. Hal ini sesuai

    dengan Siddiq et all (1992) dan Kumalaningsih, dkk (2004) yang menyatakan

    bahwa perlakuan blanching diatas 70 C dapat menginaktifkan enzim PPO

    sehingga perubahan warna dapat dicegah. Sedangkan blanching yang terlalu lama

    akan menyebabkan warna sedikit agak gelap. Hal ini dikarenakan sample yang

    dimasukkan dalam air mendidih dalam waktu yang lama, derajat panas lebih

    tinggi daripada blanching dengan pengukusan sehingga menyebabkan semakin

    banyak enzim yang rusak. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya reaksi

    pencoklatan enzimatis lebih sedikit sehingga intensitas warna coklat semakin

    menurun. Menurut Wuensch dan Schalder (1972) dalam Smith (1987)menyatakan

    bahwa perubahan warna dipengaruhi oleh komponen penyusunnya,seperti gula

    sederhana, total asam amino dan air. Selain itu tanpa perendaman sulfit akan

    meminimalkan kandungan zat kimia pada bahan ( Witono, 2002). Asgar et al.

    (2006) juga menyatakan bahwa perambatan panas yang terjadi pada sayuran yang

    diblanching dengan cara hot water blanching merupakan perambatan panas

    secara konveksi, di mana panas dialirkan dengan cara pergerakan atau sirkulasi,

    sehingga lebih cepat menonaktifkan enzim.

    Selain itu, inaktivasi enzim juga perlu karena enzim tertentu dapat

    menghasilkan off aroma dan rasa atau menurunkan nilai gizi/nutrisi. Perlakuan

    steam blanching mempengaruhi citarasa dan aroma produk. Dari hasil praktikum,

    produk yang mendapat perlakuan steam blanching dan yang tidak memiliki

    karakter rasa dan aroma yang sama. Hal tersebut tentu tidak sesuai dengan

    pernyataan sebelumnya. Seharusnya produk dengan blanching akan mempunyai

    aroma dan citarasa asli yang lebih kuat dibanding dengan yang tidak. Perbedaan

    hasil ini disebabkan karena kurang telitinya praktikan dalam menganalisa sifat

    sensoris produk dan atau kesalahan saat melakukan proses blanching.

  • Kurva Laju Pengeringan Bahan

    Berikut merupakan kurva hubungan antara massa bahan sample dengan waktu

    pada pengujian. Pada pengujian dengan proses pengeringan sun drying selama waktu

    maksimal 10 hari (240 jam), massa bahan mengalami penurunan. Begitu pula dengan

    proses pengeringan lainnya.

    a. Kurva Laju Pengeringan Bahan dengan Sun Drying

    b. Kurva Laju Pengeringan Bahan dengan Cabinet Dryer

    c. Kurva Laju Pengeringan Bahan dengan Oven dan Desikator

    V. PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Praktikum Dasar Teknologi Pengolahan acara Pengeringan ini memberikan

    kesimpulan:

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    0

    13

    26

    39

    52

    65

    78

    91

    10

    4

    11

    7

    13

    0

    14

    3

    15

    6

    16

    9

    18

    2

    19

    5

    20

    8

    22

    1

    23

    4

    nanas(nonblanching)k6

    nanas(blanching)k5

    apel(nonblanching)

    apel(blanching)

    Nanas(nonblanching)k2

    Nanas(blanching)k1

  • 1. Lama waktu yang dibutuhkan

    2. Kadar air

    3. Perlakuan pra proses blanching memberikan pengaruh pada sifat sensori

    produk seperti warna, aroma dan rasa cenderung tidak berubah. Blanching

    juga akan mempercepat proses pengeringan sehingga kadar air dalam bahan

    terhidrasi dan menghasilkan tekstur yang kering renyah.

    4. Setelah proses pengeringan, didapatkan produk dengan karakter sifat sensori

    yang berbeda dengan sebelum dikeringkan:

    a. Warna

    Sebelum pengeringan daging buah sampel apel berwana putih pucat.

    Setelah pengeringan daging buah sampel berwarna kecokelatan.

    Sebelum pengeringan daging buah sampel nanas berwana kuning cerah.

    Setelah pengeringan daging buah sampel berwarna kecoklatan.

    b. Aroma

    Sebelum pengeringan sampel apel beraroma apel segar. Setelah

    pengeringan sampel terdapat aroma asam.

    Sebelum pengeringan sampel nanas beraroma nanas segar. Setelah

    pengeringan sampel terdapat aroma asam.

    c. Rasa

    Sebelum pengeringan daging buah sampel apel memiliki rasa yang segar

    dan manis. Setelah pengeringan daging buah sampel memiliki rasa sedikit

    masam.

    Sebelum pengeringan daging buah sampel nanas memiliki rasa yang

    segar, manis sedikit asam. Setelah pengeringan daging buah sampel

    memiliki rasa yang sedikit asam.

    d. Tekstur

    Sebelum pengeringan daging buah sampel apel agak keras berair. Setelah

    pengeringan daging buah sampel kering dan liat.

  • Sebelum pengeringan daging buah sampel nanas lunak dan berair. Setelah

    pengeringan daging buah sampel kering dan renyah.

    B. SARAN

    Demi kelancaran praktikum, sebaiknya praktikan benar-benar memperhatikan

    prosedur yang harus dilakukan sehingga tidak ada prosedur yang terlewat. Praktikan

    juga harus ulet, gesit, teliti dan sabar menghadapi kondisi yang dapat menghabat

    proses praktikum. Kinerja praktikan tidak lepas dari peran asisten praktikum.

    Alangkah baiknya apabila assisten praktikum kembali mengkontrol praktikan selama

    praktikum berlangsung agar tidak ada prosedur yang terlewat dan tidak terjadi

    kesalah pahaman antara praktikan dan assisten praktikum.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim.2010. Prinsip Metode Oven Kalibrasi http://www.tester-kadar-air.com/prinsip-

    metode-oven-kalibrasi/ diakses pada 2 November 2012 pukul 19.12

    Anonim.2009.Pengeringan Kabinet http://witdy.wordpress.com/2009/03/15/pengeringan-

    kabinet/diakses pada 2 November 2012 pukul 18.43

    Winarno, F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Gramedia.