pengaruh variasi suhu pengeringan terhadap …

119
PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEH DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon spicatus B.B.S.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh : ANNISA SEPTARILA AZZA JAYANTI 151434036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 09-Dec-2021

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN TEH DAUN KUMIS KUCING

(Orthosiphon spicatus B.B.S.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

ANNISA SEPTARILA AZZA JAYANTI

151434036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

i

PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN TEH DAUN KUMIS KUCING

(Orthosiphon spicatus B.B.S.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

ANNISA SEPTARILA AZZA JAYANTI

151434036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya Bersama kesulitan ada kemudahan”

(QS. Ash-Sharh)

“Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati

mereka)”

(QS. Al-Insyiqaq[84]: 23)

Semua kupersembahkan untuk :

Allah SWT yang memberikan kekuatan kepada saya sehingga dapat

meletawi segala hambatan yang dihadapi

Keluarga yang selalu mendoakan dan motivasi dalama hidup

Sahabat dan teman-teman Pendidikan Biologi 2015

Serta Almamaterku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

vii

PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN TEH DAUN KUMIS KUCING

(Orthosiphon spicatus B.B.S.)

Annisa Septarila Azza Jayanti

151434036

ABSTRAK

Teh merupakan minuman yang digemari oleh masyarakata Indonesia yang

mengandung banyak manfaat bagi kesehatan. Flavonoid dan fenol dalam teh dapat

membantu meredam aktivitas radikal bebas. Radikal bebas dapat dikurangi dengan

memanfaatkan daun kumis kucing karena mengandung flavonoid dan fenol.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu pengeringan

terhadap aktivitas antioksidan pada teh daun kumis kucing, mengetahui pengaruh

variasi suhu pengeringan terhadap kesukaan panelis pada teh daun kumis kucing

dan mengetahui variasi suhu yang disukai panelis berdasarkan uji organoleptik pada

teh daun kumis kucing.

Bahan yang digunakan adalah daun kumis kucing dengan 3 variasi

perlakuan dan kontrol yaitu 400C, 500C, 600C dan teh kumis kucing yang dijual di

pasaran. Teh yang dihasilkan kemudian diuji organoleptik dan aktivitas

antioksidan, selanjutnya data diuji statistik menggunakan Anova one way.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh kumis kucing dengan variasi suhu

pengeringan 400C, 500C dan 600C tidak berpengaruh terhadap kesukaan panelis

dan berpengaruh pada aktivitas antioksidan. Semakin tinggi suhu yang digunakan,

maka semakin tinggi aktivitas antioksidan. Teh yang memiliki aktivitas antioksidan

paling tinggi adalah teh dengan variasi suhu pengeringan 600C dengan nilai 91,02

%. Secara umum panelis lebih menyukai teh dengan variasi suhu pengeringan 600C

untuk kesukaan aroma dan rasa. Sedangkan untuk kesukaan warna panelis lebih

menyukai teh pada kontrol.

Kata kunci : teh, variasi suhu, aktivitas antioksidan, kesukaan panelis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

viii

The Effect Variations Drying Temperature On The Antioxidant Activity of Cat

Whiskers Leaf Tea (Orthosiphon spicatus B.B.S.)

Annisa Septarila Azza Jayanti

151434036

Abstract

Tea is drink favoured in people of Indonesia which contains many health

benefit. Flavonoid and phenols in tea can help reduce free radical activity. Free

radicals can be reduced by using the leaf of cat whiskers because they contain

flavonoid and phenols. Tea products are currently making progress. The purpose

of this research was to know the effect variations drying temperature on the

antioxidant activity in cat whiskers leaf tea, know the effect variations drying

temperature on panellist preference on cat whiskers leaf tea and know the effect

variations drying temperature on panellists preference based on organoleptic test

on cat whiskers leaf tea.

The ingredient used is the cat whiskers leaf with 3 variation in treatment

and control that is 400C, 500C, 600C and the cat whiskers tea sold on the market.

Tea produced was tested for panellist preference and antioxidant activity, then the

data was analysed using one way anova.

The result showed cat whiskers tea with variation drying temperature 400C,

500C and 600C did not effects on panellist and affects on antioxidant activity. The

higher the temperature used, the higher antioxidant activity. Tea which has the

highest antioxidant effect is tea with a drying temperature variation of 600C with

value 91,02 %. In general, panellist preferred tea with a drying temperature

variation of 600C for aroma and taste. As for color preference, panellist prefer tea

in control.

Keywords: tea, temperature variation, antioxidant activity, panellist preference

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat menyelesaikan

penelitian sampai dengan selesainya penyususnan skripsi yang berjudul “UJI

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEH DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon

stamineus Benth.) DENGAN VARIASI SUHU PENGERINGAN”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

pada Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidika

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama proses penulisan dan penyusunan karya tulis ini, penulis mendapatkan

banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan tulus

hati mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan pertolongan-Nya bagi penulis

selama ini, dari awal perencanaan penelitian hingga akhir penulisan skripsi

ini sehingga berjalan dengan baik

2. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan bagi

penulis untuk berlajar tentang berbagai hak baik itu tentang pengetahuan

maupun sikap menghargai antar sesama dan peduli

3. Retno Herrani, M.Biotech. selaku dosen pembimbing yang selalu memberi

arahan, memberi masukan, memberi perhatian sepenuhnya dalam

mendampingi penulisan skripsi ini, dan dengan penuh kesabaran telah

membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For. Sc., selaku ketua Program StuDI

Pendidikan BiologiSeluruh dosen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

x

5. Pendidikan Biologi yang telah mengampu dan membimbing saya selama

menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma

6. Ibu Y.M Lauda Feroniiasabti, M.Si. sebagai Kepala Laboratorium

Pendidikan Biologi yang sudah mengijinkan penulis untuk menggunakan

Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma sebagai

tempat penelitian.

7. Bapak Agus Hnadoyo dan Bapak Marsono petugas laboratorium

Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang membantu

mempersiapkan peralatan laboratorium untuk skripsi saya

8. Dosen-dosen penguji skropsi yang telah banyak memberikan masukan

kepada penilis.

9. Keluarga tercinta : Bapak Sumardi, Mama Sri Lestari, Kakak Nanda Yusuf,

Adik Aisyah Ardian yang selalu mendukung, menjadi motivasi dan mereka

yang selalu mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaiakan skripsi

dengan baik.

10. Sahabat dan orang tercinta yang selalu ada dalam membantu dan

menyemangati dalam menyelesaikan penelitian ini, Fadkum Niam, Cici Sri

Wahyu Verawati, Winda Purnama, Widian Bunga, Erina Eva dan Aprilia

Dian

11. Teman-teman Pendidikan Biologi Angkatan 2015 yang selalu memberi

semangat

12. Semua pihak yang terkait yang tidak bisa dituliskan satu persatu,

terimakasih sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................. vi

ABSTRAK ............................................................................................. vii

Abstract .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................ ix

DAFTAR ISI.......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

C. Tujuan ................................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

1. Bagi Peneliti ............................................................................... 5

2. Bagi Pendidikan ......................................................................... 6

3. Bagi Masyarakat......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 7

A. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kumis Kucing .......................... 7

B. PengertianTeh ................................................................................... 10

C. Pelayuan dan Suhu Pengeringan Daun Kumis Kucing ..................... 12

D. Antioksidan ....................................................................................... 14

1. Pengertian Antioksidan ............................................................ 14

2. Jenis Antioksidan ..................................................................... 15

3. Mekanisme Kerja Antioksidan ................................................. 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

xiii

4. Uji AktivitasAntioksidandenganMetode DPPH(1,1-diphenyl-2-

picrylhydrazyl) ............................................................................. 17

E. Uji Kesukaan Melalui Organoleptik ................................................. 18

F. Penelitian Yang Relevan .................................................................. 20

G. Kerangka Berpikir ............................................................................ 21

H. Hipotesis ........................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 25

A. Jenis Penelitian ................................................................................. 25

B. Variabel Penelitian ............................................................................ 25

C. Batasan Penelitian ............................................................................. 26

D. Alat Dan Bahan ................................................................................ 27

E. Cara Kerja ........................................................................................ 27

1. Tahap Penyiapan Alat .............................................................. 27

2. Tahap Pembuatan Teh .............................................................. 28

3. Tahap Aktivitas Antioksidan.................................................... 30

4. Tahap Uji Organoleptik............................................................ 30

F. Analisis Data ..................................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 35

A. Uji Aktivitas Antioksidan Teh Daun Kumis Kucing ....................... 35

B. Uji Organoleptik Teh Daun Kumis Kucing ..................................... 39

1. Aroma ....................................................................................... 40

2. Warna ....................................................................................... 42

3. Rasa .......................................................................................... 45

C. Kendala, Hambatan, dan Keterbatasan ............................................. 47

BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK

PEMBELAJARAN ................................................................................ 49

A. Kompetensi Inti (KI) ........................................................................ 49

B. Kompetensi Dasar (KD) ................................................................... 50

C. Indikator Pencapaian ......................................................................... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

xiv

A. Kesimpulan ....................................................................................... 51

B. Saran ................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 52

LAMPIRAN............................................................................................ 57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kegunaan Kandungan Tanaman Kumis Kucing ..................... 9

Tabel 2.2 Penelitian Yang Relevan ....................................................... 20

Tabel 3.1 Tata Letak dan Kode Teh Daun Kumis Kucing .................... 31

Tabel 3.2 Kode Teh Daun Kumis Kucing ............................................. 31

Tabel 3.3 Panduan Penskoran Teh Daun Kumis Kucing ..................... 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Morfologi Kumis Kucing .................................................... 8

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................. 23

Gambar 3.1 (A) Proses Penimbangan Daun Kumis Kucing ................. 28

Gambar 3.1 (B) Proses Pelayuan Daun Kumis Kucing ......................... 28

Gambar 3.2 (A) Proses Pemotongan Daun ............................................ 29

Gambar 3.2 (B) Proses Pengovenan Daun ............................................ 29

Gambar 3.2 (C) Proses Pemblenderan Teh Daun Kumis Kucing ......... 29

Gambar 3.2 (D) Proses Penimbangan Sampel Teh Daun Kumis Kucing

...................................................................................................... 29

Gambar 4.1 Aktivitas Antioksidan Pada Beberapa Variasi Suhu

pengeringan ................................................................................. 35

Gambar 4.2 Hasil Penyeduhan Teh Daun Kumis Kucing ..................... 39

Gambar 4.5 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Aroma .......................... 40

Gambar 4.4 Hasil Seduhan Teh Daun Kumis Kucing ........................... 42

Gambar 4.5 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Warna .......................... 43

Gambar 4.6 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Rasa ............................. 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Organoleptik Teh ................................................ 58

Lampiran 2. Hasil Analisis Satatistik Orgnaoleptik : Kruskal-Wallis ..... 60

Lampiran 3. Hasil uji aktivitas antioksidan ............................................. 63

Lampiran 4. Hasil Analisis Statistik Aktivitas Antioksidan : Uji

Normalitas, Homogenitas, Uji Anova dan Uji Tukey ....... 64

Lampiran 5. Silabus .................................................................................. 66

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................... 70

Lampiran 7. Materi Pembelajaran ........................................................... 79

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa 1 .......................................................... 83

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa 2 .......................................................... 86

Lampiran 10. Format Penilaian Kognitif ................................................. 90

Lampiran 11. Format Penilaian Afektif ................................................... 95

Lampiran 12. Format Penilaian Psikomotorik ......................................... 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teh adalah minuman yang sangat umum dalam kehidupan kita

sehari-hari. Kebiasaan minum teh tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi

juga hampir di seluruh dunia. Teh mengandung banyak manfaat bagi

kesehatan. Menurut Surtaningsih (2015), teh mengandung tanin, kafein, dan

flavonoid. Flavonoid dalam teh dapat membantu mencegah penyakit radikal

bebas. Selain itu teh merupakan minuman alami, sehingga relatif aman dari

efek samping yang merugikan kesehatan. Produk teh saat ini telah

mengalami perkembangan, tidak hanya terbuat dari daun teh namun dapat

dibuat dari daun tanaman herbal yang berkhasiat.

Tanaman herbal merupakan salah satu sumber antioksidan alami

yang memiliki peran penting dalam mencegah penyakit akibat radikal bebas

seperti kanker dan penuan dini. Salah satu pengobatan alternatif yang

dilakukan adalah penggunaan tumbuhan berkhasiat sebagai antioksidan

alami yang dapat melindungi dari kerusakan sel dan mampu menetralkan

radikal bebas. Menurut Pamungkas dkk. (2017), berbagai bukti ilmiah

menunjukkan bahwa resiko penyakit kronis akibat senyawa radikal bebas

dapat dikurangi dengan memanfaatkan senyawa antioksidan seperti vitamin

C, E, A, karoten, asam-asam fenol, polifenol, dan flavonoid. Salah satu

senyawa metabolit sekunder dalam tanaman yang berfungsi sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

2

antioksidan adalah flavonoid. Hal ini karena kemampuannya meniadakan

radikal-radikal bebas (Kinsella dkk, dalam Clementia 2016).

Tanaman kumis kucing (Orthosiphon spicatus) telah dikenal oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat yang memiliki

khasiat bagi kesehatan tubuh. Kumis kucing dapat dimanfaatkan dalam

pembuatan teh karena daun kumis kucing mengandung minyak atsiri 0,02-

0,06% terdiri dari 60 macam seskuiterpen dan senyawa fenolik, flavonoid

lipofilik 0,2%, glikosida, flavonol, saponin dan garam kalium (3%)

(Sudarsono dkk. 1996). Wulandari (2011) juga menyatakan bahwa

kandungan kimia ekstrak daun kumis kucing adalah saponin, flavonoid,

tannin, fenol. Senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antioksidan

penghambat kerusakan sel yang menimbulkan kanker (Pattanayak dkk,

2010).

Saat ini pemanfaatan tanaman obat tradisional untuk terapi dan

pencegahan penyakit semakin meluas. Hal ini dikarenakan harga murah,

mudah didapat, mengandung antioksidan alami karena berasal dari bahan

alami yang mempunyai efek samping relatif ringan dibandingkan obat-obat

kimiawi. Salah satu contoh pemanfaatan tanaman kumis kucing yaitu

dengan dibuat teh herbal. Menurut Hambali (2005), teh herbal merupakan

salah satu minuman yang memiliki khasiat dalam membantu pengobatan

suatu penyakit atau sebagai minuman penyegar tubuh.

Teh daun kumis kucing umumnya hanya dimanfaatkan sebagai

tindakan diuretik, namun seiring perkembangan waktu ternyata tanaman ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

3

memiliki banyak manfaat lain terutama dalam mencegah penyakit akibat

radikal bebas karena mengandung senyawa flavonoid lipofilik yang

berfungsi sebagai antioksidan. Dalam penggunannya sebagai teh herbal, teh

kumis kucing belum diketahui kadar antioksidan yang terkandung di

dalamnya.

Daun kumis kucing yang akan digunkana sebagai teh herbal harus

melalui proses pengeringan terlebih dahulu. Pengeringan merupakan salah

satu proses yang digunakan untuk mereduksi kandungan air dalam daun,

memperpanjang masa simpan suatu bahan dan menghilangkan aktivitas

enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut zat aktif (Ajisaka, 2012). Faktor

utama yang berpengaruh dalam proses pengeringan adalah suhu. Suhu yang

terlalu rendah akan mengakibatkan proses pengeringan berjalan lambat

sehingga simpilasi mudah berjamur kandungan zat aktif seperti antioksidan

dalam bahan akan hilang, jika suhu terlalu tinggi mengakibatkan bagian luar

daun cepat kering tetapi bagian dalamnya masih basah (Gunawan dan

Mulyani, 2004).

Pengeringan daun kumis kucing dapat dilakukan secara alami

maupun dengan menggunakan mesin pengering (Effendi 2009). Salah satu

metode yang umum digunakan untuk pengeringan teh herbal daun kumis

kucing adalah secara alami menggunakan sinar matahari, pengeringan ini

membutuhkan waktu yang lama karena suhu pengeringan yang tidak bisa

diatur dan suhu dalam pengeringan tidak stabil sehingga akan merusak

antioksidan dalam bahan. Sedangkan pengeringan dengan mesin akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

4

mempercepat proses dan bisa diperoleh hasil terbaik, karena menggunakan

suhu yang dapat diatur sehingga tidak merusak kandungan antioksidan

dalam bahan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan

penelitian dengan judul: Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Terhadap

Aktivitas Antioksidan Teh Daun Kumis Kucing (Orthosiphon spicatus

B.B.S.)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah variasi suhu pengeringan menunjukkan perbedaan terhadap

aktivitas antioksidan pada teh daun kumis kucing (Orthosiphon

spicatus B.B.S.)?

2. Apakah variasi suhu pengeringan menunjukkan pebedaan terhadap

kesukaan panelis pada teh daun kumis kucing (Orthosiphon spicatus

B.B.S.)?

3. Berapakah variasi suhu pengeringan yang paling disukai panelis

berdasarkan hasil uji organoleptik pada teh daun kumis kucing

(Orthosiphon spicatus B.B.S.)?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

5

C. Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, tujuan yang ingin

dicapai yaitu :

1. Mengetahui perbedaan variasi suhu pengeringan terhadap aktivitas

antioksidan pada teh daun kumis kucing (Orthosiphon spicatus

B.B.S.).

2. Mengetahui perbedaan variasi suhu pengeringan terhadap kesukaan

panelis pada teh daun kumis kucing (Orthosiphon spicatus B.B.S.).

3. Mengetahui variasi suhu pengeringan yang paling disukai panelis

berdasarkan hasil uji organoleptik pada teh daun kumis kucing

(Orthosiphon spicatus B.B.S.).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat tidak hanya bagi peneliti

melainkan bagi dunia pendidikkan dan juga masyarakat. Manfaat penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai cara membuat teh

daun kumis kucing dan menambah wawasan mengenai potensi

akivitas antioksidan dari teh daun kumis kucing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

6

2. Bagi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber referensi di dalam

pembelajaran biologi di Sekolah Menengah Pertama (SMP),

khususnya pada materi zat aditif dan zat adiktif kelas VIII.

3. Bagi Masyarakat

Dapat menambah wawasan dan keterampilan masyarakat di dalam

pemanfaatan tanaman kumis kucing dengan memformulasikan dalam

bentuk makanan atau minuman fungsional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kumis Kucing

Kumis kucing merupakan salah satu tanaman obat-obatan yang sudah

terkenal di dalam dan di luar negeri. Tanaman ini diduga berasal dari daerah

Afrika, kemudian menyebar ke wilayah Georgia (Kaukasus), Kuba, Asia dan

Australia. Penyebaran kumis kucing di Asia meliputi Indonesia, India,

Malaysia, Vietnam dan Thailand (Mahendra dan Fauzi, 2005).

Berikut ini adalah tata nama kumis kucing menurut taksonomi:

Menurut Aspan (2008), taksonomi daun kumis kucing adalah sebagai

berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Lamiales

Suku : Lamiaceae (Labiates)

Marga : Orthosiphon

Jenis : Orthosiphon spicatus B.B.S.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

8

Tanaman kumis kucing tingginya dapat mencapai dua meter dengan daun

yang berbentuk bulat lonjong seperti telur ataupun belah ketupat. Tanaman ini

memiliki bunga berbentuk tandan yang keluar di ujung cabang dengan mahkota

berwarna putih atau ungu pucat yang memiliki panjang 13-27 mm. Pada bagian

atas mahkota ditutupi bagian yang menyerupai rambut pendek seperti kumis

kucing berwarna putih atau ungu. Kumis kucing memiliki buah berwarna

coklat gelap dengan panjang 1,75- 2 mm dan biji berbentuk bulat panjang

dengan warna putih kehitaman yang akan menjadi coklat kehitaman ketika

matang (Mun’im dan Hanani, 2011).

A

B

Gambar 2.1 Morfologi kumis kucing Keterangan : (A)daun kumis kucing; (B)Tanaman kumis kucing

Sumber : Foto pribadi

Daun kumis kucing mengandung beberapa senyawa kimia antara lain

minyak atsiri 0,02-0,06%, flavonoid 0,1% terdiri dari 60 macam seskuiterpen

dan senyawa fenolik (Sudarsono dkk., 1996). Daun kumis kucing mengandung

banyak komponen bioaktif seperti ortosiphon glikosida (glikosides

orthosiphonins), polifenol (polyphenols), flavonoid, tannin, minyak astiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

9

(astiri oil), minyak lemak (fat oil), saponin, sapofinin, garam kalium

(potassium salt (0.6-3.5%)), myoinositol, dan sinesetin (Dalimartha, 2000).

Ditambahkan oleh De padua et al dalam Zilfia (2007), kumis kucing

mengandung 12% mineral dengan kandungan paling tinggi potassium (600-

700 mg per 100 g daun segar), 0,2% lipophilic flavones, sinensetin, flavonol

glicosides, turunan caffeic acid (terutama rosmarinic acid dan 2,3-

dicaffeoyltartaric acid), inositol, phytosterol (sitosterol), saponin dan 0.7%

essential oil.

Adapun kegunaan tiap kandungan disajikan dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Kegunaan kandungan tanaman kumis kucing

Zat Kegunaan

Minyak Astiri • Antiradang

• Antibakteri

Flavonoid • Melindungi struktur sel

• Meningkatkan efektivitas vitamin C

• Antiinflamasi

• Antioksidan

Orthosiphon

glukosida • Diuretik

• Antiinflamasi

Alkaloid • Antioksidan

• Antiinflamasi

• Antimikroba

Saponin • Antiseptik

• Antioksidan

• Antikarsiogenik

Garam

Kalium • Metabolisme energi

• Katalisator sintesis glikogen dan protein

Myoinositol • Aktivitas lipotropik

• Mengatur respon sel terhadap rangsangan

• Transformasi saraf

• Pengaturan aktivitas enzim

Sumber : Astuti (2012)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

10

B. Pengertian teh

Teh merupakan salah satu minuman yang sangat popular digemari dan

dikonsumsi masyarakata. Selain sebagai minuman nyegarkan, teh telah

lama diyakini memiliki banyak khasiat bagi kesehatan (Damayanthi dkk.,

2008). Menurut data Head of Researcher Brand Research Indonesia,

konsumsi teh orang Amerika, Jepang, dan Eropa mencapai hampir 2.5

kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi teh orang Indonesia hanya mencapai

0.8 kg/kapita/tahun. Konsumsi teh yang rendah di Indonesia bukan karena

orang Indonesia kurang gemar mengkonsumsi teh namun lebih disebabkan

oleh rendahnya angka produksi teh dalam negeri bila dibandingkan dengan

jumlah penduduk Indonesia (Kusumaningrum, 2008).

Teh telah diyakini sebagai minuman yang menyegarkan dan memiliki

khasiat bagi kesehatan. Teh tidak hanya dikonsumsi sebagai minuman,

namun dewasa ini ekstrak teh juga banyak ditambahkan dalam berbagai

produk pangan dan kosmetik (Hartoyo, 2003). Bila dibandingkan dengan

jenis minuman lain, teh ternyata lebih banyak manfaatnya. Manfaat yang

dihasilkan dari minuman teh adalah memberikan rasa segar, dapat

memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak

negatif. Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh berasal dari kandungan zat

bioaktif yang terdapat dalam daun. Menurut La Vecchia at all (1992), Teh

memiliki khasiat kesehatan karena mengandung zat bioaktif yang disebut

polifenol. Senyawa bersifat sebagai antioksidan yang dapat menghambat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

11

oksigen reaktif dan juga radikal bebas sehingga antioksidan dapat mencegah

penyakit-penyakit yang berhubungan dengan radikal bebas seperti

karsiogenesis, kadiovaskuler dan penuaan.

Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu bahan minuman yang

sudah lama dikenal dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Teh berasal

dari pucuk tanaman (Camellia sinensis) yang selanjutnya dilakukan proses

pengolahan. Terdapat beberapa jenis teh yang beredar di masyarakat adalah

teh hitam, teh oolong, teh hijau, teh putih dan teh herbal. Tiga jenis teh yang

sering dikonsumsi yaitu teh hijau, teh oolong dan teh hitam (Liliana, 2005).

Teh herbal merupakan istilah umum yang digunakan untuk minuman

yang bukan berasal dari daun teh Camellia sinensis. Teh herbal lebih aman

dikonsumsi karena tidak mengandung alkaloid yang dapat mengganggu

kesehatan seperti kafein. Teh herbal dibuat dari bunga, biji, daun dan akar

dari berbagai tanaman. Teh herbal dikonsumsi dengan cara diseduh dan

disajikan seperti teh biasa. Teh herbal disajikan dalam bentuk kering seperti

penyajian teh dari tanaman teh. Tanaman herbal dalam bentuk kering yang

diformulasikan menjadi teh herbal dapat dimanfaatkan untuk konsumsi

sehari-hari oleh rumah tangga maupun industri. Proses pembuatan teh

herbal meliputi pencucian, pelayuan pengirisan, pengeringan, pengecilan

ukuran, dan pengemasan. Proses tersebut harus diperhatikan untuk

menghindari hilangnya zat-zat penting yang berkhasiat dari bahan segar

(Hambali dkk, 2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

12

C. Pelayuan dan Suhu Pengeringan Daun Kumis Kucing

Pelayuan merupakan suatu proses dalam pengolahan teh yang

dilakukan sebelum pengeringan untuk mengurangi air yang terkandung

dalam bahan. Proses pelayuan berlangsung selama 10-24 jam dengan suhu

tidak lebih dari 35oC. Semakin kecil kadar airnya, maka semakin baik daun

itu untuk di proses lebih lanjut (Kusumaningrum, 2008).

Pengeringan adalah cara untuk mengeluarkan sebagian air dari suatu

bahan pangan dengan cara menguapkan sebagian besar air yang terkandung

dalam bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Tujuan

pengeringan adalah untuk mendapatkan produk yang tidak mudah rusak,

sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Berkurangnya kadar

air dan terhentinya reaksi enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau

perusukan simpilisia (Prasetyo dan Inoriah, 2013).

Effendi (2009), menyatakan bahwa ada dua macam cara pengeringan

herbal yaitu: 1) pengeringan sinar matahari langsung yaitu pengeringan

secara alami menggunakan angin dan sinar matahari. Pengeringan ini

terkadang kurang menguntungkan karena kondisi cuaca tidak bisa diatur

sehingga lama pengeringan sulit ditentukan dan kelembaban tidak dapat

dikontrol sehingga pengeringan tidak konstan, 2) pengeringan buatan atau

mekanis yaitu dengan menggunakan udara yang dipanaskan. Alat

pengeringan ini berupa suatu ruang dengan udara panas yang ditiupkan di

dalamnya. Udara yang dipanaskan tersebut mengalir ke bahan yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

13

dikeringkan dengan menggunakan alat penghembus. Pengeringan buatan

atau mekanis memberikan beberapa keuntungan antara lain: tidak

tergantung cuaca, kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai keperluan,

serta kondisi dapat dikontrol.

Setiap komoditas pangan memiliki suhu dan waktu yang berbeda beda

untuk dilakukan pengeringan. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (2013) suhu

pengeringan tergantung pada jenis herbal dan cara pengeringannya.

Kemampuan bahan untuk melepaskan air dari bagian permukaan semakin

besar seiring dengan peningkatan suhu udara yang digunakan. Herbal yang

mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap

harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin Berdasarkan penelitian

Kencana (2015), herbal dapat dikeringkan pada suhu 30-90oC dan hasil

menunjukan pengeringan lebih dari 60oC dan lama waktu pengeringan lebih

dari 2 jam menghasilkan teh herbal dengan kadar vitamin C rendah.

Semakin tinggi suhu dan waktu yang digunakan maka akan semaikin

berkurang zat gizi yang terkandung di dalam teh herbal.

Tujuan utama dari proses pengeringan herbal adalah untuk

menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi

kapang dan bateri, menghilangkan aktivitas enzim yang bisa merugikan

kandungan zat aktif dalam bahan, serta memudahkan dalam hal pengelolaan

proses selanjutnya (Gunawan dan Mulyani, 2004) Pada industri kimia

proses pengeringan adalah salah satu proses yang penting. Proses

pengeringan ini dilakukan sebagai tahap akhir sebelum dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

14

pengemasan suatu produk agar proses selanjutnya lebih mudah, mengurangi

biaya pengemasan dan transportasi suatu produk dan dapat menambah nilai

guna dari suati bahan. Dalam industri makanan proses pengeringan ini

digunakan untuk pengawetan suatu produk makanan. Mikroorganisme yang

dapat mengakibatkan pembusukan makanan tidak dapat tumbuh pada bahan

yang tidak mengandung air, maka dari itu untuk mempertahanankan aroma

dan nutrisi dari makanan agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama,

(Winarno, 2004).

D. Antioksidan

1. Pengertian Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa-senyawa yang dapat menghambat,

menunda, atau mencegah terjadinya senyawa-senyawa yang mudah

teroksidasi (Santoso, 2016). Menurut Syamsudin (2013), antioksidan

merupakan suatu senyawa yang dapat memperlambat atau mencegah

kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Jadi antioksidan dibutuhkan

oleh tubuh untuk melindungi tubuh dari radikal bebas.

Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif,

yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang

berpasangan. Secara umum suatu senyawa akan tetap stabil jika elektron itu

berpasangan, untuk mencapai kestabilannya radikal bebas akan mengambil

electron dari sel lain, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sel

tersebut dan berimbas pada kinerja sel, jaringan dan akhirnya pada proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

15

metabolisme tubuh dapat menyerang senyawa seperti lipid dan protein,

reaksi antara radikal dan molekul berujung dengan timbulnya suatu penyakit

degeneratif. Radikal bebas dapat berasal dari polusi udara, penggunaan

rokok, dan paparan sinar matahari (Ramadhan, 2015)

2. Jenis antioksidan

Menurut Winarsi (2007), antioksidan dikelompokkan menjadi

antioksidan enzimatis dan non-enzimatis (vitamin). Antioksidan enzimatis

meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation, peroksidase, dan

glutation reduktase. Antioksidan non-enzimatis (vitamin) meliputi vitamin

C, E, β-karoten, flavonoid, dan flavon. Antioksidan non-enzimatis (vitamin)

umumnya lebih dikenal dibandingkan dengan antioksidan enzimatis.

Flavonoid adalah senyawa polifenol tanaman yang tersebar luas

dalam bebagai bahan makan dalam bebagai konsentrasi. Kandungan

senyawa flavonoid dalam tanaman sekitar 0,25%. Flavonoid umumnya

terdapat dalam keadaan terikat dengan senyawa gula (Santoso, 2016)

Tannin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari

senyawa fenolik. Tannin terdiri dari sekelompok zat-zat kompleks yang

terdapat secara luas dalam tumbuhan yang dijumpai pada bagian kulit kayu,

batang, daun, dan buah-buahan (Fitriyani,2011)

3. Mekanisme Kerja Antioksidan

Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu atau lebih

elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Radikal bebas sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

16

reaktif dan tidak stabil. Sebagai usaha untuk mencapai kestabilannya,

radikal bebas akan bereaksi dengan atom atau molekul di sekitarnya atau

memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini dalam tubuh dapat menimbulkan

reaksi berantai yang mampu merusak struktur sel, bila tidak dihentikan akan

menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan

dini, serta penyakit degeneratif lainnya (Inggrid, 2024).

Untuk meredam aktivitas radikal bebas diperlukan antioksidan.

Antioksidan adalah senyawa yang dapat mendonorkan elektron (pemberi

atom hidrogen) kepada radikal bebas, sehingga menghentikan reaksi

berantai, dan mengubah radikal bebas menjadi bentuk yang stabil (Malo,

2017).

Reaksi berantai pada radikal bebas (tanpa ada antioksidan) terdiri dari

tiga tahap, yaitu :

Tahap inisiasi : RH → R* + H*

Tahap propagasi : R* + O2 → ROO*

ROO* + RH → ROOH + R*

Tahap terminasi : R* + R* → R-R

ROO* + R* → ROOR

ROO* + ROO* → ROOR + O2

Tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal (R*) yang sangat reaktif, karena

(RH) melepaskan satu atom hidrogen, hal ini dapat disebabkan adanya

cahaya, oksigen atau panas. Pada tahap progresi, radikal (R*) akan bereaksi

dengan oksigen membentuk radikal peroksi (ROO*). Radikal peroksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

17

selanjutnya akan menyerang RH (misalnya pada asam lemak) menghasilkan

hidrogen peroksida dan radikal baru. Hidrogen peroksida yang terbentuk

bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi menghasilkan senyawa-senyawa

karbonal rantai pendek seperti aldhehid dan keton (Inggrid, 2014)

Tanpa adanya antioksidan reaksi oksidasi lemak akan berlanjut

sampai tahap terminasi, sehingga antar radikal bebas dapat saling bereaksi

membentuk senyawa yang kompleks. Dengan adanya antioksidan

memberikan atom hidrogen atau elektron pada radikal bebas (R*, ROO*),

mengubah ke bentuk yang lebih stabil dibanding radikal semula R*. Reaksi

penghambatan antioksidan terhadap radikal lipid mengikuti persamaan

reaksi sebagai berikut (Yuswantina, 2009).

Inisiasi : R* + AH → RH + A*

Radikal lipid

Propagasi : ROO* + AH → ROOH + A*

4. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-

picrylhydrazyl)

Metode yang umum digunaakan untuk mengukur aktivitas

antioksidan yakni metode DPPH. Larutan DPPH berperan sebagai radikal

bebas yang akan bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan

berubah menjadi 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl yang bersifat non-radikal.

Peningkatan jumlah 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl akan ditandai dengan

berubahnya warna ungu tua menjadi warna merah muda atau kuning pucat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

18

dan bisa diamati dan dilihat dengan menggunakan spektofometer sehingga

aktivitas Peredaman radikal bebas oleh sampel dapat ditentukan (Sayuti dan

Yenrina, 2015).

Warna DPPH akan berubah dari ungu menjadi kuning seiring

penambahan antioksidam yaitu saan eletron tunggal pada DPPH

berpasangan dengan hidrogen dari antioksidan. Intensitas warna diukur

dengan spektrofotometer pada Panjang gelombang 517 nm. Dpph

digunakan secara luas untuk menguji aktivitas antioksidan makanan. Warna

berubah menjadi kuning saat radikal DPPH menjadi berpasangan dengan

atom hidrogen dari antioksidan membentuk DPPH (Malo, 2017).

Aktivitas antioksidan dapat dihitung dengan rumus berikut ini :

% 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑨𝒏𝒕𝒊𝒐𝒌𝒔𝒊𝒅𝒂𝒏

=𝐚𝐛𝐬𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐬𝐢 𝐤𝐨𝐧𝐭𝐫𝐨𝐥 − 𝐚𝐛𝐬𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐬𝐢 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥

𝐚𝐛𝐬𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐬𝐢 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

E. Uji Kesukaan Melalui Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik merupakan suatu cara untuk mengamati

aroma, warna dan rasa suatu produk makanan, minuman atau produk obat

menggunakan indera manusia.Pengujian organoleptik disebut juga

penilaian indera atau penilaian sensorik yang dituju pada penerimaan

konsumen atau kesukaan konsumen pada suatu produk. Kita dapat

membiasakan indera kita untuk mengenali atau menilai cita rasa dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

19

kualitas makanan dengan melatih indera tersebut. Cita rasa makanan

ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap indera pengecap dalam

tubuh manusia. Makanan yang memiliki cita rasa tinggi adalah makanan

yang disajikan dengan menarik, menyebarkan bau sedap dan memberikan

rasa lezat. Evaluasi bau dan rasa masih tergantung pada taste panel,

keragaman antara individu dalam respon intensitas dan kualitas terhadap

stimulasi tertentu pada seseorang individu tersebut. Pengujian organoleptik

berperan penting dalam pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat

digunakan untuk menilai adanya perubahan produk dan mengamati

perubahan yang terjadi dan memberikan data yang diperlukan

(Ayustinungwarno, 2014).

1. Aroma

Aroma merupakan flavour (rasa) yang menunjukkan bau

sedap atau enak (Susilorini dan Manik, 2006). Aroma merupakan

parameter yang sulit untuk diukur sehingga biasanya menimbulkan

pendapat yang berbeda-beda dalam menilai kualitas aroma. Hal ini

disebabkan karena setiap orang memiliki perbedaan penciuman

meskipun setiap orang memiliki perbedaan penciuman dalam

membedakan aroma namun setiap orang memiliki tingkat kesukaan

yang berbeda-beda.

2. Warna

Warna memiliki peran penting dalam penerimaan makanan,

selain itu warna juga digunakan sebagai indikator baik tidaknya cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

20

pencampuran atau pengolahan yang ditandai dengan adanya warna

yang seragam dan merata (Fitriani, 2011).

3. Rasa

Rasa adalah presepsi biologi seperti sensasi yang dihasilkan

oleh materi yang masuk ke mulut. Rasa ditimbulkan oleh senyawa

yang larut dalam air dan berinteraksi dengan reseptor pada lidah

dalam rongga mulut. Pada umumnya, rasa ditunjang oleh reseptor

aroma dalam hidung dan reseptor rasa dalam mulut. Rasa

merupakan senyawa atau campuran senyawa kimia yang dapat

mempengaruhi indera tubuh, misalnya lidah sebagai indera

pengecap (Tarwendah, 2017).

F. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.2 Penelitian Yang Relevan

No. Referensi Judul Keterangan

1. Wulan dkk. (2017) Pemanfaatan Daun Katuk

(Sauropus adrogynus)

Dalam Pembuatan Teh

Herbal Dengan Variasi

Pengeringan

Suhu pengeringan

yang berbeda

berpengaruh terhadap

kadar air dan aktivatas

antioksidan teh herbal

daun katuk.

2. Mei (2015) Aktivitas Antioksidan

Teh Daun Alpukat

(Persea Americana Mill)

Dengan Variasi Teknik

dan Lama Pengeringan

Variasi teknik dan

lama pengeringan

berpengaruh terhadap

aktivitas antioksidan

teh daun alpukat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

21

3. Erviana (2016) Aktivitas Antioksidan

Teh Kombinasi Daun

Katuk dan Kelor Dengan

Variasi Suhu

Pengeringan

Terdapat perbedaan

hasil aktivitas

antioksidan pada teh

kombinasi daun katuk

dan kelor dengan

variasi suhu

pengeringan

Penelitian yang dilakukan memiliki kesamaan dengan penelitian

yang sudah dilakukan, yaitu meneliti aktivitas antioksidan dan organoleptik

pada teh. Jika pada penelitian sebelumnya menggunakan daun alpukat, dan

daun katuk pada penelitian ini menggunakan kumis kucing yang memiliki

kandungan antioksidan tinggi.

G. Kerangka Berpikir

Teh merupakan minuman yang paling sering dikonsumsi oleh

sebagian besar penduduk Indonesia. Teh dibuat dengan cara menyeduh

daun yang dikeringkan dari tanaman dengan air panas. Tujuan pengeringan

teh untuk memperpanjang masa simpan, mereduksi kandungan air dalam

daun, menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut

zat aktif, dan dapat menguraikan senyawa racun pada bahan pangan. Teh

merupakan salah satu produk minuman fungsional mengingat khasiat dan

potensi yang terkandung dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Adanya

manfaat dan khasiat yang terkandung dalam teh, maka teh dapat

dikembangkan dari bahan yang bervariasi. Salah satu variasi bahan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

22

dapat digunakan dalam membuat teh sebagai antioksidan alami adalah

kumis kucing.

Tubuh manusia tidak cukup untuk pertahanan terhadap radikal

bebas. Untuk menetralkan radikal bebas dibutuhkan makanan atau

minuman yang mengandung antioksidan. Salah satu sumber antioksidan

alami yang belum dimanfaatkan secara maksimal adalah kumis kucing.

Kumis kucing dapat dimanfaatkan dalam pembuatan teh karena di dalamnya

mengandung senyawa flavonoid lipofilik yang berfungsi sebagai

antioksidan. Menurut Sudarsono dkk. (1996), daun kumis kucing

mengandung minyak astiri 0.02-0.06% terdiri dari 60 macam sesqiterpen

dan senyawa fenolik, flavonoid lipofilik 0,2%, glikosida, flavonol, saponin

dan garam kalium (3%) sehingga daun kumis kucing berkhasiat obat.

Seiring dengan perkembangan teknologi penggunaan tanaman

herbal dimungkinkan tidak lagi dengan mengonsumsi bentuk asli dari

tanaman tersebut. Agar lebih memperpanjang masa simpan dan

mempermudah dalam mengonsumsi daun kumis kucing diolah menjadi teh

daun kumis kucing. Teh daun kumis kucing dapat digunakan sebagai

alternatif minuman yang dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap

konsumsi antioksidan. Peneliti tertarik untuk menguji aktivitas antioksidan,

kesukaan warna, aroma dan rasa teh. Berikut adalah kerangka berpikir yang

akan dilakukan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

23

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Teh merupakan minuman yang

paling sering dikonsumsi

penduduk Indonesia

Daun kumis kucing belum banyak

dimanfaatkan secara optimal

Daun kumis kucing banyak

mengandung minyak astiri 0.02-

0.06%, flavonoid lipofilik 0,2%,

dan garam kalium (3%). Senyawa

flavonoid lipofilik yang berfungsi

sebagai antioksidan

Teh dimanfaatkan menjadi

minuman yang berkhasiat dan

berpotensi dapat meningkatkan

kesehatan tubuh

Teh daun kumis kucing di uji

kuantitatif berupa aktivitas antioksidan

dan uji kualitatif berupa organoleptik

(aroma, warna dan rasa )

Teh daun kumis kucing dibuat dengan

variasi suhu 400C, 500C dan 600C

Suhu pengeringan untuk

menghilangkan aktivitas enzim dalam

menguraikan zat aktif antioksidan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

24

H. Hipotesis

1. Variasi suhu pengeringan menunjukkan perbedaan terhadap aktivitas

antioksidan pada teh daun kumis kucing.

2. Variasi suhu pengeringan menunjukkan perbedaan terhadap kesukaan

panelis pada teh daun kumis kucing.

3. Tidak ada yang paling disukai panelis berdasarkan uji organoleptik

aroma, warna dan rasa teh daun kumis kucing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan melakukan

percobaan pemanfaatan kumis kucing dalam pembuatan teh. Penelitian ini

dilakukan dengan menguji 3 perlakuan dan kontrol dengan 3 kali ulangan.

Masing-masing perlakuan menggunakan suhu pengeringan 400C, 500C dan

600C.

B. Variabel Penelitian

1. Varibel bebas

Variabel bebas dalam penelitian adalah suhu pengeringan teh daun

kumis kucing. Variasi suhu terdiri dari 3 perlakuan (400C, 500C dan

600C) dan kontrol (teh daun kumis kucing dipasaran), dengan

pengulangan masing-masing sebanyak 3 kali.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

dan organoleptik (kesukaan aroma, warna dan rasa).

3. Variabel kontrol

Variabel kontrol pada penelitian ini adalah lama pengeringan

selama 2 jam pada oven, pelayuan pada suhu ruangan selama 24 jam

dan daun kumis kucing nomor 1 sampai 10 dari pucuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

26

C. Batasan Penelitian

Agar masalah dalam penelitian ini tetap terarah, maka disusun batasan

penelitian sebagai berikut :

1. Kumis kucing yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumis kucing

yang biasa dijumpai di masyarakat dalam keadaan segar dan bagian

tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kumis kucing

nomor 1 sampai 10 dari pucuk. Daun kumis kucing diperoleh dari desa

Kebonromo, Ngrampal, Sragen, Jawa Tengah.

2. Daun kumis kucing dilayukan dengan diangin-anginkan pada suhu ruang

290C selama 24 jam.

3. Pemotongan daun kumis kucing menjadi ukuran 3 cm, yang kemudian

ditempatkan dalam loyang aluminium.

4. Pengeringan daun kumis kucing menggunakan oven dengan variasi suhu

400C, 500C dan 600C selama 2 jam.

5. Penghalusan daun kumis kucing menggunakan blender selama 1 menit,

yang kemudian dimasukkan ke dalam kantung teh.

6. Kontrol menggunakan teh daun kumis kucing dipasaran.

7. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-

picrylhydrazyl).

8. Uji organoleptik terdiri dari 3 uji yaitu : uji aroma, warna dan rasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

27

9. Panelis yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih

sebanyak 30 orang mahasiswa Universitas Sanata Dharma dengan

kisaran usia 18-25 tahun yan terdiri dari panelis perempuan dan laki-laki.

D. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven kirin, blender

philips, vortex, spektrofotometer, neraca analitik, thermometer dinding,

pipet ukur 5ml, timbangan duduk, gelas ukur, gelas kaca, loyang aluminium,

kompor, panci, toples, nampan, baskom, sendok, gunting dan penggaris

Bahan yang digunakan adalah daun kumis kucing nomor 1 sampai 10

dari pucuk, kantung teh celup, larutan Diphenyl Picryl Hydrazl (DPPH),

larutan methanol, kertas label, tisu, air, plastic dan alat tulis.

E. Cara Kerja

Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan dari bulan Maret – April

2019. Pembuatan teh dan uji aktivitas antioksidan serta uji organoleptik

dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Sanata Dharma dan

Laboratorium CV. Chem-Mix Pratama. Proses penelitian dilakukan sebagai

berikut :

1. Tahap Penyiapan Alat

Alat-alat seperti panci, toples plastik, sendok teh, loyang aluminium,

pisau, nampan, baskom, oven, gelas ukur, dan gelas kaca dicuci bersih

menggunakan sabun lalu didiamkan dan dikering anginkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

28

2. Tahap Pembuatan Teh

a. Pembuatan teh tiap satu ulangan

1) Pembuatan teh daun kumis kucing diawali dengan pemetikan

daun kumis kucing.

2) Daun yang sudah dipetik sebanyak 100gram tiap satu ulangan

dicuci sampai bersih dan dilayukan diloyang almunium dengan

cara diangin-anginkan pada suhu ruang 290C selama 24 jam.

A

B

Gambar 3.1 (A). Proses penimbangan daun kumis kucing

(B).Proses pelayuan daun kumis kucing

Sumber : Foto pribadi

3) Setelah pelayuan, daun dipotong-potong menjadi 1 cm.

4) Setelah itu pengeringan daun, dengan cara memasukan potongan

daun kumis kucing kedalam oven dengan beberapa variasi suhu

400C, 500C dan 600C. Masing-masing perlakuan dikeringkan

selama 2 jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

29

5) Teh Daun kumis kucing yang sudah kering dihaluskan dengan

blender selama 1 menit kemudian teh dimasukkan dalam kantong

teh dengan berat 2 gram per kantong.

6) Pembuatan teh diulangi sebanyak 3 kali pada tiap ulangan

A

B

C

D

Gambar 3.2 (A). Proses pemotongan daun (B). Proses pengovenan

daun (C). Proses pemblenderan teh daun kumis kucing (D). Proses

penimbangan sampel teh daun kumis kucing

Sumber : Foto pribadi

b. Kontrol

1) Kontrol yang digunakan dalam penelitian adalah teh daun kumis

kucing dipasaran.

2) Teh kumis kucing diperoleh di toko herbal jogja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

30

3. Tahap Aktivitas Antioksidan

Proses pengujian aktivitas antioksidan pada semua perlakuan dan

kontrol dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-

2pikrilhdrazil) yang dianalisis di Laboratorium Chem-Mix Pratama.

a. Sampel teh ditimbang 1 gram, dilarutkan menggunakan methanol

pada konsentrasi 80%.

b. Setelah dilarutkan diambil larutan sebanyak 1ml, kemudian

dimasukkan pada tabung reaksi.

c. Setelah itu ditambahkan 1 ml larutan 1 ,1 ,2 ,2 -Diphenyl Picryl

Hydrazl (DPPH) sebanyak 200 μm.

d. Larutan diinkubasi pada ruang gelap selama 30 menit.

e. Setelah diinkubasi larutan diencerkan hingga 5 ml menggunakan

methanol 80%.

f. Setelah itu dibuat blanko dengan mengukur serapan absorsinya

1ml larutan DPPH + 4 ml methanol

g. Tera Panjang gelombang 517 Nm.

Aktivitas Antioksidan (%) =

𝑂𝑝𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 (𝑂𝐷) Blangko − 𝑂𝑝𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 (OD) Sampel x 100%

𝑂𝑝𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 (OD) Blangko

4. Tahap Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan dengan modifikasi penelitian

sebelumnya Meiambar (2015). Modifikasi penelitian sebelumnya yaitu

jumlah panelis, bahan dan cara kerja. Pada penelitian ini menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

31

jenis panelis tidak terlatih, dengan jumlah panelis sebanyak 30 orang

dengan kisaran usia 18-25 tahun yang terdiri dari panelis perempuan dan

laki-laki.

Untuk menyajikan teh daun kumis kucing saat melakukan uji

organoleptik, maka diperlukan gambaran tata letak teh kumis kucing dan

panduan penskoran saat uji organoleptik. Tata letak dan penskoran teh

daun kumis kucing ditampilkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Tata Letak Teh Daun Kumis kucing

KA (A) P2B (B) P3A (C) KC (D)

KB (E) P2C (F) P3C (G) P1C (H)

P1B (I) P1A (J) P2A (K) P3B (L)

Keterangan :

K : kontrol P3 : perlakuan 3

P1 : perlakuan 1 A, B, C : pengulangan

P2 : perlakuan 2 ( ) : kode uji organoleptik

Tabel 3.2 Kode Teh Daun Kumis kucing

Proses Pembuatan Uji Organoleptik

K A, E, D

P1 J, I, H

P2 K, B, F

P3 C, L, G

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

32

Tabel 3.3 Panduan Penskoran Teh Daun Kumis Kucing

Skor Keterangan

1 Sangat tidak suka

2 Tidak suka

3 Agak suka

4 Suka

5 Sangat suka

Keterangan : Kisaran nilai yang diberikan 1-5, semakin tinggi nilai yang

diberikan semakin tinggi tingkat kesukaan.

Tahap pembuatan teh kumis kucing sampel pada tiap perlakuan

dan kontrol diambil 1 kantung teh dimasukkan ke dalam gelas kaca dan

ditambahkan gula sebanyak 10 gram diseduh air panas sebanyak 200ml

selama 3 menit. Dilanjutkan uji aroma, warna dan rasa pada sampel

perlakuan dan kontrol berikut ini :

a. Uji aroma

1) Sampel yang sudah diseduh dan dalam keadaan dingin diambil

1 sendok makan dan diletakkan dalam gelas plastik kecil.

2) Sampel dihirup aromanya pada jarak 1/2 cm dari hidung untuk

mengetahui baunya dan untuk menghirup sampel yang

selanjutnya diberi jeda waktu 3 menit, kemudian diberi skor

terhadap aroma dari masing-masing perlakuan.

3) Sampel dihirup oleh 30 orang panelis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

33

b. Uji warna

1) Sampel yang sudah diseduh dan dalam keadaan dingin diambil

1 sendok makan dan diletakkan dalam gelas plastik kecil.

2) Sampel dilihat beberapa saat di bawah sinar matahari atau pada

siang hari, kemudian diberi skor terhadap warna dari masing-

masing perlakuan.

3) Sampel diamati oleh 30 orang panelis.

c. Uji Rasa

1) Sampel yang sudah diseduh dan dalam keadaan dingin diambil

1 sendok makan dan diletakkan dalam gelas plastik kecil.

2) Sampel dirasa pada setiap perlakuan dan ulangan, terlebih

dahulu panelis meminum air atau kumur agar indera perasa

menjadi normal.

3) Sampel dirasa oleh 30 orang panelis.

F. Analisis Data

Hasil penelitian yang diperoleh uji aktivitas antioksidan dan uji

organoleptik dianalisis secara kuantitatif mengggunaan SPSS versi 20. Uji

selanjutnya, data aktivitas antioksidan diuji menggunakan One Way

ANOVA apabila yang diuji signifikan akan dilanjutkan dengan uji Tukey

dan data organoleptik diuji menggunakan Kruskal Wallis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

34

1. Pengujian Hipotesis dan Pengambilan keputusan

a. Hipotesis

Ho: tidak ada perbedaan signifikan dari beberapa kelompok

perlakuan

Hi: terdapat perbedaan yang signifikan dari beberapa kelompok

perlakuan

b. Pengambilan Keputusan

Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan

hasil statistik.

• Apabila Asymp.Sig > 0,05 maka Ho diterima. Artinya tidak

ada perbedaan yang signifikan dari beberapa kelompok

perlakuan

• Apabila Asymp.Sig < 0,05 maka Ho ditolak. Artinya terdapat

perbedaan yang signifikan dari beberapa kelompok

perlakuan

(Santoso, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Aktivitas Antioksidan Teh Daun Kumis Kucing

Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil aktivitas antioksidan dalam

teh daun kumis kucing dengan variasi suhu pengeringan. Hasil tersebut

dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut :

Gambar 4.1 Aktivitas Antioksidan Pada Beberapa Variasi Suhu

Pengeringan

Keterangan:

K = Kontrol (teh daun kumis kucing dipasaran)

P1 = Perlakauan suhu 40oC

P2 = Perlakuan suhu 50oC

P3 = Perlakuan suhu 60oC

61,21

73,85

82,79

91,02

K P1 P2 P3

Rat

a-ra

ta A

ktiv

itas

An

tio

ksid

an

%

Perlakuan

ANTIOKSIDAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

36

Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode ini didasarkan pada

hilangnya warna ungu akibat tereduksi DPPH oleh senyawa antioksidan

dalam sampel. Senyawa DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan

pada satu atom nitrogen akan direduksi oleh atom hidrogen dari antioksidan.

Melalui reaksi antara DPPH dan senyawa antioksidan, akan menghasilkan

senyawa DPPHIdrazin yang lebih stabil berwarna kuning

Menurut Muchtadi (1989), tanaman seperti sayuran, buah-buahan,

rempah dan obat mengandung senyawa antioksidan alami seperti senyawa

golongan fenolik. Senyawa fenolik tersebut antara lain asam fenolat,

flavonoid, dan tannin. MWulandari (2011), menyatakan bahwa kandungan

kimia ekstrak daun kumis kucing adalah saponin, flavonoid, tannin, fenol

senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antioksidan penghambat

kerusakan sel. Menurut Pratiwi (2015), senyawa golongan fenol memiliki

peran terhadap aktivitas antioksidan, dimana semakin tinggi kandungan

senyawa fenol dalam suatu bahan makanan, maka akan besar pula aktivitas

antioksidan.

Berdasarkan gambar 4.6 diketahui aktivitas antioksidan tertinggi

terdapat pada teh kumis kucing dengan suhu pengeringan 60oC (P3) sebesar

91,02%. Sedangkan pada perlakuan P2 82,79%, P1 73,85% dan kontrol

61,21% aktivitas antioksidan sedikit menurun. Penurunan aktivitas

antioksidan ini disebabkan karena kontrol, P1, P2 dan P3 memiliki kadar air

dalam sampel yang berbeda karena suhu yang digunakan dalam

pengeringan berbeda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

37

Pada P1 suhu yang digunakan adalah 40oC, pada P2 suhu yang

digunakan sebesar 50oC dan pada P3 suhu yang digunakan 60oC. Kadar air

dalam sampel teh terdapat pada proses pembuatan teh. Ketika sampel

mengandung banyak air maka kemungkinan sampel akan mudah rusak dan

aktivitas antioksidan pada sampel tidak dapat dilihat. Menurut Pramono

(2006), jika kadar air dalam bahan masih tinggi dapat mendorong enzim

melakukan aktivitasnya mengubah kandungan kimia yang ada dalam bahan

menjadi produk lain. Enzim tertentu dalam sel masih dapat bekerja

menguraikan senyawa aktif setelah sel mati dan selama simpilasi masih

mengandung air. Suhu dalam pengeringan yang digunakan berbeda semakin

rendah suhu pengeringan teh daun kumis kucing semakin tinggi kandungan

airnya. Pada perlakuan P2 dan P1 suhu yang digunakan dalam pengeringan

semakin rendah sehingga aktivitas antioksidan makin menurun dikarenakan

pada sampel masih mengandung kadar air yang cukup tinggi. Sedangkan

perlakuan P3 memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi karena suhu yang

digunakan dalam pengeringan semakin tinggi dan kandungan air dalam

sampel semakin sedikit. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan

reaksi enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau meminimalkan

kerusakan sampel.

Proses pelayuan yang dilakukan pada perlakuan P1, P2 dan P3 yang

dilakukan selama 24 jam di suhu ruang. Proses pelayuan ini juga

mempengaruhi penurunan aktivitas antioksidan. Pada proses pelayuan akan

terjadi peningkatan atau penurunan komponen tertentu yang diinginkan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

38

tidak diinginkan, karena suhu dalam pelayuan tidak selalu optimal. Pada

tiap sampel perlakuan P1, P2 dan P3 pelayuan dilakukan selama 24 jam

akan melewati siang dan malam, proses pelayuan suhu pada malam dan

siang hari akan mengalami perubahan pada siang hari suhu akan meningkat

dan pada malam hari akan mengalami penurunan sehingga suhu yang

digunakan dalam penelitian tidak stabil. Semakin tidak stabil suhu dan lama

waktu pelayuan akan menghasilkan aktivitas antioksidan semakin menurun.

Hal ini terjadi karena adanya senyawa antioksidan yang hilang selama

proses pelayuan. Menurut Arpah dalam Sayekti (2016), proses pelayuan

akan meningkatkan atau menurunkan komponen tertentu yang diinginkan

dan tidak diinginkan, karena suhu dalam pelayuan tidak optimal saat proses

pelayuan.

Menurut Wulansari dan Chairul (2011) rentang aktivitas antioksidan

dikatakan tinggi jika aktivitasnya lebih dari 50%. Jika aktivitasnya antara

20 - 50%, dan jika aktivitasnya kurang dari 20% dinyatakan rendah.

Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang dihasilkan

tergolong tinggi.

Berdasarkan gambar 4.6 diketahui rerata aktivitas antioksidan

tertinggi adalah pada perlakuan P3 yaitu 91,02% urutan kedua P2 yaitu

82,79% urutan ketiga P1 yaitu 73,85%, dan yang terendah K yaitu 61,21%.

Hasil dari rata-rata aktivitas antioksidan selanjunya diuji menggunakan one

way ANOVA (lampiran 3) untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang

signifikan dari setiap perlakuan. Berdasarkan nilai probabilitas pada uji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

39

Anova One Way adalah sig 0,00 < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa variasi

suhu pengeringan terhadap aktivitas antioksidan pada setiap perlakuan dan

kontrol terdapat berbedaan yang signifikan atau ada beda nyata, karena ada

beda nyata maka dilakukan uji lanjut yaitu post hock. Uji tukey

menunjukkan bahwa antara perlakuan dengan variasi suhu pengeringan teh

daun kumis 40oC (P1), 50oC (P2) , 60oC (P3) dan kontrol teh daun kumis

kucing dipasaran (K) masing-masing memiliki perbedaan yang nyata.

B. Uji Organoleptik Teh Daun Kumis Kucing

Teh daun kumis kucing merupakan salah satu alternatif minuman

yang dapat meningkatkan minat terhadap konsumsi antioksidan. Agar lebih

mempermudah dalam mengonsumsi teh dibuat dengan cara menyeduh daun

yang dikeringkan dari tanaman dengan air panas. Berikut ini adalah gambar

hasil penyeduhan teh daun kumis kucing hasil penelitian yang dilakukan.

Gambar 4.2 Hasil Penyeduhan Teh Daun Kumis Kucing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

40

Berdasarkan gambar di atas seduhan teh daun kumis kucing dengan

variasi suhu pengeringan yang berbeda memiliki warna yang berbeda.

Kontrol memiliki warna coklat bening dan pucat. Perlakuan 1 memiliki

warna coklat, bening dan pucat. Perlakuan 2 memiliki warna coklat cerah

dan Perlakuan 3 memiliki warna coklat pekat. Aroma yang dihasilkan

seduhan teh daun kumis kucing pada semua variasi suhu pengeringan

beraroma langu khas tanaman kumis kucing. Rasa yang dihasilkan seduhan

teh daun kumis kucing pada semua variasi suhu pengeringan memiliki rasa

sepat dan after test pahit.

1. Aroma

Hasil penilaian panelis terhadap aroma dari teh daun kumis

kucing dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut :

Gambar 4.3 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Aroma

Keterangan:

K = Kontrol (teh daun kumis kucing di pasaran )

P1 = Perlakauan suhu 40oC

3,833,57

3,703,92

K P1 P2 P3

Rer

ata

Sko

r A

rom

a

Perlakuan

AROMA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

41

P2 = Perlakuan suhu 50oC

P3 = Perlakuan suhu 60oC

Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai yang diberikan

panelis terhadap aroma seduhan teh daun kumis kucing pada P3

yaitu pengeringan dengan suhu 60oC lebih tinggi dari pada P1, P2

dan K. Perlakuan P1 merupakan nilai paling rendah yang diberikan

panelis. Rerata skor yang diberikan pada perlakuan P1 adalah 3,57,

P2 adalah 3,70, P3 adalah 3,92 dan kontrol adalah 3,85.

Rata-rata tersebut berarti panelis menyatakan agak suka. Hal

ini menunjukkan bahwa semua perlakuan memiliki aroma seduhan

teh yang agak disukai oleh panelis, dikarenakan seduhan teh daun

kumis kucing beraroma agak langu, aroma khas tanaman kumis

kucing. Aroma ini disebabkan oleh proses pengeringan dan suhu

pengeringan yang menyebabkan senyawa polifenol dan katekin

menguap dikarenakan adanya proses ekstraksi komponen kimia

sehingga aroma langu yang dihasilkan pada teh daun kumis kucing

tidak terlalu kuat (Hadi dalam Laelasari, 2016).

Aroma penyeduhan teh daun kumis kucing berasal dari

glikosida yang terurai menjadi gula sederhana dan oksidasi

karatenoid5 yang menghasilkan senyawa yang mudah menguap

(aldehid dan keton) sehingga dapat memberikan aroma pada teh

(Dwigustine, 2017).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

42

Hasil rata-rata setiap perlakuan selanjutnya diuji

menggunakan Kruskal Wallis. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis

(lampiran 2) disimpulkan bahwa aroma menunjukkan hasil 0,169 >

0,05 yang berarti H0 diterima. Yang berarti tidak ada perbedaan

yang signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi suhu

40oC, 50oC dan 60oC.

2. Warna

A

B

C

D

Gambar 4.4 Hasil Seduhan Teh Daun Kumis Kucing

Keterangan:

A = Kontrol (teh daun kumis kucing dipasaran)

B = Perlakauan suhu pengeringan 40oC

C = Perlakuan suhu pengeringan 50oC

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

43

D = Perlakuan suhu pengeringan 60oC

Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa hasil seduhan teh daun

kumis kucing dengan variasi suhu pengeringan yang berbeda 40oC,

50oC, 60oC dan kontrol memiliki warna yang berbeda. Kontrol

memiliki warna coklat bening dan pucat, perlakuan P1 memiliki

warna coklat bening dan pucat, P2 memiliki warna coklat cerah dan

P3 memiliki warna coklat pekat. Seiring dengan tingginya suhu

pengeringan warna yang dihasilkan seduhan teh daun kumis kucing

semakin menjadi pekat. Hal ini karena kandungan air pada teh daun

kumis kucing yang dikeringkan pada suhu 40oC masih tinggi,

sehingga menyebabkan pada saat proses penyeduhan warna seduhan

teh daun kumis kucing tidak keluar secara optimal.

Hasil penilaian panelis terhadap warna dari teh daun kumis

kucing dapat dilihat pada pada gambar 4.4 berikut :

3,83 3,824,01 4,10

K P1 P2 P3

Rer

ata

Sko

r W

arn

a

Perlakuan

WARNA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

44

Gambar 4.5 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Warna

Keterangan:

K = Kontrol (teh daun kumis kucing dipasaran)

P1 = Perlakauan suhu 40oC

P2 = Perlakuan suhu 50oC

P3 = Perlakuan suhu 60oC

Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa nilai yang diberikan

panelis terhadap warna seduhan teh daun kumis kucing pada

pelakuan P3 yaitu pengeringan dengan suhu 60oC lebih tinggi dari

pada P1, P2 dan K. P1 merupakan nilai paling rendah yang diberikan

panelis. Rerata skor yang diberikan warna pada perlakuan P1 adalah

3,82, P2 adalah 4,01, P3 adalah 4,10 dan kontrol adalah 3,83.

Warna merupakan salah satu parameter fisik suatu bahan

pangan yang penting. Kesukaan konsumen terhadap produk pangan

ditentukan oleh warna pangan tersebut. Warna suatu bahan pangan

dipengaruhi oleh cahaya yang diserap dan dipantulkan dari bahan itu

sendiri dan juga ditentukan oleh faktor dimensi yaitu warna produk,

kecerahan dan kejelasan (Rahayu, 2001). Warna coklat pada teh

herbal disebabkan oleh senyawa flavonoid karena sifat khas

flavonoid yaitu dapat larut dalam air, memiliki bau yang sangat

tajam dan mudah terurai pada temperature tinggi.

Faktor-faktor yang menyebabkan suatu bahan makanan

berwarna adalah pigmen alami yang terdapat dalam bahan pangan

tersebut (Winarno, 2002). Dalam penelitian ini warna yang muncul

adalah warna alami dari teh daun kumis kucing yaitu flavonoid serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

45

kandungan air pada teh daun kumis kucing sehingga dihasilkan

warna coklat pucat dan coklat pekat.

Hasil rata-rata setiap perlakuan selanjutnya diuji

menggunakan Kruskal Wallis. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis

(lampiran 2) disimpulkan bahwa aroma menunjukkan hasil 0,290 >

0,05 yang berarti H0 diterima. Yang berarti tidak ada perbedaan

yang signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi suhu

40oC, 50oC dan 60oC.

3. Rasa

Hasil penilaian panelis terhadap rasa dari teh daun kumis

kucing dapat dilihat pada pada gambar 4.5 berikut :

Gambar 4.6 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Rasa

Keterangan:

K = Kontrol (teh daun kumis kucing dipasaran)

P1 = Perlakauan suhu 40oC

3,87

3,53 3,62 3,68

K P1 P2 P3

Rer

ata

Sko

r R

asa

Perlakuan

RASA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

46

P2 = Perlakuan suhu 50oC

P3 = Perlakuan suhu 60oC

Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa nilai yang diberikan

panelis terhadap rasa seduhan teh daun kumis kucing pada kontrol

yaitu teh daun kumis kucing dipasaran lebih tinggi dari pada

perlakuan P1, P2 dan P3. P1 merupakan nilai paling rendah yang

diberikan panelis. Re

rata skor yang diberikan rasa pada perlakuan P1 adalah 3,53,

P2 adalah 3,62, P3 adalah 3,68 dan kontrol adalah 3,87. Rata-rata

tersebut berarti panelis menyatakan agak suka.

Menurut Daraino (2008), teh herbal memiliki rasa sepat yang

disebabkan oleh adanya senyawa flavonoid, namun rasa sepat ini

akan semakin berkurang sejalan dengan tingginya suhu pengeringan

yang digunakan. Hal ini disebabkan karena senyawa flavonoid akan

menguap pada suhu tinggi sehingga rasa sepat teh herbal daun kumis

kucing akan semakin berkurang ketika suhu pengeringan semakin

tinggi.

Faktor yang mempengaruhi sensitivitas seseorang terhadap

indera pengecap adalah usia, seiring bertambahnya usia penurunan

sensitivitas indera pengecpan merupakan masalah fisiologi yang

terjadi. Hal ini disebabkan karena terjadinya kemunduran dalam hal

fisik maupun biologis dimana semakin bertambahnya usia terjadi

penurunan papilla sirkumvalata lebuh kurang 1% per tahun. Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

47

penilitian ini dipilih panelis yang berusia 18 – 25 tahun secara acak

harapannya adalah dapat menghindari berkurangnya fungsi jaringan

pengecapan (Guyton, 2007).

Hasil rata-rata setiap perlakuan selanjutnya diuji

menggunakan Kruskal Wallis. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis

(lampiran 2) disimpulkan bahwa aroma menunjukkan hasil 0,471 >

0,05 yang berarti H0 diterima. Yang berarti tidak ada perbedaan

yang signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi suhu

40oC, 50oC dan 60oC.

C. Kendala, Hambatan dan Keterbatasan

Dalam proses penelitian, kendala, hambatan dan keterbatasan yang

dihadapi adalah sebagai berikut :

1. Pada penelitian tidak melakukan uji flavonoid dan uji fenol sehingga

hanya dapat menunjukkan kadar berdasarkan literatur. Hal tersebut

tidak dilakukan karena keterbatasan waktu peneliti mengingat satu uji

di Laboratorium Chemix-pratama membutuhkan waktu satu bulan,

sehingga dalam penelitian hanya mengukur aktivitas antioksidan.

Diharapkan selanjutnya dilakukan uji flavonoid dan fenol agar dapat

diketahui kandungan yang berfungsi sebagai antioksidan.

2. Belum mengukur nilai IC50 yaitu bilangan yang menunjukkan variasi

suhu pengeringan yang mampu menghambat aktivitas antioksidan. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

48

tersebut tidak dilakukan karena tidak ada pengujian nilai IC50 di

Laboratorium Chemix-pratama sehingga dalam penelitian ini hanya

menunjukkan kadar aktivitas antioksidan. Diharapkan selanjutnya

mengukur nilai IC50 agar dapat mengetahui bilangan yang menunjukkan

variasi suhu pengeringan yang mampu menghambat aktivitas

antioksidan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

49

BAB V

IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan di dunia

Pendidikan. Rancangan penerapan hasil penelitian dalam pembelajaran ini di

implementasiikan dalam proses pembelajaran Biologi khususnya kelas VIII

terutama Kompetensi Dasar (KD) 3.6 dan (KD) 4.6 yaitu materi Zat Aditif dan Zat

Adiktif.

Pembelajaran terkait penelitian ini mangacu pada kurikulum 2013. Berikut

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan :

A. Kompetensi Inti (KI)

KI.1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI.2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,

responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari

solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosisal dana lam serta dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI.3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,

dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

50

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

KI.4. Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret dan

raha abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan

mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar (KD)

3.6 Menjelaskan berbagai zat aditif makan dan minuman, zat aditif, serta

dampaknya terhadap kesehatan

4.6. Membuat karya tulis tentang dampak penyalahgunaan zat aditif dan zat

adiktif bagi kesehatan

C. Indikator Pencapaian

3.6.1 Menerangkan pengertian zat aditif dan adiktif

3.6.2 Mengidentifikasi contoh makanan dan minuman yang memiliki

kandungan zat aditif dan adiktif dalam kehidupan sehari-hari

3.6.3 Menemukan solusi pengganti zat aditif buatan

3.6.4 Menjelaskan dampak pengunaan zat aditif dan adiktif bagi kesehatan

4.6.1 Membuat makalah mengenai dampak penggunaan zat aditif buatan

dan zat adiktif bagi kesehatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

51

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasul penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Variasi suhu pengeringan 40oC, 50oC, 60oC dan kontrol menujukkan

perbedaa yg nyata terhadap aktivitas antioksidan.

2. Variasi suhu pengeringan 40oC, 50oC, 60oC dan kontrol tidak

menunjukkan perbedaan nyata terhadap kesukaan panelis.

3. Tidak ada yang paling disukai panelis berdasarkan uji organoleptic

aroma, warna dan rasa teh daun kumis kucing.

B. Saran

1. Perlu dilakukan uji flavonoid dan fenol pada teh daun kumis kucing

agar dapat diketahui kandungan yang berfungsi sebagai antioksidan.

2. Perlu dilakukan uji IC50 pada teh daun kumis kucing yaitu bilangan

yang menunjukkan variasi suhu pengeringan yang mampu

menghambat aktivitas antioksidan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

52

DAFTAR PUSTAKA

Aspan, R. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat

Citeureup. Jakarta : Lipi

Ajisaka. 2012. Teh Dahsyat Khasiatnya. Surabaya : Perbit stomata

Astuti, V.C.Y 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kumis Kucing

(Orthosiphon stamineus) Terhadap Penurunan Glukosa Darah Tikus Wistar

yang Diinkubasi Aloksan. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro

Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi Pangan: Teori Praktis dan Aplikasi.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : Trubus Agriwidya

Damayanthi, E., Kusharto, C. M., Suprihatini, R., dan Rohdiana, D. 2008. Studi

Kandungan Katekin dan Turunannya Sebagai Antioksidan Alami Serta

Karakteristik Organoleptik Produk Teh Murbei dan Teh Camellia – Murbei.

Media Gizi dan Keluarga 32 (1) : 95 – 103

Daroini, O. S. 2006. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari Campuran Teh

Hijau (Cmellia Sinensi) Rimpang Bangle (Phyllanthus Acidus (L.) Skeels.

Skripsi Teknologi Pertanian IPB. Bogor

Dwigustine, R. P. 2017. Pengaruh Perbandingan Teh Herbal Daun Binahong

(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)dengan Daun The (Camellia sinensis)

dan Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik Teh Herbal. Skripsi.. Bandung

: Universitas Pasundan

Effendi. M. S. 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung :

Alfabeta

Fitriani, T. K. 2011. Kajian Penambahan Ekstrak dan Tepung Wortel terhadap

Krakteristik Fisik, Kimia dan Sensori Es Krim. Skripsi. Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Fitriyani, A., Winarti, L, Muslichah, S.M dan Nuri. 2011. Uji Antiinflamasi Ekstrak

Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz dan Pav) pada Tikus Putih.

Majalah Obat Tradisional. Vol. 16, No. 1.

Gunawan, D. dan Sri, M. 2004. Ilmu Obat Alami (Farmakognosi) Jilid1. Jakarta :

Penebar Swadaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

53

Guyton, A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (indera kimia-

pengecapan). Penerjemah Irawati Setiawan. Jakarta : EGC

Hambali. E., Nasution M. Z., dan Herliana E. 2005. Membuat Aneka Herbal Tea.

Jakarta : Penebar Swadaya

Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan : Sebuah Tinjauan Ilmiah.

Yogyakarta : Kanisius

Inggrid, H.M. dan Santoso, H. 2014. Ekstraksi Antioksidan dan Senyawa Aktif dari

Buah Kiwi (Actinidia deliciosa). Karya tulis ilmiah. Universitas Katolik

Parahyangan

Kencana, E. D. 2015. Pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap karakteristik

teh herbal daun katuk (Sauropus adrogynus L. Merr). Skrispsi. Fakultas

Teknologi Pangan. Universitas Pasundan Bandung

Kinsella, J,E., Frankel, E., German, B. and Kanmer, J., 1993. Possible Mekanisme

for the Proctective role of Antioxidants in Wine and Plants Foods, J Food

technology. 4: 5 – 89.

Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami. Surabaya : Trubus Agrisarana

Kusumaningrum, D. 2008. Pemetaan Karakteristik Komponen Polifenol Untuk

Mencegah Kerusakannya Pada Minuman The Ready To Drink (RTD).

Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Laeslasari, W. 2016. Kajian Karakteristik Seduhan Teh Herbal Dari Daun Murbei

(Morus sp) yang Diperoses Dengan Metode Pengolahan dan Suhu

Pengeringan yang Berbeda. Skripsi. Bandung : Universitas Pasundan

La Vecchia, C., E. Negri, S. Francheschi, B. and D’Boyle. 1992. Tea Consumption

and Cancer Risk. Nutr. Cancer, 17, 27 – 31

Lilian, W. 2005. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal Dari Seledri (Apium

graveolens L.). Skripsi. Institusi Pertanian Bogor

Mahendra, B. dan R. H. 2005. Kumis kucing, pembudidayaan dan pemanfaatan

untuk penghancur batu ginjal. Jakarta : Penebar Swadaya

Malo, E. 2017. Uji Potensi Antioksidan dan Kesukaan Panelis terhadap Yogurth

dengan Penambahan Sari Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Britton

dan Rose). Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

Muchtadi, T., Sugiyono. 2013. Prinsip dan Proses Teknologi Pangan. Bogor :

Alfabeta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

54

Muchtadi T. 1989. Petunjuk Laboratoriu, Teknologi Proses Pengolahan Pangan.

IPB Bogor : Depertemen Pendidikan dan KebudayaanDirektorat Jendral

Perguruan Tinggi

Mun’im., and E. Hnnani. 2011. Fitoterapi Dasar. Jakarta : Dian Rakyat

Pamungkas, Dewi K, Yuni R, dan Lesty W. 2017. Pengujian Aktivitas Antioksidan

Kombinasi Ekstrak Metanol Daun Mangga Gadung (Mangifera indica L. var.

gadung) dan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolis

Roxb.). E-jurnal Pustaka Kesehatan. Fakultas Farmasi Universitas Jember.

Vol 5 No.1.

Pattanayak, P., Behera., D. Das., and Panda. 2010. Ocimum sanctum Linn a

Reservoir Plant for theurapetic Application: An Overview. Journal

Pharmacon Rev, 4(7):95-105

Pramono, S. 2006. Penanganan Pasca Panen Dan Pengaruhnya Terhadap Efek

Terapi Obat Alami. Prosiding Seminar nasional Tumbuhan Obat Indonesia

XXXVII, Bogor, hal1-6

Prasetyo, dan Inoriah, E., 2013. Pengolahan Budidaya Tanaman Obat-obatan

(Bahan Simplisia), Badan Penerbitan Fakultas Pertanian. UNIB, Bengkulu,

hal. 16-19

Pratiwi, Apriyani D. 2015. Pengaruh Penambahan Buah Duwet (syzgum cumini)

Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Mutu Es Krim. Skripsi. Salatiga :

Universitas Kristen Satya Wacana

Rahayu, W.P., 2001. Penentuan Praktikum Penilaian Organoleptik. Laporan

Penelitian. Jurusan Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Petanian. IPB

Bogor

Rahmat, H. 2009. Indentifakasi Senyawa Flavonoid pada Senyawa Indegenous di

Jawa Barat. Skripsi. ITB. Bogor

Ramadhan, P. 2015. Mengenal Antioksidan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Santoso, U. 2016. Antioksidan Pangan. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas

Press

Sayekti, Duwi Erviana. 2016. Aktivitas Antioksidan Teh Kombinasi Daun Katuk

dan Daun Kelor Dengan Variasi Suhu Pengeringan. Skripsi. Surakarta :

Universitas Muhamadiyah Surakarta

Sayuti, K. dan Yenrina, R. 2015. Antioksidan, Alami dan Sintetik. Andalas.

University Press. Padang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

55

Sudarsono, Pudjoarinto A., Gunawan D., Wahyuono S., Donatus I. A., dan Dradjat

M. 1996. Tumbuhan obat; Hasil Penelitian, sifat-sifat, dan Penggunaan,

Pusat Penelitian Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta,

hal.90.

Susilorini, Tri E dan Manik Eirry Sawitri. 2006. Produk Olahan Susu. Jakarta:

Penebar Swadaya

Surtaningsih. 2005. Cantik Dengan Bahan Alami Cara Mudah, Murah dan Aman

Untuk Mempercantik Kulit. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Syamsudin. 2013. Nutrasetikal. Yogyakarta : Graha Ilmu

Tarwendah, I. P. 2017. Jurnal Review : Studi Komparasi Atribut Sensoris dan

Kesadaran Merek Produk Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri. FTP

Universitas Brawijaya Malang. Vol 5, No. 2.

Tristiani, C. M. 2018. Uji Aktivitas Antioksidan dan Kesukaan Panelis Terhadap

Es Krim Sari Serai (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf). Skripsi..

Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

Wijayanti, M. N. 2016. Uji Aktivitas Antioksidan dan Kadar Fenolik Total Ektrak

Etanol Buah Buni (Antidesma bunius L. Spreng) dengan Metode 2,2-

diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) dan metode Folin-ciocalteu.

Skripsi.Univertas Sanata Dharma

Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Winarno. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta : Kanisius

Wulandari, I. (2011). Teknologi Ekstrak dengan Maserasi Dalam Etanol 70% Pada

Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.). Surakarta : Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat Tradisional (BBPPTO-

OT)

Wulandari, I. (2011). Teknologi Ekstrak dengan Maserasi Dalam Etanol 70% Pada

Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) (Skripsi). Surakarta :

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat Tradisional

(BBPPTO-OT).

Wulansari, D., dn Chairul. 2011. Penapisan Aktivitas Antioksidan dan Beberapa

Tumbuhan Obat IndonesiaMenggunakan Radikal 2,2-Diphenyl-1-

Picrylhdrazyl (DPPH). Majalah Obat Tradisional. Pusat Penelitian Biologi-

LIPI. Vol 16 Vol, 16 No. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

56

Yuswantina, R. 2009. Uji Aaktivitas Penangkap Radikal dari Ekstrak Petroleum

Eter, Etil Asetat dan Etanol Rhizoma Binahong (Anredera cardifolia) Dengan

Metode DPPH. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta

Zilfia, N. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus

Benth). Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

57

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

58

Lampiran 1. Kuesioner Organoleptik Teh

KUESIONER UJI ORGANOLEPTIK

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Petunjuk Pengisian

Di hadapan panelis terdapat 12 sampel teh. panelis diminta untuk

memberikan penilaian berdasarkan kesukaan panelis terhadap warna, aroma dan

rasa. Kisaran nilai yang diberikan 1-5, semakin tinggi nilai yang diberikan semakin

tinggi tingkat kesukaan. Berilah tanda (√) pada kolom nilai yang sudah disediakan

sesuai dengan kesukaan panelis.

1 : Sangat tidak suka 4 : Suka

2 : Tidak suka 5 : Sangat suka

3 : Agak suka

Petunjuk Pengujian :

a. Uji aroma

Uji aroma dilakukan dengan cara panelis mangambil sampel yang sudah

diletakkan dalam gelas plastik, kemudian teh dicium dengan jarak ½ cm dari

hidung untuk mengetahui aromanya. Setelah itu, panelis memberikan skor

terhadap aroma dari setiap sampel pada lembar kuisioner.

b. Uji warna

Uji warna dilakukan dengan cara panelis mengambil sampel yang sudah

diletakkan dalam gelas plastik, kemudian diamati warnanya dibawah cahaya.

Setelah diamati panelis memberikan skor terhadap warna dari setiap sampel pada

lembar kuisioner.

c. Uji rasa

Uji rasa dilakukan dengan cara panelis berkumur terlebih dahulu dengan air

mineral lalu mengambil sampel yang sudah diletakkan dalam gelas, kemudian

dikecap dengan lidah. Setelah itu panelis memberikan skor terhadap rasa dari

setiap sampel pada lembar kuisioner. Sebelum menguji sampel yang selanjutnya,

panelis berkumur air mineral yang telah disediakan untuk menetralkan kembali

lidahnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

59

Tabel. Kesukaan aroma, warna dan rasa

Kode

/Skor

Aroma Warna Rasa

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

60

Lampiran 2. Hasil Analisis Satatistik Orgnaoleptik : Kruskal wallis

Uji Kruskal Wallis Organoleptik

• Aroma

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Aroma

K 30 65.02

P1 30 52.18

P2 30 56.43

P3 30 68.37

Total 120

Test Statisticsa,b

Aroma

Chi-Square 5.038

Df 3

Asymp. Sig. .169

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa aroma menunjukkan

hasil 0,169 > 0,05 yang berarti H0 diterima. Yang berarti tidak ada perbedaan

yang signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi suhu 40oC, 50oC

dan 60oC.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

61

• Warna

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Warna

K 30 54.58

P1 30 56.47

P2 30 66.15

P3 30 64.80

Total 120

Test Statisticsa,b

Warna

Chi-Square 3.745

df 3

Asymp. Sig. .290

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa aroma menunjukkan

hasil 0,290 > 0,05 yang berarti H0 diterima. Yang berarti tidak ada perbedaan

yang signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi suhu 40oC, 50oC

dan 60oC.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

62

• Rasa

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Rasa

K 30 66.77

P1 30 54.10

P2 30 60.85

P3 30 60.28

Total 120

Test Statisticsa,b

Rasa

Chi-Square 2.522

Df 3

Asymp. Sig. .471

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa aroma

menunjukkan hasil 0,471 > 0,05 yang berarti H0 diterima. Yang berarti

tidak ada perbedaan yang signifikan dari keempat perlakuan antara

kontrol, variasi suhu 40oC, 50oC dan 60oC.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

63

Lampiran 3. Hasil aktivitas antioksidan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

64

Lampiran 4. Hasil Analisis Statistik Aktivitas Antioksidan : Uji Normalitas,

Homogenitas, Uji Anova dan Uji Tukey

Berdasarkan data perhitungan yang terdapat pada tabel di atas, diketahui

bahwa nilai signifikansi sebesar 0,957 > 0,05, sehingga data yang telah di uji

berdistribusi normal.

Berdasarkan data perhitungan yang terdapat pada tabel di atas diketahui

nilai signifikansi aktivitas antioksidan berdasarkan variasi suhu pengeringan teh

kumis kucing adalah 0,453 > 0,05, artinya data diajukan mempunyai varian yang

sama atau homogen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

65

Berdasarkan uji anova pada tabel di atas, menunjukkan data bahwa H0

ditolak (Sig. < 0,05) yang berarti terdapat pengaruh variasi suhu pengeringan teh

daun kumis kucing terhadap aktivitas antioksidan.

Berdasarkan uji tukey pada tabel di atas menunjukkan bahwa antara

perlakuan dengan variasi suhu pengeringan teh daun kumis 40oC (P1), 50oC (P2) ,

60oC (P3) dan kontrol teh daun kumis kucing dipasaran (K) masing-masing

memiliki perbedaan yang nyata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

66

Lampiran 5. Silabus

SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

MATA PELAJARAN BIOLOGI SMP

Satuan Pendidikan : SMP

Mata Pelajaran : IPA Terpadu

Kelas/ Semester : VIII/ 1

Materi : Zat Aditif dan Zat Adiktif

Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),

santun, responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan sosisal dana lam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan

dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

67

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang

kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret dan raha abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai

kaidah keilmuan

Kompetensi Dasar

Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber Belajar

3.6 Menjelaskan

berbagai zat aditid

dalam makanan dan

minuman, zat adiktif,

serta dampaknya

terhadap kesehatan

• Zat aditif

• Zat adiktif

• Hubungan

zat aditif

dan adiktif

dengan

kesehatan

Pemberian

rangsangan

• Melalui video

yang

ditunjukkan

mengajak siswa

untuk

mengetahui

kandungan apa

sajayang ada di

dalam makanan

atau minuman

yang

dikonsumsi

Identfikasi masalah

• Apakah kalian

pernah makan

produk yang

Tugas

Membuat poster

mengenai dampak zat

aditif dan zad adiktif

Observasi

• Observasi Guru

Tes

• Menjelaskan

pengertian zat

aditif

• Mengkelompokkan

zat aditif dan zat

adiktif

• Menyebutkan

dampak atau

penyakit yang

diakibatkan terlalu

3 minggu x 5

pertemuan

• Buku Paket

Biologi kelas

VII

• Referensi

jurnal atau

artikel dari

internet

• Lembar Kerja

Siswa (LKS)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

68

mengandung zat

aditif ?

• Bagaiaman proses

pembuatan

makanan atau

minuman tersebut ?

Pengumpulan data

• Siswa mengkaji zat

aditif yang ada

dalam kehidupan

sehari-hari

Pengolahan data

• Siswa melakukan

diskusi kelompok

dengan

menggunakan

artikel atau jurnal

mengenai proses

pembuatan teh dan

mekanisme dalam

mengkal radikal

bebas

Pembuktian

• Siswa

memverifikasi hasil

pengamatan

dengan data-data

banyak

mengkonsumsi zat

aditif dan zat

adiktif

• Menemukan solusi

pengganti zat aditif

buatan

• Menjelaskan

dampak pengunaan

zat aditif dan

adiktif bagi

kesehatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

69

4.6 Menyajikan data,

informasi dan

mengusulkan ide

pemecahan masalah

untuk menghindari

terjadinya

penyalahgunaan zat

aditif dalam makanan

dan zat adiktif-

psikotropika

Menarik kesimpulan

• Mempresentasikan

hasil kerja LKS

kelompok di

depan kelas

mengenai

jurnal/artikel

mengenai

kandungan teh

• Membuat makalah

mengenai dampak

dan solusi

pengunaan zat

aditif dan zat

adiktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

70

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembeljaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Ngaglik

Mata Pelajaran : IPA Terpadu

Kelas / Semester : VIII / 1

Materi : Zat Aditif dan Zat Adiktif

Alokasi Waktu : 3 Minggu x 5 JP ( 1 JP x 45 menit )

A. KOMPETENSI INTI

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan

proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

71

KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret dan raha

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah

secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Kompetensi Dasar

3.6 Menjelaskan berbagai zat aditif

makan dan minuman, zat aditif,

serta dampaknya terhadap

kesehatan

4.6. Membuat karya tulis tentang

dampak penyalahgunaan zat

aditif dan zat adiktif bagi

kesehatan.

Indikator

3.6.1 Menerangkan pengertian zat

aditif dan adiktif

3.6.2 Mengidentifikasicontoh makanan

dan minuman yang memiliki

kandungan zat aditif dan adiktif

dalam kehidupan sehari-hari

3.6.3 Menemukan solusi pengganti zat

aditif buatan

3.6.4 Menjelaskan dampak pengunaan

zat aditif dan adiktif bagi

kesehatan

4.6.1 Membuat makalah mengenai

dampak penggunaan zat aditif

buatan dan zat adiktif bagi

kesehatan

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, model

pembelajaran discovery learning, metode pembelajaran diskusi dan presentasi,

siswa dapat menjelaskan pengertian zat aditif dan zat adiktif, mengklompokkan

contoh makanan dan minuman yang memiliki kandungan zat aditif dan adiktif

dalam kehidupan sehari-hari, menemukan solusi pengganti zat aditif buatan,

menjelaskan dampak pengunaan zat aditif buatan dan adiktif bagi kesehatan, dan

membuat poster mengenai dampak pengunaan zat aditif buatan dan zat adiktif

bagi kesehatan serta menunjukkan sikap teliti, jujur dan kerja sama selama

pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

72

D. MATERI PEMBELAJARAN

1. Faktual : Jenis-jenis zat aditif dan adiktif

2. Konseptual :

• Pengganti zat aditif buatan

• Dampak penggunaan zat aditif dan adiktif

3. Prosedural : Pengamatan zat aditif dan zat adiktif dalam makanan dan

minuman

4. Metakognitif : Fungsi radikal bebas bagi tubuh

E. METODE PEMBELAJARAN

Model pembelajaran : Discovery Learning

Metode : Tanya jawab, wawancara dan diskusi

F. MEDIA PEMBELAJARAN

• Worksheet atau lembar kerja siswa (LKS)

• Lembar penilaian

• LCD Proyektor

G. SUMBER BELAJAR

• Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017.Ilmu Pengetahuan Alam

SMP/MTs Kelas VIII Semester 1. Pusat Kurukulum sdan Perbukuan Kemdikbu.

Balitbang.

• Internet

• Buku reverensi yang relevan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

73

H. LANGKAH PEMBELAJARAN

1. Pertemuan 1 ( 2 JP x 45 menit )

Tahap Kegiatan Pembelajaran Proses Saintifik

Pendahuluan

(10 menit)

a. Apersepsi

b. Motivasi

c. Orientasi

d. Mengorganisasi

- Salam pembuka, mengecek kehadiran dan

kesiapan siswa

- Guru menayangkan gambar / foto produk-

produk yang mengandung zat aditif alami

dan buatan

- Guru mengajukan pertanyaan :

➢ identifikasi dari gambar tersebut?

➢ Bagaimana produk tersebut dapat

dihasilkan?

➢ Guru memberikan masalah : apa yang

membuat es teh minuman menjadi manis?

- Guru mengingatkan tugas membaca buku

terkait materi yang akan dibahas yaitu

tentang jenis-jenis zat aditif

- Guru menanyangkan tujuan/ruang lingkup

materi yang akan dibahas

- Siswa diminta membentuk kelompok yang

terdiri dari 4 orang

Kegiatan Inti

(70 menit)

Pemberian rangsangan

- Siswa mencermati beberapa makanan dan

minuman seperti kue lapis ijo permen, dan

teh botol

- Siswa dipandu untuk memunculkan

pertanyaan terkait makanan dan minuman

yang dilihat

Identifikasi masalah

- Guru mengajukan pertanyaan :

• Apakah kalian (siswa)pernah makan

produk yang mengandung zat aditif?

Mengamati

Menanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

74

Tahap Kegiatan Pembelajaran Proses Saintifik

• Apakah bahan dasar yang digunakan

dalam pembuatan minuman atau makanan

tersebut ?

• Kandungan apa yang terdapat di dalam

makanan dan minuman tersebut ?

Pengumpulan data

- Siswa berdiskusi bersama kelompok

merumuskan dugaan untuk menjawab kasus

di atas, berdasarkan literatur

Pengolahan data

- Siswa mengkaji zat aditif yang ada dalam

kehidupan sehari-hari yang dibagikan setiap

kelompok (sesuai LKS)

Pembuktian

- Siswa memverifikasi hasil pengamatannya

dengan data-data atau teori pada buku

sumber yang valid juga dapat dengan

ceramah yang diberikan guru secara global

Menarik kesimpulan

- Siswa menyimpulkan hasil diskusi mengani

kajian

- Perwakilan kelompok mempresentasikan

hasil diskusi dan kelompok lain menanggapi

- Guru memberi klarifikasi bila ada yang

belum tepat dan memberi penguatan pada

hasil presentasi yang sudah keluar

- Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan

hal-hal yang dirasa belum jelas

Menalar

Mencoba

Mengomunikasikan

Tahap Penutup

(10 menit)

a. Merangkum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

75

Tahap Kegiatan Pembelajaran Proses Saintifik

b. Evaluasi

c. Refleksi

d. Arahan/ tindak

lanjut

- Siswa diminta menyimpulkan apa yang telah

dipelajari

- Siswa mengerjakan kuis terkait materi yang

telah dibahas

- Siswa diminta mengungkapkan apa manfaat

yang diperoleh setelah mempelajari materi

- Siswa diminta membawa artikel mengenai

antioksidan pada makanan salah satu contoh

yang mandung antioksidan tinggi adalah teh,

mengenai kandungan dan manfaat teh

2. Pertemuan II ( 3 JP x 45 menit )

Tahap Kegiatan Pembelajaran Proses Saintifik

Pendahuluan

(7 menit)

a. Apersepsi

b. Motivasi

c. Orientasi

d. Mengorganisasi

- Salam pembuka, mengecek kehadiran dan

kesiapan siswa

- Guru mengajukan pertanyaan :

➢ Bagaimana proses pembuatan teh di

dalam artikel yang kalian bawa?

- Guru memperlihatkan produk teh dan

memberikan pertanyaan kandungan teh dan

manfaatnya menangkal radikal bebas

- Guru mengingatkan tugas membaca buku

terkait materi yang akan dibahas yaitu

antioksidan

- Guru menayangkan tujuan/ ruang lingkup

materi yang akan dibahas

- Siswa diminta membentuk kelompok yang

terdiri dari 4 orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

76

Tahap Kegiatan Pembelajaran Proses Saintifik

Kegiatan Inti

(120 menit)

Pemberian rangsangan

- Siswa mencermati video proses pembuatan

teh

- Siswa dipandu untuk memunculkan

pertanyaan terkait video yang diamati

- Guru mengajukan pertanyaan :

• Siapa yang dapat menjelaskan ulang

prosedur pembuatan teh yang terdapat di

video?

Indetifikasi masalah

- Siswa berdiskusi merumuskan dugaan untuk

menjawab terkait fungsi pengeringan pada

pembuatan teh dan kandungan dalam teh

untuk menangkal radikal bebas

Pengumpulan data

- Siswa diminta untuk mencari dari internet

atau sumber belajar lainnya tentang solusi

penggantian pengawetan pada makanan

dengan pengeringan dan mengenai

kandungan apa saja yang terdapat di dalam

teh

Pengolahat data

- Siswa diminta melakukan kegiatan

mendaftar nama-nama pada kemasan produk

makanan kesukaan mereka dan menemukan

solusi pengganti zat afitif buatan menjadi

alami dan efek penyakit yang ditimbulkan

dalam zat aditif buatan

Pembuktian

- Siswa memverifikasi hasil pengamatannya

dengan data-data atau teori pada buku

Mengamati

Menanya

Menalar

Mencoba

Mengkomunikasikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

77

Tahap Kegiatan Pembelajaran Proses Saintifik

sumber yang valid juga dapat dengan

ceramah yang diberikan guru secara global

Menarik kesimpulan

- Siswa menyimpulkan hasil diskusi mengani

kajian

- Perwakilan kelompok diminta

mempresentasikan hasil diskusi, kelompok

lain menanggapi

- Guru memberi klarifikasi bila ada yang

belum tepat dan memberi penguatan pada

hasil presentasi yang sudah benar

- Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan

hal-hal yang dirasa belum jelas

Tehap Penutup

(8 menit)

a. Merangkum

b. Evaluasi

c. Refleksi

d. Arahan/ tindak

lanjut

- Siswa diminta menyimpulkan apa yang telah

dipelajari secara lisan

- Siswa mengerjakan kuis terkait materi yang

telah dibahas

- Siswa diminta mengungkapkan apa manfaat

yang diperoleh setelah mempelajari materi

- Siswa diminta menyiapkan alat untuk

membuat poster

I. PENILAIAN

Aspek Teknik Instrumen

Sikap Penilaian sesama teman Daftar cek lembar

observasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

78

Pengetahuan Non test dan Test Poster

Keterampilan Observasi Lembar observasi

J. Lampiran

1. Materi

2. Lembar kerja siswa (LKS)

3. Instrument penilaian dan rubrik penilaia

Yogyakarta, Juni 2019

Guru Biologi

Annisa Septarila Azza Jayanti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

79

Lampiran 7. Materi pembelajaran

A. Zat aditif

Bahan yang ditambahkan pada makanan bertujuan untuk meningkatkan

kualitas, keawetan, kelezatan, dan kemenarikan makanan atau minuman.

1. Bahan Pewarna

Bahan pewarna digunakan untuk mewarnai makanan agar lebih

menarik, bahan pewarna yang. Bahan pewarna dibagi menjadi 2

yaitu :

a. Pewarna alami adalah pewarna yang dapat diperoleh dari

alam, misalnya dari tumbuhan dan hewan. Banyak sekali

bahan-bahan disekitarmu yang dapat dipakai sebagai

pewarna alami. Daun suji dan daun pandan dipakai sebagai

pewarna hijau pada makanan. Pewarna alami memiliki ke

unggulan, yaitu umumnya lebih sehat untuk dikonsumsi

daripada pewarna buatan.

b. Pewarna buatan adalah zat warna yang mengandung bahan

kimia yang biasanya digunakan di dalam makanan atau

mewarnai makanan.

2. Pemanis

Pemanis dipakai untuk memenuhi rasa manis yang lebih kuat

pada bahan makan. Pemanis alami pada umunya dipakai adalah gula

pasir, gula kelapa, gula aren, gula lontar, dan bit. Senyawa yang

membuat manis tersebut adalah sukrosa. Selain pemanis alami, ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

80

juga beberapa pemanis buatan yang dapat menjadi alternatif untuk

menambah rasa pada makanan. Pemanis buatan merupakan produk

pangan yang manis seperti gula pada umumnya, namun rendah

kalori. Pemanis buatan ini antara lain, aspartame, sakarin,

asesulfam, dan siklamat.

3. Pengawet

Bahan pengawet makanan diperlukan untuk menjaga

kualitas bahan makanan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan

pengawetan makanan adalah untuk mempertahankan kondisi

lingkungan. Pada makanan untuk mencegah perkembangan

mikroorganisme atau mencegah terjadinya reaksi kimia tertentu.

Daya tahan makanan dapat diperpanjang melalui

pengawetan bahan pangan. Pengawetan bahan pangan dapat

dilakukan secara fisik, kimia dan biologi. Pengawetan bahan

makanan secara fisik dengan beberapa cara, yaitu pemanasan,

pendinginan, pembekuan, pengasapan, pengalengan dan

pengeringan. Pengawetan secara biologis dapat dilakukan dengan

fermentasi, peragian dan penambahan enzim. Pengawetan secara

kimia dapat dilakukan dengan penambahan bahan pengawet yang

diijinkan seperti asam benzoate, kalsium propionate, asam sorbat

dan natrium benzoate.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

81

4. Penyedap makanan

Penyedap makanan adalah bahan tambahan makanan yang

digunakan untuk meningkatkan cita rasa makanan. Penyedap rasa

diperoleh dari bahan alami maupun sintetis. Penyedap alami dapat

berupa bawang, lengkuas, pala, kaldu ayam dan kaldu sapi.

Penyedap rasa sintesis yang sering digunakan adalah monosodium

glutamate (MSG).

B. Zat adiktif

Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi

menyebabkan ketergantungan atau adiksi berefek ingin menggunakan terus

menerus.

1. Zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika, zat adiktif jenis ini

sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang termasuk zat

adiktif bukan narkotika dan psikotropika, yaitu : kafein dan nikotin.

2. Zat adiktif narkotika merupakan zat adiktif yang sangat berbahaya

dan pengunaanya dilarang di seluruh dunia. Narkotika akan

memberikan efek negatif pada tubuh, jika digunakan pengunanya

akan mengalami penurunan kesadaran, hilangnya rasa dan

menyebabkan ketergantungan mengulangi terus-menerus

menggunakan narkotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

82

3. Zat adiktif psikotropika merupakan zat atau obat baik alamiah atau

sintetis yang bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif,

berpengaruh selektif pada saraf pusat yang menyebabkan perubahan

khas pada aktivitas mental dan perilaku seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

83

Lampiran 8. Lembar kerja siswa 1

Lembar Kerja Siswa 1

Nama kelompok : 1.

2.

3.

4.

A. Judul : Zat Aditif dan Zat Adiktif

B. Tujuan :

1. Siswa mampu menjelaskan pengertian zat aditif dan zat adiktif

2. Siswa mampu mengidentifikasi zat aditif dan zat adiktif yang terkandung

didalam makanan atau minuman dalam kehidupan sehari-hari

C. Langkah Kerja

1. Buatlah kelompok terdiri dari 4 siswa!

2. Diskusikan gambar yang diperoleh dengan kelompok!

3. Perwakilan beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan

kelas!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

84

Topik diskusi mengenai zat aditif yang terdapat dalam makanan tersebut

No Gambar Keterangan

1.

2.

3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

85

4.

6.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

86

Lampiran 9. Lembar kerja siswa 2

Lembar Kerja Siswa 2

Nama kelompok : 1.

2.

3.

4.

A. Judul : Zat Aditif dan Zat Adiktif

B. Tujuan :

1. Siswa mampu menemukan solusi zat aditif buatan

2. Siswa mampu menjelaskan dampak pengunaan zat aditif buatan dan zat adiktif

bagi kesehatan

C. Langkah Kerja

1. Buatlah kelompok terdiri dari 4 siswa!

2. Diskusikan gambar yang diperoleh dengan kelompok!

3. Perwakilan beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan

kelas!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

87

Topik diskusi mengenai bahan atau cara apa yang dapat menggantikan

penggunaan zat aditif buatan ke zat aditif alami dan berikan contoh produk

yang dihasilkan.

No. Zat aditif alami Kegunaan

1.

Tempat menempel gambar

2.

Tempat menempel gambar

3.

Tempat menempel gambar

4.

Tempat menempel gambar

5.

Tempat menempel gambar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

88

Gambar dipotong dan ditempel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

89

Topik diskusi mengenai dampak penyakit yang ditimbulkan dari penggunaan zat

aditif buatan dan zat adiktif beserta pencegahan penyakit tersebut

No. Nama zat

Aditif / Adiktif

Penyakit Bahan Pencegah

Penyakit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

90

Lampiran 10. Format penilaian kognitif

Instrumen Penilaian Tes Tertulis

Indikator Level Kognitif No.

Soal

Bentuk

Soal C1 C2 C3 C4 C5 C6

3.6.1 Menjelaskan pengertian zat aditif

dan adiktif

1 Esai

3.6.2 Mengelompokan contoh makanan

dan minuman yang memiliki

kandungan zat aditif dan adiktif

dalam kehidupan sehari-hari

2 Esai

3.6.3 Menentukan solusi pengganti zat

aditif buatan

3 Esai

3.6.4 Menjelaskan dampak pengunaan zat

aditif buatan dan adiktif bagi

kesehatan

4,5 Esai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

91

Penilaian kognitif dengan pertanyaan tertulis

Jenjang Pendidikan : SMP Negeri 1

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/semester : VIII/1

Alokasi waktu : 1x45 menit

Jumlah soal : 5

1. Jelaskan pengertian zat aditif dan zat adiktif !

2. Kelompokkan gambar di bawah ini berdasarkan jenis zat aditif dan zat adiktif

!

3. Sebutkan 4 bahan yang dapat menggantikan penggunaan zat aditif buatan ke

zat aditif alami dan berikan contoh produk yang dihasilkan !

4. Sebutkan 4 jenis penyakit yang ditimbulkan jika terlalu banyak

mengkonsumsi zat aditif buatan dan zat adiktif !

5. Sebutkan 4 bahan yang dapat menangkal efek radikal bebas penyebab kanker

yang ditimbulkan dari zat adiktif dan aditif !

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

92

Kunci Jawaban

Nomor

soal

Jawaban

1 - Zat aditif : zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses

produksi, pengemasan dan penyimpanan untuk maksud tertentu

- Zat adiktif : zat-zat kimia yang dapat menimbulkan kecanduan

atau ketagihan

2 Zat aditif :

Zat adiktif :

3 Pandan : menghasilkan warna hijau pada makanan

Gula : memberikan rasa manis pada makanan atau minuman

Penggaraman : pengawetan pada ikan

Pengeringan : pengawetan pada teh atau makanan

4 - Formalin : kanker, penyakit jantung dan radang hidung kronis

- Boraks : kerusakan ginjal, gangguan pada otak dan hati

- Nikotin : bronchitis, efisema dan infeksi tenggorokan

- Kafein : gagal ginjal dan penyakit jantung

5 - Daun the

- Daun kumis kucing

- Buah apel

- Buah kiwi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

93

Rubrik Penilaian Kognitif

Nomor

soal

Skor Aspek

1 0 Tidak menjawab

5 Jika hanya menjelaskan salah satunya saja

10 Menjawab keseluruhan dengan benar dan lengkap

2 0 Tidak menjawab

5 Hanya mengklompokkan satu gambar dengan benar

10 Hanya mengklompokkan dua gambar dengan benar

15 Hanya mengklompokkan tiga gambar dengan benar

20 Menjawab keseluruhan dengan benar

3 0 Tidak menjawab

10 Hanya menyebutkan 1 bahan

15 Hanya menyebutkan 2 bahan dan produk dengan benar

20 Hanya menyebutkan 3 bahan dan produk dengan benar

25 Menjawab keseluruhan dengan benar

4 0 Tidak menjawab

10 Hanya menyebutkan jenis zat aditif atau zat adiktif yang menimbulkan

penyakit dengan benar

15 Hanya menyebutkan 2 jenis zat aditif atau zat adiktif dan penyakit yang

ditimbulkan dengan benar

20 Hanya menyebutkan 3 jenis zat aditif atau zat adiktif dan penyakit yang

ditimbulkan dengan benar

25 Menjawab keseluruhan dengan benar

5 0 Tidak menjawab

5 Hanya menjawab satu bahan

10 Hanya menjawab 2 bahan yang benar

15 Hanya menjawab 3 bahan yang benar

20 Menjawab keseluruhan dengan benar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

94

Rekapitulasi Penilaian Kognitif

Jenjang Pendidikan : SMP Negeri 1

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/semester : VIII/1

Alokasi waktu : 1x45 menit

Jumlah soal : 5 esai

No Nama Siswa Skor Butir Soal Total skor Nilai

1 2 3 4 5

1

2

3

Dst

Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

95

Lampiran 11. Format penilaian afektif

Instrumen Penilaian

No Aspek yang dinilai Skor

20 40 60 80

1 Bertanggung jawab dalam masing-masing

tugas yang sudah diberikan

2 Bekerja sama dalam pembuatan poster

3 Keseriusan dalam pengerjaan tugas

4 Disiplin dalam pengumpulan poster

5 Mendengarkan teman kelompok berbicara

Jumlah

Total

Nilai akhir

Nilai = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

5

Kriteria penilaian

20 = Kurang (K)

40 = Cukup (C)

60 = Baik (B)

80 = Sangat baik (SB)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

96

Rubrik Penilaian

No Aspek Kriteria Aspek

1 Bertanggung jawab

dalam masing-

masing tugas yang

diberikan

Tidak membantu mengerjakan tugas 20

Membantu mengerjakan tugas tetapi tidak

selesai

40

Membantu mengerjakan tugas tetapi tidak

serius

60

Mengerjakan tugas dengan baik dan

menyelesaikannya

80

2 Bekerja sama

dalam pembutan

poster

Tidak berdiskusi dan tidak terlihat

kompak

20

Ada beberapa anggota kelompok yang

tidak ikut berpartisipasi

40

Terlihat sedikit kompak tetapi tidak

adanya koordinasi yang bai kantar

anggota kelompok

60

Menyelsaikan permasalahan kelompok

dengan berdiskusi bersama

80

3 Keseriusan dalam

pengerjaan tugas

Tidak serius dalam mengerjakan tugas

dan kelompok tidak kondusif sama sekali

20

Mengerjakan tugas tetapi beberapa siswa

terlihat hanya bermain

40

Sedikit serius mengerjakan tugas tetapi

masih bisa kondusif

60

Mengerjakan tugas dengan serius

Bersama anggota kelompok

80

4 Disiplin dalam

pengumpulan

poster

Tidak mengumpulkan tugas sama sekali 20

Mengumpulkan tugas sering terlambat 40

Mengumpulkan tugas ada yang tepat

waktu ada yang tidak

60

Mengumpulkan tugas tepat waktu 80

5 Mendengarkan

teman kelompok

ketika berbicara

Kelompok lain berbicara dan hanya

bermain

20

Bermain dengan anggota kelompok tetapi

masih bisa memperhatikan dan

mendengarkan kelompok lain

40

Focus siswa mudah teralihkan tetapi

masih menghargai teman yang bebicara

60

Mendengarkan dan memberi tanggapan

bila dirasa kurang jelas

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

97

Rekapitulasi Penilaian Afektif

No Nama

siswa

Skor ativitas siswa Jumlah Nilai

Tanggung

jawab

Bekerja

sama

Keseriusan

tugas

Disiplin Mendeng

arkan

1

2

3

Dst.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

98

Lampiran 12. Format penilaian psikomotorik

Instrumen Penilaian

No. Aspek yang dinilaI Skor

Tahapan Deskripsi kegiatan 20 40 60 80

1 Persiapan Persiapan tema dan judul

Persiapan alat dan bahan

2 Hasil Keserasian tulisan dan gambar

Bahasa yang digunakan

mencakup aspek zat aditif dan zat

adiktif

Ketepatan waktu pengumpulan

Jumlah

Total

Nilai Akhir

Keterangan penilaian :

20 = tidak baik

40 = kurang baik

60 = baik

80 = sangat baik

Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

99

Rubrik Penilaian Psikomotorik

No Tahapan Deskrispsi

kegiatan

Kriteria Skor

1 Persiapan Persiapan judul

(1)

Tidak mempersiapakan judul dan

identitas

20

Menuliskan identitas saja 40

Menuliskan judul besar dan identitas

makalah tetapi belum tepat

60

Menuliskan judul dan identitas makalah

yang akan dipakai dengan tepat

80

Persiapan judul

(2)

Tidak menyiapkan alat dan bahan bacaan

yang digunakan untuk membuat makalah

20

Sudah menyiapkan bahan bacaan untuk

membuat makalah

40

Sudah mengumpulkan alat bahan bacaan

untuk membuat makalah tetapi belum

lengkap

60

Alat dan bahan bacaan pembuatan

makalah sudah lengkap

80

2 Hasil Isi yang

terkandung

Isi tidak mencakup aspek 20

Isi mencakup 1 aspek 40

Isi mencakup 3 aspek 60

Isi mencakup dampak pengunaan zat

aditif, dampak pengunaan zat adiktif,

pencegahan pengunaan zat aditif dan

ppencegahan pengunaan zat adiktif

80

Bahasa yang

digunakan (2)

Bahasa yang digunakan tidak baik dan

berbelit

20

Bahasa yang digunakan kurang baik dan

berbelit

40

Bahasa yang digunakan cukup baik dan

berbelit

60

Bahsa yang digunakan baik dan benar 80

Ketepatan

waktu

pengumpulan

(3)

Mengumpulkan makalah terlambat lebih

dari 3 hari

20

Mengumpulkan makalah terlambat tidak

lebih dari 3 hari dan alasan digunakan

tidak masuk akal

40

Mengumpulkan makalah terlambat tidak

lebih dari 3 hari dan alasan digunakan

masuk akal

60

Mengumpulkan tugas dengan tepat waktu 80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

100

Rekapitulasi Penilaian psikomotorik

Jenjang Pendidikan : SMP Negeri 1

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/semester : VIII/1

Materi : zat aditid dan zat adiktif

No Nama Siswa Kegiatan Jumlah Skor Nilai Akhir

I II III

1

2

3

4

Dst.

Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100

Penilaian Makalah

Aspek yang dinilai Keterangan Skor

I. Judul makalah Judul makalah jelas 3

Identitas makalah jelas 3

II. Bagian Teks

Utama Makalah

Bagian pendahuluan

Berisikan informasi yang melatarbelakangi

permasalahan yang dibahas secara teoritik

10

Mendiskripsikan masalah atau tujuan penulisan

makalah

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP …

101

Menuliskan manfaat dari materi yang dikaji 10

Bagian inti

Memaparkan materi yang relevan dengan

masalah yang telah dipaparkan

10

Penjelasan diperjelas dengan gambar yang

disertai dengan pembahasan

10

Bagian penutup

Memberikan kesimpilan atau ringkasan dalam

pembahasan

10

Memberikan saran sehubungan dengan masalah

yang dibahas

10

III. Sistematika

Makalah

Sistematika makalah

Kata pengatar dan daftar pustaka 10

Pendahuluan berisi : latar belakang, penulisan

makalah dan tujuan

3

Bagian Inti berisi topik bahasan 3

Bagian penutup bersi kesimpulan dan saran 3

Daftar pustaka dan lampiran 5

JUMLAH SKOR MAKSIMAL 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI