kromatografi kertas
DESCRIPTION
laporan hasil percobaan kromatografi kertas laboratorium kimia analisaTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga saya selaku praktikan dapat melaksanakan praktikum dan
pembuatan laporan pada Praktikum Kimia Analisa di Laboratorium Kimia Analisa
dengan baik.
Laporan ini kami susun berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di dalam
Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera
Utara yang di bimbing oleh Firman Arsurya, selaku asisten dan ditambahkan dengan
teori-teori Kromatografi Kertas.
Dalam kesempatan ini saya turut juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak- pihak yang telah banyak membantu saya dalam penyusunan Laporan
ini. Pihak-pihak yang dimaksud antara lain adalah :
1. Kepala Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia II Ir. Netti Herlina, MT.
2. Asisten Laboratorium Kimia Analisa modul Kromatografi Kertas Firman
Arsurya.
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
4. Teman-teman dari kelompok IX yaitu, Kherliyanda Febriani dan Mutiara
Mendopa yang telah memberikan saran dan bantuannya sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini.
Demikian praktikan juga menyadari apa yang ada dalam laporan ini masih
jauh dari sempurna. Adapun kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga praktikan dapat
lebih menyempurnakan laporan ini. Praktikan berharap semoga laporan ini ada
manfaatnya bagi pihak-pihak yang membacanya.
Medan, 2012
Praktikan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................1
1.2 PERUMUSAN MASALAH..................................................................................1
1.3 TUJUAN PERCOBAAN......................................................................................1
1.4 MANFAAT PERCOBAAN..................................................................................1
1.5 RUANG LINGKUP PERCOBAAN.......................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 KROMATOGRAFI.............................................................................................3
2.2 JENIS-JENIS KROMATOGRAFI..........................................................................5
2.3 PRINSIP KROMATOGRAFI KERTAS..................................................................7
2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA RF...................................8
2.5 APLIKASI KROMATOGRAFI KERTAS DALAM INDUSTRI “ IDENTIFIKASI ZAT
RHODAMIN B PADA MAKANAN”...............................................................................9
BAB III BAHAN DAN PERALATAN....................................................................11
BAHAN DAN FUNGSI...............................................................................................11
3.2 PERALATAN DAN FUNGSI.............................................................................13
3.3 GAMBAR ALAT..................................................................................................14
BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN........................................................................16
4.1 PROSEDUR PERCOBAAN................................................................................16
4.2 FLOWCHART PERCOBAAN............................................................................17
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................19
5.1 HASIL PERCOBAAN.......................................................................................19
5.2 PEMBAHASAN...............................................................................................19
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................21
6.1 KESIMPULAN................................................................................................21
6.2 SARAN..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen campuran tersebut diantaranya dua fase, yaitu fase diam
dan fase bergerak. Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fase
bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Dalam kromatografi fase bergerak dapat
berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair (Subekti,
2011). Banyaknya macam – macam kromatografi yang salah satunya adalah
kromatografi kertas.
Berbagai jenis pemisahan yang sederhana dengan kromatografi kertas telah
dikerjakan dimana prosesnya dikenal sebagai “analisis kapiler”. Metode - metode
seperti ini sangat bersesuaian dengan kromatografi serapan, dan sekarang
kromatografi kertas dipandang sebagai perkembangan dari sistem partisi. Salah satu
zat padat dapat digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu bubuk selulosa
(Christiant, 2012).
Kromatografi kertas dilakukan untuk memisahkan zat dalam campuran yang akan
dihitung nilai Rf nya. Kemudian dilakukan perbandingan Rf secara teori yang
berguna untuk membuktikan adanya kandungan zat tersebut di dalam suatu
campuran.
1.2 Perumusan Masalah
Menentukan nilai Rf dari hasil percobaan larutan sampel Nikel klorida (NiCl2)
kedalam larutan pengembang (Aseton : HCl : Air = 80 ml : 10 ml : 10 ml).
1.3 Tujuan Percobaan
Memisahkan kation-kation Co2+ , Mn2+ , Zn2+ , dan Ni2+ berdasarkan sistem partisi
cair-cair menggunakan kromatografi kertas dan penetapan nilai Rf.
1.4 Manfaat Percobaan
1. Kita dapat mengetahui cara kerja kromatografi kertas.
2. Kita dapat mengetahui nilai Rf dari hasil percobaan.
3. Kita dapat mengetahui faktor yang menentukan harga Rf.
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analisa Departemen Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dengan kondisi ruangan :
Tekanan : 760 mmHg
Suhu : 30 °C
Adapun bahan-bahan yang digunakan selama percobaan ini adalah sampel yaitu
NiCl2 yang mengandung 25 mg/ml, sebanyak 10ml. Dan larutan pengembang yaitu
Aseton : HCl : Air = 80 ml :10 ml : 10 ml. Sedangkan peralatan-peralatan yang
digunakan selama percobaan ini adalah beaker glass, cawan, gelas ukur, kertas
saring, neraca bahan, pipet tetes, penggaris, spatula dan tusuk gigi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kromatografi
Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari
Botani Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dari
pigmen - pigmen lain pada ekstrak tanaman. Kromatografi berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu chromos yang berarti warna
dan graphos yang berarti menulis. Meskipun kromatografi diturunkan dari
kata warna dan tulis, warna senyawa-senyawa tersebut jelas hanya kebetulan saja
terjadi dalam proses pemisahan ini. Tswett sendiri mengantisipasi penerapan pada
beraneka ragam sistem kimia. Seandainya karyanya segera ditanggapi dan diperluas,
beberapa bidang sains mungkin akan lebih cepat maju. Demikianlah kromatografi
tetap tersembunyi sampai sekitar tahun 1931, ketika pemisahan karotena tumbuhan
dilaporkan oleh ahli sains organik terkemuka. Penelitian ini menarik lebih banyak
perhatian dan kromatografi adsorsi menjadi meluas pemakaiannya dalam bidang
kimia hasil alam.
Seiring perkembangan zaman, terdapat 4 perkembangan utama yaitu :
1. Kromatografi pertukaran ion dalam akhir dasawarsa 1930-an
2. Kromatografi partisi dalam tahun 1941
3. Kromatografi gas pada tahun 1952
4. Kromatografi gel pada tahun 1959
Selain kemajuan utama ini, yang memberi mekanisme tambahan pada adsorpsi
untuk mendistribusikan zat terlarut antara fase - fase stationer dan mobil, muncul
juga modifikasi dalam geometri sistem kromatografi, seperti dalam kromatografi
kertas dan kromatografi lapis tipis.
Perkembangan teoritis yang memungkinkan pemahaman tuntas akan proses
kromatografi dan karenanya menjelaskan faktor - faktor yang menentukan
penampilan kolom, pertama kali muncul dalam hubungan dengan kromatografi gas.
Namun pandangan-pandangan tertentu diantaranya terbukti dengan penyesuaian
yang cocok, sama menolongnya dengan memahami kromatografi dalam mana fase
geraknya adalah cairan. Jadi sekitar tahun 1968 mulailah suatu revolusi dalam
kromatografi cairan yang menjanjikan kecepatan dan efisiensi baru dalam
memisahkan senyawa yang tak dapat dikerjakan dengan kromatografi gas ( Aphiin,
2012).
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, di mana komponen-
komponen yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa, salah satu fasa tersebut
adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai
fluida yang mengalir lembut di sepanjang landasan stasioner. Fasa stasioner bisa
serupa padatan maupun cairan, sedangkan fasa bergerak bisa berupa cairan maupun
gas. Dalam semua teknik kromatografi, zat - zat terlarut yang dipisahkan bermigrasi
sepanjang kolom (seperti dalam kromatografi kertas atau lapis tipis, ekivalen fisik
kolom), dan tentu saja dasar pemisahan terletak dalam laju perpindahan yang
berbeda.
Metode kromatografi adalah teknik yang efektif dan dapat digunakan untuk
memisahkan komponen yang sulit dipisahkan dengan metode lain. Berdasarkan
proses terjadi, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi partisi, ditemukan
dalam kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis, kromatografi adsorpsi,
ditemukan dalam kromatografi kolom, kromatografi pertukaran ion dan kromatografi
eklusi.
Beberapa zat yang diteteskan pada kertas dapat bergerak pindah lebih cepat
daripada yang lain. Kelarutan suatu partikel terhadap pelarutnya mempengaruhi
kecepatan perpindahan tersebut. Semakin mudah suatu partikel larut, semakin cepat
pula laju geraknya. Suatu campuran pewarna dapat dipisahkan dengan teknik
kromatografi karena adanya perbedaan kelarutan antara zat penyusun campuran
pewarna tersebut. Selain itu, kecepatan bergerak partikel penyusun sangat
dipengaruhi oleh ukuran partikel penyusunnya. Partikel penyusun yang lebih akan
bergerak lebih cepat daripada partikel penyusun yang berukuran lebih besar .
Pengukuran uji kromatografi dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kuantitatif, perbandingan jarak yang ditempuh oleh suatu warna dengan jarak
pelarut disebut dengan Rf. Variasi jumlah Rf menunjukkan banyaknya komponen
penyusun campuran yang sedang kita pisahkan dengan metode kromatografi ini.
Berbagai nilai Rf ini kita bandingkan satu sama lain. Nilai Rf yang terbesar dimiliki
oleh komponen penyusun yang memiliki ukuran partikel terkecil dan sebaliknya nilai
Rf yang terkecil adalah yang memiliki ukuran partikel penyusun terbesar (Rizki,
2010).
2.2 Jenis-Jenis Kromatografi
Jenis – jenis kromatografi adalah sebagai berikut :
1. Kromatografi Padatan Cair
Teknik ini tergantung pada teradsorpsinya zat padat pada adsorben yang polar
seperti silika gel atau alumina. Kromatografi lapisan tipis (TLC) adalah
salah satu bentuk dari LSC. Dalam KCKT kolom dipadati atau dipak dengan
partikel-partikel micro or macro particulate or pellicular (berkulit tipis 37 – 44
m). Sebagian besar dari KCKT sekarang ini dibuat untuk mencapai partikel-
partikelmicroparticulate lebih kecil dari 20 m. Teknik ini biasanya digunakan
untuk zat padat yang mudah larut dalam pelarut organik dan tidak terionisasi.
Teknik ini terutama sangat kuat untuk pemisahan isomer-isomer.
2. Kromatografi Partisi
Teknik ini tergantung pada partisi zat padat diantara dua pelarut yang tidak
dapat bercampur salah satu diantaranya bertindak sebagai rasa diam dan yang
lainnya sebagai fasa gerak. Pada keadaan awal dari kromatografi cair (LSC),
rasa diamnya dibuat dengan cara yang sama seperti pendukung pada
kromatografi gas (GC). Fasa diam (polar atau nonpolar) dilapisi pada suatu
pendukung inert dan dipak kedalam sebuah kolom. Kemudian rasa gerak
dilewatkan melalui kolom.Bentuk kromatografi partisi ini disebut kromatografi
cair cair (LLC).
Untuk memenuhi kebutuhan akan kolom-kolom yang dapat lebih tahan lama,
telah dikembangkan pengepakan fase diam yang berikatan secara kimia
dengan pendukung inert. Bentuk kromatografi partisi ini disebut kromatografi
fase terikat (Bonded Phase Chromatography atau biasa disingkat BPC). BPC
dengan cepat menjadi salah satu bentuk yang paling populer dari KCKT.
Kromatografi partisi (LLC dan BPC), disebut "fase normal" bila fase diam lebih
polar dari fase gerak dan "fase terbalik" bila fase gerak lebih polar dari pada fase
diam.
3. Kromatografi Penukar Ion
Teknik ini tergantung pada penukaran (adsorpsi) ion-ion di antara fase gerak
dan tempat-tempat berion dari pengepak. Kebanyakan mesin-mesin berasal
dari kopolimer divinilbenzen stiren dimana gugus-gugus fungsinya telah
ditambah. Asam sulfonat dan amin kuarterner merupakan jenis resin pilihan
paling baik untuk digunakan keduanya, fase terikat dan resin telah digunakan.
Teknik ini digunakan secara luas dalam life sciences dan dikenal untuk
pemisahan asam-asam amino. Teknik ini dapat dipakai untuk keduanya kation
dan anion.
4. Kromatografi Eklusi
Teknik ini unik karena dalam pemisahan didasarkan pada ukuran molekul
dari zat padat. Pengepak adalah suatu gel dengan permukaan berlubang - lubang
sangat kecil yang inert. Molekul - molekul kecil dapat masuk dalam jaringan dan
ditahan dalam fase gerak yang menggenang (stagnat mobile phase). Molekul-
molekul yang lebih besar, tidak dapat masuk ke dalam jaringan dan lewat
melalui kolom tanpa ditahan.
Kromatografi eksklusi mempunyai banyak nama, yang paling umum disebut
permeasi gel (GPC) dan filtrasi gel. Apapun namanya, mekanismenya tetap
sama. Dalam bidang biologi, Sephadex, suatu Cross-linked dextran gel, telah
digunakan secara luas, hanya pengepak keras dan semi keras (polistiren, silika,
glass) yang digunakan dalam KCKT. Dextran gel lunak tidak dapat menahan
kinerja diatas 1 atau 2 atmosfer. Teknik ini dikembangkan untuk analisis
polimer-polimer dan bahan-bahan biologi, terutama digunakan untuk rnolekul-
molekul kecil.
5. Kromatografi Pasangan Ion
Kromatogtafi pasangan ion sebagai penyesuaian terhadap KCKT termasuk
baru, pemakaian pertama sekali pada pertengahan tahun 1970. Diterimanya IPC
sebagai metode baru KCKT merupakan hasil kerja Schill dan kawan-kawan dan
dari beberapa keuntungan yang unik. Kadang-kadang IPC disebut juga
kromatografi ekstraksi, kromatografi dengan suatu cairan penukar ion dan
paired ion chromatography (PIC). Setiap teknik-teknik ini mempunyai dasar
yang sama.
Popularitas IPC muncul terutama sekali dari keterbatasan IEC dan dari
sukanya menangani sampel-sampel tertentu dengan metode-metode LC
lainnya (seperti senyawa yang sangat polar, senyawa yang terionisasi secara
kompleks dan senyawa basa kuat).
IPC dapat dilaksanakan dalam dua tipe yaitu fase normal dan fase balik. Fase
diam dari fase balik IPC dapat terdiri dari suatu pengepak silika yang
disilanisasi (misalnya C8 atau C18 Bonded Phase) atau dari suatu pengepak
yang diperoleh secara mekanik, fase organik yang tidak dapat bercampur dengan
air seperti 1pentanol. Fase diam yang dipakai adalah Cs atau CIS BPC Packing.
Fase gerak terdiri dari suatu larutan bufer (ditambah suatu kosolven organik
seperti metanol atau asetonitril untuk pemisahan fase terikat) dan suatu
penambahan ion tanding,yang muatannya berlawanan dengan molekul sampel.
Kekuataan solven baik dalam fase normal ataupun fase balik IPC dapat juga
divariasi dengan merubah polaritas fase gerak. Untuk sistem fase balik IPC
tanpa penambahan fase diam organik, campuran air dengan salah satunya
metanol atau asetonitril biasanya digunakan sebagai fase gerak. Bila persentase
air dikurangi, maka pelarut menjadi lebih kuat dan harga k' sampel berkurang.
Selain dari pada menaikkan konsentrasi ion tanding, menaikkan kekuatan
ionik di dalam fase air biasanya mengurangi pembentukan pasangan-pasangan
ion, sebagai suatu hasil kompetisi dari ion-ion sekunder dalam membentuk
pasangan - pasangan ion dengan ion tanding. Maka suatu kenaikan atau
pertambahan kekuatan ionakan menurunkan harga k' pada IPC fase balik dan
akan meninggikan harga k' pada rase normal IPC. Satu studi membuktikan
bahwa 2 sampai 3 kali lipat perubahan k' untuk setiap menggandakan kekuatan
ion. Ion-ion sekunder yang muatannya sama dengan muatan ion sampel (misal :
kationik atau anionik) mempunyai efek yang paling besar pada harga k' sampel.
Dalam suatu studi meliputi pemisahan anion - anion sampel dengan IPC, efek
dari ion-ion sekunder terhadap k' bertambah dalam urutan
NO3<br<c1<so4-2</br<c1<so (Rampengan, 2010).
2.3 Prinsip Kromatografi Kertas
Percobaan kali ini digunakan kromatografi partisi, yaitu kromatografi kertas.
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat
diterapkan pada sistem multi komponen. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi
berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara
fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi
pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar
partikel yang teradsorbsi. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas
yang kemudian dimasukkan dalam botol kromatografi. Kemudian dasar kertas
kromatografi Whatman dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah.Fasa
mobil (pelarut) dapat saja beragam (Rizki, 2010).
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Rf
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga Rf, yaitu :
1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan –
perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan
perubahan – perubahan harga Rf.
2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan
aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari
atmosfer sehingga mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen –
komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi
perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas,
maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan
komposisi mempengaruhi harga Rf.
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan
serapan, yang berbeda untuk macam – macam kertas. Kertas mempengaruhi
kecepatan aliran juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalamai partisi diantara volume –
volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu
mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hinggaa
terhadap harga Rf mereka (Leany, 2012).
2.5 Aplikasi Kromatografi Kertas Dalam Industri “ Identifikasi Zat Rhodamin
B Pada Makanan”
Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal dalam industri makanan
untuk meningkatkan daya tarik produk makanan tersebut, sehingga konsumen
tergugah untuk membelinya. Warna seperti halnya citarasa, juga merupakan
suatu pelengkap daya tarik makanan, minuman serta bumbu masak. Penambahan
zat warna dalam makanan, minuman serta bumbu masak seperti cabe giling
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap selera dan daya tarik
konsumen.
Salah satu contoh bahan kimia berbahaya yang digunakan produsen makanan
yang perlu diwaspadai konsumen adalah zat pewarna Rhodamin B. Rhodamin B
adalah bahan kimia yang digunakan utnuk pewarna merah pada industri tekstil
plastik dan kain. Kelebihan dosis Rhodamin B dapat menyebabkan kanker,
keracunan, iritasi paru – paru, mata, tenggorokan, hidung dan usus.
Deteksi zat pewarna alami sintetik dapat dilakukan secara sederhana. Ide
dengan metode sederhana ini didasarkan pada kemampuan zat pewarna tekstil
yang berbeda dengan zat pewarna makanan sintesis, diantaranya karena daya
kelarutannya dalam air yang berbeda. Zat pewarna tekstil bersifat tidak mudah
larut dalam air.
Sedangkan prinsip kerjanya adalah kromatografi kertas dengan pelarut air
(PAM, destilata atau air sumur). Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas
rembesan (elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat – zat pewarna yang
larut dalam air (zat pewarna makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat
pewarna tekstil.
Cara kerja analisa ini adalah melarutkan suatu zat pewarna yang dicurigai ke
dalam air destilat, sehingga didapat konsentrasi 1,0 mg/ml atau 1 g/l, kemudian
larutan tersebut diteteskan (spot) pada ± 2 cmdari ujung kertas saring yang
berukuran 20 x 20 cm. Selanjutnya kertas saring tersebut dimasukkan ke dalam
gelas yang telah diisi air secukupnya (diletakkan 1 – 1,5 cm dari dasar gelas).
Air akan terhisap secara kapiler atau merembes ke atas, dan air dibiarkan
merembes sampai ¾ tinggi gelas. Kertas saring diangkat dan dikeringkan di
udara. Setelah kering, kertas dilipat dua dan dilipat lagi menjadi tiga sehingga
terdapat 8 bagian antara spot asli dan batas pelarut. Hasilnya zat pewarna tekstil
praktis tidak bergerak pada tempatnya (Syaifuddin, 2009).
Gambar 2.1 Flowchart Identifikasi zat Rhodamin B
Larutan diteteskan ± 2 cm dari ujung kertas saring
Kertas saring dimasukkan ke dalam gelas berisi air
Air dibiarkan merembes sampai 34
tinggi gelas
Kertas dilipat dua
Kertas saring diangkat dan dikeringkan
Kertas saring dilipat lagi menjadi tiga
Diamati hasilnya
Mulai
Selesai
Zat pewarna dilarutkan ke dalam air destilat
BAB III BAHAN DAN PERALATAN
Bahan Dan Fungsi3.1.1 Larutan sampel
Fungsi : sebagai sampel yang ditotolkan pada kertas saring.
Larutan yang digunakan yaitu, NiCl2.
Sifat fisika :
1. Logam putih keperak – perakan yang berkilat, keras
2. Dapat ditempa dan ditarik
3. Bersifat feromagnetik
4. Titik leleh pada suhu 1420℃
5. Titik didih pada suhu 2900℃
Sifat Kimia :
1. Nikel bereaksi lambat dengan udara pada suhu kamar
2. Reaksi berlangsung cepat membentuk oksida NiO jika dibakar
3. Bereaksi dengan Cl2 membentuk NiCl2
4. Bereaksi dengan steam H2O membentuk oksida NiO
5. Bereaksi dengan HCl encer dan asam sulfat encer, yang reaksinya
berlangsung lambat
6. Tidak bereaksi dengan basa alkali
(Juner, 2011).
3.1.2 Larutan pengembang
Fungsi :sebagai larutan yang dibuat dalam bejana yang akan diserapkan
kedalam kertas saring. Larutan yang digunakan yaitu
Aseton : HCl : Air = 80 ml : 10 ml : 10 ml.
1. Asam Klorida (HCL)
Sifat Fisika :
1. Mempunyai massa atom 36,45
2. Mempunyai massa jenis 3,21 gr/cm3
3. Titik leleh -1010℃
4. Memiliki energy ionisasi 1250 kJ/mol
5. Kalor jenis 0,115 kal/gr℃
6. Pada suhu kamar, Hcl berbentuk gas yang tak berwrna
7. Berbau tajam
Sifat Kimia :
1. HCL akan berasap tebal di udara lembab
2. Gasnya berwarna kuning dan berbau merangsang
3. Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform dan eter
4. Merupakan oksidator kuat
5. Berafinitas besar sekali terhadap unsur – unsur lainnya
6. Racun bagi pernapasan
(Anwar, 2009).
2. Aseton
Sifat Fisika:
1. Berbentuk cairan bening tidak berwarna sampai coklat berbau
almond
2. Berat molekul 85,11
3. Titik beku -6 s/d -4° F (-21 s/d -20° C)
Sifat Kimia:
1. Terurai di dalam air
2. Larut dalam aseton, alcohol, chloroform, eter
3. Tidak larut dalam karbon disulfida, petroleum eter
(Ika, 2010).
3. Air
Sifat Fisika:
1. Mempunyai tiik didih yang tinggi
2. Massa jenis yang lebih kecil dalam keadaan beku bila dibandingkan
dengan keadaan cair
3. Tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
4. Memiliki 3 fasa yang berbeda yaitu padat, cair dan gas
5. Mempunyai tegangan permukaan yang sangat tinggi
Sifat kimia:
1. Bersifat polar karena adanya perbedaan muatan
2. Sebagaui pelarut yang baik
3. Bersifat netral dalam keadaan murni
4. Energi ikatan O – H = 450kJ/mol
(Fatimah, 2011).
3.1.3 Fe2S
Fungsi : sebagai senyawa yang digunakan untuk dilarutkan dengan HCl
untuk menghasilkan titik-titik pada kertas saring.
Sifat fisika Fe2S :
1. Padat dan berwarna keabu – abuan mengkilap
2. Massa jenis 7,86 g/cm3
3. Titik lebur : 1538℃
4. Titik didih : 2861℃
5. Kalor peleburan : 13,81 kJ/mol
Sifat kimia Fe2S :
1. Merupakan oksida amfoter
2. Bila direaksikan dengan HCL akan menghasilkan gas FeCl2
3. Elektronegatifitas 1,83 (skala Pauling)
4. Jari – jari atom : 140 pm
5. Teroksidasi dalam larutan asam
3.1.4 Asam Klorida (HCl)
Fungsi : sebagai pelarut untuk senyawa Fe2S.
3.2 Peralatan Dan Fungsi
3.2.1 Beaker Glass
Fungsi : Sebagai tempat meletakkan larutan pengembang.
3.2.2 Cawan
Fungsi :Sebagai tempat penguapan kertas saring yang telah kering dari
proses elusi.
3.2.3 Gelas Ukur
Fungsi : Untuk mengukur larutan yang digunakan.
3.2.4 Kertas saring
Fungsi : Sebagai tempat mentotolkan sampel dan sebagai alat pemisah.
3.2.5 Neraca Bahan
Fungsi : Menimbang bahan.
3.2.6 Penggaris
Fungsi :Mengukur jarak untuk membuat titik-titik di atas kertas saring.
Dan mengukur perbedaan jarak yang ditempuh komponen dan
pelarut.
3.2.7 Pipet Tetes
Fungsi : Untuk mengambil larutan dalam jumlah sangat sedikit.
3.2.8 Spatula
Fungsi : Mengambil bahan
3.2.9 Tusuk Gigi
Fungsi : Untuk mentotolkan sampel ke atas kertas saring.
3.3 Gambar Alat
Gambar 3.1 Beaker Glass Gambar 3.2 Cawan
Gambar 3.3 Gelas Ukur Gambar 3.4 Kertas Saring
Gambar 3.5 Neraca Bahan Gambar 3.6 Penggaris
Gambar 3.7 Pipet Tetes Gambar 3.8 Spatula
Gambar 3.9 Tusuk Gigi
BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN
4.1 Prosedur Percobaan
1. Disiapkan kertas saring dengan ukuran 10 cm x 15 cm ukurlah dari ujung
kertas dan tarik garis horizontal. Ditentukan titik – titik pada garis yang
berjarak 1,5 cm antara satu titik dengan titik lainnya. Titik-titik ini diperlukan
untuk tempat mentotolkan senyawa-senyawa yang ditotolkan yang tidak
melebihi diameter 5 mm. Sebaiknya gunakan tusuk gigi.
2. Dimasukkan larutan pengembang ke dalam beaker glass, dijenuhkan dan
tutup sebentar dengan aluminium foil.
3. Dibuat larutan NiCl2 yang mengandung 25 mg/ml, sebanyak 10 ml.
4. Ditotolkan sampel dengan tusuk gigi pada kertas saring. Laksanakan sistem
partisi cara kromatografi kertas ascending dari bawah ke atas.
5. Diamati hal yang terjadi.
6. Setelah elusi selesai dikeringkan untuk melihat komponen-komponen maka
spesimen diletakkan di atas cawan penguap yang mengeluarkan gas H2S.
Hasil yang diperoleh timbul noda-noda berwarna hitam.
7. Nilai Rf komponen akan diperoleh.
4.2 Flowchart Percobaan
Mulai
Diukur kertas saring 15cm x 10cm
Dibuat jarak dengan ukuran 2,5cm dari ujung kertas
Ditimbang 0,25 gram sampel
Dilarutkan dengan H2O dalam gelas ukur sebanyak
10ml
Dibuat larutan pengembang
(Aseton:HCl:Air = 80 ml:10 ml:10 ml) dalam
beaker glass
Ditutup larutan dengan aluminium foil.
Gas H2S dibuat dengan cara mereduksikan Fe2S dengan HCl.
A
Membuat titik – titik dengan jarak 1,5 cm antara satu titik dengan titik lainnya
Tidak
Ya
Gambar 4.1 Flowchart Percobaan
Ditotolkan sampel diatas kertas saring
Masukkan kertas saring kedalam beaker glass yang berisi larutan pengembang
Diamati apa yang terjadi
Setelah terjadi kenaikan jarak sampel dari posisi awal, kertas saring dikeringkan.
Gas H2S dilekatkan pada spesimen
Apakah timbul noda-noda hitam?
Dihitung nilai Rf
Selesai
A
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Percobaan
Dari percobaan di peroleh nilai Rf
Jarak yang ditempuh oleh komponen : 2,875 cm
Jarak yang ditempuh pelarut : 6,4 cm
Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yang ditempuh pelarut
= 2,875 cm6,4 cm
= 0, 4492
5.2 Pembahasan
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, di mana komponen-
komponen yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa, salah satu fasa
tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang lainnya
sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang landasan stasioner. Fasa stasioner
bisa serupa padatan maupun cairan, sedangkan fasa bergerak bisa berupa cairan
maupun gas. Dalam semua teknik kromatografi, zat-zat terlarut yang dipisahkan
bermigrasi sepanjang kolom (seperti dalam kromatografi kertas atau lapis tipis,
ekivalen fisik kolom), dan tentu saja dasar pemisahan terletak dalam laju
perpindahan yang berbeda.
Pengukuran uji kromatografi dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kuantitatif, perbandingan jarak yang ditempuh oleh suatu warna dengan jarak
pelarut disebut dengan Rf. Variasi jumlah Rf menunjukkan banyaknya komponen
penyusun campuran yang sedang kita pisahkan dengan metode kromatografi ini.
Berbagai nilai Rf ini kita bandingkan satu sama lain. Nilai Rf yang terbesar dimiliki
oleh komponen penyusun yang memiliki ukuran partikel terkecil dan sebaliknya
nilai Rf yang terkecil adalah yang memiliki ukuran partikel penyusun terbesar
(Rizki, 2010).
Tahap awal yang harus dilakukan adalah menyiapkan kertas saring dengan
ukuran 15 cm x 10 cm. Membuat jarak 2,5 cm dari ujung kertas lalu tarik garis
horizontal. Lalu membuat titik-titik dengan jarak 1,5 cm antara titik satu dengan titik
lainnya sebagi tempat mentotolkan sampel.
Tahap kedua yang harus dilakukan dalam percobaan kromatografi kertas yaitu,
menyiapkan larutan sampel, larutan pengembang dan larutan untuk penguapan.
Larutan sampel pada percobaan ini adalah NiCl2, sampel ditimbang 25mg/ml
sebanyak 10ml.Lalu membuat larutan pengembang (Aseton : HCl: Air = 80ml :
10ml : 10ml). Masukkan kedalam beaker glass dan tutup dengan aluminium foil.
Biarkan hingga jenuh.Tahap berikutnya membuat larutan untuk penguapan setelah
proses elusi selesai,pencampuran HCl + Fe2S H2S + FeCl.
Tahap ketiga yaitu mentotolkan sampel diatas kertas saring. Lalu masukkan
kertas saring kedalam beaker glass yang berisi larutan pengembang. Amatilah apa
yang terjadi. Apabila sampel meresap dan naik ke atas, berarti percobaan berhasil.
Kalau tidak, ulangi lagi dalam mentotolkan sampel.
Tahap keempat yaitu mengeringkan kertas saring lalu letak diatas larutan yang
berisi H2S. Akan diperoleh noda-noda hitam.
Tahap terakhir menghitung harga Rf.
Dari percobaan yang dilakukan, harga Rf yang diperoleh sebesar 0,4492.
Mungkin dapat terjadi kesalahan dalam memperoleh harga Rf. Itu dapat terjadi
dikarenakan faktor:
1. Kurang telitinya praktikan dalam menghitung jarak yang ditempuh komponen
dan pelarut.
2. Warna sampel yang kurang pekat menyebabkan kurang terlihatnya sampel
pada kertas saring. Sehingga dalam menghitung jaraknya, dapat terjadi
kesalahan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan,maka diperoleh sebagai berikut:
1. Larutan sampel yang digunakan adalah NiCl2
2. Larutan pengembang yang digunakan yaitu Aseton: HCl: Air = 80 ml : 10
ml : 10 ml.
3. Percobaan berhasil dengan munculnya titik – titik hitam pada kertas saring
setelah diuapkan dengan larutan H2S
4. Harga Rf yang diperoleh adalah 0,4492
5. Kertas saring yang dicelupkam kedalam larutan pengembang mengalami
perubahan jarak dari posisi awal. Itu menandakan fase gerak mengalir melalui
fase diam .
6.2 Saran
Melalui percobaan yang dilakukan adapun saran yang dapat diberikan untuk
praktikan selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Dalam menotolkan sampel di atas kertas saring jangan terlalu banyak, agar
larutan tidak menyebar jauh atau mendekati larutan yang lain.
2. Jangan lupa untuk menutupi larutan pengambang agar jenuh.
3. Harus lebih teliti lagi dalam menghitung jarak yang ditempuh oleh komponen
dan pelarut agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan harga Rf.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Dedy. 2009. Kimia Analisa Kualitatif. http://dedyanwarkimiaanalisa.
blogspot.com. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2012.
Aphiin. 2012. Laporan Kromatografi. https://fileq.wordpress.com/2012/02/25/
laporan-kromatografi/. Diakses pada tanggal 30 September 2012.
Christiant. 2010. Kromatografi Kertas. http://christianthp2010.wordpress.com/tag
/kromatografi-kertas/. Diakses pada tanggal 30 September 2012.
Demoln. 2012. Sifat fisika dan sifat kimia suatu zat. http://demoln.blogspot.com
/2012/03/sifat-fisika-dan-sifat-kimia-zat-kimia.html. Diakses pada tanggal 2
Oktober 2012.
Fatimah, 2011. Sifat Fisika Kimia Air, Siklus Hidrologi, dan Sumber Air DI.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/19680216199402
2-SOJA_SITI_FATIMAH/Kuliah_Kimia_terapan_pada_jurusan_agro_
industri/ KIMIA_AIR-. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2012.
Ika, 2010. Aseton Sianohidrin. http://ika.pom.ac.id/katalog/ASETON.pdf. Diakses
pada tanggal 3 Oktober 2012.
Juner, Angga. 2011. Makalah Nikel. http://angghajuner.blogspot.com/2011/10/
makalah-nikel.html. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2012.
Leany, Carla. 2012. Laporan Biokimia “Kromatografi”. http://blog.ub.ac.id/carla
leany/2012/05/. Diakses pada tanggal 29 September 2012.
Rampengan, Yanes. 2010. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.http://yanes
rampengan.blogspot.com/2010/12/kromatografi-cair-kinerja-tinggi-kckt.html.
Diakses pada tanggal 30 September 2012.
Rizki. 2010. Kromatografi. http://rizkiak08.student.ipb.ac.id/. Diakses pada tanggal
29 September 2012.
Subekti, Cahyani. 2011. Kromatografi Gas (GC). http://cha2in-chemistry09.blogspot
.com/2011/10/kromatografi-gas-gc.html. Diakses pada tanggal 30 September
2012.
Syaifuddin. 2009. Pewarna Sintesis Rhodamin B. http://ml.scribd.com/doc/24416508
/Zat-Warna-Rhodamin-B. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2012.