pembahasan isma

Upload: frc-hario-fanacha

Post on 13-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMBAHASAN

Pada anamnesis kita dapatkan keluhan perih di kedua tangan dan kaki. menurut teori, morbus hansen memiliki reaksi eritema nodusum leprosum dan gejala klinis berupa nodus eritema dengan nyeri pada predileksi di lengan dan tungkai. Pasien mengeluhkan demam yang merupakan respon imun, yang menurut teori morbus hansen disebut juga penyakit imunologi yang terkait dengan derajat infeksi dengan derajat penyakit. 1Dari pemeriksaan fisik didapatkan efloresensi multipel papul eritematosa disertai dengan pustula dan krusta, menyebar tidak merata, diameter 1-2 cm, bentuk tidak teratur serta terdapat fluktuasi dan teraba panas pada regio antebrachii dan kruris dextra sinistra. Lesi pada kasus mengarah ke arah lesi multibasiler dimana menurut WHO, lesi dapat distribusi lebih simetris, hilangnya sensasi kurang jelas dan mengenai banyak cabang saraf. pada kasus ini sesuai teori bahwa morbus hansen memiliki bentukan lesi yang berdasarkan jenisnya, pada kasus terdapat benjolan-benjolan tersebut memiliki jumlah yang banyak, ukuranya bervariasi, berwarna kehitaman dan jika diraba terasa kasar Pada kasus ini didapatkan juga didapatkan fenomena lucio merupakan reaksi kusta yang sangat berat yang terjadi pada kusta tipe lepromatosa non nodular difus. Gambaran klinis berupa plak atau infiltrat difus, bewarna merah muda, bentuk tidak teratur dan terasa nyeri. Lesi terutama di ekstremitas, kemudian meluas ke seluruh tubuh. 1Pada kasus dari pemeriksaan penunjang bakterioskopik yang diwarnai dengan Ziehl-Neelsen didapatkan MH 5(+)/positif lima dimana menunjukan pasien mengarah ke diagnosa morbus hansen. Ini sesuai dengan teori Pada umumnya untuk menegakkan diagnosa morbus hansen diperlukan pemeriksaan bakterioskopis dengan tes Ziehl-Neelsen untuk menemukan bakteri M. leprae.

Pada kasus diatas pasien diberikan MDT (Multidrug), ini seusai dengan teori yaitu Menurut WHO, terapi pada morbus hansen pada diberikan berdasarkan jenis lesi multibasiler atau pausibasiler. Pada kasus morbus hansen mengarah ke jenis multibasiler dimana diberikan MDT 12 dosis dalam 12-18 bulan. MDT terdiri dari rifampisin 600 mg setiap bulan dan DDS 100 mg setiap hari. Pada pasien didapatkan juga reaksi eritema nodusum leprosum yang dapat diberikan pengobatan prednison 15-30 mg sehari.

Prognosa pada penyakit morbus hansen adalah buruk dimana kerusakan saraf bersifat ireversibel, dengan terapi tambahan seperti operasi dan rehabilitasi hanya dapat memperbaiki fungsinya sebagian dan memperbaiki kosmetik. Cara lain secara kekaryaan dengan memberi lapangan kerja sesuai cacat tubuhnya untuk menambah kepercayaan diri dan menambah terapi psikologi sebagai penunjang.