pbl sense system,blok 23

34
KONJUNGTIVITS GONORE Masliana Alias 102008298, D4 Universitas Kristen Krida Wacana, UKRIDA [email protected] PENDAHULUAN SCENARIO Bayi U, usia 5 hari dibawa ke dokter dengan keluhan banyak sekali kotoran yang kental dan dan berwarna putih kekuningan dari kedua mata, disertai bengkak hebat pada kedua kelopak mata sehingga mata tidak dapat dibuka dengan sempurna. Riwayat kelahiran : bayi merupakan anak pertama, lahir cukup bulan, ditolong bidan, berat lahir : 2700 gram, panjang 48cm. ayahnya merpakan seorang buruh bangunan. Ibunya seorang Ibu Rumah Tangga. ISI ANAMNESIS Anamnesa adalah riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai.

Upload: greentree-mas

Post on 29-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl Sense System,Blok 23

KONJUNGTIVITS GONORE

Masliana Alias

102008298, D4

Universitas Kristen Krida Wacana, UKRIDA

[email protected]

PENDAHULUAN

SCENARIO

Bayi U, usia 5 hari dibawa ke dokter dengan keluhan banyak sekali kotoran yang kental

dan dan berwarna putih kekuningan dari kedua mata, disertai bengkak hebat pada kedua

kelopak mata sehingga mata tidak dapat dibuka dengan sempurna. Riwayat kelahiran : bayi

merupakan anak pertama, lahir cukup bulan, ditolong bidan, berat lahir : 2700 gram, panjang

48cm. ayahnya merpakan seorang buruh bangunan. Ibunya seorang Ibu Rumah Tangga.

ISI

ANAMNESIS

Anamnesa adalah riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi yang

diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan

jawaban yang sesuai.

Jenis Anamnesis

A) Autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya

B) Alloanamnesis yaitu anamnesis yang didapat dari orang lain selalunya pada pasien tidak

sadarkan diri,lemah atau dalam kasus ini adalah pasien seorang anak.

Page 2: Pbl Sense System,Blok 23

Seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi nama, usia, panjang

badan , berat badan yang penting dalam menilai pertumbuhan tubuh bayi. Masalah atau

komplain utama pasien turut ditanyakan.

Riwayat penyakit sekarang turut ditanyakan dengan beberapa soal. Sejak kapan mula

timbul? Sudah berapa hari? Di awal gejala apakah dimulakan dengan pengeluaran air mata?

Apakah ada sekret yang keluar? Sifat sekret padat, kental atau cair? Warnanya bagaimana?

Mata yang mana yang terkena? Salah satu atau kedua-duanya? Kelopak mata apakah turut

membengkak? Apakah gejala semakin memburuk atau membaik sejak timbul gejala? Apakah

turut disertai timbul lesi vesikel di kulit atau margin palpebra? Setelah timbul gejala apakah si

ibu pernah coba merawat sendiri? Apakah gejala berkurang atau memburuk?

Soalan yang meliputi status pola makan bayi seperti riwayat menyusu bayi bagaimana?

Apakah bayi semakin meningkat atau berkurang? Apakah menolak apabila mahu diberi susu?

Refleks mengisap bayi bagaimana?

Riwayat kesehatan pada masa lalu melibatkan ibu dan neonates. Pada riwayat

kehamilan dan melahirkan ibu, ditanyakan umur ibu saat hamil berapa? Ini sudah kehamilan

yang ke berapa? Saat hamil apakah ada mengambil obat-obatan yang diresepkan atau obat-

obat terlarang? Saat hamil ada melakukan pemeriksaan TORCH ? Hasilnya bagaimana? Jalur

lahirnya bagaimana? Apakah pervagina atau operasi caesar? Umur gestasinya berapa saat

dilahirkan? Ketuban pecah dini atau tidak? Saat melahirkan apakah dengan dokter atau bidan?

Sekiranya bidan apakah yakin alat yang digunakan steril? Pada riwayat neonatal, saat lahir skor

APGAR bayi bagaimana? Apakah pernah diteteskan perak nitrat sejurus setelah dilahirkan?

Sejak dilahirkan apakah bayi pernah dirawat inap? Sebelum timbul keluhan sekarang apakah

pasien pernah derita penyakit lain? Kelainan pada organ selain dari mata pada neonates

ditanyakan pada ibu.

Riwayat keluarga seperti apakah ada antara ahli keluarga dan tetangga turut menderita

penyakit seperti ini? Ibu atau bapanya apakah pernah kencing nanah? Di kemaluan dan tubuh

ibu atau bapanya apakah ada bintik-bintik lesi? Sekiranya ada apakah terasa sakit atau panas?

Page 3: Pbl Sense System,Blok 23

Antara ahli keluarga terdekat/tinggal serumah apakah ada yang menderita penyakit infeksi

misalnya sakitnya tenggorokan? Apakah ibu atau bapa menggunakan handuk yang sama saat

memandikan bayi?

Status sosial, pekerjaan ibu bapa seperti soal apakah perkerjaan ibu dan bapa? Tinggal

dimana? Kepadatan penduduk bagaimana? Kondisi rumah bagaimana? Berapa orang

penghuni? Kamarnya berapa?1

PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum, dilihat apakah pasien dalam keadaan tubuh yang baik, juga dilihat

apakah ada penurunan perfusi seperti hipo-hiperventilasi, cyanosis. Dilihat juga apakah bayi

kelihatan aktif atau tidak. Warna kulit, perhatikan warna kulit pasien apakah terdapat kelainan

seperti ikterus, cyanosis,pallor, plethora. Tanda vital, diukur suhu tubuh,tekanan darah, denyut

nadi, frekuensi napas (pada neonatus 40-60 napas/menit), panjang badan, berat badan dan

ukur lilit kepala.

Leher , leher pada bayi seringnya pendek maka sukar untuk dievaluasi. Maka dilakukan

palpasi apakah ada abnormalitas dan dilihat juga apakah ada pembesaran kelenjar getah

bening. Thorak, dipalpasi untuk memastikan integritas iga dan klavikula dan juga untuk deteksi

apakah ada kekakuan atau pembengkakan pada sendi. Auskultasi untuk memeriksa pergerakan

udara, apakah ada kelainan seperti mengi, ronki. Kardiovaskular , inspeksi sekiranya ada

pergerakan abnormal. Di palpasi untuk menentukan lokasi dan meraba sekiranya ada getaran

(thrill). Diauskultasi untuk tentukan kualitas bunyi jantung. Abdomen , dilihat apakah rata atau

menonjol, lesi. Pada neonatus yang abdomen rata dengan bersamaan distress pernapasan bisa

diindikasi hernia diafragmatika. Ekstremitas , diuji tonus otot pasien, apabila disentuh apakah

memberi reaksi kontraksi otot atau tidak. Karena pada bayi yang terkena infeksi seringnya

tonus otot akan berkurang.1

Page 4: Pbl Sense System,Blok 23

Pemeriksaan Fisik Lokal (Status Ophtalmologi)

Diperlukan beberapa usaha untuk memeriksa mata, karena edema kelopak yang bisa

berhubungan dengan proses kelahiran, obat-obatan atau infeksi menyukarkan pemeriksaan ini.

Periksa kesimetrisan mata. Mata harus dalam ukuran yang sama dan harus dengan kedalaman

yang sama dalam orbita. Kemudian lakukan inspeksi kelopak mata untuk melihat sekiranya

terdapat trauma. Gunakan kain lembut untuk menghilangkan verniks kaseosa dan eksudat

konjungtiva dengan lembut. Metode terbaik untuk memeriksa mata neonatus adalah dengan

memegangnya pada lengan sementara dengan lambat melakukan rotasi dalam satu arah.

Biasanya mata bayi akan terbuka spontan. Rotasikan bayi dengan lambat ke satu sisi. Mata

harus berbalik ke arah bayi diputar. Pada akhir gerakan, mata harus dengan cepat melihat

kembali ke arah berlawanan setelah beberapa gerakan nistagmoid cepat yang tidak menetap.

Keadaan ini disebut respons rotasional.

Inspeksi kornea, kornea harus jernih. Kemudian lakukan inspeksi iris. Iris neonatus

sangat pucat karena pigmentasi yang penuh tidak terjadi sebelum 10-12 bulan kehidupan.

Lakukan inspeksi konjungtiva. Perdarahan konjungtiva kecil adalah lazim. Sebagai akibat dari

penetesan perak nitrat pada saat lahir, dapat ditemukan peradangan dari konjungtiva demikian

juga edema dari kelopak mata neonatus. Pupil neonatus biasanya mengalami kontriksi sehingga

sekitar minggu ketiga kehidupan. Maka, respon pupil tidak dinilai pada kelompok umur ini.

Dalam usaha untuk menguji tajam penglihatan pada neonatus , kita harus

mengandalkan pada metode tidak langsung seperti respon terhadap suatu cahaya terang yang

dikenal sebagai refleks kedipan optik. Refleks ini secara normal diamati ketika suatu cahaya

terang disinarkan pada tiap mata: neonatus berkedip dan melakukan dorsifleksi kepala.

Walaupun tidak pernah benar-benar diuji , ketajaman penglihatan dari neonatus diperkirakan

dalam rentang 20/600.

Penting dilakukan pemeriksaan funduskopi pada semua bayi. Walaupun demikian ,

seringkali pemeriksaan dapat ditunda sehingga bayi berumur 3-4 bulan, ketika mana ia lebih

kooperatif. Penundaan hanya dapat dilakukan setelah adanya kelainan intraokular disingkirkan.

Pada semua neonatus , adanya refleks merah bilateral menunjukkan tidak ada kelainan

Page 5: Pbl Sense System,Blok 23

intraokular. Tentukan adanya refleks merah dengan jarak oftalmoskop 10-12 inci dari mata.

Adanya refleks merah menandakan tidak adanya hambatan serius terhadap cahaya antara

kornea dan retina. Jika refleks merah tidak ada, maka diperlukan pemeriksaan funduskopi.2

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan

pewarnaan Gram (untuk identifikasi jenis kuman), perwarnaan Giemsa ( untuk identifikasi tipe

sel dan morfologinya) dan uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan. Untuk diagnosis

pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru,

diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan

diwarnai dengan metilen biru 1% selama 1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan

dan diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler

sel epitel dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah

berjalan menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk membedakannya

dilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedang meningokok test

maltose (+). Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika

pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.3

Untuk menyingkirkan penyakit-penyakit yang lain turut dilakukan pemeriksaan sediaan

langsung sekret dari kerokan konjungtiva dan berikut merupakan hasil pemeriksaan

laboratorium yang untuk penyakit-penyakit konjungtivitis yang lain. Pada konjungtivitas

bakterialis ditemukan sel polimorfonukleas (PMN) terutama leukosit malah turut dilakukan uji

sensitivasi antibiotik untuk memberikan terapi spesifik sesuai dengan bakteri penyebab.

Konjungtivitas viral ditemukan sel mononukleus terutama limfosit. Konjungtivitis kimiawi hasil

pemeriksaan adalah negatif. Konjungtivitis herpes simpleks ditemukan pseudomembran atau

follikular. Pada konjungtivitis yang ditemukan follikular maka reaksi inflamasinya adalah

mononuklear sedangkan pada yang pseudomembran ditemukan sel PMN. Dengan

menggunakan fiksasi Bouin dan pewarnaan Papanicolaou pada sel kornea dan konjungtiva akan

terlihat inklusi intranuklear.

Page 6: Pbl Sense System,Blok 23

Pada konjungtivitis inklusi jumlah neutrofil dan limfosit adalah sama dengan

pewarnaan Giemsa. Tetapi kini telah digantikan dengan uji diagnostik cepat seperti test

antibodi fluoresens, ELISA dan PCR sebagai praktek klinis rutin kerana untuk mengelakkan

komplikasi sistemik seperti pneumonitis chlamydial. Turut ditemukan plasma sel badan inklusi.

Uji serologi tidak terlalu penting melainkan pada penyakit pneumonitis klamidia pasien infantil

karena terjadinya peningkatan jumlah antibodi Ig M yang bermakna.4

DIAGNOSIS

Working Diagnosis

Konjungtivitis gonokokus

Konjungtivis gonokokus adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekret

purulen yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae. Konjungtivitis gonokokus atau

oftalmika gonokokus gonokokus sering dikaitkan dengan pembengkakan dan kemerahan akut

pada konjungtiva dan adanya sekret purulen. Sekiranya penyakit ini tidak dirawat akan

mengakibatkan terjadinya ulkus kornea, perforasi dan kebutaan.

Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri yang spesies virulen maka penyebab

terpenting dalam masalah kesehatan terutamanya di negara berkembang , di Eropah dan

Amerika Serikat dilaporkan penyakit konjungtivitis gonore terkena kurang dari 0.01% pada

nonatus. Secara klinikal , konjungtivitis gonore muncul awal (2-4 hari) setelah lahir. Dan timbul

gejala sekret purulen dengan kemosis dan kelopak mata bengkak. Deteks awal dan terapi awal

amat pentung untuk minimisasikan morbiditas.7

Page 7: Pbl Sense System,Blok 23

Differential Diagnosis

Konjungtivitis inklusi

Konjungtivitis inklusi atau oftalmia klamidia selalunya muncul 5-14 hari selepas lahir.

Bisa bervariasi dari konjungtivitis sedang dengan mukopurulen minimal sehingga edema

kelopak mata yang berat dan disertai pembentukan psudomembran. Folikel tidak terbentuk

pada konjungtiva, berbeda dengan yang ada pada anak-anak dan dewasa.

Penyebab blenore inklusi adalah khlamidia okulogenitalis yang sangat erat

hunbungannya dengan C.trachomatis penyebab trakoma. Ada perbedaan pendapat mengenai

klasifikasi Khlamidia. Beberapa ahli percaya bahwa penyebab konjungtivitis inklusi dan

penyebab trakoma adalah sama yaitu C.trachomatis. Reservoir (sumber penular)

C.oculogenitalis adalah uretra dan serviks uteri, sehingga neonatus terinfeksi saat ke luar lewat

jalan lahir. Konjungtivitis inklusi terjadi sebagai akibat terkontaminasinya mata oleh sekret

(diska) genital. Merupakan penyakit oklugenital disebabkan oleh infeksi klamidia, yang

merupakan penyakit kelamin, dengan masa inkubasi 5-10 hari. Klamidia menetap di dalam

jaringan uretra, prostat serviks, dan epitel rektum untuk beberapa tahun sehingga mudah

terjadi infeksi ulang. Konjungtivitis oklugenital pada bayi 3-5 hari setelah lahir.

Konjungtivitis inklusi neonatorum merupakan oftalmia neonatorum yang paling sering

saat ini. Ia muncul dalam bentuk konjungtivitis papilaris mukopurulenta. Tidak terbentuk folikel,

karena pada neonatus jaringan limfoid konjungtivanya belum matur (masak, berkembang).

Folikel-folikel baru akan muncul kalau penyakit tadi menetap, yaitu antara 6 minggu sampai 3

bulan. Sering kali terjadi pembengkakan konjungtiva dan palpebra. Dapat timbul

pseudomembran. Tidak ada limfadenopati preaurikularis. Dapat terjadi neovaskularisasi

(pembentukan vasa baru) superfisial kornea, yang disebut pannus dan terjadi keratitis epitelial

terutama di bagian perifer kornea. Penyakit ini akan membaik dalam 3 sampai 4 minggu atau

lebih lama. Apabila lama tidak mendapat pengobatan. Maka mikropannus tadi dapat menetap

dan terjadi parut (sikatriks) korneal subepitelial. Parut ringan pada konjungtiva akan timbul

apabila sebelumnya terbentuk membrane. Kerokan epitel konjungtiva yang diwarnai dengan

pewarnaan Giemsa atau Wright menunjukkan adanya lekosit polimorfonuklear. Dengan

Page 8: Pbl Sense System,Blok 23

pewarnaan Giemsa juga dapat diperhatikan badan inklusi basofilik yang terdapat dalam

sitoplasma epitel yang serupa dengan badan Halberstedter-Prowazek seperti yang terlihat di

trakoma.

Pada bayi dapat memberikan gambaran konjungtivitis sedang pada orang dewasa dapat

dalam beberapa 27 bentuk, konjungtiva hiperemik, kemotik, pseudomembran, folikel yang

nyata terutama pada kelopak bawah dan tidak jarang memberikan gambaran seperti hipertrofi

papil disertai pembesaran kelenjar preurikel. Sekitar 30-50% bayi yang dilahirkan dari ibu positif

klamidia berkembang konjungtivitis. Tandanya sangat variasi, berkisar dari injeksi konjungtiva

ringan dengan kotoran mukoid sedikit sampai konjungtivitis berat dengan kotoran purulen

banyak sekali, kemosis, dan pembentukan pseudomembran. Konjungtiva mungkin amat rapuh

dan berdarah bila digosok dengan pulasan.

Cara yang paling baik mencegah infeksi klamidia neonatus adalah skrining prenatal dan

pengobatan wanita hamil, seperti dilakukan infeksi gonokokus. Pengobatan penyakit ini adalah

dengan cara topikal tetrasiklin 1% dalam minyak, enam kali sehari selama 2 minggu, atau

sulfonamida topikal 6 kali sehari selama 2 minggu. Selain itu, pengobatan infeksi Clamydia

trachomatis memerlukan 1-2 minggu eritromisin, yang menimbulkan masalah terkait kesetiaan

dan toleransi. PPP dan Asosiasi Pediatri Amerika (APA) menganjurkan suspense eritromisin oral,

50 mg/kg/24jam dalam 2 atau 4 dosis terbagi selama 10-14 hari untuk konjungtivitis pada bayi.

Penggunaan terapi oral pada konjungtivitis adalah karena 50% atau lebih bayi ini menderita

infeksi nasofaring atau penyakit pada tempat-tempat lain, dan penelitian telah memperagakan

kekurangan kemanjuran terapi topical dengan tetes sulfonamide. Angka kegagalan pada

eritromisin oral tetap 10-20% dan beberapa bayi memerlukan pemberian pengobatan kedua.

Kedua ibu bapa juga harus dirawat dengan tetrasiklin atau eritromisin oral untuk infeksi traktus

genital mereka.1,2,11

Page 9: Pbl Sense System,Blok 23

Konjungtivitis Bakteri Lain

Konjungtivitis bakteri lain pada neonates dapat disebabkan oleh bakteri meningokokus,

Streptococcus, Pseudomonas, Enterobacteriaceae (including Klebsiella, Enterobacter,

Serratia, and Proteus), Staphylococcus dan Escherichia coli. Masa serangan bakteri selain N.

gonorrhea adalah satu hingga 30 hari dan dikultur dengan menggunakan agar darah.

Stafilokokus memiliki masa inkubasi lebih dari 5 hari.

Gejala klasik pada konjungtivitis bakteri adalah kelopak mata udem, injeksi

konjungtivitis, hiperemi konjungtiva, papil pada kongjungtiva, kemosis konjungtiva.

Pseudomonas sangat jarang menyebabkan konjungtivitis neonates tetapi berpotensi tinggi

untuk menyebabkan ulkus kornea dan perforasi yang membawa kepada endoftalmitis dan

kematian. Pada pemeriksaan luaran dan mikroskopik akan ditemukan ulkus pada epithelium,

lipatan-lipatan pada membrane descement, udem pada kelopak mata superior, synechiae

posterior, inflamasi kornea sama ada fokal atau difus, hiperemi konjungtiva, eksudat

mukopurulen sehingga purulen dan plak inflamasi endotel.

Secara patofisiologinya, terdapat gangguan pada epitel kornea yang intak/kukuh atau

abnormal robekan pada lapisan di kornea yang membenarkan mikroorganisme menginvasi

stroma di mana mikroorganisme memproliferasi dan menyebabkan ulkus. Factor virulen pada

mikroorganisme membolehkan invasi atau molekul efektor sekunder membantu proses infeksi.

Malah, toksin dan enzim yang dihasilkan bakteri turut merosak substansi kornea. Banyak

bakteri yang boleh melekat pada sel kornea karena memiliki adhesions pada fimbriae dan

struktur nonfimbriated. Pada tahap awal, epitel dan stroma cedera dan bengkak. Sel inflamasi

akut terutama netrofil akan mengelilingi ulkus muda dan menyebabkan necrosis pada lamella

stroma. Difusi sitokin (produk inflamasi) secara posterior akan menyebabkan sel inflamasi

masuk ke ruang (chamber) anterior dan terbentuk hipopyon.

Pada konjungtivitis bakteri, pengobatan yang diberikan bersesuaian dengan hasil kultur

dan uji resistensi. Eritromisin 0.5% (Staphylococcus dan profilaksis oftalmia neonatorum)dan

basitrasin 500 unit/g (Gram positif) dalam bentuk salep diberikan pada bakteri Gram positif

manakala bakteri Gram negative diberi obat tetes gentamisin 3mg/g (Gram negative dan

Page 10: Pbl Sense System,Blok 23

Staphylococcus) atau tobramisin 3mg/g (terutama Staphylococcus dan Pseudomonas). Secara

sistemik diberikan eritromisin Syrup 50 mg/kg/d PO divided qid untuk 14 hari, gentamisin IV 5

mg/kg/d IM dibahagikan bid selama 7 hari.1,2,8

Konjungtivitis Virus Akut

Antara konjungtivitis virus yang memiliki gejala paling dekat adalah konjungtivitis

herpetic yang merupakan manifestasi primer herpes dan terdapat pada neonates atau anak

yang mendapat infeksi daripembawa virus. Pada neonates, penyebab konjungtivitis herpetic

adalah virus Herpes Simplex tipe 2. Konjungtivitis virus Herpes Simplex biasanya muncul dalam

dua minggu setelah lahir dan mungkin diikuti dengan infeksi herpes sistemik atau lesi vesikel

pada kulit atau margin palpebra.

Pada pasien ditemukan udem kelopak mata, injeksi konjungtiva sedang/moderat dan

bertahi mata mukoid, sakit, fotofobia ringan dan pelebaran pembuluh darah secara unilateral

atau bilateral. Pada pasien keadaan ini sering disertai keratitis herpes simplex dengan kornea

menampakkan lesi-lesi epithelial yang tersendiri dan tipikal pada neonates yaitu ulkus-ulkus

epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler atau

pseodumembranosa tetapi jarang. Nodus preaurikuler yang nyeri apabila ditekan merupakan

gejala khas pada penyakit ini. Pada mikroskopik turut ditemukan sel epithelial raksasa

multinuclear.

Pada neonates yang dijangka menghidapi infeksi herpetic diberikan asiklovir sistemik

dan dipantau di rumah sakit. Dosis efektif adalah 30mg/kg/hari IV dibahagi tid tapi kebanyakan

pakar mencadangkan pemberian dosis yang lebih tinggi yaitu antara 45-60mg/kg/hari selama

14 hingga 21 hari. Obat topical yang dianjurkan adalah trifluridine 1% setiap dua jam sewaktu

bangun atau vidarabine 3% lima kali sehari atau idoxuridine 0.1% satu tetes setiap jam sewaktu

bangun dan satu tetes setiap dua jam pada waktu malam. Keratitis herpes diobati dengan salep

asiklovir 3% lima kali sehari selama 10 hari dan asiklovir oral 20mg/kg q 8 h selama 14-21 hari.

Page 11: Pbl Sense System,Blok 23

Terapi sistemik penting karena boleh terjadi disseminasi ke system saraf pusat (SSP) dan organ

lain.1,2,6,8

Klinik & Sitologi Bakteri Virus Klamidia Alergi

Gatal Minim Minim Minim Hebat

Hiperemi Umum Umum Umum Umum

Berair mata Sedang Banyak/Profuse Sedang Sedang

Eksudasi Mengucur:

mukopurulen/purule

n

Minim: air Mengucur Minim:

putih,

berserabu

t

Adenopati

preaurikular

Jarang Lazim Lazim(konjungtiviti

s inklusi)

Tidak

Sakit

tenggorokan &

demam

Kadang Kadang Tidak Tidak

Pewarnaan Bakteri, PMN Monosit,limfosit

, sel plasma

PMN, plasma sel,

badan inklusi

Eosinofil

Injeksi

konjungtivitis

Mencolok Sedang Variasi Ringan-

sedang

Hemoragi + + -

Kemosis ++ +/- + ++

Pseudomembra

n

+/- +/- +/- -

Papil +/- - + -

Folikel - + - +

Nodus

preaurikuler

+ ++ ++ -

Page 12: Pbl Sense System,Blok 23

Infeksi kelopak mata atau blefaritis

Blefaritis adalah suatu peradangan pada kelopak mata. Blefaritis ditandai dengan

pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan

lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Radang

yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak

atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis dapat

disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi

dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat

disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal

bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis. Gejala umum pada

blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket dan epiforia. Blefaritis

sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya blefaritis sebelum diobati

dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian diberikan antibiotik yang sesuia.

Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan

madarosis.

Terdapat 2 jenis blefaritis, yaitu blefaritis anterior yang mengenai kelopak mata bagian

luar depan (tempat melekatnya bulu mata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan

seborrheik. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan infeksi dengan Staphylococcus aureus, yang

sering ulseratif, atau Staphylococcus epidermidis atau stafilokok koagulase-negatif. Blefaritis

seboroik(non-ulseratif) umumnya bersamaan dengan adanya Pityrosporum ovale. Blefaritis

posterior pula mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian kelopak mata yang lembab, yang

bersentuhan dengan mata). Penyebabnya adalah kelainan pada kelenjar minyak. Dua penyakit

kulit yang bisa menyebabkan blefaritis posterior adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala

(dermatitis seboreik).

Klasifikasi blegaritis adalah 1)Blefaritis superficial yaitu infeksi kelopak superficial

disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik

seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan

Page 13: Pbl Sense System,Blok 23

kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar

Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya

menyertai. 2) Blefaritis Seboroik biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan

keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar

Meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada

konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan

jaringan keropeng. Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar

penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan

kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama

5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi. Penyulit yang

dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum dan

madarosis.

3) Blefaritis Skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada

pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan

peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar bulu mata dan sering

terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik seboroik.

Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien dengan

blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik

berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah

dikupas dari dasarnya mengakibatkan perdarahan. Pengobatan blefaritis skuamosa ialah

dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat

disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis

skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis.

4) Blefaritis Ulseratif merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak

akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-

kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan dfarah di

sekitar bulu mata. Pada blewfaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras,

yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius.

Page 14: Pbl Sense System,Blok 23

Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga

mengakibatkan rontok (madarosis). Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik.

Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin.

Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas

pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia. Penyulit adalah

madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis

superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka

akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.

5) Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut

kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus

dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefariris

angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.

Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Sengsulfat. Penyulit pada pungtum

lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.

6) Meibomianitis merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda

peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres

hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal.

Blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini mengakibatkan invasi

mikrobakteri secara langsung pada jaringan ,kerusakan sistem imun atau kerusakan yang

disebabkan oleh produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak

mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar

meibom. Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan

keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata. Blefaritis bisa menyebabkan

penderita merasa ada sesuatu di matanya.

Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah. Bisa terjadi

pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok. Mata menjadi merah,

berair dan peka terhadap cahaya terang. Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi

kelopak mata; jika keropeng dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata

Page 15: Pbl Sense System,Blok 23

mengering sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.

Skuama pada tepi kelopak. Jumlah bulu mata berkurang. Obstruksi dan sumbatan duktus

meibom. Sekresi Meibom keruh. Injeksi pada tepi kelopak. Abnormalitas film air mata.

Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata untuk mengangkat

minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. Bisa digunakan sampo bayi atau pembersih

khusus. Untuk membantu membasmi bakteri kadang diberikan salep antibiotik (misalnya

erythromycin atau sulfacetamide) atau antibiotik per-oral (misalnya tetracycline). Jika terdapat

dermatitis seboroik, harus diobati. Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan mengoleskan jeli

petroleum pada dasar bulu mata. Pada blefaritis prognosis sangat baik dan dapat hilang dengan

terapi.

ETIOLOGI

Berbagai organisme bisa menyebabkan infeksi mata pada bayi baru lahir, tetapi infeksi

bakteri yang berhubungan dengan proses persalinan, yang paling banyak ditemukan dan

berpotensi menyebabkan kerusakan mata adalah gonore (Neisseria gonorrhoeae) dan klamidia

(Chlamydia trachomatis). Virus yang bisa menyebabkan konjungtivitis neonatorum dan

kerusakan mata yang berat adalah virus herpes. Virus ini juga bisa didapat ketika bayi melewati

jalan lahir, tetapi konjungtivitis herpes lebih jarang ditemukan. Organisme tersebut biasanya

terdapat pada ibu hamil akibat penyakit menular seksual (STD, sexually-transmitted disease).

Pada saat persalinan, ibu mungkin tidak memiliki gejala-gejala tetapi bakteri atau virus mampu

menyebabkan konjungtivitis pada bayi yang akan dilahirkan.

Neisseria gonorrhoeae atau gonokokus merupakan kuman berbentuk ginjal dengan garis

tengah 0,8 um. Setengah berpasangan sehingga disebut diplokokus, tidak bergerak secara aktif

dan tidak berspora. Strain yang virulen yang terutama berasal dari isolasi primer, mempunyai

pili pada permukaan selnya. Strain hasil subkultur , tidak atau hanya sedikit mempunyai pili.

Kuman dapat menempel pada sel epitel uretra, mukosa mulut dan konjungtiva.

Kuman ini bersifat aerob dan mikroaerofilik. Gonokokus juga sangat pemilih; agar dapat

tumbuh dalam perbenihan perlu penambahan beberapa zat atau senyawa tertentu. Secara

Page 16: Pbl Sense System,Blok 23

epidemiologis, kenyataan ini dapat dipakai untuk menentukan tipe atau untuk diidentifikasi

penyebab gonorrhoeae di berbagai tempat, yaitu dengan cara menguji kemampuan tumbuhnya

pada beberapa pembenihan yang masing-masing mengandung zat atau senyawa tertentu. Daya

tahan gonokokus terhadap linkungan fisis atau kimiawi sangat rendah. Gonokokus peka

terhadap sinar matahari, pengeringan, pemanasan, suhu rendah dan perubahan pH. Kuman ini

juga peka terhadap antiseptic tertentu, misalnya AgNO3 1/4.000 dapat menghancurkannya

dalam waktu 2 menit. Gonokokus juga cenderung mengalami autolysis dengan cepat.

Oftalmia neonatus(konjungtivitis) digolongkan sebagai infeksi ringan. Kalsifikasi infeksi yang

sering terjadi pada neonatus yaitu:

1. Infeksi berat

Sepsis, meningitis,pneumonia,diare,tetanus neonatorum.

2. Infeksi ringan

Infeksi kulit, oftalmia, omfalitis dan moniliasis.

EPIDEMIOLOGI

Di negara sedang berkembang angka kejadian konjungtivitis neonatorum yang

disebabkan oleh N.gonorrhoeae berkisar 20-75% kasus sedangkan pada anak dan dewasa

jarang. Pada peralihan abad XIX angka kebutaan pada bayi dan anak adalah disebabkan oleh

konjungtivitis gonore berkisar 20-40% , tetapi setelah diperkenalkan larutan perak nitrat oleh

Crede pada tahun 1881, angka ini terus menurun. Di inggeris tidak lagi dilaporkan kasus

kebutaan akibat konjungtivitis gonokokus sejak tahun 1955.4

Faktor risiko yang memudahkan neonatus terinfeksi mikroorganisme:

1. BBLR

2. Ketuban pecah dini(12 jam)

3. Ibu mempunyai infeksi

4. Lahir melalui jalan lahir

Page 17: Pbl Sense System,Blok 23

5. Prosedur invasive

6. Sosio-ekonomi rendah

PATOFISIOLOGI

Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi

apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang

terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel

darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal

kuning kehijauan.

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor

lingkungan lain yang menganggu. Kuman yang masuk melalui mukosa konjungtiva yang

sebelumnya berasal dari pasien lain secara langsung. Ini karena pada neonatus penularan dapat

secara langsung mengenai konjungtiva saat persalinan pervaginam. Beberapa mekanisme

melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya

mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra

secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi

antimikroba termasuk lisozim.

Kuman menempel dengan pili pada permukaan sel epitel atau mukosa. Pada hari ketiga

kuman mencapai jaringan ikat di bawah epitel, setelah terlebih dahulu menembus ruang antar

sel. Kerusakan sel epitel oleh gonokokus menyebabkan terbentuknya celah pada mukosa,

sehingga mempermudah dan mempercepat masuknya kuman. Hal ini adalah satu keadaan

kedaruratan karena kuman dapat menyebabkan penetrasi pada kornea yang utuh secara

progresif dengan akibat terbentuknya ulkus dan perforasi kornea dalam 24 jam. Adanya agens

perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel

dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma

konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel –sel

radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel – sel ini kemudian

bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang

Page 18: Pbl Sense System,Blok 23

menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur. Eksudat yang terbentuk dapat

menyumbat saluran kelenjar sehingga dapat terjadi kista retensi dan abses. Penyebaran ke

tempat lain lebih sering terjadi melalui saluran getah bening daripada lewat pembuluh darah.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh – pembuluh

konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan

mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan

dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau

gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh

darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata.

Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium :

1. Infiltratif

2. Supuratif atau purulenta

3. Konvalesen (penyembuhan), hipertrofi papil.

Stadium Infiltratif.

Berlangsung 3 – 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, blefarospasme,

disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab, kemotik

dan menebal, sekret serous, kadang-kadang berdarah. Kelenjar preaurikuler membesar,

mungkin disertai demam. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih

menonjol dengan gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah gambaran

spesifik gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan

biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.

Stadium Supurativa/Purulenta.

Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra masih bengkak,

hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret yang kental

campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret

Page 19: Pbl Sense System,Blok 23

kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada permukaan

konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak

(memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai

sekret mengenai mata pemeriksa.

Stadium Konvalesen (penyembuhan).

Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak,

konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva masih

nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada

saat berada pada jalan kelahiran, sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang

sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari

penularan penyakit kelamin sendiri. Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen

padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva

dan konjungtiva kemotik.

MANIFESTASI KLINIK

Konjungtivitis gonokokus akan tampak pada hari ke 1-13 setelah lahir, biasanya hari ke

3 dan umumnya bilateral. Inflamasi ini dimulai dengan hiperemia dan pengeluaran air mata,

kemudian disertai oleh sekret mukopurulen atau purulen yang dapat disertai darah satu hari

kemudian. Kelopak mata sangat bengkak.

Sekret sering sangat banyak sehingga menimbulkan tekanan di belakang bola mata.

Konjungtiva yang menutup permukaan bola mata juga jadi bengkak terisi cairan. Juga ditandai

dengan infiltrasi dan pembengkakan konjungtivita bagian dalam kelopak mata. Inflamasi yang

hebat juga dapat menimbulkan membran inflamasi yang berdarah apabila diangkat. Jika

sembuh, membran ini sering menimbulkan jaringan parut pada konjungtiva.

Mula-mula tampak edema epitel yang difus pada kornea yang terkena . sehingga kornea

tampak berkelabut dan suram. Selama minggu kedua, di sekitar perbatasan kornea dan sklera

Page 20: Pbl Sense System,Blok 23

tampak infiltrasi putih keabu-abuan kasar. Infiltrasi pada tepi kornea ini akan membesar dan

menglami ulserasi pada akhir minggu kedua atau selama minggu ketiga. Bagian sentral kornea

dapat juga ,engalami ulserasi. Ulserasi sering melanjjut jadi perforasi bola mata dan kebutaan.

Dari minggu keempat sampai minggu kedelapan akan tampak invasi pembuluh darah pada

kornea. Jaringan parut pada kornea timbul pada bayi dengan ulserasi dan perforasi.8

KOMPLIKASI

Antara komplikasi yang mungkin terjadi jika tidak dirawat dengan cepat dan benar

adalah penipisan kornea, descementocele sekunder dan perforasi kornea yang boleh

menyebabkan endotalmitis dan buta. Pada kasus berat ulkus dalam dan abses stroma bersatu,

kornea menjadi nipis dan membuang/merobek (sloughing) lapisan stroma yang terinfeksi. Hal

ini dapat mengakibatkan terjadinya leukoma kornea yaitu jaringan parut yang terbentuk

dengan kehadiran vaskularisasi kornea yang menunjukkan akhirnya keratitis bakterialis. Pasien

perlu melakukan operasi yaitu phototherapeutic keratectomy [PTK] atau penetrating

keratoplasty [PK]; tergantung tempat dan lokasi jaringan parut untuk membaik pulih

penglihatan. Astimatisme irregular boleh terjadi sekiranya pembaikan lapisan stroma tidak

seimbang. Hal ini boleh diatasi dengan mamakai gas-permeable lens kontak atau PTK untuk

membaik pulih penglihatan. 2,6,8

PENATALAKSANAAN

Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal,

seperti gentamisin, kloramfenikol, polimiksin, dan sebagainya, selama 3-5 hari. Kemudian bila

tidak memberikan hasil, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan

kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata antibiotik spektrum luas tiap jam disertai

salep mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.

Page 21: Pbl Sense System,Blok 23

Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok batang

intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore. Sekret dibersihkan dengan kapas yang

dibasahi air bersih (direbus) atau dengan garam fisiologik (saline) setiap ¼ jam supaya secret

tidak melekat, kemudian diberi salep penisillin setiap ¼ jam. Penisillin tetes mata dapat

diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya : 10.000 – 20.000 unit/ml) setiap 1 menit

sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit., disusul pemberian

salep penisillin setiap 1 jam selama 3 hari. Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan

penicillin, salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari. Pengobatan

diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali

berturut-turut negatif.

Pada pasien yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone (Rocephin) 30-

50 mg/kg/d in divided doses IV atau IM (hyperbilirubinemia atau infuse cairan mengandungi

kalsium: 100 mg/kg IV), eritromisin salep dan sistemik atau Azithromycin (Zithromax) dosis

tinggi. Namun, pada pengobatan perlu diperhatikan beberapa perkara yaitu antibiotika topikal

dapat menyebabkan reaksi alergi dan antibiotika oral dapat menyebabkan gangguan perut,

ruam dan reaksi alergi. Bayi harus diawasi untuk memastikan infeksi tidak kambuh setelah

diterapi. Ibu dari janin dengan konjungtivitis gonore neonatorum harus diuji dan diterapi

terhadap penyakit menular seksual bila diperlukan, gejala-gejala apapun yang baru ditemukan

atau memperburuk keadaan harus dilaporkan kepada dokter.5,6,7,8

PENCEGAHAN

Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual. Secara klasik

diberikan obat tetes mata AgNO3 1% segera sesudah lahir (harus diperhatikan bahwa

konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%). Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata

dengan solusio borisi dan pemberian kloramfenikol, eritromisin atau tetrasiklin salep mata.

Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat melahirkan.

Antibiotik seftriakson,atau penisilin diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang

lahir dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi.

Page 22: Pbl Sense System,Blok 23

Bagi mencegah penyebaran penyakit ini, keluarga diminta memperhatikan hygiene diri

dan bayi. Obat topical yang digunakan diperhatikan penggunaanya agar tidak mengalami

kontaminasi. Tetes nitrat Argenti yang diberi pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi

gonore akan menyebabkan iritasi ringan, tapi akan sembuh dengan sendirinya satu sampai dua

hari tanpa meninggalkan kerusakan menetap.Edukasi dan penyuluhan kepada ibu bapa adalah

penting. Bayi dan ibu perlu diskrining untuk infeksi klamidia, HIV dan sifilis.1,6

PROGNOSIS

Penatalaksanaan yang dilakukan dengan segera, tepat dan berterusan dapat

menyelamatkan neonates dari mendapat komplikasi seperti buta. Prognosis ad bonam.

PENUTUP

Neonates yang dilahirkan dari ibu menghidap gonorrhea perlu ditangani dengan segera

supaya komplikasi dapat dicegah. Anamnesis dan pemantauan sepanjang kehamilan ibu adalah

penting bagi membolehkan dokter bersedia mengambil tatalaksana yang tepat dan dini.

Pemberian perak nitrat 1% dan pemberian antibiotic eritromosin 0.5% atau tetrasiklin 0.5%

diberikan pada ibu yang tidak diterapi gonorrhea.

DAFTAR PUSTAKA

1. D G Vaughan, T Asbury, P Riordan-eva. Oftalmologi umum. Penerbit Widya Medika.

Jakarta : 2001; 71-74, 99-125.

2. Prof. dr. H S Ilyas. Ilmu penyakit mata. Balai Penerbit FK Uni Indonesia. Jakarta: 2010;

121-131

3. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.

Page 23: Pbl Sense System,Blok 23

4. Francisco J. Garcia F. Conjunctiva. Vaughan & Asbury’s General Opthalmology17th ed. Lange

Medical Publication. 2008; 98,102,105-8.

5. Eugene C. , Robert J. , Rebecca G. How To Approach Clinical Problems. Case FilesTM : Paediatrics 2nd ed. Mc Graw-Hill Companies. 2007; 3-7.

6. Mark H. Swartz. Pemeriksaan Fisik (Mata). Buku Ajar Diagnostik Fisik. Penerbit Buku Kedokteran ECG. 2007: 423-4.

7. David Ben Ezra. Infectious Conjunctivitis. Blepharitis And Conjunctivitis.Guidelines For Diagnosis And Treatment. Editorial Glosa. 2006; 95

8. Konjungtivitis gonore dan penatalaksanaannya. Diunduh dari

http://yumizone.wordpress.com/2008/11/26/konjungtivitisgonoredanpenatalaksanaan

nya/. 18 Maret 2011.

9. Konjungtivitis Gonore pada Neonatorum. Diunduh dari

http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?

page=KonjungtivitisGonorepadaNeonatorum. 18 March 2011.

10. Neonatal conjunctivitis medical and treatment. Diunduh dari

http://www.epi.alaska.gov/bulletins/docs/b1979_03.htm. 18 March 2011.

11. Neonatal ophthalmic. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1192190-

overview. 18 March 2011.

12. Blefaritis. Media Informasi Obat-Penyakit. [online]. Available from: http://medicastore.com/penyakit/1002/Blefaritis.html. Diunduh pada 18 March 2011.

13. Blefaritis. Media Informasi Obat-Penyakit. [online]. Available from: http://medicastore.com/penyakit/1002/Blefaritis.html. Diunduh pada 18 March 2011.