panduan dari aspek klinis dan operasional dalam membuat...
TRANSCRIPT
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page i
PANDUAN PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK INDEKS PAR OTOMATIS
Disusun oleh:
Ratna Sekundariadewi
Rustamadji
Hanif Arief Wisesa
UNIVERSITAS
INDONESIA
2014
Disusun Oleh:
Ratna Sekundariadewi Rustamadji
Miesje Karmiati Purwanegara
Wisnu Jatmiko
Hanif Arief Wisesa
Rizal Bahriawan
Ricky Arifandi Daniel
Penerbit:
Departemen Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Disusun Oleh:
Ratna Sekundariadewi Rustamadji
Miesje Karmiati Purwanegara
Wisnu Jatmiko
Hanif Arief Wisesa
Rizal Bahriawan
Ricky Arifandi Daniel
Panduan dari Aspek Klinis dan
Operasional dalam Membuat
Data Pendukung Perhitungan
Indeks PAR Otomatis (PARRRIS)
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page ii
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam
Membuat Data Pendukung Perhitungan
Indeks PAR Otomatis (PARRRIS)
© Departemen Ortodonti FKG UI, 2014
Penulis:
drg. Ratna Sekundariadewi Rustamadji, M.M., Sp.Ort
Dr. drg. Miesje Karmiati Purwanegara, Sp.Ort (K)
Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M.Kom.
Hanif Arief Wisesa, S.Kom
Rizal Bahriawan, S.Kom
Ricky Arifandi Daniel, S.Kom
Editor:
Dr. drg. Johan Arief Budiman, Sp.Ort
46 halaman
ISBN: 978-692-72220-0-7
Cetakan 1, Desember 2014
Penerbit:
Departemen Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat, 10430, Indonesia
Tel: (021) 31930270
Faks: 3151035
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page iii
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page iv
Ucapan Terima Kasih
Assalamualaikum Wr., Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. dan Nabi
Muhammad S.A.W. atas hidayah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan buku
Panduan Perangkat Lunak Indeks PAR PAR (Peer Assessment Rating) Semiotomatis ini. Buku Panduan dari Aspek
Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis ini merupakan buku
acuan untuk menggunakan perangkat lunak perhitungan indeks PAR dan merupakan hasil kerjasama antara dokter
gigi spesialis ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) yaitu Dr. drg. Miesje Karmiati
Purwanegara, Sp.Ort(K) dan drg. Ratna Sekundariadewi Rustamadji, M.M., Sp.Ort dengan tim riset Lab 1231
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI) yaitu Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M.Kom. dengan
tim riset yang mendukung hingga terselesaikannya penelitian dan penulisan buku panduan ini.
Buku ini ditujukan untuk keperluan penanganan kesehatan gigi khususnya dalam bidang ortodonti
epidemiologi agar dapat mengetahui keadaan malkolusi di Indonesia pada khususnya, dapat mengevaluasi hasil
perawatan ortodonti, mengatasi penyimpanan data yang lebih ringkas dan mengetahui data individual keadaan
gigi geligi serta ciri khas masing-masing pasien. PAR Ratna Rustamadji Index System (PARRRIS) dapat digunakan
oleh dokter gigi spesialis ortodonti, residen/Peserta Program Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) ortodonti, dokter gigi
umum maupun tenaga medis lainnya yang membutuhkan perhitungan indeks PAR baik untuk penelitian maupun
membantu diagnosis. Indeks PAR merupakan salah satu indeks dalam bidang ortodonti yang dapat dipercaya dan
benar, memiliki ketepatan perhitungan 98% dalam menemukan ketepatan kurva oklusal pada indeks kebutuhan
perawatan ortodonti. Tujuan penelitian rancang bangun otomatisasi perangkat lunak perhitungan indeks PAR
untuk penatalaksanaan deteksi kebutuhan perawatan ortodonti dan uji keakuratannya adalah merancang dan
membangun perangkat lunak otomatis yang dapat melakukan perhitungan indeks PAR secara otomatis sehingga
mempermudah, mempersingkat waktu kerja dari pengguna perangkat lunak perhitungan indeks PAR serta
meminimalisasikan data pasien agar dapat disimpan lebih lama dan tidak memakan ruang yang besar. Buku
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis
ini merupakan pelengkap dari perangkat lunak PARRRIS dan di dalam buku panduan ini diterangkan secara
lengkap dan secara detail runut tahap demi tahap dari ke-11 komponen indeks PAR.
Tim penulis menyadari bahwa dalam melakukan pemrosesan data citra model gigi sampai proses
melengkapi perangkat lunak perhitungan indeks PAR ini terdapat banyak pihak yang membantu sehingga dapat
terbangun dan terealisasinya PARRRIS beserta panduannya. Oleh karena itu tim penelitian PARRRIS ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut:
1. drg. Krisnawati, Sp.Ort (K) selaku kepala bagian departemen ortodonti FKG UI yang turut mendukung
serta memberikan semangat sehingga dapat terealisasikannya buku ini.
2. Prof. Dr. Faruk Hoesin, M.D.D.S., Sp. Ort (K) yang selalu mendorong penulis untuk melanjutkan
pendidikan ke program doktor dan menyemangati sejak penulis dibimbing pada saat penulisan tesis
program spesialisasi ortodonti FKG UI.
3. Dosen Poltekkes Kemenkes Jakarta II, Dr. drg. Johan Arief Budiman, Sp.Ort selaku dokter gigi spesialis
ortodonti yang turut membantu memberikan masukan dan saran serta mengedit buku panduan ini
sehingga dapat terealisasi.
4. Muhammad Febrian Rachmadi, S.Kom selaku anggota penelitian terdahulu atas jasanya dalam
penyusunan pembuatan perangkat lunak indeks PAR ini.
5. Muhammad Alvis Salim, S. Kom telah membantu memberikan solusi dan harapan bagi ide penulis hingga
penulis dapat yakin dan meneruskan penelitian ini hingga terealisasi.
6. drg. Irawati Soedjono, Sp. Ort, drg. Hasti Anestari, Sp. Ort, drg. Elzabeth Geophine, Sp. Ort, drg. Dimas
Tjokro, Sp. Ort, drg. Fadli Jazaldi, Sp. Ort, drg. Citrawati Soedjono, drg. Yunita Nila Dewi, drg. Tri Wahyudi,
drg. Putri Arifianti, drg. Estella Utari, Pak Dedi Effendi, Pak Ridwan, mbak Nur Asiah, mas Farid dan teman-
teman program doktor angkatan 2012 FKG UI, serta teman- teman spesialis ortodonti lulusan agustus
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page v
2005, mahasiswa PPDGS angkatan 2010, 2011 dan 2012. Seluruh keluarga dan teman-teman yang
mustahil dituliskan satu persatu, yang turut membantu penelitian ini hingga terlaksana. Semoga Allah
merahmati kita semua dimanapun kita berada. Aamiin ya Robbal’alamiin.
7. Seluruh Tim Riset Lab 1231, mulai dari penulis ikut bergabung (2012) sampai dengan saat ini yang
mungkin tidak akan bisa disebutkan satu persatu.
8. Seluruh staf pengajar bagian ortodonti dan FKG UI yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
9. Kedua orang tua penulis, almarhum Prof. dr. H. Rustamadji, D.P.H., MSc. dan almarhumah Hj. Nobby
Zaenab Djayasasmita, suami dan kedua putriku tercinta Sandriana Nandari Irsan dan Nadhira Dewi
Hanana Irsan. Semoga Allah menyayangi kalian sebagaimana kalian menyayangi penulis di saat masih
kecil. Dan untuk kedua putriku, semoga Allah menyanyangi, melindungi, memberikan kemudahan,
kelancaran, kesuksesan serta melindungi kalian dalam segala hal. Aamiin ya Robbal’alamiin.
Penulis
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page vi
Pendahuluan
Kesehatan gigi dan mulut memegang peran yang penting dalam kesehatan manusia, karena gigi
merupakan salah satu organ utama yang berperan dalam sistem pencernaan makanan.1 Laporan Puskesmas tahun
1980 dan Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut
merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan masyarakat Indonesia. Hampir sekitar 60% masyarakat Indonesia
pernah mengalami gangguan pada gigi dan ditemukan bahwa hampir 90% anak sekolah mempunyai kelainan gigi
atau rongga mulut. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan rongga mulut perlu mendapatkan perhatian
khusus.2, 3
Hasil survey yang dilakukan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 62,4% penduduk Indonesia mengalami
gangguan aktivitas selama 3,86 hari dalam satu tahun, akibat sakit gigi.4 Penyakit gigi dan mulut terbanyak
adalah karies gigi, yang kedua adalah maloklusi. Hal ini dapat dilihat dari prevalensi maloklusi di Indonesia dan
dunia yang persentasinya masih besar. Tahun 2001 ditemukan kebutuhan perawatan ortodonti sebesar 88,58%
di Lombok, sedangkan tahun 2004 di Asia sebesar 50%.5-7
Tahun 2006, ditemukan penyakit gigi dan mulut merupakan masalah utama yang diderita oleh 90%
penduduk di Indonesia bersifat progresif dan cenderung meningkat bila tidak dilakukan perawatan.2 Kondisi ini
menunjukkan penyakit gigi walaupun tidak menimbulkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas kerja.3,
8 Kesehatan gigi dan mulut tidak lagi didefinisikan sebagai kondisi bebas penyakit saja tetapi sebagai pernyataan
sejahtera fisik, sosial dan mental. Pengukuran kesehatan gigi mulut harus mempertimbangkan fungsi gigi dan
mulut serta dampak kondisi kesehatan gigi dan mulut terhadap kehidupan sehari-hari.9
Maloklusi atau gigi berantakan dan tidak teratur adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi yang
normal. Maloklusi merupakan variasi gejala klinis yang signifikan dari pertumbuhan normal dan merupakan
interaksi dari beberapa faktor ketidak seimbangan selama pertumbuhan dan perkembangan sistem kraniofasial
yang kompleks serta akan menyebabkan pertumbuhan wajah tidak memadai, gigi berantakan, mengganggu fungsi
kunyah, penelanan, bicara, sakit kepala, TMJ (Temporo Mandibular Join), pencernaan, dan mengganggu
estetika.10, 11 Maloklusi dapat terjadi dikarenakan beberapa masalah yang kadang tergabung menjadi satu
sehingga akan memperparah keadaan maloklusi tersebut. Maloklusi merupakan manifestasi faktor keturunan dan
interaksi lingkungan pada daerah sekitar mulut dan wajah yang dipengaruhi oleh tekanan otot lidah, bibir, pipi
dan tekanan kunyah.
Untuk mengetahui keparahan dari maloklusi dan kebutuhan perawatan maloklusi harus menggunakan
suatu parameter/indeks, dalam hal ini adalah indeks PAR (Peer Assessment Rating). Indeks PAR adalah salah satu
indeks dari sekian banyak indeks dalam bidang ortodonti yang biasa digunakan untuk suatu penelitian baik di
Indonesia maupun di dunia. Indeks PAR ditemukan oleh Richmond di Inggris, pada tahun 1992 telah diuji validitas
dan reliabilitasnya oleh beberapa peneliti sebelumnya dan ketepatannya dinyatakan sebesar 98%. Pengukuran
indeks PAR ini mencakup hampir keseluruhan pengukuran diagnosa model studi yang dibutuhkan walaupun lebih
banyak mengandalkan pengukuran dari permukaan oklusal.12 Indeks PAR dapat digunakan baik secara klinis dan
epidemiologis. Dapat pula digunakan untuk melihat kebutuhan perawatan ortodonti serta evaluasi hasil perawatan
ortodonti pada kasus dengan pencabutan maupun tanpa pencabutan.13
Salah satu penyebab tingginya penyakit gigi dan mulut/maloklusi adalah kurangnya kesadaran masyarakat
untuk melakukan kontrol secara rutin untuk memeriksakan keadaan kesehatan gigi dan rongga mulutnya ke dokter
gigi, rasa takut akan peralatan kedokteran gigi dan rendahnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
Disamping kurangnya kesadaran, rasa takut dan pengetahuan kesehatan gigi di masyarakat, fasilitas dan dokter
gigi serta spesialis ortodonti yang terbatas juga menjadi kendala. Selain permasalahan tersebut, Indonesia
memiliki jumlah dokter gigi yang masih sangat terbatas. Data dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), hingga
Februari 2009, jumlah dokter gigi yang teregistrasi mencapai kurang lebih 19.000 orang. Sedangkan jumlah
penduduk pada tahun 2009 diperkirakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai kurang-lebih 231 juta jiwa.
Dengan demikian rasio perbandingan jumlah dokter gigi dan penduduk Indonesia adalah 1: 12.000. Hal ini
tentunya sangat jauh dari rasio yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) yaitu 1:2000.
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page vii
Permasalahan ini juga diperparah dengan jumlah dokter gigi spesialis ortodonti yang hanya mencapai 6% dari
total jumlah dokter gigi yang ada. Hal ini tentunya menyebabkan jauhnya standar jumlah dokter gigi serta
perolehan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan kendala dan fakta tersebut, muncul suatu inisiatif untuk mengetahui data epidemiologi di
Indonesia, memudahkan identifikasi kasus maloklusi yang membutuhkan perawatan ortodonti dengan lebih
mudah, cepat, tepat dan efisien dengan membuat suatu prototype sistem indeks PAR/Perangkat Lunak
Perhitungan Indeks PAR yang dapat menghitung ke-11 komponen indeks PAR baik dari setiap pengukuran masing-
masing komponen dan juga hasil kumulasi ke-11 komponen tersebut. Perangkat lunak indeks PAR ini dinamakan
PARRRIS (Peer Assessment Rating Ratna Rustamadji Index System). Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi belakangan ini sangat pesat, maka telah banyak dikembangkan berbagai jenis perangkat lunak dan
peralatan lainnya untuk memudahkan serta membantu baik klinisi maupun peneliti dalam melaksanakan tugasnya.
Dengan terbangunnya otomatisasi perangkat lunak perhitungan nilai indeks PAR untuk penatalaksanaan deteksi
kebutuhan perawatan ortodonti dan telah diuji keakuratannya maka diharapkan kasus maloklusi dapat dideteksi
secara dini, data epidemiologi kasus maloklusi di Indonesia dapat dimiliki, penurunan jumlah angka kesakitan
serta rendah diri secara psikologis akibat maloklusi dapat terealisasi dan penanganan kasus maloklusi dapat
ditangani oleh dokter gigi/spesialis yang sesuai dengan kompetensinya.
Penulis menyadari bahwa manusia tidak luput dari kesalahan dan jika ada pihak terkait yang tidak
tersebutkan pada ucapan terima kasih ini, mohon maaf atas kekhilafannya dan semoga Allah melimpahkan pahala.
Jakarta, November 2014
Penulis
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page viii
Daftar Isi
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan
Indeks PAR Otomatis .................................................................................................................. ii
Ucapan Terima Kasih ................................................................................................................. iv
Pendahuluan ............................................................................................................................. vi
Daftar Isi ................................................................................................................................. viii
Daftar Gambar ........................................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................................................ xii
Bab 1. Pembuatan Model Studi Dari Hasil Cetakan Gigi Geligi .......................................................... 1
1.1. Bahan yang dibutuhan.......................................................................................................... 1
1.2. Alat yang dibutuhan ............................................................................................................. 1
1.3. Pembuatan Model Studi ........................................................................................................ 1
Bab 2. Pemindaian Model Studi ................................................................................................... 3
2.1. Alat yang Di Butuhkan .......................................................................................................... 3
2.1.1. Alat Pindai/Scanner ........................................................................................................ 3
2.1.2. Penyangga Tutup Pemindai ............................................................................................ 3
2.2. Bahan yang Di Butuhkan ...................................................................................................... 4
2.2.1. Double Tape NT Taiwan dan Sejenis ................................................................................ 4
2.3. Cara Pemindaian Model Studi ................................................................................................ 5
2.3.1. Pemindaian Posisi 1 (Permukaan Oklusal Gigi Geligi).......................................................... 5
2.3.2. Pemindaian Posisi 2 dan 3 (Permukaan Bukal Kanan dan Kiri Gigi Geligi).............................. 5
2.3.3. Pemindaian Posisi 4 (Permukaan Anterior Gigi Geligi) ........................................................ 5
2.3.4. Pemindaian Posisi 5 dan 6 (Permukaan Anterior Gigi Geligi Rahang Atas dan Rahang Bawah) 5
2.4. Cara Pengambilan Citra Yang Akan Digunakan Pada Perhitungan Nilai Indeks PAR Dalam PARRRIS 6
2.4.1. Citra posisi 1 ................................................................................................................. 6
2.4.2. Citra posisi 2 ................................................................................................................. 6
2.4.3. Citra posisi 3 ................................................................................................................. 7
2.4.4. Citra posisi 4 ................................................................................................................. 7
2.4.5. Citra posisi 5 ................................................................................................................. 7
Bab 3. Penamaan Gigi Geligi ....................................................................................................... 9
Bab 4. Indeks PAR (Peer Assessment Rating) .............................................................................. 11
4.1. Pembagian Segmen Berdasarkan Perhitungan Indeks PAR ...................................................... 11
4.2. Cara Pengukuran Perhitungan Indeks PAR yang Terdiri dari 11 Komponen ............................... 13
4.2.1. Pengukuran Permukaan Oklusal yaitu Terdiri dari Pengukuran Komponen Indeks PAR 1-6 ... 13
4.2.2. Pengukuran Permukaan Bukal (terdiri dari pengukuran komponen 7 dan 11) ...................... 14
4.2.3. Pengukuran Permukaan Anterior terdiri dari pengukuran komponen 8-10 Indeks PAR ......... 16
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page ix
4.2.4. Pengukuran Komponen ke-9 Indeks PAR dari Permukaan Anterior yaitu Over Bite/Tumpang Gigit .......................................................................................................................................... 17
4.2.5. Pengukuran Komponen Indeks PAR ke-10 dari permukaan anterior yaitu Mid Line/Garis Median .......................................................................................................................................... 19
Bab 5. PARRRIS (Peer Assessment Rating Ratna Rustamadji System) ............................................ 20
5.1. Halaman Depan PARRRIS ................................................................................................... 20
5.2. Sisi Permukaan Oklusal ....................................................................................................... 21
5.3. Sisi Permukaan Bukal Kanan dan Kiri .................................................................................... 26
5.4. Sisi Permukaan Anterior ...................................................................................................... 30
5.5 Resume Hasil Perhitungan Indeks PAR Pada PARRRIS ............................................................. 35
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 38
Biografi Penulis ........................................................................................................................ 39
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page x
Daftar Gambar
Gambar 1-1. Cara Membuat Model Studi. Gambar 1-1a. Pasien. Gambar 1-1b. Hasil Cetakan Gigi Geligi Pasien. 1-1c. Hasil Cor Cetakan Gigi Geligi Pasien. 1-1d. Studi Model dengan Basis Delapan Segi. ...................... 1 Gambar 1-2. Gambar Studi Model Delapan Segi dengan Rahang Atas pada Posisi di Sebelah Kiri ............ 2
Gambar 2-1. Alat Pemindai dengan Keadaan Tutup Terbuka dan Tutup Alat Pindai. .............................. 3 Gambar 2-2. Brick Block dengan Tinggi 5cm, Lebar 4cm dan Tebal 4cm. .............................................. 3 Gambar 2-3. Double tape NT buatan Taiwan. .................................................................................... 4 Gambar 2-4. Memperlihatkan Cara Memasang Double Tape. ............................................................... 4 Gambar 2-5. Pereketan sampai dengan Hasil Pemindaian. .................................................................. 5 Gambar 2-6. Contoh Dataset Citra Gigi Dua Dimensi dari Lima Sisi Pemindaian. .................................... 6
Gambar 2-7. Contoh Citra dari Permukaan Oklusal yang akan diproses pada PARRRIS. .......................... 6 Gambar 2-8. Contoh Citra dari Permukaan Posterior Bukal Kanan yang akan diproses pada PARRRIS. ..... 6 Gambar 2-9. Contoh Citra dari Permukaan Posterior Bukal Kiri yang akan diproses pada PARRRIS. ......... 7 Gambar 2-10. Contoh Citra dari Permukaan Anterior Gigi Insisif Dalam Keadaan Oklusi yang akan diproses pada PARRRIS. ...................................................................................................................................... 7 Gambar 2-11. Contoh Citra dari Permukaan Gigi Insisif Anterior Rahang Bawah yang akan diproses pada PARRRIS ....................................................................................................................................... 7 Gambar 4-1. Pembagian Serta Cara Perhitungan Segmen Anterior dan Posterior Berdasarkan Indeks PAR11 Gambar 4-2. Kesebelas Komponen Nilai Indeks PAR. ...................................................................... 12 Gambar 4-3. Cara Mengukur Perhitungan Nilai Indeks PAR pada Penyimpangan Titik Kontak di Rahang Atas serta Rahang Bawah Anterior dan Posterior. ................................................................................... 14 Gambar 4-4. Gambar Oklusi Bukal Kiri dan Kanan dari Model Studi Delapan Segi. ............................... 15 Gambar 4-5 Klasifikasi Interdigitasi berdasarkan Angle ..................................................................... 15 Gambar 4-6. Kelainan interdigitasi ................................................................................................. 15 Gambar 4-7. Gigitan terbuka lateral minimal pada dua gigi, dengan jarak lebih dari 2mm .................... 16 Gambar 4-8. Crossbite Palatal dan Bukal pada Maksila ..................................................................... 16 Gambar 4-9. Penilaian Over Jet dan Skor Penyimpangan Kelainan .................................................... 16 Gambar 4-10. Tampak Samping Model Studi Untuk Mengukur Over Jet .............................................. 17 Gambar 4-11. Penilaian Crossbite/Gigitan Silang dan Kategorinya Dalam Indeks PAR ........................... 17 Gambar 4-12. Penilaian Jarak Tumpang Gigit dan Skor Penyimpangan Kelainan .................................. 18 Gambar 4-13. Gambar Gigitan Terbuka pada permukaan Anterior dari Model Studi Delapan Segi 3D dengan Gigitan Terbuka Anterior yang Dihitung oleh PARRRIS. .................................................................... 19 Gambar 4-14. Gambar Tumpang Gigit pada Permukaan Anterior dari Model Studi Delapan Segi 3D yang Dihitung oleh PARRRIS. ............................................................................................................................. 19 Gambar 5-1. Main/Halaman Depan PARRRIS. .................................................................................. 20 Gambar 5-2. Halaman Occlusal/Oklusal dan Letak Bagian “Occlusal”. ................................................. 21 Gambar 5-3. Lokasi tombol “Choose Occlusal Image”. ..................................................................... 22 Gambar 5-4. Pemilihan gambar permukaan oklusal. ......................................................................... 22 Gambar 5-5. Letak pemilihan tempat impaksi (jika ada) dan tombol “Start Calculating”. ....................... 23 Gambar 5-6. Gambar dari Permukaan Occlusal/Oklusal Menunjukkan Arah Penandaan Titik Kontak Searah Jarum Jam. ........................................................................................................................................... 23
Gambar 5-7. Titik Penandaan untuk Permukaan Oklusal (1) .............................................................. 24 Gambar 5-8. Titik Penandaan untuk Permukaan Oklusal (2) .............................................................. 24 Gambar 5-9. Letak Tombol “Undo” pada PARRRIS. .......................................................................... 25 Gambar 5-10. Letak Tombol “Clear” pada PARRRIS. ........................................................................ 25 Gambar 5-11. Letak Tombol “Submit” pada PARRRIS. ...................................................................... 26 Gambar 5-12. Hasil Perhitungan Indeks PAR pada PARRRIS dari Permukaan Occlusal/Oklusal. ............. 26 Gambar 5-13. Gambar Halaman Buccal/Bukal. ................................................................................ 27 Gambar 5-14. Letak Tombol “Choose Left Buccal Image”. ................................................................ 27 Gambar 5-15. Pemilihan Citra Bukal Kiri dari Model Gigi ................................................................... 28 Gambar 5-16. Letak Tombol “Choose Right Buccal Image”. .............................................................. 28 Gambar 5-17. Contoh Gambar-Gambar yang Dijadikan sebagai Pembanding. ..................................... 29 Gambar 5-18. Letak Klasifikasi Bagian “Left”. .................................................................................. 29 Gambar 5-19. Letak Klasifikasi Bagian “Right”. ................................................................................ 30
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page xi
Gambar 5-20. Letak Tombol “Submit”. ........................................................................................... 30 Gambar 5-21. Gambar Halaman Anterior dan Letak Tombol Bagian “Anterior”. ................................... 31 Gambar 5-22. Letak Tombol “Choose Anterior Image”...................................................................... 31 Gambar 5-23. Proses Pemilihan Gambar Anterior. ............................................................................ 32 Gambar 5-24. Letak Tombol “Choose Lower Anterior Image”. ........................................................... 32 Gambar 5-25. Proses Pemilihan Gambar Lower Anterior. .................................................................. 33 Gambar 5-26. Letak Perbatasan Antara Gigi dengan Gusi pada Citra Anterior Rahang Bawah. .............. 33 Gambar 5-27. Letak Bagian “Anterior Crossbite”. ............................................................................. 34 Gambar 5-28. Letak Bagian “Submit”. ............................................................................................ 34 Gambar 5-29. Gambar Halaman Anterior/Permukaan Depan yang Sudah Dilakukan Pengukuran dan Hasilnya. ................................................................................................................................................. 35 Gambar 5-30. Gambar Halaman Summary/Kesimpulan dari Hasil Perhitungan Nilai Indeks PAR. ........... 35
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page xii
Daftar Tabel
Tabel 4-1 Komponen dari Indeks PAR13, 15 ........................................................................... 12 Tabel 4-2 Penilaian Skor Penyimpangan Titik Kontak13, 15...................................................... 13
Tabel 4-3 Penilaian Skor Oklusi Bukal13, 15 ........................................................................... 14 Tabel 4-4 Penilaian Skor Jarak Gigit dan Gigitan Silang13, 15 .................................................. 17 Tabel 4-5 Penilaian Skor Tumpang Gigit13, 15........................................................................ 18 Tabel 4-6 Penilaian Skor Garis Median13, 15 .......................................................................... 19
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page xiii
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 1
Bab 1.
Pembuatan Model Studi Dari Hasil Cetakan Gigi Geligi
Model studi adalah model tiruan rahang atas dan bawah yang terbuat dari gips. Pembuatan model studi
gigi dari hasil cetakan gigi geligi merupakan tahap awal dari pembuatan perangkat lunak perhitungan indeks PAR.
Untuk membuat model studi dibutuhkan bahan-bahan, alat-alat dan cara pembuatan model studi itu sendiri.
1.1. Bahan yang dibutuhan
1.1.1 Bahan cetak
1.1.2. Air
1.1.3. Bahan cor yang keras/dental hard stone
1.1.4. Bahan gips putih/dental stone
1.1.5. Pensil 2B
1.1.6. Pulpen
1.1.7. Label
1.2. Alat yang dibutuhan
1.2.1. Sendok cetak
1.2.2. Spatula
1.2.3. Bowl
1.2.4. Cetakan basis yang terbuat dari karet
1.3. Pembuatan Model Studi
Gambar 1-1a menunjukkan bahwa pasien datang diberikan inform konsen yang menyatakan bahwa data
medik yang bersangkutan akan digunakan untuk didiagnosa lebih lanjut. Kemudian dilakukan pencetakan gigi
geliginya, lihat Gambar 1-1b. Hasil cetakan tersebut di cor dengan dental stone dan di diamkan sampai mengeras,
pada Gambar 1-1c. Setelah hasil cor cetakan gigi geligi tersebut mengeras, cetakan gigi geligi dibuka dari sendok
cetak dan dibuatkan basis dengan delapan segi, tampak pada Gambar 1-1d.
Gambar 1-1. Cara Membuat Model Studi. Gambar 1-1a. Pasien. Gambar 1-1b. Hasil Cetakan Gigi Geligi Pasien.
1-1c. Hasil Cor Cetakan Gigi Geligi Pasien. 1-1d. Studi Model dengan Basis Delapan Segi (dikutip dari Arsip Pribadi)
Cara pembuatan model studi
1.3.1. Cetak gigi geligi
Gigi geligi dicetak menggunakan bahan cetak alginate dengan sendok cetak sesuai dengan ukuran rahang
pasien.
1.3.2. Cor dengan bahan yang keras/dental hard stone
Hasil cetakan gigi geligi pada sendok cetak yang menggunakan alginate, di cor dengan dental stone.
Diamkan beberapa saat, setelah mengeras dilepaskan dari sendok cetak.
1.3.3 Basis segi delapan
Hasil cor gigi geligi dimasukkan ke dalam cetakan karet untuk dibuatkan basis 7 segi dengan
menggunakan cetakan basis yang terbuat dari karet. Rahang bawah di buatkan basisnya terlebih dahulu
setelah keras kemudian buatkan basis rahang atas yang disesuaikan dengan gigitan pasien secara klinis
dengan rahang bawah (dengan bantuan gigitan malam agar gigitan sesuai dengan keadaan klinis
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 2
sehingga akan didapatkan gigi geligi dalam keadaan oklusi sama seperti keadaan yang sebenarnya).
Setelah kedua basis tersebut mengeras, bagian anteriornya di ratakan hingga basis tersebut menjadi
berbentuk segi delapan. Seluruh permukaan sisi dari basis tersebut disesuaikan sehingga studi model ini
dapat diposisikan saling mengatup satu dengan lainnya dari semua segi/permukaan/posisi baik anterior,
sisi bukal kanan, bukal kiri dan sisi permukaan posterior.
Gambar 1-2. Gambar Studi Model Delapan Segi dengan Rahang Atas pada Posisi di Sebelah Kiri (dikutip dari
Arsip Pribadi).
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 3
Bab 2.
Pemindaian Model Studi
Pemindaian model studi adalah proses pembacaan data dari model studi ke bentuk digital. Pemindaian
dengan alat pindai/scanner dilakukan dengan 300 dpi agar citra hasil pemindaian dapat dilakukan pengukuran
perhitungan nilai indeks PAR pada PARRRIS. Alat pindai merek dan jenis apapun dapat digunakan. Adapun alat
dan bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
2.1. Alat yang Di Butuhkan
2.1.1. Alat Pindai/Scanner
Alat pindai/scanner yang digunakan harus memiliki penutup yang dapat dilepaskan dari badan alat
pemindai, dapat dilihat pada Gambar 2-1.
Gambar 2-1. Alat Pemindai dengan Keadaan Tutup Terbuka dan Tutup Alat Pindai dapat di Lepaskan dari Alat
Pindai (dikutip dari Arsip Pribadi).
2.1.2. Penyangga Tutup Pemindai
Saat melakukan pemindaian, tutup alat pemindai disangga oleh dua buah penyangga yang dapat dibuat
dari susunan brick block. Penyangga tersebut terdiri dari beberapa ukuran, yaitu:
2.1.2.1. Penyangga untuk Sisi/Permukaan Anterior dan Rahang bawah
Susunan brick block dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penyangga oleh karena ukurannya
sesuai dengan tinggi yang dibutuhkan saat memindai model studi. Contoh penyangga tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2-2. Penyangga dengan tinngi 8,5cm, lebar 4cm dan tebal 4cm dapat dilihat pada
Gambar 2-2. Sebelah kanan.
2.1.2.2. Penyangga untuk Sisi/Permukaan Oklusal
Penyangga dengan tinggi 5cm, lebar 4cm dan tebal 4cm dapat dilihat pada Gambar 2-2. sebelah kiri.
Susunan brick block pun dapat digunakan dengan memanfaatkan lebar atau ketebalannya dengan
merebahkan dus botol susunan brick block tersebut.
Gambar 2-2. Brick Block dengan Tinggi 5cm, Lebar 4cm dan Tebal 4cm. (dikutip dari Arsip Pribadi).
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 4
2.2. Bahan yang Di Butuhkan
2.2.1. Double Tape NT Taiwan dan Sejenis
Double tape yang digunakan harus terbuat dari bahan yang sangat rekat dan kuat, sedikit agak tebal
sehingga dapat menahan model studi dalam keadaan menggantung saat dilakukan pemindaian. Lem
perekatnya dapat dibersihkan dari tutup alat pemindai. Contoh double tape yang dapat digunakan untuk
pemindaian model studi dapat dilihat pada Gambar 2-3.
Gambar 2-3. Double tape NT buatan Taiwan (dikutip dari Arsip Pribadi).
Double tape di rekatkan pada tutup alat pindai/scanner sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk
melakukan pemindaian dari beberapa posisi/sisi/permukaan gigi geligi yang dibutuhkan dari 5 (lima)
posisi yang dapat diakses oleh PARRRIS. Contoh perekatan posisi double tape dapat dilihat pada Gambar
2-4.
Gambar 2-4. Cara Memasang Double Tape Untuk Beberapa Posisi/Sisi/Permukaan Gigi Geligi yang akan di
Rekatkan pada Tutup Alat Pemindai dan di lakukan Pemindaian (dikutip dari Arsip Pribadi).
Gambar 2-5 menunjukkan salah satu cara pemindaian model studi gigi geligi yang hasil citranya akan
digunakan dalam pemrosesan pengukuran nilai skor indeks PAR pada PARRRIS.
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 5
Gambar 2-5. Gambar 2-5 a. Contoh Letak Perekatan Double Tape pada Tutup Alat pemindai. Gambar 2-5 b. Contoh Cara Pemindaian dari Permukaan Anterior Rahang Bawah. Gambar 2-5 c. Cara Pemindaian dimana
Alat Pemindai di Tutup dengan Kain Putih Penutup Ukuran 1mx0.75m. Gambar 2-5 d. Hasil Pemindaian Model Studi Tiga Dimensi Menjadi Citra Dua Dimensi dari Permukaan Anterior dalam Keadaan Oklusi. Model Studi
yang Dilakukan Pemindaian dalam Format RGB (Red Green Blue) yaitu Model Studi Segi Delapan yang dikelilingi oleh Kertas Millimeter Blok pada Keliling Permukaan Alat Pindai. Citra hasil pemindaian di simpan
dalam format JPEG (dikutip dari Arsip Pribadi).
Berikut penjelasan mengenai cara pemindaian model studi untuk masing-masing posisi/sisi/permukaan
yang akan di proses dalam perhitungan nilai skor indkes PAR pada PARRRIS.
2.3. Cara Pemindaian Model Studi
2.3.1. Pemindaian Posisi 1 (Permukaan Oklusal Gigi Geligi)
Model gigi direkatkan dengan double tape NT pada permukaan tutup alat pemindai dimana permukaan
oklusal gigi geligi menghadap pada kaca alat pindai. Penutup alat pindai disangga dengan alat penyangga
ukuran tinggi 5cm, lebar 4cm dan tebal 4cm dan saat dilakukan pemindaian, alat pindai ditutup dengan
kain putih. Dimana rahang atas berada pada sisi kiri dan rahang bawah di sisi kanan.
2.3.2. Pemindaian Posisi 2 dan 3 (Permukaan Bukal Kanan dan Kiri Gigi Geligi)
Model gigi diletakkan pada permukaan kaca alat pindai dengan bagian bukal kanan/kiri menghadap kaca
alat pindai, tutup alat pindai disangga dengan penyangga berukuran tinggi 8,5cm, lebar 4cm dan tebal
4cm dan saat dilakukan pemindaian, alat pindai ditutup dengan kain putih.
2.3.3. Pemindaian Posisi 4 (Permukaan Anterior Gigi Geligi)
Model gigi bagian belakang direkatkan dengan doubl tape NT pada permukaan alat pemindai dimana
permukaan gigi geligi anterior menghadap pada kaca alat pindai. Penutup alat pindai disangga dengan
alat penyangga ukuran tinggi 8,5cm, lebar 4cm dan tebal 4cm dan saat dilakukan pemindaian, alat pindai
ditutup dengan kain putih.
2.3.4. Pemindaian Posisi 5 dan 6 (Permukaan Anterior Gigi Geligi Rahang Atas dan Rahang
Bawah)
Model gigi bagian belakang direkatkan dengan double tape NT pada permukaan tutup alat pemindai
dimana permukaan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah menempel pada bagian dasar basisnya dan
permukaan anterior gigi geligi menghadap pada kaca alat pindai. Penutup alat pindai disangga dengan
alat penyangga ukuran tinggi 8,5cm, lebar 4cm dan tebal 4cm dan saat dilakukan pemindaian, alat pindai
ditutup dengan kain putih.
Proses pengukuran perhitungan nilai indeks PAR pada perangkat lunak PARRRIS membutuhkan 5 jenis
citra dari beberapa sisi permukaan model studi yang sudah di pindai. Adapun citra yang sudah dipindai tersebut
di crop sedemikian rupa seperti pada gambar 2-6 a, b, c, d, e. Ke lima citra itu terdiri dari citra 2 dimensi, yaitu;
1). posisi 1 dari permukaan oklusal, 2). posisi 2 dari permukaan bukal kanan, 3). posisi 3 dari permukaan bukal
kiri, 4). posisi 4 dari anterior dalam keadaan oklusi, 5). posisi 5 dari anterior untuk rahang bawah, tampak pada
Gambar 2-6.
(a) (b) (c) (d)
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 6
Gambar 2-6. Contoh Dataset Citra Gigi Dua Dimensi dari Lima Sisi Pemindaian yang akan digunakan sebagai
Salah Satu Sampel Penelitian. Gambar 2-6 a. Posisi 1 dari Permukaan Oklusal. Gambar 2-6 b. Posisi 2 dari Permukaan Bukal Kanan. Gambar 2-6 c. Posisi 3 dari Permukaan Bukal Kiri. Gambar 2-6 d. Posisi 4 dari Anterior dalam Keadaan Oklusi. Gambar 2-6 e. Posisi 5 dari Permukaan Anterior untuk Rahang Bawah
(dikutip dari Arsip Pribadi).
Berikut penjelasan cara pengambilan citra yang akan digunakan pada pemrosesan pengukuran
perhitungan nilai skor indeks PAR pada perangkat lunak PARRRIS.
2.4. Cara Pengambilan Citra Yang Akan Digunakan Pada Perhitungan Nilai Indeks PAR Dalam
PARRRIS
2.4.1. Citra posisi 1
Citra hasil pemindaian dari permukaan di crop pada posisi terluar dari gigi molar pertama (M1) dan insisif
pertama (I1) dari permukaan oklusal baik rahang atas maupun rahang bawah. Contoh gambar oklusal:
Gambar 2-7. Contoh Citra dari Permukaan Oklusal yang akan diproses pada PARRRIS (dikutip dari Arsip
Pribadi).
2.4.2. Citra posisi 2
Citra hasil pemindaian dari sisi permukaan bukal kanan di crop bagian antero-posterior pada distal gigi
molar pertama (M1) rahang atas kanan dan paling anterior mesial gigi kaninus rahang bawah kanan,
bagian vertikalnya sampai batas antara gusi dan basis. Contoh gambar sisi permukaan bukal kanan.
Gambar 2-8. Contoh Citra dari Permukaan Posterior Bukal Kanan yang akan diproses pada PARRRIS (dikutip
dari Arsip Pribadi).
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 7
2.4.3. Citra posisi 3
Citra hasil pemindaian dari sisi permukaan bukal kiri di crop bagian antero-posterior pada distal gigi molar
pertama (M1) rahanga atas kiri dan paling anterior mesial gigi kaninus rahang bawah kiri, bagian
vertikalnya sampai batas antara gusi dan basis. Contoh gambar sisi permukaan bukal kiri.
Gambar 2-9. Contoh Citra dari Permukaan Posterior Bukal Kiri yang akan diproses pada PARRRIS (dikutip dari
Arsip Pribadi).
2.4.4. Citra posisi 4
Citra hasil pemindaian dari sisi permukaan anterior di crop dengan batas horizontal pada distal gigi insisif
kedua rahang atas kanan dan kiri dan demikian juga di gigi insisif rahang bawah. Sedangkan batas
vertikalnya adalah sampai batas antara gusi dan basis. Contoh gambar sisi permukaan anterior terdapat
di bawah ini.
Gambar 2-10. Contoh Citra dari Permukaan Anterior Gigi Insisif Dalam Keadaan Oklusi yang akan diproses
pada PARRRIS (dikutip dari Arsip Pribadi).
2.4.5. Citra posisi 5
Citra pada posisi 5 adalah hasil pemindaian dari sisi permukaan anterior yang dipindai satu-persatu untuk
rahang bawah (posisi 5). Hasil pemindaian ini di crop dengan batas horizontal pada distal gigi insisif kedua
kiri dan kanan pada rahang atas dan rahang bawah. Sedangkan batas vertikalnya adalah sampai batas
antara gusi dan basis. Batas atas citra rahang bawah adalah area hitam yang dilebihkan sedikit dari ujung
gigi. Contoh gambar sisi permukaan posisi 5.
Gambar 2-11. Contoh Citra dari Permukaan Gigi Insisif Anterior Rahang Bawah yang akan diproses pada
PARRRIS (dikutip dari Arsip Pribadi).
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 8
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 9
Bab 3.
Penamaan Gigi Geligi
Bab ini berisi penamaan gigi geligi yang akan digunakan dalam membuat perangkat lunak perhitungan
indeks PAR. Sistem penomeran gigi disebut dengan nomenklatur dan terdiri dari berbagai macam. Berikut adalah
beberapa sistem penomeran gigi:
1. Cara Zsigmondy
2. Cara Palmer’s
3. Cara Amerika
4. Cara Applegate
5. Cara Haderup
6. Sistem Scandinavian
7. Cara G.B. Denton
8. Sistem 2 angka dari International Dental Federation
9. Cara Utrecht/Belanda
Sistem penomeran gigi ini dilakukan dengan memberi nama dan nomor untuk setiap gigi. Sistem ini
ditujukan untuk mempermudah identifikasi dari masing-masing gigi geligi. Sistem penomeran gigi yang dipakai
adalah Cara Palmer’s atau biasa disebut dengan Palmer Notation. Berikut akan diberikan penjelasan mengenai
sistem penomeran gigi yang digunakan dan bagian-bagiannya untuk penelitian ini.
Penomeran gigi dimulai dari gigi insisif pertama pada bagian anterior yang kemudian dilanjutkan ke gigi
insisif kedua, kaninus, premolar dan molar. Ilustrasi sistem penomeran Palmer Notation dapat dilihat pada Gambar
3-1 a yaitu pembagian sisi kanan dan kiri dari rahang atas dan rahang bawah.14 Gambar 3-1 b adalah pembagian
gigi geligi anterior dan gigi geligi posterior dalam perhitungan nilai indeks PAR yang digolongkan pada masing-
masing segmen, yaitu segmen anterior rahang atas dan rahang bawah, serta segmen posterior kanan dan kiri
rahang atas dan rahang bawah.
(a) (b)
Gambar 3-1 a. Penomeran Gigi Geligi Beradsarkan Penamaan Palmer Notation Menunjukkan Rahang Atas Kanan-Kiri dan Rahang Bawah Kanan-Kiri.14 Ganbar 3-1 b.
Palmer Notation Menunjukkan Segmen Anterior (labial) Rahang Atas dan Rahang Bawah, Segmen Posterior Rahang Atas dan Rahang Bawah Kanan-Kiri.14
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 10
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 11
Bab 4.
Indeks PAR (Peer Assessment Rating)
Bab ini berisi tentang penjelasan indeks PAR yang terdiri dari 11 komponen. Bab ini menjelaskan
pembagian segmen gigi untuk dimasukkan ke dalam perhitungan indeks PAR. Selain itu, cara perhitungan indeks
PAR juga dijelaskan dalam bab ini.
Indeks PAR pertama kali diperkenalkan oleh Richmond tahun 1992 di Inggris dan selanjutnya
disempurnakan keabsahannya oleh beberapa pakar ortodontis di Amerika Serikat. Ratna Rustamadji tahun 2005
menyatakan dalam tesisnya bahwa indeks PAR dapat digunakan untuk prediksi akan kebutuhan perawatan
ortodontik, evaluasi hasil perawatan ortodontik dan juga dapat digunakan sebagai parameter untuk
membandingkan hasil perawatan ortodontik dengan kasus pencabutan dan tanpa pencabutan. Indeks PAR dapat
mencakup keseluruhan dari keadaan anomali oklusal untuk melihat adanya kebutuhan perawatan ortodontik,
evaluasi hasil perawatan ortodontik apakah terjadi relaps ataupun tidak dan rencana perawatan dalam
menentukan apakah kasus maloklusi memerlukan pencabutan atau tidak dalam satu kesimpulan nilai skor dari
berbagai tipe maloklusi.13, 15 Indeks PAR banyak digunakan baik di Indonesia maupun di seluruh dunia karena
indeks PAR memiliki 98% ketepatan pengukuran terutama dari permukaan oklusal.
Indeks PAR terdiri dari 11 komponen yang mencakup keseluruhan perhitungan dari seluruh permukaan
gigi geligi. Komponen 1-6 pengukuran dari permukaan oklusal baik rahang atas maupun rahang bawah, dimana
permukaan oklusal tersebut dibagi menjadi tiga bagian yaitu permukaan bukal kanan rahang atas, anterior rahang
atas, bukal kiri rahang atas, bukal kanan rahang bawah, anterior rahang bawah dan bukal kiri rahang bawah.
Pembagian segmen tersebut dapat dilihat pada Gambar 4-1.
4.1. Pembagian Segmen Berdasarkan Perhitungan Indeks PAR
Gambar 4-1. Pembagian Serta Cara Perhitungan Segmen Anterior dan Posterior Berdasarkan Indeks PAR, Terdiri dari Segmen Anterior, Segmen Posterior/Bukal Rahang Kanan dan Kiri (dikutip dari Arsip Pribadi).
Selanjutnya adalah komponen indeks PAR 7 dan 11 dimana pengukurannya dilakukan dari permukaan
bukal kanan dan kiri pada gigi geligi dalam keadaan oklusi. Komponen 8 dan 10 jarak gigit dan garis median
dilakukan perhitungannya dengan menggunakan citra dari permukaan oklusal. Komponen indeks PAR ke-9 yaitu
tumpang gigit, pengukurannya dilakukan dengan citra ke empat gigi insisif anterior rahang atas dan rahang bawah
dalam keadaan oklusi dan ke empat gigi insisif anterior rahang bawah. Gambar 4-2, adalah penjelasan lebih detail
untuk menjelaskan ke-11 komponen Indeks PAR yang akan dilakukan pengukurannya. Gambar ini menunjukkan
bagian gigi geligi yang akan diukur dalam 11 komponen nilai indeks PAR.
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 12
Gambar 4-2. Kesebelas Komponen Nilai Indeks PAR (dikutip dari Arsip Pribadi).
Gambar 4-2 adalah gambar yang menunjukkan bagian gigi geligi yang akan diukur dalam 11 komponen
nilai indeks PAR. Pengukuran dibagi menjadi 3 kategori besar, yaitu 1). pengukuran dari permukaan/sisi oklusal
untuk pengukuran komponen 1-6, 2). pengukuran dari permukaan/sisi bukal untuk pengukuran komponen 7 dan
11, 3). Pengukuran dari permukaan/sisi anterior untuk pengukuran komponen 8-10. Kesebelas komponen indeks
PAR dapat dilihat pada
Tabel 4-1.
Tabel 4-1 Komponen dari Indeks PAR13, 15
No Komponen
1 Segmen bukal rahang atas kanan.
2 Segmen anterior rahang atas.
3 Segmen bukal rahang atas kiri.
4 Segmen bukal rahang bawah kanan.
5 Segmen anterior rahang bawah.
6 Segmen bukal rahang bawah kiri.
7 Oklusi bukal kanan.
8 Jarak gigit.
9 Tumpang gigit.
10 Garis median.
11 Oklusi bukal kiri.
Masing-masing komponen memiliki beberapa skor yang dinilai dengan kriteria tertentu
Kategori indeks PAR (total skor):
0= susunan gigi geligi dan oklusi dalam keadaan baik dan tidak memerlukan
perawatan ortodonti
≤2= terdapat perubahan susunan gigi geligi dan oklusi ringan
≥3-4= perubahan susunan gigi geligi dan oklusi sedang
≥5-6= perubahan susunan gigi geligi dan oklusi berat
≥7= perubahan susunan gigi geligi dan oklusi sangat berat
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 13
4.2. Cara Pengukuran Perhitungan Indeks PAR yang Terdiri dari 11 Komponen
4.2.1. Pengukuran Permukaan Oklusal yaitu Terdiri dari Pengukuran Komponen Indeks PAR
1-6
Kriteria penilaian skor dari masing-masing komponen indeks PAR dan batas pengukuran titik kontak
komponen indeks PAR 1-6 adalah sebagai berikut :
4.2.1.1. Segmen bukal rahang atas kanan, adalah segmen bukal kanan dari zona lengkung gigi rahang atas. Pada
masing-masing segmen dilakukan pengukuran penyimpangan titik kontak. Zona segmen bukal rahanga
atas kanan pengukurannya dimulai dari titik kontak mesial gigi molar satu permanen (M1) ke titik kontak
distal gigi premolar kedua (P2), selanjutnya titik kontak mesial gigi premolar kedua (P2) ke titik kontak
distal gigi premolar pertama (P1), dari titik kontak mesial gigi premolar pertama (P1) ke titik kontak distal
gigi kaninus (C)/titik kontak mesial M1-distal P2, mesial P2-distal P1, mesial P1-distal C rahang atas kanan.
4.2.1.2. Segmen anterior rahang atas, adalah zona lengkung gigi anterior pada rahang atas yang pengukuran
penyimpangan titik kontaknya dimulai dari titik kontak mesial gigi kaninus (C) kiri ke titik kontak mesial
gigi kaninus (C) kanan/titik kontak mesial kaninus (C) rahang atas kiri-distal insisif kedua (I2) rahang atas
kiri, mesial insisif kedua (I2) rahang atas kiri-distal insisif pertama (I1) rahang atas kiri , mesial insisif
pertama (I1) rahang atas kiri-mesial insisif pertama (I1) rahang atas kanan, distal insisif pertama (I1)
rahang atas kanan-mesial insisif pertama (I2) rahang atas kanan, distal insisif kedua (I2) rahang atas
kanan-mesial kaninus (C) rahang atas kanan.
4.2.1.3. Segmen bukal rahang atas kiri, adalah segmen bukal kiri dari zona lengkung gigi rahang atas. Diukur dari
penyimpangan titik kontak distal C-mesial P1, distal P1-mesial P2, distal P2-mesial M1.
4.2.1.4. Segmen bukal rahang bawah kiri adalah segmen bukal kiri dari zona lengkung gigi rahang bawah. Diukur
dari penyimpangan titik kontak distal C kiri-mesial P1 kiri, distal P1 kiri-mesial P2 kiri, distal P2 kiri-mesial
M1 rahang bawah kiri.
4.2.1.5. Segmen anterior rahang bawah adalah, adalah zona lengkung gigi anterior pada rahang bawah. Diukur
dari penyimpangan titik kontak mesial C-mesial C/mesial C kanan-distal I2 kanan, mesial I2 kanan -distal
I1 kanan, mesial I1 kanan-mesial I1 kiri, distal I1 kiri-mesial I2 kiri, distal I2 kiri-mesial C kiri rahang
bawah.
4.2.1.6. Segmen bukal rahang bawah kanan, adalah segmen bukal kanan dari zona lengkung gigi rahang bawah.
Diukur dari penyimpangan titik kontak mesial M1 kanan-distal P2 kanan, mesial P2 kanan-distal P1 kanan,
mesial P1 kanan-distal C rahang bawah kanan.
Tabel 4-2 Penilaian Skor Penyimpangan Titik Kontak13, 15
Skor Kelainan
0 0 – 1mm
1 1,1 – 2mm
2 2,1 – 4mm
3 4,1 – 8mm
4 Lebih besar dari 8mm
5 Gigi impaksi
Catatan: Titik kontak ditentukan diluar sebelah mesial/distal masing-masing gigi baik gigi anterior dan gigi
posterior. Bila terdapat salah satu gigi yang impaksi, maka ukuran yang akan digunakan adalah jarak gigi yang
impaksi, Bila kedua gigi belum tumbuh, maka digunakan ukuran gigi normal yang paling besar, seperti: I2 (insisif
kedua) RA=7mm, RB=6mm, C (kaninus) RA=9mm, RB=7mm.
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 14
Keterangan : Gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat tumbuh/terletak pada tempatnya, ditandai dengan jarak
antara dua gigi yang berdekatan kurang atau sama dengan 4mm. Gigi kaninus yang impaksi dicatat pada segmen
anterior.
Cara pengukuran komponen indeks PAR no 1-6 (penyimpangan titik kontak dari permukaan/sisi oklusal)
tampak pada Gambar 4-3. Cara pengukuran manual ini diimplementasikan pada PARRRIS.
Gambar 4-3. Cara Mengukur Perhitungan Nilai Indeks PAR pada Penyimpangan Titik Kontak di Rahang Atas
serta Rahang Bawah Anterior dan Posterior.14
4.2.2. Pengukuran Permukaan Bukal (terdiri dari pengukuran komponen 7 dan 11)
Oklusi bukal adalah gigi-gigi posterior pada permukaan kiri dan kanan dalam keadaan oklusi yang dicatat
dengan melihat dari tiga arah yaitu antero posterior, vertikal dan transversal. Lihat Tabel 4-3.
Tabel 4-3 Penilaian Skor Oklusi Bukal13, 15
Skor Kelainan
A. Antero-Posterior
0 Interdigitasi baik kelas I/II/III
1 Kelainan kurang dari setengah unit
2 Kelainan pada setengah unit (cusp to cusp)
B. Vertikal
0 Tidak ada kelainan
1 Gigitan terbuka lateral sedikitnya pada dua gigi, dengan
jarak lebih dari 2mm
C. Transversal
0 Tidak ada gigitan silang
1 Kecenderungan gigitan silang
2 Gigitan silang pada salah satu gigi
3 Gigitan silang lebih dari satu gigi
4 Lebih dari satu gigi "Scissor Bite"
Catatan: Penilaian skor oklusi bukal jika terdapat semua kelainan dari antero-posterior, vertikal dan transversal
maka ketiganya di jumlah dan hasilnya adalah skor oklusi bukal baik kanan maupun kiri.
Pengukuran oklusi bukal kanan dan kiri dilakukan pada model studi dari permukaan kanan dan kiri sesuai
Gambar 4-4 dibawah ini.
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 15
Gambar 4-4. Gambar Oklusi Bukal Kiri dan Kanan dari Model Studi Delapan Segi (dikutip dari Arsip Pribadi).
4.2.2.1. Contoh Gambar Kelainan dari Arah Antero-Posterior/Interdigitasi pada Penilaian
Skor Oklusi Bukal
Gambar 4-5 menunjukkan hubungan interdigitasi yang baik pada maloklusi kelas I, interdigitasi baik pada
kelas II dan interdigitasi baik pada kelas III.
Gambar 4-5 Klasifikasi Interdigitasi berdasarkan Angle. Gambar 4-5a. Interdigitasi Baik Kelas I. Gambar 4-5b. Interdigitasi Baik Kelas II. Gambar 4-5c. Interdigitasi Baik Kelas III16
Gambar 4-6 memperlihatkan kelainan hubungan molar pertama kurang dari setengah unit,
memperlihatkan kelainan hubungan molar pertama pada setengah unit “cusp to cusp”.
Gambar 4-6. Kelainan interdigitasi. Gambar 4-6a. pada kurang dari setengah unit.
Gambar 4-6b. Kelainan pada setengah unit (cusp to cusp)16
4.2.2.2. Contoh Gambar Kelainan dari Arah Vertikal pada Penilaian Skor Oklusi Bukal
Gambar 4-7 memperlihatkan gigitan terbuka lateral yang merupakan kelainan dari arah vertikal
(a) (b) (c)
(a) (b)
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 16
Gambar 4-7. Gigitan terbuka lateral minimal pada dua gigi, dengan jarak lebih dari 2mm16
4.2.2.3. Contoh Gambar Kelainan dari Arah Transversal pada Penilaian Skor Oklusi Bukal
Gambar 4-8 memperlihatkan kelainan gigitan silang palatal/palatal crossbite pada rahang atas dan
kelainan bukal crossbite pada rahang atas.
Gambar 4-8. Crossbite Palatal dan Bukal pada Maksila. Gambar 4-8a. Maxillary Palatal Crossbite. Gambar 4-8b. Maxillary Buccal Crossbite16
4.2.3. Pengukuran Permukaan Anterior terdiri dari pengukuran komponen 8-10 Indeks PAR
Pengukuran permukaan anterior terdiri dari tiga pengukuran, yaitu; 1). Pengukuran komponen 8 adalah
over Jet/Jarak Gigit, 2). komponen 9 adalah over bite/tumpang gigit, 3). komponen 10 adalah garis
median.
4.2.3.1.Pengukuran Komponen 8 Indeks PAR yaitu Over Jet/ Jarak Gigit
Pengukuran Over Jet/ Jarak Gigit dibagi menjadi dua, yaitu; 1). overjet/jarak gigit dan 2).
crossbite/gigitan silang. Jarak gigit adalah jarak horizontal permukaan labial gigi insisif bawah dengan
insisal gigi insisif atas. Overjet/jarak gigit adalah komponen ke-8 dari indeks PAR. Gambar 4-9
menunjukkan cara penilaian overjet/jarak gigit berdasarkan jarak dan tabel skor PAR overjet/jarak gigit.
Cara pengukuran komponen 8, jarak gigit adalah sebagai berikut:
Gambar 4-9. Penilaian Over Jet dan Skor Penyimpangan Kelainan14
Gambar 4-10 memperlihatkan model studi tampak samping dalam pengukuran overjet yang biasa
dilakukan.
(a) (b)
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 17
Gambar 4-10. Tampak Samping Model Studi Untuk Mengukur Over Jet14
Gambar 4-11 menunjukkan penilaian crossbite/gigitan silang dan kategorinya dalam skoring indeks PAR.
Pengukuran crossbite/gigitan silang merupakan bagian dari komponen ke-8 dari indeks PAR.
Crossbite/gigitan silang adalah dimana hubungan gigi insisif pertama rahang atas berada dibelakang/lebih
ke palatal dari insisif pertama rahang bawah sehingga akan terjadi gigitan silan diantara kedua gigi insisi
pertama rahang atas terhadap rahang bawah.
Gambar 4-11. Penilaian Crossbite/Gigitan Silang dan Kategorinya Dalam Indeks PAR14
Penjelasan mengenai penilaian skor indeks PAR jarak gigit dan gigitan silang anterior dapat dilihat pada Tabel 4-4.
Tabel 4-4 Penilaian Skor Jarak Gigit dan Gigitan Silang13, 15
Skor Kelainan
A.Jarak gigit
0 0 – 3mm
1 3,1 – 5mm
2 5,1 – 7mm
3 7,1 – 9mm
4 Lebih besar dari 9mm
B.Gigitan silang anterior
0 Tidak ada kelainan
1 Satu atau lebih gigi ”edge to
edge”
2 Gigitan silang pada satu gigi
3 Gigitan silang pada dua gigi
4 Gigitan silang lebih dari dua gigi
Catatan: Nilai skor jarak gigit = jarak gigit+skor gigitan silang anterior. Jarak gigit dilihat pada gigi I1 (insisif
pertama) rahang atas yang paling ekstrem dan I1 (insisif pertama) rahang bawah harus mengikuti I1 (insisif
pertama) rahang atas yang dipilih.
4.2.4. Pengukuran Komponen ke-9 Indeks PAR dari Permukaan Anterior yaitu Over
Bite/Tumpang Gigit
Pengukuran komponen ke-9 indeks PAR dari permukaan anterior dikategorikan menjadi dua pengukuran
yaitu; 1). Open bite/gigitan terbuka dan 2). overbite/tumpang gigit. Tumpang gigit adalah jarak tumpang
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 18
gigit dalam arah vertikal gigi insisif atas terhadap panjang mahkota klinis gigi insisif bawah, atau dapat
juga kebalikannya bila gigi insisif atas tidak bertemu dengan gigi insisif bawah maka akan tampak
besarnya gigitan terbuka. Rincian skor indeks PARnya dapat dilihat pada keterangan
Tabel 4-5.
Tabel 4-5 Penilaian Skor Tumpang Gigit13, 15
Skor Kelainan
A. Gigitan terbuka/Open bite
0 Tidak ada gigitan terbuka
1 Gigitan terbuka kurang dari atau sama dengan 1mm
2 Gigitan terbuka 1,1 – 2mm
3 Gigitan terbuka 2,1 – 3mm
4 Gigitan terbuka sama dengan/lebih dari 4mm
B. Tumpang gigit/Over bite
0 Besarnya penutupan kurang atau sama dengan 1/3 tinggi
mahkota gigi insisif bawah
1 Besarnya penutupan lebih dari 1/3, tetapi kurang dari 2/3
tinggi mahkota gigi insisif bawah
2 Besarnya penutupan lebih dari 2/3 tinggi mahkota gigi
insisif bawah
3 Besarnya penutupan sama dengan/lebih besar dari tinggi
mahkota gigi insisif bawah
4.2.4.1 Open Bite/Gigitan Terbuka
Openbite/gigitan terbuka adalah jarak vertikal antara ujung insisal gigi insisif pertama anterior rahang
atas terhadap ujung insisal gigi insisif pertama anterior pada rahang bawah. Openbite/gigitan terbuka
adalah komponen ke-9 dari indeks PAR, dapat dilihat pada Gambar 4-12 beserta kategori skoring indeks
PAR nya.
Gambar 4-12. Penilaian Jarak Tumpang Gigit dan Skor Penyimpangan Kelainan14
Gambar 4-13 menunjukkan gambar gigitan terbuka pada sisi/permukaan anterior baik pada model studi
3D maupun pada citra dalam perhitungan PARRRIS.
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 19
Gambar 4-13. Gambar Gigitan Terbuka pada permukaan Anterior dari Model Studi Delapan Segi 3D dengan
Gigitan Terbuka Anterior yang Dihitung oleh PARRRIS.14
4.2.4.2. Over Bite/Tumpang Gigit
Overbite/tumpang gigit adalah jarak tumpang gigit gigi insisif pertama rahang atas terhadap seberapa
banyak gigi insisif pertama rahang bawah tertutup oleh insisif pertama rahang atas. Overbite/tumpang
gigit adalah komponen ke-9 dari indeks PAR. Untuk lebih jelasnya, penjelasan overbite/tumpang gigit
dapat dilihat pada Gambar 4-14. Gambar 4-14 menunjukkan gambar tumpang gigit pada sisi/permukaan
anterior dari model studi 3D.
Gambar 4-14. Gambar Tumpang Gigit pada Permukaan Anterior dari Model Studi Delapan Segi 3D yang
Dihitung oleh PARRRIS (dikutip dari Arsip Pribadi).
4.2.5. Pengukuran Komponen Indeks PAR ke-10 dari permukaan anterior yaitu Mid
Line/Garis Median
Garis median adalah hubungan garis tengah lengkung gigi atas terhadap lengkung gigi bawah. Garis
tengah lengkung gigi ini diwakili oleh garis pertemuan kedua gigi insisif satu atas terhadap garis
pertemuan kedua gigi insisif bawah. Perincian skor indeks PAR garis median dapat dilihat pada Tabel 4-6.
Tabel 4-6 Penilaian Skor Garis Median13, 15
Skor Penilaian
0 Tempat bertemu – ¼ lebar
gigi insisif bawah
1 Lebih dari ¼ - ½ lebar gigi
insisif bawah
2 Lebih dari ½ lebar gigi insisif
bawah
Catatan: Bila terdapat midline yang benar maka baik garis median di rahang atas maupun rahang bawah akan
diukur seberapa jauh penyimpangannya dari yang normal tersebut. Jika garis median pada rahang atas dan rahang
bawah tidak ada yang normal maka garis median akan diukur seberapa jauh penyimpangannya dari pertemuan
antara garis tengah palatum dengan frenulum labialis baik di rahang atas maupun di rahang bawah.
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 20
Bab 5.
PARRRIS (Peer Assessment Rating Ratna Rustamadji System)
Bab ini berisi penjelasan tentang perangkat lunak PARRRIS. PARRRIS adalah perangkat lunak yang dapat
mengitung indeks PAR dengan menggunakan citra 2D dari hasil pemindaian model studi gigi geligi 3D. Perhitungan
ke-11 komponen indeks PAR diimplementasikan pada PARRRIS. Piranti lunak cerdas PARRRIS menggunakan
Library OpenCV dengan bahasa C++. Pada PARRRIS metode computer vision digunakan untuk melakukan
segmentasi dan perhitungan indeks PAR pada citra 2D model studi. Dengan menggunakan piranti lunak cerdas
PARRRIS perhitungan indeks PAR menjadi lebih mudah, akurat, dan cepat. Pada tampilan layar PARRRIS terdiri
dari 5 (lima halaman) yaitu; 1). main/halaman depan, 2). occlusal/oklusal, 3). bucal/bukal, 4). anterior/anterior
dan 5). summary/ringkasan. Masing-masing halaman terdapat beberapa pengukuran dan hasil skoring indeks
PAR. Berikut adalah penjelasan mengenai panduan untuk penggunaan PARRRIS. Selamat mencoba.
5.1. Halaman Depan PARRRIS
Pada halaman depan perangkat lunak, pengguna akan disambut dengan tulisan selamat datang pada
perangkat lunak indeks PAR. Secara garis besar, pada perangkat lunak ini perhitungan komponen indeks PAR
akan dibagi menjadi bagian-bagian (permukaan/sisi) dari gigi yang dapat menghitung perangkat lunak indeks PAR
tersebut. Bagian-bagian tersebut adalah bagian permukaan oklusal, bagian kiri dan kanan gigi, dan bagian depan
gigi, dapat dilihat pada Gambar 5-1.
Gambar 5-1. Halaman Depan PARRRIS.
Bagian-bagian tersebut dibagi menjadi label-label yang berbeda pada perangkat lunak ini. Jika label
tersebut ditekan, maka program akan membawa pengguna kehalaman bagian gigi tertentu. Jika label “Occlusal:
ditekan, maka pengguna akan dibawa ke bagian perhitungan komponen indeks PAR yang menggunakan bagian
permukaan oklusal. Sementara itu, jika label “Buccal” ditekan, maka pengguna akan dibawa ke bagian perhitungan
komponen indeks PAR yang menggunakan bagian sisi kiri atau sisi kanan gigi. Jika label “Anterior” ditekan, maka
pengguna akan dibawa ke bagian perhitungan komponen indeks PAR yang menggunakan bagian depan gigi.
Untuk memulai perhitungan, pengguna harus menekan label “Occlusal”.
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 24
Gambar 5-7. Titik Penandaan untuk Permukaan Oklusal (1)
Penandaan gigi pada Gambar 5-8 menunjukkan titik yang menggambarkan titik tengah pertemuan antara
rahang atas dan rahang bawah pada nomor 43. Kemudian, dilakukan penandaan pada gigi M1, P2, P1 pada
keempat sisi rahang yang diberi nomor 44 sampai dengan 67.
Gambar 5-8. Titik Penandaan untuk Permukaan Oklusal (2)
Jika seandainya pengguna melakukan kesalahan, pengguna dapat menghapus titik yang sebelumnya
dengan menekan tombol “Undo” (Panah berwarna merah).
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 33
Gambar 5-25. Proses Pemilihan Gambar Lower Anterior.
Setelah citra anterior dan anterior bagian bawah telah dipilih, pengguna harus memberi tanda titik pada
pertemuan antara gigi dan gusi pada citra gigi anterior rahang bawah seperti Gambar 5-26.
Gambar 5-26. Letak Perbatasan Antara Gigi dengan Gusi pada Citra Anterior Rahang Bawah.
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 35
Gambar 5-29. Gambar Halaman Anterior/Permukaan Depan yang Sudah Dilakukan Pengukuran dan Hasilnya.
5.5 Resume Hasil Perhitungan Indeks PAR Pada PARRRIS
Setelah seluruh bagian dari perhitungan indeks PAR telah diselesaikan, maka pengguna akan dibawa ke
bagian hasil (summary) dengan menekan tab “Summary” seperti pada Gambar 5-30.
Gambar 5-30. Gambar Halaman Summary/Kesimpulan dari Hasil Perhitungan Nilai Indeks PAR.
Pengguna dapat melihat hasil dari perhitungan indeks PAR dalam indeks PAR. Selain itu, pengguna juga
dapat memberi komentar pada hasil perhitunganya. Jika sudah selesai, pengguna dapat menyimpan hasil dari
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 36
perhitungan tersebut. Gambar 5-30 menunjukkan halaman summary/kesimpulan dari hasil perhitungan nilai
indeks PAR.
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 37
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 38
Daftar Pustaka
1. Budiman, J.A. Peran Tenaga Kesehatan Menuju Indonesia Sehat dalam Perspektif Kesehatan Gigi. Jakarta:
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Jakarta II; 2013.
2. Indirawati Tjahya FxS, Tince A Yovita. Gambaran Karies Gigi Permanen Di Beberapa Puskesmas Kota dan
Kabupaten Bandung, Sukabumi serta Bogor Tahun 2002. Media Litbang Kesehatan 2006;XVI(4):26-31.
3. B R. Aspek Imunologik hubungan beberapa Penyakit Periodontal dan Penyakit Sistemik. Majalah Ilmiah
Kedokteran Gigi Edisi Khusus FORIL. Jakarta,: FKG Usakti; 2002.
4. Kesehatan BPdP. Survei Kesehatan Nasional, Survei Kesehatan Rumah Tangga. Sudut Pandang Masyarakat
mengenai Status Cakupan, Ketanggapan, dan Sistem Pelayanan kesehatan. In: RI DK, editor. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI 2004.
5. Agusni T. Index of Orthodontik Treatment Need (IOTN) untuk mengukur kebutuhan perawatan ortodonti
pada anak Indonesia di Surabaya. MKG Unair 1998;31:119-23.
6. Jen Soh A.S. AS. Treatment Need in Asian Adult Males. Angle Orthodontist 2004;74:769-73.
7. Agusni T. Penggunaan IOTN untuk diagnosis maloklusi anak Sekolah Dasar di Surabaya. MKG Unair
2001;34:401-08.
8. Dasar DBPM. Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2006.
9. Susetyo A. Pengembangan Instrumen Kualitas Hidup Dalam Aspek Kesehatan Gigi-Mulut (OHRQoL), [Jakarta:
Universitas IndonesiaI; 2008.
10. Moyers R E. Hand Book of Orthodontics: Year Book Medical Publisher; 1988.
11. William R. Proffit HWF, Jr, David M. Sarver. Contemporary Orthodontics. 4 ed: Mosby Elsevier; 2007.
12. Beglin Frank M FAR, Vig Katherine W.L, Beck F, Michael Kuthy Raymond A and Wade Dale. . A comparison
of the reability and validity of occlusal indexes of orthodontic treatment need. Am J Orthod Dentofac Orthop
2001(120):24.
13. Rustamadji RS. Evaluasi Perubahan Susunan Gigi Geligi Pasca Retensi Perawatan Ortodonti Menggunakan
Index PAR [Jakarta: University of Indonesia; 2005.
14. Rachmadi MF. Perhitungan Indeks PAR (Peer Assessment Rating) Pada Citra Model Gigi 2D Untuk Komponen
Penilaian Jarak Gigit, Gigitan Terbuka, Dan Segmentasi Gigi Pada Model Gigi Terbuka [Jakarta: Indonesia;
2014.
15. Richmon S. SWC, O’Brien K.D., Buchanan I.B., Jones R., Stephens C.D., Roberts C.T. and Andrews M. The
development of the PAR Index (Peer Assessment Rating): reliability and validity. European Journal of
Orthodontics 1992;14:125-39.
16. Loh P. Basic Guides in Orthodontic Diagnosis. San Juan, Metro Manila: Fourways Printing, Inc.
17. Ambarwati I.G.A.D. (2014). Taksonomi dan Nomenklatur [Online]. Available FTP: slideshare.net Directory:
PSPDG-UNUD/taxonomi-dan-nomenklatur-gigi
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 39
Biografi Penulis
Ratna Sekundariadewi Rustamadji lahir di Jakarta, 24 November 1966. Setelah
menamatkan pendidikan dokter gigi pada FKG Usakti tahun 1992, melanjutkan studi ke
jenjang Magister Manajemen pada tahun 1996-1998 di STIE IPWI dan Spesialis
Orthodonti pada tahun 2002-2005 di FKG UI. Pada tahun 2012-sekarang
berkesempatan kembali menempuh program studi Doktor dalam Ilmu Kedokteran Gigi,
juga di FKG UI. Pengalaman bekerja sejak masuk Departemen Kesehatan pada tahun
1993 adalah Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam II Tebet, Jakarta sejak tahun 1993,
Puskesmas Kecamatan Tebet 1994, Puskesmas Kelurahan Tebet Timur, Jakarta (1998),
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Jakarta (2007), Puskesmas Kecamatan Tebet (2008)
dan FKG Universitas Trisakti (2008-2012). Selain itu masih aktif sebagai praktisi orthodontist/dokter gigi. Terlibat
pula sebagai anggota aktif dalam organisasi Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Orthodontist
Indonesia (IKORTI), dan World Federation of Orthodontist (WFO).
Miesje Karmiati Purwanegara lahir di Bandung pada tanggal 3 Agustus 1954. Beliau
memperoleh gelar Kedokteran Gigi dari Universitas Indonesia. Gelar S2 Ilmu Kesehatan
diperoleh dari Universitas Gadjah Mada dan Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Kedokteran
Gigi dari Universitas Indonesia. Saat ini, beliau merupakan staff pengajar Departemen
Orthodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dalam 5 tahun terakhir, beliau
telah membuat 19 publikasi artikel ilmiah dalam jurnal dan telah mengikuti 37 pemakalah
seminar ilmiah.
Wisnu Jatmiko lahir di Surabaya, Indonesia, Desember 1973. Memperoleh gelar ST
(Sarjana Teknik) bidang teknik elektro pada 1997, gelar M.Kom. dari Ilmu Komputer pada
2000, keduanya dari Universitas Indonesia, Indonesia, dan gelar Dr. Eng. dari Micro-Nano
Systems Engineering, Nagoya University, Jepang pada 2007. Saat ini beliau adalah
pengajar di Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Indonesia. Jumlah publikasi
internasional yang telah beliau raih mencapai lebih dari 100 buah yang sebagian besar
terindeks di Scopus dan Google Scholar. Beliau termasuk dosen peneliti yang memiliki
penelitian berkelanjutan. Selain itu beliau juga aktif dalam menulis buku, hingga saat ini
terdapat 6 buah buku yang telah beliau tulis, serta 4 buah copyright program komputer
yang sedang dalam tahap review.
Hanif Arief Wisesa lahir di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1992. Beliau memperoleh
gelar S.Kom (Sarjana Komputer) untuk bidang ilmu komputer pada tahun 2014 dari
Universitas Indonesia. Saat ini, Beliau adalah salah satu asisten riset di laboratorium
Computer Networks, Computer Architecture, and High Performance Computing Fakultas
Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Panduan dari Aspek Klinis dan Operasional dalam Membuat Data Pendukung Perhitungan Indeks PAR Otomatis Page 40
Rizal Bahriawan lahir di Bogor pada tanggal 7 September 1992. Beliau memperoleh gelar
S.Kom (Sarjana Komputer) untuk bidang ilmu komputer pada tahun 2014 dari
Universitas Indonesia. Selama mengerjakan tugas akhir hingga saat ini, beliau
merupakan salah satu asisten riset di laboratorium Computer Networks, Computer
Architecture, and High Performance Computing Fakultas Ilmu Komputer Universitas
Indonesia.
Ricky Ariefandi Daniel lahir di Sukarami pada tanggal 29 Januari 1993. Beliau memperoleh
gelar S.Kom (Sarjana Komputer) untuk bidang ilmu komputer pada tahun 2014 dari
Universitas Indonesia. Selama mengerjakan tugas akhir, beliau bekerja sebegai asisten
riset di laboratorium Computer Networks, Computer Architecture, and High Performance
Computing Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Ricky merupakan Software
Engineer untuk Bukalapak.com sejak bulan Oktober 2014.