nata de cococopy
DESCRIPTION
jTRANSCRIPT
A. Hasil dan pembahasan Tabel 3.1 Hasil pengamatan nata
Kel Perlakuan Berat (gr) Tebal (cm) Warna1&2 C1.N1 187,4 gr 1 cm putih tulang3&4 C2.NI 109,9 gr 0,7 cm kuning kecoklatan5&6 C1.N2 166,8 gr 0,8 cm kuning kecoklatan7&8 C2.N2 98,6 gr 9,5 cm kuning kecoklatanRisto C1.N1 136,1 gr 6,3 cm kuning kecoklatan
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
C1 : Air Kelapa
C2 : Limbah Tahu
N1 : Urea
N2 : ammonium Sulfat
Pembahasan :
Pada praktikum mikroindustri pembuatan nata ini terdapat 2 bahan baku
yaitu dari air kelapa dan air limbah tahu. Penggunaan bakteri untuk membuat
nata yaitu Acetobacter xylinum. Pembuatan nata melalui beberapa tahap yaitu
awalnya mulai dari menyaring air limbah kelapa atau tahu kemudian direbus
selama 15 menit dan diberi bumbu gula, urea. Dimasukkan dalam toples
didinginkan kemudian diberi cuka dan starter (Acetobacter xylinum) setelah itu
diinkubasi selama 2 minggu, lalu nata dipanen dan dicuci dari lendirnya.
Nata de coco adalah jenis komponen minuman yang merupakan
senyawa selulosa (dietary fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses
fermentasi, yang melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal
sebagai bibit nata. Bibit nata sebenarnya merupakan golongan bakteri dengan
nama Acetobacter xylinum. Dalam kehidupan jasad renik, bakteri dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu bakteri yang membahayakan,
bakteri yang merugikan, dan bakteri yang menguntungkan. Adapun yang
termasuk dalam kelompok bakteri yang membahayakan,antara lain adalah
bakteri yang menghasilkan racun atau menyebabkan infeksi, sedangkan yang
termasuk dalam kelompok bakteri yang merugikan adalah bakteri pembusukan
makanan. Acetobacter xylinum merupakan salah satu contoh bakteri yang
menguntungkan bagi manusia seperti halnya bakteri asam laktat pembentuk
yoghurt, asinan, dan lainnya (Pambayun, 2002).
Air kelapa yang terlalu lama disimpan dapat menurunkan pH dimana hal
tersebut merupakan kondisi yang dibutuhkan A.xylinum untuk tumbuh, disisi
lain juga dapat menurunkan kadar zat gula yang merupakan sumber nutrisi
bagi A.xylinum. Penyimpanan air kelapa yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan kandungan nutrisi seperti zat gula semakin berkurang sehingga
selulosa yang dihasilkan sedikit oleh karena itu, gula yang ditambahkan dalam
proses pembuatan Nata de Coco memiliki peran yang sangat penting sebagai
bahan pembentukan nata. Semakin sedikit kandungan zat gula yang terdapat
pada media, maka akan semakin tipis pula nata yang dihasilkan sehingga perlu
diketahui berapa masa simpan air kelapa dan penambahan konsentrasi gula
pasir yang optimal untuk mendapatkan ketebalan nata yang maksimal
(Laras ,2012).
Proses terbentuknya nata yaitu sel – sel Acetobacter xylinum mengambil
glukosa dari larutan gula yang kemudian digabungkan dengan asam lemak
membentuk prekursor pada membran sel, kemudian keluar bersama dengan
enzim yang akan mempolimerisasi glukosa menjadi selulosa di luar sel.
Prekursor dari polisakarida tersebut adalah GDP-glukosa. Pembentukan
prekursor ini distimulir dari adanya katalisator Ca2+, Mg2+. Prekursor ini
kemudian mengalami polimerisasi dan berikatan dengan aseptor membentuk
selulosa. Bakteri A.xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan
dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon (C) dan Nitrogen (N),
melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan
menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun (mempolimerisasi) zat
gula (dalam hal ini glukosa) menjadi ribuan rantai (homopolimer) serat atau
selulosa. Dari jutaan jasad renik yang tumbuh dalam air kelapa tersebut, akan
dihasilkan jutaan lembah benang-benang selulosa yang akhirnya Nampak padat
berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.
Keberhasilan dalam pembuatan nata de coco dipengaruhi oleh viabilitas
(kemampuan hidup) bakteri, kandungan nutrisi media air kelapa dan
lingkungannya. Viabilitas bakteri yang baik akan menghasilkan nata yang baik
dan cepat. Kandungan nutrisi yang cukup terutama gula sebagai sumber karbon
untuk bahan baku pembentukan nata sangat diperlukan. Demikian pula
ketersediaan sumber nitrogen dan mineral, walaupun tidak digunakan langsung
pembentuk nata, sangat diperlukan untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum.
Pemberian Amonium sulfat (NH4)2SO4 atau ZA( Zink amonium sulfat)
sebagai sumber nitrogen (N) akan membantu pertumbuhan bakteri dan
merangsang terbentuknya struktur nata yang tebal kompak. Penambahan
KH2O4 (Kalium dihidropospat) berfungsi sebagai buffer pada medium,
sehingga pH akan konstan yaitu sekitar 3-4. Penstabilan pH optimum
sangatlah penting bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum agar
diperoleh nata yang baik. Sumber karbon merupakan faktor penting dalam
proses fermentasi. Bakteri untuk menghasilkan nata membutuhkan sumber
karbon bagi proses metabolismenya. Glukosa akan masuk ke dalam sel dan
digunakan bagi penyediaan energi yang dibutuhkan dalam perkembang
biakannya. Jumlah gula yang ditambahkan harus diperhatikan sehingga
mencukupi untuk metabolisme dan pembentukan pelikel nata. Kebutuhan
karbon untuk media umumnya diberikan oleh glukosa, pati, dan laktosa. Selain
gula, sumber nitrogen merupakan faktor penting pula. Nitrogen diperlukan
untuk pertumbuhan sel dan pembentukan enzim. Kekurangan nitrogen
menyebabkan sel tumbuh dengan kurang baik dan menghambat pembentukan
enzim yang diperlukan, sehingga proses fermentasi dapat mengalami
kegagalan atau tidak sempurna.
Acetobacter xylinum dapat tumbuh dengan baik pada kondisi aerob,
yaitu perlu adanya oksigen bebas dari udara dan dalam suasana asam (pH 3–4).
Untuk membuat suasana aerob biasanya wadah untuk fermentasi memiliki
permukaan yang luas dan penutupan dengan penutup yang masih bisa ditembus
oleh udara, misalnya dengan kertas yang berpori–pori. Penutup dapat
digunakan kertas koran, karena harganya relatif lebih murah dan mudah dalam
penggunaannya. Selain itu bakteri Acetobacter xylinum tidak dapat tumbuh
secara maksimal jika terkena getaran atau goncangan dan kontak langsung
dengan sinar matahari.
Sedangkan untuk membuat suasana asam yang sesuai bagi pertumbuhan
bakteri perlu ditambahkan asam– asam organik, misalnya asam asetat. Suhu
optimum yang dikehendaki sekitar 28ºC - 32 ºC, sedangkan pada suhu rendah
aktivitas pertumbuhannya lambat. Suhu inokulasi tidak boleh terlalu tinggi
atau lebih 40ºC, karena bisa menginaktifkan bakteri. Faktor utama yang
berpengaruh pada pembentukan nata adalah sumber gula, suhu inkubasi,
tingkat keasaman medium, lama inkubasi dan aktifitas bakteri.
Kriteria keberhasilan panen nata lempeng yaitu kriteria keberhasilan
dalam pembuatan lempeng yaitu terbentuknya nata berwarna putih
kekuningan, tidak terdapat jamur dan noda dengan ketebalan 1,5-2 cm,
permukaan sempurna/ tidak cacat, cairan dalam loyang hampir tidak ada
/kering. Indikator keberhasilan lainnya, apabila tidak terdapat cairan media
yang tersisa dalam loyang atau toples. Lempengan nata yang dihasilkan atau
baru dipanen rasanya sangat asam. Sortasi dilakukan sebelum lempengan
tersebut dimasukan dalam wadah penampungan. Jangan mencampurkan
lempengan yang bagus dengan yang jelek. Nata yang terkontaminsasi dengan
jamur, berlubang, tipis dipisahkan sendiri atau segera dipotong-potong menjadi
potongan kecil (dadu). Segera buang potongan-potongan nata yang
terkontaminasi jamur. Lapisan tipis yang terdapat di lempengan nata
selanjutnya dibersihkan dengan cara mengerok atau menggosok dengan kertas
koran. Lempengan nata dipotong –potong persegi (kira-kira 1-1,5 cm)
kemudian dipres atau direbus berkali-kali untuk menghilangkan asamnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan nata
1. Temperatur ruang inkubasi
Temperatur ruang inkubasi harus diperhatikan karena berkaitan dengan
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Pada umumnya suhu fermentasi untuk pembuatan nata adalah
pada suhu kamar (280C). Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan
mengganggu pertumbuhan bakteri pembentuk nata, yang akhirnya juga
menghambat produksi nata.
2. Kualitas starter
Starter yang kurang baik akan menghasilkan nata yang kurang baik pula.
Sebaiknya digunakan starter yang berkualitas baik untuk mendapatkan nata
dengan kualitas baik. Starter yang yang berkualitas baik adalah starter yang
tidak terkontaminasi, dengan ketebalan nata yang sedang (tidak terlalu tebal
dan tidak terlalu tipis), dan berada pada lapisan atas permukaan media
fermentasi.
3. Kebersihan alat
Alat-alat yang tidak steril dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum. Sedangkan alat-alat yang steril dapat mendukung
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.
4. Jenis dan konsentrasi medium
Medium fermentasi harus mengandung banyak karbohidrat (gula) di
samping vitamin – vitamin dan mineral, karena pada hakikatnya nata tersebut
adalah benang – benang halus dari sel bakteri yang kaya akan selulosa yang
diproduksi dari glukosa oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata merupakan
hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum, bakteri ini dapat tumbuh dan
berkembang dalam medium gula dan akan mengubah gula menjadi selulosa.
5. Waktu Fermentasi
Waktu fermentasi yang digunakan dalam pembuatan nata umumnya 2 – 4
minggu. Minggu ke 4 dari waktu fermentasi merupakan waktu maksimal
produksi nata, yang berarti lebih dari 4 minggu, maka kualitas nata yang
diproduksi akan menurun.
6. pH Fermentasi
Derajat keasaman yang dibutuhkan dalam pembuatan nata adalah 3 – 5
atau dalam suasana asam. Pada kedua sisi pH optimum, aktifitas enzim
seringkali menurun dengan tajam. Suatu perubahan kecil pada pH dapat
menimbulkan perbedaan besar pada kecepatan beberapa reaksi enzimatis yang
amat penting bagi organisme.
7. Tempat Fermentasi
Tempat fermentasi sebaiknya tidak terbuat dari logam karena mudah
korosif yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme pembentuk
nata. Di samping itu tempat fermentasi sebaiknya tidak terkena cahaya
matahari langsung, jauh dari sumber panas, dan harus berada dalam kondisi
steril.
Selain itu, dalam pembuatan nata juga harus diperhatikan bahwa selama
proses pembentukan nata berlangsung harus dihindari gerakan atau goncangan
di sekitar tempat fermentasi. Akibat adanya gerakan atau goncangan ini akan
menenggelamkan lapisan nata yang telah terbentuk dan menyebabkan
terbentuknya lapisan nata yang baru yang terpisah dari nata yang pertama. Hal
ini menyebabkan ketebalan produksi nata tidak standar.
Hasil praktikum didapatkan nata yang dihasilkan pada kelompok 1 dan 2
dengan bahan baku air kelapa dan sumber nitrogen urea mempunyai berat
187,4 gr, tebal 1 cm, dan warna putih tulang. Nata pada kelompok 3 dan 4
dengan bahan baku limbah air tahu (whey) dengan sumber nitrogen urea
mempunyai berat 109,9 gr, tebal 0,7 cm dan warna kuning kecoklatan.
Kemudian pada kelompok 5 dan 6 dengan bahan baku air kelapa dengan
sumber nitrogen ammonium sulfat yang mempunyai berat 166,8 gr, tebal 0,8
cm dan warna kuning kecoklatan. Pada kelompok 7 dan 8 dengan bahan baku
limbah air tahu (whey) dengan sumber nitrogen ammonium sulfat yang
mempunyai berat 98,6 gr, tebal 0,5 cm dan warna kuning kecoklatan. Dan yang
terakhir pada praktikum sendiri dengan air kelapa dan urea menghasilkan 136,1
gr dengan ketebalan 6,3 cm serta warna kuning kecoklatan.
Warna nata dipengaruhi oleh ketebalannya, dimana nata yang lebih tebal
akan menghasilkan warna yang kurang cerah dibandingkan nata yang tipis. Hal
ini dikarenakan adanya interaksi antara gula pasir dengan kandungan-
kandungan yang terdapat dalam media air kelapa yang menyebabkan nata yang
dihasilkan menjadi tidak cerah. Warna nata juga sangat dipengaruhi oleh bahan
baku yang digunakan. Nata de Coco yang dihasilkan menunjukkan warna yang
berbeda dengan nata yang dihasilkan pada pembuatan Nata de Banana Skin
dan Nata de Pinna.
Tekstur nata erat kaitannya dengan persentase rendemen dan ketebalan
dari nata. Semakin tinggi rendemen dan ketebalan maka semakin padat dan
kenyal nata yang dihasilkan. berat selulosa yang dihasilkan selain dipengaruhi
oleh tebal tipisnya selulosa, juga dipengaruhi oleh kekompakan ikatan.
Semakin kompak ikatannya akan semakin bertambah beratnya. Hal ini
disebabkan karena selama proses fermentasi, nutrien terus menerus dipakai
oleh A.xylinum untuk membentuk produk metabolisme.
B. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari acara pembuatan nata de coco
yaitu :
1. Nata de coco adalah Bacterial cellulosa atau selulosa sintetis yang
merupakan hasil sintesa dari gula oleh bakteri pembentuk nata yaitu
Acetobacter xylinum. Dalam medium cair bakteri ini membentuk suatu
lapisan atau massa yang dapat mencapai ketebalan beberapa sentimeter,
bertekstur kenyal, warna putih kekuningan.
2. Nata yang berasal dari limbah air kelapa yaitu nata de coco dan nata yang
bahan bakunya dari air limbah tahu yaitu nata de soya. Dengan bantuan
bakteri Acetobacter xylinum.
3. Acetobacter xylinum berfungsi sebagai starter yang dapat menghasilkan
lapisan selulosa yaitu nata de coco maupun nata de soya. Acetobacter
xylinum dapat tumbuh dengan baik pada kondisi aerob, yaitu perlu adanya
oksigen bebas dari udara dan dalam suasana asam (pH 3–4 ).Tumbuh
optimal pada suhu 28- 32 ˚C.