museum batik

25
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM MUSEUM 2.1.1 PENGERTIAN MUSEUM Pengertian museum menurut International Council of Museums (ICOM, 2004) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jadi diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan kenyamanan. Menurut (Pasal 1 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM.33/PL.303/MKP/2004) Museum adalah lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Museum merupakan suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat dan perkembangannya, yang memperoleh, mengawetkan, mengkomunikasikan, dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan (Ensiklopede Nasional Indonesia, 1990). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan secara sederhana, museum adalah suatu tempat untuk memamerkan, menyimpan, merawat dan melindungi benda-benda bernilai sejarah manusia dan alam dengan tujuan sebagai sarana pendidikan dan kebudayaan. 2.1.2 FUNGSI MUSEUM Menurut ICOM (International Council of Museums), fungsi museum ada 9, yaitu sebagai berikut : 1. Tempat pengumpulan dan pengamanan warisan budaya dan alam. 2. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah. 3. Konservasi dan preservasi. 4. Media penyebaran dan penyerataan ilmu untuk umum. 5. Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian. 6. Visualisasi warisan budaya dan alam. 7. Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa. 8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia. 9. Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME. Tujuan museum secara umum menurut ICOM yaitu untuk memelihara, menyelidiki dan memperbanyak. Sedangkan secara khusus yaitu memamerkan kepada khalayak ramai guna pendidikan, pengajaran, dan penikmat akan bukti-bukti nyata berupa benda- benda- dari manusia dan lingkungannya.

Upload: bunga-irada-amalia

Post on 18-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

fffffffff

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 TINJAUAN UMUM MUSEUM

    2.1.1 PENGERTIAN MUSEUM

    Pengertian museum menurut International Council of Museums (ICOM, 2004) adalah

    sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat

    dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh merawat, menghubungkan,

    dan memamerkan artefak-artefak perihal jadi diri manusia dan lingkungannya untuk

    tujuan studi, pendidikan dan kenyamanan.

    Menurut (Pasal 1 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.

    KM.33/PL.303/MKP/2004) Museum adalah lembaga tempat penyimpanan, perawatan,

    pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda material hasil budaya manusia serta alam

    dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan

    budaya bangsa.

    Museum merupakan suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan

    dalam melayani masyarakat dan perkembangannya, yang memperoleh, mengawetkan,

    mengkomunikasikan, dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan

    lingkungannya untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan (Ensiklopede

    Nasional Indonesia, 1990).

    Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan secara sederhana, museum adalah

    suatu tempat untuk memamerkan, menyimpan, merawat dan melindungi benda-benda

    bernilai sejarah manusia dan alam dengan tujuan sebagai sarana pendidikan dan

    kebudayaan.

    2.1.2 FUNGSI MUSEUM

    Menurut ICOM (International Council of Museums), fungsi museum ada 9, yaitu sebagai

    berikut :

    1. Tempat pengumpulan dan pengamanan warisan budaya dan alam.

    2. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah.

    3. Konservasi dan preservasi.

    4. Media penyebaran dan penyerataan ilmu untuk umum.

    5. Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian.

    6. Visualisasi warisan budaya dan alam.

    7. Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa.

    8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.

    9. Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME.

    Tujuan museum secara umum menurut ICOM yaitu untuk memelihara, menyelidiki dan

    memperbanyak. Sedangkan secara khusus yaitu memamerkan kepada khalayak ramai

    guna pendidikan, pengajaran, dan penikmat akan bukti-bukti nyata berupa benda-

    benda- dari manusia dan lingkungannya.

  • 6

    2.1.3 PERSYARATAN MUSEUM

    Menurut J. De Chiara dan J.H. Callendar dalam Time Saver Standards for Building Types

    (1983), persyaratan untuk sebuah museum harus mempertimbangkan faktor-faktor

    sebagai berikut :

    1. Pemilihan Tapak

    Lokasi tapak tidak harus berada di pusat kota dengan pertimbangan sudah

    tersedianya jaringan dan fasilitas transportasi untuk mencapai suatu lokasi ke

    lokasi lainnya.

    2. Ruang Servis

    Pertimbangan jumlah luasan ruang yang diperlukan untuk kegiatan servis dan

    kegiatan penunjang lainnya. Penentuan kebutuhan ruang ini berkaitan dengan

    tujuan dan fungsi museum, sehingga kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya

    dapat berlangsung dengan baik.

    3. Perencanaan Ruang Luar

    Sebuah museum yang dibangun di lingkungan yang padat, seperti daerah pusat

    kota maupun luar kota, penataan ruangnya harus menciptakan suasana yang

    terlingkupi.

    4. Penerangan Alami

    Penerangan alami dari cahaya matahari memiliki aspek ekonomis yang tinggi,

    namun juga memiliki efek yang buruk. Karena itu, keberadaan penerangan alami

    harus ditata sedemikian rupa agar tidak ada lubang cahaya yang mengganggu.

    5. Bentuk Ruang

    Dalam mendesain sebuah museum perlu penataan ruang yang baik dan fleksibel.

    Hal tersebut disebabkan karena fungsi galeri yang temporer dan berubah tema

    dan isinya.

    6. Pembagian Ruang

    Pembagian ruang dalam museum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan materi

    pameran, tentunya berkaitan erat dengan sistem penyinaran dan pemanfaatan

    penerangan alami.

    7. Pintu Masuk

    Di lokasi, pengunjung sudah diarahkan dan diberi pilihan-pilihan untuk menjelajahi

    ruang-ruang pamer yang ada. Penempatan pintu ini juga memudahkan

    pengawasan dan pelayanan terhadap pengunjung.

    8. Ruang Pamer

    Museum dengan dimensi dan bentuk ruang yang sama akan menciptakan kesan

    monoton. Dengan membuat variasi antara ketinggian plafon dan lebar rung,

    didukung dengan perbedaan warna dan bahan dari dinding dan lantai akan

    membuat perhatian spontan dari pengunjung. Kesan monoton terjadi bila banyak

    ruang yang memiliki dimensi dan bentuk yang sama disusun dalam satu garis.

  • 7

    2.1.4 KEGIATAN DALAM MUSEUM

    Secara garis besar kegiatan yang ada di museum adalah sebagai berikut :

    Pengumpulan koleksi, kegiatan ini antara lain operasi lapangan, pemotretan lapangan,

    pembuatan film dokumenter dan lain-lain. Penyimpanan dan pengelolaan koleksi,

    kegiatan ini antara lain penampungan, penyimpanan, penelitian dan penggandaan

    (reproduksi) (Sutaarga, 1989).

    a. Preservasi

    Meliputi kegiatan reproduksi, penyimpanan dan regestrasi.

    Reproduksi, sebagai cadangan koleksi untuk menyelamatkan koleksi aslinya.

    Penyimpanan, untuk penyelamatan koleksi asli dari faktor yang merugikan

    Registrasi, merupakan pemberian dan penyusunan keterangan.

    b. Observasi

    Merupakan suatu penyelidikan benda-benda calon koleksi untuk disesuaikan

    dengan persyaratan kolaksi.

    Penelitian baik luar maupun dalam (laboratorium)

    Perawatan dan perbaikan untuk melestarikan benda koleksi

    c. Apsresiasi

    Pendidikan, menunjang fungsi museum sebagai sarana pendidikan bagi

    masyarakat yang bersifat non normal.

    Rekreatif, museum sebagai objek rekreasi yang menyajikan hiburan edukatif.

    d. Komunikasi

    Pameran, ruang pamer merupakan sarana komunikasi antara masyarakat

    (pengunjung) dengan materi koleksi, yang dibantu dengan guide.

    Pertemuan, antara perngelola dengan masyarakat sebagai penunjang kegiatan

    Administrasi

    2.1.5 KLASIFIKASI MUSEUM

    berdasarkan (Pasal 2 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

    No.KM.33/PL.303/MKP/2004), museum dibedakan berdasarkan koleksi yang disimpan

    menjadi museum umum dan museum khusus.

    Museum Umum ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material hasil budaya

    manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin

    ilmu dan teknologi. Contoh museum umum adalah Museum Nasional di Jakart yang

    koleksinya mencakup kekayaan budaya dari seluruh pelosok Indonesia.

    Museum Khusus ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material hasil budaya

    manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang

    ilmu atau satu cabang teknologi. Contoh museum khusus adalah Museum IPTEK,

    Museum Serangga dan Kupu-kupu, Museum Reptil, Museum Air Tawar, dan

    berbagai museum lainnya di Taman Mini Indonesia Indah yang koleksinya terbatas

    pada tema tertentu.

  • 8

    Berdasarkan (Sutaarga, 1999), klasifikasi museum dapat ditinjau dari beberapa sudut

    pandang, antara lain :

    1. Berdasarkan status hukum dan kepemilikannya, museum dapat dibagi menjadi :

    a. Museum dengan status kepemilikan pemerintah

    b. Museum dengan status kepemilikan swasta

    2. Berdasarkan ruang lingkup wilayah, tugas dan status hukum pendirian serta

    tujuan penyelenggaraan (kedudukannya), museum dapat dibagi menjadi tiga

    yaitu :

    a. Museum Nasional

    b. Museum Lokal

    Museum Provinsi

    Museum Kabupaten

    Museum Kotamadya

    Dalam Penggolongannya Museum Umum Negeri Provinsi dibagi 3;

    1. Museum Umum Negeri Provensi Tipe A, yaitu Museum Umum Negeri yang

    tergolong besar.

    2. Museum Umum Negeri Provinsi Tipe B, yaitu Museum Umum Negeri yang

    tergolong sedang.

    3. Museum Umum Negeri Provinsi Tipe C, yaitu Umum Negeri yang tergolong

    kecil.

    2.1.6 TATA PAMERAN MUSEUM

    2.1.6.1 Pengertian Pameran Museum

    Menurut (Mikke Susanto, 2004), sebuah pameran adalah suatu bentuk media

    penyimpanan informasi, gagasan dan perasaan kepada masyarakat, melalui bentuk

    penataan benda-benda 2D dan 3D dengan atau tanpa sarana pembantu pada suatu

    ruang, bias ruang tertutup atau terbuka.

    2.1.6.2 Perencanaan Pameran

    Dalam mempersiapkan penyelenggaraan pameran museum diperlukan sarana

    pendukung yang memadai dan menarik (Sunarso, 2000), antara lain :

    1. Panel, Papan untuk menempelkan koleksi, foto-foto, lukisan, label, peta, benda-

    benda pipih dan sebagainya.

    2. Vitrine / Showcase (lemari panjang), mewadahi benda-benda yang dipamerkan. Bisa

    berupa vitrin dinding atau yang berada di tengah ruang. Ukurannya disesuaikan

    dengan ruang yang akan ditempati.

    3. Box (kotak) dan Voot stuck (box kaki), untuk menempatkan koleksi diluar vitrin , agar

    tidak terkesan tergeletak begitu saja.

    4. Stage, alas benda koleksi berupa panggung untuk menempatkan koleksi yang besar

    atau kelompok koleksi, bisa dilengkapi dengan penutup kaca.

    2.1.6.3 Penataan Pameran

    Menurut (Ernst Neufert , 2000)penataan objek koleksi memertimbangkan beberapa hal,

    diantaranya :

    1. Jenis-jenis objek koleksi dan tema pameran

  • 9

    2. Kenyamanan visual, kenyamanan pandangan tersebut meliputi :

    Kenyamanan pola pengamatan

    Kenyamanan pandang

    Menurut (Dean, 1996) ada tiga alternatif pendekatan dalam mengatur sirkulasi alur

    pengunjung dalam penataan ruang pamer sebuah museum :

    a. Alur yang disarankan (suggested)

    Keberhasilan pendekatan ini bergantung pada kemampuan elemen ruang dalam

    mengarahkan pengunjung untuk melalui jalur yang sudah disiapkan karena

    pengunjung masih diberi kesempatan untuk memilih jalur sesuai keinginannya.

    b. Alur yang tidak berstruktur (unstructured)

    Dalam pendekatan ini, pengunjung tidak diberikan batasan gerak dalam ruang,

    mereka bebas bergerak tanpa adanya alur yang harus diikuti. Biasanya pendekatan

    ini digunakan dalam sebuah galeri seni.

    c. Alur yang diarahkan (directed)

    Pendekatan seperti ini bersifat kaku karena mengarahkan pengunjung untuk

    bergerak dalam satu arah sesuai alur yang sudah direncanakan.

    Gambar 2.1 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang disarankan)

    Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge

    Gambar 2.2 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang tidak berstruktur)

    Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge

  • 10

    2.1.6.4 Jenis Pameran

    Menurut (Sutaarga, 1999) Pameran dimuseum dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

    1. Pameran Tetap

    Merupakan pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya

    5 tahun. Untuk museum khusus, pameran harus dapat menggambarkan suatu aspek

    tertentu dari sejarah alam, budaya, wawasan nusantara atau teknologi.

    2. Pameran Temporer

    Pameran temporer dibagi menjadi 2 yaitu :

    Pameran Khusus

    Pameran Keliling

    2.1.6.5 Persyaratan Ruang Pamer

    Menurut (Pickard, 2002), sebuah pameran museum atau gallery terdiri dari ruang pamer

    permanen dan ruang pamer temporer dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Ruang

    pamer temporer dapat memperkuat dan memperluas ruang pamer permanen dan

    memberikan kesempatan benda pamer yang biasanya tersimpan di dalam ruang

    penyimpanan.

    Pedoman dasar merancang ruang pamer :

    Dinding : permukaan dinding harus padat dan dilindungin oleh bahan yang mudah

    untuk diperbaiki secara langsung. Material harus berpori sehingga dapat membantu

    mengontrol kelembaban ruang pamer dengan menyerap dan melepaskan

    kelembaban.

    Lantai : tenang, nyaman, menarik, awet, dapat merefleksi cahaya, dan mampu

    menahan beban berat. Biasanya kayu, batu, dan karpet merupakan material yang

    cocok untuk lantai pada ruang pamer.

    Objek pamer : yang terpenting, setiap benda harus ditempatkan di tempat yang

    memiliki sudut pandang yang tepat dengan pencahayaan yang cukup. Setiap objek

    harus diberikan konteks visual. Penyajian informasi tentang masing-masing objek

    harus di buat dalam konteks strategi informasi keseluruhan seperti surat, penjelasan,

    nama, dll.

    Gambar 2.3 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang tidak berstruktur)

    Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge

  • 11

    Bentuk media pamer : tampilan media pamer dapat menjadi sangat penting dalam

    bagian hiasan museum. Masalah bentuk dan tampilan harus di pertimbangkan

    seperti, latar belakang, yang sangat penting bagi media pamer dan ruang pamer

    serta objek lain disekitarnya. Media pamer juga harus di desain untuk berbagai

    macam aspek akses pemeliharaan termasuk objek lain didalamnya seperti

    pencahayaan, perlengkapan kelembabab, serta media pamer itu sendiri.

    Penghawaan : tidak ada acuan yang mutlak tentang kontrol pemanasan dan

    kelembaban. Pengontrolan koleksi tertentu tergantung pada keadaan museum dan

    kondisi sebelum objek-objek tersebut disimpan.

    i. Suhu, adalah faktor paling sedikit penyebab kerusakan lingkungan tapi penting

    dalam mengontrol tingkat kelembaban. Suhu rendah dapat menolong dalam

    mengurangi pembusukan secara kimiawi dan biologis, tapi suhu yang di inginkan

    sering di atur oleh permintaan kenyamanan manusia yang harusnya tidak boleh

    lebih dari 19oC.

    ii. Tingkat kelembaban, adalah faktor yang lebih penting dari suhu didalam suatu

    konservasi, semakin tinggi kelembaban, maka semakin besar resikonya. Kondisi

    kering dapat menghambat terjadinya korosi, namun bahan organik seperti kayu

    dan tekstil dapat menyusut dan mungkin menjadi rapuh. Dalam kondisi masal,

    korosi terjadi pada beberapa material yang tidak stabil, dan kebanyakan

    material organik beresiko diserang oleh serangga dan jamur. Beberapa jamur

    dapat menyebar dalam tingkat kelembaban serendah 60%, tapi yang benar-

    benar berbahaya bermulai pada tingkat 75%. Umumnya tingkat kelembababn

    yang dapat diterima untuk objek yang sensitif dan halus adalah 55,5%.

    Gambar 2.4 Cara memamerkan media pamer Sumber : The architects handbook

    Gambar 2.5 Cara memamerkan media pamer Sumber : The architects handbook

  • 12

    Fluktuasi jangka pendek pada tingkat kelembaban secara khusus dapat merukan

    artefak-artefak. Kebanyakan artefak akan lebih aman jika di tempatkan pada

    ruangan dengan kelambaban 45%-60%.

    Pencahayaan : biasanya tampilan pencahayaan bertujuan untuk menyajikan

    pameran secara akurat dalam hal seluruh objek dan rinciannya serta membuat

    tampilan objek menjadi lebih menarik. Umumnya hal ini membutuhkan combinasi

    dari lingkungan dan aksen pencahayaan. Sehingga lampu mendapatkan tampilan

    warna yang baik . faktor-faktor yang harus diprtimbangkan dalam mendesain

    tampilan skema pencahayaan adalah :

    i. Secara psikologi : bagaimana pameran terlihat, persepsi tentang bangunan,

    suasana dalam ruang publik, rute pencahayaan, dll.

    ii. Secara fisiologis : pencahayaan, kontras, relektansi cahaya, efisiensi,

    keseragaman, kesilauan, warna, dan degradasi foto.

    Tingkat pencahayaan yang di anjurkan :

    i. Kantor, 300 (lux)

    ii. Ruang auditorium, area tempat duduk 300 (lux), area pertunjukan 600

    (lux)

    iii. Ruang pamer, 500/ 300/ 100 (lux)

    iv. Workshop, 200/ 500/ 750 (lux)

    v. Area sirkulasi 200 (lux)

    vi. Toko 600 (lux)

    vii. Toilet 150 (lux)

    2.1.6.6 Elemen Pengisi Ruang Pamer

    Menurut (Dean, 1996), yang menjadi pengisi ruang dalam pameran selain benda koleksi

    adalah sarana yang digunakan untuk menampilkan benda koleksi tersebut. Manusia juga

    dapat dikatakan sebagai pengisi ruang karena ruang dibuat untuk manusia berkegiatan

    didalamnya. Sarana untuk menampilkan benda koleksi menyesuaikan dengan sifat

    benda yang ingin ditampilkan untuk menonjolkan kualitas benda yang diinginkan.

    Berikut adalah beberapa dasar bentuk sarana untuk menampilkan koleksi benda dalam

    museum :

    a. Vitrine

    Kata Vitrine berasal dari bahasa perancis kuno vitre yang berarti lembaran kaca.

    Vitrine merupakan kotak kaca tempat untuk menyimpan benda koleksi yang tidak

    Gambar 2.5 Teknik pencahayaan pameran Sumber : The architects handbook

  • 13

    boleh disentuh secara fisik oleh dunia luar. Vitrine menjamin keamanan koleksinya

    tanpa membatasi pengunjung untuk mengamati benda koleksi didalamnya.

    Bentuk Vitrine disesuaikan dengan kebutuhan dimensi benda koleksi dan dimensi

    manusia yang akan mengamatinya sehingga bentuk dan letaknya pun dapat

    beragam.

    b. Panel

    Panel merupakan sebuah bidang yang dapat terletak di tengah ruangan sebagai

    pembatas atau melekat pada dinding. Panel tidak selalu berupa bidang persegi

    yang kaku tetapi panel dapat berupa bidang lengkung yang menarik. Panel dapat

    digunakan sebagai sekat ruang, papan informasi atau sarana memamerkan benda

    koleksi.

    c. Panggung atau kotak alas

    Benda koleksi yang dipamerkan di atas lantai yang ditinggikan atau diletakkan

    diatas kotak yang berfungsi sebagai panggung bagi benda tersebut, memberikan

    keleluasaan bagi pengunjung dalam mengamatinya. Bentuk tampilan ini tidak

    memberikan perlindungan dari debu terhadap benda koleksi, tetapi tetap

    berusaha menghindari kemungkinan pengunjung menyentuh benda. Perbedaan

    ketinggian yang ada secara tidak langsung memberikan batasan secara visual.

    Untuk mencegah pengunjung berdiri terlalu dekat dengan panggung dan

    bersandar padanya, bisa diletakkan pagar pembatas disekelilingnya.

    Elemen pengisi ruang perlu diatur agar sesuai dengan dimensi manusia karena jika

    manusia merasa tidak nyaman saat mengamati benda tersebut maka proses

    penerimaan informasi tidak akan berjalan dengan baik. Sebagai contoh, tinggi letak

    benda disesuaikan dengan tinggi mata manusia rata-rata sehingga pengunjung tidak

    perlu mendongak atau menunduk yang membuat badan cepat lelah dan tidak nyaman.

    Balok alas Panel Panggung Balok alas Vitrine

    Gambar 2.7 Kebiasaan pengunjung untuk duduk atau bersandar Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge

  • 14

    2.1.7 TINJAUAN KOLEKSI MUSEUM

    2.1.7.1 Pengertian Koleksi

    Menurut (Sutaarga, 1999), koleks adalah benda atau kumpulan benda yang berguna

    bagi suatu cabang kesenian, disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikumpulkan,

    dirawat, dipelihara, diteliti, dikaji dan dikomunikasikan serta dipamerkan sebagai bukti

    material dari manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan hiburan.

    2.1.7.2 Persyaratan Koleksi

    Berdasarkan (ICOM, 2004), persyaratan koleksi museum antara lain :

    1. Koleksi museum haruslah mempunyai nilai sejarah dan ilmiah, serta nilai estetika.

    2. Dapat diidentifikasikan wujudnya (morfologi), tipenya (tipologi), gayanya (style),

    fungsinya, maknanya, asalnya secara historis, geografis genus (orde biologi),

    ataupun periodenya (dalam geologi khususnya untuk benda-benda sejarah alam dan

    teknologi).

    3. Harus dapat dijadikan dokumen, sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya (realitas

    dan ekstensinya) bagi penelitian ilmiah.

    4. Dapat dijadikan suatu dokumen atau cikal bakal monumen dalam sejarah alam atau

    budaya.

    5. Merupakan benda asli.

    2.1.7.3 Jenis Koleksi

    Menurut (Sutaarga, 1989) jenis koleksi museum terdiri dari benda-benda realita, replica,

    reproduksi, miniatur, diorama dan hasil abstraksi.

    Berdasarkan wujud keaslian dan jenisnya, koleksi museum dapat digolongkan seperti;

    a. Arkeologika

    b. Historika

    Gambar 2.8 Tinggi benda dan jarak vertikal yang nyaman untuk melihat Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge

  • 15

    c. Naskah

    d. Keramik Asing

    e. Buku/ Majalah Antikuariat

    f. Karya Seni dan Senikrika

    g. Benda Grafika

    h. Diorama

    i. Benda Sejarah Alam, berupa Flora, Fauna, batuan dan mineral

    j. Replika

    k. Miniatur

    l. Koleksi Hasil Abstrak

    2.1.7.4 Perawatan Koleksi

    Menurut (Sutaarga, 1989), beberapa faktor yang dapat merubah kondisi atau keutuhan

    koleksi dan dapat menjad gangguan, bahkan mengakibatkan kerusakan pada berbagai

    benda koleksi museum, antara lain suhu dan kelembaban udara, iklim, pencemaran

    udara, cahaya, serangga, mikroorganisme, penanganan koleksi, pencemaran atmosferik,

    bahaya api dan sebagainya.

    2.1.8 PENGAMANAN DALAM MUSEUM

    menurut (Soekono, 1996), pengamanan museum dapat dikelompokkan menjadi :

    1. Pengamanan umum melalui tata kerja dan tata ruang

    Pengamanan lebih pada benda-benda koleksi yang disimpan di ruang koleksi. Koleksi

    yang sedang digunakan biasanya mendapat perhatian khusus sehingga

    keamanannya lebih terjamin. Tidak demikian dengan koleksi yang ada di ruang

    penyimpanan. Ruang penyimpanan sangat luas dan jumlah koleksinya banyak,

    jumlah petugasnya kurang memadai, sedangkan pemeriksaan harus dilakukan

    secara rutin.

    Pengamanan melalui tata ruang dapat dilakukan dengan merencanakan hubungan

    antar ruang penyimpanan dengan bagian bangunan lainnya agar tidak memudahkan

    terjadinya pencurian atau perusakan oleh tangan jahil. Pengunjung ke ruang

    penyimpanan harus diantar oleh petugas kurator dan harus melalui ruang registrasi

    yang merupakan ruang pengawasan.

    2. Pengamanan terhadap pencurian dan tangan jahil

    Ada 2 jenis alat pengamanan yang sebaiknya digunakan di seluruh bangunan.

    Alat yang dimaksud, yaitu :

    a. Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection Systems)

    b. Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection Systems)

    Kedua alat diatas banyak pua ragamnya. Bagi museum yang telah memiliki sistem

    alarm, dapat melengkai dengan peralatan dibawah ini, yaitu :

    Sensor pemberitahuan apabila kaca pecah (Glass Breaking Sensors)

    Kamera Pemantau (Photoelectronic Eyes) / perangkat CCTV, mengkap

    dan menampilkan gambar yang diteruskan ke monitor. Perangkat CCTV

    ini terdiri dari camera, monitor, video recorder, control processor.

    3. Pengamanan terhadap kebakaran

  • 16

    Pengamanan terhadap kebakaran umumnya tidak dapat diperbaiki, sehingga

    sedapat mungkin bencana ini dapat dicegah. Mengenai kebakaran itu sendiri

    diadakan pembagian tingkat sesuai dengan penyebabnya :

    Tingkat satu, disebabkan oleh terbakarnya bahan kertas, tekstil, kayu dll.

    Tingkat dua, disebabkan oleh terbakarnya bahan seperti minyak, bahan

    pelumas, cat, cairan yang mudah terbakar, dll.

    Tingkat Tiga, disebabkan oleh adanya konsleting pada alat-alat listrik.

    pemasangan alat pendeteksi dan pemadam kebakaran, sangat membantu dalam

    menanggulangi kebakaran sedini mungkin. Ada 2 macam sistem pendeteksi :

    Pendeteksi panas (Thermal Detector)

    Pendeteksi asap (Smoke Detector)

    Alat pemadam kebakaran terdapat dalam berbagai bentuk dengan karakteristik

    bahan pemadam api dan sistem pemadam yang berbeda, yaitu :

    Sistem penyemprotan (Sprinkler System)

    Sistem pemadam dengan gas (Gas System)

    Tabung pemadam api (Portable Fire Extinguisher)

    4. Pengamanan didalam ruang penyimpanan

    Pengamanan ini biasanya luput dari perhatian , sebab proses perusakan terjadi

    dengan memakan waktu atau proses yang cukup lama. Beberapa bentuk

    pengamanan yang dapat dilakukan di dalam ruang penyimpanan adalah sebagai

    berikut :

    Pengaturan terhadap suhu dan kelembaban udara

    Pencahayaan/ penerangan

    2.2 TINJAUAN UMUM BATIK

    2.2.1 PENGERTIAN BATIK

    Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) Batik adalah Bahan tekstil hasil

    pewarnaan secara perintangan dengan menggunakan lilin batik sebagai zat

    perintang, berupa batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi tulis & cap.

    Menurut Djumena (1990:IX) Seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia

    yang telah ada sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga

    merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia.

    2.2.2 SEJARAH BATIK

    Ada dua pandangan mengenai sejarah asal-usul batik di Indonesia.

    Pandangan pertama mengenai asal-usul batik berasal dari luar, yang dalam hal ini

    batik bukan asli kebudayaan Indonesia adalah pendapat dari G.P. Rouffaer

    memaparkan bahwa seni batik yang ada di Indonesia berasal dari India yang dibawa

    oleh orang-orang Kalingga-Koromandel (India) yang beragama Hindhu ke Jawa pada

    abad 4 M, sebagai akibat dari adanya kontak perdagangan. Perkembangan batik dari

    Kalingga- Koromandel berjalan sampai pada periode pengaruh Hindhu berakhir,

    yaitu pada jaman kerajaan Daha di Kediri. Sudarsono mengatakan bahwa warna

    batik klasik yang terdiri dari tiga warna (coklat identik dengan merah, biru identik

    dengan hitam dan kuning atau coklat muda identik dengan warna putih), ketiga

  • 17

    warna ini mempunyai alegori sesuai dengan tiga konsep dewa Hindhu yaitu Trimurti.

    Menurut Kuswadji Kawindrosusanto menuturkan bahwa, warna coklat atau merah

    merupakan lambang Dewa Brahma atau lambang keberanian, biru atau hitam

    merupakan lambang Dewa Wisnu atau lambang ketenangan, dan kuning atau putih

    lambang dewa Siwa. Hal ini menunjukkan peran orang-orang India (Hindhu) dalam

    keberadaan batik di Indonesia. Sementara itu, Pigeaut mencatat, bahwa perihal

    pembuatan batik tidak disebut-sebut dalam naskah-naskah Jawa pada abad XIV,

    kemungkinan batik pada waktu itu diimpor secara langsung dari India.

    Pandangan kedua mengganggap bahwa seni batik memiliki akar sejarah yang sangat

    kuat di Indonesia, yakni batik merupakan kebudayaan asli Indonesia (cultural

    Identity). Dr. J.L.A. Brandes dalam teorinya Brandes ten is point menempatkan

    batik sebagai kebudayaan pra-sejarah yang sejaman dengan kebudayaan seperti

    gamelan, wayang, syair, barang-barang dari logam, pelayaran, ilmu falak dan

    pertanian. Wirjosaputro , menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebelum mendapat

    pengaruh dari kebudayaan India telah mengenal aturan-aturan menyulam untuk

    teknik membuat kain batik, industri logam dan penanaman padi. Temuan teknik

    membuat batik semakin menguatkan betapa batik sudah menjadi milik kebudayaan

    Indonesia jauh sebelum bersentuhan dengan India. Di tinjau dari desainnya batik

    India mencapai puncaknya pada abad XVII M sampai XIX M, sedangkan di Indonesia

    batik mencapai puncaknya pada abad XIV M sampai XV M, selain itu juga motif-

    motif seperti kawung, ceplok dan cinde tidak terdapat di Kalingga-Koromandel

    (India).(www.wikipedia.com)

    2.2.3 JENIS DAN CORAK BATIK

    a. Jenis Batik

    Berbagai macam batik dapat dijumpai di Indonesia. Apabila ditinjau dari cara dan

    teknik pembuatannya, batik dapat dibedakan menjadi batik tulis, batik cap dan batik

    kombinasi tulis dan cap.

    (http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/index.php?option=com_content&view=arti

    cle&id=206&Itemid=29)

    Batik Tulis

    Batik tulis adalah jenis batik yang dihasilkan melalui pemberian malam pada kain

    dengan menggunakan alat yang benama canting. Canting terbuat dari tembaga

    yang berbentuk seperti corong untuk menampung malam (lilin batik) dan

    mempunyai lubang pada salah satu sisinya yang berupa pipa kecil sebagai

    saluran keluarnya malam. Canting tulis terdiri dari berbagai jenis dan ukuran

    yang disesuaikan dengan fungsinya. Karena batik ini ditulis maka bentuk gambar

    atau desain batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas sehingga tampak luwes.

    Setiap potongan gambar yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan

    pernah sama bentuk dan ukurannya. (lihat gambar 2.9)

    Batik Cap

    Batik cap adalah batik yang dihasilkan dengan cara membasahi salah satu

    permukaan bagian cap dengan malam yang kemudian dicapkan pada kain. Cap

    tersebut membentuk rangkaian motif atau corak. Motif atau corak batik cap

    http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/index.php?option=com_content&view=article&id=206&Itemid=29http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/index.php?option=com_content&view=article&id=206&Itemid=29

  • 18

    selalu ada pengulangan yang jelas sehingga bentuknya sama. Garis motif

    mempunyai ukuran yang lebih besar dari batik tulis dan proses pembuatan batik

    cap lebih cepat dibandingkan dengan proses pembuatan batik tulis. (lihat

    gambar 2.10)

    b. Corak Batik

    Batik pedalaman (batik tradisional)

    Batik corak pedalaman (tradisional) adalah motif batik yang berkembang di

    daerah sekitar Surakarta Hadiningrat (Solo) dan Yogyakarta Hadiningrat (Yogya)

    seiring dengan berpindahnya pusat pemerintahan Jawa dari Demak ke

    Pajang/Mataram. Meskipun batik init hanya didominasi oleh corak warna putih,

    coklat, dan hitam, namun motifnya sudah mengalami perkembangan yang

    sangat beragam. Berikut ini adalah beberapa motif batik pedalaman. (lihat

    gambar 2.11)

    Batik pesisiran

    Batik pesisiran yaitu batik yang berkembang diluar keraton. Pertumbuhan

    pesisir jawa bagian timur dimulai sejak masa pra islam abad ke 15 M dan 16 M.

    Orientasi pengembangan seni batik pesisiran juga dipengaruhi oleh budaya

    keraton yang saait itu menjadi pusat pemerintahan.

    Dalam sejarah batik pesisir, seperti batik pekalongan, batik tegal, batik

    indramayu, dan batik cirebon. Pilihan warna yang mencolok pada batik pesisiran

    dipengaruhi warna keramik pada masa dinasti Ming yang hanya diproduksi pada

    abad ke 17 M sampai abad ke 18 M. Warna yang dominan selain warna biru

    dan putih juga berbagai warna. (lihat gambar 2.12)

    Batik kontemporer

    Batik kontemporer berarti memiliki mkna batik masa kini yang proses

    penciptaannya lebih banyak dibuat oleh para seniman batik atau desainer batik

    itu sendiri. Motif-motif yang dipilih bergaya bebas tidak terikat oleh bentuk-

    bentuk sebelumnya yang terikat oleh aturan atau acuan pembuatan batik.

    Teknik pembuatan batik kontemporer itu sendiri cenderung seperti apa yng

    dilakukan oleh seorang pelukis, tidak terikat pada canting yang biasa digunakan

    dalam proses pembuatan batik.

    Gambar 2.9 Pembuatan batik tulis Sumber :www.google.com

    Gambar 2.10 Pembuatan batik cap Sumber : www.google.com

  • 19

    Menurut S.priyadi (1979), batik kontemporer cenderung berpola bebas.

    Biasanya motif yang dipilih mengambil dari bentuk-bentuk seni primitif seperti

    bntuk-bentuk patung manusia, hewan, alam tumbuh-tumbuhan, roh, dan

    bentuk-bentuk abstrak. (lihat gambar 2.13)

    2.2.4 ALAT DAN BAHAN PEMBUATAN BATIK

    Dibawah ini merupakan alat dan bahan pembuatan batik tulis dan batik cap :

    A. Alat dan bahan pembuatan batik tulis adalah :

    (http://www.kianibatik.com/news/21/Bahan-bahan-pembuatan-Batik-Tulis) :

    1. Kain Mori Mori adalah bahan baku batik dari katun atau sutra. kwalitas mori bermacam-macam, dan jenisnya sangat menentukan baik dan buruknya kain batik yang dihasilkan.(lihat gambar 2.14)

    2. Canting Canting adalah alat yang dipakai untuk mengambil cairan. canting untuk membatik terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya.(lihat gambar 2,15)

    3. Gawangan Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. gawangan terbuat dari bahan kayu atau bamboo.(lihat gambar 2.16)

    4. Bandul Bandul dibuat dari timah atau kayu dan bata yang dikantongi. fungsinya adalah untuk menaruh mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser tertiup angin, atau tarikan si pembatik secara tidak sengaja.

    Gambar 2.11 Batik pedalaman Sumber :

    www.batikwarnanusantara.blogspot.com

    Gambar 2.12 Batik pesisir Sumber : www.google.com

    Gambar 2.13 Batik kontemporer Sumber : www.denmaspriyadi.blogspot.com

    http://www.kianibatik.com/news/21/Bahan-bahan-pembuatan-Batik-Tulis

  • 20

    5. Lilin (malam yangdicairkan) Lilin atau malam adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik, sebenarnya malamtidak habis, karena akhirnya diambil kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam untuk membatik bersifat menyerap pada kain.(lihat gambar 2.17)

    6. Wajan Wajan adalah perkakas untuk mencairkan Malam. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari pengapian tanpa pakai alat lain.

    7. Kompor Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor ini bahan bakar minyak.

    8. Saringan Malam Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang banyak kotorannya. Jika malam disaring, maka kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu dalam proses membatik.

    Gambar 2.14 Kain mori Sumber : www.google.com

    Gambar 2.15 Canting Sumber : www.google.com

    Gambar 2.16 Gawangan Sumber : www.google.com

    Gambar 2.17 lilin (malam) Sumber : www.google.com

  • 21

    B. Alat dan bahan pembuatan batik cap

    Berikut ini merupakan alat dan bahan pembuatan batik cap antara lain :

    (http://www.kriyalea.com/cara-membuat-batik-cap/). Bila pada batik tulis,

    proses pembuatannya memakai canting, maka pada batik cap, proses

    pembuatannya memakai alat yaitu stempel besar yang terbuat dari tembaga

    yang sudah di desain dengan desain tertentu. Dimensi yang digunakan adalah

    20cmx20cm. Selebihnya, peralatan dan bahan yang dibutuhkan tidak jauh beda

    dengan perlengkapan membuat batik tulis seperti :

    1. Kain mori

    2. Malam

    3. Kompor

    4. Gawangan

    5. Bandul

    6. Wajan

    7. Pewarna alami

    2.2.5 PROSES PEMBUATAN BATIK

    Adapun tahan/proses membatik adalah sebagai berikut :

    A. Pembuatan batik tulis

    1. Pencucian mori : tahap pertama adalah pencucian kain mori untuk

    menghilangkan kanji, dilanjutkan dengan pengloyoran (memasukkan kain ke

    minyak jarak/ minyak kacang dalam abu merang/ londo agar kain menjadi

    lemas), dan daya serap terhadap zat warna lebih tinggi. Agar susunan benang

    tetap baik, kain kanji kemudian dijemur, selanjutnya dilakukan pengeplongan

    (kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik).

    2. Menyorek/ mola : pola diatas kain dengan cara meniru pola yang sudah ada

    (ngeblat). Contoh pola biasanya dibuat diatas kertas dan kemudian dijiplak

    sesuai pola diatas kain. Proses ini bisa dilakukan dengan membuat pola diatas

    kain langsung dengan canting maupun dengan menggunakan pensil. Agar proses

    pewarnaan bisa berhasil dengan bagus atau tidak pecah, perlu mengulang

    batikan di kain sebaliknya. Prosesnya ini disebut gagangi.

    3. Membatik/ nyanting : menorehkan malam batik ke kain mori yang dimulai

    dengan nglowong (menggambar garis luar pola dengan isen-isen). Didalam

    proses isen-isen terdapat istilah nyecek yaitu membuat isian di dalam pola yang

    sudah dibuat, misalnya titik-titik. Adapula istilah nruntum yang hampir sama

    dengan isen-isen namun lebih rumit. Lalu dilanjurkan dengan nembok

    (mengeblok bagian pola yang tidak akan diwarnai atau akan diwarnai dengan

    warna yang lain).

    4. Medel : pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang

    kali hingga mendapatkan warna yang dikehendaki.

    5. Ngerok dan Nggirah : malam pada kain mori dikerok dengan lempengan logam

    dan dibilas dengan air bersih, kemudian diangin-anginkan hingga kering.

    6. Mbironi : menutup warna biru dengan isen pola berupa cecek atau titik dengan

    malam.

    http://www.kriyalea.com/cara-membuat-batik-cap/

  • 22

    7. Nyoga : pencelupan kain untuk memberi warna coklat pada bagian-bagian yang

    tidak ditutup malam.

    8. Nglorot : melepaskan malam dengan memasukan kain ke dalam air mendidih

    yang sudah dicampuri bahan untuk mempermudah lepasnya lilin. Kemudian

    dibilas dengan air dan diangin-anginkan.

    B. Pembuatan batik cap

    1. Kain mori diletakkan diatas meja dengan alas dibawahnya menggunakan bahan

    yang empuk.

    2. Malam direbus hingga suhu 60-70 derajat celcius.

    3. Cap dicelupkan ke malam yang telah mencair tadi tetapi hanya 2cm saja dari

    bagian bawah cap.

    4. Kemudian kain mori di cap dengan tekanan yang cukup supaya rapih. Pada

    proses ini, cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori.

    5. Selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan cara mencelupkan kain mori yang

    sudah di cap tadi kedalam tangki yang berisi cairan pewarna.

    6. Kain mori direbus supaya cairan malam yang menempel hilang dari kain.

    7. Proses pengecapan>pewarnaan>penggodongan diulangi kembali jika ingin

    diberikan kombinasi beberapa warna.

    8. Setelah itu, proses pembersihan dan pencerahan warna dengan menggunakan

    soda.

    9. Penjemuran, kemudian disetrika rapih.

    2.2.6 CARA PERAWATAN BATIK

    Setelah proses pembuatan batik, berikut ini merupakan cara untuk merawat batik. Cara

    ini dapat dari beberapa sumber saat survey, adalah :

    1. Kain batik jangan dicuci menggunajan dtergen, shampoo, atau pembersih tekstil

    yang mengandung bahan kimia. Bahan-bahan tersebut akan merusak dan

    memudarkan warna kain. Sebaiknya untuk mencuci gunakan buah lerak sabun

    cair yang terbuat dari buah lerak. Buah ini berguna untuk mneguatkan dan

    memelihara warna kain agar tetap cemerlang. Gunakan air hangat saat

    merendam kain batik, dan rendam selama 5 menit sambil hilangkan bagian yang

    kotor secara perlahan.

    2. Batik yang sudah dicuci dan dibilas, jangan dikeringkan dengan cara diperas. Ini

    akan menyebabkankain kusut dan sulit rapi walaupun sudah disetrika.

    3. Menjemur batik cukup dengan cara diangin-anginkan, tidak perlu sampai

    terkena sinar matahari secara langsung karena akan memudarkan warna kain

    batik.

    4. Simpan kain batik secara terpisah dengan jenis kain lainnya. Bau akar wangi atau

    rempah-rempah segar seperti cengkeh dan merica utuh, untuk mengusir

    ngengat atau semut yang sering mengigiti kain batik.

    5. Sebulan sekali keluarkan batik dari dalam lemari penyimpanan. Buka lipatannya,

    kibas-kibaskan untuk menghilangkan debu juga mungkin ngengat yang sudah

    terlanjur hinggap. Kemudian, angin-anginkan selama 1 jam. Bersihkan lemari

  • 23

    penyimpanan dan ganti alas lemari. Gunakan kertas roti sebagai alas lemari,

    bukan kertas koran yang tintanta bisa merusak motif batik.

    6. Agar kain batik senantiasa harum, sebulan sekali ratus dengan akar wangi. Buat

    bara api dengan menggunakan akar wangi, kemudian masukkan ke dalam

    sangkar ayam, lalu bentangkan kain batik diatasnya. Biarkan 35 menit.

    2.3 TINJAUAN ARSITEKTUR KONTEMPORER

    2.3.1 Pengertian Arsitektur Kontemporer

    Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI), arsitektur adalah seni bangunan

    sedangkan kontemporer adalah kini, kekinian, atau dewasa ini. Jadi dapat disimpulkan

    bahwa Arsitektur Kontemporer adalah seni bangunan yang sedang berkembang pada

    saat sekarang/ masa kini.

    Menurut Cerver, 2005), Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur yang

    bertujuan untuk mendemonstrasikan suatu kualitas tertentu terutama dari segi

    kemajuan teknologi dan kebebasan dalam mengekspresikan suatu gaya arsitektur,

    berusaha menciptakan suatu keadaan nyata terpisah dari suatu komunitas yang tidak

    seragam.

    Menurut (Sumalyo, 1997), Arsitektur Kontemporer adalah bentuk aliran aliran arsitektur

    yang tidak dapat dikelompokkan dalam suatu aliran arsitektur atau sebaliknya berbagai

    arsitektur tercakup didalamnya.

    2.3.2 Ciri Umum Arsitektur Kontemporer

    Menurut (Cerver, 2005), ciri-ciri arsitektur kontemporer adalah :

    Ekspresi bangunan bersifat subjektif

    Kontras dengan lingkungan sekitar

    Bentuk simpel namun berkesan kuat

    2.4 STUDI BANDING

    2.4.1 International Batik Center Pekalongan

    International Batik Center (IBC) sebagai pusat kerajinan batik Pekalongan berada di

    Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Tepatnya di Jalan Ahmad Yani No. 573 Wiradesa,

    Kabupaten Pekalongan. International Batik Center dibangun di bekas area Pabrik Tekstil

    Gunatex Jaya.International batik center (IBC) di Pekalongan adalah sebuah kompleks

    yang dirancang untuk dapat menampung kegiatan transaksi perdagangan dan

    pemasaran batik, baik dalam partai kecil, menengah, maupun besar, dalam skala lokal,

    regional, maupun internasional.

    a. Fasilitas

    Beberapa fasilitas utama IBC antara lain adalah :

    - 3 lokasi toilet

    - Tempat parkir yang mampu menampung 30 bus, 300 mobil, dan 700 sepeda

    motor

    - Car call dan sound system untuk informasi

    - ATM center

  • 24

    - Cafe dan restaurant keluarga

    - Area bermain anak

    - Pusat jajanan dan oleh-oleh

    - Musholla

    2.4.2 Museum Batik Yogyakarta

    Museum Batik Yogyakarta terletak di Jl. Dr. Sutomo No. 13 A Yogyakarta dan

    didirikan pada tanggal 12 Mei 1977 atas prakarsa keluarga Hadi Nugroho. Masih adanya

    perhatian yang besar dari masyarakat termasuk wisatawan asing pada batik, mendorong

    keluarga ini merintis pengumpulan kain batik. Dimulai dari kerabatnya sendiri, orang tua,

    eyang dan generasi Hadi sendiri, hinga upaya merintis sebuah museum batik terlaksana.

    Koleksi batik yang ada di museum ini sangat lengkap. Berbagai jenis batik dari

    berbagai daerah di Indonesia ada disini, mulai dari Batik Yogyakarta, Indramayu, sampai

    daerah-daerah pengrajin batik di Indonesia lainnya. Koleksinya meliputi kain panjang,

    sarung dan sebagainya yang hingga kini telah mencapai jumlah 400 lembar kain

    ditambah beberapa peralatan membatik. Koleksi tertuanya adalah batik karya tahun

    1700an.

    Selain dari koleksi batiknya, museum batik ini juga menyimpan berbagai koleksi

    sulaman tangan. Koleksi sulaman tangan sangat beragam bahkan museum ini pernah

    mendapatkan penghargaan dari MURI atas karya Sulaman terbesar, yaitu kain batik

    berukuran 90x400 cm dan setahun kemudian museum ini dianugerahi piagam

    penghargaan dari lembaga yang sama sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman

    pertama di Indonesia.

    Saat ini Museum Batik ini dikelola oleh Ibu Dewi Sukaningsih atau lebih akrab

    dipanggil Oma Dewi. Oma Dewi juga merupakan pembuat dari sulaman-sulaman tangan

    yang sangat indah karena tampak nyata dengan foto aslinya. Namun, meskipun museum

    ini memiliki asset seni dan budaya yang bahkan diakui oleh dunia, peran serta

    pengelolaan dari pemerintah masih kurang. Hal tersebut membuat Museum ini masih

    kurang berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas.

    Kegiatan rutin museum adalah pameran tetap dimuseum yang dibuka setiap hari

    dari Senin hingga Sabtu, pada pukul 09.00-15.00 WIB. Akses untuk menuju lokasi

    tersebut juga sangat mudah karena berada di pusat kota dekat dengan jembatan

    Lempuyangan. Jalan dan lokasi parker yang luas membuat museum ini mudah

    dikunjungi dengan segala jenis transportasi mulai dari sepeda motor sampai kendaraan

    roda empat. Selain itu apabila anda beruntung, pengunjung dapat melihat langsung

    proses pembuatan batik tulis di museum ini.

    1. Fasilitas

    a. Galeri

    Galeri pada Museum ini tidak hanya menyajikan koleksi macam-

    macam motif batik dan sejarahnya, melainkan juga menyajikan produk

    sulaman dan sejarahnya.

  • 25

    2.4.3 Museum Batik Danar Hadi Solo

    Museum Batik Danar Hadi terletak di Jalan Slamet Riyadi No. 261, Solo 57141.

    Museum ini diresmikan oleh Ibu Megawati Sukarno Putri pada tanggal 20 Oktober 2002,

    dengan nama "Galeri Batik Kuno Danar Hadi" yang saat ini berubah namanya menjadi

    "Museum Batik Danar Hadi". Walaupun sebenarnya perusahaan Danar Hadi sendiri

    sudah berdiri sejak tahun 1967. Batik Danar Hadi merupakan perusahaan induk yang

    dibentuk oleh Bapak dan Ibu Santosa Doellah. Tujuan pendirian perusahaan ini untuk

    memperkaya perkembangan seni membatik pada khususnya dan usaha batik di

    Indonesia pada umumnya. Tujuan kelompok usaha ini adalah menyumbangkan sesuatu

    yang bernilai terhadap seni tradisional yang terkenal sebagai ungkapan kehidupan serta

    filosofi budaya Jawa.

    Museum Batik Danar Hadi adalah sebuah kompleks wisata heritage terpadu

    tentang batik yang terletak di kota Solo di Jawa Tengah. Museum Batik Danar Hadi

    didirikan oleh perusahaan batik asal Solo PT Batik Danar Hadi pada tahun 2008 dan

    mengkhususkan batik beserta aspek-aspek budayanya sebagai obyek wisata

    utamanya.Museum Batik Danar Hadi terletak di dalam sebuah kompleks bangunan kuno

    yang merupakan cagar budaya, bangunan utama di dalam Museum Batik Danar Hadi

    adalah Ndalem Wuryaningratan. Bangunan ini dibangun pada akhir abad ke 19 dengan

    gaya arsitektur unik yang merupakan kombinasi Jawa-Eropa. Seiring dengan berjalannya

    Gambar 2.18 Foto galeri museum batik Sumber : dokumen pribadi

    Gambar 2.19 Foto galeri museum batik Sumber : dokumen pribadi

    Gambar 2.20 Foto galeri museum batik Sumber : dokumen pribadi

    Gambar 2.21 Foto galeri museum batik Sumber : dokumen pribadi

  • 26

    waktu bangunan ini menjadi terbengkalai dan dipenuhi dengan rumput ilalang, sampai

    akhirnya dibeli PT Danar Hadi pada tahun 1999 dan direnovasi. Sekarang bangunan ini

    diubah menjadi multipurpose function hall.

    Museum Batik Danar Hadi ini menyimpan koleksi kain batik yang mencapai

    10,000 helai dan diakui oleh MURI sebagai museum dengan koleksi batik terbanyak.

    Kain batik yang dipajang di museum ini berasal dari periode dan pengaruh kultur serta

    lingkungan yang berbeda-beda. Salah satu koleksi terpenting di museum ini adalah

    koleksi batik belanda, yaitu batik yang dipengaruhi oleh budaya Eropa dan dibuat oleh

    orang-orang Belanda yang menetap di Indonesia pada zaman kolonial. Koleksi kain-kain

    ini adalah koleksi pribadi dari H. Santosa Doellah, pendiri PT Batik Danar Hadi yang juga

    merupakan pencetus kompleks Museum Batik Danar Hadi. Di belakang Museum

    terdapat kompleks pabrik batik tulis dan cap yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan.

    a. Koleksi Batik Museum House of Danar Hadi

    Batik Belanda

    Batik Nitik

    Batik Puro pakualaman

    Batik Garut

    Batik Pedesaan

    b. Fasilitas

    1. Galeri

    Memamerkan koleksi batik-batik kuno dari kurun waktu sebelum dan sewaktu

    penjajahan Belanda dan Jepang sampai saat kemerdekaan Indonesia.

    Penataan museum mengambil tema sesuai dengan buku karya Bapak H.

    Santoso Doellah yaitu Batik, Pengaruh Zaman dan Lingkungannya.

    Gambar 2.22 Foto galeri House of Danar Hadi

    Sumber : dokumen pribadi

    Gambar 2.23 Foto galeri House of Danar Hadi

    Sumber : dokumen pribadi

  • 27

    2. Showroom Melengkapi one stop of Batik Adventure, House of Danar Hadi juga menyuguhkan showroon yang menyediakan beraneka ragam produk eksklusif, cenderamata khas Solo dari Batik Danar Hadi dan merupakan hasil karya yang diciptakan melalui workshop.

    2.4.4 Hasil Studi Banding

    Dari ketiga studi banding yang telah dilakukan baik melalui media internet, literatur

    maupun survei lokasi, telah didapatkan perbandingan sebagai berikut :

    Kategori International

    Batik Center

    Pekalongan

    Museum Batik

    Yogyakarta

    Museum Batik

    Danar Hadi Solo

    Museum Batik

    Indonesia

    Pemilihan

    Lokasi

    Dekat jalan

    raya, berada

    dijalur

    pantura.

    dekat

    permukiman

    penduduk,

    pertokoan,

    dan hostel.

    Di Jalan Raya

    Utama Kota

    Solo, Jl. Slamet

    Riyadi.

    Berada di

    komplek Taman

    Mini Indonesia

    Indah

    Kegiatan 1. Pameran

    2. Worksho

    p dan

    seminar

    3. Perdagan

    gan

    1. Informasi

    dan

    edukasi

    2. Pelatihan

    dan

    pengemba

    1. Kegiatan

    informasi

    dan edukasi

    2. Kegiatan

    perdagangan

    3. Kegiatan

    1. Kegiatan

    Informasi

    dan edukasi

    2. Kegiatan

    perdaganga

    n

    Gambar 2.24 Foto galeri House of Danar Hadi

    Sumber : dokumen pribadi

    Gambar 2.25 Foto galeri House of Danar Hadi

    Sumber : dokumen pribadi

    Gambar 2.26 Foto showroom House of Danar Hadi

    Sumber : dokumen pribadi

    Gambar 2.27 Foto showroom House of Danar Hadi

    Sumber : dokumen pribadi

  • 28

    ngan

    desain

    membatik

    3. Kegiatan

    perdagang

    an

    produksi

    4. Seminar dan

    workshop

    3. Workshop

    dan seminar

    4. pameran

    Fasilitas

    Utama

    1. R. pamer

    2. Retail

    3. Ruang

    pamer

    1. R. pamer

    2. Souvenir

    shop

    1. R. Pamer

    2. Showroom

    3. Ruang

    serbaguna

    1. R.pamer

    2. Hall of fame

    3. R.

    auditorium

    Fasilita

    Penunjang

    1. ATM

    Center

    2. Restoran

    3. Musholla

    4. Toilet

    5. Area

    bermain

    anak

    1. Penginapa

    n

    2. Servis

    room

    1. Resto

    2. Musholla

    3. Toilet

    1. Restoran

    2. Toko

    souvenir

    3. Musholla

    4. Toilet

    Lingkup

    Pelayanan

    Lingkup

    pelayanan

    bagi

    wisatawan,

    masyarakat

    umum, serta

    para

    pengusaha

    batik.

    Lingkup

    pelayanan

    bagi

    wisatawan

    nusantara

    maupun

    mancanegara.

    Lingkup

    pelayanan bagi

    wisatawan

    nusantara

    maupun

    mancanegara.

    Lingkup

    pelayanan bagi

    wisatawan

    masyarakat

    umum, serta

    para pengusaha

    batik

    Kesimpulan Kelebihan :

    Bangunan

    masih

    tergolong

    baru dan

    cukup baik.

    Berada di

    lokasi

    strategis dan

    memiliki

    fasilitas yang

    dianggap

    lengkap.

    Kekurangan :

    Luas

    museum

    batik

    Kelebihan :

    Materi koleksi

    yang ada

    didalamnya

    dinilai cukup

    lengkap dan

    menarik.

    Kekurangan :

    Terbatasnya

    fasilitas serta

    lokasi yang

    cenderung

    jauh dari pusat

    kota.

    Bangunan

    sudah cukup

    tua.

    Kelebihan :

    Fasilitas yang

    lengkap dan

    berada di lokasi

    yang strategis

    karena berada

    di Jalan raya

    utama, Jl.

    Slamet Riyadi

    Solo.

    Kekurangan :

    Kapasitas

    bangunan

    belum dapat

    mewadahi

    banyaknya

    peminat atau

    Perencanaan

    kegiatan di

    Museum Batik

    Indonesia

    disesuaikan

    dengan tujuan

    sayembara IAI

    yaitu dapat

    menjadi wadah

    sekaligus sarana

    untuk

    mengenal,

    belajar, dan

    menikmati

    koleksi batik

    Indonesia. Akan

    tetapi, sedikit

    lebih di

  • 29

    pekalongan

    hanya 40m2,

    seharusnya

    jika lebih

    besar lagi,

    semakin

    banyak lg

    batik-batik

    yang dapat

    di tampilkan

    pengunjung. persempit ruang

    lingkupnya.

    Sehingga

    kegiatan yang

    akan

    dipamerkan

    adalah sejarah

    pembuatan

    batik, alat dan

    bahan, serta

    beberapa motif

    terkenal dari

    beberapa

    daerah di

    Indonesia.

    Sumber : Analisa Penulis