model kooperativ (kel. 2)

27
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, semoga rahmat keselamlatan serta hidayahnya selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan kepada para sahabatnya. Kami mengucapkan banyak terimakasih pada rekan satu kelompok yang telah bekerja sama menyelesaikan makalah ini. Dengan perasaan yang amat lega kami ucapkan Alhamdulillah karena dapat menyelesaikan tugas yang kami emban dari dosen pengampu berupa makalah tentang “Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)” untuk memenuhi tugas matakuliah Strategi Belajar Mengajar Matematika. Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, jauh dari harapan dan kesempurnaan baik dari struktur, format maupun penyajian materi. Untuk mewujudkan harapan dan kesempurnaan makalah ini kami berharap adanya kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini. Jember, 15 Oktober 2015

Upload: anisrahmanti

Post on 28-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

strategi belajar mengajar

TRANSCRIPT

Page 1: Model Kooperativ (Kel. 2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, semoga rahmat

keselamlatan serta hidayahnya selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW dan kepada para sahabatnya.

Kami mengucapkan banyak terimakasih pada rekan satu kelompok yang telah

bekerja sama menyelesaikan makalah ini. Dengan perasaan yang amat lega kami

ucapkan Alhamdulillah karena dapat menyelesaikan tugas yang kami emban dari dosen

pengampu berupa makalah tentang “Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)”

untuk memenuhi tugas matakuliah Strategi Belajar Mengajar Matematika.

Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini

masih banyak kekurangan, jauh dari harapan dan kesempurnaan baik dari struktur,

format maupun penyajian materi.

Untuk mewujudkan harapan dan kesempurnaan makalah ini kami berharap

adanya kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini.

Jember, 15 Oktober 2015

Penulis

Page 2: Model Kooperativ (Kel. 2)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Adanya kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan atas

dasar prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah kecenderungan itu

didasari atas pertimbangan yang sejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah karena

pertimbangan lain sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat?

Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem

persekolahan yang ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara kurang adil

dan kurang humanistis. Siswa pandai diberi label unggul dengan segala fasilitas yang

diberikannya, sementara siswa yang di kelas tak unggul memperoleh label kurang dan

predikat negatif yang lain. Siswa pada kelompok unggul berkompetisi secara keras dan

cenderung individualistik. Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu,

frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu.

Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam

pendidikan kita adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran

konvensional). Pada pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran,

berperan mentransfer dan meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak perlu

mengkonstruksi ide-idenya. Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena arus

interaksi didominasi oleh guru. Bentuk penugasan dalam pembelajaran ini bersifat

individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi yang diterapkan di kelaspun juga

individual.

Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar

mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai

dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung

pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri

siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model

pembelajaran.

Page 3: Model Kooperativ (Kel. 2)

Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar

mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari

pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang

ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat

dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas

berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat mengubah peran

guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok

kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang

kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.

Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar

dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan

kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa

dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.

1.2     Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

1.2.1       apa pengertian pembelajaran kooperatif?

1.2.2       apa saja unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran kooperatif?

1.2.3       apa saja tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif?

1.2.4       apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif?

1.3     Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:

1.3.1     mengetahui tentang pengertian pembelajaran kooperatif.

1.3.2     mengerti apa saja unsur-unsur dan karakteristik dari pembelajaran kooperatif.

1.3.3     mengetahui tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif.

1.3.4     mengerti kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif

Page 4: Model Kooperativ (Kel. 2)

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran koopeatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan

faham konstruktivisme. Pembelajaran koopeatif merupakan strategi belajar dengan

sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Dalam penyelesaian tugas kelompoknya, setiap siswa harus saling bekerja sama, saling

membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam belajar dikatakan belum selesai

jika salah satu anggota belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2011:14).

Pembelajaran kooperatif bergantung pada kelompok-kelompok kecil si

pebelajar. Meskipun isi dan petunjuk yang diberikan oleh pengajar mencirikan

bagian dari pengajaran, namun pembelajaran kooperatif secara berhati-hati

menggabungkan kelompok-kelompok kecil sehingga anggotaanggotanya dapat

bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajaran dirinya dan pembelajaran

satu sama lain. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab untuk

mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman anggotanya untuk belajar.

Ketika kerjasama ini berlangsung, tim menciptakan atmosfir pencapaian, dan

selanjutnya pembelajaran ditingkatkan (Medsker and Kristina M. Holdsworth, 2001:

287).

Jadi pada pembelajaran kooperatif ini siswa diajarkan bagaimana bekerjasama

dalam kelompok, saling memimpin, saling bertanggung jawab dalam kesetaraan

pembelajaran yang senasib dan sepenanggungan, menciptakan hubungan antar personal,

saling mendukung, membantu dan saling peduli dalam mencapai tujuan yaitu

keberhasilan dalam menguasai materi belajar (Suparmi, 2012: 114).

2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model

pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep,

kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota

masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Ada pula seorang ahli yang

mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan

Page 5: Model Kooperativ (Kel. 2)

norma-norma yang pro-akademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik

memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa (Slavin, 2005).

Effandi Zakaria berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dirancang bagi

tujuan untuk melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran melanjutkan

perbincangan dengan teman-teman dalam kelompok kecil. Ia memerlukan siswa

bertukar pendapat, memberi tanya jawab serta mewujudkan serta membina proses

penyelesaian kepada suatu masalah. Kajian eksperimental dan diskriptif yang dijalankan

mendukung pendapat yang mengatakan pembelajaran kooperatif dapat memberikan

hasil yang positif kepada siswa (Isjoni, 2009: 21).

2.3 Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Seorang ahli menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Selain

meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga

memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini:

a. siswa yang diajarkan dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif, akan

memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;

b. siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-

diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar;

c. dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-

temannya dan diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif

untuk proses belajar mereka nanti;

d. pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-

temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda- beda.

2.4 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Nur (2000), memaparkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik

tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok

berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

Page 6: Model Kooperativ (Kel. 2)

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan

tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling

menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling

membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman

lain (Nur,2000).

2.5 Unsur-Unsur Model Pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif tidak merancang pengajaran seperti cara kompetitif

atau individualistis dalam pelaksanaannya. Ketika pembelajaran berlangsung dalam

sebuah lingkungan belajar yang kompetitif, maka para partisipan cenderung bekerja

dengan partisipan lainnya untuk mendapatkan sebuah tujuan yang mereka rasakan

hanya bisa didapatkan oleh sejumlah kecil partisipan. Para pelajar selanjutnya

merasakan bahwa mereka dapat mencapai tujuan-tujuannya, jika pelajar lainnya gagal,

sebuah persepsi yang seringkali dihasilkan dalam beberapa diri pelajar yang

menganggap pelajaran mudah, karena mereka yakin mereka tidak memiliki kesempatan

untuk menang. Evaluasi pembelajaran dalam lingkungan semacam ini adalah tidak

memuaskan karena prestasi partisipan dinilai melalui cara-cara referensi norma.

Ketika pembelajaran berlangsung dalam lingkungan individual, para partisipan

terlihat bekerja sendiri untuk menyelesaikan tujuan-tujuannya yang tidak berhubungan

dengan pekerjaan teman sekelas lainnya. Meskipun lingkungan ini kondusif untuk

mengevaluasi kinerja berdasarkan basis referensi kriterium, kenyataannya bahwa

tujuan-tujuan pebelajar bersifat independen yang berkontribusi terhadap persepsi-

persepsi pebelajar bahwa pencapaian tujuan-tujuannya tidak berhubungan dengan

apa yang dilakukan oleh para partisipan. Dalam kasus ini, kesempatan untuk bertumbuh

melalui cara-cara kolaboratif hilang.

Ketika pembelajaran kooperatif apa yang dibutuhkan oleh pengajar adalah

menyusun pelatihan sehingga anggota dari kelompok-kelompok kecil yakin, merupakan

hasil bersama. Lebih lanjut, petunjuk seharusnya diberikan kepada kelompok yang

anggota-anggotanya mendapatkan pencapaian dari usaha-usaha anggota lainnya bahwa

anggota-anggota kelompok perlu membantu dan mendukung anggota-anggota lainnya

untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai. Untuk melakukan hal tersebut, setiap

anggota kelompok secara individual membagi akuntabilitas bersama untuk melakukan

Page 7: Model Kooperativ (Kel. 2)

bagian pekerjaan kelompoknya. Akuntabilitas tersebut bergantung pada penguasan

masing-masing anggota tim terhadap keterampilan-keterampilan kelompok kecil dan

antarpribadi yang dibutuhkan untuk menjadi anggota kelompok yang efektif.

Keterampilan-keterampilan tersebut adalah kemampuan untuk membahas seberapa

baik kelompok bekerja dan apa yang dapat dikerjakan untuk meningkatkan pekerjaan

kelompok.

Belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok

karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat

kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan

yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti

itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan

siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara

individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.

Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif nampak merupakan pendekatan

filosofis, apa yang dinyatakan secara kuat oleh pembelajaran kooperatif adalah bahwa

para pengajar memahami komponen-komponen yang membuat kerjasama itu

berjalan. Menurut DW Johnson dan R Johnson (1989), komponen-komponen penting

dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. ketergantungan positif,

2. interaksi promotif langsung,

3. akuntabilitas individual dan kelompok,

4. keterampilan-keterampilan antarpribadi dan kelompok kecil,

5. pemrosesan kelompok.

2.6 Ketergantungan Positif.

Ketergantungan positif berlangsung ketika anggota- anggota kelompok

merasakan bahwa mereka berhubungan satu sama lainnya dalam suatu cara

dimana seseorang tidak dapat mengerjakannya kecuali dengan bekerja bersama.

Anggota kelompok- kelompok kecil berada dalam perahu yang sama. Pada saat

berlayar, kru perahu perlu menyadari bahwa mereka akan tenggelam dan berenang

bersama-sama. Pengajar harus merancang dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan

dan tugas-tugas kelompok dalam cara-cara yang membantu anggota-anggota

Page 8: Model Kooperativ (Kel. 2)

kelompok untuk mencapai pemahaman tersebut. Selanjutnya masing-masing

anggota kelompok memiliki kontribusi yang unik untuk melakukan usaha bersama.

Pengajar seharusnya mendefinisikan secara jelas peranan kelompok dan

tanggungjawab tugas dan mengacu pada kekuatan- kekuatan individu anggota.

2.7 Interaksi Promotif Langsung

Para pebelajar perlu melakukan kerjasama baik pada ruang pelatihan maupun

pada pertemuan-pertemuan di luar ruangan. Selanjutnya, pemrosesan informasi

dalam pembelajaran terhadap pencapaian sebuah tujuan, anggota-anggota kelompok

harus meningkatkan keberhasilan satu sama lainnya dengan menyediakan sumber

daya dan bantuan bersama, mendukung, menganjurkan, dan menghargai usaha-usaha

anggota-anggota kelompok lainnya. Pengajar alangkah baiknya memberikan contoh-

contoh bagaimana kelompok-kelompok seharusnya berfungsi, seperti menjelaskan

secara lisan bagaimana memecahkan masalah-masalah, mengajarkan pengetahuan

kepada anggota lainnya, memeriksa pemahaman, membahas konsep-konsep yang

dipelajari, dan menghubungkan pembelajaran saat ini dengan pembelajaran masa

lalu. Dengan melakukan hal tersebut, dinamika-dinamika antarpribadi akan

memudahkan pembelajaran. Melalui peningkatkan pembelajaran langsung satu

sama lainnya, anggota-anggota kelompok memberikan komitmen secara personal

kepada anggota-anggota kelompok lainnya dan juga tujuan-tujuan bersamanya.

2.8 Akuntabilitas Individual dan Kelompok

Para pendukung pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa dua tingkatan

akuntabilitas disusun menjadi pelajaran-pelajaran pembelajaran kooperatif.

Kelompok harus bertanggungjawab atas pencapaian tujuan-tujuannya, dan masing-

masing anggota harus bertanggungjawab dalam memberikan kontribusi

pekerjaannya. Fasilitator meningkatkan akuntabilitas individual dengan menilai

prestasi dari masing-masing individual agar dapat memastikan siapa yang

membutuhkan lebih banyak bantuan, dukungan, dan anjuran dalam pembelajaran.

Pengajar harus mengakui bahwa salah satu tujuan dari kelompok-kelompok

pembelajaran kooperatif adalah memberikan hak individual yang lebih kuat para

siswa belajar bersama sehingga mereka dapat mencapai kompetensi individual yang

Page 9: Model Kooperativ (Kel. 2)

lebih besar.

2.9 Keterampilan-keterampilan Antar pribadi dan Kelompok Kecil

Pembelajaran kooperatif lebih kompleks. Fasilitator dari pembelajaran

kooperatif harus fokus pada keterampilan-keterampilan sosial yang harus diajarkan

dengan tujuan dan tepat. Kepemimpinan, pembuatan keputusan, membangun

kepercayaan, komunikasi, dan keterampilan manajemen konflik memungkinkan

bagaimana bekerjasama dan mengerjakan tugas dengan baik, dan ini perlu

disampaikan selama pengajaran. Karena kerjasama dan konflik adalah penting secara

konstruktif untuk keberhasilan jangka panjang kelompok- kelompok pembelajaran.

2.10 Pemrosesan Kelompok

Sebagian besar proses-proses pengajaran menekankan pentingnya

penyampaian kandungan pengajaran secara efisien. Tujuan-tujuan yang ditentukan

secara jelas, urutan logis, dan kondisi-kondisi pembelajaran yang semuanya

menentukan seberapa baik bahan ajar akan dipelajari. Artinya, kemampuan-

kemampuan kepemimpinan, membangun kepercayaan, dan komunikasi dapat

diajarkan secara langsung yaitu, keterampilan-keterampilan tersebut dapat dialami

dalam sebuah kelompok kecil. Kelompok-kelompok perlu menjelaskan apakah

tindakan-tindakan anggota kelompok yang membantu dan tidak membantu dan

membuat keputusan- keputusan tentang perilaku-perilaku apa yang diteruskan

atau dirubah. Proses pembelajaran adalah peningkatan yang berkelanjutan ketika

anggota-anggota kelompok menganalisis seberapa baik mereka bekerjasama,

dan bagi kelompok-kelompok kecil untuk mencapai sebuah tujuan pengajaran

dengan baik, dimana mereka harus menempatkan prosesnya secara sadar (Suparmi,

2012: 113).

Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren, seperti yang di

kutip oleh Isjoni (2011: 16) sebagai berikut.

a. Para siswa harus memiliki pandangan bahwa mereka adalah senasib.

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab siswa lain dalam kelompoknya dalam

mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama.

Page 10: Model Kooperativ (Kel. 2)

d. Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab diantara para anggotanya.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh

terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan

bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang

ditangani dalam kelompok kooperatif.

Pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan efektif pada diri siswa bila

ditanamkan unsur-unsur dasar belajar kooperatif. Dengan dilaksanakan pembelajaran

kooperatif secara berkesinambungan dapat dijadikan sarana bagi guru untuk melatih dan

mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, khususnya ketrampilan

sosial untuk bekal hidup di masyarakat. Keberhasilan siswa pada pembelajaran ini juga

berdampak pada keberhasilan guru dalam mengelola kelasnya (Isjoni, 2011:102).

2.11 Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Agar model pembelajaran ini berjalan lebih kooperatif maka sebagai petunjuk

tahap-tahap yang harus dilakukan berdasarkan komponen pembelajaran kooperatif

adalah sebagai berikut.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1 : Menyampaikan tujuan

dan mempersiapkan siswa.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan siswa siap belajar.

Fase 2 : Menyajikan informasi. Mempresentasikan informasi kepada

siswa secara verbal.

Fase 3 : Mengorganisir siswa

ke dalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada siswa

tentang tata cara pembentukan tim

belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien.

Fase 4 : Membantu kerja tim dan

belajar.

Membantu tim-tim belajar selama

siswa mengerjakan tugasnya.

Page 11: Model Kooperativ (Kel. 2)

Fase 5 : Mengevaluasi. Menguji pengetahuan siswa mengenai

berbagai materi pembelajaran atau

kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6 : Memberikan pengakuan

atau penghargaan.

Mempersiapkan cara untuk mengakui

usaha dan prestasi individu maupun

kelompok.

a. Tahap pertama

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi

maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa harus

memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.

b. Tahap kedua

Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.

c. Tahap ketiga

Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam

kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap

anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya

tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau

anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.

d. Tahap keempat

Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-

tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang

diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa siswa

mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.

e. Tahap kelima

Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang

konsisten dengan tujuan pembelajaran.

f. Tahap keenam

Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa.

Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang

Page 12: Model Kooperativ (Kel. 2)

lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui usaha individualnya

berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan

kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.

2.12 Beberapa Tipe Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh seorang ahli

yaitu Rachmadi (2006) sebagai berikut.

1. Pembelajaran kooperatif t ipe Jigsaw.

Langkah-langkah dalam penerapan jigsaw adalah sebagai berikut :

a. dalam pendekatan Jigsaw, Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa

kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang heterogen atau

siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah . Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam

kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang

akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian

materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang

sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam

kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta

menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali

ke kelompok asal,

b. selanjutnya anggota tim ahli ini kembali ke kelompok asal dan menjelaskan apa yang

telah dipelajari dan didiskusikan dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada

teman kelmpoknya sendiri,

c. setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya

dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah

satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan

agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah

didiskusikan,

d. guru memberikan kuis untuk siswa secara individual,

e. guru memberikan penghargaan pada kelompok dan individu yang mendapat skor

Page 13: Model Kooperativ (Kel. 2)

tertinggi (Sunardi,2012:58).

Model pembelajaran tipe jigsaw terbagi menjadi tiga ketegori yaitu jigsaw I, jigsaw

II, dan jigsaw III. Pertama kali Jigsaw I dikembangkan oleh Elliot Aronson (1975),

dimana siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari lima

anggota (Huda,2011:120). Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu

topik dari materi pelajaran saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap

kelompok, masing – masing anggota harus mempelajari bagian – bagian yang berbeda

dari informasi tersebut. Setelah mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya

masing – masing, setiap anggota yang mempelajari bagian – bagian ini berkumpul

dengan anggota – anggota kelompok dari kelompok – kelompok yang lain.

Jigsaw II diadopsi dan dimodifikasi kembali oleh Slavin (1989). Dalam model ini,

setiap kelompok berkompetisi untuk mendapatkan penghargaan kelompok (group

reward). Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu masing – masing

anggota. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika masing – masing

anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa saat ditugaskan mengerjakan

kuis (Huda, 2011:118).

Model Jigsaw III ini dikembangkan oleh Kagan (1990). Dari Jigsaw III ini tidak

ada perbedaan yang menonjol antara jigsaw I, jigsaw II, dan jigsaw III dalam tata

laksana dan prosedurnya masing – masing. Hanya saja, dalam jigsaw III, Kagan lebih

memfokuskan pada penerapannya di kelas – kelas bilingual. Sehingga berbeda dengan

dua model jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran,

model jigsaw III khusus diterapkan untuk kelas bilingual yang pada umumnya

menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan, lembar kerja, dan kuis.

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together).

Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan banyak siswa dalam penguatan

pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran. Sebagai ganti mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru

menggunakan empat langkah sebagai berikut:

a. penomoran, guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan 3 sampai

5 orang dan setiap anggota diberi nomor,

b. mengajukan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa,

Page 14: Model Kooperativ (Kel. 2)

c. berpikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu

dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu,

d. menjawab, guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tanganna dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas

(Sunardi,2012:59).

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang

dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin

merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan

pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru menggunakan

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan

utama sebagai berikut:

a. presentasi kelas, materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan

metode pembelajaran. siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai

persiapan untuk mengikuti tes berikutnya,

b. kerja kelompok, kelompok terdiri dari 4-5 orang. dalam kegiatan kelompok ini, para

siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan

jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. kelompok diharapkan bekerja sama

dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran,

c. tes, setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes

secara individual. dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling

membantu,

d. peningkatan skor individu, setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes

yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor

rata-rata kelompok,

e. penghargaan kolompok, kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi,

diberikan penghargaan,

4. Think-Pair-Share.

Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think-

Page 15: Model Kooperativ (Kel. 2)

Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta

saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan

suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru

meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah

dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share adalah sebagai berikut.

a. Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan

pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut

secara mandiri.

b. Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini

dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau

penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru

mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

c. Berbagi (Share): pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut

untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang

telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling

kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah

dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

Komponen Pembelajaran Kooperatif yang Dinilai :

1. Pencapaian Kesuksesan Secara Individual

Cara yang dapat dilakukan oleh anda sebagai guru untuk mengukur

kesuksesan belajar siswa secara individual setelah mengikuti pembelajaran

kooperatif adalah dengan memberikan tes formatif, atau dengan memberikan kuis

yang harus dikerjakan secara mandiri (individual) tanpa kerjasama dengan anggota

kelompoknya. Anda juga dapat memberikan tugas lain, tetapi pada intinya, semua

harus dikerjakan secara individual.

2. Pencapaian Kesusksesan Kelompok (Group)

Kesuksesan kelompok dapat diukur dan dievaluasi melalui hal-hal yang

telah berhasil dicapai oleh kelompok, seperti penyelesaian tugas yang diberikan

kepada mereka, dsb.

Page 16: Model Kooperativ (Kel. 2)

3. Penguasaan Keterampilan-Keterampilan Kooperatif

Penguasaan siswa terhadap keterampilan-keterampilan kooperatif dalam

dilihat saat anda melakukan observasi proses pembelajaran. Selain berfungsi

mengecek penguasaan keterampilan-keterampilan kooperatif, observasi proses

pembelajaran sebenarnya juga baik untuk memicu mereka untuk menggunakan

keterampilan-keterampilan tersebut. Anda tentu masih ingat bukan? Untuk

melakukan pengamatan gunakanlah lembar observasi dalam bentuk ceklis agar

dapat dilakukan dengan mudah dan efisien. Anda cukup mendata frekuensi

keterampilan-keterampilan kooperatif apa yang ditunjukkan oleh siswa anda saat

mereka sedang bekerja dalam kelompok.

Page 17: Model Kooperativ (Kel. 2)

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara

membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan

bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar

dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai

bahan pelajaran.

3.1.2   Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif,

interaksi tatap muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar anggota

kelompok, evaluasi proses kelompok. Karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu

siswa harus memiliki tujuan yang sama, rasa saling menolong, saling bertukar

pikiran, saling menghargai, saling membagi tugas, dan dapat

dipertanggungjawabkan secara kolompok.

3.1.3    Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD, tipe Jigsaw, tipe TSP (Think

Pair Share), dan tipe NHT (Numbered Heads Together).

3.1.4   Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak bergantung kepada

guru, mampu mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan,

saling bertukar pendapat, meningkatkan semangat belajar, siswa menjadi aktif.

Kelemahan model pembela- jaran kooperatif yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih

dari guru untuk mengatur siswadan menyiapkan materi, dapat terjadi perdebatan

kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan temannya, membutuhkan fasili- tas

yang memadai, terjadi perluasan masalah sehingga waktu terbuang sia-sia,

terkadang diskusi didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi pasif.

3.2  Saran

3.2.1   Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik menggunakan strategi

kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat

siswa lebih cepat menerima daripada menggunakan strategi yang konvensional.

3.2.2    Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu membimbing

siswa dalam berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Page 18: Model Kooperativ (Kel. 2)

3.2.3    Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi

dan harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau gagasan dari anggota yang

lain.

Page 19: Model Kooperativ (Kel. 2)

DAFTAR PUSTAKA

Isjoni.2011.Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar

Peserta Didik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Johnson, DW,& Johnson,R. 1989.Cooperative and Competion: Theoru and

Research. Edina: Interaction Book Company.

Medsker, Karen L, dan Holdsworth, Kristina M.2001.Models and Strategies for

Training Design. United states of Amirica:ISPI.

Nur dkk.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS.

Rachmadi W .2006.Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Bahan Ajar Diklat di

PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.

Slavin, Robert E.1995.Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktek. Bandung: Nusa

Media.

Slavin, Robert E.2005.Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktek. Bandung: Nusa

Media.

Sunardi.2012.Strategi Belajar Mengajar Matematika.Jember:Universitas Jember Press.

Suparmi.2012.Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Multikultural.Jurnal

Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi.Vol.1 No.1 SMA Negeri 1

Berau Kalimantan Timur. [13 Oktober 2015].