model kooperativ (kel. 2)
DESCRIPTION
strategi belajar mengajarTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, semoga rahmat
keselamlatan serta hidayahnya selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW dan kepada para sahabatnya.
Kami mengucapkan banyak terimakasih pada rekan satu kelompok yang telah
bekerja sama menyelesaikan makalah ini. Dengan perasaan yang amat lega kami
ucapkan Alhamdulillah karena dapat menyelesaikan tugas yang kami emban dari dosen
pengampu berupa makalah tentang “Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)”
untuk memenuhi tugas matakuliah Strategi Belajar Mengajar Matematika.
Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan, jauh dari harapan dan kesempurnaan baik dari struktur,
format maupun penyajian materi.
Untuk mewujudkan harapan dan kesempurnaan makalah ini kami berharap
adanya kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini.
Jember, 15 Oktober 2015
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan atas
dasar prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah kecenderungan itu
didasari atas pertimbangan yang sejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah karena
pertimbangan lain sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat?
Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem
persekolahan yang ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara kurang adil
dan kurang humanistis. Siswa pandai diberi label unggul dengan segala fasilitas yang
diberikannya, sementara siswa yang di kelas tak unggul memperoleh label kurang dan
predikat negatif yang lain. Siswa pada kelompok unggul berkompetisi secara keras dan
cenderung individualistik. Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu,
frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu.
Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam
pendidikan kita adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran
konvensional). Pada pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran,
berperan mentransfer dan meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak perlu
mengkonstruksi ide-idenya. Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena arus
interaksi didominasi oleh guru. Bentuk penugasan dalam pembelajaran ini bersifat
individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi yang diterapkan di kelaspun juga
individual.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai
dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung
pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri
siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model
pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar
mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari
pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang
ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat
dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas
berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat mengubah peran
guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok
kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang
kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar
dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan
kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa
dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1.2.1 apa pengertian pembelajaran kooperatif?
1.2.2 apa saja unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran kooperatif?
1.2.3 apa saja tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif?
1.2.4 apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
1.3.1 mengetahui tentang pengertian pembelajaran kooperatif.
1.3.2 mengerti apa saja unsur-unsur dan karakteristik dari pembelajaran kooperatif.
1.3.3 mengetahui tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif.
1.3.4 mengerti kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran koopeatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham konstruktivisme. Pembelajaran koopeatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam penyelesaian tugas kelompoknya, setiap siswa harus saling bekerja sama, saling
membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam belajar dikatakan belum selesai
jika salah satu anggota belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2011:14).
Pembelajaran kooperatif bergantung pada kelompok-kelompok kecil si
pebelajar. Meskipun isi dan petunjuk yang diberikan oleh pengajar mencirikan
bagian dari pengajaran, namun pembelajaran kooperatif secara berhati-hati
menggabungkan kelompok-kelompok kecil sehingga anggotaanggotanya dapat
bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajaran dirinya dan pembelajaran
satu sama lain. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab untuk
mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman anggotanya untuk belajar.
Ketika kerjasama ini berlangsung, tim menciptakan atmosfir pencapaian, dan
selanjutnya pembelajaran ditingkatkan (Medsker and Kristina M. Holdsworth, 2001:
287).
Jadi pada pembelajaran kooperatif ini siswa diajarkan bagaimana bekerjasama
dalam kelompok, saling memimpin, saling bertanggung jawab dalam kesetaraan
pembelajaran yang senasib dan sepenanggungan, menciptakan hubungan antar personal,
saling mendukung, membantu dan saling peduli dalam mencapai tujuan yaitu
keberhasilan dalam menguasai materi belajar (Suparmi, 2012: 114).
2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model
pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep,
kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota
masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Ada pula seorang ahli yang
mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan
norma-norma yang pro-akademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik
memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa (Slavin, 2005).
Effandi Zakaria berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dirancang bagi
tujuan untuk melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran melanjutkan
perbincangan dengan teman-teman dalam kelompok kecil. Ia memerlukan siswa
bertukar pendapat, memberi tanya jawab serta mewujudkan serta membina proses
penyelesaian kepada suatu masalah. Kajian eksperimental dan diskriptif yang dijalankan
mendukung pendapat yang mengatakan pembelajaran kooperatif dapat memberikan
hasil yang positif kepada siswa (Isjoni, 2009: 21).
2.3 Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Seorang ahli menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Selain
meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga
memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini:
a. siswa yang diajarkan dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif, akan
memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;
b. siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-
diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar;
c. dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-
temannya dan diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif
untuk proses belajar mereka nanti;
d. pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-
temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda- beda.
2.4 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Nur (2000), memaparkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik
tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan
tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling
menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling
membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman
lain (Nur,2000).
2.5 Unsur-Unsur Model Pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif tidak merancang pengajaran seperti cara kompetitif
atau individualistis dalam pelaksanaannya. Ketika pembelajaran berlangsung dalam
sebuah lingkungan belajar yang kompetitif, maka para partisipan cenderung bekerja
dengan partisipan lainnya untuk mendapatkan sebuah tujuan yang mereka rasakan
hanya bisa didapatkan oleh sejumlah kecil partisipan. Para pelajar selanjutnya
merasakan bahwa mereka dapat mencapai tujuan-tujuannya, jika pelajar lainnya gagal,
sebuah persepsi yang seringkali dihasilkan dalam beberapa diri pelajar yang
menganggap pelajaran mudah, karena mereka yakin mereka tidak memiliki kesempatan
untuk menang. Evaluasi pembelajaran dalam lingkungan semacam ini adalah tidak
memuaskan karena prestasi partisipan dinilai melalui cara-cara referensi norma.
Ketika pembelajaran berlangsung dalam lingkungan individual, para partisipan
terlihat bekerja sendiri untuk menyelesaikan tujuan-tujuannya yang tidak berhubungan
dengan pekerjaan teman sekelas lainnya. Meskipun lingkungan ini kondusif untuk
mengevaluasi kinerja berdasarkan basis referensi kriterium, kenyataannya bahwa
tujuan-tujuan pebelajar bersifat independen yang berkontribusi terhadap persepsi-
persepsi pebelajar bahwa pencapaian tujuan-tujuannya tidak berhubungan dengan
apa yang dilakukan oleh para partisipan. Dalam kasus ini, kesempatan untuk bertumbuh
melalui cara-cara kolaboratif hilang.
Ketika pembelajaran kooperatif apa yang dibutuhkan oleh pengajar adalah
menyusun pelatihan sehingga anggota dari kelompok-kelompok kecil yakin, merupakan
hasil bersama. Lebih lanjut, petunjuk seharusnya diberikan kepada kelompok yang
anggota-anggotanya mendapatkan pencapaian dari usaha-usaha anggota lainnya bahwa
anggota-anggota kelompok perlu membantu dan mendukung anggota-anggota lainnya
untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai. Untuk melakukan hal tersebut, setiap
anggota kelompok secara individual membagi akuntabilitas bersama untuk melakukan
bagian pekerjaan kelompoknya. Akuntabilitas tersebut bergantung pada penguasan
masing-masing anggota tim terhadap keterampilan-keterampilan kelompok kecil dan
antarpribadi yang dibutuhkan untuk menjadi anggota kelompok yang efektif.
Keterampilan-keterampilan tersebut adalah kemampuan untuk membahas seberapa
baik kelompok bekerja dan apa yang dapat dikerjakan untuk meningkatkan pekerjaan
kelompok.
Belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok
karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan
yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti
itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan
siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara
individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif nampak merupakan pendekatan
filosofis, apa yang dinyatakan secara kuat oleh pembelajaran kooperatif adalah bahwa
para pengajar memahami komponen-komponen yang membuat kerjasama itu
berjalan. Menurut DW Johnson dan R Johnson (1989), komponen-komponen penting
dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. ketergantungan positif,
2. interaksi promotif langsung,
3. akuntabilitas individual dan kelompok,
4. keterampilan-keterampilan antarpribadi dan kelompok kecil,
5. pemrosesan kelompok.
2.6 Ketergantungan Positif.
Ketergantungan positif berlangsung ketika anggota- anggota kelompok
merasakan bahwa mereka berhubungan satu sama lainnya dalam suatu cara
dimana seseorang tidak dapat mengerjakannya kecuali dengan bekerja bersama.
Anggota kelompok- kelompok kecil berada dalam perahu yang sama. Pada saat
berlayar, kru perahu perlu menyadari bahwa mereka akan tenggelam dan berenang
bersama-sama. Pengajar harus merancang dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan
dan tugas-tugas kelompok dalam cara-cara yang membantu anggota-anggota
kelompok untuk mencapai pemahaman tersebut. Selanjutnya masing-masing
anggota kelompok memiliki kontribusi yang unik untuk melakukan usaha bersama.
Pengajar seharusnya mendefinisikan secara jelas peranan kelompok dan
tanggungjawab tugas dan mengacu pada kekuatan- kekuatan individu anggota.
2.7 Interaksi Promotif Langsung
Para pebelajar perlu melakukan kerjasama baik pada ruang pelatihan maupun
pada pertemuan-pertemuan di luar ruangan. Selanjutnya, pemrosesan informasi
dalam pembelajaran terhadap pencapaian sebuah tujuan, anggota-anggota kelompok
harus meningkatkan keberhasilan satu sama lainnya dengan menyediakan sumber
daya dan bantuan bersama, mendukung, menganjurkan, dan menghargai usaha-usaha
anggota-anggota kelompok lainnya. Pengajar alangkah baiknya memberikan contoh-
contoh bagaimana kelompok-kelompok seharusnya berfungsi, seperti menjelaskan
secara lisan bagaimana memecahkan masalah-masalah, mengajarkan pengetahuan
kepada anggota lainnya, memeriksa pemahaman, membahas konsep-konsep yang
dipelajari, dan menghubungkan pembelajaran saat ini dengan pembelajaran masa
lalu. Dengan melakukan hal tersebut, dinamika-dinamika antarpribadi akan
memudahkan pembelajaran. Melalui peningkatkan pembelajaran langsung satu
sama lainnya, anggota-anggota kelompok memberikan komitmen secara personal
kepada anggota-anggota kelompok lainnya dan juga tujuan-tujuan bersamanya.
2.8 Akuntabilitas Individual dan Kelompok
Para pendukung pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa dua tingkatan
akuntabilitas disusun menjadi pelajaran-pelajaran pembelajaran kooperatif.
Kelompok harus bertanggungjawab atas pencapaian tujuan-tujuannya, dan masing-
masing anggota harus bertanggungjawab dalam memberikan kontribusi
pekerjaannya. Fasilitator meningkatkan akuntabilitas individual dengan menilai
prestasi dari masing-masing individual agar dapat memastikan siapa yang
membutuhkan lebih banyak bantuan, dukungan, dan anjuran dalam pembelajaran.
Pengajar harus mengakui bahwa salah satu tujuan dari kelompok-kelompok
pembelajaran kooperatif adalah memberikan hak individual yang lebih kuat para
siswa belajar bersama sehingga mereka dapat mencapai kompetensi individual yang
lebih besar.
2.9 Keterampilan-keterampilan Antar pribadi dan Kelompok Kecil
Pembelajaran kooperatif lebih kompleks. Fasilitator dari pembelajaran
kooperatif harus fokus pada keterampilan-keterampilan sosial yang harus diajarkan
dengan tujuan dan tepat. Kepemimpinan, pembuatan keputusan, membangun
kepercayaan, komunikasi, dan keterampilan manajemen konflik memungkinkan
bagaimana bekerjasama dan mengerjakan tugas dengan baik, dan ini perlu
disampaikan selama pengajaran. Karena kerjasama dan konflik adalah penting secara
konstruktif untuk keberhasilan jangka panjang kelompok- kelompok pembelajaran.
2.10 Pemrosesan Kelompok
Sebagian besar proses-proses pengajaran menekankan pentingnya
penyampaian kandungan pengajaran secara efisien. Tujuan-tujuan yang ditentukan
secara jelas, urutan logis, dan kondisi-kondisi pembelajaran yang semuanya
menentukan seberapa baik bahan ajar akan dipelajari. Artinya, kemampuan-
kemampuan kepemimpinan, membangun kepercayaan, dan komunikasi dapat
diajarkan secara langsung yaitu, keterampilan-keterampilan tersebut dapat dialami
dalam sebuah kelompok kecil. Kelompok-kelompok perlu menjelaskan apakah
tindakan-tindakan anggota kelompok yang membantu dan tidak membantu dan
membuat keputusan- keputusan tentang perilaku-perilaku apa yang diteruskan
atau dirubah. Proses pembelajaran adalah peningkatan yang berkelanjutan ketika
anggota-anggota kelompok menganalisis seberapa baik mereka bekerjasama,
dan bagi kelompok-kelompok kecil untuk mencapai sebuah tujuan pengajaran
dengan baik, dimana mereka harus menempatkan prosesnya secara sadar (Suparmi,
2012: 113).
Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren, seperti yang di
kutip oleh Isjoni (2011: 16) sebagai berikut.
a. Para siswa harus memiliki pandangan bahwa mereka adalah senasib.
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab siswa lain dalam kelompoknya dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama.
d. Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab diantara para anggotanya.
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan
bekerja sama selama belajar.
g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan efektif pada diri siswa bila
ditanamkan unsur-unsur dasar belajar kooperatif. Dengan dilaksanakan pembelajaran
kooperatif secara berkesinambungan dapat dijadikan sarana bagi guru untuk melatih dan
mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, khususnya ketrampilan
sosial untuk bekal hidup di masyarakat. Keberhasilan siswa pada pembelajaran ini juga
berdampak pada keberhasilan guru dalam mengelola kelasnya (Isjoni, 2011:102).
2.11 Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Agar model pembelajaran ini berjalan lebih kooperatif maka sebagai petunjuk
tahap-tahap yang harus dilakukan berdasarkan komponen pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut.
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 : Menyampaikan tujuan
dan mempersiapkan siswa.
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan siswa siap belajar.
Fase 2 : Menyajikan informasi. Mempresentasikan informasi kepada
siswa secara verbal.
Fase 3 : Mengorganisir siswa
ke dalam tim-tim belajar.
Memberikan penjelasan kepada siswa
tentang tata cara pembentukan tim
belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien.
Fase 4 : Membantu kerja tim dan
belajar.
Membantu tim-tim belajar selama
siswa mengerjakan tugasnya.
Fase 5 : Mengevaluasi. Menguji pengetahuan siswa mengenai
berbagai materi pembelajaran atau
kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 : Memberikan pengakuan
atau penghargaan.
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
kelompok.
a. Tahap pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi
maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa harus
memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.
b. Tahap kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.
c. Tahap ketiga
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam
kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap
anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya
tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau
anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.
d. Tahap keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-
tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang
diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa siswa
mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.
e. Tahap kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang
konsisten dengan tujuan pembelajaran.
f. Tahap keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa.
Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang
lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui usaha individualnya
berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan
kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.
2.12 Beberapa Tipe Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh seorang ahli
yaitu Rachmadi (2006) sebagai berikut.
1. Pembelajaran kooperatif t ipe Jigsaw.
Langkah-langkah dalam penerapan jigsaw adalah sebagai berikut :
a. dalam pendekatan Jigsaw, Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa
kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang heterogen atau
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah . Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam
kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang
akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian
materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang
sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam
kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali
ke kelompok asal,
b. selanjutnya anggota tim ahli ini kembali ke kelompok asal dan menjelaskan apa yang
telah dipelajari dan didiskusikan dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada
teman kelmpoknya sendiri,
c. setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah
satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan
agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan,
d. guru memberikan kuis untuk siswa secara individual,
e. guru memberikan penghargaan pada kelompok dan individu yang mendapat skor
tertinggi (Sunardi,2012:58).
Model pembelajaran tipe jigsaw terbagi menjadi tiga ketegori yaitu jigsaw I, jigsaw
II, dan jigsaw III. Pertama kali Jigsaw I dikembangkan oleh Elliot Aronson (1975),
dimana siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari lima
anggota (Huda,2011:120). Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu
topik dari materi pelajaran saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap
kelompok, masing – masing anggota harus mempelajari bagian – bagian yang berbeda
dari informasi tersebut. Setelah mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya
masing – masing, setiap anggota yang mempelajari bagian – bagian ini berkumpul
dengan anggota – anggota kelompok dari kelompok – kelompok yang lain.
Jigsaw II diadopsi dan dimodifikasi kembali oleh Slavin (1989). Dalam model ini,
setiap kelompok berkompetisi untuk mendapatkan penghargaan kelompok (group
reward). Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu masing – masing
anggota. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika masing – masing
anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa saat ditugaskan mengerjakan
kuis (Huda, 2011:118).
Model Jigsaw III ini dikembangkan oleh Kagan (1990). Dari Jigsaw III ini tidak
ada perbedaan yang menonjol antara jigsaw I, jigsaw II, dan jigsaw III dalam tata
laksana dan prosedurnya masing – masing. Hanya saja, dalam jigsaw III, Kagan lebih
memfokuskan pada penerapannya di kelas – kelas bilingual. Sehingga berbeda dengan
dua model jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran,
model jigsaw III khusus diterapkan untuk kelas bilingual yang pada umumnya
menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan, lembar kerja, dan kuis.
2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together).
Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan banyak siswa dalam penguatan
pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran. Sebagai ganti mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
menggunakan empat langkah sebagai berikut:
a. penomoran, guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan 3 sampai
5 orang dan setiap anggota diberi nomor,
b. mengajukan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa,
c. berpikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu
dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu,
d. menjawab, guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tanganna dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas
(Sunardi,2012:59).
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin
merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru menggunakan
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan
utama sebagai berikut:
a. presentasi kelas, materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan
metode pembelajaran. siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai
persiapan untuk mengikuti tes berikutnya,
b. kerja kelompok, kelompok terdiri dari 4-5 orang. dalam kegiatan kelompok ini, para
siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan
jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. kelompok diharapkan bekerja sama
dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran,
c. tes, setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes
secara individual. dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling
membantu,
d. peningkatan skor individu, setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes
yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor
rata-rata kelompok,
e. penghargaan kolompok, kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi,
diberikan penghargaan,
4. Think-Pair-Share.
Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think-
Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta
saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan
suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru
meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah
dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share adalah sebagai berikut.
a. Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan
pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut
secara mandiri.
b. Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini
dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau
penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru
mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Berbagi (Share): pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut
untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang
telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling
kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah
dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
Komponen Pembelajaran Kooperatif yang Dinilai :
1. Pencapaian Kesuksesan Secara Individual
Cara yang dapat dilakukan oleh anda sebagai guru untuk mengukur
kesuksesan belajar siswa secara individual setelah mengikuti pembelajaran
kooperatif adalah dengan memberikan tes formatif, atau dengan memberikan kuis
yang harus dikerjakan secara mandiri (individual) tanpa kerjasama dengan anggota
kelompoknya. Anda juga dapat memberikan tugas lain, tetapi pada intinya, semua
harus dikerjakan secara individual.
2. Pencapaian Kesusksesan Kelompok (Group)
Kesuksesan kelompok dapat diukur dan dievaluasi melalui hal-hal yang
telah berhasil dicapai oleh kelompok, seperti penyelesaian tugas yang diberikan
kepada mereka, dsb.
3. Penguasaan Keterampilan-Keterampilan Kooperatif
Penguasaan siswa terhadap keterampilan-keterampilan kooperatif dalam
dilihat saat anda melakukan observasi proses pembelajaran. Selain berfungsi
mengecek penguasaan keterampilan-keterampilan kooperatif, observasi proses
pembelajaran sebenarnya juga baik untuk memicu mereka untuk menggunakan
keterampilan-keterampilan tersebut. Anda tentu masih ingat bukan? Untuk
melakukan pengamatan gunakanlah lembar observasi dalam bentuk ceklis agar
dapat dilakukan dengan mudah dan efisien. Anda cukup mendata frekuensi
keterampilan-keterampilan kooperatif apa yang ditunjukkan oleh siswa anda saat
mereka sedang bekerja dalam kelompok.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara
membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan
bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pelajaran.
3.1.2 Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif,
interaksi tatap muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar anggota
kelompok, evaluasi proses kelompok. Karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu
siswa harus memiliki tujuan yang sama, rasa saling menolong, saling bertukar
pikiran, saling menghargai, saling membagi tugas, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara kolompok.
3.1.3 Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD, tipe Jigsaw, tipe TSP (Think
Pair Share), dan tipe NHT (Numbered Heads Together).
3.1.4 Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak bergantung kepada
guru, mampu mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan,
saling bertukar pendapat, meningkatkan semangat belajar, siswa menjadi aktif.
Kelemahan model pembela- jaran kooperatif yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih
dari guru untuk mengatur siswadan menyiapkan materi, dapat terjadi perdebatan
kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan temannya, membutuhkan fasili- tas
yang memadai, terjadi perluasan masalah sehingga waktu terbuang sia-sia,
terkadang diskusi didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi pasif.
3.2 Saran
3.2.1 Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik menggunakan strategi
kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat
siswa lebih cepat menerima daripada menggunakan strategi yang konvensional.
3.2.2 Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu membimbing
siswa dalam berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3.2.3 Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi
dan harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau gagasan dari anggota yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Isjoni.2011.Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar
Peserta Didik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johnson, DW,& Johnson,R. 1989.Cooperative and Competion: Theoru and
Research. Edina: Interaction Book Company.
Medsker, Karen L, dan Holdsworth, Kristina M.2001.Models and Strategies for
Training Design. United states of Amirica:ISPI.
Nur dkk.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS.
Rachmadi W .2006.Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Bahan Ajar Diklat di
PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
Slavin, Robert E.1995.Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktek. Bandung: Nusa
Media.
Slavin, Robert E.2005.Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktek. Bandung: Nusa
Media.
Sunardi.2012.Strategi Belajar Mengajar Matematika.Jember:Universitas Jember Press.
Suparmi.2012.Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Multikultural.Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi.Vol.1 No.1 SMA Negeri 1
Berau Kalimantan Timur. [13 Oktober 2015].