perkerasan jalan kel 2

68
47 PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA BAB I METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUIS DAN KASAR Tujuan Pelaksanaan Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan komposisi prosentase campuran antara agregat kasar dan halus untuk pembuatan campuran aspal yang kemudian akan menjalani percobaan marshall Dasar teori Analisa saringan (ayakan) adalah menggetarkan contoh tanah melalui satu set ayakan dimana lubang – lubang ayakan tersebut makin kecil serta berurutan (Braja 1995-17). Dalam analisis saringan agregat ini dilakukan penentuan prosentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan,kemudian angka – angka prosentase digambarkan pada grafik pembagian butir. Berdasarkan berat partikel – partikel agregat, agregat dapat dibedakan atas : UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Upload: wahyu-wicaksono

Post on 14-Aug-2015

146 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

UWK

TRANSCRIPT

Page 1: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

BAB I

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUIS DAN KASAR

Tujuan Pelaksanaan

Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan komposisi prosentase

campuran antara agregat kasar dan halus untuk pembuatan campuran

aspal yang kemudian akan menjalani percobaan marshall

Dasar teori

Analisa saringan (ayakan) adalah menggetarkan contoh tanah melalui

satu set ayakan dimana lubang – lubang ayakan tersebut makin kecil

serta berurutan (Braja 1995-17).

Dalam analisis saringan agregat ini dilakukan penentuan prosentase

berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan,kemudian angka –

angka prosentase digambarkan pada grafik pembagian butir.

Berdasarkan berat partikel – partikel agregat, agregat dapat dibedakan

atas :

Agregat kasar yaitu agregat dengan ukuran partikel > 4,75 mm

menurut ASTM atau ukuran partikel > 2 mm menurut AASHTO

Agregat halus yaitu agregat dengan ukuran partikel < 4,75 mm

menurut ASTM atau ukuran partikel < 2 mm dan > 0,075 menurut

AASHTO

Abu batu / mineral filter yaitu agregat halus yang umumnya lolos

saringan no 200

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 2: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Test yang dilaksanakan

Peralatan

1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat uji

2. Satu set saringan 19,1 mm (3/4”), 12,5 mm (1/2”), 9,5 mm

(3/8”), no 4, no 8, no 30, no 50, no 100, no 200 dan PAN

3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk

memanasi sampai (1100C)

4. Alat pemisah contoh

5. Mesian pengguncang saringan

6. Talam

7. Kuas, silikat kuningan, sendok dan alat – alat lainnya

Bahan

1. Agregat halus dengan berat 1000 gram

2. Agregat kasar dengan berat 2000 gram

3. Bila agregat tersebut berupa campuran dari agregat halus

dan agregat kasar maka dipisah jadi dua (2) bagian dengan

saringan no 4,(bila agregat diatas no 4,maka dikatakan

agregat kasar dan bila agregat dibawah no 4, maka

dikatakan agregat halus)

Langkah Kerja

1. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (1100C),

sampai berat tetap

2. Menyaring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran

saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan

diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama

15 menit

3. Mengolah data yang diperoleh dan disesuaikan dengan

spesifikasi Bina Marga II

4. Table Spesifikasi Bina Marga II

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 3: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Jenis ayakan keterangan

0,75" 100

0,50" 75-100

0,37" 60-85

no 4 55-75

no8 20-35

no 30 10-22

no 50 6-16

no 100 4-12

no 200 2-8

Hasil Test Analisa Saringan

Hasil Test Analisa Saringan Agregat Halus

No

Saringan

Berat

Tertahan

Jumlah

Berat

tertahan

Jumlah Persen komulatif

Tertahan Lolos

0,75" 0 0 0 100

0,50" 0 0 0 100

0,37" 0 0 0 100

no 4 20 20 2 98

no8 480 500 50 50

no 30 215 715 71.5 28.5

no 50 30 745 74.5 25.5

no 100 105 850 85 15

no 200 50 900 90 10

PAN 100 1000 100 0

Berat agregat halus kering = 1000 gram

Menentukan Jumlah Persen Tertahan Agregat Halus

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Jumlah Berat Tertahan x (100 % : 1000)

Page 4: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Saringan no 4

20 x = 2%

Saringan no 8

500 x = 50%

Saringan no 30

715 x = 71,5%

Saringan no 50

745 x = 74,5%

Saringan no 100

850 x = 85%

Saringan no 200

900 x = 90%

Menentukan Jumlah Persen Lolos Agregat Halus

Saringan no 4

100% - 2% = 98%

Saringan no 8

100% - 50% = 50%

Saringan no 30

100% - 71,5% = 28,5%

Saringan no 50

100% - 74,5% = 25,5%

Saringan no 100

100% - 85% = 15%

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

10100% - Jmlah Persen Komulatif Tertahan

Page 5: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Saringan no 200

100% - 90% = 10%

Hasil Test Analisa Saringan Agregat Kasar

No

Saringan

Berat

Tertahan

Jumlah Berat

tertahan

Jumlah Persen komulatif

Tertahan Lolos

0,75" 0 0 0 100

0,50" 949.5 949.5 47.475 52.525

0,37" 465.5 1415 70.75 29.25

no 4 264.5 1679.5 83.975 16.025

no8 140.5 1820 91 9

no 30 180 2000 100 0

no 50 0 2000 100 0

no 100 0 2000 100 0

no 200 0 2000 100 0

PAN 0 2000 100 0

Berat agregat kasar kering = 2000 gram

Menentukan Jumlah Persen Tertahan Agregat Kasar

Saringan 1/2”

949,5 x =47,475%

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Jumlah Berat Tertahan x (100 % : 2000)

Page 6: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Saringan 3/8”

1415 x = 70,75%

Saringan no 4

1679,5 x = 83,975%

Saringan no 8

1820 x = 91,00%

Saringan no 30

2000 x =100%

Menentukan Jumlah Persen Lolos Agregat Kasar

Saringan 1/2”

100% - 47,475% = 52,525%

Saringan 3/8”

100% - 70,75% = 29,25%

Saringan no 4

100% - 83,975% = 16,025%

Saringan no 8

100% - 91,00% = 9,00%

Saringan no 30

100% - 100% = 0%

Hasil Test Analisa Saringan Komposisi Campuran

No

Saringan

Agregat Kasar Agregat Halus Total

Lolos

(%)

Spesifikasi

BINA

MARGA II

Lolos

(%) 45%

Lolos

(%) 55%

0,75" 100 45 100 55 100 100

0,50" 52.53 23.6 100 55 78.64 75-100

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

10100% - Jmlah Persen Komulatif Tertahan

Page 7: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

4

0,37" 29.25

13.1

6 100 55 68.16 60-85

no 4 16.03

7.21

1 98 53.9 61.11 55-75

no8 9 4.05 50 27.5 31.55 20-35

no 30 0 0 28.5

15.6

8 15.68 10-22 

no 50 0 0 25.5

14.0

3 14.03  6-16

no 100 0 0 15 8.25 8.25  4-12

no 200 0 0 10 5.5 5.5  2-8

PAN 0 0 0 0 0 0

Menentukan Agregat 45% (Kasar)

Persen lolos x (45/100)

Menentukan Agregat 45% (Halus)

Persen lolos x (55/100)

Menentukan Persen Total Lolos Agregat

45% (Kasar) + 55% (Halus)

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 8: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Kesimpulan Dari hasil analisa disimpulkan bahwa komposisi agregat memenuhi spec span BM II.

Maka dalam perencanaan campuran agregat gabungan spec span BM II akan digunakan sebagai

acuan.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 9: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

BAB II

METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS

Maksud dan Tujuan

a. Maksud

metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat

jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan angka

penyerapan dari agregat halus.

b. Tujuan

tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka berat jenis curah hujan, berat jenis

permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan air pada agregat halus.

Ruang Lingkuppengujian ini dilakukan pada tanah jenis agregat halus, yaitu lolos saringan no.4 (4,75

mm). hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan :

1. penyelidikan quarry agregat.

2. perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.

3. perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.

Pengertianberat jenis curah

adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama

dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 10: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

berat jenis jenuh kering permukaan

adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling

yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.

berat jenis semu

adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama

dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25°C.

penyerapan

adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering,

dinyatakan dalam persen.

CARA PELAKSANAAN

PeralatanPeralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.

2. Kerucut terpancung, diameter bagian atas (40 ± 3) mm, diameter bagian bawah (90 ±

3) mm dan tinggi (75 ±3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm.

3. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 ± 15) gram,

diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm.

4. Saringan no.4 (4,75 mm).

5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)°C.

6. Talam.

7. Bejana tempat air.

8. Pompa hampa udara atau tungku.

9. Desikator.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 11: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Benda Ujibenda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4 (4,75 mm) diperoleh dari alat pemisah

contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 100 gram.

Cara Pengujian Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)°C, sampai berat tetap, yang

dimaksudkan berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses

penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut,

tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1%, didinginkan

pada suhu ruang, kemudian direndam dalam air selama (24 ± 4) jam.

2. Membuang air perendam dengan hati-hati, hingga tidak ada butiran yang hilang,

agregat ditebarkan diatas talam, dikeringkan diudara panas dengan cara membalik-

balikan benda uji, pengeringan dilakukan sampai tercapai keadaan kering permukaan

jenuh.

3. Memeriksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji ke dalam

kerucut terpancung, dipadatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali,

mengangkat kerucut terpancung, keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda

uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.

4. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh 500 gram benda uji

dimasukkan ke dalam piknometer, diputar sambil diguncang sampai tidak terlihat

gelembung udara didalamnya, untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan

pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut

terhisap dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer.

5. Merendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan

kepada suhu standar 25°C. Menambahkan air sampai mencapai tanda batas.

6. Menimbang piknometer berisi air dan benda uji samapai ketelitian 0,1 gram (Bt).

7. Mengeluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai

berat tetap, kemudian benda uji didinginkan dalam desikator. Setelah benda uji dingin

kemudian ditimbang (Bk).Menentukan berat piknometer berisi air penuh dan

mengukur suhu air, guna penyesuaian dengan suhu standar 25°C (B).

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 12: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Data dan PerhitunganPengujian :

Benda uji direndam selama : 24 jam

Berat benda uji kering perm. jenuh (SSD) : 500 gram

Berat picnometer + air (25C) B : 646 gram

Berat picnometer +benda uji SSD + air Bt: 935 gram

Benda uji kering oven Bk : 490 gram

Perhitungan :

a. Berat jenis (balk specific gravity)

b. Berat jenis permukaan jenuh

c. Berat jenis semu (apparent)

d. Penyerapan

Kesimpulan.

Dari percobaan diperoleh Berat jenis semu (Apparent Spesific Gravity) = 2,44 lebih kecil

dari syarat minimum yang ditentukan Laston yakni 2,50. Sedangkan pengujian

peresapan agregat diperoleh sebesar 2 % dan memenuhi syarat laston yakni peresapan

agregat halus terhadap air maksimum 3%. Sehingga bahan agregat halus pada percobaan

ini layak digunakan untuk pembuatan struktur jalan.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 13: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

BAB III

METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR

Maksud dan tujuana. maksud

metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat

jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar,

serta angka penyerapan dari agregat kasar.

b. tujuan

tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering

permukaan jenuh, dan berat jenis semu serta besarnya angka penyerapan.

Ruang lingkupPengujian dilakukan terhadap agregat kasar, yaitu yang tertahan oleh saringan

berdiameter 4,75 mm ( saringan no.4); hasil pengujian ini dapat digunakan dalam

pekerjaan :

1. penyelidikan quarry agregat.

2. perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.

3. perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.

Pengertian

berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling

yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25˚C.

berat jenis kering permukaan jenuh, yaitu perbandingan antara berat agregat kering

permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam

keadaan jenuh pada suhu 25˚C.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 14: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling

yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25˚C.

penyerapan adalah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry terhadap berat

agregat kering, dinyatakan dalam %.

CARA PELAKSANAAN

PeralatanPeralatan yang digunakan adalah sebagai berikut ;

1. keranjang kawat ukuran 3,35 mm (no.6) atau 2,36 mm (no.8) dengan kapasitas kira-kira 5

Kg

2. tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini harus

dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.

3. timbangan dengan kapasitas 5 Kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang

dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.

4. oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)˚C.

5. alat pemisah contoh.

6. saringan no.4 (4,75 mm).

Benda ujiBenda uji adalah agregat yang tertahan saringan no.4 (4,75 mm) diperoleh dari alat

pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 Kg.

Cara Pengujian

Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :

1. mencuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat

pada permukaan.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 15: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

2. mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai beratnya tetap.

sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan

beton dimana agregat digunakan pada keadaan kadar air aslinya. Maka tidak pelu

dilakukan pengeringan dengan oven.

3. mendinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian ditimbang

dengan ketelitian 0,5 gram (Bk).

4. merendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam.

5. mengeluarkan benda uji dari air, dilap dengan kain penyerap sampai selaput air pada

permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan, harus satu persatu.

6. menimbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj).

7. meletakkan benda uji di dalam keranjang, menggoncangkan batunya untuk

mengeluarkan udara yang tersekap dan menentukan beratnya di dalam air (Ba), dan

mengukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan pada suhu standar (25ºC).

8. banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat dan ringan.

Bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis yang tidak tetap walaupun

pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeiksaan

ulang diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan.

Data dan Perhitungan

Pengujian :

Benda uji direndam selama : 24 jam

Berat benda uji kering oven tertahan saringan No. 4 Bk : 5000 gram

Berat uji kering permukaan jenuh Bj : 5075 gram

Berat uji dalam air Ba : 3114,22gram

Perhitungan :

a. Berat jenis (balk specific gravity)

b. Berat jenis permukaan jenuh

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 16: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

c. Berat jenis semu (apparent)

d. Penyerapan

Kesimpulan Dari percobaan diperoleh Berat jenis semu (Apparent Spesific Gravity) = 2,72 lebih besar

dari syarat minimum yang ditentukan Laston yakni 2,50. Sedangkan pengujian

peresapan agregat diperoleh sebesar 1,1 % dan memenuhi syarat laston yakni peresapan

agregat halus terhadap air maksimum 3%. Sehingga bahan agregat halus pada percobaan

ini layak digunakan untuk pembuatan struktur jalan.

BAB IV

METODE PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 17: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Maksud dan Tujuana. Maksud

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar

terhadap keausan dengan mempergunakan mesin abrasi Los Angeles.

b. Tujuan

Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut yang dinyatakan dengan

perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan no.12 (1,7 mm) terhadap berat

semula, dalam persen.

IV.1.2. Ruang lingkupPengujian ini dapat digunakan untuk mengukur keausan agregat kasar. Hasil pengujian

bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan

atau konstruksi beton.

CARA PELAKSANAAN

PeralatanPeralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :

1. mesin abrasi Los Angeles.

Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711 mm

(28¨).

2. sarinagn no.12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya.

3. Timbangan (dengan ketelitian % gram).

4. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1,7/8¨) dan berat masing-masing

antara 400 gram sampai 440 gram.

5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai ( 110 ± 5 )ºC.

benda ujiBenda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :

1. berat dan gradasi benda uji sesuai daftar (lampiran).

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 18: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

2. membersihkan benda uji dan mengeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC

sampai berat tetap.

Cara pengujianPengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

1. pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah

satu dan & (tujuh) cara berikut :

a. cara A : gradasi A , bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 9,5 mm.

jumlah bola 12 buah dengan 500 putaran.

b. Cara B : gradasi B , bahan lolos 19 mm sampai tertahan 9,5 mm.

jumlah bola 11 buah dengan 500 putaran.

c. cara C : gradasi C , bahan lolos 9,5 mm sampai tertahan 4,75 mm.

jumlah bola 8 buah dengan 500 putaran.

d. cara D : gradasi D , bahan lolos 4,75 mm (no.4) sampai tertahan 2,36 mm.

jumlah bola 6 buah dengan 500 putaran.

e. cara E : gradasi E, bahan lolos 75 mm sampai tertahan 37,5 mm.

jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.

f. cara F : gradasi F, bahan lolos 50 mm sampai tertahan 25 mm.

jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.

g. cara G : gradasi G , bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 19 mm.

jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.

Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan gradasi

disesuaikan dengan contoh material yang merupakan wakil dari material yang akan

digunakan.

2. Benda uji dan bola baja dimaksudkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 19: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

3. Putaran mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah putaran gradasi

A,B,C< dan D 500 putran dan untuk gradasi E,F dan G 1000 putaran.

4. setelah selesai pemutaran, benda uji dikeluarkan dari mesin kemudian disaring

dengan saringan no.12 (1,7 mm). butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih,

selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai beratnya tetap.

Data dan Perhitungan

Grading of Simple Test : B (diputar sebanyak 500 kali)

Ukuran Saringan Berat (gram)

Lolos Tertahan Sebelum Sesudah

¾ in ½ in 2500

½ in 3/8 in 2500

- no 12 0 3250

Jumlah Berat 5000 3250

Banyaknya yang aus adalah :

Berat sebelum (a) : 5000 gram

Berat sesudah (b) : 3250 gram

Berat yang aus (c) : 1750 gram

Prosentase yang aus :

Peraturan Bina Marga keausan max = 40%

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 20: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

ANALISA HASIL PERCOBAAN Pada percobaan tersebut awalnya ditimbang berat aggregat total 5000 gram.

Setelah ditest dengan mesin Los Angeles maka didapat berat tertahan saringan no 12

sebesar 3250 gram. Dengan mengurangkan berat awal sebelum dilakukan test dan hasil

akhir maka didapat nilai 1750 gram. Dengan prosentase sebesar 35 %. Selisih nilai ini

merupakan jumlah aggregat yang aus.

KESIMPULANDari hasil analisa diperoleh bahwa keausannya 35 % < 40 %. Sehingga

disimpulkan bahwa aggregat yang diuji baik digunakan untuk bahan lapis permukaan dan

lapis pondasi atas.

BAB V

METODE PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN ASPAL

Maksud dan Tujuana. Maksud

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 21: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian

daktilitas bahan aspal.

b. Tujuan

Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan harga pengujian daktilitas bahan aspal.

Ruang LingkupPengujian ini dapat dilakukan pada aspal keras atau aspal cair. Hasil pengujian ini

selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui elastisitas bahan aspal.

Pengertian Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitas aspal, yang diukur dari jarak terpanjang, apabila

antara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik belum putus pada suhu 25°C dan dengan

kecepatan 50 mm/menit. Syarat AASHTO T-51, daktilitas minimum adalah 100 cm.

CARA PELAKSANAAN

PeralatanPeralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Termometer;

2. Cetakan daktilitas kuningan;

3. Bak perendam isi 10 liter, yang dapat menjaga suhu tertentu selama pengujian dengan

ketelitian 0,1°C dan benda uji dapat terendam sekurang-kurangnya 100 mm di bawah

permukaan air, bak tersebut dilengkapi dengan pelat dasar berlubang yang diletakkan 50

mm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji;

4. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap;

b. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran selama

pemeriksaan;

5. Bahan methyl alkohol teknik atau glcerin teknik.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 22: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Benda UjiBenda uji adalah contoh aspal sebanyak 100 gram yang dipersiapkan sebagai berikut :

1. Lapisi seluruh bagian dalam sisi-sisi cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar

dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk atau glycerin dan kaolin

atau amalgan; kemudian pasanglah cetakan daktilitas di atas pelat;

2. Panaskan contoh aspal sehingga cair dan dapat dituang; untuk menghindarkan pemanasan

setempat lakukan dengan hati-hati; pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80°C –

100°C di atas titik lembek; kemudian contoh disaring dengan No. 50 dan setelah diaduk,

dituang dalam cetakan.

3. Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung hingga penuh

berlebih.

4. Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu pindahkan

seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan selama

30 menit; kemudian ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang

pahas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.

Cara PengujianUrutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendiamkan benda uji pada suhu 25°C dalam bak perendam selama 85 sampai 95 menit,

kemudian melepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-sisi cetakannya.

2. Memasang benda uji pada alat mesin uji dan menarik benda uji secara teratur dengan

kecepatan lebih atau kurang dari 5% masih bisa diijinkan, membaca jarak antara

pemegang benda uji, pada saat benda uji putus (dalam cm), selama percobaan

berlangsung benda uji harus selalu terendam sekurang-kurangnya 25 mm dalam air dan

suhu harus dipertahankan tetap (25 ± 0.5)°C;

3. apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji atau terapung pada permukaan air maka

pengujian dianggap tidak normal, untuk menghindari hal semacam ini, maka berat jenis

air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan menambah methyl alkohol atau

glycerin, apabila pemeriksaan normal tidak berhasil setelah dilakukan 3 kali, maka

dilaporkan bahwapengujian daktilitas bitumen tersebut gagal

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 23: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Data dan Perhitungan

Pembacaan Waktu Pembacaan Suhu

Pembukaan

Contoh

Contoh dipanaskan

Mulai Jam

Selesai Jam

10.00

10.10

Suhu Oven :

110°C

Mendinginkan

Contoh

Dibiarkan pada Suhu Ruang

Mulai Jam

Selesai Jam

10.10

10.45

Mencapai

Suhu

Pemeriksaan

Direndam pada suhu 25°C

Mulai Jam

Selesai Jam

10.45

11.00

Suhu Waterbath :

25°C

Pemeriksaan Daktilitas pada 25°C

Mulai Jam

Selesai Jam

11.00

11.45

SuhuPenetrometer:

25°C

Daktilitas pada 25°C

7 cm/menit

Pembacaan Pengukur

pada Alat

Keterangan

Pengamatan I 180 cm Memenuhi syarat daktilitas

untuk aspal penetrasi tpe 60/70

Karena Syarat Bina Marga II

Daktilitas minimum 100 cm

Pengamatan II 112 cm

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 24: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

(OK)Daktilitas Rata-Rata 110 cm

Daktalitas rata – rata > 100 cm

Keterangan :

- Pengamatan daktilitas : 25C kecepatan 5 cm/menit

- Syarat AASHTO T-51, daktilitas minimum adalah 100 cm

KESIMPULAN Dari hasil percobaan dan analisa hasil dapat disimpulkan bahwa aspal tersebut memenuhi

syarat dasktilitas untuk aspal penetrasi 60-70. Sehingga aspal ini memenuhi syarat untuk

digunakan.

BAB VI

PEMERIKSAAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 25: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

MaksudPemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid

atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu

tertentu ke dalam bitumen pada suhu tertentu pula.

CARA PELAKSANAAN

PeralatanPeralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa gesekan dan

dapat mengukur penetrasi sampai 0.1 mm;

b. Pemegang jarum seberat (47.5 ± 0.05) gram yang dapat dilepas dengan mudah dari alat

penetrasi untuk peneraan;

c. Pemberat (50 ± 0.05) gram dan (100 ± 0.05) gram masing-masing dipergunakan untuk

pengukuran penetrasi dengan beban 100 dan 200 gram;

d. Jarum penetrasi dan stailess steel mutu 440C atau NRC54 sampai 50, ujung jarum harus

berbentuk kerucut terpancung;

e. Cawan contoh harus terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata-

rata berukuran sebagai berikut

Penetrasi Diameter Dalam

<200 55 mm 35 mm

200 s/d 300 70 mm 45 mm

f. Bak perendam (water bath)

Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat menahan suhu tertentu

dengan ketelitian 0.1°C;

Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terletak 50 mm di atas dasar

bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air dalam bejana.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 26: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

g. Tempat air untuk benda uji di tempatkan di bawah alat penetrasi.

Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk

merendam benda uji tanpa bergerak;

h. Pengukur waktu

Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch dengan skala

pembagian terkecil 0.1 detik atau kurang dari kesalahan. Dan kesalahan tertinggi 0.1

detik per menit. Untuk pengukuran tertinggi dari penetrasi dengan alat tersebut tidak

boleh melebihi 0.1 detik;

i. Termometer

Benda UjiMemanaskan contoh perlahan-lahan serta mengaduk hingga cukup air untuk dituangkan.

Pemanasan contoh tidak boleh lebih dari 60°C di atas titik lembek, dan untuk bitumen tidak

boleh lebih dari 90°C di atas titik lembek.

Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit, mengaduk perlahan-lahan agar udara tidak

masuk ke dalam contoh. Setelah contoh merata, tuangkan ke dalam tempat contoh dan

diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka

penetrasi ditambah 10 mm. Tutup benda uji agar terbebas dari debu dan diamkan pada suhu

ruang selama 1 sampai 1½ jam untuk benda uji kecil, dan 1 ½ sampai 2 jam untuk yang

besar.

Cara Pengujian a. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air yang kecil

tersebut dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang telah ditrntukan.

Diamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1 ½ jam untuk benda uji kecil, dan 1 ½

sampai 2 jam untuk yang besar.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 27: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

b. Periksa pemegang jarum agar dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum penetrasi

dengan toluene atau pelarut lain, kemudian keringkan jarum tersebut dengan lap bersih

dan pasang jarum pada pemegang jarum.

c. Letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar (100 ± 0.1)

gram.

d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.

e. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan benda

uji, kemudian atur angka nol di arloji penetrometer hingga jarum penunjuk berhimpit

dengannya.

f. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama jangka waktu (5 ±

0.1) detik.

g. Putar arloji penetrometer dan baca angka penetrasi yang berhimpit-himpit dengan jarum

penunjuk dan bulatkan hingga angka 0.1 terdekat.

h. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk pekerjaan

berikutnya.

i. Lakukan pekerjaan e sampai g di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama

dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama lain dan dari dinding tepi

lebih dari 1cm.

Data dan Perhitungan

Pembacaan Waktu Pembacaan Suhu

Pembukaan Contoh dipanaskan

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 28: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Contoh Mulai Jam

Selesai Jam

10.00

10.15

Suhu Oven :

110°C

Mendinginkan

Contoh

Dibiarkan pada Suhu Ruang

Mulai Jam

Selesai Jam

10.15

10.45

Mencapai

Suhu

Pemeriksaan

Direndam pada suhu 25°C

Mulai Jam

Selesai Jam

10.45

11.00

Suhu Waterbath :

25°C

Pemeriksaan Penetrasi pada 25°C

Mulai Jam

Selesai Jam

11.00

12.00

SuhuPenetrometer:

25°C

Hasil Percobaan :

Penetrasi pada :

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 29: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

25°C; 75 gr; 5 detik I II

Pengamatan 1 70 70

Pengamatan 2 68 69

Pengamatan 3 67 68

Pengamatan 4 65 66

Pengamatan 5 64 65

Pengamatan 6 63 64

KESIMPULANDari analisa hasil percobaan didapat penetrasi rata-rata 66,58 mm, maka sesuai dengan

Laston tabel 2.3 dan disimpulkan bahwa aspal tersebut termasuk aspal dengan penetrasi 60.

Dimana pada aspal ini mempunyai penetrasi minimum 60 dan maksimum 80.

BAB VII

METODE PENGUJIAN TITK NYALA DAN TITIK BAKAR BAHAN ASPAL DENGAN CLEVELAND DAN OPEN CUP

Maksud dan Tujuana. Maksud

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 30: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian titik

nyala dan titik bakar bahan aspal dengan cleveland dan open cup.

b. Tujuan

Tujuan metode ini adalah mendapatkan besaran titik nyala dan titik bakar bahan aspal

dengan cleveland dan open cup.

Ruang LingkupPengujian ini dilakukan terhadap aspal dan semua jenis minyak bumi kecuali minyak bakar

dan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79°C. Hasil pengujian ini

selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat bahan terhadap bahaya api, pada

suhu mana akan terbakar atau menyala.

Pengertian Beberapa pengertian dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5 detik pada suatu di

atas permukaan aspal;

2. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu

titik pada permukaan aspal.

CARA PELAKSANAAN

PeralatanPeralatan yang digunakan adalah sebagai berikut

1. Termometer;

2. Cleveland open cup; adalah cawan kuningan dengan bentuk dan ukuran tertentu.

3. Pelat pemanas; terdiri dari logam untuk meletakkan cawan cleveland;

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 31: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

4. Sumber pemanasan, pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakar alkohol yang

tidak menimbulkan asap atau nyala di sekitar bagian atas cawan;

5. Penahan angin, alat yang menahan angin apabila digunakan nyala sebagai pemanasan;

6. Nyala penguji, yang dapat diambil dan memberikan nyala dengan diameter 3.2 sampai

4.8 mm dengan panjang tabung 75 mm.

Benda UjiBenda uji adalah contoh aspal sebanyak kurang lebih 100 gram yang dipersiapkan dengan

cara sebagai berikut :

1. Panaskan contoh aspal pada suhu ± 140°C sampai cukup air.

2. Kemudian isilah cawan cleveland sampai dengan batas (tanda pengisian) dan hilangkan

(pecahkan) gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.

Cara PengujianUrutan proses dalam pengujian ini ádalah sebagai berikut :

1. Letakkan cawan di atas pelat pemanas dan atur sumber pemanas sehingga terletak di

bawah titik tengah cawan;

2. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 75 mm dari titik tengah cawan;

3. Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6.4 mm di atas

cawan dan terletak pada satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan titik

poros nyala penguji; kemudian atur hinga poros termometer terletak pada jarak ¼

diameter cawan dari tepi;

4. Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji;

5. Nyalakan sumber panas dan atur pemanasan hingga kenaikan suhu menjadi (15±1)°C per

menit sampai benda uji mencapai suhu 56°C di bawah titik nyala perkiraan;

6. Kemudian atur kecepatan pemanasan 5°C – 6°C per menit pada suhu antara 56°C dan

28°C di bawah titik nyala perkiraan;

7. Nyalakan penyala penguji dan atur agar diameter nyala penguji tersebut menjadi 3.2 – 4.8

mm;

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 32: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

8. Putar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan) dalam

waktu 1 detik, mengulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2°C;

9. Lanjutkan pekerjaan 2,3,6 dan 2,3,8 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas

permukaan benda uji dan baca suhu pada termometer dan catat;

10. Lanjutkan pekerjaan 2,3,9 sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-kurangnya 5

detik di atas permukaan di atas permukaan benda uji dan baca suhu pada termometer dan

catat;

11. Periksa yang tidak memenuhi syarat toleransi, dianggap gagal dan harus diulang.

Data dan PerhitunganPembacaan

Waktu

Pembacaan Suhu

Pembukaan

Contoh

Contoh dipanaskan

Mulai Jam 10.00 Suhu Oven :

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 33: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Selesai Jam 10.15 110°C

Proses

Pengujian Titik

Nyala Bakar

Mulai Jam

Selesai Jam

10.15

10.45

Suhu Tuang :

110°C

Kenaikan Suhu

2 contoh

Sampai 56°C di bawah titik nyala

Mulai Jam

Selesai Jam

Antara 56°C s/d 28°C di bawah titik nyala

Mulai Jam

Selesai Jam

10.45

11.00

11.00

11.30

10-15°C/mnt

25°C s/d 208°C

208°C s/d 264°C

Titik nyala pekiraan

per menit

Pengamatan :

25°C di bawah titik nyala Waktu °C Titik Nyala/Bakar

56 60 dtk 200

B51 60 dtk 205

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 34: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

E

L

U

M

Terjadi

Titik Nyala

Atau

Titik Bakar

46 60 dtk 210

41 60 dtk 215

36 60 dtk 220

31 60 dtk 225

26 60 dtk 230

21 60 dtk 235

16 60 dtk 240

11 60 dtk 245

6 60 dtk 250 (titik nyala)

1 60 dtk 262 (titik bakar)

ANALISA HASIL PERCOBAANDari percobaan diperoleh bahwa titik nyala didapatkan pada suhu 250oC dan titik bakar

262oc. Hal ini memenuhi syarat yakni bahwa titik nyala terjadi terlebih dahulu baru kemudian

diikuti oleh titik bakar. Hasil percobaan ini memenuhi ketentuan laston pada tabel 2.3, bahwa

untuk aspal penetrasi 60 titik nyala terjadi pada suhu minimal 200oC.

KESIMPULANDari hasil percobaan diketahui bahwa titik nyala aspal terjadi pada suhu 250oC dan titik

bakar terjadi pada 262oC. hasil ini memenusi syarat ketentuan Laston.

BAB VIII

METODE PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 35: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Maksud dan Tujuana. Maksud

Tes titik lembek dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian

titik lembek aspal maupun ter.

b. Tujuan

Untuk menentukan angka titik lembek aspal atau ter yang berkisar antara 30°C hingga

200°C dengan cara ring (cincin) dan ball (gotri, bola baja).

Ruang LingkupPengujian ini untuk menentukan titik lembek aspal padat atau ter dengan metode ring dan

ball. Hasil dari pengujian ini selanjutnya dapat dipergunakan untuk menentukan kepekaan

aspal terhadap suhu.

Pengertian Yang dimaksudkan dengan titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat

tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan pada cincin berukuran

tertentu. Sehingga aspal atau ter tersebut menyrntuh bidang pelat dasar yang terletak di

bawah ring atau cincin dengan ketinggian 25.4 mm. Mendesaknya bola baja disebabkan aspal

atau ter yang meleleh oleh pemanasan tertentu.

CARA PELAKSANAAN

PeralatanPeralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

a. Termometer;

b. Cincin terbuat dari kuningan;

c. Bola baja dengan diameter 9.53 mm dan berat 3.50 ± 0.05 gram;

d. Alat pengarah bola;

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 36: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

e. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak dengan kapasitas 800 ml kedalaman bejana 8.5

cm dan tinggi sekurang-kurangnya 12 cm;

f. Dudukan benda uji;

g. Penjepit.

Benda UjiBenda uji adalah aspal atau ter sebanyak 25 gram yang dipersiapkan dengan cara sebagai

berikut :

1. Panaskan contoh perlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus hingga cair merata,

dengan ketentuan pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar gelembung

udara tidak masuk.

2. Suhu titik lembek aspal tidak boleh melebihi 111°C di atas titik lembeknya.

3. Waktu untuk pemanasan ter tidak boleh melebihi 30 menit sedangkan untuk aspal tidak

boleh melebihi 2 jam.

4. Panaskan dua buah cincin sampai mencapi suhu tuang contoh dan letakkan kedua cincin

di atas pelat kuningan yang telah dilapisi campuran talk dan gliserol.

5. Tuangkan contoh ke dalam dua buah cincin dan diamkan pada suhu sekurang-kurangnya

8°C di bawah titik lembek sekurang-kurangnya selama 30 menit.

6. Setelah dingin ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah

dipanskan.

Cara PengujianUrutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Pasang dan atur kedua benda uji di atas dudukannya dan letakkan pengarah bola di

atasnya, kemudian masukkan seluruh peralatan ke dalam bejana gelas.

2. Isi bejana dengan air suling baru dengan suhu (5 ± 1)°C sehingga tinggi permukaan air

berkisar antara 101.6 mm – 108 mm.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 37: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

3. Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini di antara kedua benda uji (kurang

lebih 12.7 mm dari tiap cincin), periksa dan atur jarak antara permukaan pelat dasar

dengan dasar benda uji sehingga menjadi 25.4 mm.

4. Letakkan bola-bola yang bersuhu 5°C di atas dan di tengah permukaan masing-masing

benda uji yang bersuhu 5°C menggunakan penjepit dengan memasang kembali pengarah

bola, menahan temperatur (5 ± 1)°C selama 15 menit.

5. Panaskan bejana hingga kenaikan suhu menjadi 5°C per menit, kecepatan pemanas ini

tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini,

untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0.5°C.

6. Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan dalam 2,3,5 maka pekerjaan diulangi.

7. Apabila dari suatu pekerjaan diperoleh perbedaan suhu dalam cara pengujian ini melebihi

1°C maka pekerjaan diulangi.

Data dan Perhitungan

Pembacaan Waktu Pembacaan Suhu

Pembukaan

Contoh

Contoh dipanaskan

Mulai Jam 10.00 Suhu Oven :

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 38: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Selesai Jam 10.15 110°C

Mendinginkan

Contoh

Dibiarkan pada Suhu Ruang

Mulai Jam

Selesai Jam

10.15

10.45

Mencapai

Suhu

Pemeriksaan

Direndam pada suhu 5°C

Mulai Jam

Selesai Jam

10.45

11.00

Suhu Lemari Es :

5°C

Pemeriksaan Titik Lembek

Mulai Jam

Selesai Jam

11.00

12.00

Titik Nyala Perkiraan

Suhu yang Diamati

°C

Titik Lembek °C

I II

25 28 29

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 39: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

30 30 31

35 32 34

40 37 39

45 42 44

50 47 49

55 52 54

Keterangan : Titik Lembek Aspal penetrasi 60 Bina Marga minimal = 48C

ANALISA HASIL PERCOBAAN Dari percobaan tersebut diperoleh titik lembek max sebesar 540C. hal ini memenuhi

syarat minimum untuk aspal dengan penetrasi 60 yakni minimum 48 oC.

KESIMPULANDari analisa hasil dapat disimpulkan bahwa titik lembek aspal tersebut baik digunakan

sebagai perkerasan konstruksi jalan, karena nilai titik lembeknya lebih besar dari syarat

minimum Laston. Hal ini menunjukkan aspal tersebut tidak terlalu sensitif terhadap perubahan

suhu.

BAB IX

PEMERIKSAAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

Maksud dan TujuanPemeriksaan terhadap campuran aspal dimaksudkan untuk menentukan ketahanan

(stabilitas) dan kelelehan plastis (flow) dari suatu campuran aspal. Ketahanan (stabilitas)

campuran aspal ialah kemampuan suatau campuran aspal untuk menerima beban sampai

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 40: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

terjadi kelelehan plastas yang dinyatakan dalam pound atau Kg. Sedangkan kelelehan

plastis ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu

beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0.01”

Tahap Pencampuran AspalPemeriksaan mutu bahan

Bahan untuk membuat campuran aspal digunakan hasil pemeriksaan bahan yang sudah

dilakukan selama pengujian praktikum.

Spesifikasi terhadap bahan

Spesifikasi bahan yaitu batasan-batasan yang harus dipenuhi agar didapat hasil yang

sesuai standar mutu.

Spesifikasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu.

1. Spesifikasi gradasi (analisa saringan)

2. Spesifikasi mutu campuran (mix properti)

Dalam menentukan spesifikasi, ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan antara

lain :

1. Jenis konstruksi, yaitu dimana lapisan aspal digunakan (misal:Surface course)

2. Tebal lapisan yang direncanakan.

3. Jenis dan fungsi jalan, untuk menentukan karekteristik permukaan yang dikehendaki.

Menentukan kombinasi bahan-bahan terpakai, sehingga gradasi dari campuran dapat

memenuhi spesifikasi gradasi yang telah ditentukan. Menentukan perbandingan agregat,

dapat dilakukan dengan cara grafis atau dengan cara analitis.

Job mix design, yaitu melakukan pengujian mutu dari campuran yang dibuat dengan alat

marshall. Terdapat 5 variasi kadar aspal dalam setiap campuran yang dibuat, oleh karena

itu tentukan kadar aspal optimum yang dapat memenuhi spesifikasi mutu campuran

Spesifikasi untuk campuran aspal, antara lain berdasarkan :

1. Ditjen Bina Marga PU.

2. The Aspalt Institute.

3. Japan Road Association.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 41: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Perencanaan Campuran.

Perencanaan aspal beton berdasarkan pada analisis saringan (ayakan). Dari grafik

kuantitatif analisa saringan (ayakan) dapat ditentukan jumlah prosentase agregat dari

fraksi I dan fraksi II terhadap berat total agregat dari masing-masing fraksi.

Setelah diketahui prosentase ukuran agregat, selanjutnya jumlah prosentase lolos dapt

dikontrol berdasarkan spesifikasi yang ditentukan.

Proses selanjutnya adalh menentukan berat benda uji, ditentukan setiap benda uji seberat

1200 gram. Dibuat lima buah benda uji dengan perbedaan kandungan aspal, yaitu 5%,

5.5%, 6%, 6.5% dan 7%. Pada pengujian dibuat 2 group benda uji, yaitu untuk 1group

ditumbuk dengan 50× tumbukan dan 1 group lagi ditumbuk dengan 75× tumbukan.

Perbedaan dari kedua tumbukan dimaksudkan juga untuk membedakan antara digunakan

untuk lalu-lintas sedang (50× tumbukan) dan lalu intas padat (75× tumbukan).

Untuk mendapatkan campuran aspal yang optimum, benda uji harus diuji dengan alat

marshal test. Hasilnya dapat dijadikan pedoman pekerjaan di lapangan.

PeralatanPeralatan yang digunakan ádalah sebagai berikut :

A. Tiga buah cetakan benda uji, diameter 10cm (4”), tinggi 7,5 cm (3”). Lengkap dengan

alas dan leher lambung;

B. Alat ejector, alat untuk mengeluarkan benda uji dari cetakan, sesudah dipadatkan;

C. Penumbuk, berbentuk silinder dengan permukaan rata. Berat 4.356 Kg (10 pounds)

dengan tinggi jatuh bebas 35.7 cm (18”)

D. Landasan pemadat, terdiri dari balok kayu (jenis jati atau sejenisnya) berukuran kira-kira

20×20×15 cm, yang dilapisi dengan pelat baja berukuran 30×20×2.3 cm dan diikatkan

pada lantai beton dengan 4 bagian siku;

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 42: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

E. Silinder cetakan benda uji;

F. Mesin tekan yang dilengkapi dengan;

1. Kepala penekan berbentuk lengkung (brekaing head)

2. Cincin penguji dengan kapasitas 2500 Kg (500 pounds) mempunyai ketelitian 12.5

(25 pounds), dilengkapi arloji tekan dengan ketelitian 0.0025 cm (0.0001”);

3. Arloji kelelehan dengan ketelitian 0.25 mm (0.01”) dengan perlengkapannya.

G. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang dapat memanasi sampai (200±3)°C

H. Bak perendam (water bath), juga harus dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20°C

I. Perlengkapan-perlengkapan lainnya yaitu:

1. Panci-panci untuk memanaskan agregat,aspal dan campuran aspal.

2. Pengatur suhu dari logam (metal thermometer) barkapasitas 250°C dengan ketelitian

0.5 atau 1% dari kapasitas.

3. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2Kg dengan

keteilitian 0.2 gram dan timbangan berkapasitas 5 Kg dengan ketelitian 1 gram.

4. Kompor LPG.

5. Sarung tangan asbes dan karet

6. Sendok pengaduk dan perlengkapan laninya.

Benda UjiPersiapan benda uji

1. Agregat dikeringkan dengan suhu 105°C, berat dipertahankan tetap. Setelah mencapai

suhu yang ditentukan agregat dipisah-pisahkan dengan cara penyaringan ke dalam fraksi-

fraksi yang dikehendaki.

2. Suhu pencampuran ditentukan, sehingga bahan pengikat yang digunakan menghasiljan

viscoitus sesuai dengan daftar berikut ini.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 43: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Bahan

Pengikat

Campuran Pemadat

Kinematik Saybolt

furol

Engler Kinematik Saybolt

furol

Engler

Aspal

Panas

170±20 65±10 - 280±30 140±35 -

Aspal

Dingin

170±20 65±10 - 280±30 140±35 -

Ter - - 25±3 - - 40±5

Persiapan Campuran

1. Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram, sehingga menghasilkan

tinggi benda uji kira-kira 6.25 cm ± 0.125 cm (2.5” ± 0.05”)

2. Agregat dipanaskan dengan panci (wajan) dengan suhu mencapai kira-kira 28°C di atas

suhu pencampuran (150°C) untuk aspal pans, sedangkan untuk pencampuran aspal dingin

suhu 14°C dan diaduk merata.

3. Panaskan aspal hingga mencair, sehingga dapat dituangkan ke dalam agregat

sebanyak yang sudah ditentukan. Kemudian aduk dengan cepat pada suhu yang

ditentukan pada 13.1.4.A.(2) sampai agregat terlapisi oleh aspal dengan merata.

Pemadatan Benda Uji

1. Cetakan benda uji beserta perlengkapannya dan permukaan alat penumbuk dibersihkan

dengan seksama, lalu panaskan sampai suhu 93.9°C dan 148.9°C

2. Letakkan pad alat cetakan selembar yertas penghisap yang sudah dipotong bulat (sesuai

dengan cetakan)

3. Masukkan seluruh campuran (seberat 1200 gram) ke dalam cetakan. Kemudian campuran

ditusuk-tusuk dengan spatula (sendok semen) dengan keras pada bagian tepi keliling

cetakan sebanyak 15 kali tusukan pada bagian tengah (merata).

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 44: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

4. Leher cetakan dilepas, ratakan permukaan campuran dengan menggunakan sendok semen

menjadi bentuk sedikit cembung.

5. Waktu akan dipadatkan, suhu campuran dalam cetakan harus tetap pada batas-batas suhu

pemadatan. Kemudian cetakan diletakkan di atas landasan pemadat dan diperkuat dengan

pemegang cetakan.

6. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk: untuk fraksi I ditumbuk sebanyak 75×,

sedangkan untuk fraksi II ditumbuk sebanyak 50×, dengan tinggi jatuh 45 cm (18”).

Selama pemadatan diusahakan sumbu alat pemadat dalam keadaan tegak lurus pad alas

cetakan;

7. Lepaskan keping alas dan lehernya, kemudian cetakan benda uji dibalik. Pasangkan

kembali alas keping dan lehernya dan perkuat kembali dengan pemegang cetakan. Ulangi

perlakuan 13.1.4.C.(6) pada benda uji yang sudah dibalik tadi.

8. Lepaskan keping alas dan pasang cetakan benda uji pad alat pengatur atau pengeluar

benda uji. Benda uji dikeluarkan dengan hati-hati, kemudian benda uji dibiarkan pada

suhu ruangan selama 24 jam.

Cara Pengujian1. Benda uji bersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel kemudian diberi tanda

pengenal pada masing-masing benda uji untuk ketelitian pengujian.

2. Benda uji diukur dengan ketelitian 0.1 mm, dan ditimbang untuk memperoleh berat

kering. Benda uji direndam dalam air selama 24 jam pada suhu ruangan.

3. Setelah direndam selama 24 jam, benda uji dikeluarkan di lap hingga permukaan kering

lalu ditimbang untuk mendapatkan berat basah (Berat kering permukaan jenuh). Langkah

selanjutnya benda uji ditimbang dalam air untuk mendapatkan berat dalam air.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 45: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

4. Berikutnya benda uji direndam dalam oven panas dengan suhu 60°C, selama 30 menit

5. Membersihkan batang penuntun (guide rod) beserta permukaan dari kepala penekan (test

head)sebelum melakukan pengujian dengan alat marshall.

6. Lumasi dengan cairan pelumas batang penuntun hingga kepala penekan yang atas dapat

meluncur dengan bebas, apabila dikehendaki kepala penekan dapat pula direndam

bersama –sama benda uji pada suhu 21°C – 38°C.

7. Setelah direndam 30 menit, benda uji dikeluarkan dari oven perendam kemudioan

diletakkan pada segmen bawah kepala penekan. Sedangkan sebelah atas benda uji

dipasang segmen bagian atas. Keseluruhannya diletakkan pada alat penguji.

8. Arloji kelelehan (Flow meter) dipasang pada kedudukannya, pengatur jarum arloji

kelelehan diputar sampai menunjukkan angka nol. Sementara selubung tangki arloji

(sleve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan (breking head).

9. Kepala penekan beserta benda uji dinaikan hingga menyentuh menempel alas cincin

penguji dengan memutar tombol up pada mesin penguji. Kedudukan jarum arloji penekan

diatur pada angka nol.

10. Pemberian beban terhadap benda uji memutar tombol up pada mesin penguji.

Pembebanan terhadap benda uji dengan kecepatan yang tetap, yaitu 50 mm permenit.

Pembebanan dikatakan maaximum apabila putaran jarum arloji penekan menunjukkan

gerak kebalikan arah. Selubung tangkai arloji kelelehan pada segmen atas dari kepala

penekan, ditekan selama pembebanan berlangsung.

11. Apabila pembenanan sudah mencapai maksimum, angka kelelehan dicatat yang

ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan. Begitu pula angka kelelahan dicatat yang

ditunjukkan oleh jarum arloji ketahanan. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelehan,

untuk mengeluarkan benda uji.

12. Waktu yang diperlukan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai tercapainya

beban maksimum melalui alat marshall tidak boleh melebihi selama 30 detik.

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 46: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Hasil pengamatan

NoAspal

%

Berat (gr) Marshall test

Kering SSDDalam

AirStabilitas

(kg)Flow (mm)

A

5 1173 1191.3 663

190 200

5.5 1155 1162 651

570 350

6 1170 1195 668

760 450

6.5 1165 1183 641

570 570

7 1170 1184.1 657.5

380 700

B

5 1165 1178.5 625.5

133 200

5.5 1165 1197.5 656

475 250

6 1193 1220.5 669

648 330

6.5 1170 1196.7 656.5

494 360

7 1160 1188.2 654

304 450

Spesifikasi Marshall TestNo Jenis Test Jenis lalu lintas

75 kali(LLB) 50 kali(LLB) 35 kali(LLB)

1 Stabilitas (Kg) 750 640 460

2 Flow (mm) 2 – 4 2 – 4,5 2 – 5

3 Rongga terisi aspal (%) 75 – 82 75 – 85 75 – 85

4 Rongga dalam campuran (%) 3 – 5 3 – 5 3 – 5

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 47: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

5 Density (gr / cc) >2 >2 >2

BAB X

meTode PEngujian kadar eksTrasi BITUMEN

Tujuan pelaksanaanPercobaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar aspal dalam campuran di lapangan

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 48: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Ruang LingkupKadar aspal perlu diketahui sehingga dapat ditentukan banyak aspal dan agregat yang akan

dipergunakan untuk suatu campuran. Untuk mengetahui jumlah kadar aspal pada suatu

campuran dengan agregat maka dapat dipergunakan larutan CCL4 (Solvent) yang bersifat

mudah menguap namun tidak mudah terbakar, Benda yang telah disaring dengan cairan ini

akan dibagi menjadi dua (residu) yang tertahan dan yang lolos kertas saring akan berubah

warna menjadi jernih.

CARA PELAKSANAAN

PeralatanPeralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

a. Reflux Extractor

b. Tabung gelas

c. Saringan kerucut

d. Tabung pendingin

e. Pemanas

f. Kertas saring

g. Kawat asbes

h. Timbangan

i. Oven pemanas

j. Pendingin

k. CCL4 (Solvent PCE)

Cara PengujianUrutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Menempatkan alat extructor pada tempat daar dan aman pada ruangan berventilasi

baik.

2. Menentukan kadar air benda uji

3. Keringkan dan timbang kertas saring dengan ketelitian 0.5 gr, lipat kertas saring

melalui garis tengan lalu lipat lagi menjadi bentuk seperempat lingkaran dan bentuk

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 49: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

menjadi kerucut dengan cara membuat ruang antara segmen lingkaran terhadap ketiga

segmen lain, tempatkan kertas saring pada saringan kerucut

4. Masukkan benda uji ke dalam saringan kerucut

5. Tuangkan solvent ke dalam abung gelas

6. Masukkan saringan kerucut beserta rangka ke dalam tabung gelas, bahan pelarut

harus berada dibawah ujung saringan kerucut bawah

7. Tempatkan tabung gelas tadi di atas pemanas yang telah dilapisi kasa asbes kemudian

tutup dengan pendingin

8. Alirkan air melalui pendingin

9. Hidupkan pemanas dan atur panas sedemikian rupa sehingga bahan pelarut mendidih

dengan mantap. Pemanasan harus dilakukan secara hati – hati agar tidak terjadi

luapan bahan pelarut yang keluar dari ujung kerucut lebih keruh lagi

10. Matikan pemanas dan biarkan aliran air ke pendingin terus berlangsung sampai

tabung gelas cukup dingin

11. Angkat rangka kerucut dan keringkan di udara

12. Masukkan kertas berserta ekstrak agregat ke dalam cawan yang telah ditimbang

sebelumnya. Keringkan dalam oven pada suhu 110oC selama 24 jam setelah itu

didinginkan dalam desikator selam 10 menit lalu timbang kertas saring dan agregat

yang tertinggal.

Hasil pengamatan

Berat kertas saring + sample = 71 gram

Berat kertas saring = 5 gram

Berat kertas sample (A) = 66 gram

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 50: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Berat kertas saring + sample = 71 gram

Berat kertas saring + mineral = 66,8 gram

Berat endapan (B) = 4,2 gram

Kadar Aspal ( (B/A) x 100% ) = 6,3 %

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1986, “Petunjuk Praktikum Bahan Jalan Raya”, Diploma III Teknik Sipil

ITS

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

Page 51: Perkerasan Jalan Kel 2

47

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

Anonimous, 1983, “Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya”, DPU

Dirjen Bina Marga

Braja M. Das, 1994, “Mekanika Tanah I”, Erlangga

Braja M. Das, 1994, “Mekanika Tanah II”, Erlangga

Ir. Djoko untung S., 1992, “Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur”, Badan Penerbit

Pekerjaan Umum Jakarta

Ir. Djoko Untung S.,1979, “Konstruksi Jalan Raya”, Badan Penerbit Pekerjaan Umum,

Jakarta

Ir. Shirley L. Hendarsin., 1987, “Geoteknik dan Mekanika Tanah(Penuntun Praktis)”,

Nova, Bandung

Ir. Shirley L. Hendarsin, 1987, “Perencanaan Teknik Jalan Raya”, Poltek Negri, Bandung

Silvia Sukirman, 1984, “Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan”, Nova, Bandung

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA