perkerasan jalan kel 2
DESCRIPTION
UWKTRANSCRIPT
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
BAB I
METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUIS DAN KASAR
Tujuan Pelaksanaan
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan komposisi prosentase
campuran antara agregat kasar dan halus untuk pembuatan campuran
aspal yang kemudian akan menjalani percobaan marshall
Dasar teori
Analisa saringan (ayakan) adalah menggetarkan contoh tanah melalui
satu set ayakan dimana lubang – lubang ayakan tersebut makin kecil
serta berurutan (Braja 1995-17).
Dalam analisis saringan agregat ini dilakukan penentuan prosentase
berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan,kemudian angka –
angka prosentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
Berdasarkan berat partikel – partikel agregat, agregat dapat dibedakan
atas :
Agregat kasar yaitu agregat dengan ukuran partikel > 4,75 mm
menurut ASTM atau ukuran partikel > 2 mm menurut AASHTO
Agregat halus yaitu agregat dengan ukuran partikel < 4,75 mm
menurut ASTM atau ukuran partikel < 2 mm dan > 0,075 menurut
AASHTO
Abu batu / mineral filter yaitu agregat halus yang umumnya lolos
saringan no 200
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Test yang dilaksanakan
Peralatan
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat uji
2. Satu set saringan 19,1 mm (3/4”), 12,5 mm (1/2”), 9,5 mm
(3/8”), no 4, no 8, no 30, no 50, no 100, no 200 dan PAN
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (1100C)
4. Alat pemisah contoh
5. Mesian pengguncang saringan
6. Talam
7. Kuas, silikat kuningan, sendok dan alat – alat lainnya
Bahan
1. Agregat halus dengan berat 1000 gram
2. Agregat kasar dengan berat 2000 gram
3. Bila agregat tersebut berupa campuran dari agregat halus
dan agregat kasar maka dipisah jadi dua (2) bagian dengan
saringan no 4,(bila agregat diatas no 4,maka dikatakan
agregat kasar dan bila agregat dibawah no 4, maka
dikatakan agregat halus)
Langkah Kerja
1. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (1100C),
sampai berat tetap
2. Menyaring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran
saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama
15 menit
3. Mengolah data yang diperoleh dan disesuaikan dengan
spesifikasi Bina Marga II
4. Table Spesifikasi Bina Marga II
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Jenis ayakan keterangan
0,75" 100
0,50" 75-100
0,37" 60-85
no 4 55-75
no8 20-35
no 30 10-22
no 50 6-16
no 100 4-12
no 200 2-8
Hasil Test Analisa Saringan
Hasil Test Analisa Saringan Agregat Halus
No
Saringan
Berat
Tertahan
Jumlah
Berat
tertahan
Jumlah Persen komulatif
Tertahan Lolos
0,75" 0 0 0 100
0,50" 0 0 0 100
0,37" 0 0 0 100
no 4 20 20 2 98
no8 480 500 50 50
no 30 215 715 71.5 28.5
no 50 30 745 74.5 25.5
no 100 105 850 85 15
no 200 50 900 90 10
PAN 100 1000 100 0
Berat agregat halus kering = 1000 gram
Menentukan Jumlah Persen Tertahan Agregat Halus
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
Jumlah Berat Tertahan x (100 % : 1000)
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Saringan no 4
20 x = 2%
Saringan no 8
500 x = 50%
Saringan no 30
715 x = 71,5%
Saringan no 50
745 x = 74,5%
Saringan no 100
850 x = 85%
Saringan no 200
900 x = 90%
Menentukan Jumlah Persen Lolos Agregat Halus
Saringan no 4
100% - 2% = 98%
Saringan no 8
100% - 50% = 50%
Saringan no 30
100% - 71,5% = 28,5%
Saringan no 50
100% - 74,5% = 25,5%
Saringan no 100
100% - 85% = 15%
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
10100% - Jmlah Persen Komulatif Tertahan
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Saringan no 200
100% - 90% = 10%
Hasil Test Analisa Saringan Agregat Kasar
No
Saringan
Berat
Tertahan
Jumlah Berat
tertahan
Jumlah Persen komulatif
Tertahan Lolos
0,75" 0 0 0 100
0,50" 949.5 949.5 47.475 52.525
0,37" 465.5 1415 70.75 29.25
no 4 264.5 1679.5 83.975 16.025
no8 140.5 1820 91 9
no 30 180 2000 100 0
no 50 0 2000 100 0
no 100 0 2000 100 0
no 200 0 2000 100 0
PAN 0 2000 100 0
Berat agregat kasar kering = 2000 gram
Menentukan Jumlah Persen Tertahan Agregat Kasar
Saringan 1/2”
949,5 x =47,475%
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
Jumlah Berat Tertahan x (100 % : 2000)
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Saringan 3/8”
1415 x = 70,75%
Saringan no 4
1679,5 x = 83,975%
Saringan no 8
1820 x = 91,00%
Saringan no 30
2000 x =100%
Menentukan Jumlah Persen Lolos Agregat Kasar
Saringan 1/2”
100% - 47,475% = 52,525%
Saringan 3/8”
100% - 70,75% = 29,25%
Saringan no 4
100% - 83,975% = 16,025%
Saringan no 8
100% - 91,00% = 9,00%
Saringan no 30
100% - 100% = 0%
Hasil Test Analisa Saringan Komposisi Campuran
No
Saringan
Agregat Kasar Agregat Halus Total
Lolos
(%)
Spesifikasi
BINA
MARGA II
Lolos
(%) 45%
Lolos
(%) 55%
0,75" 100 45 100 55 100 100
0,50" 52.53 23.6 100 55 78.64 75-100
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
10100% - Jmlah Persen Komulatif Tertahan
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
4
0,37" 29.25
13.1
6 100 55 68.16 60-85
no 4 16.03
7.21
1 98 53.9 61.11 55-75
no8 9 4.05 50 27.5 31.55 20-35
no 30 0 0 28.5
15.6
8 15.68 10-22
no 50 0 0 25.5
14.0
3 14.03 6-16
no 100 0 0 15 8.25 8.25 4-12
no 200 0 0 10 5.5 5.5 2-8
PAN 0 0 0 0 0 0
Menentukan Agregat 45% (Kasar)
Persen lolos x (45/100)
Menentukan Agregat 45% (Halus)
Persen lolos x (55/100)
Menentukan Persen Total Lolos Agregat
45% (Kasar) + 55% (Halus)
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Kesimpulan Dari hasil analisa disimpulkan bahwa komposisi agregat memenuhi spec span BM II.
Maka dalam perencanaan campuran agregat gabungan spec span BM II akan digunakan sebagai
acuan.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
BAB II
METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS
Maksud dan Tujuan
a. Maksud
metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat
jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan angka
penyerapan dari agregat halus.
b. Tujuan
tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka berat jenis curah hujan, berat jenis
permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan air pada agregat halus.
Ruang Lingkuppengujian ini dilakukan pada tanah jenis agregat halus, yaitu lolos saringan no.4 (4,75
mm). hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan :
1. penyelidikan quarry agregat.
2. perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.
3. perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.
Pengertianberat jenis curah
adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
berat jenis jenuh kering permukaan
adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.
berat jenis semu
adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25°C.
penyerapan
adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering,
dinyatakan dalam persen.
CARA PELAKSANAAN
PeralatanPeralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Kerucut terpancung, diameter bagian atas (40 ± 3) mm, diameter bagian bawah (90 ±
3) mm dan tinggi (75 ±3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm.
3. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 ± 15) gram,
diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm.
4. Saringan no.4 (4,75 mm).
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)°C.
6. Talam.
7. Bejana tempat air.
8. Pompa hampa udara atau tungku.
9. Desikator.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Benda Ujibenda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4 (4,75 mm) diperoleh dari alat pemisah
contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 100 gram.
Cara Pengujian Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)°C, sampai berat tetap, yang
dimaksudkan berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses
penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut,
tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1%, didinginkan
pada suhu ruang, kemudian direndam dalam air selama (24 ± 4) jam.
2. Membuang air perendam dengan hati-hati, hingga tidak ada butiran yang hilang,
agregat ditebarkan diatas talam, dikeringkan diudara panas dengan cara membalik-
balikan benda uji, pengeringan dilakukan sampai tercapai keadaan kering permukaan
jenuh.
3. Memeriksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji ke dalam
kerucut terpancung, dipadatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali,
mengangkat kerucut terpancung, keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda
uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.
4. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh 500 gram benda uji
dimasukkan ke dalam piknometer, diputar sambil diguncang sampai tidak terlihat
gelembung udara didalamnya, untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan
pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut
terhisap dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer.
5. Merendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan
kepada suhu standar 25°C. Menambahkan air sampai mencapai tanda batas.
6. Menimbang piknometer berisi air dan benda uji samapai ketelitian 0,1 gram (Bt).
7. Mengeluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai
berat tetap, kemudian benda uji didinginkan dalam desikator. Setelah benda uji dingin
kemudian ditimbang (Bk).Menentukan berat piknometer berisi air penuh dan
mengukur suhu air, guna penyesuaian dengan suhu standar 25°C (B).
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Data dan PerhitunganPengujian :
Benda uji direndam selama : 24 jam
Berat benda uji kering perm. jenuh (SSD) : 500 gram
Berat picnometer + air (25C) B : 646 gram
Berat picnometer +benda uji SSD + air Bt: 935 gram
Benda uji kering oven Bk : 490 gram
Perhitungan :
a. Berat jenis (balk specific gravity)
b. Berat jenis permukaan jenuh
c. Berat jenis semu (apparent)
d. Penyerapan
Kesimpulan.
Dari percobaan diperoleh Berat jenis semu (Apparent Spesific Gravity) = 2,44 lebih kecil
dari syarat minimum yang ditentukan Laston yakni 2,50. Sedangkan pengujian
peresapan agregat diperoleh sebesar 2 % dan memenuhi syarat laston yakni peresapan
agregat halus terhadap air maksimum 3%. Sehingga bahan agregat halus pada percobaan
ini layak digunakan untuk pembuatan struktur jalan.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
BAB III
METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR
Maksud dan tujuana. maksud
metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat
jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar,
serta angka penyerapan dari agregat kasar.
b. tujuan
tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering
permukaan jenuh, dan berat jenis semu serta besarnya angka penyerapan.
Ruang lingkupPengujian dilakukan terhadap agregat kasar, yaitu yang tertahan oleh saringan
berdiameter 4,75 mm ( saringan no.4); hasil pengujian ini dapat digunakan dalam
pekerjaan :
1. penyelidikan quarry agregat.
2. perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.
3. perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.
Pengertian
berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25˚C.
berat jenis kering permukaan jenuh, yaitu perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25˚C.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25˚C.
penyerapan adalah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry terhadap berat
agregat kering, dinyatakan dalam %.
CARA PELAKSANAAN
PeralatanPeralatan yang digunakan adalah sebagai berikut ;
1. keranjang kawat ukuran 3,35 mm (no.6) atau 2,36 mm (no.8) dengan kapasitas kira-kira 5
Kg
2. tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini harus
dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
3. timbangan dengan kapasitas 5 Kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
4. oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)˚C.
5. alat pemisah contoh.
6. saringan no.4 (4,75 mm).
Benda ujiBenda uji adalah agregat yang tertahan saringan no.4 (4,75 mm) diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 Kg.
Cara Pengujian
Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
1. mencuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat
pada permukaan.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
2. mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai beratnya tetap.
sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan
beton dimana agregat digunakan pada keadaan kadar air aslinya. Maka tidak pelu
dilakukan pengeringan dengan oven.
3. mendinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian ditimbang
dengan ketelitian 0,5 gram (Bk).
4. merendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam.
5. mengeluarkan benda uji dari air, dilap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan, harus satu persatu.
6. menimbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj).
7. meletakkan benda uji di dalam keranjang, menggoncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan menentukan beratnya di dalam air (Ba), dan
mengukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan pada suhu standar (25ºC).
8. banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat dan ringan.
Bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis yang tidak tetap walaupun
pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeiksaan
ulang diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan.
Data dan Perhitungan
Pengujian :
Benda uji direndam selama : 24 jam
Berat benda uji kering oven tertahan saringan No. 4 Bk : 5000 gram
Berat uji kering permukaan jenuh Bj : 5075 gram
Berat uji dalam air Ba : 3114,22gram
Perhitungan :
a. Berat jenis (balk specific gravity)
b. Berat jenis permukaan jenuh
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
c. Berat jenis semu (apparent)
d. Penyerapan
Kesimpulan Dari percobaan diperoleh Berat jenis semu (Apparent Spesific Gravity) = 2,72 lebih besar
dari syarat minimum yang ditentukan Laston yakni 2,50. Sedangkan pengujian
peresapan agregat diperoleh sebesar 1,1 % dan memenuhi syarat laston yakni peresapan
agregat halus terhadap air maksimum 3%. Sehingga bahan agregat halus pada percobaan
ini layak digunakan untuk pembuatan struktur jalan.
BAB IV
METODE PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Maksud dan Tujuana. Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap keausan dengan mempergunakan mesin abrasi Los Angeles.
b. Tujuan
Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut yang dinyatakan dengan
perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan no.12 (1,7 mm) terhadap berat
semula, dalam persen.
IV.1.2. Ruang lingkupPengujian ini dapat digunakan untuk mengukur keausan agregat kasar. Hasil pengujian
bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan
atau konstruksi beton.
CARA PELAKSANAAN
PeralatanPeralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
1. mesin abrasi Los Angeles.
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711 mm
(28¨).
2. sarinagn no.12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya.
3. Timbangan (dengan ketelitian % gram).
4. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1,7/8¨) dan berat masing-masing
antara 400 gram sampai 440 gram.
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai ( 110 ± 5 )ºC.
benda ujiBenda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
1. berat dan gradasi benda uji sesuai daftar (lampiran).
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
2. membersihkan benda uji dan mengeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC
sampai berat tetap.
Cara pengujianPengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
1. pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah
satu dan & (tujuh) cara berikut :
a. cara A : gradasi A , bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 9,5 mm.
jumlah bola 12 buah dengan 500 putaran.
b. Cara B : gradasi B , bahan lolos 19 mm sampai tertahan 9,5 mm.
jumlah bola 11 buah dengan 500 putaran.
c. cara C : gradasi C , bahan lolos 9,5 mm sampai tertahan 4,75 mm.
jumlah bola 8 buah dengan 500 putaran.
d. cara D : gradasi D , bahan lolos 4,75 mm (no.4) sampai tertahan 2,36 mm.
jumlah bola 6 buah dengan 500 putaran.
e. cara E : gradasi E, bahan lolos 75 mm sampai tertahan 37,5 mm.
jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
f. cara F : gradasi F, bahan lolos 50 mm sampai tertahan 25 mm.
jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
g. cara G : gradasi G , bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 19 mm.
jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan gradasi
disesuaikan dengan contoh material yang merupakan wakil dari material yang akan
digunakan.
2. Benda uji dan bola baja dimaksudkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
3. Putaran mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah putaran gradasi
A,B,C< dan D 500 putran dan untuk gradasi E,F dan G 1000 putaran.
4. setelah selesai pemutaran, benda uji dikeluarkan dari mesin kemudian disaring
dengan saringan no.12 (1,7 mm). butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih,
selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai beratnya tetap.
Data dan Perhitungan
Grading of Simple Test : B (diputar sebanyak 500 kali)
Ukuran Saringan Berat (gram)
Lolos Tertahan Sebelum Sesudah
¾ in ½ in 2500
½ in 3/8 in 2500
- no 12 0 3250
Jumlah Berat 5000 3250
Banyaknya yang aus adalah :
Berat sebelum (a) : 5000 gram
Berat sesudah (b) : 3250 gram
Berat yang aus (c) : 1750 gram
Prosentase yang aus :
Peraturan Bina Marga keausan max = 40%
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
ANALISA HASIL PERCOBAAN Pada percobaan tersebut awalnya ditimbang berat aggregat total 5000 gram.
Setelah ditest dengan mesin Los Angeles maka didapat berat tertahan saringan no 12
sebesar 3250 gram. Dengan mengurangkan berat awal sebelum dilakukan test dan hasil
akhir maka didapat nilai 1750 gram. Dengan prosentase sebesar 35 %. Selisih nilai ini
merupakan jumlah aggregat yang aus.
KESIMPULANDari hasil analisa diperoleh bahwa keausannya 35 % < 40 %. Sehingga
disimpulkan bahwa aggregat yang diuji baik digunakan untuk bahan lapis permukaan dan
lapis pondasi atas.
BAB V
METODE PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN ASPAL
Maksud dan Tujuana. Maksud
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian
daktilitas bahan aspal.
b. Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan harga pengujian daktilitas bahan aspal.
Ruang LingkupPengujian ini dapat dilakukan pada aspal keras atau aspal cair. Hasil pengujian ini
selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui elastisitas bahan aspal.
Pengertian Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitas aspal, yang diukur dari jarak terpanjang, apabila
antara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik belum putus pada suhu 25°C dan dengan
kecepatan 50 mm/menit. Syarat AASHTO T-51, daktilitas minimum adalah 100 cm.
CARA PELAKSANAAN
PeralatanPeralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Termometer;
2. Cetakan daktilitas kuningan;
3. Bak perendam isi 10 liter, yang dapat menjaga suhu tertentu selama pengujian dengan
ketelitian 0,1°C dan benda uji dapat terendam sekurang-kurangnya 100 mm di bawah
permukaan air, bak tersebut dilengkapi dengan pelat dasar berlubang yang diletakkan 50
mm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji;
4. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap;
b. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran selama
pemeriksaan;
5. Bahan methyl alkohol teknik atau glcerin teknik.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Benda UjiBenda uji adalah contoh aspal sebanyak 100 gram yang dipersiapkan sebagai berikut :
1. Lapisi seluruh bagian dalam sisi-sisi cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar
dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk atau glycerin dan kaolin
atau amalgan; kemudian pasanglah cetakan daktilitas di atas pelat;
2. Panaskan contoh aspal sehingga cair dan dapat dituang; untuk menghindarkan pemanasan
setempat lakukan dengan hati-hati; pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80°C –
100°C di atas titik lembek; kemudian contoh disaring dengan No. 50 dan setelah diaduk,
dituang dalam cetakan.
3. Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung hingga penuh
berlebih.
4. Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu pindahkan
seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan selama
30 menit; kemudian ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang
pahas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.
Cara PengujianUrutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendiamkan benda uji pada suhu 25°C dalam bak perendam selama 85 sampai 95 menit,
kemudian melepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-sisi cetakannya.
2. Memasang benda uji pada alat mesin uji dan menarik benda uji secara teratur dengan
kecepatan lebih atau kurang dari 5% masih bisa diijinkan, membaca jarak antara
pemegang benda uji, pada saat benda uji putus (dalam cm), selama percobaan
berlangsung benda uji harus selalu terendam sekurang-kurangnya 25 mm dalam air dan
suhu harus dipertahankan tetap (25 ± 0.5)°C;
3. apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji atau terapung pada permukaan air maka
pengujian dianggap tidak normal, untuk menghindari hal semacam ini, maka berat jenis
air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan menambah methyl alkohol atau
glycerin, apabila pemeriksaan normal tidak berhasil setelah dilakukan 3 kali, maka
dilaporkan bahwapengujian daktilitas bitumen tersebut gagal
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Data dan Perhitungan
Pembacaan Waktu Pembacaan Suhu
Pembukaan
Contoh
Contoh dipanaskan
Mulai Jam
Selesai Jam
10.00
10.10
Suhu Oven :
110°C
Mendinginkan
Contoh
Dibiarkan pada Suhu Ruang
Mulai Jam
Selesai Jam
10.10
10.45
Mencapai
Suhu
Pemeriksaan
Direndam pada suhu 25°C
Mulai Jam
Selesai Jam
10.45
11.00
Suhu Waterbath :
25°C
Pemeriksaan Daktilitas pada 25°C
Mulai Jam
Selesai Jam
11.00
11.45
SuhuPenetrometer:
25°C
Daktilitas pada 25°C
7 cm/menit
Pembacaan Pengukur
pada Alat
Keterangan
Pengamatan I 180 cm Memenuhi syarat daktilitas
untuk aspal penetrasi tpe 60/70
Karena Syarat Bina Marga II
Daktilitas minimum 100 cm
Pengamatan II 112 cm
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
(OK)Daktilitas Rata-Rata 110 cm
Daktalitas rata – rata > 100 cm
Keterangan :
- Pengamatan daktilitas : 25C kecepatan 5 cm/menit
- Syarat AASHTO T-51, daktilitas minimum adalah 100 cm
KESIMPULAN Dari hasil percobaan dan analisa hasil dapat disimpulkan bahwa aspal tersebut memenuhi
syarat dasktilitas untuk aspal penetrasi 60-70. Sehingga aspal ini memenuhi syarat untuk
digunakan.
BAB VI
PEMERIKSAAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
MaksudPemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid
atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu
tertentu ke dalam bitumen pada suhu tertentu pula.
CARA PELAKSANAAN
PeralatanPeralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa gesekan dan
dapat mengukur penetrasi sampai 0.1 mm;
b. Pemegang jarum seberat (47.5 ± 0.05) gram yang dapat dilepas dengan mudah dari alat
penetrasi untuk peneraan;
c. Pemberat (50 ± 0.05) gram dan (100 ± 0.05) gram masing-masing dipergunakan untuk
pengukuran penetrasi dengan beban 100 dan 200 gram;
d. Jarum penetrasi dan stailess steel mutu 440C atau NRC54 sampai 50, ujung jarum harus
berbentuk kerucut terpancung;
e. Cawan contoh harus terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata-
rata berukuran sebagai berikut
Penetrasi Diameter Dalam
<200 55 mm 35 mm
200 s/d 300 70 mm 45 mm
f. Bak perendam (water bath)
Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat menahan suhu tertentu
dengan ketelitian 0.1°C;
Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terletak 50 mm di atas dasar
bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air dalam bejana.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
g. Tempat air untuk benda uji di tempatkan di bawah alat penetrasi.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk
merendam benda uji tanpa bergerak;
h. Pengukur waktu
Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch dengan skala
pembagian terkecil 0.1 detik atau kurang dari kesalahan. Dan kesalahan tertinggi 0.1
detik per menit. Untuk pengukuran tertinggi dari penetrasi dengan alat tersebut tidak
boleh melebihi 0.1 detik;
i. Termometer
Benda UjiMemanaskan contoh perlahan-lahan serta mengaduk hingga cukup air untuk dituangkan.
Pemanasan contoh tidak boleh lebih dari 60°C di atas titik lembek, dan untuk bitumen tidak
boleh lebih dari 90°C di atas titik lembek.
Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit, mengaduk perlahan-lahan agar udara tidak
masuk ke dalam contoh. Setelah contoh merata, tuangkan ke dalam tempat contoh dan
diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka
penetrasi ditambah 10 mm. Tutup benda uji agar terbebas dari debu dan diamkan pada suhu
ruang selama 1 sampai 1½ jam untuk benda uji kecil, dan 1 ½ sampai 2 jam untuk yang
besar.
Cara Pengujian a. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air yang kecil
tersebut dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang telah ditrntukan.
Diamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1 ½ jam untuk benda uji kecil, dan 1 ½
sampai 2 jam untuk yang besar.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
b. Periksa pemegang jarum agar dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum penetrasi
dengan toluene atau pelarut lain, kemudian keringkan jarum tersebut dengan lap bersih
dan pasang jarum pada pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar (100 ± 0.1)
gram.
d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
e. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan benda
uji, kemudian atur angka nol di arloji penetrometer hingga jarum penunjuk berhimpit
dengannya.
f. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama jangka waktu (5 ±
0.1) detik.
g. Putar arloji penetrometer dan baca angka penetrasi yang berhimpit-himpit dengan jarum
penunjuk dan bulatkan hingga angka 0.1 terdekat.
h. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk pekerjaan
berikutnya.
i. Lakukan pekerjaan e sampai g di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama
dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama lain dan dari dinding tepi
lebih dari 1cm.
Data dan Perhitungan
Pembacaan Waktu Pembacaan Suhu
Pembukaan Contoh dipanaskan
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Contoh Mulai Jam
Selesai Jam
10.00
10.15
Suhu Oven :
110°C
Mendinginkan
Contoh
Dibiarkan pada Suhu Ruang
Mulai Jam
Selesai Jam
10.15
10.45
Mencapai
Suhu
Pemeriksaan
Direndam pada suhu 25°C
Mulai Jam
Selesai Jam
10.45
11.00
Suhu Waterbath :
25°C
Pemeriksaan Penetrasi pada 25°C
Mulai Jam
Selesai Jam
11.00
12.00
SuhuPenetrometer:
25°C
Hasil Percobaan :
Penetrasi pada :
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
25°C; 75 gr; 5 detik I II
Pengamatan 1 70 70
Pengamatan 2 68 69
Pengamatan 3 67 68
Pengamatan 4 65 66
Pengamatan 5 64 65
Pengamatan 6 63 64
KESIMPULANDari analisa hasil percobaan didapat penetrasi rata-rata 66,58 mm, maka sesuai dengan
Laston tabel 2.3 dan disimpulkan bahwa aspal tersebut termasuk aspal dengan penetrasi 60.
Dimana pada aspal ini mempunyai penetrasi minimum 60 dan maksimum 80.
BAB VII
METODE PENGUJIAN TITK NYALA DAN TITIK BAKAR BAHAN ASPAL DENGAN CLEVELAND DAN OPEN CUP
Maksud dan Tujuana. Maksud
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian titik
nyala dan titik bakar bahan aspal dengan cleveland dan open cup.
b. Tujuan
Tujuan metode ini adalah mendapatkan besaran titik nyala dan titik bakar bahan aspal
dengan cleveland dan open cup.
Ruang LingkupPengujian ini dilakukan terhadap aspal dan semua jenis minyak bumi kecuali minyak bakar
dan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79°C. Hasil pengujian ini
selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat bahan terhadap bahaya api, pada
suhu mana akan terbakar atau menyala.
Pengertian Beberapa pengertian dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5 detik pada suatu di
atas permukaan aspal;
2. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu
titik pada permukaan aspal.
CARA PELAKSANAAN
PeralatanPeralatan yang digunakan adalah sebagai berikut
1. Termometer;
2. Cleveland open cup; adalah cawan kuningan dengan bentuk dan ukuran tertentu.
3. Pelat pemanas; terdiri dari logam untuk meletakkan cawan cleveland;
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
4. Sumber pemanasan, pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakar alkohol yang
tidak menimbulkan asap atau nyala di sekitar bagian atas cawan;
5. Penahan angin, alat yang menahan angin apabila digunakan nyala sebagai pemanasan;
6. Nyala penguji, yang dapat diambil dan memberikan nyala dengan diameter 3.2 sampai
4.8 mm dengan panjang tabung 75 mm.
Benda UjiBenda uji adalah contoh aspal sebanyak kurang lebih 100 gram yang dipersiapkan dengan
cara sebagai berikut :
1. Panaskan contoh aspal pada suhu ± 140°C sampai cukup air.
2. Kemudian isilah cawan cleveland sampai dengan batas (tanda pengisian) dan hilangkan
(pecahkan) gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
Cara PengujianUrutan proses dalam pengujian ini ádalah sebagai berikut :
1. Letakkan cawan di atas pelat pemanas dan atur sumber pemanas sehingga terletak di
bawah titik tengah cawan;
2. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 75 mm dari titik tengah cawan;
3. Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6.4 mm di atas
cawan dan terletak pada satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan titik
poros nyala penguji; kemudian atur hinga poros termometer terletak pada jarak ¼
diameter cawan dari tepi;
4. Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji;
5. Nyalakan sumber panas dan atur pemanasan hingga kenaikan suhu menjadi (15±1)°C per
menit sampai benda uji mencapai suhu 56°C di bawah titik nyala perkiraan;
6. Kemudian atur kecepatan pemanasan 5°C – 6°C per menit pada suhu antara 56°C dan
28°C di bawah titik nyala perkiraan;
7. Nyalakan penyala penguji dan atur agar diameter nyala penguji tersebut menjadi 3.2 – 4.8
mm;
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
8. Putar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan) dalam
waktu 1 detik, mengulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2°C;
9. Lanjutkan pekerjaan 2,3,6 dan 2,3,8 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan benda uji dan baca suhu pada termometer dan catat;
10. Lanjutkan pekerjaan 2,3,9 sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-kurangnya 5
detik di atas permukaan di atas permukaan benda uji dan baca suhu pada termometer dan
catat;
11. Periksa yang tidak memenuhi syarat toleransi, dianggap gagal dan harus diulang.
Data dan PerhitunganPembacaan
Waktu
Pembacaan Suhu
Pembukaan
Contoh
Contoh dipanaskan
Mulai Jam 10.00 Suhu Oven :
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Selesai Jam 10.15 110°C
Proses
Pengujian Titik
Nyala Bakar
Mulai Jam
Selesai Jam
10.15
10.45
Suhu Tuang :
110°C
Kenaikan Suhu
2 contoh
Sampai 56°C di bawah titik nyala
Mulai Jam
Selesai Jam
Antara 56°C s/d 28°C di bawah titik nyala
Mulai Jam
Selesai Jam
10.45
11.00
11.00
11.30
10-15°C/mnt
25°C s/d 208°C
208°C s/d 264°C
Titik nyala pekiraan
per menit
Pengamatan :
25°C di bawah titik nyala Waktu °C Titik Nyala/Bakar
56 60 dtk 200
B51 60 dtk 205
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
E
L
U
M
Terjadi
Titik Nyala
Atau
Titik Bakar
46 60 dtk 210
41 60 dtk 215
36 60 dtk 220
31 60 dtk 225
26 60 dtk 230
21 60 dtk 235
16 60 dtk 240
11 60 dtk 245
6 60 dtk 250 (titik nyala)
1 60 dtk 262 (titik bakar)
ANALISA HASIL PERCOBAANDari percobaan diperoleh bahwa titik nyala didapatkan pada suhu 250oC dan titik bakar
262oc. Hal ini memenuhi syarat yakni bahwa titik nyala terjadi terlebih dahulu baru kemudian
diikuti oleh titik bakar. Hasil percobaan ini memenuhi ketentuan laston pada tabel 2.3, bahwa
untuk aspal penetrasi 60 titik nyala terjadi pada suhu minimal 200oC.
KESIMPULANDari hasil percobaan diketahui bahwa titik nyala aspal terjadi pada suhu 250oC dan titik
bakar terjadi pada 262oC. hasil ini memenusi syarat ketentuan Laston.
BAB VIII
METODE PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Maksud dan Tujuana. Maksud
Tes titik lembek dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian
titik lembek aspal maupun ter.
b. Tujuan
Untuk menentukan angka titik lembek aspal atau ter yang berkisar antara 30°C hingga
200°C dengan cara ring (cincin) dan ball (gotri, bola baja).
Ruang LingkupPengujian ini untuk menentukan titik lembek aspal padat atau ter dengan metode ring dan
ball. Hasil dari pengujian ini selanjutnya dapat dipergunakan untuk menentukan kepekaan
aspal terhadap suhu.
Pengertian Yang dimaksudkan dengan titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat
tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan pada cincin berukuran
tertentu. Sehingga aspal atau ter tersebut menyrntuh bidang pelat dasar yang terletak di
bawah ring atau cincin dengan ketinggian 25.4 mm. Mendesaknya bola baja disebabkan aspal
atau ter yang meleleh oleh pemanasan tertentu.
CARA PELAKSANAAN
PeralatanPeralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
a. Termometer;
b. Cincin terbuat dari kuningan;
c. Bola baja dengan diameter 9.53 mm dan berat 3.50 ± 0.05 gram;
d. Alat pengarah bola;
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
e. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak dengan kapasitas 800 ml kedalaman bejana 8.5
cm dan tinggi sekurang-kurangnya 12 cm;
f. Dudukan benda uji;
g. Penjepit.
Benda UjiBenda uji adalah aspal atau ter sebanyak 25 gram yang dipersiapkan dengan cara sebagai
berikut :
1. Panaskan contoh perlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus hingga cair merata,
dengan ketentuan pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar gelembung
udara tidak masuk.
2. Suhu titik lembek aspal tidak boleh melebihi 111°C di atas titik lembeknya.
3. Waktu untuk pemanasan ter tidak boleh melebihi 30 menit sedangkan untuk aspal tidak
boleh melebihi 2 jam.
4. Panaskan dua buah cincin sampai mencapi suhu tuang contoh dan letakkan kedua cincin
di atas pelat kuningan yang telah dilapisi campuran talk dan gliserol.
5. Tuangkan contoh ke dalam dua buah cincin dan diamkan pada suhu sekurang-kurangnya
8°C di bawah titik lembek sekurang-kurangnya selama 30 menit.
6. Setelah dingin ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanskan.
Cara PengujianUrutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Pasang dan atur kedua benda uji di atas dudukannya dan letakkan pengarah bola di
atasnya, kemudian masukkan seluruh peralatan ke dalam bejana gelas.
2. Isi bejana dengan air suling baru dengan suhu (5 ± 1)°C sehingga tinggi permukaan air
berkisar antara 101.6 mm – 108 mm.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
3. Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini di antara kedua benda uji (kurang
lebih 12.7 mm dari tiap cincin), periksa dan atur jarak antara permukaan pelat dasar
dengan dasar benda uji sehingga menjadi 25.4 mm.
4. Letakkan bola-bola yang bersuhu 5°C di atas dan di tengah permukaan masing-masing
benda uji yang bersuhu 5°C menggunakan penjepit dengan memasang kembali pengarah
bola, menahan temperatur (5 ± 1)°C selama 15 menit.
5. Panaskan bejana hingga kenaikan suhu menjadi 5°C per menit, kecepatan pemanas ini
tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini,
untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0.5°C.
6. Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan dalam 2,3,5 maka pekerjaan diulangi.
7. Apabila dari suatu pekerjaan diperoleh perbedaan suhu dalam cara pengujian ini melebihi
1°C maka pekerjaan diulangi.
Data dan Perhitungan
Pembacaan Waktu Pembacaan Suhu
Pembukaan
Contoh
Contoh dipanaskan
Mulai Jam 10.00 Suhu Oven :
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Selesai Jam 10.15 110°C
Mendinginkan
Contoh
Dibiarkan pada Suhu Ruang
Mulai Jam
Selesai Jam
10.15
10.45
Mencapai
Suhu
Pemeriksaan
Direndam pada suhu 5°C
Mulai Jam
Selesai Jam
10.45
11.00
Suhu Lemari Es :
5°C
Pemeriksaan Titik Lembek
Mulai Jam
Selesai Jam
11.00
12.00
Titik Nyala Perkiraan
Suhu yang Diamati
°C
Titik Lembek °C
I II
25 28 29
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
30 30 31
35 32 34
40 37 39
45 42 44
50 47 49
55 52 54
Keterangan : Titik Lembek Aspal penetrasi 60 Bina Marga minimal = 48C
ANALISA HASIL PERCOBAAN Dari percobaan tersebut diperoleh titik lembek max sebesar 540C. hal ini memenuhi
syarat minimum untuk aspal dengan penetrasi 60 yakni minimum 48 oC.
KESIMPULANDari analisa hasil dapat disimpulkan bahwa titik lembek aspal tersebut baik digunakan
sebagai perkerasan konstruksi jalan, karena nilai titik lembeknya lebih besar dari syarat
minimum Laston. Hal ini menunjukkan aspal tersebut tidak terlalu sensitif terhadap perubahan
suhu.
BAB IX
PEMERIKSAAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
Maksud dan TujuanPemeriksaan terhadap campuran aspal dimaksudkan untuk menentukan ketahanan
(stabilitas) dan kelelehan plastis (flow) dari suatu campuran aspal. Ketahanan (stabilitas)
campuran aspal ialah kemampuan suatau campuran aspal untuk menerima beban sampai
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
terjadi kelelehan plastas yang dinyatakan dalam pound atau Kg. Sedangkan kelelehan
plastis ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu
beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0.01”
Tahap Pencampuran AspalPemeriksaan mutu bahan
Bahan untuk membuat campuran aspal digunakan hasil pemeriksaan bahan yang sudah
dilakukan selama pengujian praktikum.
Spesifikasi terhadap bahan
Spesifikasi bahan yaitu batasan-batasan yang harus dipenuhi agar didapat hasil yang
sesuai standar mutu.
Spesifikasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu.
1. Spesifikasi gradasi (analisa saringan)
2. Spesifikasi mutu campuran (mix properti)
Dalam menentukan spesifikasi, ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan antara
lain :
1. Jenis konstruksi, yaitu dimana lapisan aspal digunakan (misal:Surface course)
2. Tebal lapisan yang direncanakan.
3. Jenis dan fungsi jalan, untuk menentukan karekteristik permukaan yang dikehendaki.
Menentukan kombinasi bahan-bahan terpakai, sehingga gradasi dari campuran dapat
memenuhi spesifikasi gradasi yang telah ditentukan. Menentukan perbandingan agregat,
dapat dilakukan dengan cara grafis atau dengan cara analitis.
Job mix design, yaitu melakukan pengujian mutu dari campuran yang dibuat dengan alat
marshall. Terdapat 5 variasi kadar aspal dalam setiap campuran yang dibuat, oleh karena
itu tentukan kadar aspal optimum yang dapat memenuhi spesifikasi mutu campuran
Spesifikasi untuk campuran aspal, antara lain berdasarkan :
1. Ditjen Bina Marga PU.
2. The Aspalt Institute.
3. Japan Road Association.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Perencanaan Campuran.
Perencanaan aspal beton berdasarkan pada analisis saringan (ayakan). Dari grafik
kuantitatif analisa saringan (ayakan) dapat ditentukan jumlah prosentase agregat dari
fraksi I dan fraksi II terhadap berat total agregat dari masing-masing fraksi.
Setelah diketahui prosentase ukuran agregat, selanjutnya jumlah prosentase lolos dapt
dikontrol berdasarkan spesifikasi yang ditentukan.
Proses selanjutnya adalh menentukan berat benda uji, ditentukan setiap benda uji seberat
1200 gram. Dibuat lima buah benda uji dengan perbedaan kandungan aspal, yaitu 5%,
5.5%, 6%, 6.5% dan 7%. Pada pengujian dibuat 2 group benda uji, yaitu untuk 1group
ditumbuk dengan 50× tumbukan dan 1 group lagi ditumbuk dengan 75× tumbukan.
Perbedaan dari kedua tumbukan dimaksudkan juga untuk membedakan antara digunakan
untuk lalu-lintas sedang (50× tumbukan) dan lalu intas padat (75× tumbukan).
Untuk mendapatkan campuran aspal yang optimum, benda uji harus diuji dengan alat
marshal test. Hasilnya dapat dijadikan pedoman pekerjaan di lapangan.
PeralatanPeralatan yang digunakan ádalah sebagai berikut :
A. Tiga buah cetakan benda uji, diameter 10cm (4”), tinggi 7,5 cm (3”). Lengkap dengan
alas dan leher lambung;
B. Alat ejector, alat untuk mengeluarkan benda uji dari cetakan, sesudah dipadatkan;
C. Penumbuk, berbentuk silinder dengan permukaan rata. Berat 4.356 Kg (10 pounds)
dengan tinggi jatuh bebas 35.7 cm (18”)
D. Landasan pemadat, terdiri dari balok kayu (jenis jati atau sejenisnya) berukuran kira-kira
20×20×15 cm, yang dilapisi dengan pelat baja berukuran 30×20×2.3 cm dan diikatkan
pada lantai beton dengan 4 bagian siku;
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
E. Silinder cetakan benda uji;
F. Mesin tekan yang dilengkapi dengan;
1. Kepala penekan berbentuk lengkung (brekaing head)
2. Cincin penguji dengan kapasitas 2500 Kg (500 pounds) mempunyai ketelitian 12.5
(25 pounds), dilengkapi arloji tekan dengan ketelitian 0.0025 cm (0.0001”);
3. Arloji kelelehan dengan ketelitian 0.25 mm (0.01”) dengan perlengkapannya.
G. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang dapat memanasi sampai (200±3)°C
H. Bak perendam (water bath), juga harus dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20°C
I. Perlengkapan-perlengkapan lainnya yaitu:
1. Panci-panci untuk memanaskan agregat,aspal dan campuran aspal.
2. Pengatur suhu dari logam (metal thermometer) barkapasitas 250°C dengan ketelitian
0.5 atau 1% dari kapasitas.
3. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2Kg dengan
keteilitian 0.2 gram dan timbangan berkapasitas 5 Kg dengan ketelitian 1 gram.
4. Kompor LPG.
5. Sarung tangan asbes dan karet
6. Sendok pengaduk dan perlengkapan laninya.
Benda UjiPersiapan benda uji
1. Agregat dikeringkan dengan suhu 105°C, berat dipertahankan tetap. Setelah mencapai
suhu yang ditentukan agregat dipisah-pisahkan dengan cara penyaringan ke dalam fraksi-
fraksi yang dikehendaki.
2. Suhu pencampuran ditentukan, sehingga bahan pengikat yang digunakan menghasiljan
viscoitus sesuai dengan daftar berikut ini.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Bahan
Pengikat
Campuran Pemadat
Kinematik Saybolt
furol
Engler Kinematik Saybolt
furol
Engler
Aspal
Panas
170±20 65±10 - 280±30 140±35 -
Aspal
Dingin
170±20 65±10 - 280±30 140±35 -
Ter - - 25±3 - - 40±5
Persiapan Campuran
1. Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram, sehingga menghasilkan
tinggi benda uji kira-kira 6.25 cm ± 0.125 cm (2.5” ± 0.05”)
2. Agregat dipanaskan dengan panci (wajan) dengan suhu mencapai kira-kira 28°C di atas
suhu pencampuran (150°C) untuk aspal pans, sedangkan untuk pencampuran aspal dingin
suhu 14°C dan diaduk merata.
3. Panaskan aspal hingga mencair, sehingga dapat dituangkan ke dalam agregat
sebanyak yang sudah ditentukan. Kemudian aduk dengan cepat pada suhu yang
ditentukan pada 13.1.4.A.(2) sampai agregat terlapisi oleh aspal dengan merata.
Pemadatan Benda Uji
1. Cetakan benda uji beserta perlengkapannya dan permukaan alat penumbuk dibersihkan
dengan seksama, lalu panaskan sampai suhu 93.9°C dan 148.9°C
2. Letakkan pad alat cetakan selembar yertas penghisap yang sudah dipotong bulat (sesuai
dengan cetakan)
3. Masukkan seluruh campuran (seberat 1200 gram) ke dalam cetakan. Kemudian campuran
ditusuk-tusuk dengan spatula (sendok semen) dengan keras pada bagian tepi keliling
cetakan sebanyak 15 kali tusukan pada bagian tengah (merata).
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
4. Leher cetakan dilepas, ratakan permukaan campuran dengan menggunakan sendok semen
menjadi bentuk sedikit cembung.
5. Waktu akan dipadatkan, suhu campuran dalam cetakan harus tetap pada batas-batas suhu
pemadatan. Kemudian cetakan diletakkan di atas landasan pemadat dan diperkuat dengan
pemegang cetakan.
6. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk: untuk fraksi I ditumbuk sebanyak 75×,
sedangkan untuk fraksi II ditumbuk sebanyak 50×, dengan tinggi jatuh 45 cm (18”).
Selama pemadatan diusahakan sumbu alat pemadat dalam keadaan tegak lurus pad alas
cetakan;
7. Lepaskan keping alas dan lehernya, kemudian cetakan benda uji dibalik. Pasangkan
kembali alas keping dan lehernya dan perkuat kembali dengan pemegang cetakan. Ulangi
perlakuan 13.1.4.C.(6) pada benda uji yang sudah dibalik tadi.
8. Lepaskan keping alas dan pasang cetakan benda uji pad alat pengatur atau pengeluar
benda uji. Benda uji dikeluarkan dengan hati-hati, kemudian benda uji dibiarkan pada
suhu ruangan selama 24 jam.
Cara Pengujian1. Benda uji bersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel kemudian diberi tanda
pengenal pada masing-masing benda uji untuk ketelitian pengujian.
2. Benda uji diukur dengan ketelitian 0.1 mm, dan ditimbang untuk memperoleh berat
kering. Benda uji direndam dalam air selama 24 jam pada suhu ruangan.
3. Setelah direndam selama 24 jam, benda uji dikeluarkan di lap hingga permukaan kering
lalu ditimbang untuk mendapatkan berat basah (Berat kering permukaan jenuh). Langkah
selanjutnya benda uji ditimbang dalam air untuk mendapatkan berat dalam air.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
4. Berikutnya benda uji direndam dalam oven panas dengan suhu 60°C, selama 30 menit
5. Membersihkan batang penuntun (guide rod) beserta permukaan dari kepala penekan (test
head)sebelum melakukan pengujian dengan alat marshall.
6. Lumasi dengan cairan pelumas batang penuntun hingga kepala penekan yang atas dapat
meluncur dengan bebas, apabila dikehendaki kepala penekan dapat pula direndam
bersama –sama benda uji pada suhu 21°C – 38°C.
7. Setelah direndam 30 menit, benda uji dikeluarkan dari oven perendam kemudioan
diletakkan pada segmen bawah kepala penekan. Sedangkan sebelah atas benda uji
dipasang segmen bagian atas. Keseluruhannya diletakkan pada alat penguji.
8. Arloji kelelehan (Flow meter) dipasang pada kedudukannya, pengatur jarum arloji
kelelehan diputar sampai menunjukkan angka nol. Sementara selubung tangki arloji
(sleve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan (breking head).
9. Kepala penekan beserta benda uji dinaikan hingga menyentuh menempel alas cincin
penguji dengan memutar tombol up pada mesin penguji. Kedudukan jarum arloji penekan
diatur pada angka nol.
10. Pemberian beban terhadap benda uji memutar tombol up pada mesin penguji.
Pembebanan terhadap benda uji dengan kecepatan yang tetap, yaitu 50 mm permenit.
Pembebanan dikatakan maaximum apabila putaran jarum arloji penekan menunjukkan
gerak kebalikan arah. Selubung tangkai arloji kelelehan pada segmen atas dari kepala
penekan, ditekan selama pembebanan berlangsung.
11. Apabila pembenanan sudah mencapai maksimum, angka kelelehan dicatat yang
ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan. Begitu pula angka kelelahan dicatat yang
ditunjukkan oleh jarum arloji ketahanan. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelehan,
untuk mengeluarkan benda uji.
12. Waktu yang diperlukan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai tercapainya
beban maksimum melalui alat marshall tidak boleh melebihi selama 30 detik.
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Hasil pengamatan
NoAspal
%
Berat (gr) Marshall test
Kering SSDDalam
AirStabilitas
(kg)Flow (mm)
A
5 1173 1191.3 663
190 200
5.5 1155 1162 651
570 350
6 1170 1195 668
760 450
6.5 1165 1183 641
570 570
7 1170 1184.1 657.5
380 700
B
5 1165 1178.5 625.5
133 200
5.5 1165 1197.5 656
475 250
6 1193 1220.5 669
648 330
6.5 1170 1196.7 656.5
494 360
7 1160 1188.2 654
304 450
Spesifikasi Marshall TestNo Jenis Test Jenis lalu lintas
75 kali(LLB) 50 kali(LLB) 35 kali(LLB)
1 Stabilitas (Kg) 750 640 460
2 Flow (mm) 2 – 4 2 – 4,5 2 – 5
3 Rongga terisi aspal (%) 75 – 82 75 – 85 75 – 85
4 Rongga dalam campuran (%) 3 – 5 3 – 5 3 – 5
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
5 Density (gr / cc) >2 >2 >2
BAB X
meTode PEngujian kadar eksTrasi BITUMEN
Tujuan pelaksanaanPercobaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar aspal dalam campuran di lapangan
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Ruang LingkupKadar aspal perlu diketahui sehingga dapat ditentukan banyak aspal dan agregat yang akan
dipergunakan untuk suatu campuran. Untuk mengetahui jumlah kadar aspal pada suatu
campuran dengan agregat maka dapat dipergunakan larutan CCL4 (Solvent) yang bersifat
mudah menguap namun tidak mudah terbakar, Benda yang telah disaring dengan cairan ini
akan dibagi menjadi dua (residu) yang tertahan dan yang lolos kertas saring akan berubah
warna menjadi jernih.
CARA PELAKSANAAN
PeralatanPeralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
a. Reflux Extractor
b. Tabung gelas
c. Saringan kerucut
d. Tabung pendingin
e. Pemanas
f. Kertas saring
g. Kawat asbes
h. Timbangan
i. Oven pemanas
j. Pendingin
k. CCL4 (Solvent PCE)
Cara PengujianUrutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Menempatkan alat extructor pada tempat daar dan aman pada ruangan berventilasi
baik.
2. Menentukan kadar air benda uji
3. Keringkan dan timbang kertas saring dengan ketelitian 0.5 gr, lipat kertas saring
melalui garis tengan lalu lipat lagi menjadi bentuk seperempat lingkaran dan bentuk
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
menjadi kerucut dengan cara membuat ruang antara segmen lingkaran terhadap ketiga
segmen lain, tempatkan kertas saring pada saringan kerucut
4. Masukkan benda uji ke dalam saringan kerucut
5. Tuangkan solvent ke dalam abung gelas
6. Masukkan saringan kerucut beserta rangka ke dalam tabung gelas, bahan pelarut
harus berada dibawah ujung saringan kerucut bawah
7. Tempatkan tabung gelas tadi di atas pemanas yang telah dilapisi kasa asbes kemudian
tutup dengan pendingin
8. Alirkan air melalui pendingin
9. Hidupkan pemanas dan atur panas sedemikian rupa sehingga bahan pelarut mendidih
dengan mantap. Pemanasan harus dilakukan secara hati – hati agar tidak terjadi
luapan bahan pelarut yang keluar dari ujung kerucut lebih keruh lagi
10. Matikan pemanas dan biarkan aliran air ke pendingin terus berlangsung sampai
tabung gelas cukup dingin
11. Angkat rangka kerucut dan keringkan di udara
12. Masukkan kertas berserta ekstrak agregat ke dalam cawan yang telah ditimbang
sebelumnya. Keringkan dalam oven pada suhu 110oC selama 24 jam setelah itu
didinginkan dalam desikator selam 10 menit lalu timbang kertas saring dan agregat
yang tertinggal.
Hasil pengamatan
Berat kertas saring + sample = 71 gram
Berat kertas saring = 5 gram
Berat kertas sample (A) = 66 gram
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Berat kertas saring + sample = 71 gram
Berat kertas saring + mineral = 66,8 gram
Berat endapan (B) = 4,2 gram
Kadar Aspal ( (B/A) x 100% ) = 6,3 %
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1986, “Petunjuk Praktikum Bahan Jalan Raya”, Diploma III Teknik Sipil
ITS
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
47
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA
Anonimous, 1983, “Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya”, DPU
Dirjen Bina Marga
Braja M. Das, 1994, “Mekanika Tanah I”, Erlangga
Braja M. Das, 1994, “Mekanika Tanah II”, Erlangga
Ir. Djoko untung S., 1992, “Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur”, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum Jakarta
Ir. Djoko Untung S.,1979, “Konstruksi Jalan Raya”, Badan Penerbit Pekerjaan Umum,
Jakarta
Ir. Shirley L. Hendarsin., 1987, “Geoteknik dan Mekanika Tanah(Penuntun Praktis)”,
Nova, Bandung
Ir. Shirley L. Hendarsin, 1987, “Perencanaan Teknik Jalan Raya”, Poltek Negri, Bandung
Silvia Sukirman, 1984, “Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan”, Nova, Bandung
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA