maternitas - vulvitis & vaginitis

25
LAPORAN PENDAHULUAN VULVITIS & VAGINITIS Disusun Oleh : Lutfi Huda Hidayat P.10220204061 Mugiyati P.10220204062 Muhammad Edi H. P.10220204063 Mustika Jawiyanti P.10220204064 Ni Made Diyah Ayu N. P.10220204065 Novi Indriani P.10220204066 Nur Linda Sulistiyani P.10220204067 Nurita Ristanti P.10220204068 Nuzul Qodariyah P.10220204069 Oktapiadi P.10220204070 Kelas IIIB

Upload: diyanthi-andita

Post on 15-Jan-2016

190 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

LAPORAN PENDAHULUAN

VULVITIS & VAGINITIS

Disusun Oleh :

Lutfi Huda Hidayat P.10220204061Mugiyati P.10220204062Muhammad Edi H. P.10220204063Mustika Jawiyanti P.10220204064Ni Made Diyah Ayu N. P.10220204065Novi Indriani P.10220204066Nur Linda Sulistiyani P.10220204067Nurita Ristanti P.10220204068Nuzul Qodariyah P.10220204069Oktapiadi P.10220204070

Kelas IIIB

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

Page 2: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

PURWOKERTO2006

VULVITIS & VAGINITIS

I. PENGERTIAN

¢ Vulvitis adalah radang selaput lendir labia dan sekitarnya (Universitas

Padjadjaran. 1981).

¢ Vulvitis adalah inflamasi vulva akut (Sinklair, Webb. 1992).

¢ Vulvitis adalah infeksi pada vulva sebagian besar dengan gejala

keputihan atau leukorea dan tanpa infeksi local (Manuaba. 2001).

¢ Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva/ organ kelamin luar wanita

(www.medicastore.com).

¢ Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh

berbagai bakteri, parasit atau jamur (Manuaba. 2001).

¢ Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina

(www.medicastore.com).

¢ Vaginitis adalah infeksi yang terjadi pada vagina, terjadi secara

langsung pada vagina atau melalui perineum (Wiknjosastro. 1999).

¢ Vulvovaginitis adalah peradangan vulva dan vagina (Taber. 1994).

¢ Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina

(www.medicastore.com).

II. ETIOLOGI

Penyebab dari vaginitis adalah Candida albicans, Trichomonas vaginalis,

Neisseria gonorrhoeae, Hemophilus vaginalis.

Penyebab lain meliputi gabungan bedak tabur, cacing kremi, benda asing,

hygiene perineum yang buruk.

Menurut Universitas Padjadjaran (1981) penyebab vulvitis :

Hygiene yang kurang seperti pada wanita yang gemuk dan tua.

Gonococcus.

Candida albicans.

Trichomonas.

Page 3: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

Oxyuris.

Pediculi pubis.

Diabetes.

Menurut Universitas Padjadjaran (1981) penyebab vaginitis :

Vulvovaginitis pada anak

Sering disebabkan oleh gonorrhea atau corpus allienum.

Kolpitis senilis

Disebabkan karena ovaria berhenti berfungsi.

Kolpitis pada masa reproduktif

Masturbasi

Corpus allienum : pessaerium, obat atau alat kontrasepsi kapas

Rangsang themis seperti berenang dalam air dingin

Menurut Sinklair, Webb (1992) penyebab vulvitis adalah :

Infeksi jamur terutama ada orang tua, penderita DM, dan setelah terapi

antibiotik.

Trichomonas vaginalis.

Penyakit kelamin.

Warts (kutil).

Herpes genitalis.

Pedikularis pubis.

Cacing kremi.

Trauma.

Hygiene buruk.

Alergi terhadap parfum, sabun, bedak, dsb.

Kondisi atropi dan distropi.

Karsinoma.

Kelainan kulit, seperti : dermatitis kontak, psoriasis, dsb.

Menurut www.medicastore.com penyebab vulvitis dan vaginitis adalah :

Infeksi

Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus).

Page 4: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, waita

hamil dan pemakai antibiotik.

Protozoa (misalnya trichomonas vaginalis).

Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).

Zat atau benda yang bersifat iritatif.

Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan

spons.

Sabun cuci dan pelembut pakaian.

Deodoran.

Zat di dalam air mandi.

Pembilas vagina.

Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak

menyerap keringat.

Tinja.

Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya.

Terapi penyinaran.

Obat-obatan.

Perubahan hormonal.

III. KLASIFIKASI.

1) Vaginitis Candida disebabkan oleh Candida albicans.

Penyebab :

- Hygiene yag kurang.

- Pertumbuhan Candida yang berlebihan, karena kadar glukosa darah

yang tinggi, dan pemberian antibiotik berspektrum luas.

Tanda dan gejala :

- Pruritus vulvae.

- Nyeri vagina yang hebat.

- Disuria eksterna dan interna.

- Rash pada vulva.

- Eritematosa.

Page 5: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

- Sekret khas seperti keju lembut.

2) Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

Penyebab : hubungan seksual.

Tanda dan gejala :

- Secret banyak dan bau busuk.

- Disuria eksterna dan interna.

- Pruritus vulva.

- Edema vulva.

3) Vaginitis non spesifik disebabkan oleh Gardnerella vaginalis.

Penyebab :

- Hygiene yang kurang.

- Hubungan seksual.

Tanda dan gejala :

- Vagina berbau busuk dan amis.

- Sekret encer, kuning sampai abu-abu.

4) Vaginitis Atrofican disebabkan oleh infeksi epitel vagina yang defisiensi

estrogen.

Penyebab : pasca menopause rentan terhadap infeksi.

Tanda dan gejala :

- Pendarahan pervaginam.

- Disuria eksterna.

- Pruritus.

- Dispareunia.

- Permukaan vagina merah muda, pucat,

halus tanpa rugae.

Menurut Manuaba (2001).

1) Vulvitis.

a. Infeksi kulit berambutnya.

Terjadi perubahan warna.

Membengkak.

Page 6: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

Terasa nyeri.

Kadang-kadang tampak bernanah.

Menimbulkan kesukaran bergerak.

b. Infeksi kelenjar bartolini.

Terletak dibagian bawah kulit.

Warna kulit berubah.

Membengkak.

Terjadi timbunan nanah didalam kelenjar.

Penderita sukar berjalan/ duduk karena sakit.

2) Vaginitis.

a. Vaginitis trichomonas vaginalis.

Disebabkan oleh trichomonas vaginalis yang mempunyai bentuk kecil,

berambut getar dan lincah bergerak. Gejala utamanya :

Terdapat keputihan encer sampai kental.

Kekuning-kuningan.

Gatal dan terasa membakar.

Berbau.

Terdapat dispareunia.

Pada pemeriksaan bidan akan menjumpai : terdapat keputihan,

ecer sampai kental dan terdapat bintik pada dinding vagina.

b. Vaginitis kandidiasis.

Infeksi ini disebabkan oleh jamur kandida albicans. Vaginitis

kandidiasis sering dijumpai pada wanita hamil, karena terdapat

perubahan asam basa. Gejala vaginitis kandidiasis adalah terdapat

keputiha kental bergumpal, terasa sangat gatal dan mengganggu, dan

pada dinding vagina sering dijumpai membran putih yang bila

dihapuskan dapat menimbulkan perdarahan.

IV. PATOFISIOLOGI

Bila keseimbangan mikroorganisme berubah, maka organisme yang

berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya C.

Page 7: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

albicans pada kasus infeksi monolia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob

pada kasus vaginitis non spesifik berproliferasi sampai suatu konsentrasi

yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme lainnya, organisme

ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan merupakan bagian flora

normal seperti Trichomonas vaginalis dan Nisseria gonorrhoea dapat

menimbulkan gejala . Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan respon

peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit

serta melepaskan prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnya.

Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon

peradangan vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis atau C. albicans.

Organisme tertentu yang menarik leukosit, termasuk T. vaginalis,

menghasilkan secret purulen. Diantara wanita dengan vaginitis non spesifik.

Baunya disebabkan oleh terdapatnya amina dibentuk sebagai hasil

metabolisme bakteri anaerob. Histamin dapat menimbulkan

ketidaknyamanan oleh efek vasodilatasi local. Produk lainnya dapat

merusak sel-sel epitel dengan cara sama dengan infeksi lainnya.

Page 8: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

PATHWAY

Zat asing Candida albicans

Nisseria gonorrhoea trichomonas vaginalis

Hygiene kurang

Peningkatan konsentrasi flora normal

Perubahan hormonal

Hubungan sexual

Resiko tertular Infeksi

epitel vagina

VAGINITIS

Ig E Stimulation

Histamin SRS-A Prostaglandin Bradikinin Leukotrienes

Efek vasodilatasi local

Secret purulen

Peradangan Hipertermi

GatalResiko tinggi

kerusakan integritas kulit

Nyeri

Eritema

Edema

Lesi

Perubahan pola eliminasi

(disuria)

Ansietas

Page 9: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

V. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Universitas Padjadjaran (1981) :

* Vulvitis :

- perasaan panas dan nyeri terutama waktu kencing.

- Leukorea yang sering disertai perasaan gatal hingga terjadi iritasi

oleh gerakan.

- Gangguan koitus.

- Introitus dan labia menjadi merah dan bengkak, sering tertutup oleh

secret.

* Vaginitis :

- leukorea yang kadang-kadang berbau (anyir).

- Perasaan panas/ pedih pada vagina.

- Perasaan gatal pada vulva.

Menurut Sinklair & Webb (1992), tanda dan gejala vulvitis & vaginitis :

* Akut

- Pruritus.

- Panas.

- Eritema.

- Edema.

- Perdarahan.

- Nyeri (mungkin sangat, menyebabkan tidak mampu berjalan, duduk

dan retensi urine akut).

- Ulserasi dan vesikel.

* Kronik

- Inflamasi hebat dengan edema minimal.

- Pruritus hebat ekskoriasi infeksi sekunder.

Page 10: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

- Daerah yang terserang : monpubis, perineum, paha yang berdekatan,

anus, sekitar paha.

- Lesi ulseratif disebabkan : granuloma, karsinoma, melanoma.

- Hasil akhir mungkin berupa ekstruksi vulva.

VI. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Coitus, terutama dalam smegma preputium mengandung kuman-kuman.

2. Tampon-tampon di dalam vagina, misalnya untuk menampon darah

haid.

3. Higiene yang kurang, pakaian kotor.

4. Atrofi epitel vagina pada mosa senile dimana epitel vagina kurang

mengandung glikogen dan menjadi tipis.

5. Korpus alineum : terutama pada anak-anak tetapi juga alat-alat

perangsang seks pada orang dewasa.

6. Masturbasi kronis.

7. Benda asing dalam vagina.

VII. KOMPLIKASI

1. Endometritis

Peningkatan konsentrasi flora anaerob, yang sebagian mungkin karena

perubahan pH, bisa menyebabkan peningkatan angka endometritis.

2. Salpingitis

Radang pada saluran telur dapat terjadi bila infeksi serviks menyebar ke

tuba uterine.

3. Servisitis

Peradangan ini dapat terjadi bila infeksi menyebar ke serviks.

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Infeksi bacterial

Diberikan antibiotika Candidiasis seperti :

Page 11: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

- Nistatin : 100.000 2 kali per hari selama 7 – 10 hari.

- Mikonazol : 7 gram 1 – 2 kali per hari selama 3,5 – 7 hari.

- Klotrimazol : 100 gram tablet atau 7 gram krim 1 – 2 kali

per hari selama 3,5 – 7 hari.

- Asam borat : 600 mg 2 kali per hari selama 7 – 10 hari.

2. Infeksi dengan trichomonas

- Metronidazol : 2 gram dalam dosis tunggal, juga terapi pasangan

seksual laki-lakinya. (Tahap I).

- Metronidazol : 500 mg 2 kali per hari selama 7 hari, terapi seksual

pasangan laki-lakinya. (Tahap rekurens).

3. Vaginitis non spesifik

- Metronidazol : 500 mg 2 kali per hari selama 7 hari.

- Ampicillin : 500 mg 4 kali per hari selama 7 hari.

4. Vaginitis atroficans

- Cream estrogen: 1 kali per hari selama 2 minggu kemudian selang

sehari selama 2 minggu.

5. Infeksi dengan jamur

Diberi Nistatin biasanya diberi dalam bentuk ovula.

6. Kolpitis senilis

Selain dari antibiotika atau antinikotika diberi salep yang mengandung

estrogen selama 20 hari.

Selain obat-obatan penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam

yang tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap

terjaga (misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan vulva

(sebaiknya gunakan sebum gliserin).

Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres

dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin.

Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa

dioleskan krim atau salep kortikosteroid dan antihistamin per-oral (tablet).

Page 12: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan

memperpendek lamanya infeksi herpes.

Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian yang dilakukan menurut Bobak (2004) dan Taber (1994) :

1. Wawancara.

- Kaji tentang aktivitas seksual tanpa pengamanan (oral, rectal, genital),

jumlah pasangan seksual saat ini, riwayat penyakit menular seksual

yang pernah diderita, frekuensi hubungan seks selama 1 minggu.

- Kaji tentang gaya hidup (merokok, alcohol, gizi buruk, stress,

keletihan), penggunaan obat-obatan, kateterisasi yang sering dan

adanya cedera lahir pada vagina.

Page 13: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

- Kaji tanda dan gejala subyektif, lamanya gejala, serta pengobatan

yang telah dilakukan.

2. Pemeriksaan Fisik.

Pada pemeriksaan fisik didapat tanda-tanda:

a. Penampilan vulva.

- Eritema.

- Edema.

b. Penampilan secret vagina.

- Secret abu-abu.

- Encer seperti air/ kental.

c. Penampilan serviks.

Secret purulen.

d. Rabas vagina, vesikel/ luka, demam dan nyeri.

3. Pemeriksaan Penunjang.

a. Mikrobiologi.

Sampel secret vagina dapat diperoleh untuk apusan pewarnaan gram,

biakan dan sediaan basah untuk mengidentifikasi candida atau

trichomonas.

b. Tes sitologi vagina/ biopsy.

Diindikasikan apabila dicurigai adanya neoplasia.

c. Pemeriksaan dengan selaput selulosa.

Area penanda terhadap telur cacing kremi dapat membantu,

pemeriksaan ini harus dilakukan pada pagi hari dan bila perlu diulangi

pada hari berikutnya.

d. Foto pelviks.

Dapat membantu mengidentifikasi suatu benda yang radiopak, pada

kasus cedera (rudapaksa).

e. Pielogram intravena.

Kelainan congenital saluran reproduksi sering disertai dengan kelainan

congenital/ traktus urinarius., pielogram intravena dapat

menyingkapkan keadaan patologik traktus urinarius.

Page 14: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Bobak (2004) dan Edge (1993), diagnosa keperawatan yang

mungkin muncul yaitu :

1. Hiperthermi berhubungan dengan adanya nyeri.

2. Nyeri berhubungan dengan adanya lesi, vasodilatasi local.

3. Kurang pengetahuan pasien tentang transmisi, pencegahan, infeksi,

perilaku seks yang aman, penatalaksanaan dan penyebab infeksi

berhubungan dengan kurangnya informasi.

4. Ansietas berhubungan dengan efek yang dipersepsikan pada hubungan

seksual.

5. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan adanya edema/ nyeri.

6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan garukan

pruritus.

7. Resiko terjadinya penularan berhubungan dengan proses penyakit.

8. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan nyeri/ kekhawatiran

terjadinya penularan.

C. INTERVENSI

1. Diagnosa Keperawatan I.

Intervensi :

1) Berikan kompres hangat.

Rasional : pemberian kompres hangat dapat merangsang

vasodilatasi.

2) Beri minum banyak.

Rasional : untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh

3) Kolaborasi dengan medis untuk pemberian cairan antibiotika sesuai

indikasi.

Rasional : membantu mempercepat penurunan suhu.

Page 15: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

2. Diagnosa Keperawatan II.

Intervensi :

1) Usahakan agar daerah sekitar vagina tetap kering.

Rasional : untuk memberikan rasa nyaman dan untuk mencegah

infeksi lebih lanjut.

2) Batasi pergerakan pada daerah yang terinfeksi.

Rasional : mencegah penyebaran infeksi dan mengurangi nyeri.

3) Hindari kontak langsung/ menggaruk pada daerah yang terinfeksi.

Rasional : mencegah penyebaran/ pelebaran infeksi.

4) Kolaborasi pemberian salep antibiotik.

Rasional : mempercepat proses penyembuhan.

3. Diagnosa Keperawatan III.

Intervensi :

1) Berikan penjelasan tentang transmisi penyakit.

2) Berikan penjelasan tentang pencegahan infeksi.

3) Berikan penjelasan perilaku seks yang aman.

4) Berikan penjelasan tentang penatalaksanaan dan penyebab infeksi.

Rasional : pemberian informasi dapat membantu pasien memahami

hal-hal yang tidak diketahui.

4. Diagnosa Keperawatan IV.

Intervensi :

1) Kaji tingkat kecemasan pasien.

Rasional : untuk mengetahui kondisi pasien dan untuk menentukan

problem solving yang tepat

2) Berikan problem solving yang tepat sesuai dengan penyebab

kecemasan pasien.

Rasional : agar kecemasan pasien dapat diatasi dengan tepat

3) Berikan cara-cara untuk mengurangi kecemasan.

Rasional : untuk mengurangi kecemasan pasien.

5. Diagnosa Keperawatan V.

Page 16: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

Intervensi :

1) Anjurkan untuk tidak menahan BAK walaupun nyeri.

Rasional : karena dengan menahan BAK dapat menyebabkan

distensi abdomen dan menambah nyeri.

2) Anjurkan untuk bernapas dalam atau menggunakan teknik relaksasi

lainnya saat berkemih.

Rasional : untuk mengurangi nyeri.

3) Anjurkan untuk banyak minum air.

Rasional : untuk memperlancar BAK.

6. Diagnosa Keperawatan VI.

Intervensi :

1) Anjurkan klien untuk selalu menjaga personal hygiene.

Rasional : mencegah perkembangan penyakit lebih lanjut.

2) Usahakan klien agar jangan menggaruk vesikel tersebut.

Rasional : mencegah penyebaran.

3) Anjurkan klien untuk mencuci tangan.

Rasional : mencegah kontaminasi.

7. Diagnosa Keperawatan VII.

Intervensi :

1) Anjurkan klien untuk mencuci tangan.

Rasional : mencegah penularan.

2) Anjurkan untuk tetap menjaga kebersihan daerah vagina.

3) Anjurkan untuk menunda hubungan seksual.

Rasional : mencegah penularan.

8. Diagnosa Keperawatan VIII.

Intervensi :

1) Dorong pasien untuk mengekspresikan kekhawatiran terjadinya

penularan kepada partner.

Page 17: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

2) Anjurkan menggunakan alat pengaman (kondom) bila melakukan

hubungan seksual.

3) Anjurkan untuk menggunakan teknik alternatif dalam hubungan

seksual.

Rasional : untuk mencari pemecahan masalah yang tepat dan

memperkenalkan factor resiko yang terjadi.

D. EVALUASI

1. Suhu tubuh normal.

2. Pasien merasa nyaman dan sakit berkurang.

3. Pasien mengetahui tentang transmisi, pencegahan infeksi, perilaku seks

yang aman, penatalaksanaan dan penyebab infeksi.

4. Kecemasan pasien berkurang.

5. Pola eliminasi kembali adekuat.

6. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

7. Tidak terjadi penularan.

8. Pasien tidak mengalami disfungsi seksual.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2006). Vaginitis & vulvitis. Terdapat di http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id=&iddtl=95&idktg=17&idobat=&UID=20060921165451202.149.88.2. Diakses pada tanggal 21 September 2006 jam 17:23.

Bobak. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Edge, V. (1993). Women’s health care. VSA : Von Hoffman Press.

Manuaba, Ida Bagus. (2001). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC.

Padjadjaran, Universitas. (1981). Ginekologi. Bandung : Elstar Offset.

Page 18: Maternitas - Vulvitis & Vaginitis

Sinklair, C.C.R., Webb,J.B. (1992). Segi praktis ilmu kebidanan dan kandungan untuk pemula. Jakarta : Binarupa Aksara.

Taber, Ben-Zion. (1994). Kapita selekta obstetri dan ginekologi. Jakarta :EGC.

Wiknjosastro, H. (1999). Ilmu kebidanan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.