keperawatan maternitas molahidatidosa

20
KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4 : NAMA ANGGOTA : 1. AMMIRA FATIMA 2. HENI MERIANI 3. NOVIKA ANA LELY H. 4. SANTI TINGKAT : II. B DOSEN PEMBIMBING: HJ. ISMAR AGUSTIN, S.KP., M. KEP POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG D IV KEPERAWATAN

Upload: 28121998

Post on 22-Jan-2016

136 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Keperawatan Maternitas

TRANSCRIPT

Page 1: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

KEPERAWATAN MATERNITAS

MOLAHIDATIDOSA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4 :

NAMA ANGGOTA : 1. AMMIRA FATIMA

2. HENI MERIANI

3. NOVIKA ANA LELY H.

4. SANTI

TINGKAT : II. B

DOSEN PEMBIMBING: HJ. ISMAR AGUSTIN, S.KP., M. KEP

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

D IV KEPERAWATAN

2015

Page 2: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Molahidatidosa didefinisikan sebagai suatu tumor jinak (benigna) dari korion. Penyakit

ini biasanya dikaitkan dengan sosial ekonomi rendah, letak geografis berbeda (Asia

Tenggara dan Mexico dengan insidensi yang banyak), malnutrisi (konsumsi protein

rendah, asam folat rendah dan karoten rendah), dan usia <20 tahun atau >40 tahun.

Prevalensi molahidatidosa 1/1500 di USA dan 1/25 terdistribusi di Mexico. Kejadian

pada wanita Asia lebih tinggi (1 kasus dari 120 kehamilan) daripada wanita-wanita di

negara barat (1 kasus dari 2000 kehamilan). (Benson & Pernoll’s, 1994, Hanifa W,

1999)

Banyaknya penyulit pada kasus molahidatidosa memperburuk prognosis dari penyakit

ini, seperti preeklamsia, tirotoksinosis, anemia, dan hiotensi (Anna dkk, 2001). Apaila

penanganan pada penyakit ini kurang baik, tidak jarang menimbulkan kematian.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari molahidatidosa ?

b. Apa etiologi dari molahidatidosa ?

c. Siapa saja yang beresiko mengidap molahidatidosa ?

d. Bagaimana patofisiologi dari molahidatidosa ?

e. Apa saja tanda dan gejala dari molahidatidosa ?

f. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi dari molahidatidosa ?

g. Bagaimana penatalaksanaan meds dari molahidatidosa ?

h. Apa perawatan yang diberikan pada pasien pengidap molahidatidosa ?

i. Bagaimana pendidikan kesehatan yang diberikan untuk molahidatidosa ?

Page 3: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian dari molahidatidosa

b. Untuk memahami etiologi dari molahidatidosa

c. Untuk mengetahui siapa saja yang beresiko mengidap molahidatidosa

d. Untuk memahami patofisiologi dari molahidatidosa

e. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari molahidatidosa

f. Untuk mengetahui komplikasi dari molahidatidosa

g. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari molahidatidosa

h. Untuk mengetahui perawatan yang diberikan pada pasien pengidap molahidatidosa

i. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan yang diberikan untuk pasien

molahidatidosa

Page 4: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

2.1 Pengertian

Molahidatidosa atau yang dikenal dengan sebutan hamil anggur adalah kehamilan

abnormal berupa tumor jinak yang terjadi akibat kegagala pembentukan “bakal janin”

sehingga tebentuk jaringan permukaan membran (vili-vili/jonjotan/gantungan) yang mirip

gerombolan buah anggur.

Menurut Mochtar, molahidatidosa adalah chronical villi (gantungan) yang tumbuh

berganda berupa gelembung- gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga

menyerupai buah anggur atau mata ikan.

Dari sumber lain disebutkan bahwa molahidatidosa adalah penyakit yang berasal dari

kelainan pertumbuhan trobobflas plasenta (calon plasenta) yang disertai dengan

degenerasi vili dan perubahan hidropik.

2.2 Etiologi

Penyebab molahidatidosa (hamil anggur) belum diketahui secara pasti, namun faktor

penyebabnya adalah:

a. Faktor ovum

Ovum memang sudah patologik sehinggga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.

b. Immunoselektif dari tropoblas

Page 5: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon

imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi kaya

nutrien. Pembuluh darah primitive di dalam villus tidak terbentuk dengan baik

sehingga embrio kelaparan, mati dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh

dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi ke jaringan ibu.

c. Usia

Molahidatidosa ini lebih sering terjadi pada wanita dengan usia lebih dari 45 tahun,

yang memiliki 35% kemungkinan untuk mengalami melignansi choriocarinoma.

Pada awal kehamilan terlihat normal, namun demikian segera terjadi mual dan

mutah yang hebat karena peningkatan kadar hCG melampaui normal. Mendekati

akhir bulan ke tiga terjadi perdarahan vagia, yang mungkin berwarna merah cerah

atau seperti jus kecoklatan. Bila keluar gumpalan seperti anggur, akan merupakan

suatu signifikansi diagnosa. Uterus membesar dengan cepat, tetapi tidak ada

pergerakan janin atau bunyi jantung janin, dan tidak ada skeetal janin yang dapat

terlihat dengan sonografi.

d. Keadaan sosial ekonomi yang rendah

Dalam masa kehamilan, keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan

keadaan sosial ekonomi yang rendah, maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang

diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan

dan perkembangan janin.

e. Kekurangan protein

Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan

dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada ibu. Keperluan akan

zat protein pada waktu hamil sangat meningkat, sihingga kekurangan protein dalam

makanan akan mengakibatkan pertumbuhan janin yang tidak sempurna.

f. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau

adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit

Page 6: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

(desease). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang

termasuk virulensinya serta daya tahan tubuh.

g. Riwayat kehamilan mola sebelumnya

Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu

kejadian terhadap 12 penelitian yang total mencakup hampir 5000 kelahiran,

frekuensi mola adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tetang molahidatidosa berulang

tapi pasangan yang berbeda bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat masalah

oosit primer.

2.3 Faktor Resiko

Faktor resiko lainnya yang diketahui adalah status sosio ekonomi rendah, keguguran

sebelumnya, neoplasma trofoblastik gestasional sebelumnya, dan usia yang sangat ekstrim

pada masa subur. Efek usia yang sangat jelas terlihat adalah pada wanita yang berusia lebih

dari 45 tahun, ketika frekuensi lesi yang terjadi adalah 10 kali lipat dari pada lesi yang dapat

terjadi pada wanita yang berusia diantara 20-40 tahun. (Reeder, 2011)

Faktor lain yang mempengaruhi wanita untuk kehamilan mola yaitu berkaitan dengan genetika

dan riwayat reproduksi. Berikut faktor resiko untuk kehamilan mola hidatidosa menurut

Fauziyah, 2012 :

a. Etnis Asia

Ada insiden yang lebih tinggi untuk angka kejadian kehamilan mola hidatidosa di

kawasan Asia. Perempuan dari etnis Asia beresiko dua kali lipat lebih tinggi dari pada

wanita non-etnis Asia.

b. Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya

Wanita yang pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa memiliki resiko 2 kali lipat

dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa.

c. Riwayat genetik

Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa kehamilan mola hidatidosa memiliki

penyebab genetik terkait dengan mutasi gen pada kromosom 19.

d. Faktor makanan

Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan dengan peningkatan

resiko kehamilan mola hidatidosa sempurna, termasuk juga kekurangan vitamin A.

Page 7: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

2.4 Patofisiologi

Setelah ovum dibuahi, terjadi pembagian dari sel tersebut. Tidak lama kemudian, terbentuk

biastokista yang mempunyai lumen dan dinding luar. Dinding ini terjadi atas sel-sel

ekstoderm yang kemudian menjadi trofoblas. Sebagian vili berubah menjadi gelembung

berisi cairan jernih, biasanya tidak ada janin. Gelembung-gelembung (tesikel) ukurannya

bervariasi mulai dari yan mudah dilihat, sampai beberapa sentimeter bergantung dalam

beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Masa tersebut dapat tumbuh cukup besar

sehingga memenuhi cavum uteri. Pembesaran uterus sering tidak sesuai dan melebihi usia

kehamilan.

Pada beberapa kasus, sebagian pertumbuhan dan perkembangan vili korealis berjalan

normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm. Keadaan ini

disebut mola parsial.

Ada beberapa kasus pertumbuhan dan perkembanga vili korealis berjalan normal sehingga

dapat tumbuh dan berkembang.

a. Teori Missed Abortion

Mudigan mati pada kehamilan 3-5 minggu karena terjadi gangguan peredaran

darah sehingga terjadi penemuan cairan dalam jaringan masenkim dari vili dan

akhirnya tebentuk gelembung-gekembung.

b. Teori Neoplasma dari Park

Bahwa yang abnormal adalah sel trofoblas yang mempunyai fungsi abnormal pula,

dimana terjadi cairan yang berlebihan dalam vili sehingga timbul gelembung, hal

ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigan.

Molahidatidosa dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Molahidatidosa Komplet (Klasik), jika tidak ditemukan janin.

Vili korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari yang sulit

terlihat, hingga yang berdiameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki

karakteristik yaitu:

- Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak

Page 8: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

- Proliferasi dari epitel trofoblas dengan bermacam- macam ukuran

- Tidak adanya janin atau amnion

Secara kasat mata jaringan molahidatidosa komplet tampak seperti seonggok buah

anggur.

2) Molahidatidosa Inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian janin. Umumnya janin

masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada

pemeriksaan histopatologik tmpak di beberapa tempat vili yang edema dengan sel

trofobls yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang

normal. Gambaran hitologis yang khas dari molahidatidosa parsial adalah adanya

crinkling atau scalloping dan ditemukannya stromal trofoblastic inclusion.

Page 9: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

Pathway

Page 10: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

2.5 Diagnosis dan Gejala

1. Anamnesa/keluhan

a. Terdapat gejala- gejala hamil muda yang kadang- kadang lebih nyata dari

kehamilan biasa.

b. Kadangkala ada tanda toksemia gravidarum

c. Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli tua

atau kecoklatan seperti bumbu rujak

d. Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dengan tuah kehamilan seharusnya

e. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan yang merupakan

diagnosa pasti

2. Inspeksi

a. Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan atau

molaface

b. Bila gelembung mola keluar akan terlihat dengan jelas

3. Palpasi

a. Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek

b. Tidak teraba bagian- bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin

c. Adanya fenomena harmonika, darah dan gelembung mola keluar, dan fundus

uteri turun: lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru

4. Auskultasi

a. Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin

b. Terdengar bising dan bunyi khas

5. Reaksi kehamilan karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologic dan uji

imunologik (Galli Mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran atau

titrasi:

Page 11: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

a. Galli Mainini 1/300 (+), maka suspect molahidatidosa

b. Galli Mainini 1/200 (+), maka kemungkinan molahidatidosa atau hamil

kembar. Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imonologik

cairan serebro – spinal dapat menjadi positif.

6. Pemeriksaan dalam

Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin,

terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis cervikalis dan vagina, serta

evaluasi keadaan cerviks.

7. Uji sonde

Sonde dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis cervikalis dan cavum

uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak

ada tahanan, kemungkinan mola.

8. Foto Roentegen Abdomen

Tidak terlihat tulang- tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan)

9. Ultrasonografi, pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat

janin dan seperti sarang tawon.

Molahidatidosa dilihat dari USG

2.6 Komplikasi

1. Karena pendarhan yang berulang bisa menyebabkan anemia

2. Syok

Page 12: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

3. Infeksi

4. Perforasi misalnya oleh mola distruens dimana gelembung menembus dinding

rahim.

5. Resiko tinggi terjadi keganasan (kariokarsinoma). Kariokarsinoma setelah

molahidatidosa antara 2-8% da makin tinggi pada umur tua. (Mansjoer,2001:266)

2.7 Penatalaksanan Medis

A. Perbaikan keadaan umum

Bisa dengan transfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik atau anemia.

B. Evakuasi

- Pada kasus mola yang belum keluar, gelembungnya harus dipasang dahulu

laminaria stift (12 jam sebelum kuretase), sedangkan pada kasus yang sidah

keluar gelembungnya, dapat segera di kuret setelah keadaan umumnya

distabilkan.

- Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret vakum,

kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuretase hanya

dilakukan satu kali, kuretase kedua dilakukan bila tinggi fundus uteri lebih dari

20 cm setelah hari ke 7 atau ila ada indikasi lain.

- Selama proses evakuasi berlangsung, berikan infus 10 unit oksitoksin dalam

500ml cairan I.V (NaCl atau ringer laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes/menit

(sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi

terhadap pengosongan uterus secara cepat)

C. Tindakan Profilaksis

Adalah untuk mencegah terjadinya keganasan pasca mola pada mereka yang

mempunyai fktor resiko, seperti umur di atas 35 tahun atau gambaran pendarhan

antepartum yang mencurigakan. Ada 2 cara, yaitu:

a. Histerektomi

b. Sitostatika Profilaksis

Page 13: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

D. Penanganan Lanjutan

1. Pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal atau tubektomi

bila ingan menghentikan fertilitas.

2. Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selama minimal 1 tahun pasca evakuasi

dengan menggunakan tes kehamilan dengan urine karena adanya resiko

timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau koriokarsinoma. Jika tes

kehamilan dengan urine tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif

kembali dalam 1 tahun pertama, rujuk kepusat kesehatan tersier untuk

pemantauan dan penanganan lebih lanjut.

Wanita yang telah berusia lebih dari 45 tahun dengan gejala-gejala khas, dilakukan uji

pemeriksaan kadar hCG,dan dilakukan sonografi setiap 1 sampai 2 minggu. Keluaran

vagina diawasi dengan ketat. Bila diagnosa telah dipastikan, isi uterus dikeluarkan dengan

suksion dan kuretase. Karena insiden koriokarsinoma pada wanita usia tua menyertai mola

hidatidosa adalah sangat tinggi, mungkin dilakukan histerektomi. Bila tidak, pengawasan

tindak lanjut terhadap kadar hCG menjadi amat penting. Bila hal ini sudah normal dalam 1

tahun, maka kehamilan berikutnya bisa diupayakan.

Page 14: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN MOLAHIDATIDOSA

Page 15: KEPERAWATAN MATERNITAS MOLAHIDATIDOSA

DAFTAR PUSTAKA

Riyadi,S.(ed.).2015.Asuhan Kebidanan Patologi.Yogyakarta:Pustaka Belajar.

Hidayat,A.,Mufdlilah,dan Sujiyatini.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Yogakarta:Nuha Medika.

Hamilton,P.M.,2011.Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.

jtptunimus-gdl-arisazulfa-7473-2-bab2.pdf