askep maternitas

31
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN VACUM EKTRASI Disusun Oleh : 1. Dwi Cahyaningrum ( 1201027 ) 2. Arifudin ( 1301006 ) 3. Nurul Fatimah ( 1301048 ) 4. Rintang Pratama ( 1301050 ) 5. Siti Lestari ( 1301058 ) 6. Tiya fitri utami ( 1301066 ) PRODI D III KEPERAWATAN

Upload: li-liez

Post on 29-Sep-2015

31 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Perawatan tali pusar

TRANSCRIPT

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN VACUM EKTRASI

Disusun Oleh :1. Dwi Cahyaningrum ( 1201027 )2. Arifudin ( 1301006 )3. Nurul Fatimah( 1301048 )4. Rintang Pratama( 1301050 )5. Siti Lestari( 1301058 )6. Tiya fitri utami( 1301066 )

PRODI D III KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KARYA HUSADASEMARANG2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.Berkat karunianya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul Asuhan keperawatan dengan fakum ekstarasi.Makalah ini kami susun sesuai dengan kurikulum dan pembahasan perkuliahan sehingga bisa digunakan sebagai bahan materi untuk membantu kemudahan dalam menerima proses pembelajaran di dalam kelas.Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak kesalahan kesalahan yang terkandung di dalamnya baik dari segi isinya maupun kata-katanya bahkan dalam hal penulisan, maka dari itu kami mohon kritik dan sarannya dari Ibu dosen demi perbaikan makalah-makalah kami di edisi berikutnya.Terakhir, ucapan terima kaasih kami sampaikan kepaada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, dan kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen atas bimbingan dan dukungannya selama ini, kami pun mengucapkan terima kasih kepaada para penulis yang tulisannya kami kutip sebagai bahan makalah kami. Kami harap makalah ini dapat membantu kita semua dalam proses pembelajaran.Semarang, Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL1KATA PENGANTAR2DAFTAR ISI3BAB IPENDAHULUAN41.1.Latar Belakang41.2.Tujuan4BAB IITINJAUAN TEORI52.1.Pengertian52.2. Etiologi72.3. Keunggulan72.4.Tehnik Vacum Ektrasi2.5.Syarat Vacum Ektrasi................................................................................................92.6.Kegagalan....................................................................................................................102.7.Penyebab102.8.Bahaya..................................................................................................142.9.Patofisiologi 152.10. Komplikasi2.11. Terapi2.12. Penatalaksanaan2.13. KontraindikasiBAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN233.1 Fokus keperawatan23BAB IVPENUTUP4.1. Simpulan 234.2. SaranDAFTAR PUSTAKAv

BAB 1PENDAHULUAN

A. Later belakang

Melahirkan merupakan sesuatu yang di tunggu seseorang yang sedang hamil, banyak ditemukan proses persalinan yang lama pada ibu hamil saat melahirkan.Keadaan ini sangat menyiksa ibu dan beresiko pada kematian bayi. Permasalahan ini bisa diatasi dengan muncunya alat yang dapat mempercepat proses persalinan yaitu dengan Vacum.Selama berabad-abad berbagai alat yang mempunyai rancangan mirip klem telah digunakan untuk membantu kelahiran janin, namun selama 300 tahun telah berkembang ide yang memanfaatkan prinsip traksi bantuan vacuum sebagai suatu metode yang membantu usaha ekspulsi dari ibu.konsep ini berawal dari penggunaan vacum untuk reduksi fraktur depresi kranium pada awal 1600 an. Tanpa memperhatikan desain cawan vacum, pemeliharaan terpenting adalah keberhasilan memelihara kevacuman.

B.TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:1.Agar penulis dan pembaca mengetahui apa yang disebut dengan Ekstraksi Vacum2. Mengetahui masalah keperawatan pada ibu post ekstraksi vacum.

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Pengertian Ekstraksi Vakum

Ektraksi Vacum adalah persalinan janin dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negative pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum ( ventouse ) dari malmstrom.Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vacum) di kepalanya. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1; 331)Ekstraksi Vacum adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi. (Maternal dan Neonatal; 495)Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip anatara kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan alat vacum ekstraktor. (Sarwono; Ilmu Kebidanan; 831)Ekstraksi Vacum adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor. (Standar Pelayanan Kebidanan; 60)Alat yang umumnya digunakan adalah vacum ekstraktor dari malmstrom. Prinsip dari cara ini adalah bahwa kita mengadakan suatu vacum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi. Dengan demikian akan timbul caput secara artifisial dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Pengaturan tekanan harus diturunkan secara perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum.

B. Etiologi1. Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan fisik pada ibu (Prawirohardjo, 2005).2. Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005).3. Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut Jantung Janin tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan adanya hipoksia.

C. Keunggulan dan Kerugian Vakum Ekstraksi1. Keunggulan Ekstraksi Vakuma. Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)b. Tidak diperlukan narkosis umumc. Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahird. Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkape. Trauma pada kepala janin lebih ringan (Rustam Mochtar, 1999).2. Kerugian Ekstraksi Vakuma. Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lamab. Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.c. Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara. (Rustam Machtar, 1999).

D. Teknik Vakum EkstraksiEkstraktor vakum hanya digunakan pada persentasi belakang-kepala. Dalam keadaan terpaksa, ekstraksi dengan ekstraktor vakum dapat dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap tetapi sedikit-dikitnya 7 cm. Begitu pula ekstraksi vakum masih boleh digunakan, apabila pada presentasi belakang kepala, kepala janin sudah sampai hodge II tetapi belum sampai hodge III, asal tidak ada diproporsi sefalopelvik. Dalam pemakaian ekstraktor vakum, mangkok yang dipilih harus sesuai dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunnya kepala janin dan tenaga untuk tarikan yang diperlukan. Umumnya yang dipakai ialah mangkok dengan diameter 50 mm (Cuningham F, 2002).Pada umumnya kala II yang lama merupakan indikasi untuk melakukan ekstraksi dengan cunam berhubung dengan meningkatnya bahaya ibu dan janin (Mansjoer Arif, 1999).Pada presentasi belakang-kepala dengan kepala belum sampai di dasar panggul, dan persentase muka setelah kala II lamanya 3 jam pada seorang primigravida dan 2 jam pada multipara dilakukan pemeriksaan dengan seksama (jika perlu dengan memasukkan 4 jari atau seluruh tangan ke dalam vagina) apakah sungguh-sungguh kepala sudah masuk dalam rongga panggul dengan ukuran terbesar, dan apakah tidak ada rintangan apapun pada panggul untuk melahirkan kepala. Dalam hal kepala janin sudah melewati pintu atas panggul dengan ukuran terbesar, putaran paksi dalam kepala sudah atau hampir selesai, dan dalam hal tidak adanya kesempitan pada bidang bawah panggul, persalinan diselesaikan dengan ekstraksi cunam (Mansjoer Arif, 1999).

E. Syarat Tindakan Ekstraksi Vakum1. Pembukaan 7 cm atau lebih2. Kepala di Hodge II-III3. Tidak ada disproporsi kepala panggul4. Konsistensi kepala normal5. Ketuban sudah pecah atau dipecahkan

F. Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum1. Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar2. Penurunan tekanan harus berangsur-angsur3. Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari jam4. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan5. Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)6. Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi7. Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur

G. KegagalanEkstraksi vacum dianggap gagal jika:1. Kepala tidak turun pada tarikan.2. Jika tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi belum turun, atau tarikan sudah 30 menit,3. Mangkok lepas pada tarikan pada tekanan maksimum.4. Setiap aplikasi vacum harus dianggap sebagai ekstraksi vacum percobaan.Jangan lanjutkan jika tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan.

H. Penyebab Kegagalan1. Tenaga vacum terlalu rendah2. Tekanan negatif dibuat terlalu cepat.3. Selaput ketuban melekat.4. Bagian jalan lahir terjepit.5. Koordinasi tangan kurang baik.6. Traksi terlalu kuat.7. Cacat alat, dan8. Disproporsi sefalopelvik yang sebelumnya tak diketahui.

I. Bahaya-Bahaya Tindakan Ekstraksi Vacum1. Terhadap Ibua. Trauma persalinan1) Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi dan cup2) Robekan perineum yang lebih luas.b. Perdarahan1) Robekan jalan lahir2) Atonia uteric. Infeksi2. Terhadap Anaka. Luka-luka pada kulit kepal.b. Cephal haematomac. Caput succedaneumd. Perdarahan atau kerusakan otake. Asfiksiaf. Trauma langsung pada bagian janin tempat cup vakum

J. PatofisiologiAdanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal.Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep. Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intrakranial.

K. KomplikasiKomplikasi Ekstraksi vakumIbu : Perdarahan akibat atonia uteri/ trauma, Trauma jalan lahir, dan InfeksiJanin : Ekskoriasi kulit kepala, Sefalhematoma, Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat. Nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dpt menimbulkan alopesia, Pendarahan intrakranial, Jaundice, Fraktur kalvikula, Kerusakan N VI dan VII.

L. TerapiPada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan postpartum biasa, hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat karena kemungkinan terjadinya komplikasi lebih besar, yaituperdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi. Oleh karena itu, perawatan setelah ekstraksi vacum memerlukan profilaksis pemberian infus sampai terjadi keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi otot rahim menjadi kuat, dan pemberian antibiotika untuk menghindari infeksi.

M. PenatalaksanaanPersiapan TindakanPersiapkan ibu dalam posisi litotomi, kosongkan kandung kemih dan rektum, bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptik, dan beri infus bila diperlukan. Siapkan alat-alat yang diperlukan.

N. Kontraindikasia. Letak muka (kerusakan pada mata)b. Kepala menyusulc. Bayi premature (tarikan tidak boleh keras)d. Gawat janin

BAB IIIKonsep Asuhan Keperawatan

PengkajianPengkajian post partum menurut Doenges (2001 : 387) antara lain :1. Aktivitas atau istirahatDapat tampak berenergi atau kelelahan atau keletihan, mengantuk.2. SirkulasiNadi biasanya lambat (50 sampai 70 dpm) karenahipersensitivitas vagal.Tekanan darah bervariasi, mungkin lebih rendah pada respons terhadap analgesia atau meningkat pada respons terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.Edema bila ada, mungkin dependen atau dapat meliputi ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum. Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400-500 ml untuk kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk kelahiran sesarea.3. Integritas egoReaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah, misalnya eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan).4. EliminasiHemoroid sering ada dan menonjol. Kandung kemih mungkin teraba di atas simfisis pubis.Diuresisdapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius.5. Makanan atau cairanDapat mengeluh haus, lapar atau mual.6. Neuro sensoriSensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anestesia spinal atau analgesia kauda. Hiperfleksia mungkin ada.7. Nyeri atau ketidaknyamananDapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya setelah nyeri, trauma jaringan atau perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh atau menggigil.8. KeamananPada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit. Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi jaringan merapat.9. SeksualitasFundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus.Drainase vaginaataulokheajumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya beberapa bekuan kecil. Perineum bebas dari kemerahan,edema, ekimosisataurabas.Striaemungkin ada pada abdomen, paha dan payudara. Payudara lunak, dengan puting tegang.10. Penyuluha atau pembelajaranCatat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah.11. Pemeriksaan diagnostikHemoglobin atau hematokrit, jumlah darah lengkap, urinalisis.

B.Diagnosa keperawatan1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.2. Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap patogen.3. Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.4. Kurang pengetahuan.

C.Intervensi keperawatanDiagnosa I : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.Tujuan : Mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan.Kriteria hasil :1. TTV stabil,2. Pengisian kapiler cepat,3. Sensorium tepat, dan4. Haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.

No.IntervensiRasional

1.Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan factor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (mis: laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amniotic, atau retensi janin mati selama lebih dari 5 mgg).Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.

2.Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut; simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.

3.Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua tepat di atas simfisis pubis.Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah.Penempatan satu tangan di atas simfisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.

4.Perhatikan hipotensi atau takikardi, pelambatan pengisian kapiler, atau sianosis dasar kuku, membrane mukosa, dan bibir.Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan pada TD tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30%-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.

5.Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal, bila ada.Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan pengisian.

6.Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatklan aliran balik vena, menjamin persediaan darah ke otak dan organ vital lainnya lebih besar.

7.Pertahankan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien.Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian di mana sensorium berubah dan atau intervensi pembedahan diperlukan.

8.Pantau masukan dan haluaran; perhatikan berat jenis urin.Bermanfaat dalam memperkirakan luas/ signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/ sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar.

9.Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis.Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik.

10.Kaji terhadap nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina.Hematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.

11.Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.

12.Pantau klien dengan akreta plasenta (penetrasi sedikit dari miometrium dengan jaringan plasenta), HKK, atau abrupsio plasenta terhadap tanda-tanda KID.Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan plasenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.

13.KolaborasiMulai infuse 1 atau 2 I.V. dari cairan isotonic atau elektrolit dengan kateter 18G atau melalui jalur vena sentral.Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.

14.Berikan darah lengkap atau produk darah (missal: plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.Membantu menentukan beratnya masalah dan efek dari terapi.

15.Berikan obat-obatan sesuai indikasi:oksitosin, metilergononovin maleat, prostaglandin F2.Magnesium sulfat (MgSO4)HeparinTerapi antibiotic (berdasarkan pada kultur dan sensitivitas terhadap lokhia)Natrium bikarbonat.Antibiotik bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin diperlukan untuk infeksi disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.

16.Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:Hb dan HtKadar pH serum Trombosit, FDP, fibrinogen, dan APTT.Pasang kateter urinarius indwelling.Membantu dalam menentukan jumlah kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb. Pada syok lama, hipoksia jaringan dan asidosis dapat terjadi sebagai respon terhadap metabolisme anaerobik.

17.Bantu dengan prosedur-prosedur sesuai indikasi:separasi manual dan penglepasan plasenta.pemasangan kateter indwelling besar ke dalam kanal servikal.Penempatan kembali uterus atau tampon bila inverse kira-kira akan terjadi.Perbaikan pembedahan terhadap lasersi/episiotomi, insisi/evakuasi hematoma, dan pengangkatan jaringan tertahan akan menghentikan perdarahan. Histerektomi abdominal segera diindikasikan untuk perlekatan plasenta abnormal.

Diagnosa 2: Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap patogen.Tujuan :a. Bebas dari infeksi.b. Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.

No.IntervensiRasionalisasi

1.Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya.Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial risiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Infeksi dapat mengubah penyembuhan luka.

2.Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (mis. peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina. Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam.Menurunkan resiko infeksi asenden.

3.KolaborasiLakukan persiapan kulit praoperatif, scruc sesuai protokol.Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan risiko infeksi pascaoperasi.

4.Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.

5.Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht), catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan.Risiko infeksi pasca-melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.

6.Berikan antibiotik spektrum luas parenteral pada praoperasi.Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses infeksi, atau sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi.

Diagnosa 3 : Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas,efek-efek obat/penurunan sensasiTujuan : Bebas dari cedera

No.IntervensiRasionalisasi

1.Lepaskan alat prostetik (mis, lensa kontak, gigi palsu/kawat gigi) dan perhiasan.Menurunkan resiko cedera kecelakaan.

2.Tinjau ulang catatan persalinan, perhatikan frekuensi berkemih, haluaran, penampilan, dan waktu berkemih pertama.Dapat menandakan retensi urin atau menunjukkan keseimbangan cairan atau dehidrasi pada klien yang sedang bersalin.

3.Pantau haluaran dan warna urin setelah insersi kateter indwelling. Perhatikan adanya darah dan urin.Menunjukkan tingkat hidrasi, status sirkulasi dan kemungkinan trauma kandung kemih.

4.KolaborasiDapatkan specimen urin untuk analisis rutin, protein, dan berat jenis.Risiko meningkat pada klien bila proses infeksi atau keadaan hipertensif ada.

Diagnosa 4 : Kurang pengetahuanTujuan :1. Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi ekstraksi forsep/vakum.2. Mengenali ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.

No.IntervensiRasionalisasi

1.Kaji kebutuhan belajar.Metode kelahiran ini didiskusikan pada kelas persiapan melahirkan anak, tetapi banyak klien gagal untuk menyerap informasi karena ini tidak mempunyai makna pribadi pada waktunya. Klien yang mengalami lagi kelahiran melalui ekstraksi forsep/vakum tidak dapat mengingat dengan jelas atau memahami detil-detil melahirkan sebelumnya.

2.Catat tingkat stress dan apakah prosedur direncanakan atau tidak.Mengidentifikasi kesiapan klien/ pasangan untuk menerima informasi.

3.Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana. Anjurkan pasangan untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pemahaman mereka.Memberikan informasi dan mengklarifikasi kesalahan konsep. Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman klien/ pasangan terhadap situasi.

4.Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap pilihan alternatif kelahiran.Perkiraan satu dari 5 atau 6 kelahiran melalui ekstraksi forsep/vakum, seharusnya dilihat sebagai alternative bukan cara yang abnormal, untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan maternal/ janin.

5.Gambarkan prosedur sebelum tindakan dengan jelas, dan berikan rasional dengan tepat.Informasi memungkinkan klien mengantisipasi kejadian dan memahami alasan intervensi/ tindakan.

6.Berikan penyuluhan setelah tindakan, termasuk instruksi latihan kaki, batuk dan napas dalam.Memberikan teknik untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan stasis vena dan pneumonia hipostatik.

7.Diskusikan sensasi yang diantisipasi selama melahirkan dan periode pemulihanMengetahui apa yang dirasakan dan apa yang normal membantu mencegah masalah yang tidak perlu.

D.ImplementasiMelakukan apa yang harus kita lakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah diintervensikan. Dan mencatat setiap tidakan yang dilakukan pada pasien.

E.EvaluasiEvaluasi keperawatan di sesuaikan dengan kriteria hasil dan tujuan yang ada

BAB IVPENUTUP

A.SimpulanEkstraksi vacuum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negative ( sedot ) pada kepala dengan menggunakan ekstraktor vacuum ( ventouse ) dari maelstrom.Model persalinan yang dibantu ini hanya menimbulkan sedikit trauma pada jaringan ibu. Laserasi kulit kepala dan cepal hematoma merupakan komplikasi utama pada penggunaan alat ini, namun mayoritas penyulit tersebut adalah akibat seleksi yang buruk dan pemaksaan persalina pervaginan dengan segala resiko.Traksi pada vakum yang menempel pada kepala saat melewati perineum dapat lebih mengendalikan distensi perineum, dan bahkan dapat menghindari perlunya episiotomi.

B.SaranDiharapka setelah membaca makalah ini kita sebagi perawat mampu melakukan tindakan vacuum ekstraksi sesuai dengan prosedur keperawatan yang sudah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2. 2001. Jakarta:EGC.Prawirohardjo, Sarwono.Ilmu Kebidanan. 2006. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka. Azzawi Al Farogk. ( 1991 ).Teknik KebidananPenerbit Buku Kedokteran. EGCBagian Obstetri dan Genokologi. (1997).Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Semarang: FKUIPurnawan J. Atiek SS. Husna A. (1982).Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:FKUIMarilynnn E.Doenges, dkk. (1999).Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EG