makalah pengetahuan bahan teknik : karet

22
KARET ALAM DAN SINTESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pengetahuan Bahan Teknik yang dibina oleh Dr. Hj. Sukarnati, MM Oleh: Dewi Izzatus Tsamroh 130511616269 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN September 2014

Upload: dewi-izza

Post on 21-Jul-2015

735 views

Category:

Engineering


9 download

TRANSCRIPT

KARET ALAM DAN SINTESIS

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Pengetahuan Bahan Teknik

yang dibina oleh Dr. Hj. Sukarnati, MM

Oleh:

Dewi Izzatus Tsamroh 130511616269

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

September 2014

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga dapat berhasil menyelesaikan

makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Karet Alam

dan Sintesis”.

Makalah ini berisikan informasi tentang masalah pengetahuan bahan teknik

yang banyak digunakan dalam dunia industri/teknik. Proses bagaimana cara

memperolah bahan tersebut hingga proses pengolahan serta pemanfaatannya

dalam dunia industri. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi

kepada pembaca tentang bagaimana mengelola karet yang baik dan benar. Ketika

penyusunan makalah pembelajaran ini, banyak pihak yang turut membantu serta

memberikan dorongan pemikiran dan materi. Oleh karena itu, penyusun

menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberi

sumbangan dalam penyelesaian makalah ini. Ucapan terima kasih penyusun

sampaikan kepada Ibu Sukarnati atas bimbingan, tuntunan, dan bantuan selama

proses penyusunan makalah ini.

Akhir kata penyusun menyadari bahwa makalah masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun

selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, November 2014

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 1

1.3 Tujuan Penyusunan.................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bahan Baku Karet Alam ...................................................... 3

2.2 Pengolahan Lateks ................................................................ 8

2.3 Bahan Baku Karet Sintesis ................................................... 9

2.4 Pengolahan Karet Sintesis ..................................................... 10

2.5 Pemanfaatan Karet Alam dan Sintesis dalam Dunia Teknik.. 11

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan .............................................................................. 18

DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia teknik tentunya banyak bahan teknik yang digunakan

dalam kegiatan produksi. Terdapat banyak macam bahan teknik yang dapat

diklasifikasikan dari logam hingga non-logam. Bahan teknik non-logam

sendiri dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu plastik, karet, kayu dan

lain-lain.

Bahan teknik non-logam sendiri banyak ditemukan di Indonesia,

terutama karet, karena Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara

produsen karet terbesar di dunia. Tanaman karet kebanyakan hidup di negara

beriklim tropis, tanaman ini memiliki nama ilmiah Havea brasiliensis.

Berdasarkan asalnya, karet dapat dibedakan menjadi karet alam dan karet

sintesis yang mana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing

Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun tertarik untuk mengkaji

karet alam dan karet sintesis dalam industri. Baik bagaimana cara

memperolehnya dan cara pengolahannya dengan judul “Karet Alam dan

Sintesis”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara memperoleh bahan baku karet alam?

2. Bagaimana cara mengolah karet alam?

3. Bagaimana cara memperoleh bahan baku karet sintesis?

4. Bagaimana cara mengolah karet sintesis?

5. Apakah pemanfaatan karet alam dan karet sintesis dalam dunia teknik?

2

1.3 Tujuan Penyusunan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan tujuan

penyusunan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara memperoleh bahan baku karet alam

2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengolah karet alam

3. Untuk mengetahui cara memperoleh bahan baku karet sintesis

4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengolah karet sintesis

5. Untuk mengetahui pemanfaatan karet alam dan karet sintesis dalam

dunia teknik.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahan Baku Karet Alam

2.1.1 Bahan Baku Karet Alam

Bahan baku karet alam yang digunakan dalam dunia teknik

didapatkan dengan cara melakukan pengumpulan lateks di kebun (TPH) oleh

para petani yang kemudian diangkut ke pabrik. Bahan baku lateks akan

tersedia setiap hari karena penyadapan selalu dilakukan setiap hari.

Sumber bahan baku industri karet berasal dari perkebunan karet baik

Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Negara maupun Perkebunan Swasta.

Pada perkebunan besar negara maupun swasta, bahan baku yang dihasilkan

(lateks) biasanya langsung diolah di pabrik sendiri atau dikirim ke pabrik

yang seinduk, sedangkan untuk prosesor yang tidak memiliki kebun harus

berusaha untuk mendapatkan bahan baku dari perkebunan karet rakyat, baik

melalui pembelian langsung ataupun melalui lelang yang diadakan pada

waktu-waktu tertentu.

Kondisi bahan baku industri karet baik kuantitas, kualitas maupun

kontinuitas pasokan dipengaruhi oleh sumber bahan baku itu sendiri. Pada

perkebunan besar hal ini tidak begitu menjadi masalah. Bahan baku yang

berasal dari perkebunan karet rakyat yang biasanya sangat bervariasi

kualitasnya.

Untuk menjaga kualitas dan kontinuitas bahan baku, maka dilakukan

pengawasan pada tiap penyadap. Dari hasil penyadapan, dapat ditentukan.

1. Bobot atau isi lateks : Penyadap menuangkan lateks dari ember-ember

pengumpul ke dalam ember-ember takaran melalui sebuah saringan kasar

dengan ukuran lubang 2 mm, maksudnya untuk menahan lump yang

terjadi karena prakoagulasi.

4

2. Kadar Karet Kering (KKK) : Penentuan kadar karet kering (KKK) sangat

penting dalam usaha mencegah terjadinya kecurangan para penyadap.

Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki

kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks,

sebagai berikut.

1. Faktor dari kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-

lain).

2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau

keadaan lateks tidak stabil).

3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang

baik terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).

4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).

5. Kualitas air dalam pengolahan.

6. Bahan-bahan kimia yang digunakan.

7. Komposisi lateks.

Untuk mengetahui susunan bahan-bahan yang terkandung dalam

lateks dapat dilihat pada tabel Dari bahan-bahan yang terkandung dalam lateks

segar masih terdapat fraksi kuning latoid (2-10 ppm), enzim peroksidase dan

tyrozinase. Fraksi kuning dianggap normal bila mencapai 0,1-1,0 mg tiap 100

gram lateks kering.

Kandungan Bahan-Bahan dalam Lateks Segar dan Lateks yang Dikeringkan

Bahan Lateks Segar (%) Lateks yang Dikeringkan (%)

Kandungan karet 35,62 88,28

Resin 1,65 4,10

Protein 2,03 5,04

Abu 0,70 0,84

Zat gula 0,34 0,84

Air 59,62 1,00

Sumber: Setyamidjaja (1993)

5

Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi 4 macam :

lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar.

a. Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon

karet. Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan

tambahan atau tanpa bahan pemantap ( zat anti koagulan). Lateks kebun

mutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun mutu 2

mempunyai kadar karet kering 20%.

b. Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah

disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang

sudah digiling tetapi belum jadi. Sheet angin mutu 1 mempunyai kadar

karet kering 90% dan sheet angin mutu 2 mempunyai kadar karet kering

80%. Tingkat ketebalan pertama 3mm dan tingkat ketebalan kedua 5mm.

c. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah

digumpalkan dengan asam semut. Slab tipis mutu 1 mempunyai kadar

karet kering 70% dan slab tipis mutu 2 mempunyai kadar karet kering

60%. Tingkat ketebalan pertama 30mm dan tingkat ketebalan kedua 40mm

d. Lump segar adalah bahan oalh karet yang bukan berasal dari gumpalan

lateks kebun yang terjadi secara ilmiah dalam amngkuk penampungan.

Lump segar mutu 1 mempunyai kadar karet kering 60% dan lump segar

mutu 2 mempunyai kadar karet kering 50%. Tingkat ketebalan pertama

40mm dan tingkat ketebalan kedua 60mm.

2.1.2 Karet Alam Konvensional

Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam

konvensional. Jenis itu pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet

dan crepe. Jenis-jenis karet olahan yang tegolong konvensional beserta

standar mutunya menurut Green Book adalah sebagai berikut

a. Ribbed smoked seheet atau biasa disingkat RSS adalah jenis karet berupa

lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.

b. White crepe dan pale crepe, jenis ini merupakan crepe yang berwarna putih

atau muda. White crepe dan pale crepe juga ada yang tebal dan tipis.

6

c. Estate brown crepe, jenis ini merupakan crepe yang berwarna coklat.

Disebut estate brown crepe karena banyak dihasilkan oleh perkebunan-

perkebunan besar atau estate.

d. Thin brown crepe remilis, jenis ini merupakan crepe coklat yang tipis

karena digiling ulang. Bahan pembuat crepe ini sama dengan bentuk crepe

lain, tetepi digiling lagi untuk menghasilkan crepe yang tebalnya sesuai

dengan yang telah ditentukan.

e. Combo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump,scrap

pohon,potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.

f. Thick blanket crepes ambers, jenis ini merupakan crepe blanket yang tebal

dan berwarna coklat, biasanya dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses

pengasapan, dan lump serta scrap dari perkebunan atau kebun rakyat yang

baik mutunya.

g. Flat bark crepe, sebenarnya jenis ini merupakan karet tanah atau earth

rubber, yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum

diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam.

h. Pure smoked blanket crepe jenis ini merupakan crepe yang diperoleh dari

penggilingan karet asap yang khusus berasal dari ribbed smoked sheet,

termasuk juga block sheet atau sheet bongkah atau dari sisa potongan

ribbed smoked sheet.

2.1.3 Lateks pekat

Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak

berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran

ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui

proses pemusingan atau centrifuged lateks biasanya lateks pekat banyak

digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.

Standar mutu lateks pekat baik lateks pusingan atau lateks dadih dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

7

Tabel Standard Mutu Lateks Pekat

Lateks pusingan

(Centrifugated

latex)

Lateks dadih

(Creamed

Latex)

1. Jumlah padatan (total solids)

minimum

2. Kadar Karet Kering (KKK)

minimum

3. Perbedaan angka butir 1 dan 2

maksimum

4. Kadar amoniak (berdasar jumlah

air yang terdapat dalam lateks

pekat) minimum

5. Viskositas maksimum pada suhu

25°C

6. Endapan (sludge) dari berat basah

maksimum

7. Kadar koagulan dari jumlah

padatan, maksimum

8. Bilangan KOH (KOH number)

maksimum

9. Kemantapan mekanis

(mechanical stability) minimum

10. Persentase kadar tembaga dari

jumlah padatan maksimum

11. Persentase kadar mangan dari

jumlah padatan maksimum

12. Warna

13. Bau setelah dinetralkan dengan

asam borat

61,5%

60,0%

2,0%

1,6%

50

Centipoises

0,10%

0,08%

0,80

475 detik

0,001%

0,001%

Tidak biru

Tidak kelabu

Tidak boleh

64,0%

62,0%

2,0%

1,6%

50

Centipoises

0,10%

0,08%

0,80

475 detik

0,001%

0,001%

Tidak biru

Tidak

kelabu

8

Berbau busuk

Tidak boleh

Berbau busuk

Sumber : Thio Goan Loo,1980.

2.2 Pengolahan Lateks

1. Penerimaan Lateks Kebun

Tahap awal dalam pengolahan karet adalah penerimaan lateks kebun dari

pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan

dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta

bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses

penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi

untuk proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk

menyeragamkan Kadar Karet Kering.

2. Pengenceran

Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta

menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan

mutunya dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan

penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air

antara 5.8-8.0, kesadahan air maks. 6 serta kadar bikarbonat tidak melebihi

0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks

dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu

disaring menggunakan saringan aluminium Pedoman Teknis Pengolahan

Karet Sit Yang Diasap (Ribbed Smoked Sit). Lateks yang telah dibekukan

dalam bentuk lembaran-lembaran (koagulum).

3. Pembekuan

Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan

menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan

larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan

konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering Dasar

Pengolahan Karet. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks

telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut

9

didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan pH

lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi petani karet dibandingkan

bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk

menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan

membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam

hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa

lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada

lateks.

Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke

dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses

pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur

secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang

dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan

dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga

diperoleh hasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat.

Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah

pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum

dalam lembaran yang seragam.

2.3 Bahan Baku Karet Sintesis

Karet buatan (sintetis) sebagian besar dibuat dengan mengandalkan

bahan baku minyak bumi. Pengembangan karet sintetis secara besar-besaran

dilakukan sejak zaman perang dunia II. Negara –negara industri maju

merupakan pelopor berkembangnya jenis-jenis karet sintetis. Sekarang

banyak karet sintetis yang dikenal. Biasanya tiap jenis memiliki sifat

tersendiri yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi,

minyak, pengaruh udara, dan bahkan ada yang kedap air.

Sifat Karet Buatan (Sintesis)

1. Memiliki daya elastisitas atau daya lenting sempurna.

2. Memiliki plastisitas baik, sehingga mudah diolah.

3. Mempunyai daya aus tinggi

10

4. Tidak mudah panas (low heat build up)

5. Memiliki daya tahan tinggi terhadap keretakan (groove cracking

resistance)

2.4 Pengolahan Karet Sintesis

a. Polimerization

Polymerisasi ialah merupakan proses awal dari pembuatan karet sintetik, pada

tahap ini ada tiga metode yang digunakan yaitu emulsion, microemulsion, and

suspension polymerization. Proses ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan

besar sekelas Du Pont, Dow, GE, Ausimont, Daikin and Dyneon.

b. Isolation

Pada tahap ini, backbone polymers diisolasi, dikeringkan, dan dibersihkan.

Setelah tahap ini, maka polimer tersebut sudah siap untuk diolah oleh

compounder.

c. Compounding(mixing)

Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam menentukan sifat2

tambahan dari suatu polimer/karet. Karena pada tahap inilah compounder

meracik resepnya untuk menghasilkan bahan baku yang sesuai

keinginannya/pesanan. Pengalaman dan pengetahuan compounder pada tahap

ini sangat krusial untuk menghasilkan material yang berkualitas.

d. Extrusion/Forming/Premolding

Setelah selesai di mixing, maka material yang masih berbentuk lembaran

dibentuk lagi menyerupai produk akhir supaya dapat dengan mudah diproses

pada molding nantinya. misalnya untuk O-Ring, material tersebut dibentuk

menyerupai kabel panjang.

e. Molding

Proses inilah yang menentukan akan berbentuk seperti apakah produk akhir.

dengan kombinasi panas dan tekanan yang sesuai, maka akan didapat produk

akhir yang sempurna.

f. Flash Removal

Setelah dari proses molding, biasanya pada produk masih terdapat

sisa-sisa material yang menempel, pada tahap ini sisa-sisa tersebut dipisahkan

sehingga didapat produk akhir yang sesusai dengan cetakan.

11

g. Post Curing

Terkadang pada tahap molding tidak semua proses kimia dapat terjadi

dengan sempurna, sehingga untuk menghabiskan sisa-sisanya dilakukan

proses curing.

h. Finishing & Inspection

Setelah selesai diproses, maka produk akhir hendaknya dibersihkan

dan dilakukan pengetesan apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak.

i. Cleaning

Semua proses telah selesai dan produk akhir yang didapat telah

sempurna, maka produk tersebut dicuci bersih dari kotoran-kotoran yang

mungkin menempel pada proses produksi sebelumnya.

j. Packaging

Setelah produk akhir sudah bersih, dan siap untuk dikirim/disimpan.

sebaiknya dimasukan kemasan agar tidak terkontaminasi dari lingkungan

luar.

2.5 Pemanfaatan Karet Alam dan Sintesis dalam Dunia Teknik

2.5.1 Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintesis

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah prroduksi dan konsumsinya

jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya

karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun,

keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Ada

pun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis

adalah sebagai berikut:

- Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna,

- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah.

- Mempunyai daya aus yang tinggi,

- Tidak mudah panas (low heat build up),dan

- Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakkan (groove

cracking resistance)

Walaupun demikian,karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan

terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cendrung bisa dipertahankan

12

supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam

jumlah tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang

mengalami kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga

dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang

bergejolak. Harga bisa turun drastis sehingga merusak pasaran dan

merisaukan para produsennya. Kadang-kadang karena suatu sebab seperti

keluarnya peraturan pemerintah di negara produsen yang menginginkan suatu

kondisi tertentu terhadap industri karet dalam negrinya,maka akan

mempengaruhi pasaran internasional. Suatu kebijaksanaan politik entah itu

dari pihak penguasa maupun pemerintah memiliki pengaruh yang besar

terhadap usaha perkarettan alam secara luas.

Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia

maupun bisnisnya, akan tetapi menurut beberapa ahli, karet alam akan tetap

mempunyai pngsa pasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki

ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri

ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam.

2.5.2 Pemanfaatan Karet Alam

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Barang

yang dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kenderaan (dari sepeda,

motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang) sepatu karet, sabuk, penggerak

mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan

pembungkus logam. Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat

perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan

getaran, misalnya shockabsorbers. Karet juga bisa dgunakan untuk tahanan

dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil

dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getar serta

tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga

digunakan karet. Bahan karet yang diperkuat dengan benang-benang sehingga

cukup kuat, elastis dan tidak menimbulkan suara yang berisik dapat dipakai

sebagai tali kipas mesin. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara dan

macam-macam oil seals banyak juga yang menggunakan bahan baku karet,

13

walau kini ada yang menggunakan bahan plastik. Bagian-bagian ruang atau

peralatan-peralatan yang terdapat dalam bagunan-bangunan besar banyak yang

dibuat dari bahan karet, seperti alas lantai dari karet yang dapat dibentuk

dengan bermacam-macam warna dan desain yang menarik. Alat-alat rumah

tangga dan kantor seperti kursi, lem, perekat barang, selang air, kasur busa

serta peralatan menulis juga menggunakan karet sebagai bahan pembuatnya.

Peralatan dan kenderaan perang juga banyak yang bagian - bagiannya dibuat

dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk

besar, dan jeep. Sebagai pencegah lecet atau rusaknya kulit dan kuku ternak

karena lantai semen yang keras, maka alas lantai yang dibuat dari karet banyak

dipergunakan di peternakan-peternakan besar. Alas lantai dari karet ini mudah

dibersihkan dan cukup meyehatkan bagi ternak seperti sapi dan kerbau.

2.5.3 Pemanfaatan Karet Sintetik

Umumnya karet sintetik diklasifikasikan kedalam 2(dua) kelompok

utama,yaitu :

a. Kegunaan Umum

Karet jenis ini sebanyak 60 persen untuk keperluan pembuatan ban

pneumatik. Contoh: karet SBR,poliisoprena,polibutadiena,EPDM

b. Kegunaan Khusus

Karet jenis ini untuk keperluan pembuatan produk-produk karet yang

tahan terhadap aksi bahan kimia. Contoh : karet-karet IIR, polikloroprena,

NBR

2.5.3.1 Karet Untuk Kegunaan Umum

1. Karet Stirena Butadiena

Karet Stirena Butadiena adalah karet sintetik yang paling populer,

merupakan kopolimer acak dari butadiena dan stirena (25% stirena dan

75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi

Dibanding karet alam, karet Stirena Butadiena memiliki beberapa

kelebihan seperti : tidak memerlukan proses mastikasi, lebih toleran

14

terhadap extender oil tanpa menyebabkan terjadinya penurunan sifat

(deteoriozation in properties), dan ketahanan terhadap penuaan

dan abrasi seperti karet alam, karet Stirena Butadiena juga tidak tahan

terhadap minyak api, karena gugus sisi (stirena) yang besar, maka karet

Stirena Butadiena merupakan polimer amorfus yang tidak menguat

sendiri (self reinforced rubber), sehingga perlu penambahan pengisi

penguat saat komponding. Seperti karet alam, karet Stirena Butadiena

juga divulkanisasi dengan mengguanakan sistem vulkanisasi sulfur

terakselerasi, oleh karena ikatan gandanya lebih sedikit dibandingkan

karet alam maka jumlah hidrogen alilik juga lebih sedikit, sehingga

jumlah sulfur yang dipakai tidak sebanyak yang digunakan untuk karet

alam, tetapi bahan pencepat digunakan lebih banyak.

2. Karet Polibutadiena (Butadiene Rubber/BR)

Dibuat dengan cara polimerisasi emulsi dan larutan, Polimerisasi

larutan menghasilkan karet karet BR yang stereo regular, untuk

keperluan pembuatan ban yang lebih tahan terhadap abrasi jalan raya,

lebih lentur dan resilien dibanding karet alam. Polimerisasi emulsi

menghasilkan polimer campuran yang acak (Cis dan Trans poli

butadiene). Kegunaan utama adalah sebagai bahan untuk pembuat ban,

karena dapat meningkatkan ketahanan abrasi. Digunakan secara adonan

(campuran ) dengan karet SBR maupun karet alam, kelebihan terutama

dalam mengurangi terjadinya pemanasan dalam (hysteresis) pada

produk ban.

3 Karet Isobutilena-Isoprena (Isobutylene-Isoprena Rubber/IIR)

Karet Butil (IIR) terdiri dari kopolimer isobutilena dan Isoprena

merupakan karet yang tidak tahan terhadap minyak dan api, tidak

berkutub (nonpolar) tapi sangat tahan terhadap beberapa pelarut polar

seperti ester fosfat. Karet yang dapat mengkristal sehingga mempunyai

kekuatan gum (vulkanisasi tanpa pengisi penguat) yang tinggi.

Kegunaan utama untuk pipa gas, berbagai barang mekanik, tube dalam

15

untuk ban pneumatic, produk karet yang terkena sinar matahari, barang-

barang untuk kegunaan suhu tinggi seperti gasket,pipa dan selang

radiator,penebalan kabel,produk tahan bahan kimia atau barang-barang

yang tahan terhadap bahan kimia seperti pembuatan pipa untuk industri

kimia.

2.5.3.2 Karet Untuk Kegunaan Khusus

1. Karet Akrilonitril Butadiena (NBR)

Disebut juga dengan karet nitril, seperti karet stirena butadena,

diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi. Karet nitril terdiri dari

kopolimer butadiena dan akrilonitril. Jenis karet nitril tergantung

kepada kandungan akrilonitril (25 s/d 50%), gugus akrilonitril (AcN)

menyebabkan karet ini berkutub serta tahan terhadap bahan yang tidak

berkutub seperti minyak bumi/minyak mineral, dan gugus akrilonitril

pada sisi tulang belakang molekul karet ini menghalangi terjadinya

penghabluran atau penguatan sendiri. Semakin meningkat kadar

akrilonitril, maka semakin baik ketahanan pengembangan rantai

molekul (swelling resistance), suhu peralihan glass (Tg), kekerasan,

kekuatan tarik. Semakin buruk resiliens, sifat-sifat elastisitas ( terutama

suhu rendah).

2. Karet Polikloroprena (CR)

Polikloroprena terdiri dari 88-92 persen gugus-gugus trans-1,4-kloro-2

butenilena,7-12 persen cis-1,4 dan penambahan 1,2 yaitu 1,5 persen dan

penambahan 3,4,1 persen. Kehadiran atom klorin yang bermuatan

negatif menjadikan polimer ini berkutub dan tahan terhadap serangan

minyak. Kebanyakan kloroprena mempolimer dalam konfigurasi trans.

Akibatnya suatu polimer yang menguat sendiri dihasilkan. CR banyak

digunakan karena sifatnya yang tahan terhadap serangan ozon, minyak,

panas, dan lentur. Ia juga mempunyai ketahanan kepada cuaca

sekitaran. Sifat-sifat dinamik yang amat baik,rintangan api dan juga

rintangan lelasan. Antara kegunaan CR dalam industri ialah dalam

16

pembuatan hose tube, hose hidraulik, tube dan penutup untuk kegunaan

industri, dalam automotif untuk pembuatan tube, barangan teracuan dan

tali sawat berprestasi tinggi. Dalam industri pembinaan-pipa gasket,

gasket pelabuhan dan filem untuk bumbung bangunan.

3. Elastomer Uretana

Uretana dihasilkan dengan mereaksikan bahan-bahan yang

mengandung hidroksil dengan bahagian yang bersentuhan dengan

bahan organik isosianat. Dengan pemilihan isosianat, poliol dan bahan

pematangan yang sesuia, resin penyalutan, busa uretana,polimer cair

dan polimer gam dapat dihasilkan polimer gam yang digunakan dalam

industri karet dibuat dengan mereaksikan poliol yang berlebih sedikit

dengan isosianat. Untuk pematangan dengan sulfur, sedikit monomer

tak jenuh digunakan. Polimer yang terhasil adalah tahan kepada ozon

dan mempunyai sifat-sifat penuaan yang baik. Ia juga tahan kepada

minyak dan mempunyai kekeuatan tensil,koyok yang tinggi serta

rintangan lelasan yang amat baik.

4. Elastomer Polisulfida

Elastomer polisulfida juga dinamakan “Thiokol” oleh Thiokol

Chemical Corporation. Thiokol digunakan dalam pembuatan barangan

mekanik dan hose karena sifat keboleh telapannya yang rendah dan

ketahanannya kepada pelarut keton dan ester. Ia juga digunakan dalam

sektor pembinaan dan marina karena ketahanan cuaca persekitaran yang

baik, merupakan polimer yang stabil dan tahan kepada bahan kimia

serta untuk membuat bahan tampal. Polimer polisulfida disediakan

dengan reaksi kimia kondensasi dengan mereaksikan dihalida organik

dengan larutan cairan natrium polisulfida dalam kehadiran agen

penyebaran dan pembahasan. Hasil ini kemudian dibasuh untuk

menyingkirkan garam terlarut dan seterusnya digumpalkan dengan

asam. Reaksi kimia seperti ditunjukkan dibawah

C1CH2CH2CL + Na2S4 (CH2CH2S4)11 + 2 NaCl

17

Dua jenis Thiokol dihasilkan.(Indra Surya,.2006). Peremahan karet

memungkinkan pembersihan karet dengan lebih sempurna dan

memungkinkan tercapainya hasil yang lebih seragam. Kedua sifat inilah

kebersihan dan uniformitas karet sangat penting bagi karet alam, karena

justru kekurangan dalam dua hal ini menyebabkan kurang menariknya

karet alam terhadap karet sintetis. Dengan cara peremahan ini maka

upgrading karet-karet mutu rendah dapat dilaksanakan lebih

muda.(Sumarno kartowardojo.1970)

18

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Karet merupakan salah satu bahan teknik non-logam yang mana

Indonesia sendiri menjadi salah satu produsen terbesar di dunia. Menurut

bahan bakunya, karet dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu karet alam

dan karet sintesis. Karet alam didapat dari bahan baku lateks, yaitu hasil

penyadapan dari getah pohon karet, sedangkan karet sintesis merupakan karet

buatan yang dibuat dari minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Keduanya

memiliki kelebihan masing-masing, kelebihan dari karet alam adalah sebagai

berikut: memiliki daya elastisitas dan plastisitas yang baik, pengolahannya

mudah, tidak mudah aus, tahan terhadap keretakan, memiliki daya lengket

yang tinggi terhadap bahan, serta tidak mudah panas. Karet alam biasanya

digunakan untuk membuat ban pesawat terbang dan ban mobil balap.

Sedangkan karet sintesis memiliki kelebihan sebagai berikut, ia tahan

terhadap berbagai zat kimia, harganya cenderung stabil, serta pengirimannya

jarang mengalami kesulitan. Jenis beberapa karet sintesis antara lain adalah

sebagai berikut, IIR, NBR, EPR, CR. Proses pengolahan karet alam adalah

sebagai berikut: penerimaan lateks kebun-pengenceran-pembekuan.

Sedangkan proses pengolahan karet sintesis adalah sebagai berikut:

polymerization-isolation-compounding-extrusion-molding-flash removal-post

curing-finishing & inspection-cleaning-packaging.

19

DAFTAR PUSTAKA

Aghil, Ibrahim. 2012. Laporan Lateks. (Online)

http://ibrahimaise.blogspot.com/2012/12/laporan-pengolahan- lateks.html

diakses pada 10 Oktober 2014

Nafiati, Cholifa. 2012. Industri Karet Buatan. (Online)

http://karetbuatan.blogspot.com/ diakses pada 30 Oktober 2014

Supardianningsih. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VIII. Klaten:

Intan Pariwara

_______________. 2013. Pengolahan 2013.Pengolahan Karet dan Pengolahan

Getah Karet (Lateks). (Online)

http://www.pupukkaretdansawit.com/2013/02/12/pengolahan-karet-dan-

pengolahan-getah-karet- lateks/ diakses pada 10 Oktober 2014