makalah hakikat pengetahuan

35
DASAR-DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM HAKIKAT KEBENARAN DAN PENGETAHUAN NILAI KEBAIKAN DAN KEINDAHAN Oleh * Sahrahman & Nazeli Rahmatina Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas; realitas adalah “real” artinya kenyataan yang sebenarnya. jadi, hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang berubah. Jika kita berbicara tentang teori hakikat, maka sangat luas sekali. Segala yang ada dan yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Oleh karena itu, kajian hakikat ini dalam kajian filosofis dinamakan ontologi. Dalam makalah ini akan kita bahas tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, serta nilai kebaikan dan keindahan. A. HAKIKAT PENGETAHUAN DAN KEBENARAN

Upload: verar-oka-pinatih

Post on 27-Jan-2016

114 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

vvvv

TRANSCRIPT

DASAR-DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM

HAKIKAT KEBENARAN DAN PENGETAHUAN

NILAI KEBAIKAN DAN KEINDAHAN

Oleh

* Sahrahman & Nazeli Rahmatina

Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas; realitas adalah “real” artinya

kenyataan yang sebenarnya. jadi, hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan

sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan

keadaan yang berubah. Jika kita berbicara tentang teori hakikat, maka sangat luas

sekali. Segala yang ada dan yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup

pengetahuan dan nilai (hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Oleh karena itu, kajian

hakikat ini dalam kajian filosofis dinamakan ontologi. Dalam makalah ini akan kita

bahas tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, serta nilai kebaikan dan

keindahan.

A. HAKIKAT PENGETAHUAN DAN KEBENARAN

Pengetahuan dan kebenaran adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Pengetahun merupakan hasil dari pencarian sebuah kebenaran. Kebenaran adalah

hasil dari rasa ingin tahu. Jadi antara pengetahuan dan kebenaran selalu bersama-

sama. Banyak pendapat tentang pengetahuan maupun kebenaran yang mengatakan

keduanya saling terkait. Akan tetapi banyak orang masih bingung tentang apa itu

pengetahuan ataupun kebenaran.

Berfikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang

benar. Banyak orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah mencari kebenaran,

namun masalahnya tidak sampai disitu saja. Problem kebenaran inilah yang memicu

tumbuh dan berkembangnya efestimologi.

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan dalam pandangan filsafat memiliki 3 teori, yakni teori

pengetahuan yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan yang disebut

epistemologi. Kedua teori hakikat yang membicarakan pengetahuan itu sendiri

yang disebut ontologi. Ketiga, teori nilai yang membicarakan guna pengetahuan

itu yang disebut aksiologi.

Ada sebagian ahli yang berpandangan bahwa pengetahuan dengan ilmu

tidaklah berbeda. Pengetahuan bagi mereka tidak ubahnya sebagai ilmu, sehingga

ilmu dengan pengetahuan tidak berbeda. Sebagian lagi memahami bahwa

pengetahuan berbeda dengan ilmu atau ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah.

Sebagaimana dinyatakan M. Thoyibi (1994: 35), pengetahuan ilmiah tidak lain

adalah ‘a higner level’ dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum

sebagaimana kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut

Amsal Bakhtiar (2005), pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia

untuk tahu.1

1Drs. A. Susanto, M. P.d, Filsafat Ilmu, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 46--47

Menurut Jujun S. Suriasumantri (1990: 105) pengetahuan pada

hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu,

termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian, ilmu merupakan bagian

dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan

lainnya, seperti seni dan agama.2

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris

yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi

pengetahuan adalah keparcayaan yang benar (knowledgw is justified true belief).3

Sedangkan Maufur (2008:30), menjelaskan bahwa ilmu adalah sebagian dari

pengetahuan yang memiliki dan memenuhi persyaratan tertentu, artinya ilmu

tentu saja merupakan pengetahuan, tetapi pengetahuan belum tentu ilmu. Karena

pengetahuan untuk dapat dikategorikan sebagai ilmu harus memenuhi beberapa

persyaratan, yakni sistematis, general, rasional, objektif, menggunakan metode

tertentu , dan dapat dipertanggung jawabkan.

Menurut Drs. Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau

hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,

mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.

2 Ibid h. 473 Paul Edward , The Encyclopedia of Philosopy, (New York: Macmillan Publishing, 1972),

vol. 3

Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses usaha dari manusia untuk

tahu.4

Menurut kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge)

adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari

kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki

yang diketahui (objek) didalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang

mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan

aktif.5 Orang pragmatis, tertuma John Dewey tidak membedakan pengetahuan

dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan itu harus

benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi. 6

Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah

pengetahuan, maka didalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai

pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin salam, menjelaskan bahwa

pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat yaitu:

1. Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan

istilah common sense, dan yang diartikan dengan good sense, karena sesorang

memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Bola itu dikatakan bulat

4 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, cet. I, h. 45 Lauren Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 1996, Cet. I, h.8036 Burhabnuddin Salam, Logika Materiil, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, cet. I, h. 28

karena memang berbentuk bulat, air jika dipanaskan akan mendidih dan

sebagainya. Pengetahuan ini diperoleh dari kehidupan sehari-hari.

2. Pengetahuan ilmu (secience), yaitu ilmu dalam pengertian yang sempit

diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif

dan obyektif.

3. Pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang

bersifat kontemplatif dan spekulatif. Filsafat membahas segala hal dengan

kritis sehingga dapat diketahui secara mendalam tetntang apa yang sedang

dikaji.

4. Pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan

lewat utusan-Nya, sehingga pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib

diyakini oleh para pemeluk agama. 7

Adapun Scheler membedakan jenis pengetahuan menurut wujudnya dan

menurut ketertiban abadi daripada realita dalam skala sebagai berikut:

Pengetahuan theologis

Pengetahuan filosofis

Pegetahuan tentang yang lain, baik kolektif maupun individual

Pengetahuan tentang dunia lahir

7 Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali pres, 2012. Cet. 11, h. 87-88

Pengertahuan teknis, dan

Pengetahuan ilmiah. 8

Abd. Aziz, M.Pd.I membedakan pengetahuan manusia menjadi tiga jenis

pengetahuan yaitu:

1. Pengetahuan Ilmiah: yaitu pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggung

jawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menggunakan cara kerja

atau metode ilmiah.

2. Pengetahuan Moral: dalam hal moral tidak ada klaim kebenaran yang absah.

Penilaian dan putusan moral adalah soal perasaan pribadi atau produk budaya

tempat orang lahir dan dibesarkan.

3. Pengetahuan Religius: yakni pengetahuan kita tentang Tuhan yang

sesungguhnya berada diluar lingkup pengetahuan manusia. 9

2. Hakikat dan sumber pengetahuan

Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas

manusia karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan

secara sungguh-sungguh. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk

mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal

baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari

itu manusia mmpunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang lebih tinggi dari

sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia

8 H. Endang Saifuddin Anshari, MA, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982, cet III, h. 45

9 Abd. Aziz,M.Pd.I, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: 2009, cet I, h. 95-96

mengembangkan pengetahuannya, dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong

manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi.

Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia yang disebabkan oleh dua

hal utama, yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu

mengkomonikasikan informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia

mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah

kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu. 10

Ada dua teori untuk dapat mengetahui hakikat dari sebuah pengetahuan.

Yaitu teori Realisme dan idealisme.

a. Teori realisme mengatakan bahwa pengetahuan adalah kebenaran yang sesuai

dengan fakta. Apa yang ada dalam fakta itu dapat dikatakan benar. Dengan teori

ini dapat diketahui bahwa kebenaran obyektif juga di butuhkan bukan hanya

mengakui kebenaran subyektif. Contoh kita mengetahui bahwa pohon itu

memang tertancap ditanah karena kenyataannya memang begitu dan obyeknya

terlihat sangat nyata. Jadi teori ini mengakui adanya apa yang mengetahui dan

apa yang diketahui.

b. Teori idealisme memiliki perbedaan pendapat dengan realisme. Pada teori ini

dijelaskan bahwa pengetahuan itu bersifat subyaktif. Oleh karena itu

pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran, yang

10 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1998, Cet. Ke_ II, h. 40

diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan

orang yang mengatahui (subjek).11

Kalau realisme mempertajam perbedaan antara yang mengatahui dan yang

diketahui, idealisme adalah sebaliknya. Bagi idealisme dunia dan bagian-

bagiannya harus dipandang sebagai hal-hal yang mempunyai hubungan seperti

organ tubuh dengan bagian-bagiannya. Sebenarnya realisme dan idealisme

memiliki kelemahan-kelamahan tertentu. Realisme ekstrim bisa sampai pada

materialistik atau dualisme.

Dengan adanya kedua teori tersebut dapat dikatakan semua orang memiliki

pengetahuhan walaupun dasar yang mereka pakai berbeda-beda. Selain itu

pengetahuan diperoleh pula dari sumber yang lebih dari satu. Yaitu sumber

empirisme, rasionalisme, intuisi dan wahyu.

1. Empirisme menyatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan

pengalaman yang dialaminya. Teori ini bersifat inderawi jadi antara satu

dengan yang lain memiliki perbedaan. Akal dalam teori ini hanyalahmengelola

konsep gagasan inderawi saja dan tidak dikedepankan. Jhon locke (1632-1704)

mengemukakan teori tabula rasa. Maksudnya manusia pada awalnya kosong

kemudian pengalaman mengisi kekosongan tersebut sehingga menjadi

pengetahuan. Pengalaman di dapat dari indera yang awalnya sederhana menjadi

sangat komplek jadi sekomplek apapun pengetahuan akan dapat kembali pada

11 Prof. Dr. Amsal Bahtiar, M.A, Filsafat Ilmu, Opcit. H. 94-96

sumbernya yaitu indera. Jadi pengetahuan yang tidak dapat di indera bukan

pengetahuan yang benar karena indera adalah sumber pengetahuan. Teori ini

menjadi lemah karena indera manusia memiliki keterbatasan.

2. Rasionalisme menjelaskan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.

Pengetahuan yang benar diukur dan diperoleh dari akal. Teori ini membenarkan

pemakaian indera untuk memperoleh pengetahuan akan tetapi harus di olah

dengan akal. Jadi sumber kebenarannya adalah akal. Di sini juga dapat

mengetahui tentang konsep-konsep pengetahuan yang abstrak. Namun toeri ini

memiliki kelemahan karena data-data tidak selalu sempurna sehingga akal tidak

dapat menmukan pengetahuan yang benar-benar sempurna.

3. Intuisi menerangkan bahwa pengetahuan diperoleh dari pemikiran tingkat

tinggi. Kegiatan intuisi dan analisis bisa saling membantu untuk menemukan

kebenaran. Mereka yang menggunakan intuisi biasanya memperoleh

pengetahuan dengan perantara hati bukan indera maupun akal. Sehingga teori

ini menggunakan metode perenungan yang mendalam untuk mencari

kebenaran.

4. Sumber yang terakhir adalah wahyu yang menjelaskan bahwa pengetahuan di

peroleh langsung dari Tuhan melalui perantara Nabi. Pengetahuan yang seperti

ini tidak memerlukan waktu untuk berfikir ataupun merenung. Pengetahuan

didapatkan kemudian dikaji lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan

keyakinan tentang kebenarannya. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang

melakukan penelitian terlebih dahulu baru kemudian mendapat pengetahuan

dan di ketahui kebenarannya.Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik

mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun

yang mencakup masalah transedental, seperti latar belakang dan tujuan

penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya serta kehidupan di akhirat

nanti.12

3. Defenisi Kebenaran

Adapun kebenaran dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pada realitas

objektif, yaitu suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras

dengan situasi. Kebenaran adalah persesuaian (Agreement) antara pernyataan

(statement) mengenai fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan (judgement)

dengan situasi seputar (environmental situation) yang diberi interpretasi.13

Dalam tradisi Yunani kebenaran dibahas dari segi hakikat dan sifatnya.

Kaum sofis berpendapat bahwa kebanaran relatif dan subjektif. Setiap orang

memiliki kebenaran sendiri-sendiri. Phrotagoras salah satu tokoh Sufis

mengatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran segala sesuatu.14

Dalam filsafat pengkajian tentang standar kebenaran amat penting karena

salah satu defenisi filsafat adalah mencari kebenaran. Al-Gajali adalah ilmuan

Islam yang sangat serius mencari kebenaran, sampai dia mengalami keraguan yang

sangat hebat, sehingga melemahkan fisiknya. Pertama kali ia mempelajari ilmu

12 Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, opcit, hal. 94-11013 Ibid, hal. 11314 K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta: Kanisius, 1978, hal.71

kalam, tetapi dalil ilmu kalam tidak memuaskan dan mendatangkan kebenaran

serta belum bisa mengobati keraguannya. Menurut Al-Gajali, dalam ilmu kalam

terdapat beberapa aliran yang bertentangan. Selanjutnya, setiap pendapat atau

golongan merasa dirinya yang paling benar, sehingga timbul tanda Tanya dalam

dirinya, aliran manakah yang paling benar dari semua aliran. Keinginan Al-Gajali

adalah mencari kebanaran yang hakiki, yaitu kebenara adalah mencari kebenaran

yang hakiki, yaitu kebenaran yang tidak diragukan lagi, seperti sepuluh lebih

banyak dari tiga. Al-Gajali sampai pada kebenaran yang demikian dalam tasawuf

setelah ia mengalami proses yang panjang dan berbelit-belit. Tasawuflah yang

menghilangkan keraguannya. Pengetahuan mistik menurutnya adalah cahaya yang

diturunkan oleh Allah SWT ke dalam dirinya. Cahaya itu adalah cahaya yang

menyinari dirinya seseorang sehingga itu adalah cahaya yang menyinari dirinya

seseorang sehingga terbukanya tabir yang merupakan sumber segala

pengetahuan.15

4. Tingkatan dan kriteria kebenaran

Kebenaran bersifat relatif sehingga semua orang memiliki kriteria

kebenaran yang berbeda-beda. Tingkatan kebenaran dari yang terendah ke

pemahaman yang tertinggi adalah sebagai berikut. Pertama, adalah kebenaran

inderawi. Inderawi merupakan kebenaran yang paling sederhana. Sesuatau

dikatakan benar jika dapat dilihat dengan indera tanpa berfikir lebih lanjut.

Kedua, adalah kebenaran ilmiah (sains). Kebenaran pada tingkatan ini didasarkan 15Al-Gajali, Al-Munqi Min al-Dhalal, Kairo: Dar al-Kutub al- Hadisah,1974, hal 130

pada indera dan diolah menggunakan rasio. Sehingga kebenaran dapat diakui jika

dapat dirasio dan di lihat atau dirasakan dengan indera. Ketiga,  adalah kebenaran

filsafat. Kebenaran pada tingkatan ini diperoleh dari rasio dan pemikiran lebih

mendalam (perenungan) tentang suatu hal. Sehingga dapat diketahui kebenaran

yang lebih mendalam. Yang terakhir kebenaran religius. Kebenaran ini bisa juga

dikatakan kebenaran yang mistis karena tidak dapat dilihat dengan indera dan di

rasio. Kebenaran ini bersifat mutlak karena kebenaran ini bersumber dari tuhan.

5. Teori kebenaran

Ada beberapa teori yang muncul tentang kebenaran, antara lain :

1. Teori koherensi

Koherensi merupakan teori kebenaran yang menegaskan bahwa suatu

proposisi (pernyataan suatu pengetahuan, pendapat, kejadian, atau imformasi)

akan diakui shahih/dianggap benar pabila memiliki hubungan dengan gagasan

dari proposisi sebelumnya yang juga shahih dan dapat dibuktikan secara logis

sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan logika. Misalnya semua makhluk hidup

akan mati, pohon termasuk makhluk hidup jadi suatu saat pohon akan mati.

2.Teori korespondensi

Sesuatu dikatakan benar apabila sesuai dengan objek yang dituju. Contoh

ibu kota Indonesia adalah Jakarta, maka pernyataan ini adalah benar sebab

pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta memang

menjadi Ibu Kota Republik Indonesia.

3.Teori pragmatik

Merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri ada kreteria tentang

fungsi atau tidaknya suatu pernyataan atau tidaknya suatu pernyataan dalam

ruang lingkup dan waktu tertentu. Sesuatu dikatakan benar jika memiliki

manfaat dan sudah diuji. Selama belum diuji belum dikatakan benar atau tidak.

4.Teori positivisme

Aguste Comte (1798-18570 menyatakan cara pandang dalam memahami

dunia  dengan berdasarkan sains adalah pandangan yang menganggap bahwa

yang dapat diselidiki atau dipelajari hanyalah “data-data yang nyata/ empiris”

yang mereka nampakkan positif.

5. Teori esensialisme

Pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada

sejak awal peradaban umat manusia.Esensialisme memandang bahwa

pendidikan harus berpijak ada nilai-nilai yang memeliki kejelasan dan tahan

lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata

yang jelas.

6.konstruktivisme

Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran generatif  adalah

tindakan mencipta suatu makna dari apa yang dipelajari.

7.Teori relegiusme

Teori ini memaparkan bahwa manusia bukanlah semata-semata makhluk

jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah.Teori religius ini kebenaran nya secara

ontologis dan aksiologis bersumber dari sabda Tuhan yang disampaikan melalui

wahyu dan bersifat mutlak.16

B. NILAI KEBAIKAN DAN KEINDAHAN

Sebagaimana diketahui bahwa secara keilmuan, filsafat berada dalam posisi

seperti pohon yang memiliki cabang-cabang yang disebut aksiologi yang mempelajari

tentang hakikat nilai. Dimana ada 3 nilai yang dipersoalkan, yaitu nilai keindahan,

nilai kebaikan, dan nilai kebenaran. Nilai keindahan dipersoalkan secara khusus

dalam cabang filsafat Estetika. Nilai Kebenaran dipersoalkan dalam cabang filsafat

Efestemologi, dan nilai kebaikan dipelajari dalam cabang filsafat Etika.

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan.17 Menurut Riserri Frondizi, nilai itu merupakan kualitas yang tidak

tergantung pada benda-benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktergantungan ini

16 Drs. H. Muhammad Adib, MA, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, cet II, h. 121-124

17 W.JS. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 667

mencakup setiap bentuk emperis, nilai adalah kualitas priori.18 Menurut Louis

O.Kattsof nilai diartikan sebagai berikut:

1. Nilai merupakan kualitas emperis yang tidak dapat didefenisikan, tetapi kita

dapat mengalami dan memahami secara langsung kualitas yang terdapat dalam

objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-semata subjektif, melainkan ada

tolak ukur yang pasti terletak pada esensi objek tertentu.

2. Nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni suatu objek yang berada dalam

kenyataan maupun pikiran dapat memperoleh nilai jika suatu ketika berhubungan

dengan subjek-subjek yang memiliki kepentingan.

3. Sesuai dengan pendapat Dewey, nilai adalah sebagai hasil dari pemberian nilai,

nilai itu diciptakan oleh situasi kehidupan.

4. Nilai sebagai esensi nilai adalah hasil ciptaan yang tahu, nilai sudah sejak

semula, terdapat dalam setiap kenyataan namun tidak bereksistensi, nilai itu

bersifat objektif dan tetap.19

5. Nilai Kebaikan

Telah diketahui secara umum bahwa etika adalah suatu studi filosifis

mengenai moral (Philosophical study of morals). Jadi persoalan pokoknya adalah

tentang ‘hakikat moral’. Moral adalah masalah tingkah laku dalam hubungannya

dengan diri sendiri dan sesamanya, sejauh mana mengandung nilai kebaikan

18 Risersi Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal. 1

19 Loiss Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj. Soejono soemargono, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986), hal.333

Hakikat kebaikan yang menjadi persoalan sentral etika adalah ‘nilai baik’ menurut

semua segi. Dipandang dari sisi manapun, nilai kebaikan tidak pernah

mengalami perubahan. Jadi bersifat mutlak. Hal-hal seperti kesehatan, ketenangan,

ketentraman, kemakmuran, kebahagiaan dan sebagainya, tetap mengandung nilai

kebaikan. Hanya saja jenis perilaku mana yang bersesuaian dengan nilai kebaikan

itu? Sebab, tidak semua jenis perilaku berbanding lurus dengan nilai kebaikan.

Berdasar pada sistematika filsafat, nilai keindahan, kebenaran, kebaikan

berada saling berhubungan secara integral menurut hokum kausalitas. Maksudnya,

yang bernilai baik seharusnya benar dan indah, yang bernilai benar seharusnya

baik dan indah, dan yang bernilai indah seharusnya benar dan baik. Tetapi apakah

fakta perilaku mencerminkan dimensi hubungan seperti itu?

Pada hakikatnya, kehidupan ini indah, ketika semua pihak bekarja sama

untuk saling menolong dan memberi dalam ikatan kebersamaan yang harmonis

Jadi, hakikat nilai kebaikan itu berada di dalam perilaku. Dengan demikian,

hakikatnya dapat diketahui dari fakta perilaku. Apakah perilaku itu bersesuaian

dengan derajat nilai kemanusiaan ataukah tidak. Sedangkan derajat nilai

kemanusiaan itu terletak pada apakah suatu perilaku mampu menumbuhkan moral

menolong, memberi, sehingga menjadikan semua pihak mampu hidup mandiri,

kreatif, cakap, dan terampil dalam kehidupannya.20

Dari segi bahasa baik atau kebaikan dalah terjemahan dari kata Khoir, al-

Birr, al- Ma’ruf (dalam bahasa Arab). Good (dalam bahasa Inggris). Dikatakan

20 Suparlan Suhartono, M.Ed. Ph. Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006. hal. 140

bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan,

kepuasan, kesenangan dan persesuaian.

Sedang ‘baik’ menurut ethik adalah sesuatu yang berharga untuk tujuan,

sesuatu yang mendatangkan dan memberikan rasa senang dan bahagia.

Sebaliknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan dan merugikan maka

disebut buruk. Jadi disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan,

yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Walaupun tujuan orang atau

golongan di dunia ini berbeda-beda, sesungguhnya pada akhirnya semuanya

mempunyai tujuan yang sama sebagai tujuan akhir tiap-tiap sesuatu.

Bagi seorang Muslim berbuat kebaikan adalah kebutuhan yang oleh Allah

SWT akan diberi balasan di akhirat dengan pahala. Selain pahala berbuat kebaikan

bagi seorang Muslim merupakan dakwah kepada orang disekitarnya agar timbul

kasih sayang terhadap sesama dan wujud penghargaan atas nikmat yang di berikan

Allah SWT kepada kita. Firman Allah:

Artinya: “Demi masa, sesugguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran”.21

6. Nilai Keindahan

21 Departemen Agama Islam, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an,1984).hal. 1099, zuz 30

Berbicara tentang keindahan (estetika), Semiawan (2005:159) menjelaskan

sebagai “the study of nature of beauty in the fine art”, mempelajari tentang hakikat

keindahan di dalam seni.22 Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji

tentang hakikat indah dan buruk. Estetika membantu mengarahkan dalam

membentuk suatu persepsi yang baik dari suatu pengetahuan ilmiah agar ia dapat

dengan mudah dipahami oleh khalayak luas.

Keindahan adalah persesuaian antara bermacam-macam pengalaman dalam

diri seseorang satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan efek yang maksimal.

Keindahan merupakan hubungan antara unsur-unsur realitas disamping hubungan

dengan kebendaan. Oleh sebab itu sesuatu bagian dari pengalaman dapat menjadi

bahagian yang indah.

Tuhan itu indah dan menyukai keindahan, menurut sebuah ungkapan. Apa

yang dimaksud indah? Menurut Jalal al-Din Rumi (1207-1273 M) keindahan

adalah manifestasi cinta, kepada Tuhan sebagai keindahan sejati maupun keadaan

selain-Nya sebagai keindahan imitasi. 23

Menurut Thomas Aquinas (1224-1274) dan Jacques Maritain, keindahan

adalah realitas indah yang ada pada objek yang kemudian memberikan perasaan

enak dan senang pada objek. Keindahan bersifat objektif, sebaliknya menurut

George Santyana (1863-1952 M), indah adalah perasaan nikmat atau suka dari

22 Drs.A. Susanto, M.pd. Opcit. Hal. 11923 William C. Chittick, Jalan Cinta sang Sufi Ajaran Spritual Rumi, terj. Sadat Ismael,

(Yogya, Qalam, 200), 246

subjek pada suatu objek yang kemudian menganggapnya sebagai milik objek,

artinya apa yang disebut indah sangat subjektif.24

Jadi dapat kita katakan bahwa kalau alam ini adalah hasil buatan zat yang

tidak terbatas, maka keindahan ini ada artinya, sedangkan perkataan lain kalau

Tuhan ada maka pengalaman keindahan adalah suatu hal yang harus kita rasakan.

Menurut Al-Gajali, keindahan mempunyai persyaratan seperti:

1. Perwujudan dari kesempurnaan yang dapat dikenali kembali dalam suatu

dengan sifatnya

2. Memiliki perfeksi yang karakteristik

3. Semua sifat pada sesuatu yang indah, merupakan representasi (mewakili)

keindahan yang bernilai tinggi

4. Nilai keindahan dari suatu yang indah, sebanding dengan nilai keindahan yang

terdapat didalamnya. Dalam sebuah karangan (tulisan) harus memiliki sifat-

sifat perfeksi yang khas, keharmonisan huruf-huruf, hubungan arti yang tepat

satu sama lain, pelanjutan dari spasi yang tepat serta susunan kata dan kalimat

yang menyenangkan.

24 Laouis Kattsoff, Pengantar Filsafat, hal. 386-388

5. Syarat lain untuk keindahan adalah tercakupnya nilai-nilai spiritual, moral,

dan agama.25

Oleh karena itu, hakikat keindahan yang paling esensial sangat ditentukan

antara lain

Rasa menyenangkan dan menimbulkan rasa senang

Adanya hubungan antara bagian-bagian sebagai suatu keseluruhan (obyek,

subyek) sebagai suatu kesatuan didalam suatu keseluruhan.

Tercakup unsur kebaikan, sehingga dapat memupuk rasa kemoralan

Antara keindahan dan kebaikan memiliki keterdekatan. Karena intisari mutlak

dari hakikat yang indah itu harus baik, mengandung keharmonisan, nyata dan

teraga, berguna serta lebih bermamfaat.

Harus terkait dengan nilai-nilai spiritual, moral dan agama.

Walaupun keindahan itu tidak tetap sifatnya. Berdasarkan rumusan-

rumusan yang dikemukakan, namun dapat disimpulkan bahwa hakikat keindahan

itu terletak didalam keabadian dari keindahan itu sendiri. Walaupun cara

memandang, mengamati, menghayati sesuatu yang indah senantiasa ditentukan

oleh alur pikiran dan perasaan masing-masing.

25 Http://www. Katailmu.com/2013/03/hakikat-keindahan.html#sthash.vxS2oo10.dpuf

C. KESIMPULAN

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui

tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian, ilmu

merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai

pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Hakikat pengetahuan dapat diketahui

melalui dua teori yaitu realisme dan idealisme. Sedangkan sumber pengetahuan dapat

diketahui melalui teori emperisme, rasionalisme, intuisi dan wahyu. Pengetahuan

yang dimiliki manusia ada empat, yakni pengetahuan biasa, penegetahuan ilmu

(secience), pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama.

Adapun kebenaran adalah merupakan kesetiaan pada realitas objektif, yaitu

suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi.

Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan fakta aktual,

atau antara putusan dengan situasi seputar yang diberi interpretasi. Teori yang

berkaitan dengan kebenaran diantaranya, teori koherensi, teori korespondensi, teori

pragmatis, tori positivism, teori esensialisme, teori konstroktivisme dan teori

relegiusme. Adapun tingkatan kebenaran meliputi kebenaran indrawi, kebenaran

imiah, kebenaran filsafat, dan kebenaran relegius.

Kebaikan atau disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan,

kepuasan, kesenangan dan persesuaian. Adapun keindahan adalah persesuian antara

bermacam-macam pengalaman dalam diri seseorang satu dengan yang lainnya untuk

menghasilkan efek yang maksimal. Keindahan berdiri sendiri dan bersifat obyektif.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, muhammad, Filsafat Ilmu, Yogjakarta:Pustaka Pelajar, 2011.

Ahmad Khudori Saleh, M.Ag. Wacana Baru Filsafat Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012

Abd. Aziz, M.PdI, Filasafat Pendidikan Islam.Yogyakarta: Teras, 2009

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010.

Drs. A. Susanto, M. P.d, Filsafat Ilmu, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Departemen Agama Islam, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1984

H. Endang Saifuddin Anshari, M.A, Ilmu, Filsafat, dan Agama. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1985

W.JS. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999

Louis Katsoff, Pengantar Filsafat, ter. Soejono Sumargono, Yogya: Tiara Wacana, 1992

Suparlan Suhartono, M.Ed. Ph. Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006.

Paul Edward. The Encyclopedia of Philosopy. New York: Macmillan Publishing.1972

William C. Chittick, Jalan Cinta Sang sufi Ajaran Spritual Rumi. Terj. Sadat Ismael, Yogya: Qalam, 200

Http://www. Katailmu.com/2013/03/hakikat-keindahan.html#sthash.vxS2oo10.dpuf