makalah pembinaan

39
PEMBINAAN KOMPETENSI MENGAJAR Pembinaan Kompetensi Profesional Disusun oleh: Kelompok 7 1. Beby Desty Arisandy(13 222 014) 2. Bela Lawida Pitu ( 13 222 015) 3. Ending Permata (13 222 035) 4. Evitia Yuliani (13 222 039) Dosen Pembimbing: Indah Wigati, M.Pd.I PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

Upload: evitia-yuliani-part-ii

Post on 08-Jul-2016

57 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

mmmmmmmmmmmmm

TRANSCRIPT

PEMBINAAN KOMPETENSI MENGAJARPembinaan Kompetensi Profesional

Disusun oleh:Kelompok 7

1. Beby Desty Arisandy(13 222 014)2. Bela Lawida Pitu ( 13 222 015)3. Ending Permata (13 222 035)4. Evitia Yuliani (13 222 039)

Dosen Pembimbing:Indah Wigati, M.Pd.I

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGIFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAHPALEMBANG

2015BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia. Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral.

Tujuan pendidikan nasional adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh karena itu agar pendidikan dapat terwujud diperlukan tenaga pendidikan yang berlatar belakang mengerti akan profesi keguruan. Menjadi guru adalah menghayati profesi. Apa yang membedakan sebuah profesi, dengan pekerjaan lain adalah bahwa untuk sampai pada profesi itu seseorang berproses lewat belajar.Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan dalam suatu birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan itu serta pelayanan baku terhadap masyarakat profesi, lembaga pendidikan hanya akan diisi orang-orang yang bernafsu memuaskan kepentingan diri dan kelompok (Tafsir, 2012).

Tanpa etika profesi, nilai kebebasan dan individu tidak dihargai. Untuk inilah, tiap lembaga pendidikan memerlukan keyakinan normatif bagi kinerja pendidikan yang sedang diampunya. Sekolah dan guru tidak lagi percaya dan dipercaya sebagai pendidik dan pengajar Guru merupakan

komponen pendidikan yang sangat berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kedudukan guru merupakan posisi yang penting dalam dunia pendidikan khususnya di lembaga pendidikan formal. Oleh karena itu, kebijakan sertifikasi bagi guru dan dosen memang suatu langkah yang strategis untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia (Tafsir, 2012).

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian guru profesional.

2. Mengetahui syarat-syarat guru professional dalam pandangan islam.

3. Mengetahui upaya pembinaan kompetensi profesional guru.

4. Memahami pengembangan profesional selama pendidikan prajabatan

dan selama dalam jabatan.

5. Mengetahui tujuan pembinaan kompetensi profesional guru.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembinaan

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pembinaan berasal dari

kata “bina” yang berarti bimbing, awasi, mengusahakan supaya lebih baik dan

sempurna. Kata “pembinaan” berarti proses atau usaha dan kegiatan yang

dilakukan secara berhasil guna memperoleh hasil yang baik (Kosasi, 2010).

Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal atau non formal yang

dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah, dan bertanggung jawab dalam

rangka memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar

kepribadian yang seimbang dan selaras. Secara lebih luas, pembinaan dapat

diartikan sebagai rangkaian upaya, pengendalian profesional terhadap semua

unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat

terlaksana secara efektif dan efisien (Sahertian, 2004).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa

pembinan adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional,

yang diberikan oleh orang yang ahli (kepala sekolah, pemilik yayasan,

pengawas dan ahli lainnya) kepada guru, agar guru tersebut dapat

meningkatkan kualitas mengajar, proses dan hasil belajar sehingga tumuan

pendidkan yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik.

B. Pengertian Guru Profesional

Guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan

mengorganisasikan lingkungan belajar yang produktif. Kata “profesi” secara

terminologi diartikan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan

tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada pekerjaan mental, bukan

pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksudkan di sini adalah ada

persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan

perbuatan praktis (Imron, 2010).

Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang

secara leksikal berarti sifat profesional. Profesionalisasi merupakan proses

peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu

profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan

yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua

dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis.

Peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis ini harus sejalan

dengan tuntutan tugas yang diemban sebagai guru (Imron, 2010).

Menurut Sahertian (2004), profesional dalam islam khususnya di bidang

pendidikan, seseorang harus benar-benar mempunyai kualitas keilmuan

kependidikan dan keinginan yang memadai guna menunjang tugas jabatan

profesinya, serta tidak semua orang bisa melakukan tugas dengan baik.

Apabila tugas tersebut dilimpahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka

tidak akan berhasil bahkan akan mengalami kegagalan. Sebagaimana di dalam

al-Qur’an Allah juga berfirman dalam Q.S. Al-Isra’ ayat 84 yaitu:

Artinya :

Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya[867] masing-

masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya.

Dalam UU No. 14 tahun 2005, kata profesional di artikan sebagai

pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber

penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau

kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi (Mappanganro, 2010).

Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerja profesional marilah kita tinjau syarat-syarat atau ciri pokok dari pekerjaan profesional (Sanjaya, 2008)

a. Pekerja profesional di tunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggung jawakan secara ilmiah.

b. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dlam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan profesi yang lain dapat dipisahkan secara tegas.

c. Tingkat kemampuan dan keakhlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat banyak, sehingga makin tinggi latar belakang pendidikan akademis sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya.

d. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesional itu.

Untuk itu jabatan guru sebagai profesi seharusnya mendapat

perlindungan hukum untuk menjamin agar pelaksanannya tidak merugikan

pelbagai pihak yang membutuhkan jasa guru secara profesional, dengan

memberikan penghargaan finansial dan non finansial yang layak bagi sebuah

profesi. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan yang dilaksanakan

berdasarkan prinsip khusus.

Mappanganro (2010) menyatakan bahwa di dalam UU No. 14 Tahun

2005 tentang guru dan dosen di sebutkan bahwa prinsip-prinsip profesi guru

adalah sebagai berikut:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

2. Memiliki komitmen unutk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak mulia.

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang tugas.

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur

hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Sebagi tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik

melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan dan

pengembangan yang dilembagakan oleh pemerintah atau masyarakat.

Pembinaan merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang dapat

dilakukan melalui kegiatan seminar, pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan

guru dilakukan dalam kerangka pembinaan profesi dan karier. Pembinaan

profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pembinaan karier

meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi (Tafsir, 2012).

Seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjemin efeltivitas pembelajaran. Dengan demikian

seorang guru perlu kemampuan khusus, kemampuan yang tidak mungkin dimiki seseorang yang bukan gur. “ A teacer is person new different ways” (James M.Cooper, 1990). Itulah sebabnya guru adalah pekerja profesional, yang membutuhkan kemampuan hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan. Hal ini seperti yang diugkapkan Greta G. Morine-Dershimer: “A Profesional is a person who possesses some specialized knowledge and skills, can weigh alternatives and select from among a number of potentilly pruduktive action one that is particularrly approprieate in a ginven situation” (Sanjaya, 2008)

Dengan demikian jelas bahwa profesi guru merupakan sebuah profesi,

yang hanya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh seseorang yang

dipersiapkan untuk menguasai kompetensi guru melalui pendidikan dan/atau

pelatihan khusus. Oleh karena pendayagunaan profesi guru secara formal

dilakukan di lingkungan pendidikan formal yang bersifat berjenjang dan

berbeda jenisnya, maka guru harus memenuhi persyaratan atau kualifikasi atau

kompetensi sesuai jenis dan jenjang sekolah tempatnya bekerja.

Dari pengertian tersebut, seorang guru profesional tidak hanya mampu

atau berkompeten dalam bidang akademik, metode, tetapi harus ada keinginan

untuk selalu meningkatkan kemampuan profesional tersebut dan keinginan

untuk selalu mengembangkan strategi-strategi dalam melaksanakan tugasya

sebagai pengajar sekaligus pendidik agar proses belajar-mengajar dapat

mencapai tingkat yang optimal.

Dari pengertian pembinaan dan kompentensi profesinal guru, maka

dapat di simpulkan bahwa pembinaan kompetensi profesional guru adalah

segala bentuk usaha ataupun bantuan yang diberikan oleh parah ahli ke pada

para guru dapat memperdalam kempuan akademik, non akademik dan terpadu

dengan kemampuan mengajarnya, sehingga dapat mencapai tunjuan

pendidikan yang telah terencana dengan baik sekaligus guru tersebut memiliki

wibawa akademis.

C. Ciri Guru Profesional

Seorang guru dapat dikatakan professional apabila mempunyai ciri-ciri

di bawah ini :

1. Selalu memiliki energi untuk siswanya

Guru yang baik harus memberikan perhatian pada siswa saat

melakukan diskusi atau percakapan di dalam maupun di luar kelas. Guru

yang baikpun harus memiliki kemampuan mendengar yang baik dan

saksama (Sanjaya, 2008).

2. Memiliki tujuan jelas untuk pelajaran

Setiap pelajaran yang diajarkan haruslah memiliki tujuan dan

manfaat tertentu. Seorang guru yang baik seharusnya menetapkan tujuan

jelas pada setiap pelajaran yang diajarkan. Selain itu, sang guru harus

bekerja guna memenuhi tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam setiap

kelas (Sanjaya, 2008).

3. Menerapkan kedisiplinan

Sebagai figur yang akan dicontoh siswa, guru harus memiliki

kedisiplinan. Kedisiplinan sangat penting dimiliki oleh seorang guru agar

mampu menciptakan perubahan perilaku positif baginya dan bagi siswa di

dalam kelas (Sanjaya, 2008).

4. Memiliki manajemen kelas yang baik

Seorang guru wajib memiliki manajemen atau cara mengatur kelas

yang baik. Dalam hal ini, guru dituntut untuk menciptakan suasana

kondusif dalam kelas. Guru harus memastikan siswanya memiliki perilaku

baik saat belajar maupun berdiskusi dengan kelompok. Guru pun harus

menanamkan rasa hormat pada seluruh komponen di dalam kelas

(Sanjaya, 2008).

5. Menjalin komunikasi dengan orangtua

Guru yang baik harus menjalin komunikasi yang baik pula dengan

orangtua siswa. Sang guru harus mengabarkan hal-hal yang berkaitan

dengan siswa selama di sekolah, termasuk dalam hal perilaku, prestasi, dan

kedisiplinan. Guru yang baik harus mampu bekerja sama secara terbuka

dengan orangtua demi kebaikan dan kemajuan siswa (Sanjaya, 2008).

6. Menaruh harapan tinggi pada siswa

Seorang guru harus mampu menciptakan harmonisasai dan semangat

belajar yang baik guna meningkatkan potensi dan prestasi siswa. Guru

harus mendukung potensi terbaik setiap siswa dan meyakinkan bahwa

potensi tersebut mampu mendatangkan manfaat dan keuntungan. Dalam

hal ini, guru bertindak sebagai motivator yang baik (Tafsir, 2012).

7. Mengetahui kurikulum sekolah

Untuk memberikan pengajaran yang baik dan tepat, seorang guru

harus menguasai serta mengetahui kurikulum yang ditetapkan sekolah

berikut standar-standar lain secara mendalam. Dengan demikian, guru

akan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pengajaran yang

memenuhi standar (Tafsir, 2012).

8. Menguasai materi yang diajarkan

Hal ini merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap

guru ketika memulai pelajaran. Guru yang baik harus memiliki

pengetahuan luar biasa mengenai materi yang dibawanya. Pengetahuan

yang cukup akan memudahkan guru untuk menjawab semua pertanyaan

yang diajukan siswa (Tafsir, 2012).

9. Selalu memberikan yang terbaik bagi siswa

Seorang guru yang baik pasti memberikan gairah mengajar terbaik

yang ia miliki. Guru yang baik akan merasa senang saat berada dalam

kelas dan mengajarkan berbagai pengetahuan pada siswa. Sang guru pun

akan memastikan bahwa pelajaran yang disampaikannya akan berdampak

baik bagi perkembangan siswa hingga dewasa (Tafsir, 2012).

10. Memiliki hubungan berkualitas dengan siswa

Seorang guru yang baik sejatinya menerapkan hubungan yang kuat

serta menanamkan sikap saling menghormati dengan siswanya. Hal yang

tidak kalah penting, guru harus menjalin sikap saling percaya dengan

siswanya (Tafsir, 2012).

D. Syarat-Syarat Guru Profesional dalam Islam

Menurut Mulyana (2010), agar tujuan pendidikan tercapai, seorang guru

harus memiliki syarat-syarat pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah :

1. Syarat syahsiyah (memiliki kepribadian yang diandalkan)

2. Syarat imiah (memiliki pengetahuan yang mumpuni)

3. Syarat idofiyah (mengetahui, mengahayati, dan menyelami manusia

yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk

membawa anak didik menuju tujuan yang ditetapkan)

Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional membawa

misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu

pengetahuan. Misi agama menuntut  guru untuk menyampaikan nilai-nilai

ajaran agama kepada murid, sehingga murid dapat menjalankan kehidupan

sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan menuntut

guru menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman (Mulyana,

2010).

Menurut Kosasi (2010), untuk mewujudkan misi ini, guru harus

seperangkat kemampuan, sikap, dan keterampilan sebagai berikut :

1. Landasan moral yang kokoh untuk melakukan jihad dan mengemban

amanah.

2. Kemampuan mengembangkan jaringan kerjasama/silaturahmi.

3. Membentuk team work yang kompak.

4. Mencintai kualitas yang tinggi.

Secara umum syarat profesionalisme guru dalam pandangan Islam

adalah sebagai berikut :

1. Bertaqwa

Kata taqwa berasal dari kata”Waqo-Yaqy-Wiqoyah” yang berarti

menjaga, menghindari, menjauhi, takut, dan berhati-hati. Dengan

demikian, taqwa bukan hanya sekedar takut, akan tetapi juga

merupakan kekuatan untuk taat kepada perintah Allah SWT

(Sahertian, 2004).

2. Berilmu Pengetahuan Luas

Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu, Allah

sangat senang kepada orang yang suka mencari ilmu. Oleh karena itu

seorang guru harus menambah perbendaharaan keilmuannya. Karerna

dengan ilmu orang akan bertambah keimanan dan derajatnya di

hadapan Allah (Sahertian, 2004).

$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ Š@ Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? †Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$

$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ Š@ Ï% (#râ“à±S$# (#râ“à±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$#

(#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_u‘yŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès?

׎Î7yz ÇÊÊÈ Artinya:

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya

Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan”. (QS. Al-mujadilah 11)

3. Berlaku Adil

Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi

yang salah menuju posisi yang diinginkan, adil juga berarti seimbang

(balance)dan setimbang (equilibrium). Maksudnya tidak termasuk

memihak antara yang satu dengan yang lain (Imron, 2010).

4. Berwibawa

Menurut Imron (2010), guru yang berwibawa di lukiskan oleh

Allah dalam Al-Qur’an, surat Al-Furqon ayat 63 dan 64ߊ$t7Ïãur Ç`»uH÷q§9$# šúïÏ%©!$# tbqà±ôJtƒ ’n?

tã ÇÚö‘F{$# $ZRöqyd #sŒÎ)ur ãNßgt6s %Û s{ šcqè=Î »g yfø9$# (#qä9$s% $V »J n=y™ ÇÏÌÈ z`ƒÏ%©!

$#ur šcqçG‹Î6tƒ óOÎgÎn/tÏ9 #Y‰¤fß™ $V »J uŠÏ%ur ÇÏÍÈ

Artinya:

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-

orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila

orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata

(yang mengandung) keselamatan”.“Dan orang yang melalui malam

hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka”

5. Ikhlas

Menurut Imron (2010), ikhlas artinya bersih, murni, dan tidak

bercampur dengan yang lain. Ikhlas dengan sangat indah digambarkan

oleh dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 162ö@è% ¨bÎ) ’ÎAŸx|¹ ’Å5Ý¡èSur y“$u‹øtxCur

†ÎA$yJtBur ¬! Éb>u‘ tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ Artinya:

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan

matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

6. Mempunyai Tujuan yang Rabbani

Menurut Imron (2010), hendaknya guru mempunyai tujuan yang

rabbani, di mana segala sesuatunya bersandar kepada Allah dan selalu

mentaati-Nya, mengabdi kepada-Nya, mengikuti syari’at-Nya, dan

mengenal sifat-sifta-Nya. Jika guru telah mempunyai sifat rabbani,

maka dalam segala kegiatan pendidikan muridnya akan menjadi

Rabbani juga, yaitu orang-orang yang hatinya selalu bergetar ketika

disebut nama Allah  dan merasakan keagungan-Nya pada setiap

rentetan peristiwa sejarah peristiwa melintas dihadapannya.

$yJ¯RÎ) šcqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sŒÎ) tÏ.èŒ ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sŒÎ)ur ôMu‹Î=è? öNÍköŽn=tã ¼çmçG»tƒ#uä öNåkøEyŠ#y— $Y »Z y ƒJ Î) 4’n?tãur óOÎgÎn/u‘

tbqè=©.uqtGtƒ ÇËÈ   Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang berimanialah mereka yang bila

disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan

ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya

kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS. Al-Anfaal ayat 2)

7. Mampu Merencanakan dan Melaksanakan Evaluasi Pendidikan

Seorang guru harus mampu merencanakan proses belajar mengajar

dengan baik. Guru yang dapat membuat perencanaan adalah sama

pentingnya dengan orang yang melaksanakan rencana tersebut. Oleh

karena sebuah perencanaan yang matang dalam sebuah proses belajar

mengajar membutuhkan suatu pemikiran dan kesanggupan dalam melihat

masa depan, yang akan berhasil manakala rencana tersebut dilaksanakan

dengan baik. Tujuan evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman murid

terhadap mata pelajaran, untuk melatih keberanian dan mengajak murid

untuk mengingat kembali pelajaran tertentu yang telah diberikan

(Mappanganro, 2010).

8. Menguasai Bidang yang Ditekuni

Guru harus cakap dalam mengajarkan ilmunya, karena seorang guru

hidup dengan ilmunya. Guru tanpa ilmu yang dikuasasinya bukanlah guru

lagi. Oleh karena itu kewajiban seorang guru adalah selalu menekuni dan

menambah ilmu pengetahuannya. Yang dimaksud dengan menguasai

bidang yang ditekuni adalah seorang guru yang ahli dalam mata pelajaran

tertentu. Tidak menutup kemungkinan seorang guru mampu mengajar

muridnya sampai dua mata pelajaran, yang penting dia professional dan

menguasai keilmuannya (Mappanganro, 2010).

E. Hakekat Pembinaan dan Pengembangan Profesional

Pembinaan dan pengembangan profesionalisasi guru dan staf sekolah

dilakukan berdasarkan kebutuhan institusi, kelompok, maupun individu guru

dan staf sendiri. Dari perspektif institusi, pengembangan guru dan staf

dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf

dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian. Selanjutnya dikatakan

juga bahwa pengembangan guru berdasarkan kebutuhan institusi adalah

penting, namun hal yang lebih penting adalah berdasar kebutuhan individu

guru dan staf untuk menjalani proses profesionalisasi. Karena substansi kajian

dan konteks pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi

ruang dan waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya

(Rohim, 2011).

Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam

dunia pendidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya bahwa profesionalisasi

dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha

dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada

masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka

profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih lagi

apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan berbagai hal

yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu: (1) perkembangan

IPTEK, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah,

dan (4) implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) (Rohim,

2011).

Perkembangan IPTEK yang cepat, menuntut setiap guru dihadapkan pada

penguasaan hal-hal baru berkaitan dengan materi pembelajaran atau

pendukung pelaksanaan pembelajaran seperti penggunaan internet untuk

pembelajaran, program multimedia, dan lain sebagainya. Diberlakukannya

pasar bebas melalui NAFTA mengindikasikan bahwa setiap lulusan

pendidikan di Indonesia akan dipersaingkan dengan lulusan dari sekolah-

sekolah yang berada di Asia. Kondisi ini semakin memaksa guru untuk segera

dan dengan cepat memiliki kualifikasi dan meningkatkannya untuk nantinya

bisa menghasilkan lulusan yang kompeten (Rohim, 2011).

Pencanangan implementasi KTSP menunjukkan bahwa kualifikasi

profesionalisme harus benar-benar dimiliki oleh setiap guru apabila

menginginkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagaimana diharapkan.

Menurut Rosidah (2008), enam asumsi yang melandasi perlunya

profesionalisasi dalam pendidikan, yakni sebagai berikut:

1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan,

pengetahuan, emosi, dan perasaan, yang dapat dikembangkan segala

potensinya: sementara itu pendidikan dilandasi nilai-nilai kemanusiaan

yang menghargai martabat manusia.

2. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan

bertujuan, maka pendidikan menjadi normatif yang diikat oleh norma-

norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun

lokal, yang merupakan acuan para pendidik, peserta didik, dan

pengelola pendidikan.

3. Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab

permasalahan pendidikan.

4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni

manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab

itu, pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul

tersebut.

5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi di mana terjadi

dialog antara peserta didik dengan pendidik, yang memungkinkan

peserta didik tumbuh ke arah yang dikehendaki oleh pendidik dan

selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.

6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yakni

menjadikan manusia sebagai manusia yang baik, dengan misi

instrumental yakni merupakan alat untuk perubahan atau mencapai

sesuatu.

F. Upaya Pembinaan Kompetensi Profesional Guru

Mengingat peranan strategis guru dalam setiap upaya peningkatan mutu,

relevansi, dan efisiensi pendidikan, maka peningkatan dan pengembangan

aspek kompetensi professional guru merupakan kebutuhan. Benar bahwa mutu

pendidikan bukan hanya ditentukan oleh guru semata, melainkan juga oleh

beberapa komponen pendidikan lainnya. Akan tetapi seberapa banyak

pendidikan dan pengajaran mengalami kemajuan dalam perkembangannya

selama ini, banyak bergantung kepada kepiawan guru dalam menerapkan

kompetensi standar yang harus dimiliki termasuk kompetensi professional

(Rosidah, 2008).

Menurut Rosidah (2008), upaya pembinaan guna meningkatkan

kompetensi profesional guru, yaitu :

1. Dalam melaksanakan pembinaan professional guru, kepala sekolah

bisa menyusun program penyetaraan bagi guru-guru yang memiliki

kualifikasi D III agar mengikuti penyetaraan S1/Akta IV, sehingga

mereka dapat menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan yang

menunjang tugasnya.

2. Untuk meningkatkan prefossional guru yang sifatnya khusus, bisa

dilakukan kepala sekolah dengan mengikutsertakan guru melalui

seminar dan pelatihan yang diadakan Diknas maupun di luar Diknas.

Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam

membenahi dan metodologi pembelajaran.

3. Peningkatan prefessionalisme guru melalui PKG (Pemantapan kerja

guru). Melalui wadah inilah para guru diarahkan untuk mencari

berbagai pengalaman mengenai metodologi pembelajaran dan bahan

ajar yang dapat diterapkan di dalam kelas.

4. Meningkatkan kesejahteraan guru. Kesejahteraan guru tidak dapat

diabaikan, karena merupakan salah satu faktor penentu dalam

peningkatan kinerja, yang secara langsung terhadap mutu pendidikan. 

Peningkatan profesinal guru dapat dilakukan, antara lain dengan

pemberian indentif di luar gaji, imbalan dan penghargaan, serta tunjangan-

tunjangan yang dapat meningkatkan kinerja. Kepala sekolah pun dapat

memberikan motivasi dan mengikutsertakannya pada kegiatan pembinaan,

yaitu dengan belajar sendiri di rumah, belajar di perpustakaan, membentuk

persatuan pendidik seebidang studi, mengikuti pertemuan ilmiah, belajar

secara formal S1-S3, mengikuti pertemuan organisasi profesi pendidikan, ikut

mengambil dalam kompetensi ilmiah (Tafsir, 2012).

Dengan cara membentuk persatuan pendidik bidang studi atau yang

berspesialisasi sama dan melakukan tukar pikiran atau berdiskusi dalam

kelompok masing-masing. Cara belajar seperti ini dilakukan lembaga

pendidikan sangat intensif sebab masing-masing peserta akan

menyumbangkan pengalaman dan pikirannya yang memberikan banyak

masukan kepada para pendidikan (Tafsir, 2012).

Mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dimanapun pertemuan itu

diadakan selama masih dijangkau oleh pendidik. Pertemuan-pertemuan seperti

ini biasanya diisi oleh para ahli yang sudah mempunyai nama. Dengan

mengikuti hasil karya mereka dan berpatisipasi aktif akan memberikan

pengalaman tambahan kepada para pendidik disamping kemungkinan ada

materi-materi baru yang perlu diserap (Rosidah, 2008).

Belajar secara formal di lembaga-lembaga pendidikan baik dalam negeri

maupun di dalam negeri. Studi lanjut ini bisa ditingkat S1, S2, S3 atau dapat

juga dalam waktu pendek 1-6 bulan untuk mendalami bidang studi tertentu

yang disahkan dengan pemberian sertifikat (Tafsir, 2012).

Mengikuti pertemuan organisasi pendidikan. Dalam utusan-utusan dalam

beberapa daerah akan berkumpul. Pada umumnya mereka membawakan

makalahnya masing-masing yang berisi pengalaman, hasil penelitian, atau

pemikiran kritis yang bertalian dengan tugas pendidik di daerahnya masing-

masing. Perpaduan informasi dari seluruh penjuru ini sangat membantu

pengembangan besar bagi pendidik bersangkutan untuk mengembangkan

profesinya (Rosidah, 2008).

Ikut mengambil dalam kompetensi-kompetensi ilmiah, seperti

kompetensi untuk mendapatkan dana penelitian dari pemerintah pusat,

kompetensi pengabdian masyarakat, kompetensi desain bangunan tertentu,

kompetensi desain kendaraan bermotor, kompetensi inovatif dalam bidang

tertentu. Kemenangan dalam kompetensi seperti ini akan memberi dorongan

kuat untuk mengembangkan profesi (Rosidah, 2008).

Menurut Hardianto (2011), cara pengembangan profesi, dapat dilakukan

dengan beberapa hal yaitu :

1. Membaca buku atau disket, terutama yang berkenaan dengan materi-

materi baru yang ditekuni dengan cara mendidik baru.

2. Meringkas isi bacaan, ringkasan ini bermanfaat untuk memudahkan

mengingat, sebab disusun atas pemahaman sendiri dengan sistam

sistematika pola.

3. Membuat makalah, yaitu dengan mengemukakan ide baru didukung

oleh informasi-informasi ilmiah.

4. Melakukan penelitian, baik penelitian perpustakaan, laboratorium

maupun lapangan.

5. Membuat artikel hasil penelitian, atau artikel penelitian inovatif.

Artikel ini adalah untuk konsumsi majalah atau jurnal ilmiah.

6. Menulis buku ilmiah baik untuk perguruan tinggi maupun untuk

sekolah. Penulisan buku ini perlu digalakkan sejak awal agar ilmu

tumbuh di Indonesia.

7. Mengaplikasikan ilmu untuk kepentingan masyarakat umum atau

mengadakan pengabdian kepada masyarakat.

Dengan demikian kepala sekolah dalam memberdayakan kompetensi

guru tak hanya memberikan motivasi untuk memberdayakan potensi diri,

melainkan pula mengikutsertakan pada kegiatan ilmiah diluar sekolah, seperti

pendidikan formal, seminar, penataran serta peningkatan kesejahtraan guru.

Melalui upaya menyeluruh maka kompetensi guru secara bertahap akan

mengalami peningkatan kualitasnya.

Untuk mempelancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar mengajar,

masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, antara lain

mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap siswa itu

pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya,

perbedaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat perbedaan pada

kegiatan yang lain, misalnya soal kreatifitas, gaya belajar, bahkan dapat

membawa akibat perbedaan dalam hal prestasi siswa. Persoalan ini perlu

diketahui oleh guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Untuk

kepentingan pembelajaran, idealnya guru memiliki data tentang siswa.

G. Pengembangan Profesional Selama Pendidikan Prajabatan.

Dalam pendidikan prajabatan, calon guru didik dalam berbagai

pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya

nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu jadi panutan bagi

siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu,

bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi

perhatian siswa dan masyarakat (Hardianto, 2011).

Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi

harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan

guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu,

keterampilan dan bahkan sikap profesional dirancang dan dilaksanakan selama

calon guru berada dalam pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan

sikap tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by product) dari pengetahuan

yang diperoleh calon guru. Sikap teliti dan disiplin, misalnya dapat terbentuk

sebagai hasil sampingan dari hasil belajar matematika yang benar, karena

belajar matematika selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan penggunaan

aturan dan prosedur yang telah ditentukan (Hardianto, 2011).

Sementara itu tentu saja pembentukan sikap dapat diberikan dengan

memberikan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang

direncanakan, sebagaimana halnya mempelajari Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (P4) yang diberikan kepada seluruh siswa sejak dari

sekolah dasar sampai perguruan tinggi (Hardianto, 2011

H. Pengembangan Profesional Selama dalam Jabatan

Pengembangan sikap profesional tidak terhenti apabila calon guru

selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat

dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa

pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat

dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran,

lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal

melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi

lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional keguruan

(Hardianto, 2011).

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen

Pendidikan Nasional telah membuat beberapa alternatif program

pengembangan profesionalisme guru, sebagai berikut:

1. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru

Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi

pendidikan guru adalah minimal S1 dari program keguruan, maka masih

ada guru-guru yang belum memenuhi ketentuan tersebut. Oleh karenanya

program ini diperuntukkan bagi guru yang belum memiliki kualifikasi

pendidikan minimal S1 untuk mengikuti pendidikan S1 atau S2

pendidikan keguruan. Program ini berupa program kelanjutan studi dalam

bentuk tugas belajar (Hardianto, 2011).

2. Program Penyetaraan dan Sertifikasi

Program ini diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai

dengan latar belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program

pendidikan keguruan. Keadaan ini terjadi karena sekolah mengalami

keterbatasan atau kelebihan guru mata pelajaran tertentu. Sering terjadi

kualifikasi pendidikan mereka lebih tinggi dari kualifikasi yang dituntut

namun tidak sesuai, misalnya berijazah S1 tetapi bukan kependidikan.

Mereka bisa mengikuti program penyetaraan atau sertifikasi (Sutarmanto,

2012).

3. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi

Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan saja belum cukup,

diperlukan pelatihan guna meningkatkan profesionalismenya. Program

pelatihan yang diusulkan adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan

guru, yaitu mengacu kepada tuntutan kompetensi. Selama ini pelaksanaan

pelatihan bersifat parsial dan pengembangan materi seringkali tumpang

tindih, menghabiskan banyak waktu tenaga dan biaya dan kurang efisien.

Tidak jarang dalam satu tahun seorang guru mengikuti tiga jenis pelatihan

sehingga mengganggu kegiatan PBM, sebaliknya tidak sedikit guru yang

pernah mengikuti pelatihan sekalipun dalam satu tahun (Sutarmanto,

2012).

Menurut Sutarmanto (2012), oleh karena pelatihan yang diusulkan

adalah Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi (PTBK) yaitu

pelatihan yang mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan

diperlukan oleh peserta didik, sehingga isi/materi pelatihan yang akan

dilatihkan merupakan gabungan/integrasi bidang-bidang ilmu sumber

bahan pelatihan yang secara utuh diperlukan untuk mencapai kompetensi.

Kompetensi yang diharapkan oleh guru mencakup:

a. Memiliki pemahaman landasan dan wawasan pendidikan, terutama

yang terkait dengan bidang tugasnya.

b. Menguasai materi pelajaran, minimal sesuai dengan cakupan

materi yang tercantum dalam profil kompetensi.

c. Menguasai pengelolaan pembelajaran sesuai karakteristik materi

pelajaran.

d. Menguasai evaluasi hasil belajar dan pembelajaran sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran.

e. Memiliki wawasan profesi serta kepribadian sebagai guru.

4. Program Supervisi Pendidikan

Dalam praktek pembelajaran di kelas masih sering ditemui guru-

guru yang ditingkatkan profesionalismenya dalam proses belajar

mengajarnya. Sering ada persepsi yang salah atau kurang tepat di mana

tugas supervisor sering dimaknai sebagi tugas untuk mencari kesalahan

atau untuk mengadili guru, padahal tujuannya untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Ciri utama supervisi

adalah perubahan dalam ke arah yang lebih baik, positif proses belajar

mengajar lebih efektif dan efisien (Sutarmanto, 2012).

5. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata

Pelajaran)

MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru

mata pelajaran sejenis di sanggar maupun di masing-masing sekolah yang

terdiri dari dua unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Guru

mata pelajaran adalah guru SMP dan SMA Negeri atau Swasta yang

mengasuh dan bertanggung jawab dalam mengelola mata pelajaran yang

ditetapkan dalam kurikulum (Sutarmanto, 2012).

6. Simposium Guru

Selain MGMP ada forum lain yang dapat digunakan sebagai wadah

untuk saling berbagi pengalaman dalam pemecahan masalah yang terjadi

dalam proses pembelajaran yaitu simposium. Melalui forum simposium

guru ini diharapkan para guru menyebarluaskan upaya-upaya kreatif dalam

pemecahan masalah. Forum ini selain sebagai media untuk sharing

pengalaman juga berfungsi untuk kompetisi antar guru, dengan

menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam berbagai bidang, misalnya

dalam penggunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas

atau penulisan karya ilmiah (Sutarmanto, 2012).

7. Program Pelatihan Tradisional Lain

Berbagai program pelatihan sampai saat ini banyak dilakukan.

Bentuk-bentuk pelatihan ini sudah lama ada dan diakui cukup bernilai.

Walaupun disadari bahwa seringkali berbagai bentuk kursus/pelatihan

tradisional ini seringkali tidak dapat memenuhi kebutuhan praktis dari

pekerjaan guru. Oleh karena itu, suatu kombinasi antara materi akademis

dengan pengalaman lapangan akan sangat efektif untuk pengembangan

kursus/pelatihan tradisional ini. Pelatihan ini pada umumnya mengacu

pada satu aspek khusus yang sifatnya aktual dan penting untuk diketahui

oleh para guru, misalnya: CTL, KTSP, Penelitian Tindakan Kelas,

Penulisan Karya Ilmiah, dan sebagainya (Sutarmanto, 2012).

I. Tujuan Pembinaan Kompetensi Profesional Guru

Tujuan dari pembinaan kompetensi profesional guru adalah untuk

meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan

hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan

profesional kepada guru.

Adapun tujuan pembinaan di sini adalah memperbaiki proses belajar

mengajar yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian

tindakan, bimbingan, arahan. Terbaikinya proses belajar mengajar antara lain

melalui peningkata kemampuan profesional guru tersebut, diharapakan

memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan (Kosasi, 2010).

Menurut Kosasi (2010), dalam rumusan yang lebih rinci tujuan

pembinan guru, yaitu:

1. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa.

2. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar.

3. Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar

mengajar.

4. Memperbaiki penilaian atas media.

5. Memperbaiki penilaian atas proses belajar mengajar dan hasilnya.

6. Memperbaiki pembimbingan siswa atau kesulitan belajarnya.

7. Memperbaiki sikap guru atas tugasnya

Dengan adanya pembinaan maka tujuan yang hendak dicapai adalah

untuk memperbaiki efektifitas kerja seoramg guru dalam mencapai hasil kerja

yang telah ditetapkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan

baik, sehingga guru tersebut dapat menjadi guru yang profesional dalam

melaksanakan tugasnya. Sekolah dituntut untuk meningkatkan kualitas sumber

daya tenaga kependidikan yang tersedia, sehingga dapat meningkatkan

kualitas proses pendidikan itu sendiri dan pada gilirannya kualitas proses

belajar dan out put sekolah semakin bermutu.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahwa pembinaan kompetensi profesional guru adalah segala bentuk

usaha ataupun bantuan yang diberikan oleh parah ahli ke pada para guru dapat

memperdalam kempuan akademik, non akademik dan terpadu dengan

kemampuan mengajarnya, sehingga dapat mencapai tunjuan pendidikan yang

telah terencana dengan baik sekaligus guru tersebut memiliki wibawa

akademis. Adapuns syarat-syarat guru profesionalisme menurut pandangan

islam yaitu bertaqwa, berilmu pengetahuan luas, berlaku adil, berwibawa,

ikhlas, mempunyai tujuan yang rabbani, mampu merencanakan dan

melaksanakan evaluasi pendidikan, menguasai bidang yang ditekuni.

Sedangkan tujuan dari pembinaan kompetensi guru yaitu untuk

memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa, memperbaiki

materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar, memperbaiki metode,

memperbaiki penilaian atas media, memperbaiki penilaian atas proses belajar

mengajar dan hasilnya, memperbaiki pembimbingan siswa atau kesulitan

belajarnya, memperbaiki sikap guru atas tugasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hardianto. 2011. Profesionalitas Guru. Tersedia: http://staff.unila.ac.id/radenguna wan/files/2011/09/Profesionalitas-Guru.pdf. (Di akses pada tanggal 5 Mei 2014 pukul 14.09 WIB).

Imron, Ali. 2010. Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta : Pustaka Jaya

Kosasi, Raflis. 2010. Profesi Keguruan. Bandung: Rineka Cipta.

Mappanganro. 2010. Pemilikan Kompetensi Guru. Makassar: Alauddin Press.

Mulyana. A.Z. 2010. Rahasia Menjadi Guru Yang Hebat. Jakarta: Gramedia.

Rohim. 2011. Kompetensi Pengembangan Profesionalitas Guru. Tersedia: http:// :digilib.uinsuka.ac.id/3840/1/BAB%20I,IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf profesionalisme guru pdf. (Di akses pada tanggal 5 Mei 2014 pukul 15.21 WIB).

Rosidah. 2008. Profesionalisme Guru dan Upaya Pengembangannya. Tersedia : http://digilib.uinsuka.ac.id/1452/1/BAB%20I,%20BAB%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf profesionalisme guru pdf. (Di akses pada tanggal 5 Mei 2014 pukul 13.04 WIB).

Sahertian, Piet A. 2004. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sutarmanto. 2012. Profesionalitas Guru. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/defa ult/files/tmp/MENINGKATKAN%20PROFESIONALISME%20GURU.pdf. (Di akses pada tanggal 5 Mei 2014 pukul 15.25 WIB).

Tafsir, Ahmad. 2012. Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.