pembinaan keluarga(makalah)
TRANSCRIPT
Pembinaan Keluarga
Badrudin1
A. Surat Lukman ayat 18 dan 19
18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
B. Pembinaan Keluarga
Keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yakni satuan
kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Keluarga dalam arti sempit
disebut keluarga batih yang menurut (KBBI) yakni keluarga yang hanya terdiri
dari suami, isteri dan anak.2 Adapun dalam kamus berbahasa arab kata keluarga
berasal dari kata artinya keluarga.3
Selanjutnya pada kata pembinaan yang dalam (KBBI) yakni usaha, tindakan
dan kegiatan yang dialakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang baik.4
Keluarga, atau katakanlah unit terkecil dari keluarga adalah suami dan isteri,
atau ayah, ibu dan anak, yang bernaung dibawah satu rumah tangga. Unit ini
1 Mahasiswa Pasca Sarjana PTIQ jurusan Manajemen Pendidikan Islam 2012 - 20132 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) Cet. 1, h. 413.3 Munawir AF, Kamus Al-Bisri: Indonesia-Arab-Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1999), Cet. 1, h. 140.4 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,…h. 117.
memerlukan pimpinan, dan dalam pandangan Al-Qur’an yang wajar meminpin
adalah bapak.5
C. Asbabun Nuzul Surat Luqman
Asbabun nuzul surat ini adalah bahwa orang- orang Quraisy bertanya kepada
Nabi Muhammad SAW, tentang kisah luqman beserta anaknya, dan ketaatannya
kepada kedua ibu bapaknya, maka turunlah surat ini.6
Kaitan surat Luqman dengan surat sebelumnya :
1. Sesungguhnya di dalam surat yang lalu Allah SWT, telah berfirman :
58. dan Sesungguhnya telah Kami buat dalam Al Quran ini segala macam
perumpamaan untuk manusia. dan Sesungguhnya jika kamu membawa kepada
mereka suatu ayat, pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Kamu tidak
lain hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka."( Arum : 58 )
Kemudian di dalam surat Luqman ini Allah SWT, mengisyaratkan pula
hal tersebut melalui pembukaannya. Dan di dalam surat ini Allah telah berfirman :
7. dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami Dia berpaling dengan
menyombongkan diri seolah-olah Dia belum mendengarnya, seakan- akan ada
sumbat di kedua telinganya; Maka beri kabar gembiralah Dia dengan azab yang
pedih.( Luqman : 7 )
2. Dalam surat Arum Allah berfirman :
5 Shihab, Qurais. Wawasan Al-Qur’an. Bandung : Penerbit Mizan tahun 1996 cet 1 hal 2106 Al-Maragi, Mustafa. Tafsir Al-maragi :Semarang : Penerbit, CV Toha Putra Semarang. Tahun 1992. Cet ke 2 terj Bahrun Abu Bakr,Lc dkk jilid 21 hal 130
27. dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian
mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu
adalah lebih mudah bagi-Nya. dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit
dan di bumi; dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Arum : 27)
Sedangkan di dalam surat Luqman Allah SWT telah berfirman :
28. tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu
melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja.
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.(Luqman : 28
Pengertian yang terkandung di dalam kedua ayat tersebut, menunjukkan
bahwa pembangkitan itu amatlah mudah bagi-Nya.
4. Sesungguhnya di dalam surat yang telah lalu Allah SWT, menyebutkan
kisah kedua kerajaan besar yang saling menyerang dia antara keduanya karena
demi memperebutkan masalah duniawi. Maka dalam surat luqman ini Allah
menyebutkan tentang kisah seorang hamba sahaya yang menjauhi keduniaan dan
tentang wsiatnya kepada anaknya supaya bersabar dan cinta damai, yang hal ini
jelas mempunyai pengertian yang bertentangan dengan peperangan.7
D. Kandungan Ayat
Nasihat Luqman kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun
berinteraksi dengan sesame manusia. Materi pelajaran akidah, beliau selingi
dengan materi pelajaran akhlak bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan
satu materi, tetapi juga umtuk mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak
merupakan satu kesatuan yang tidak adapat dipisahkan.8
7 Al-Maragi, Mustafa. Tafsir Al-maragi :Semarang : Penerbit, CV Toha Putra Semarang. Tahun 1992. Cet ke 2 terj Bahrun Abu Bakr,Lc dkk jilid 21 hal 132
8 Shihab, Qurais . Tafsir Al-misbah : Jakarta: Penerbit, Lentera Hati. Tahun 2011. Vol 10 hal 311
Dan sesudah Luqman mewasiati anaknya dengan berbagai hal, kemudian
ia mengingatkan anaknya akan hal-hal lainya, yaitu sebagaimana disebutkan oleh
firman-Nya :
Janganlah kamu memalingkan mukamu terhadap orang-orang yang kamu
berbicara dengannya, karena sombong dan meremehkannya. Akan tetapi
hadapilah dia dengan muka yang berseri-seri dan gembira, tanpa rasa sombong
dan tinggi diri.
Ini sesuai dengan hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Imam Malik
melalui Ibnu Syihab bersumberkan dari Anas Ibnu Malik “ Janganlah kalian
saling membenci, jangan pula saling bermusuhan, dan janganlah kalian saling
mendengki, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Dan tidak halal
bagi seorang muslim mengsingkan saudaranya lebih dari tiga hari”.9
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh dan
menyombongkan diri, karena se3sungguhnya hal itu adalah cara jalan orang-orang
yang angkara murka dan sombong, yaitu mereka yang gemar melakukan
kekejaman di muka bumi dan suka berbuat zalim terhadap orang lain. Akan tetapi
berjalanlah dengan sikap sederhana karena sesungguhnya cara jalan yang
demikian mencerminkan rasa rendah diri, sehingga pelakunya akan sampai
kepada semua kebaikan.
Yahya ibnu Jabir At-Tai,y telah meriwayatkan sebuah asar melalui Gudaif
ibnul Harits yang telah menceritakan,” pada suatu hari aku duduk di majlis
Abdullah ibnu Amr ibnu Ash, kemudian aku mendengar ia
mengatakan,”sesungguhnya kuburan itu berkata kepada seorang hamba apabila ia
dikubur didalamnya, “ hai anak Adam, apakah gerangan yang membuatmu lalai
kepadaku?. Tidakkah kamu mengetahui bahwa aku adalah rumah tewrasing? Dan
tidakkah kau tahu bahwa aku rumah haq? Hai anak Adam apakah gerangan yang
9 Al-Maragi, Mustafa. Tafsir Al-maragi :Semarang : Penerbit, CV Toha Putra Semarang. Tahun 1992. Cet ke 2 terj Bahrun Abu Bakr,Lc dkk jilid 21 hal 160
membuat kamu lalai kepadaku? Sesungguhnya kamu dahulu berjalan di sekitarku
dengan sikap yamg angkuh dan sombong!.
Dan berjalanlah dengan sikap sederhana, yakni tidak terlalu lambat dan
juga tidak terlalu cepat, akan tetapi berjalanlah dengan wajar tanpa dibuat-buat
dan juga tanpa pamer menonjolkan sikap rendah diri atau sikap tawadhu.
Siti Aisyah ra. Telah meriwayatkan, bahwa ia melihat seorang laki-laki
yang hamper mati karena terlalu merendahkan diri. Lalu ia berkata apakah
gerangan yang telah terjadi pada dirinya?. Maka ia menjawab, bahwa ia adalah
termsuk ahli qurra (ahli fiqih yang alim tentang kitabullah). Maka siti Aisyah
menjawab, umar adalah pemimpin ahli qurra, dan adalah ia apabila berjalan
langkahnya cepat, dan apabila berkata suaranya keras dan berpengaruh, dan
apabila memukul, maka sakitnya bukan main.
Kurangilah tingkat kekerasan suaramu, dan perpendek cara bicaramu,
janganlah kamu mengangkat suaramu bilamana tidak diperlukan sekali. Karena
sesungguhnya sikap demikian itu lebih berwibawa bagi yang melakukanya, dan
lebih mudah diterima oleh jiwa pendengarnya serta lebih gampang untuk
dimengerti.
E.Pentingnya Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dengan kata lain pendidikan adalah
segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan hidup.10
Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa pendidikan itu
mempunyai beberapa karakteristik khusus, menurut Mudyahardjo membaginya
kepada empat hal yaitu:
a. Masa pendidikan. Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam 10 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2001),
h. 3
setiap saat selama ada pengaruh lingkungan.
b. Lingkungan pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam segala
lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan
pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya.
c. Bentuk kegiatan. Terentang dari bentuk-bentuk yang misterius atau
tak disengaja sampai dengan terprogram. Pendidikan berbentuk segala
macam pengalaman belajar dalam hidup. Pendidikan berlangsung dalam
beranaka ragam bentuk, pola, dan lembaga. Pendidikan dapat terjadi
sembarang,kapan, dan di mana pun dalam hidup. Pendidikan lebih
berorientasi pada peserta didik.
d. Tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar,
tidak ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, tidak
terbatas, dan sama dengan tujuan hidup.11
2.Pengertian Akhlak
Kata pokok (dasar) akhlak adalah khalaqo, khaliqun dan
makhluqun, kata sifatnya adalah akhlakun. Menurut Imam Hamid al-Ghazali
yang dikutip oleh DR. Ali Abdul Halim Mahmud mengatakan bahwa kata al-
khalq adalah bentuk lahirnya, sedangkan al-khuluq adalah bentuk batinnya.
Hal itu karena manusia tersusun dari fisik yang dapat dilihat dengan mata
kepala, dan ruh / jiwa yang ditangkap oleh mata batin. Ruh / jiwa yang
ditangkap oleh mata batin itu lebih tinggi nilainya dari fisik yang ditangkap
dengan penglihatan mata.12
Jadi akhlak (al-khuluq) pengertiannya adalah suatu sifat yang terpatri
dalam jiwa, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memikirkan dan merenung terlebih dahulu. Jika sifat yang tertanam itu
darinya terlahir perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut rasio dan
11 Ibid.
12 Ali Abdul Halim Mahmud , Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 28
syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Sedangkan jika yang
terlahir adalah perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan
dengan akhlak yang buruk.13
Demikian juga sama pengertian akhlak menurut Muhammad bin Ali
asy-Syariif al-Jurjani yang juga dikutip oleh DR. Ali Abdul Halim Mahmud,
beliau mendifinisikan:
“Akhlak adalah istilah bagi semua sifat yang tertanam kuat dalam diri,
yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan,
tanpa perlu berpikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir
perbuatan-perbuatan yang indah menurut akal dan syariat, dengan
mudah, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik.
Sedangkan jika terlahir perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut
dinamakan akhlak yang buruk.”14
Menurut difinisi di atas, akhlak mencakup sifat baik maupun buruk,
namun kita dapati kebanyakan ulama’ akhlak menggunakan kata akhlak untuk
sifat yang baik saja. Menurut mereka, akhlak adalah sifat-sifat baik yang
tertanam pada jiwa dan memancar perilaku yang baik dalam kehidupan.15
Jadi akhlak bukanlah sekedar perilaku manusia yang bersifat bawaan
lahir, tapi merupakan salah satu dari dimensi kehidupan seorang muslim yang
mencakup aqidah, Ibadah, akhlak dan syari’ah. Karena itu, akhlak Islami
cakupannya sangat luas, yakni ethos, ethis, moral dan estetika. Keterangan
lebih jelas tentang hal itu akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Ethos, yang mengatur hubungan seseorang dengan khaliqnya, al-Ma’bud,
bil haq serta kelengkapan uluhiyah dan rububiyah, seperti terhadap
13 Ibid.14 Ibid., h. 32
15 Abdullah bin Qasim Al-Wasyli, Menyelami Samudera 20 Prinsip Hasan Al-Banna, tarj., Kamal Fauzi. Ahmad Zubaidi dan Jasiman, (Solo: Era Intermedia, 2005), h. 55
Rasul-Rasul Allah, kitab-kitab Nya, dan sebagainya.
b. Ethis, yang mengatur sikap seseorang terhadap dirinya dan terhadap
sesamanya dalam kegiatan kehidupan sehari-harinya.
c. Moral, yang mengatur hubungannya dengan sesamanya, tapi berlainan
jenis dan atau yang menyangkut kehormatan tiap pribadi.
d. Estetika, rasa keindahan yang mendorong seseorang untuk meningkatkan
keadaan dirinya serta lingkungannya, agar lebih indah dan menuju
kesempurnaan.16
Namun seringkali kata “akhlak” dalam bahasa arab diartikan dengan
“moral”. Maka dalam pembahasan ini peneliti sering menggunakan istilah
akhlak untuk memudahkan istilah dalam tulisan ini. Contoh dalam buku
aslinya Abdullah Nasih Ulwan mengartikan “akhlak” dalam bahasa Indonesia
dengan “moral”.
3.Pengertian Pendidikan Akhlak
Pendidikan Akhlak (Moral) adalah pendidikan mengenai dasar-dasar
moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan
kebiasaan oleh anak sejak masa analisa hingga ia menjadi mukallaf, pemuda
yang mengarungi lautan kehidupan. Tidak diragukan lagi bahwa keutamaan-
keutamaan moral, perangai dan tabiat merupakan salah satu buah iman yang
mendalam, dan perkembangan religius yang benar.
Jika sejak masa kanak-kanaknya, anak tumbuh berkembang dengan
berpijak pada iman kepada Allah dan terdidik untuk takut, ingat, bersandar,
16 Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masyarakat), (Jakarta: Media Da’wah, 1986), h. 11
meminta pertolongan dan berserah diri padaNya, ia akan memiliki potensi dan
respons secara instingtif di dalam menerima setiap keutamaaan dan
kemuliaan, di samping terbiasa melakuakan akhlak mulia. Sebab benteng
pertahanan religius yang berakar pada hati sanubarinya, kebiasaan mengingat
Allah yang telah dihayati dalam dirinya dan instropeksi diri yang telah
menguasai seluruh pikiran dan perasaannya, telah memisahkan anak dari
sifat- sifat negatif, kebiasaan-kebiasaan dosa dan tradisi-tradisi jahiliyah yang
rusak. Bahkan penerimaannya terhadap setiap kebaikan akan menjadi salah
satu kebiasaan dan kesenangannya terhadap keutamaan, dan kemuliaan akan
menjadi akhlak dan sifat yang paling menonjol.17
4.Pentingnya Pendidikan Akhlak
Islam sebagai agama samawi sangat memperhatikan akhlak, oleh
karena itu Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia
mendapat pujian Allah karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana
firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti (berakhlak)
yang agung.”
17 Abdullah Nasih Ulwan, Loc. Cit.
Bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwa
kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri
manusia sebagaimana sabda beliau:
Artinya: “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.”
(HR. Ahmad).
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia
menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang
paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain Anas memuji beliau shalallahu ‘alahi
wasallam:“Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih
halus dari tangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya juga belum
pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah shalallahu ‘alahi
wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya :
mengapa engkau berbuat ini atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba
sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik
akhlaknya.” (HR Tirmidzi dan Ahmad).
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian, perkembangan internalisasi
nilai-nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya
sebagai model. Bagi mereka gambaran-gambaran yang diidentifikasi adalah
orang-orang dewasa yang simpatik, orang-orang terkenal dan hal-hal yang
ideal yang diciptakan sendiri. Syamsu Yusuf menyatakan bahwa
“Perkembangan moral (akhlak) seorang anak banyak dipengaruhi oleh
lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai dari lingkungannya, terutama
dari orang tuanya”.18
Dari pernyataan di atas dapat dimengerti bahwa perkembangan akhlak
anak sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitarnya, terutama
keluarganya yang setiap hari berinteraksi dengan anak. Boleh jadi baik dan
buruknya perkembangan akhlak anak tergantung pada baik dan buruk akhlak
keluarganya.
5. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Akhlak
Karena itu Rasulullah berpesan kepada para orangtua untuk
memberikan perhatian dan pendidikan yang intensif sebagaimana sabda
18 http://4fif.wordpress.com/ April 2011
beliau yang berbunyi:
Artinya: “Suruhlah anak-anakmu menjalankan ibadah shalat apabila mereka
telah berusia tujuh tahun, dan apabila mereka telah berusia sepuluh tahun,
maka pukullah mereka (apabila tidak mau melakukan shalat) dan pisahkanlah
tempat tidur mereka.” (H.R. Abu Daud dan Al-Hakim).
Dalam perkembangan sosialnya, ia mula-mula hanya menaruh
perhatian kepada kepentingan dan perasaannya saja. Pada usia sekolah, ia
berangsur-angsur menaruh perhatian kepada orang lain. Ia dapat mengikat tali
persahabatan dengan teman lain, ia mulai dapat mempengaruhi kelakuan
orang lain dan senantiasa memperluas lingkaran persahabatananya.
Perhatiannya masih banyak terhadap orang-orang yang dekat padanya dalam
keluarga.19
Tidak aneh jika Islam sangat memperhatikan pendidikan anak-anak
dari aspek akhlak ini dan mengeluarkan petunjuk yang sangat berharga di
dalam melahirkan anak dengan kebiasaan-kebiasaan yang mulia. Berikut ini
sebagian wasiat dan petunjuk Rasul dalam upaya mendidik anak dari aspek
akhlak20 adalah sabda Rasulullah SAW:
19 Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: PT Bumi Aksara ,2008), h. 11420 Abdullah Nasih Ulwan, Op.Cit., h. 177
Artinya: Namun barangsiapa yang menahan (menjaga diri dari meminta-minta), maka Allah akan menjaganya dan barangsiapa yang meminta kecukupan maka Allah akan mencukupkannya dan barangsiapa yang mensabar-sabarkan dirinya maka Allah akan memberinya kesabaran. Dan tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada (diberikan) kesabaran.” (HR. Al-Bukhari no. 1376 dan Muslim no. 1745)
Begitu juga dari Ibnu Abbas ra. Bahwa Rasulullah SAW. bersabda
yang artinya:
“Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan akhlak yang baik” (HR. Ibnu Majah)
Demikian juga hadits dari Ibnu Abbas ra. dari Rasulullah SAW.
bahwa beliau bersabda yang artinya: “Di antara hak orang tua terhadap
anaknya adalah mendidiknya dengan akhlak yang baik dan memberinya
nama yang baik” (HR. Baihaqi)
Berdasarkan hadits-hadits pedagogis ini dapat disimpulkan bahwa
para pendidik, terutama ayah dan ibu, mempunyai tanggung-jawab sangat
besar dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar moral
(akhlak).