pembinaan keluarga(makalah)

21
Pembinaan Keluarga Badrudin 1 A. Surat Lukman ayat 18 dan 19 18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. 19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. B. Pembinaan Keluarga Keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yakni satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Keluarga dalam arti sempit disebut keluarga batih yang menurut (KBBI) yakni keluarga yang hanya terdiri dari suami, isteri dan anak. 2 Adapun dalam 1 Mahasiswa Pasca Sarjana PTIQ jurusan Manajemen Pendidikan Islam 2012 - 2013

Upload: badrudin-al-jauhari

Post on 14-Aug-2015

218 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembinaan Keluarga(makalah)

Pembinaan Keluarga

Badrudin1

A. Surat Lukman ayat 18 dan 19

18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)

dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu.

Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

B. Pembinaan Keluarga

Keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yakni satuan

kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Keluarga dalam arti sempit

disebut keluarga batih yang menurut (KBBI) yakni keluarga yang hanya terdiri

dari suami, isteri dan anak.2 Adapun dalam kamus berbahasa arab kata keluarga

berasal dari kata artinya keluarga.3

Selanjutnya pada kata pembinaan yang dalam (KBBI) yakni usaha, tindakan

dan kegiatan yang dialakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk

memperoleh hasil yang baik.4

Keluarga, atau katakanlah unit terkecil dari keluarga adalah suami dan isteri,

atau ayah, ibu dan anak, yang bernaung dibawah satu rumah tangga. Unit ini

1 Mahasiswa Pasca Sarjana PTIQ jurusan Manajemen Pendidikan Islam 2012 - 20132 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) Cet. 1, h. 413.3 Munawir AF, Kamus Al-Bisri: Indonesia-Arab-Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1999), Cet. 1, h. 140.4 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,…h. 117.

Page 2: Pembinaan Keluarga(makalah)

memerlukan pimpinan, dan dalam pandangan Al-Qur’an yang wajar meminpin

adalah bapak.5

C. Asbabun Nuzul Surat Luqman

Asbabun nuzul surat ini adalah bahwa orang- orang Quraisy bertanya kepada

Nabi Muhammad SAW, tentang kisah luqman beserta anaknya, dan ketaatannya

kepada kedua ibu bapaknya, maka turunlah surat ini.6

Kaitan surat Luqman dengan surat sebelumnya :

1. Sesungguhnya di dalam surat yang lalu Allah SWT, telah berfirman :

58. dan Sesungguhnya telah Kami buat dalam Al Quran ini segala macam

perumpamaan untuk manusia. dan Sesungguhnya jika kamu membawa kepada

mereka suatu ayat, pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Kamu tidak

lain hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka."( Arum : 58 )

Kemudian di dalam surat Luqman ini Allah SWT, mengisyaratkan pula

hal tersebut melalui pembukaannya. Dan di dalam surat ini Allah telah berfirman :

7. dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami Dia berpaling dengan

menyombongkan diri seolah-olah Dia belum mendengarnya, seakan- akan ada

sumbat di kedua telinganya; Maka beri kabar gembiralah Dia dengan azab yang

pedih.( Luqman : 7 )

2. Dalam surat Arum Allah berfirman :

5 Shihab, Qurais. Wawasan Al-Qur’an. Bandung : Penerbit Mizan tahun 1996 cet 1 hal 2106 Al-Maragi, Mustafa. Tafsir Al-maragi :Semarang : Penerbit, CV Toha Putra Semarang. Tahun 1992. Cet ke 2 terj Bahrun Abu Bakr,Lc dkk jilid 21 hal 130

Page 3: Pembinaan Keluarga(makalah)

27. dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian

mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu

adalah lebih mudah bagi-Nya. dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit

dan di bumi; dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Arum : 27)

Sedangkan di dalam surat Luqman Allah SWT telah berfirman :

28. tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu

melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja.

Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.(Luqman : 28

Pengertian yang terkandung di dalam kedua ayat tersebut, menunjukkan

bahwa pembangkitan itu amatlah mudah bagi-Nya.

4. Sesungguhnya di dalam surat yang telah lalu Allah SWT, menyebutkan

kisah kedua kerajaan besar yang saling menyerang dia antara keduanya karena

demi memperebutkan masalah duniawi. Maka dalam surat luqman ini Allah

menyebutkan tentang kisah seorang hamba sahaya yang menjauhi keduniaan dan

tentang wsiatnya kepada anaknya supaya bersabar dan cinta damai, yang hal ini

jelas mempunyai pengertian yang bertentangan dengan peperangan.7

D. Kandungan Ayat

Nasihat Luqman kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun

berinteraksi dengan sesame manusia. Materi pelajaran akidah, beliau selingi

dengan materi pelajaran akhlak bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan

satu materi, tetapi juga umtuk mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak

merupakan satu kesatuan yang tidak adapat dipisahkan.8

7 Al-Maragi, Mustafa. Tafsir Al-maragi :Semarang : Penerbit, CV Toha Putra Semarang. Tahun 1992. Cet ke 2 terj Bahrun Abu Bakr,Lc dkk jilid 21 hal 132

8 Shihab, Qurais . Tafsir Al-misbah : Jakarta: Penerbit, Lentera Hati. Tahun 2011. Vol 10 hal 311

Page 4: Pembinaan Keluarga(makalah)

Dan sesudah Luqman mewasiati anaknya dengan berbagai hal, kemudian

ia mengingatkan anaknya akan hal-hal lainya, yaitu sebagaimana disebutkan oleh

firman-Nya :

Janganlah kamu memalingkan mukamu terhadap orang-orang yang kamu

berbicara dengannya, karena sombong dan meremehkannya. Akan tetapi

hadapilah dia dengan muka yang berseri-seri dan gembira, tanpa rasa sombong

dan tinggi diri.

Ini sesuai dengan hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Imam Malik

melalui Ibnu Syihab bersumberkan dari Anas Ibnu Malik “ Janganlah kalian

saling membenci, jangan pula saling bermusuhan, dan janganlah kalian saling

mendengki, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Dan tidak halal

bagi seorang muslim mengsingkan saudaranya lebih dari tiga hari”.9

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh dan

menyombongkan diri, karena se3sungguhnya hal itu adalah cara jalan orang-orang

yang angkara murka dan sombong, yaitu mereka yang gemar melakukan

kekejaman di muka bumi dan suka berbuat zalim terhadap orang lain. Akan tetapi

berjalanlah dengan sikap sederhana karena sesungguhnya cara jalan yang

demikian mencerminkan rasa rendah diri, sehingga pelakunya akan sampai

kepada semua kebaikan.

Yahya ibnu Jabir At-Tai,y telah meriwayatkan sebuah asar melalui Gudaif

ibnul Harits yang telah menceritakan,” pada suatu hari aku duduk di majlis

Abdullah ibnu Amr ibnu Ash, kemudian aku mendengar ia

mengatakan,”sesungguhnya kuburan itu berkata kepada seorang hamba apabila ia

dikubur didalamnya, “ hai anak Adam, apakah gerangan yang membuatmu lalai

kepadaku?. Tidakkah kamu mengetahui bahwa aku adalah rumah tewrasing? Dan

tidakkah kau tahu bahwa aku rumah haq? Hai anak Adam apakah gerangan yang

9 Al-Maragi, Mustafa. Tafsir Al-maragi :Semarang : Penerbit, CV Toha Putra Semarang. Tahun 1992. Cet ke 2 terj Bahrun Abu Bakr,Lc dkk jilid 21 hal 160

Page 5: Pembinaan Keluarga(makalah)

membuat kamu lalai kepadaku? Sesungguhnya kamu dahulu berjalan di sekitarku

dengan sikap yamg angkuh dan sombong!.

Dan berjalanlah dengan sikap sederhana, yakni tidak terlalu lambat dan

juga tidak terlalu cepat, akan tetapi berjalanlah dengan wajar tanpa dibuat-buat

dan juga tanpa pamer menonjolkan sikap rendah diri atau sikap tawadhu.

Siti Aisyah ra. Telah meriwayatkan, bahwa ia melihat seorang laki-laki

yang hamper mati karena terlalu merendahkan diri. Lalu ia berkata apakah

gerangan yang telah terjadi pada dirinya?. Maka ia menjawab, bahwa ia adalah

termsuk ahli qurra (ahli fiqih yang alim tentang kitabullah). Maka siti Aisyah

menjawab, umar adalah pemimpin ahli qurra, dan adalah ia apabila berjalan

langkahnya cepat, dan apabila berkata suaranya keras dan berpengaruh, dan

apabila memukul, maka sakitnya bukan main.

Kurangilah tingkat kekerasan suaramu, dan perpendek cara bicaramu,

janganlah kamu mengangkat suaramu bilamana tidak diperlukan sekali. Karena

sesungguhnya sikap demikian itu lebih berwibawa bagi yang melakukanya, dan

lebih mudah diterima oleh jiwa pendengarnya serta lebih gampang untuk

dimengerti.

E.Pentingnya Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dengan kata lain pendidikan adalah

segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan hidup.10

Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa pendidikan itu

mempunyai beberapa karakteristik khusus, menurut Mudyahardjo membaginya

kepada empat hal yaitu:

a. Masa pendidikan. Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam 10 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2001),

h. 3

Page 6: Pembinaan Keluarga(makalah)

setiap saat selama ada pengaruh lingkungan.

b. Lingkungan pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam segala

lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan

pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya.

c. Bentuk kegiatan. Terentang dari bentuk-bentuk yang misterius atau

tak disengaja sampai dengan terprogram. Pendidikan berbentuk segala

macam pengalaman belajar dalam hidup. Pendidikan berlangsung dalam

beranaka ragam bentuk, pola, dan lembaga. Pendidikan dapat terjadi

sembarang,kapan, dan di mana pun dalam hidup. Pendidikan lebih

berorientasi pada peserta didik.

d. Tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar,

tidak ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, tidak

terbatas, dan sama dengan tujuan hidup.11

2.Pengertian Akhlak

Kata pokok (dasar) akhlak adalah khalaqo, khaliqun dan

makhluqun, kata sifatnya adalah akhlakun. Menurut Imam Hamid al-Ghazali

yang dikutip oleh DR. Ali Abdul Halim Mahmud mengatakan bahwa kata al-

khalq adalah bentuk lahirnya, sedangkan al-khuluq adalah bentuk batinnya.

Hal itu karena manusia tersusun dari fisik yang dapat dilihat dengan mata

kepala, dan ruh / jiwa yang ditangkap oleh mata batin. Ruh / jiwa yang

ditangkap oleh mata batin itu lebih tinggi nilainya dari fisik yang ditangkap

dengan penglihatan mata.12

Jadi akhlak (al-khuluq) pengertiannya adalah suatu sifat yang terpatri

dalam jiwa, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa

memikirkan dan merenung terlebih dahulu. Jika sifat yang tertanam itu

darinya terlahir perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut rasio dan

11 Ibid.

12 Ali Abdul Halim Mahmud , Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 28

Page 7: Pembinaan Keluarga(makalah)

syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Sedangkan jika yang

terlahir adalah perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan

dengan akhlak yang buruk.13

Demikian juga sama pengertian akhlak menurut Muhammad bin Ali

asy-Syariif al-Jurjani yang juga dikutip oleh DR. Ali Abdul Halim Mahmud,

beliau mendifinisikan:

“Akhlak adalah istilah bagi semua sifat yang tertanam kuat dalam diri,

yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan,

tanpa perlu berpikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir

perbuatan-perbuatan yang indah menurut akal dan syariat, dengan

mudah, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik.

Sedangkan jika terlahir perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut

dinamakan akhlak yang buruk.”14

Menurut difinisi di atas, akhlak mencakup sifat baik maupun buruk,

namun kita dapati kebanyakan ulama’ akhlak menggunakan kata akhlak untuk

sifat yang baik saja. Menurut mereka, akhlak adalah sifat-sifat baik yang

tertanam pada jiwa dan memancar perilaku yang baik dalam kehidupan.15

Jadi akhlak bukanlah sekedar perilaku manusia yang bersifat bawaan

lahir, tapi merupakan salah satu dari dimensi kehidupan seorang muslim yang

mencakup aqidah, Ibadah, akhlak dan syari’ah. Karena itu, akhlak Islami

cakupannya sangat luas, yakni ethos, ethis, moral dan estetika. Keterangan

lebih jelas tentang hal itu akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Ethos, yang mengatur hubungan seseorang dengan khaliqnya, al-Ma’bud,

bil haq serta kelengkapan uluhiyah dan rububiyah, seperti terhadap

13 Ibid.14 Ibid., h. 32

15 Abdullah bin Qasim Al-Wasyli, Menyelami Samudera 20 Prinsip Hasan Al-Banna, tarj., Kamal Fauzi. Ahmad Zubaidi dan Jasiman, (Solo: Era Intermedia, 2005), h. 55

Page 8: Pembinaan Keluarga(makalah)

Rasul-Rasul Allah, kitab-kitab Nya, dan sebagainya.

b. Ethis, yang mengatur sikap seseorang terhadap dirinya dan terhadap

sesamanya dalam kegiatan kehidupan sehari-harinya.

c. Moral, yang mengatur hubungannya dengan sesamanya, tapi berlainan

jenis dan atau yang menyangkut kehormatan tiap pribadi.

d. Estetika, rasa keindahan yang mendorong seseorang untuk meningkatkan

keadaan dirinya serta lingkungannya, agar lebih indah dan menuju

kesempurnaan.16

Namun seringkali kata “akhlak” dalam bahasa arab diartikan dengan

“moral”. Maka dalam pembahasan ini peneliti sering menggunakan istilah

akhlak untuk memudahkan istilah dalam tulisan ini. Contoh dalam buku

aslinya Abdullah Nasih Ulwan mengartikan “akhlak” dalam bahasa Indonesia

dengan “moral”.

3.Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan Akhlak (Moral) adalah pendidikan mengenai dasar-dasar

moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan

kebiasaan oleh anak sejak masa analisa hingga ia menjadi mukallaf, pemuda

yang mengarungi lautan kehidupan. Tidak diragukan lagi bahwa keutamaan-

keutamaan moral, perangai dan tabiat merupakan salah satu buah iman yang

mendalam, dan perkembangan religius yang benar.

Jika sejak masa kanak-kanaknya, anak tumbuh berkembang dengan

berpijak pada iman kepada Allah dan terdidik untuk takut, ingat, bersandar,

16 Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masyarakat), (Jakarta: Media Da’wah, 1986), h. 11

Page 9: Pembinaan Keluarga(makalah)

meminta pertolongan dan berserah diri padaNya, ia akan memiliki potensi dan

respons secara instingtif di dalam menerima setiap keutamaaan dan

kemuliaan, di samping terbiasa melakuakan akhlak mulia. Sebab benteng

pertahanan religius yang berakar pada hati sanubarinya, kebiasaan mengingat

Allah yang telah dihayati dalam dirinya dan instropeksi diri yang telah

menguasai seluruh pikiran dan perasaannya, telah memisahkan anak dari

sifat- sifat negatif, kebiasaan-kebiasaan dosa dan tradisi-tradisi jahiliyah yang

rusak. Bahkan penerimaannya terhadap setiap kebaikan akan menjadi salah

satu kebiasaan dan kesenangannya terhadap keutamaan, dan kemuliaan akan

menjadi akhlak dan sifat yang paling menonjol.17

4.Pentingnya Pendidikan Akhlak

Islam sebagai agama samawi sangat memperhatikan akhlak, oleh

karena itu Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia

mendapat pujian Allah karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana

firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti (berakhlak)

yang agung.”

17 Abdullah Nasih Ulwan, Loc. Cit.

Page 10: Pembinaan Keluarga(makalah)

Bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwa

kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri

manusia sebagaimana sabda beliau:

Artinya: “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.”

(HR. Ahmad).

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia

menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang

paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain Anas memuji beliau shalallahu ‘alahi

wasallam:“Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih

halus dari tangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya juga belum

pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau Rasulullah shalallahu ‘alaihi

wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah shalallahu ‘alahi

wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya :

mengapa engkau berbuat ini atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?”

(HR. Bukhari dan Muslim).

Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba

sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:

Page 11: Pembinaan Keluarga(makalah)

Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik

akhlaknya.” (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian, perkembangan internalisasi

nilai-nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya

sebagai model. Bagi mereka gambaran-gambaran yang diidentifikasi adalah

orang-orang dewasa yang simpatik, orang-orang terkenal dan hal-hal yang

ideal yang diciptakan sendiri. Syamsu Yusuf menyatakan bahwa

“Perkembangan moral (akhlak) seorang anak banyak dipengaruhi oleh

lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai dari lingkungannya, terutama

dari orang tuanya”.18

Dari pernyataan di atas dapat dimengerti bahwa perkembangan akhlak

anak sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitarnya, terutama

keluarganya yang setiap hari berinteraksi dengan anak. Boleh jadi baik dan

buruknya perkembangan akhlak anak tergantung pada baik dan buruk akhlak

keluarganya.

5. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Akhlak

Karena itu Rasulullah berpesan kepada para orangtua untuk

memberikan perhatian dan pendidikan yang intensif sebagaimana sabda

18 http://4fif.wordpress.com/ April 2011

Page 12: Pembinaan Keluarga(makalah)

beliau yang berbunyi:

Artinya: “Suruhlah anak-anakmu menjalankan ibadah shalat apabila mereka

telah berusia tujuh tahun, dan apabila mereka telah berusia sepuluh tahun,

maka pukullah mereka (apabila tidak mau melakukan shalat) dan pisahkanlah

tempat tidur mereka.” (H.R. Abu Daud dan Al-Hakim).

Dalam perkembangan sosialnya, ia mula-mula hanya menaruh

perhatian kepada kepentingan dan perasaannya saja. Pada usia sekolah, ia

berangsur-angsur menaruh perhatian kepada orang lain. Ia dapat mengikat tali

persahabatan dengan teman lain, ia mulai dapat mempengaruhi kelakuan

orang lain dan senantiasa memperluas lingkaran persahabatananya.

Perhatiannya masih banyak terhadap orang-orang yang dekat padanya dalam

keluarga.19

Tidak aneh jika Islam sangat memperhatikan pendidikan anak-anak

dari aspek akhlak ini dan mengeluarkan petunjuk yang sangat berharga di

dalam melahirkan anak dengan kebiasaan-kebiasaan yang mulia. Berikut ini

sebagian wasiat dan petunjuk Rasul dalam upaya mendidik anak dari aspek

akhlak20 adalah sabda Rasulullah SAW:

19 Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: PT Bumi Aksara ,2008), h. 11420 Abdullah Nasih Ulwan, Op.Cit., h. 177

Page 13: Pembinaan Keluarga(makalah)

Artinya: Namun barangsiapa yang menahan (menjaga diri dari meminta-minta), maka Allah akan menjaganya dan barangsiapa yang meminta kecukupan maka Allah akan mencukupkannya dan barangsiapa yang mensabar-sabarkan dirinya maka Allah akan memberinya kesabaran. Dan tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada (diberikan) kesabaran.” (HR. Al-Bukhari no. 1376 dan Muslim no. 1745)

Begitu juga dari Ibnu Abbas ra. Bahwa Rasulullah SAW. bersabda

yang artinya:

“Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan akhlak yang baik” (HR. Ibnu Majah)

Demikian juga hadits dari Ibnu Abbas ra. dari Rasulullah SAW.

bahwa beliau bersabda yang artinya: “Di antara hak orang tua terhadap

anaknya adalah mendidiknya dengan akhlak yang baik dan memberinya

nama yang baik” (HR. Baihaqi)

Berdasarkan hadits-hadits pedagogis ini dapat disimpulkan bahwa

para pendidik, terutama ayah dan ibu, mempunyai tanggung-jawab sangat

besar dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar moral

(akhlak).

Page 14: Pembinaan Keluarga(makalah)
Page 15: Pembinaan Keluarga(makalah)