makalah mata kuliah iktioplankton

21
MAKALAH MATA KULIAH IKTIOPLANKTON SIKLUS HIDUP IKAN SARDIN Disusun Oleh : Arief Rahmat S (12/335046/PN/13008) Dosen Pengampu : Dr. Ir. Djumanto, M.Sc. JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Upload: arief-rahmat

Post on 27-Jan-2016

267 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Iktioplankton, Biologi Perikanan, Taksonomi hewan

TRANSCRIPT

MAKALAH MATA KULIAH IKTIOPLANKTON

SIKLUS HIDUP IKAN SARDIN

Disusun Oleh :

Arief Rahmat S

(12/335046/PN/13008)

Dosen Pengampu :

Dr. Ir. Djumanto, M.Sc.

JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

DAFTAR ISI

Daftar Isi.............................................................................................................................. i

I. PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

1. Latar Belakang......................................................................................................... 1

2. Tujuan...................................................................................................................... 1

II. METODE..................................................................................................................... 2

III. PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3

3.1 Deskripsi Ikan Sarden.............................................................................................. 3

3.2 Habitat dan Penyebaran........................................................................................... 4

3.3 Siklus Hidup............................................................................................................ 4

IV. KESIMPULAN............................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 13

ii

I. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Ikan di definisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di air dan secara sistematik ditempatkan pada Filum Chordata dengan karakteristik memiliki insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut dari air dan sirip digunakan untuk berenang.. Saat ini terdapat 33.100 spesies ikan yang telah teridentifikasi dan terbagi ke dalam 3 kelompok berdasarkan habitatnya yaitu ikan air tawar, ikan air laut, dan ikan air payau. Ikan merupakan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, karbohidrat, serta kadar air sehingga ikan banyak digunakan sebagai bahan pangan.

Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan dikonsumsi oleh manusia sejak beberapa abad yang lalu. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk yang mudah didapat, harga terjangkau dan memiliki nilai gizi yang cukup. Terdapat berbagai jenis olahan dari ikan baik dalam bentuk mentah maupun matang, salah satunya adalah ikan kaleng yang lebih dikenal sebagai sarden. Sarden merupakan jenis ikan yang paling umum dikonsumsi kalangan masyarakat, FAO dan WHO menetapkan 21 spesies ikan yang dapat disebut sarden untuk memudahkan inspeksi dan karantina produk sarden, terutama sarden yang dikalengkan.

Pengetahuan mengenai sejarah awal kehidupan suatu spesies ikan menjadi hal yang penting dalam ilmu biologi perikanan terutama dalam stock assesment suatu spesies ikan. Ikan sardine merupakan salah satu jenis ikan konsumsi penting yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga perlu diketahui siklus kehidupan dari ikan tersebut.

2. Tujuan- Mengetahu siklus hidup dari ikan sarden

1

II. METODE

Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini sebagian besar diperoleh dengan merujuk pada teknologi internet.Namun tidak hanya internet sumber sumber lain juga dimanfaatkan demi melengkapi data-data penyusunan makalah. Secara keseluruhan metode yang kita gunakan sebagai berikut:

A. Akses internet

Kemudahan serta akses yang cepat dalam pencarian data manjadi alasan mengapa metode tersebut digunakan.Terdapat kekurangan dalam penggunaaan metode tersebut, yaitu Data yang begitu banyak membuat kesulitan dalam penyusunan makalah.Namun hal tersebut bisa diatasi dengan lebih menyederhanakan masalah menjadi lebih spesifik, sehingga penyusunan data menjadi lebih mudah.

B. Pustaka

Penyusunan makalah juga dibantu dengan membaca beberapa referensi buku yang ada, sehingga sangat membantu dalam penyusunan makalah.

2

III. PEMBAHASAN3.1 Deskripsi Ikan Sarden

Saanin (1984) menyatakan bahwa klasifikasi ikan sarden (Sardinella sp.) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Clupeiformes

Family : Clupeidae

Genus : Sardinella

Spesies : Sardinella sp.

Sarden memiliki bentuk mulut non protaktil dengan ukuran sedang, posisi sudut mulut ikan

tersebut satu garis lurus dengan sisi bawah bola mata, tubuh berbentuk torpedo, sirip

punggung berbentuk sempurna dan terletak di pertengahan dengan permulaan dasar di depan

sirip perut, sirip dada di bawah linea lateralis, sirip perut sub abdominal, sirip ekor berbentuk

bulan sabit (Saanin 1984). Beberapa dari jenis Sardinella ada yang hampir menyerupai satu

sama lainnya, beberapa ada yang mempunyai perbedaan morfologis, yang menandakan bahwa

ikan itu berbeda spesiesnya (Dwiponggo, 1982).

Gambar 1. Oil Sardine

3

3.2 Habitat dan Penyebaran

Sardinella sp. tergolong ikan pelagis. Ruaya ikan ini dipengaruhi oleh makanan, suhu

dan salinitas. Pada siang hari, ikan sarden umumnya berada di dekat dasar perairan dan

membentuk gerombolan yang kompak, sedangkan pada malam hari bergerak ke dekat

permukaan air dalam bentuk gerombolan yang menyebar dan akan muncul ke permukaan

apabila cuaca mendung disertai hujan gerimis. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya

temperatur permukaan (Adianto, 1993). Ikan sarden ini menghuni perairan tropis yang ada di

daerah Indo Pasifik, dari teluk Aden sampai dengan perairan Filipina (Sujastani dan

Nurhakim,1982). Ikan ini tersebar di Lautan India bagian timur yaitu Phuket, Thailand, di

pantai-pantai sebelah selatan Jawa Timur dan Bali, Australia sebelah barat dan Lautan Pasifik

sebelah barat (Laut Jawa ke utara sampai Filipina, Hong Kong, Taiwan sampai selatan

Jepang). Di Indonesia, selain di perairan Selat Bali dan sekitarnya, ikan ini terdapat juga di

sebelah selatan Ternate dan Teluk Jakarta (Whitehead, 1985).

3.3 Siklus Hidup

3.3.1 Reproduksi

Merta (1992) menyatakan bahwa ikan-ikan sarden yang tertangkap di perairan Selat

Bali diperkirakan memijah pada bulan Juni-Juli. Tempat pemijahan diperkirakan tidak jauh

dari pantai Selat Bali, ditandai dengan tertangkapnya ikan-ikan sarden kecil oleh bagan-bagan

tancap di Teluk Pangpang pada Bulan Juni. Diperkirakan ada kelompok ikan yang memijah

pada bulan Oktober sampai November. Ikan cenderung datang ke pantai untuk bertelur karena

salinitasnya rendah. Kemungkinan ikan sardin di Selat Bali memijah pada akhir musim hujan

setiap tahun, tetapi proses pemijahan ikan ini masih belum diketahui. Pemijahan dan migrasi

ikan ini dapat terjadi secara tiba-tiba dalam jumlah yang besar seperti pada spesies S. aurita

dan S. longiceps , hal ini berkaitan dengan kondisi hidrologi (terutama suhu).

3.3.2 Makanan

Penelitian yang dilakukan Merta (1992) menunjukkan bahwa sardin (S. longiceps)

adalah pemakan zooplankton dan fitoplankton terutama copepoda. Zooplankton merupakan

makanan utama, menduduki presentase sekitar 90,52-95,54%, sedangkan fitoplankton

4

berjumlah sekitar 4,46-9,48%. Copepoda dan decapoda merupakan komponen zooplankton

tertinggi yang masing-masing menduduki tempat pertama dan kedua (53,76- 55,00% dan 6,50-

9,45%). Dalam kaitan ini Merta (1992) berpendapat bahwa pada musim barat (November-

Pebruari) sardin didapatkan di tepi Selat Bali dimana jenis plankton didapatkan dalam jumlah

yang besar. Pada musim timur (Juni-Agustus) terjadi upwelling di Selatan Jawa dan di Selat

Bali. Hal ini menyebabkan produktivitas primer meningkat tinggi dan memungkinkan

makanan utama ikan sarden berubah menjadi fitoplankton

3.3.3 Sejarah Awal Kehidupan

a. Tahap Telur

Berdasarkan penelitian Nair (1959), telur dari oil sardine bersifat pelagis, dengan

warna tansparan, bentuk sperical/membundar sempurna dan berukuran diameter rata-rata

sebesar 1.4 mm serta memiliki ruang perivitelline yang sangat luas. Yolk ikan tersebut tidak

berwarna dan terdapat segmentasi, yang menunjukan karakteristik dari telur clupeoid, yolk

melingkar dengan diameter 0.85 mm. Hampir semua telur terdapat sebuah globul minyak yang

berwarna kuning dan berbentuk lingkaran dengan diameter 0.1 mm. Tapatan embrio dari oil

sardine sangat cepat dan umumnya selesai dalam waktu 24 jam.

Gambar 2. Fase Telur Ikan Oil Sardin

5

Pada gambar 2 fig. 4, yang menunjukan telur ikan oil sarden pada jam 4 sore terlihat

bahwa embrio masih berada pada tahap awal berkembangan dan sedikit membesar lebih dari

setengah lingkaran dari kantung kuning telur. Vesikel optik terlihat samar-samar pada tahap

ini dan globul minyak terletak dekat dengan ujung ekor dari embrio yang sedang berkembang.

Pada tahap selanjutnya yang ditunjukan pada gambar 2 fig 5, yaitu perkembangan

terlur pada pukul 8 malam (4 jam setelahnya), embrio mengalami perkembangan yang baik

dan memanjang serta ekor yang telah lepas dari kantung kuning telur. Ujung ekor berbentuk

membundar dan tekukan sirip masih sulit untuk dideteksi. Myotome menjadi berbeda didaerah

anterior. Organ optik telah terlihat jelas dan organ jantung telah berfungi pada tahap ini.

Gambar 2 fig 6 menunjukan perkembangan embrio pada pukul 11 malam (3 jam

setelahnya), embrio menjadi lebih panjang dan diperkirakan sepertiga dari bagian posterior

telah terpisah dari kantung kuning telur. Organ pendengaran telah terlihat pada tahap ini,

myotome mengalami peningkatan jumlah miotom. Kantung kuning telur telah berbentuk oval

dan tekukan sirip telah terlihat berbeda pada lekungan caudal.

Tahap terakhir perkembangan embrio ditunjukan pada gambar 2 fig 7, dimana embrio akan

menetas. Embrio telah tumbuh sangat panjang dan melingkar pada telur dengan ujung ekor

hampir mencapai kepala. Kantung kuning telur telah berbentuk oval dan globule minyak

terletak pada bagian tengah ventral. Saluran pencernaan dan vent telah terlihat jelas dan

miotom telah lengkap dengan memanjang sampai ke ujung ekor. Ekor berbentuk runcing

dengan lipatan sirip lebih luas dan telah berkembang penuh. Embrio berpigmen dan

kromatofora hiotam bercabang tersebar merata pada sisi dorsal.

6

b. Tahap Larva

Gambar 3. Fae Larva Ikan Oil Sardine

Larva yang pertama kali menetas ditunjukan pada gambar 3 , Fig. 8, larva yang baru

menetas umumnya mengambang secara pasif di permukaan air karena daya apung kuning

telur dan globul minyak. Ketika terganggu, akan bergerak menjauh dengan gerakan ekor yang

bergelombang. Larva yang baru menetas berukuran panjang rata-rata 2.75 mm. Kantung

kuning telur menempati hampir 2/5 dari panjang larva dengan bentuk elips dan tersegmentai

dengan jelas. Globul minyak terletak di daerah tengah dekat ventral pada kantung kuning

telur. Saluran pencernaan dari larva yang baru menetas sangat panjang dan lurus. Lipatan sirip

kontinu dan menyeluruh di bagian punggung dan berasal dari anterior keempat dari larva.

Pigmentasi larva yang baru menetas sangat sedikit dan hanya terbatas pada sisi dorsal dari

tubuh dalam bentuk bercabang, sel-sel pigmen hitam yang disusun agak erat di wilayah

anterior sementara relatif sedikit jumlahnya di wilayah posterior (Nair, 1959) .

Larva berumur satu hari sangat aktif dan bahkan gangguan sedikit pun membuatnya

berenang dari tempat ke tempat lain dengan cara serpentine. Larva telah jauh memanjang dan

berukuran rata-rata panjang sebesar 3.35 mm. Beberapa perubahan penting telah terjadi di

larva berumur satu hari, yang paling signifikan adalah berkurangnya segmentasi warna kuning

yang menjadi terlihat agak samar. Globul minyak telah menghilang dalam tahap larva ini dan

vesikula pendengaran telah menjadi lebih besar dalam ukuran. Sirip dada telah mulai

7

mengembangkan dan diindikasikan sebagai struktur seperti penutup di belakang vesikel

pendengaran. Pembentukan mulut terlihat dengan rahang bawah muncul seperti kuncup. Sirip

punggung lipat telah bergeser anterior dan sangat berlawanan dengan sirip dada dasar. Indikasi

pembentukan sinar ekor terlihat di tahap ini. Kromatofora hitam yang terbatas pada sisi dorsal

dari larva yang baru menetas telah menjadi lebih besar dan seperti bintang. Tidak ada

perubahan dalam pigmentasi dari bagian anterior larva. Mata dalam tahap ini telah menjadi

kuning keemasan dalam warna. Beberapa sel pigmen kuning yang hadir di wilayah ekor

dengan tidak teratur (Nair, 1959) .

Pada larva berumur dua hari sangat aktif dan telah teramati berenang sebagian besar

waktunya. Larva berumur dua hari lebih panjang dan berukuran 3.7 mm. Beberapa perubahan

penting telah terjadi di tahap ini. Kuning telur telah benar-benar menghilang dan mulut

terbentuk dengan baik. Vesikula pendengaran telah menjadi sangat besar dan seukuran dengan

mata. Sirip dada telah menjadi lebih besar dan menunjukkan indikasi samar pembentukan

sinar. Larva memiliki 48 miotom yang 38 pra-anal. Saluran pencernaan mengalami pelebaran

dan memanjang serta setengah posterior usus terlihat dalam tahap ini. Pigmentasi dasar larva

sarden minya telah stabil pada tahap ini dan semua sel pigmen terlihat pada sisi dorsal dari

larva yang baru menetas telah bermigrasi ke daerah ventral. Pigmentasi post anal menjadi

sangat mencolok karena akumulasi kromatofora yang sangat dendritik. Beberapa sel stellata

berpigmen besar hadir di wilayah jantung. Pigmentasi pada saluran pencernaan terdiri dari

kromatofora hitam yang sangat memanjang yang disusun di sisi dorsal di sepanjang saluran

pencernaan sementara kromatofora serupa yang ditemukan di sisi ventral terbatas pada

setengah posterior usus. Pewarnaan pada mata mirip dengan fae dewasa yang memiliki warna

bersinar putih keperakan (Nair, 1959) .

8

c. Tahap post larva

Gambar 4. Post larva ikan oil sardin berukuran 7.64 mm

Post larvae pada ukuran 7.64 memiliki mulut dan mata yang telah berkembang dengan

baik. Kantung kuning menghilang sama sekali. Tubuh memanjang dan meruncing pada

posterior di belakang punggung. Kepala memanjang dan berukuran kurang dari 1/5 dari total

panjang tubuh dengan rahang atas dan bawah yang menonjol. Mata hampir oval dengan

panjang sumbu berorientasi vertikal. Lipatan sirip telah jauh berkurang dan muncul sebagai

bentangan sempit membran yang sangat tipis sepanjang sisi dorsal dan ventral tubuh. Tahap

ini ditandai dengan munculnya sirip anal belakang wilayah ventilasi dan sirip punggung kecil

di depan anal. Tidak ada indikasi dari sirip perut pada tahap ini. Pada ventral beberapa struktur

myotome seperti menunjukkan sisik ventral telah terlihat. Ada 39 pre-anal dan 8 miotom post-

anal pada tahap ini dan anal terletak pada belakang myotome ke 39 (Lazarus, 1985).

Gambar 4. Post larva ikan oil sardin berukuran 23 mm

Pada tahap post larva berukuran 23 mm telah mengalami perkembangan cukup maju di

mana hampir semua fitur larva telah menghilang. Pada ukuran ini. Sirip punggung telah

9

lengkap dengan bentuk segitiga dan sirip perut berlawanan dengan asal sirip punggung. Sisa-

sisa dari lipatan sirip telah menghilang. Tubuh menjadi lebih luas dan kepala lebih besar.

Bukaan anal telah berkembang dan mulut telah menjadi hampir sempurna. Gigi menit yang

hadir pada rahang bawah. Larva ini memiliki Tiga puluh delapan miotom pre-anal dan

sembilan pasca-anal. Sirip menjadi lebih tebal, tetapi jumlah yang tepat dari duri di sirip masih

sulit untuk dipastikan (Lazarus, 1985).

Gambar 5. Post larva ikan oil sardine berukuran 28 mm

Pada larva berukuran 28 mm, Struktur tubuh dan kepala, disposisi sirip, dan

munculnya sisik ventral menunjuka sebagai fase remaja awal. Munculnya bentuk kerucut

samar dan tanda-tanda yang tidak teratur dari kulit, menunjukkan di mana sisik akan segera

berkembang di wilayah perut. Pigmentasi tubuh terdiri dari sejumlah bintik-bintik hitam pada

daerah supra-orbital, yang dilanjutkan sebagai zona pigmen pada bagian dorso-lateral tubuh

sampai ujung ekor, namun ventro-lateral bagian tubuh tetap tidak berpigmen. Pigmen juga

terlihat di kawasan pra-opercular, pigmen pada bagian dorso-lateral tubuh hingga sedikit di

belakang sirip punggung g diatur dalam baris paralel sesuai dengan batas-batas miotom.

Kromatofora hitam muncul di rahang, posterio-dorsal, samar di bawah mata dan jelas di

sepanjang midlateral tubuh, pada batang ekor, dasar ekor dan sirip ekor (Lazarus, 1985).

Gambar 6. Juvenil ikan sardin berukuran 38 mm

10

Pada saat berukuran 38 mm telah memasuki tahapan juvenil. Pigmentasi telah

meningkat pesat di tahapan ini, terutama di daerah yang jarang berpigmen pada tahapan

sebelumnya. Ada banyak bintik-bintik pigmen pada moncong dan dagu. Beberapa bintik-

bintik pigmen telah muncul di sirip punggung. Pigmentasi tampak jelas pada dorsal dan dorso-

lateral tubuh; namun ventro-lateral bagian tubuh masih tetap tidak berpigmen. Kromatofora

terdapat di dagu, moncong, tubuh bagian lateral dan dorsal dari batang ekor yang menonjol.

Sifat pigmentasi pada sirip ekor ditemukan di tahapan sebelumnya telah menghilang dan

pigmen tersebar secara tidak teratur di tahap ini. Daerah menunjukkan perkembangan sisik di

wilayah perut menjadi lebih menonjol (Lazarus, 1985). Selanjutnya, ikan tersebut tidak

mengalami perubahan morfologi hingga matang gonad, yang kemudian memasuki fase

dewasa.

11

IV. KESIMPULAN

1. Ikan sardin yang tetangkap di perairan Selat Bali diperkirakan memijah di bulan Juli-

Juli dan setiap akhir musim penghujan, Ikan sardin tersebut bertelur di daerah pantai

karena membutuhkan salinita rendah, kemudian setelah dewasa melakukan migrasi.

2. Ikan sardin dalam siklus hidup mengalami 4 fase, yaitu fase embrionik yang kemudian

menetas dalam waktu kurang dari 24 jam, fase larva, fase post larva (juvenil, saat

kuning telur telah hilang, dan organ-organ telah terbentuk), dan fase dewasa (saat

organ reproduksi telah matang).

12

DAFTAR PUSTAKA

Adianto. 1993. Ekologi Perairan. Edisi Kedua. Alumni. Jakarta.Dwiponggo, A. 1982. Perkiraan potensi suberdaya perikanan laut di wilayah perairan

Indonesia. Bull. Pen. Perikanan 2(1): 1-16.Lazarus, S. 1985. On the spawning season and early life history of oil sardine sardinella

longiceps (cuvier and valenciennes) at vizhinjam. Indian Journal Of Fisheries Vol 32 (2): 236-247

Merta, I.G.S., 1992. Population dynamics of lemuru (Sardinella lemuru, Bleeker 1853) in Bali Strait waters and Its management alternatives. Bogor Agricultural University. PhD dissertation..

Nair, R V. 1959. Notes on the spawning habits and early life-history of the oil sardine, Sardinella longiceps Cuv. & Val. Indian Journal of Fisheries, 6 (2). pp. 342-359.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Bina Cipta. Jakarta.Sujastani, T. dan S. Nurhakim. 1982. Potensi sumberdaya perikanan lemuru (Sardinella

longiceps) di Selat Bali. Prosiding Seminar Perikanan Lemuru, Banyuwangi, 18-21 Januari 1982. Pus. Lit. Bang. Kan., Departemen Pertanian, Jakarta. Hal. 1- 11.

Whitehead, P.J.P., 1985. FAO Species Catalogue. Vol. 7. Clupeoid fishes of the world (suborder Clupeioidei). An annotated and illustrated catalogue of the herrings, sardines, pilchards, sprats, shads, anchovies and wolf-herrings. FAO Fish. Synop. 125(7/1):1-303. FAO. Rome.

13