makalah mata ii trauma mekanik tumpul i1a007057 pieter joenizaf.l

23
1.1. Anatomi Mata Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.4 Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel 1

Upload: xraycrossx

Post on 30-Jun-2015

350 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

1.1. Anatomi Mata

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan.

Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2)

koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan

ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih

mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan

tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah

sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-

pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah

koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah

luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel

kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.4

Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina.

Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina

mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari

cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan

difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel

fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan

menjalarkannya ke otak.5

1.1.1 Struktur Mata Tambahan

Mata dilindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan kelopak

mata. Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata

(konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat

kedalam dan menyatu dengan konjungtiva bulbar membentuk kantung yang

disebut sakus konjungtiva. Walaupun konjungtiva transparan, bagian palpebra

tampak merah muda karena pantulan dari pembuluh – pembuluh darah yang ada

didalamnya, pembuluh – pembuluh darah kecil dapat dari konjungtiva bulbar

diatas sklera mata. Konjungtiva melindungi mata dan mencegah mata dari

kekeringan.4

1

Page 2: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola mata. Kelenjar

lakrimalis mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata berguna untuk membasahi dan

melembabkan kornea, kelebihan sekresi akan dialirkan ke kantung lakrimalis yang

terletak pada sisi hidung dekat mata dan melalui duktus nasolakrimalis untuk ke

hidung.4

1.1.2 Bola Mata

Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya oleh

selubung fascia bola mata. Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam,

yaitu :3-5

1. Tunica Fibrosa

Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian

anterior yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat

fibrosa dan tampak putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol ke

dalam bola mata oleh perbesaran cavum subarachnoidea yang mengelilingi

nervus opticus. Jika tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan

menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat

melalui oftalmoskop.

Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu

vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada

batas limbus. Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama

merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan

berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel kornea (epithelium

anterius) yang bersambung dengan epitel konjungtiva. (2) substansia propria,

terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior dan (4)

endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous humour.

2. Lamina vasculosa

Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas

lapis luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare

2

Page 3: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

(ke belakang bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di

belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan

musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan

kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang diantara

lensa dan kornea menjadi camera anterior dan posterior, serat-serat otot iris

bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat sirkuler dan radier.

3. Tunica sensoria (retina)

Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya.

Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya

berkontak dengan corpus vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan

organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin berombak, yaitu ora

serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina

bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan

epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus

ciliaris dan bagian belakang iris.

Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula

lutea, merupakan daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian

tengahnya berlekuk disebut fovea sentralis.

Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula

lutea melalui discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di

pusatnya yaitu tempat dimana ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus

ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili, sehingga tidak peka terhadap

cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada pengamatan dengan oftalmoskop,

bintik buta ini tampak berwarna merah muda pucat, jauh lebih pucat dari

retina di sekitarnya.

1.1.3 Ruang Mata

Bagian dalam bola mata terdiri dari 2 rongga, yaitu anterior dan posterior. Rongga

anterior teletak didepan lensa, selanjutnya dibagi lagi kedalam dua ruang, ruang

3

Page 4: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

anterior (antara kornea dan iris) dan ruang posterior antara iris dan lensa ).

Rongga anterior berisi cairan bening yang dinamakan humor aqueous yang

diproduksi dalam badan ciliary, mengalir ke dalam ruang posterior melewati pupil

masuk ke ruang anterior dan dikeluarkan melalui saluran schelmm yang

menghubungkan iris dan kornea ( sudut ruang anterior).6

Iris struktur berwarna, menyerupai membran dan membentuk lingkaran

ditengahnya. Iris mengandung dilator involunter dan otot – otot spingter yang

mengatur ukuran pupil. Pupil adalah ruangan ditengah – tengah iris, ukuran pupil

bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek ( akomodasi

) untuk memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk

penglihatan dekat. Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek

( cembung ) bening, terletak dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan

posterior. Lensa tersusun dari sel – sel epitel yang dibungkus oleh membran

elastis, ketebalannya dapat berubah – ubah menjadi lensa cembung bila refraksi

lebih besar.4

1.1.4 Orbita dan Otot-otot Ekstra-okular

Volume rongga orbita orang dewasa 30 mL, sedangkan bola mata hanya mengisi

1/5 rongga orbita. Rongga orbita berbentuk limas segi empat dengan puncak ke

arah dalam. Dinding orbita terdiri dari :7

1. Atap orbita, yaitu tulang frontal (terdapat sinus frontalis)

2. Dinding lateral, yaitu tulang sphenoidal dan tulang zygomatikus

3. Dinsing medial, yaitu tulang eithmoidal yang tipis (terdapat sinus eitmoidal

dan sphenoidal)

4. Dasar orbita, yaitu tulang maksilaris dan Zygomatukus. Pada tulang

maksilaris terdapat sinus maksilaris. Kelenjar makrinalis terdapat dalam fossa

lakrimalis dibagian anterior atap orbita.

Otot-otot ekstraokular terdiri dari empat muskuli yang berorigo pada dinding

belakang dan m. Oblukus superior yang berorigo pada tepi foramen optikum

4

Page 5: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

menempel pada dinding depan atas orbita. Seluruh otot-otot tersebut berinsersi

pada dinding sklera.4

1.2 Trauma Tumpul Bola Mata

Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera.

Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan

bertulang yang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk

penghalang bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa

mengalami kerusakan.

Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan

akibat cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus

diangkat.

Cedera mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi

penglihatan.8

Trauma tumpul, meskipun dari luar tidak tampak adanya kerusakan yang berat,

tetapi transfer energi yang dihasilkan dapat memberi konsekuensi cedera yang

fatal. Kerusakan yang terjadi bergantung kekuatan dan arah gaya, sehingga

memberikan dampak bagi setiap jaringan sesuai sumbu arah trauma. Trauma

tumpul dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:9

1. Kontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung dengan benda

dari luar terhadap bola mata, tanpa menyebabkab robekan pada dinding

bola mata

2. Konkusio, yaitu bila kerusakan terjadi secara tidak langsung. Trauma

terjadi pada jaringan di sekitar mata, kemudian getarannya sampai ke bola

mata.

Baik kontusio maupun konkusio dapat menimbulkan kerusakan jaringan berupa

kerusakan molekular, reaksi vaskular, dan robekan jaringan. Menurut Duke-Elder,

kontusio dan konkusio bola mata akan memberikan dampak kerusakan mata, dari

palpebra sampai dengan saraf optikus.9

5

Page 6: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

Pemeriksaan paska-cedera bertujuan menilai ketajaman visus dan sebagai

prosedur diagnostik, antara lain:10

1. Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan) : mungkin terganggu

akibat kerusakan kornea, aqueus humor, iris dan retina.

2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh patologi

vaskuler okuler, glukoma.

3. Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler ( TIO ) normal 12-

25 mmHg.

4. Tes provokatif : digunakan untuk menentukan adanya glukoma bila TIO

normal atau meningkat ringan.

5. Pemerikasaan oftalmoskopi dan teknik imaging lainnya (USG, CT-scan, x-

ray): mengkaji struktur internal okuler, edema retine, bentuk pupil dan

kornea.

6. Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemia

sistemik/infeksi.

7. Tes toleransi glokosa : menentukan adanya /kontrol diabetes.

1.3 Berbagai Kerusakan Jaringan Mata Akibat Trauma

1.3.1 Orbita

Trauma tumpul orbita yang kuat dapat menyebabkan bola mata terdorong dan

menimbulkan fraktur orbita. Fraktur orbita sering merupakan perluasan fraktur

dari maksila yang diklasifikasikan menurut Le Fort, dan fraktur tripod pada

zygoma yang akan mengenai dasar orbita. Apabila pintu masuk orbita menerima

suatu pukulan, maka gaya-gaya penekan dapat menyebabkan fraktur dinding

inferior dan medial yang tipis, disertai dengan prolaps bola mata beserta jaringan

lunak ke dalam sinus maksilaris (fraktur blow-out). Mungkin terdapat cedera

intraokular terkait, yaitu hifema, penyempitan sudut, dan ablasi retina. Enoftalmos

dapat segera terjadi setelah trauma atau terjadi belakangan setelah edema

menghilang dan terbentuk sikatrik dan atrofi jaringan lemak.6

6

Page 7: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

Pada soft-tissue dapat menyebabkan perdarahan disertai enoftalmus dan paralisis

otot-otot ekstraokular yang secara klinis tampak sebagai strabismus. Diplopia

dapat disebabkan kerusakan neuromuskular langsung atau edema isi orbita. Dapat

pula terjadi penjepitan otot rektus inferior orbita dan jaringan di sekitarnya.

Apabila terjadi penjepitan, maka gerakan pasif mata oleh forseps menjadi

terbatas.6

1.3.2 Palpebra

Meskipun bergantung kekuatan trauma, trauma tumpul yang mengenai mata dapat

berdampak pada palpebra, berupa edema palpebra, perdarahan subkutis, dan erosi

palpebra.11

1.3.3 Konjungtiva

Dampak trauma pada konjungtiva adalah perdarahan sub-konjungtiva atau

khemosis dan edema. Perdarahan subkonjungtiva umumnya tidak memerlukan

terapi karena akan hilang dalam beberapa hari. Pola perdarahan dapat bervariasi,

dari ptekie hingga makular. Bila terdapat perdarahan atau edema konjungtiva yang

hebat, maka harus diwaspadai adanya fraktur orbita atau ruptur sklera.9

1.3.4 Sklera

Ruptur sklera ditandai oleh adanya khemosis konjungtiva, hifema total, bilik

depan yang dalam, tekanan bola mata yang sangat rendah, dan pergerakan bola

mata terhambat terutama ke arah tempat ruptur. Ruptur sklera dapat terjadi karena

trauma langsung mengenai sklera sampai perforasi, namun dapat pula terjadi pada

trauma tak langsung.9,11

1.3.5 Koroid dan korpus vitreus

Kontusio dan konkusio bola mata menyebabkan vitreus menekan koroid ke

belakang dan dikembalikan lagi ke depan dengan cepat (contra-coup) sehingga

dapat menyebabkan edema, perdarahan, dan robekan stroma koroid. Bila

perdarahan hanya sedikit, maka tidak akan menimbulkan perdarahan vitreus.

7

Page 8: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

Perdarahan dapat terjadi di subretina dan suprakoroid. Akibat perdarahan dan

eksudasi di ruang suprakoriud, dapat terjadi pelepasan koroid dari sklera.11

Ruptur koroid secara oftalmoskopik terlihat sebagai garis putih berbatas tegas,

biasanya terletak anterior dari ekuator dan ruptur ini sering terjadi pada membran

Bruch. Kontusio juga dapat menyebabkan reaksi inflamasi, nekrosis, dan

degenerasi koroid.9

1.3.6 Kornea

Edema superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam. Edema

interstisial dalah edema yang terjadi di substania propria yang membentuk

kekeruhan seperti cincin dengan batas tegas berdiameter 2 – 3 mm.6,11

Lipatan membrana Bowman membentuk membran seperti lattice. Membrana

descement bila terkena trauma dapat berlipat atau robek dan akan tampak sebagai

kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akan terjadi inhibisi

humor aquous ke dalam stroma kornea, sehingga kornea menjadi edema. Bila

robekan endotel kornea ini kecil, maka kornea akan jernih kembali dalam

beberapa hari tanpa terapi.1,9

Deposit pigmen sering terjadi di permukaan posterior kornea, disebabkan oleh

adanya segmen iris yang terlepas ke depan. Laserasi kornea dapat terjadi di setiap

lapisan kornea secara terpisah atau bersamaan, tetapi jarang menyebabkan

perforasi.9

1.3.7 Iris dan Korpus Siliaris

Segera setelah trauma, akan terjadi miosis dan akan kembali normal bila trauma

ringan. Bila trauma cukup kuat, maka miosis akan segera diikuti dengan iridoplegi

dan spasme akomodasi sementara. Dilatasi pupil biasanya diikuti dengan paralisis

otot akomodasi, yang dapat menetap bila kerusakannya cukup hebat. Penderita

umumnya mengeluh kesulitan melihat dekat dan harus dibantu dengan

kacamata.9,12

8

Page 9: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

Konkusio dapat pula menyebabkan perubahan vaskular berupa vasokonstriksi

yang segera diikuti dengan vasodilatasi, eksudasi, dan hiperemia. Eksudasi

kadang-kadang hebat sehingga timbul iritis. Perdarahan pada jaringan iris dapat

pula terjadi dan dapat dilihat melalui deposit-deposit pigmen hemosiderin.

Kerusakan vaskular iris, akar iris, dan korpus siliaris dapat menyebabkan

terkumpulnya darah di kamera okuli anterior, yang disebut hifema.12

Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya

kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli

anterior. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler

okuler. Darah ini dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan

dalam kornea. Tanda dan gejala hifema, antara lain:10,12

- Pandangan mata kabur

- Penglihatan sangat menurun

- Kadang – kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis

- Pasien mengeluh sakit atau nyeri

- Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme

- Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra

- Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen

- Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan

- Pupil tetap dilatasi (midriasis)

- Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma.

- Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea

- Kenaikan TIO (glukoma sekunder )

- Sukar melihat dekat

9

Page 10: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

- Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil

- Anisokor pupil

- Penglihatan ganda (iridodialisis)

Hifema primer dapat cepat diresorbsi dan dalam 5 hari bilik mata depan sudah

bersih. Komplikasi yang ditakutkan adalah hifema sekunder yang sering terjadi

pada hari ke-3 dan ke-5, karena viskositas darahnya lebih kental dan volumenya

lebih banyak. Hifema sekunder disebabkan lisis dan retraksi bekuan darah yang

menempel pada bagian yang robek dan biasanya akan menimbulkan perdarahan

yang lebih banyak.9,10

1.3.8 Lensa

Kerusakan yang terjadi pada lensa paska-trauma adalah kekeruhan, subluksasi dan

dislokasi lensa. Kekeruhan lensa dapat berupa cincin pigmen yang terdapat pada

kapsul anterior karena pelepasan pigmen iris posterior yang disebut cincin

Vosslus. Kekeruhan lain adalah kekeruhan punctata, diskreta, lamelar aau difus

seluruh massa lensa.9,11

Akibat lainnya adalah robekan kapsula lensa anterior atau posterior. Bila robekan

kecil, lesi akan segera tertutup dengan meninggikan kekeruhan yang tidak akan

mengganggu penglihatan. Kekeruhan ini pada orang muda akan menetap,

sedangkan pada orang tua dapat progresif menjadi katarak presenil. Dengan kata

lain, trauma dapat mengaktivasi proses degeneratif lensa.11

Subluksasi lensa dapat aksial dan lateral. Subluksasi lensa kadang-kadang tidak

mengganggu visus, namun dapat juga mengakibatkan diplopia monokular, bahkan

dapat mengakibatkan reaksi fakoanafilaktik. Dislokasi lensa dapat terjadi ke bilik

depan, ke vitreus, subskleral, ruang interretina, konjungtiva, dan ke subtenon.

Dislokasi ke bilik depan sering menyebabkan glaukoma akut yang hebat, sehingga

harus segera diekstraksi. Dislokasi ke posterior biasanya lebih tenang dan sering

tidak menimbulkan keluhan, tetapi dapat menyebabkan vitreus menonjol ke bilik

depan dan menyebabkan blok pupil dan peninggian TIO.11

10

Page 11: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

1.3.9 Retina

Edema retina terutama makula sering terjadi pada kontusio dan konkusio okuli.

Bila hebat dapat meninggalkan bekas yang permanen. Edem retina bisa terjadi

pada tempat kontusio, tetapi yang paling sering terjadi mengenai sekeliling diskus

dan makula. Dapat pula terjadi nekrosis dan perdarahan retina yang pada proses

penyembuhan akan meninggalkan atrofi dan sikatrik.6

Pada edem makula, tampak retina di sekeliling makula berwarna putih ke abu-

abuan dengan bintik merah di tengahnya, menyerupai gambaran oklusi arteri

retina sentralis. Edema dapat berkembang menjadi kistik atau macular hole. Bila

edema tidak hebat, hanya akan meninggalkan pigmentasi dan atrofi. Segera

setelah trauma, terjadi vasokonstriksi yang diikuti oleh vasodilatasi, menyebabkan

edema dan perdarahan. Perdarahan dapat terjadi di retina, subhyaloid, atau bahkan

dapat ke vitreus, sehingga pada penyembuhannya menyebabkan retinopati

proliferatif.6,9,11

Robekan retina jarang terjadi pada mata sehat. Biasanya robekan retina terjadi

pada mata yang memang telah mengalami degenerasi sebelumnya, sehingga

trauma yang ringan sekalipun dapat memicu robekan. Ruptur retina sering disertai

dengan ruptur koroid. Dialisis ora serata sering terjadi pada kuadran

inferotemporal atau nasal atas, berbentuk segitiga atau tapal kuda, disertai dengan

ablasio retina. Ablasio retina pada kontusio dan konkusio dapat terjadi akibat:3,11

- Kolaps bola mata yang tiba-tiba akibat rupture

- Perdarahan koroid dan eksudasi

- Robekan retina dan koroid

- Traksi fibrosis vitreus akibat perdarahan retina atau vitreus.

- Adanya degenerasi retina sebelumnya, trauma hanya sebagai pencetus.

11

Page 12: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

1.3.10 Nervus Optikus

Kontusio dan konkusio dapat menyebabkan edem dan inflamasi di sekitar diskus

optik berupa papilitis, dengan sekuele berupa papil atrofi. Keadaan ini sering

disertai pula dengan kerusakan koroid dan retina yang luas. Kontusio dan

konkusio yang hebat juga mengakibatkan ruptur atau avulsi nervus optikus yang

biasanya disertai kerusakan mata berat.3,6

1.4 Penatalaksanaan Trauma Tumpul Bola Mata

Prinsip penanganan trauma tumpul bola mata adalah apabila tampak jelas adanya

ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien

mendapat anestesi umum. Sebelum pembedahan, tidak boleh diberikan

sikloplegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas obat akan

meningkat pada jaringan intraokular yang terpajan. Antibiotik dapat diberikan

secara parenteral spektrum luas dan pakaikan pelindung fox pada mata. Analgetik,

aneiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan, dengan restriksi

makan dan minum. Induksi anestesi umum harus menghindari substansi yang

dapat menghambat depolarisasi neuromuskular, karena dapat meningkatkan

secara transien tekanan bola mata, sehingga dapat memicu terjadinya herniasi isi

intraokular.3,6

Pada trauma yang berat, ahli oftalmologi harus selalu mengingat kemungkinan

timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu sewaktu

berusaha melakukan pemeriksaan mata lengkap. Anestetik topikal, zat warna, dan

obat lainnya yang diberikan ke mata yang cedera harus steril.6

Kecuali untuk cedera yang menyebabkan ruptur bola mata, sebagian besar efek

kontusio-konkusio mata tidak memerlukan terapi bedah segera. Namun, setiap

cedera yang cukup parah untuk menyebabkan perdarahan intraokular sehingga

meningkatkan risiko perdarahan sekunder dan glaukoma memerlukan perhatian

yang serius, yaitu pada kasus hifema.6,9

12

Page 13: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

Kelainan pada palpebra dan konjungtiva akibat trauma tumpul, seperti edema dan

perdarahan tidak memerlukan terapi khusus, karena akan menghilang sendiri

dalam beberapa jam sampai hari. Kompres dingin dapat membantu mengurangi

edema dan menghilangkan nyeri, dilanjutkan dengan kompres hangat pada

periode selanjutnya untuk mempercepat penyerapan darah. Pada laserasi kornea ,

diperbaiki dengan jahitan nilon 10-0 untuk menghasilkan penutupan yang kedap

air. Iris atau korpus siliaris yang mengalami inkarserasi dan terpajan kurang dari

24 jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata dengan viskoelastik. Sisa-sisa lensa

dan darah dapat dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi.

Luka di sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interrupted yang tidak dapat

diserap. Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya agar

tindakan lebih mudah dilakukan.6

Prognosis pelepasan retina akibat trauma adalah buruk, karena adanya cedera

makula, robekan besar di retina, dan pembentukan membran fibrovaskular

intravitreus. Vitrektomi merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah kondisi

tersebut.3

Pada hifema, bila telah jelas darah telah mengisis 5% kamera anterior, maka

pasien harus tirah baring dan diberikan tetes steroid dan sikloplegik pada mata

yang sakit selama 5 hari. Mata diperiksa secara berkala untuk mencari adanya

perdarahan sekunder, glaukoma, atau bercak darah di kornea akibat pigmentasi

hemosiderin. Penanganan hifema, yaitu :12

1. Pasien tetap istirahat ditempat tidur (4-7 hari ) sampai hifema diserap.

2. Diberi tetes mata antibiotika pada mata yang sakit dan diberi bebat tekan.

3. Pasien tidur dengan posisi kepala miring 60º diberi koagulasi.

4. Kenaikan TIO diobati dengan penghambat anhidrase karbonat.

(asetasolamida).

5. Di beri tetes mata steroid dan siklopegik selama 5 hari.

6. Pada anak-anak yang gelisah diberi obat penenang

13

Page 14: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

7. Parasentesis tindakan atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan

dilakukan bila ada tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder,

hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat

tanda-tanda hifema akan berkurang.

8. Asam aminokaproat oral untuk antifibrinolitik.

9. Evakuasi bedah jika TIO lebih 35 mmHg selama 7 hari atau lebih 50 mmH

selama 5 hari.

10. Vitrektomi dilakukan bila terdapat bekuan sentral dan lavase kamar

anterior.

11. Viskoelastik dilakukan dengan membuat insisi pada bagian limbus.

Pada fraktur orbita, tindakan bedah diindikasikan bila:6

Diplopia persisten dalam 30 derajat dari posisi primer pandangan, apabila

terjadi penjepitan.

Enoftalmos 2 mm atau lebih.

Sebuah fraktur besar (setengah dari dasar orbita) yang kemungkinan besar

akan menyebabkan enoftalmos.

Penundaan pembedahan selama 1 – 2 minggu membantu menilai apakah diplopia

dapat menghilang sendiri tanpa intervensi. Penundaan lebih lama menurunkan

kemungkinan keberhasilan perbaikan enoftalmos dan strabismus karena adanya

sikatrik. Perbaikan secara bedah biasanya dilakukan melalui rute infrasiliaris atau

transkonjungtiva. Periorbita diinsisi dan diangkat untuk memperlihatkan tempat

fraktur di dinding medial dan dasar. Jaringan yang mengalami herniasi ditarik

kembali ke dalam orbita, dan defek ditutup dengan implan.3,6

14

Page 15: Makalah Mata II Trauma Mekanik Tumpul I1A007057 Pieter Joenizaf.L

DAFTAR PUSTAKA

1. Soemarsono. Contusio Oculi. Cermin Dunia Kedokteran 1999;15:32-42

2. Colby K. Blunt injuries to the eye. The Merck Manuals.2007 (diakses dari

website www.merckmanuals.com, pada tanggal 8 Juli 200

3. Rubsamen PE. Trauma in Ophthalmology. Edisi II. Editor: Yanoff M, Duker

JS, Augsburger JJ. Mosby, 200

4. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI ; 199

5. Tucker, Susan Martin et al. Standar Perawatan Pasien : proses keperawatan,

diagnosis dan evaluasi. Alih bahasa Yasmin Asih dkk. Ed. 6. Jakarta : Egc ;

200

6. Asbury T, Sanitato JJ. Trauma dalam Oftalmologi Umum edisi 14. Editor

Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Alih Bahasa: Tambajong J, Pendit

BU. Jakarta: Widyamedika, 2000

7. Sjukur BA, Yogiantoro M. Lensa. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi

Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata. Surabaya, RSUD Dokter Soetomo: 1994; 37 –

4

8. Prihatno AS. Cedera Mata. 2007 (Diakses dari website

www.medicastore.com, pada tanggal 8 Juli 2009)

9. Hilman H. Setyowati EE, Hamdanah. Ilmu Penyakit Mata I. SMC press,

1998.

10. Jalilah NH. Hifema. STIKES Ngudi Waluyo, Ungaran 2007 (diakses dari

website www.indoskripsi.com, pada tanggal 8 Juli 2009)

11. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. Injury to the eye. Br Med J 2004;328:36-8

12. Berke SJ. Post-traumatic glaucoma in Ophthalmology. Edisi II. Editor:

Yanoff M, Duker JS, Augsburger JJ. Mosby, 2004.

15