zakat, infaq, shadaqah makalah mata kuliah fiqh muamalah · 1 zakat, infaq, shadaqah makalah mata...

16
1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan” dan “orang-orang miskin” sudah dikenal oleh manusia sejak masa lampau. Seorang ilmuwan besar, Prof. Mohd. Farid Wajdi (alm) dalam bukunya al Islam Din Lam Khalid menceritakan tentang sejarah hitam hubungan antara orang-orang kaya dengan orang-orang miskin yang berlangsung sejak kebudayaan-kebudayaan pertama manusia. Bahwa di setiap bangsa, tidak akan ditemukan segolongan manusia, kecuali dua golongan, yaitu golongan yang berkecukupan dan golongan yang melarat. Di balik keadaan yang demikian, ditemukan hal menarik dimana golongan yang berkecukupan selalu semakin makmur tanpa batas, sedangkan golongan melarat selalu semakin “kurus”, hampir-hampir tak berdaya.[1] Semua agama, baik itu agama samawi maupun agama ciptaan manusia pada dasarnya memiliki peran dan memberikan perhatian terhadap orang-orang miskin. Perhatian agama-agama tersebut tidak lain adalah bertujuan agar terwujudnya persaudaraan dan kehidupan yang sentosa.[2] Namun, perhatian Islam terhadap penanggulangan kemiskinan tidak dapat dibandingkan dengan agama manapun, baik dari segi pengarahan maupun dari segi pengaturan dan penerapan. Al Quran sebagai pedoman kehidupan umat Islam sangat memperhatikan permasalahan ini. Di dalamnya terdapat banyak ayat-ayat yang berisi tentang himbauan untuk memperhatikan nasib orang-orang miskin. Yang perhatian tersebut di antaranya tidak lebih daripada sekedar anjuran supaya manusia berbuat baik dan kasih kepada orang-orang miskin dan realisasi perbuatan baik tersebut tergantung kepada kemurahan hati pribadi masing-masing orang. Dengan demikian, jelas bahwa nasib orang-orang miskin itu tergantung kepada belas kasih orang-orang kaya. Bila orang-orang kaya tergerak untuk berbuat baik, entah karena cinta kepada Allah maupun bahkan hanya sekedar ingin dipuji, maka mereka akan memberikan sesuatu.[3]

Upload: vankien

Post on 27-Jun-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

1

Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Kemiskinan” dan “orang-orang miskin” sudah dikenal oleh manusia sejak masa

lampau. Seorang ilmuwan besar, Prof. Mohd. Farid Wajdi (alm) dalam bukunya al Islam

Din Lam Khalid menceritakan tentang sejarah hitam hubungan antara orang-orang kaya

dengan orang-orang miskin yang berlangsung sejak kebudayaan-kebudayaan pertama

manusia. Bahwa di setiap bangsa, tidak akan ditemukan segolongan manusia, kecuali

dua golongan, yaitu golongan yang berkecukupan dan golongan yang melarat. Di balik

keadaan yang demikian, ditemukan hal menarik dimana golongan yang berkecukupan

selalu semakin makmur tanpa batas, sedangkan golongan melarat selalu semakin

“kurus”, hampir-hampir tak berdaya.[1]

Semua agama, baik itu agama samawi maupun agama ciptaan manusia pada

dasarnya memiliki peran dan memberikan perhatian terhadap orang-orang miskin.

Perhatian agama-agama tersebut tidak lain adalah bertujuan agar terwujudnya

persaudaraan dan kehidupan yang sentosa.[2]

Namun, perhatian Islam terhadap penanggulangan kemiskinan tidak dapat

dibandingkan dengan agama manapun, baik dari segi pengarahan maupun dari segi

pengaturan dan penerapan. Al Quran sebagai pedoman kehidupan umat Islam sangat

memperhatikan permasalahan ini. Di dalamnya terdapat banyak ayat-ayat yang berisi

tentang himbauan untuk memperhatikan nasib orang-orang miskin. Yang perhatian

tersebut di antaranya tidak lebih daripada sekedar anjuran supaya manusia berbuat

baik dan kasih kepada orang-orang miskin dan realisasi perbuatan baik tersebut

tergantung kepada kemurahan hati pribadi masing-masing orang. Dengan demikian,

jelas bahwa nasib orang-orang miskin itu tergantung kepada belas kasih orang-orang

kaya. Bila orang-orang kaya tergerak untuk berbuat baik, entah karena cinta kepada

Allah maupun bahkan hanya sekedar ingin dipuji, maka mereka akan memberikan

sesuatu.[3]

Page 2: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

2

Kemudian dalam praktiknya, sebagaimana yang telah dijelaskan baik dalam al

Quran maupun hadits, bentuk dari pemberian orang-orang kaya tersebut kepada orang-

orang miskin, materi maupun non materi, memiliki beragam bentuk. Di antaranya

zakat, infaq dan shadaqah. Adapun penjelasan mengenai ketiganya, selanjutnya akan

dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan zakat, infaq dan shadaqah?

2. Apa perbedaan di antara masing-masing jika dilihat dari subjek, materi, penerima,

kadar, waktu dan hukumnya?

3. Apa yang dimaksud dengan zakat fitrah dan mal, serta bagaimana pengelolaannya?

4. Siapa saja yang berhak menerima zakat?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Zakat, Infaq dan Shadaqah

a. Zakat

Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang diwajibkan secara mutlak

oleh Allah. Sebagaimana termaktub dalam QS. al Baqarah : 110.

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu

usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.

Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

Zakat ditinjau dari segi bahasa merupakan kata dasar (mashdar) dari zaka yang

berarti berkah, tumbuh (berkembang), bersih atau suci dan baik.[1] Tumbuh (an

nama) berarti bahwa harta yang dikeluarkan tidak berkurang, tetapi justru akan

Page 3: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

3

tumbuh dan berkembang.[2] Dikatakan oleh orang Arab zakaa azzar’u yang berarti

tumbuhan yang tumbuh dengan baik.[3] Bersih atau suci (ath thaharah) berarti

bahwa harta yang dikeluarkan akan menjadi bersih dan membersihkan jiwa yang

memiliki harta tersebut dari kotoran hasad, dengki dan bakhil. Baik (ash sholahu)

berarti bahwa harta yang dikeluarkan akan menjadi baik dan zakat sendiri akan

memperbaiki kualitas harta tersebut dan amal pemiliknya.[4]

Sedangkan ditinjau dari segi istilah fiqh, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang

telah mencapai nisab untuk diserahkan kepada golongan tertentu dan pada waktu

tertentu.[5] Menurut Imam Hanafi, zakat adalah pemberian hak kepemilikan atas

sebagian harta tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu yang telah

ditentukan oleh syariat, semata-mata karena Allah. Menurut Imam Malik, zakat

adalah mengeluarkan sebagian tertentu dari harta tertentu yang telah sampai nisab

kepada orang yang berhak menerima, jika kepemilikan, haul (genap satu tahun)

telah sempurna selain barang tambang, tanaman dan harta tenunan. Menurut Imam

Hambali, zakat adalah hak yang wajib pada harta tertentu kepada kelompok

tertentu pada waktu tertentu. Menurut Imam Syafi’i, zakat adalah nama untuk

barang yang dikeluarkan untuk harta atau badan (diri manusia) kepada pihak

tertentu.[6]

Terdapat dua jenis zakat yang disyariatkan, yaitu zakat fitrah (jiwa) dan zakat mal

(harta).

b. Infaq

Infaq berasal dari akar kata nafaqa yang berarti keluar. Secara istilah, infaq berarti

mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan, baik itu kepentingan yang

baik maupun kepentingan yang buruk.[7]

Kata infaq sering digunakan dalam al Quran dan hadits untuk beberapa hal,

sehingga secara hukum, infaq terbagi menjadi empat, yaitu[8] :

1. Infaq wajib

Infaq wajib berarti mengeluarkan harta untuk perkara yang wajib seperti:

Membayar zakat

Membayar mahar (QS. al Mumtahanah : 10)

Menafkahi istri (QS. an Nisa : 34)

Page 4: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

4

Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan iddah (QS. at Talaq :

6-7)

2. Infaq sunnah

Infaq sunnah berarti mengeluarkan harta dengan niat shadaqah atau dengan

kata lain menunjuk pada harta yang dianjurkan untuk dikeluarkan tetapi tidak

sampai wajib seperti:

Infaq untuk jihad (QS. al Anfal : 60)

Infaq kepada yang membutuhkan, misalnya memberi uang kepada fakir

miskin atau menolong orang yang terkena musibah dan lain sebagainya.

3. Infaq mubah

Infaq mubah berarti mengeluarkan harta untuk perkara yang mubah seperti

berdagang dan bercocok tanam (QS. al Kahfi : 43)

4. Infaq haram

Infaq haram berarti mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan oleh

Allah seperti:

Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar islam (QS. al Anfal : 36)

Infaqnya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena Allah (QS. an

Nisa : 38)

c. Shadaqah

Shadaqah secara bahasa berarti sesuatu yang benar atau jujur. Secara istilah berarti

mengeluarkan harta di jalan Allah sebagai bukti kejujuran atau kebenaran iman

seseorang. Shadaqah atau sedekah juga bisa diartikan mengeluarkan harta yang

tidak wajib di jalan Allah (menafkahkan sebagian harta di luar kewajiban syariah).

Shadaqah bukan hanya diartikan sebagai bantuan materi, tetapi juga bantuan non

materi atau ibadah fisik non materi seperti menolong orang dengan tenaga dan

pikirannya, mengajarkan ilmu, bertasbih, berdzikir, bahkan melakukan hubungan

suami istri disebut juga sebagai shadaqah.[9] Hal ini sesuai dengan hadits:

ثز باألجز ، ب أم اند اسا قانا : يا زسل هللا ، ذ أبي ذز زضي هللا ع أ ع

ى ، قال : ان بفضل أي ق يتصد ا صو ، ك يصي ا صهي ، ك يصه

نيس قد جعم هللا نكى يا كم تكبيسة صدقت ، أ بكم تسبيحت صدقت ، : إ ب ق تصد

Page 5: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

5

كس ان ي ع عسف صدقت ، أيس بان هيهت صدقت ، كم ت يدة صدقت ، كم تح ن قانا : يا صدقت ، في بضع أحدكى صدقت يك ت زسل هللا ، أيأتي أحدا ش

ا في ضع شز ؟ فكرنك إذا عهي ا في حساو أكا ضع ا أجس ؟ قال : أزأيتى ن في

ن أجس )زا يسهى( انحالل كا

Dari Abu Dzar r.a : Sesungguhnya sebagian dari para sahabat berkata kepada Nabi

Muhammad saw : “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat

pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa

sebagaimana kami berpuasa dan mereka bershadaqah dengan kelebihan harta

mereka.” Nabi saw bersabda : “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu

untuk bershadaqah? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shadaqah, tiap-tiap

tahmid adalah shadaqah, tiap-tiap tahlil adalah shadaqah, menyuruh kepada

kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah dan

persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shadaqah.”

Mereka bertanya : ”Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami

memenuhi syahwatnya ia mendapat pahala?” Nabi saw menjawab : ”Tahukah engkau

jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram dia berdosa demikian pula

jika ia memenuhi syahwatnya pada yang halal ia mendapat pahala.” (HR. Muslim)

B. Perbedaan Ketiganya Dilihat dari Segi Subjek, Materi, Penerima, Kadar, Waktu

dan Hukum

1. Zakat

Sebagaimana yang telah dijelaskan, zakat wajib dikeluarkan oleh setiap

muslim dewasa, merdeka, dan memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dengan

syarat tertentu. Adapun yang wajib dizakati adalah jiwa dan harta (zakat fitrah dan

mal). Orang yang berhak menerima zakat yaitu delapan golongan yang telah

disebutkan di dalam al Quran. Kadarnya atau besar zakat yang dikeluarkan

ditentukan tergantung kepada jenis barang yang dizakatkan. Waktu dalam

mengeluarkan zakat pun telah ditentukan pada waktu tertentu. Dan hukum zakat

adalah wajib.

2. Infaq

Infaq bersifat umum. Infaq dapat berarti untuk ibadah bisa juga untuk perkara

yang dibolehkan atau bahkan perkara yang wajib. Infaq dapat dikeluarkan oleh

siapa saja, tak terbatas ruang dan waktu serta kadarnya.

Page 6: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

6

3. Shadaqah

Shadaqah bebas dikeluarkan oleh siapa saja dan diberikan kepada siapa saja.

Dalam bershadaqah tidak ada persyaratan tertentu dan hukumnya tidak wajib.

C. Definisi Zakat Fitrah dan Mal serta Pengelolaannya

Sebagaimana yang telah diketahui, zakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu zakat

fitrah (jiwa) dan zakat mal (harta). Mengenai keduanya, terdapat perbedaan dalam

pelaksanaan dan pengelolaannya, termasuk jenis harta apa yang dikeluarkan zakatnya.

a. Zakat Fitrah

Makna zakat fitrah yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah karena

berbuka dari puasa (futur) pada bulan Ramadhan, untuk mensucikan orang yang

berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya dan

memberikan makanan kepada orang-orang miskin serta mencukupkan mereka dari

kebutuhan dan meminta-minta pada hari raya. Para fuqoha menyebut zakat fitrah

merupakan pajak yang dibebankan pada pribadi (nafs), sehingga ia wajib

dikeluarkan oleh setiap muslim, baik laki-laki ataupun perempuan, besar ataupun

kecil, tua ataupun muda, kaya ataupun miskin di bulan Ramadhan sampai menjelang

shalat Idul fitri.[10]

Syarat wajib zakat fitrah yaitu jika seseorang telah memiliki kelebihan harta

dari makanan untuk Idul Fitri maka yang berlebih dari makanan tersebut wajib

dikeluarkan zakat fitrahnya. Sedangkan orang yang tidak memiliki kelebihan tidak

wajib membayar zakat fitrah.[11] Adapun besar zakat fitrah yang dikeluarkan

adalah 1 sha’ dari makanan pokok. Ukuran 1 sha’ menurut para ulama adalah

4 mud dengan 1 mud seukuran dua telapak tangan orang dewasa secara umum atau

setara dengan 767 ml. Lembaga fatwa Arab Saudi mengatakan bahwa ukuran

1 sha’ sekitar 2,6 kg. Sedangkan ukuran yang ditentukan oleh para ulama di

Indonesia adalah sekitar 2,5 kg.[12] Adapun makanan pokok yang dimaksud adalah

makanan yang dijadikan sebagai bahan pangan utama sehari-hari seperti beras,

sagu, jagung, maupun kurma, tergantung yang berlaku di daerah masing-masing.

Waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah ialah sewaktu terbenam matahari

pada malam hari raya. Adapun terdapat ulama yang membolehkan mengeluarkan

pada satu atau dua hari sebelum waktu wajib karena menurut mereka asal zakat

fitrah diwajibkan karena berbuka dan berpuasa.[13]

Page 7: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

7

b. Zakat Mal

Yang dimaksud dengan zakat mal yaitu zakat berupa harta yang wajib atas

emas dan perak (uang), perdagangan, binatang ternak, biji-bijian dan tanaman,

barang tambang dan barang temuan (harta karun).

1. Zakat emas dan perak (uang)

Para fuqoha sepakat mengenai kewajiban emas dan perak atau dengan kata lain,

logam berupa mata uang baik lempengan, tercetak atau berupa perhiasan.[14]

Di dalam hadits Ali bin Abi Thalib yang disampaikan oleh Ibnu Majah bahwa

Ibnu Umar dan Aisyah berkata, “Dulu Rasulullah saw mengambil zakat sebanyak

1/2 dinar dari orang yang memiliki 20 dinar dan 1 dinar dari orang yang memiliki

40 dinar.”[15]

Dinar adalah mata uang dari emas yang 1 dinar beratnya sekitar 4,25 gr. Maka

nisab emas sebanyak 20 dinar sama dengan 85 gr emas.[16] Sedangkan besar

yang dikeluarkan adalah 1/40 nya dari 20 dinar atau 1/40 dari 85 gr yaitu 2,125

gr.

Selain dinar (emas), terdapat dirham yang merupakan mata uang dari perak.

Dalam hadits riwayat Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Keluarkanlah zakat perak! pada setiap 40 dirham dikeluarkan 1 dirham, jika

seseorang memiliki 190 dirham maka tidak ada kewajiban zakat baginya. Jika dia

memiliki 200 dirham, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 5 dirham.”

Berdasarkan hadits tersebut maka nisab perak adalah 200 dirham, yang setiap

40 dirham dikeluarkan zakatnya sebanyak 1 dirham sehingga 200 dirham

dikeluarkan zakatnya 5 dirham. Apabila seseorang hanya memiliki 190 dirham

maka tidak ada kewajiban untuk mengeluarkan zakat.[17]

Beberapa barang yang disamakan dengan emas dan perak di antaranya uang

kartal, saham dan surat berharga seperti obligasi.[18]

2. Zakat perdagangan

Makna barang dagangan yaitu harta selain emas dan perak seperti perumahan

macam-macam hewan pakaian dan barang-barang lain yang digunakan untuk

berdagang.[19] Ada beberapa syarat mengenai kewajiban zakat perdagangan,

yaitu :

Page 8: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

8

a. Barang perdagangan menjadi hak milik dalam arti yang sebenarnya seperti

hasil dari jual beli, pernikahan, hadiah, wasiat dan usaha-usaha yang halal,

karena barang yang bukan hak milik tidak wajib dikeluarkan zakatnya.

b. Barang yang menjadi hak milik tersebut diniatkan untuk berdagang.[20]

Zakat perdagangan dilihat kapan saat harga dagang mencapai nisab senilai 85 gr

emas. Setelah itu, setahun kemudian dilihat lagi apakah masih sampai satu nisab

atau tidak. Jika masih, maka dikeluarkan 1/40 darinya. Cara menghitungnya

bukan dengan harga pada waktu barang dibeli, bukan juga pada waktu akan

dijual. Tetapi dengan harga berapa untuk mendapatkan barang tersebut. Maka

hitunglah berapa kira-kira harga ketika mendapatkan barang tentu berbeda

ketika dijual ataupun dibeli.[21]

3. Zakat binatang ternak

Binatang ternak yang termasuk adalah unta, sapi, kambing atau sejenisnya.

Dalam kewajiban zakat binatang ternak terdapat beberapa syarat, yaitu :

a. Mencapai satu nisab

b. Telah mencapai satu haul dalam kepemilikan pemiliknya yaitu telah berlalu

satu tahun penuh sejak awal kepemilikan.

c. Binatang ternak tersebut merupakan binatang yang termasuk kategori

sa’imah yaitu binatang yang digembalakan atau yang diberi makan dengan

cara dilepas dipadang rumput.

d. Binatang ternak tersebut untuk dikembangbiakkan bukan untuk

dipekerjakan.[22]

Adapun zakat unta tidak wajib dikeluarkan jika kurang dari 5 ekor, apabila

sampai 5 ekor maka zakatnya adalah seekor kambing betina.

Adapun zakat sapi tidak wajib dikeluarkan sebelum sampai pada jumlah 30 ekor,

maka zakatnya adalah seekor sapi jantan atau betina genap umur satu tahun.

Dan zakat kambing apabila telah mencapai 40 ekor dikeluakan zakatnya seekor

kambing betina.

4. Zakat biji-bijian dan tanaman

Page 9: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

9

Zakat biji-bijian dan tanaman merupakan hasil panen dari tanaman pangan

berupa gandum, padi, kurma, anggur kering dan biji-bijian, sedangkan

komoditas yang lain seperti sayuran dan buah-buahan selain anggur dan kurma

tidak wajib zakat.[23]

Adapun nisabnya mencapai 5 wasaq, dengan 1 wasaq sama dengan 60 sha’ jadi 5

wasaq sama dengan 300 sha’ (sekitar 750 kg). Maka zakat yang dikeluarkan

sebanyak 1/10 bila diairi dengan air hujan. Apabila diairi dengan pompa atau

mengeluarkan biaya dalam pengairannya maka zakat yang dikeluarkan

1/20.[24]

5. Zakat barang tambang dan barang temuan (harta karun)

Yang dimaksud dengan barang tambang adalah barang peninggalan kuno

menurut Hanafiyah sedangkan menurut Malikiyah dan Syafi’iyah barang

tambang yang wajib dizakatkan adalah emas dan perak. Menurut Hanabilah

barang tambang mencakup semua jenisnya baik yang beku maupun cair.[25]

Mengenai zakat barang temuan atau peninggalan kuno zakatnya 1/5

berdasarkan kesepakatan ulama. Karena barang peninggalan kuno

adalah ghanimah untuk kemaslahatan umum. Dalam masalah ini tidak

disyaratkan mencapai nisab. Selain emas dan perak karena kedua barang

tersebut dianggap sebagai jenis tersendiri.

D. Orang yang Berhak Menerima Zakat

Orang-orang yang berhak menerima zakat adalah sesuai dengan firman Allah

dalam QS. At- Taubah : 60.

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk (1) orang-orang fakir, (2) orang-

orang miskin, (3) pengurus-pengurus zakat, (4) para mu'allaf yang dibujuk

hatinya, (5) untuk (memerdekakan) budak, (6) orang-orang yang berhutang, (7) untuk

Page 10: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

10

jalan Allah dan (8) untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Sehingga telah jelas bahwa terdapat delapan golongan yang berhak menerima

zakat, yaitu :

1. Fakir

Orang fakir adalah orang yang tidak mendapatkan sesuatu untuk menutupi

kebutuhannya (orang melarat, orang yang amat sengsara hidupnya).[26]

Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang mempunyai harta kurang dari satu nisab

atau mempunyai satu nisab tetapi habis untuk keperluannya. Menurut Imam

Malik yaitu orang yang mempunyai harta sedangkan hartanya tidak mencukupi

untuk keperluannya dalam masa satu tahun. Menurut Imam Hambali yaitu orang

yang tidak mempunyai harta atau mempunyai harta kurang dari seperdua

keperluannya. Menurut Imam Syafi’i yaitu orang yang tidak mempunyai harta dan

usaha atau mempunyai harta dan usaha kurang dari seperdua keperluannya dan

tidak ada orang yang berkewajiban memberi belanjanya.[27]

2. Miskin

Orang miskin adalah orang yang memiliki harta dan usaha lebih baik dari orang

fakir tetapi tidak mencukupi kebutuhannya (berada dalam keadaan

kekurangan).[28]

Menurut Imam Hanafi dan Imam Malik yaitu orang yang tidak mempunyai sesuatu

apapun. Menurut Imam Hambali yaitu orang yang mempunyai harta seperdua

keperluannya atau lebih tapi tidak mencukupi. Menurut Imam Syafi’i yaitu orang

yang mempunyai harta dan usaha sebanyak seperdua keperluannya atau lebih

tapi tidak sampai mencukupi.[29]

3. Amil

Para ulama telah sepakat tentang siapa yang dimaksud dengan amil yaitu orang

yang ditunjuk atau diangkat (diberi tugas) oleh penguasa untuk mengurus zakat

sejak dari mengumpulkan, mencatat, menjaga dan membagikan harta zakat

kepada yang berhak.[30]

Page 11: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

11

Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang diangkat untuk mengambil dan mengurus

zakat. Menurut Imam Malik yaitu pengurus zakat meliputi pencatat, pembagi,

penasehat dan sebagainya yang bekerja untuk kepentingan zakat. Menurut Imam

Hambali yaitu pengurus zakat yang diberi zakat sekedar upah pekerjaannya.

Menurut Imam Syafi’i yaitu semua orang yang bekerja mengurus zakat dan tidak

mendapat upah selain dari zakat.[31]

4. Muallaf

Muallaf bisa jadi muslim atau juga non muslim yang diharapkan ke-Islamannya

karena dianggap akan mendatangkan banyak manfaat untuk Islam atau orang

yang baru masuk Islam sedangkan imannya masih lemah.[32]

Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang tidak diberi zakat lagi sejak masa khalifah

pertama. Menurut Imam Malik yaitu orang kafir yang ada harapan untuk masuk

Islam dan atau orang yang baru memeluk Islam. Menurut Imam Hambali yaitu

orang kafir yang mempunyai pengaruh dan ada harapan ia masuk Islam atau

orang yang baru masuk Islam dengan harapan imannya akan bertambah teguh.

Menurut Imam Syafi’i ada empat macam yaitu yang pertama, orang yang baru

masuk Islam sedangkan imannya masih lemah. Yang kedua, orang Islam yang

berpengaruh dalam golongannya dengan harapan kalau diberi zakat orang lain

dari golongannya akan masuk Islam. Yang ketiga, orang Islam yang berpengaruh

atas orang kafir dengan harapan kalau diberi zakat akan terpelihara dari

kejahatan orang kafir tersebut. Yang keempat, orang yang menolak kejahatan

orang yang anti zakat.[33]

5. Budak

Yang dimaksud adalah budak muslim yang mungkin untuk dimerdekakan dan

dibayarkan seluruh biaya yang dibutuhkan untuk memerdekakannya.[34]

Menurut Imam Hanafi yaitu budak yang telah dijanjikan oleh tuannya bahwa dia

boleh menebus dirinya dengan uang atau harta lain. Menurut Imam Malik yaitu

budak muslim yang dibeli dengan uang zakat dan dimerdekakan. Menurut Imam

Hambali dan Imam Syafi’i yaitu budak yang telah dijanjikan oleh tuannya boleh

menebus dirinya dengan uang yang telah ditentukan dan diberi zakat sekedar

penebus dirinya.[35]

Page 12: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

12

6. Orang yang berhutang

Orang yang berhutang bisa disebabkan karena dia mendamaikan dua orang yang

berselisih walaupun dia orang kaya atau bisa karena untuk menutupi

kebutuhannya atau kepentingan yang bukan maksiat sedangkan dia tidak sanggup

membayarnya.[36]

Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang mempunyai hutang sedangkan hitungan

hartanya diluar hutang tidak cukup satu nisab, dia diberi zakat untuk membayar

hutang. Menurut Imam Malik yaitu orang yang berhutang sedangkan hartanya

tidak mencukupi untuk membayar hutangnya, dibayar hutangnya dengan zakat

kalau dia berhutang bukan untuk sesuatu yang fasid (jahat). Menurut Imam

Hambali ada dua macam yaitu yang pertama, orang yang berhutang untuk

mendamaikan orang lain yang berselisih. Yang kedua, orang yang berhutang

untuk dirinya sendiri pada pekerjaan yang mubah, ia diberi zakat sekedar

hutangnya. Menurut Imam Syafi’i ada tiga macam yaitu yang pertama, orang yang

berhutang karena mendamaikan dua orang yang berselisih. Yang kedua, orang

yang berhutang untuk kepentingan dirinya sendiri pada keperluan yang mubah

atau yang tidak mubah tapi dia sudah taubat. Yang ketiga, orang yang berhutang

karena menjamin hutang orang lain, sedangkan dia dan orang yang dijaminnya

tidak dapat membayar hutang.[37]

7. Fii sabilillah

Para ulama sepakat yang dimaksud dengan fii sabilillah adalah para pejuang yang

berperang di jalan Allah. Atau dengan kata lain adalah jihad yang bermakna umum

termasuk jihad dengan lisan dan tulisan. Dengan demikian boleh mengambil zakat

untuk perkembangan dakwah dan membiayai para da’i.[38]

Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang berperang pada jalan Allah. Menurut

Imam Malik yaitu bala tentara dan mata-mata untuk keperluan membeli senjata,

kuda atau untuk keperluan peperangan yang lain pada jalan Allah. Menurut Imam

Hambali yaitu bala tentara yang tidak mendapat gaji dari penguasa. Menurut

Imam Syafi’i yaitu bala tentara yang membantu sedangkan dia tidak mendapat gaji

dan untuk membeli keperluan seperti senjata dan lain sebagainya. Namun masih

menurut Imam Syafi’i terdapat keumuman dalam kata sabilillah. Ditetapkan

dalam kaidah ilmu ushul fiqh bahwa kata yang umum wajib diartikan menurut

keumumannya selama tidak ada dalil yang mengkhususkannya. Sehingga fii

Page 13: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

13

sabilillah tidak hanya dimaknai sebagai orang yang berperang (mengangkat

senjata) namun juga meliputi semua hal yang menjadi kemaslahatan umum pada

jalan Allah.[39]

8. Ibnu sabil

Para ulama sepakat bahwa ibnu sabil adalah orang yang berada dalam perjalanan

(musafir) yang bukan maksiat dan kehabisan perbekalan sehingga tidak bisa

kembali ke negaranya meskipun di negaranya dia orang kaya.[40]

Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang dalam perjalanan, putus perhubungan

dengan hartanya maka orang ini diberi zakat sekedar keperluannya. Menurut

Imam Malik yaitu orang yang dalam perjalanan sedangkan dia membutuhkan

biaya pulang ke negaranya dengan syarat keadaan perjalanannya bukan maksiat.

Menurut Imam Hambali yaitu orang yang kehabisan perbekalan dalam perjalanan

yang halal dan diberi sekedar cukup untuk biaya pulangnya. Menurut Imam Syafi’i

yaitu orang yang mengadakan perjalanan dan dalam perjalanannya dia diberi

zakat untuk sekedar biaya sampai pada yang dimaksud dan perjalanannya itu

bukan maksiat.[41]

BAB III

KESIMPULAN

Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang diwajibkan secara mutlak

oleh Allah. Zakat ditinjau dari segi bahasa merupakan kata dasar (mashdar) dari zaka yang

berarti berkah, tumbuh (berkembang), bersih atau suci dan baik. Sedangkan ditinjau dari

segi istilah fiqh, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang telah mencapai nisab untuk

diserahkan kepada golongan tertentu dan pada waktu tertentu. Terdapat dua jenis zakat

yang disyariatkan, yaitu zakat fitrah (jiwa) dan zakat mal (harta). Infaq berasal dari akar

kata nafaqa yang berarti keluar. Secara istilah, infaq berarti mengeluarkan sesuatu (harta)

untuk suatu kepentingan, baik itu kepentingan yang baik maupun kepentingan yang buruk.

Shadaqah secara bahasa berarti sesuatu yang benar atau jujur. Secara istilah berarti

mengeluarkan harta di jalan Allah sebagai bukti kejujuran atau kebenaran iman seseorang.

Sebagaimana yang telah dijelaskan, zakat wajib dikeluarkan oleh setiap muslim

dewasa, merdeka, dan memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dengan syarat

Page 14: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

14

tertentu. Adapun yang wajib dizakati adalah jiwa dan harta (zakat fitrah dan mal). Orang

yang berhak menerima zakat yaitu delapan golongan yang telah disebutkan di dalam al

Quran. Kadarnya atau besar zakat yang dikeluarkan ditentukan tergantung kepada jenis

barang yang dizakatkan. Waktu dalam mengeluarkan zakat pun telah ditentukan pada

waktu tertentu. Dan hukum zakat adalah wajib. Infaq bersifat umum. Infaq dapat berarti

untuk ibadah bisa juga untuk perkara yang dibolehkan atau bahkan perkara yang wajib.

Infaq dapat dikeluarkan oleh siapa saja, tak terbatas ruang dan waktu serta

kadarnya. Shadaqah bebas dikeluarkan oleh siapa saja dan diberikan kepada siapa saja.

Dalam bershadaqah tidak ada persyaratan tertentu dan hukumnya tidak wajib.

Makna zakat fitrah yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah karena berbuka dari

puasa (futur) pada bulan Ramadhan. Syarat wajib zakat fitrah yaitu jika seseorang telah

memiliki kelebihan harta dari makanan untuk Idul Fitri maka yang berlebih dari makanan

tersebut wajib dikeluarkan zakat fitrahnya. Adapun besar zakat fitrah yang dikeluarkan

adalah 1 sha’ dari makanan pokok. Waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah ialah sewaktu

terbenam matahari pada malam hari raya. Yang dimaksud dengan zakat mal yaitu zakat

berupa harta yang wajib atas emas dan perak (uang), perdagangan, binatang ternak, biji-

bijian dan tanaman, barang tambang dan barang temuan (harta karun).

Orang-orang yang berhak menerima zakat adalah sesuai dengan firman Allah dalam

QS. At- Taubah : 60, yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, budak, orang yang berhutang, fii

sabilillah dan ibnu sabil.

PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami buat. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh

dari kata sempurna, baik itu dari segi penulisan, gaya bahasa yang kami paparkan atau juga

sistematika pengambilan referensi. Seperti pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh

karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan yang bersifat membangun serta saran guna

memperbaiki dan mengevaluasi makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kami dan bagi

semua kalangan pada umumnya. Amin.

Page 15: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

15

DAFTAR PUSTAKA

As Shiddieqy, Hasbi. 1984. Pedoman Zakat. Jakarta : Bulan Bintang.

Az Zuhaili, Wahbah. 2011. Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3. Jakarta : Gema Insani.

Bakry, Nazar. 1994. Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Daradjat, Zakiah. 1983. Ilmu Fiqh Jilid 1. Jakarta : Pusat Direktorat Pembinaan PTAI.

Rasjid, Sulaiman. 1992. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru.

Rijal H, Syamsul. 2007. Buku Pintar Hadits. Jakarta : BIP.

Sabiq, Sayyid. 2007. Fiqih Sunnah Jilid 1. Jakarta : Pena Pundi Aksara.

Tarmidzi, Erwandi. 2013. Panduan Zakat Praktis. Jakarta : Yayasan Dasrussalam.

Qardawi, Yusuf. 2004. Hukum Zakat. Jakarta : Litera Antar Nusa.

Online (diakses 10 Oktober 2014) :

http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/384/pengertian-zakat-infak-dan-sedekah/

http://www.alkhoirot.net/2012/08/perbedaan-zakat-infaq-dan-sadaqah.html#2

[1] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2004), hal. 34.

[2] http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/384/pengertian-zakat-infak-

dan-sedekah/

[3] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani,

2011), hal. 164.

[4] Op cit.

[5] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2004), hal. 34.

[6] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani,

2011), hal. 165.

[7] http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/384/pengertian-zakat-infak-

dan-sedekah/

[8] http://www.alkhoirot.net/2012/08/perbedaan-zakat-infaq-dan-

sadaqah.html#2

[9] Op cit.

[10] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2004), hal. 920-921.

[11] Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru, 1992), hal. 198.

[12] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam,

2013), hal. 35.

[13] Op cit., hal. 199.

[14] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani,

2011), hal. 189.

Page 16: Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah · 1 Zakat, Infaq, Shadaqah Makalah Mata Kuliah Fiqh Muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Kemiskinan”

16

[15] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam,

2013), hal. 8.

[16] Ibid.

[17] Ibid.

[18] Ibid.

[19] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1, ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2007).

[20] Ibid.

[21] Op cit.

[22] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani,

2011).

[23] Ibid.

[24] Ibid.

[25] Ibid.

[26] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam,

2013), hal. 23.

[27] Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru, 1992), hal. 200-205.

[28] Op cit.

[29] Op cit.

[30] Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh Jilid 1, (Jakarta : Pusat Direktorat Pembinaan PTAI,

1983), hal. 261.

[31] Op cit.

[32] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam,

2013), hal. 27.

[33] Op cit.

[34] Op cit.

[35] Op cit.

[36] Op cit.

[37] Op cit.

[38] Op cit.

[39] Op cit.

[40] Op cit., hal. 30.

[41] Op cit.

[1] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2004), hal. 42-43.

[2] Ibid., hal. 44.

[3] Ibid., hal. 48-49. Diposkan oleh Annake Harijadi Noor