makalah baclofen (responsi dm farmasi)

26
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala di esofagus maupun ekstra- esofagus, bahkan dapat menyebabkan komplikasi yang berat seperti Barret’s esophagus, striktur, adenokarsinoma di kardia dan esofagus. Sudah sejak lama prevalensi GERD di Asia dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan di negara- negara Barat. Namun, banyak penelitian pada populasi umum yang baru-baru ini dipublikasikan menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi GERD di Asia. Prevalensi di Asia Timur 5,2 %-8,5 % (tahun 2005-2010), sementara sebelum 2005 2,5%-4,8%; Asia Tengah dan Asia Selatan 6,3%-18,3%, Asia Barat yang diwakili Turki menempati posisi puncak di seluruh Asia dengan 20%. Asia Tenggara juga mengalami fenomena yang sama; di Singapura prevalensinya adalah 10,5%, di Malaysia insiden GERD meningkat dari 2,7% (1991-1992) menjadi 9% (2000-2001), sementara belum ada data epidemiologi di Indonesia (1). GERD memberikan dampak negatif pada kualitas hidup pasien, karena gejala-gejalanya (heartburn, regurgitasi, nyeri dada, nyeri epigastrium, dll) yang menyebabkan gangguan tidur, penurunan produktivitas di tempat kerja dan

Upload: fahrizal-akbar-herbhakti

Post on 27-Oct-2015

281 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Semoga dapat membantu memperkaya wawasan anda sebagi calon dokter yg bekerja di daerah nantinya

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)

didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung

ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala di esofagus maupun ekstra-

esofagus, bahkan dapat menyebabkan komplikasi yang berat seperti Barret’s esophagus,

striktur, adenokarsinoma di kardia dan esofagus. Sudah sejak lama prevalensi GERD di

Asia dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan di negara-negara Barat. Namun,

banyak penelitian pada populasi umum yang baru-baru ini dipublikasikan menunjukkan

kecenderungan peningkatan prevalensi GERD di Asia. Prevalensi di Asia Timur 5,2 %-

8,5 % (tahun 2005-2010), sementara sebelum 2005 2,5%-4,8%; Asia Tengah dan Asia

Selatan 6,3%-18,3%, Asia Barat yang diwakili Turki menempati posisi puncak di seluruh

Asia dengan 20%. Asia Tenggara juga mengalami fenomena yang sama; di Singapura

prevalensinya adalah 10,5%, di Malaysia insiden GERD meningkat dari 2,7% (1991-

1992) menjadi 9% (2000-2001), sementara belum ada data epidemiologi di Indonesia(1).

GERD memberikan dampak negatif pada kualitas hidup pasien, karena gejala-

gejalanya (heartburn, regurgitasi, nyeri dada, nyeri epigastrium, dll) yang menyebabkan

gangguan tidur, penurunan produktivitas di tempat kerja dan di rumah, gangguan aktivitas

sosial. Short-Form-36-Item (SF-36) Health Survey, menunjukkan bahwa dibandingkan

dengan populasi umum, pasien GERD memiliki kualitas hidup yang menurun, serta

dampak pada aktivitas sehari-hari yang sebanding dengan pasien penyakit kronik lainnya

seperti penyakit jantung kongestif dan artritis kronik(1).

Tonus dari lower oesophageal sphincter (LOS) adalah faktor terpenting dalam

mencegah refluks dari muatan lambung kembali ke esofagus. Transient LOS relaxation

(TLOSR) adalah mekanisme utama yang mendasari refluks pada orang normal dan pasien

dengan penyakit refluks. Kontrol dari refluks inhibisi secara farmakologis terhadap proses

TLOSR adalah suatu pendekatan yang secara konsep sangat menarik dalam penanganan

penyakit refluks(2).

Beberapa obat farmakologis telah menunjukkan mampu menghambat pemicu dari

Transient LOS relaxation seperti atropin, cholecystokininA receptor agonist, nitric oxyde

Page 2: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

2

synthase inhibitors, dan morfin. Tetapi bagaimanapun kelas agen yang terkini mam[u

mengurangi angka kejadian TLOSR adalah GABAb agonis. GABA adalah

neurotransmitter inhibisi utama di sistem saraf pusat (SSP) dan reseptor GABAb terdapat

di banyak tempat di SSP dan sistem saraf enterik. Reseptor GABAb terdapat di ujung

terminal afferen n. Vagus di medulla dorsalis dan terbukti menghambat rilis

neurotransmitter di nukleus vagal. Mekanisme ini mendasari refleks yang mengontrol

pernapasan dan relaksasi gaster. Reseptor GABAb juga berperan pada reseptor mekanis

lambung. Baclofen, prototip dari GABAb agonis yang mana sering digunakan untuk

penanganan spastisitas otot, pertama kali diteliti sebagai inhibitor poten TLOSR pada

anjing(2).

Sampai saat ini belum ada studi yang melaporkan efek baclofen pada TLOSR dan

refluks gastroesofagus pada pasien dengan penyakit refluks. Dibandingkan dengan orang

sehat, pasien dengan penyakit refluks menunjukkan heterogenisitas pada mekanisme

refluks dan pada beberapa pasien, terutama yang dengan esofagitis berat, terjadi refluks

yang berat selama periode absen pressure basal LOS(2). Masih belum jelas apakah pasien

dengan penyakit refluks akan merespon terhadap GABAb agonis seperti pada orang

normal. Karena itu dalam makalah ini akan dibahas penggunaan baclofen yang termasuk

dalam golongan GABAb agonis sebagai terapi pada pasien dengan penyakit refluks baik

pada hubungannya dengan fungsi LOS dan refluks gastroesofagus.

2. RUMUSAN MASALAH

Apakah keuntungan penggunaan Baclofen pada pasien GERD?

3. TUJUAN

Tujuan makalah ilmiah ini adalah menjelaskan keuntungan penggunaan Baclofen

pada pasien GERD.

4. MANFAAT

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis makalah ilmiah ini adalah memberikan informasi ilmiah

mengenai penggunaan Baclofen pada pasien penyakit refluks sehingga dapat

bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan di masa mendatang.

Page 3: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

3

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis makalah ilmiah ini adalah memberikan alternatif terapi bagi

praktisi medis dalam pengobatan penyakit refluks.

Page 4: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

4

FARMASI-FARMAKOLOGI BACLOFEN

1. RUMUS KIMIA OBAT BACLOFEN

Nama obat : Baclofen

Sinonim : Lioresal, Kemstro, Baclon, Pms-Baclofen, Baclofene, Baclofeno,

Baclofenum, Baclophen, Atrofen

Rumus molekul : C10H12CINO2

Nama kimia : 4-amino-3-(4-chlorophenyl)-butanoic acid

Berat molekul : 213.66 g/mol(3)

Rumus bangun :

2. SIFAT FISIKO-KIMIA BACLOFEN

Baclofen berbentuk serbuk kristal berwarna keputihan hingga putih yang tidak

berbau. Baclofen sedikit larut dalam air, agak larut dalam methanol dan tidak larut dalam

kloroform(3).

3. FARMASI UMUM BACLOFEN

a. Dosis Baclofen

1) Pada Spasme Otot/Spastisitas Serebral

Dosis umum untuk orang dewasa pada spasme otot adalah 5 mg peroral sebanyak

3 kali/hari selama 3 hari dan dapat ditingkatkan 5 mg lagi sampai 20 mg peroral

sebanyak 3 kali/hari dengan peningkatan dosis setelah penggunaan selama 3 hari.

Sementara untuk dosis pemeliharaan adalah 40-80mg/hari yang sebaiknya dibagi

dalam 4 kali pemberian(5).

Gambar 1.

Rumus Bangun Baclofen(4)

Page 5: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

5

Selain itu untuk spasme otot dan spastisitas serebrals juga dapat diberikan secara

intratekal dengan test dose 50 mcg (dalam 1 ml injeksi) diinjeksi ke dalam ruang

intratekal melalui pump selama minimal 1 menit. Pasien diobservasi selama 4-8

jam untuk respon positif. Bila tidak ada respon positif dapat diberi second test dose

sebanyak 75 mcg dalam injeksi 1 ml ke dalam ruang intratekal yang diberikan

setelah 24 jam dair first test dose. Dosis dapat ditingkatkan sampai 100 mcg pada

24 jam berikutnya(5).

2) Pada penyakit trigeminal neuralgia

Dosis oral yang paling sering digunakan sama seperti penggunaan pada spasme

otot baik untuk dosis inisial maupun maintenance(5).

3) Pada penderita cegukan/hiccups

Dosis oral yang paling sering digunakan 5 mg peroral sebanyak 3 kali/hari selama

3 hari dan dapat ditingkatkan 5 mg lagi sampai 20 mg peroral sebanyak 3 kali/hari

dengan peningkatan dosis setelah penggunaan selama 3 hari. Sementara untuk

dosis pemeliharaan adalah 40-80mg/hari yang sebaiknya dibagi dalam 4 kali

pemberian(5).

b. Preparat Baclofen

Preparat untuk Baclofen berupa tablet berisi 10 mg dan 20 mg Baclofen.

Baclofen tablet 10 mg berwarna putih bulat dengan kode 4096 sedangkan Baclofen

tablet 20 mg berwarna putih dengan kode 4097. Preparat lain berupa preparat ampul

dengan nama produk Lioresal untuk injeksi intrathecal yaitu satu ampul yang

mengandung 50 mcg, 500 mcg atau 2000 mcg Baclofen yang terkandung bersama 9

mg NaCl dalam 1 ml. Lioresal intrathecal bersifat steril, non-pirogenik, antioksidan

dan pengawet. Untuk sementara sediaan yang terdapat di Indonesia adalah tablet 10

mg Baclofen(4). Keterangan lebih lanjut mengenai preparat yang tersedia di Indonesia

tercantum dalam Tabel 1.

c. Cara Penggunaan Baclofen

1) Per oral

Obat sebaiknya diminum bersama dengan makanan untuk mengurangi

gangguan pada gastrointestinal. Selain itu jangan meminum Baclofen tablet

bersama alkohol karena dapat meningkatkan beberapa efek samping dari Baclofen.

Tablet tidak boleh dikunyah atau dihancurkan, sebaiknya ditelan seluruhnya(6).

Page 6: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

6

Hindari penghentian mendadak dari penggunaan Baclofen karena dapat

menimbulkan gejala withdrawal seperti seizures dan halusinasi(7).

2) Parenteral

Sebelum implantasi pump dan memulai dosis kronik dari injeksi Baclofen

intrathecal, pasien harus melalui skrining untuk test dose dan harus menunjukkan

respons positif(8).

Prosedur trial adalah sebagai berikut. Bolus awal berisi 50 mcg dalam 1 ml

ampul diinjeksikan ke ruang intrathecal melalui barbotage selama kurang lebih 1

menit. Pasien kemudian diobservasi selama 4-8 jam untuk respons positif. Yang

dimaksud dengan respons positif adalah penurunan signifikan dari tonus otot dan

atau penurunan frekuensi dan derajat spasme. Jika respons dengan dosis inisial

kurang dari yang diharapkan, injeksi bolus kedua dapat diberikan setelah 24 jam

dari bolus pertama(8).

Dosis skrining bolus kedua terdiri dari 75 mcg Baclofen di dalam 1.5 ml air.

Setelah itu pasien diobservasi lagi selama 4-8 jam untuk respons positif. Jika

respons tetap tidak signifikan dosis ditingkatkan lagi yaitu dosis maksimal 100

mcg Lioresal dalam 2 ml air yang diberikan 24 jam setelah bolus kedua. Jika

setelah 3 kali bolus awal tidak menunjukkan respons positif maka pasien tidak

dianjurkan untuk diterapi Baclofen intrathecal dengan pompa implantasi secara

lama(8).

TABEL I.

PREPARAT BACLOFEN DI INDONESIA (6)

4. FARMAKOLOGI UMUM BACLOFEN

a. Khasiat Baclofen

Baclofen adalah derivat Asam Gamma-Aminobutirat yang spesifik agonis

terhadap reseptor GABA-b. Baclofen digunakan untuk penanganan spastisitas otot

Nama dan Sediaan Kemasan dan Harga

Baclofen tablet 10 mg x 10 x 50's (Rp314495,-)

Page 7: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

7

terutama karena Spinal Cord Injury. Efek terapi didapat dari kerja pada spinal dan

supraspinal sites, secara umum adalah reduksi dari transmisi eksitatori.

Baclofen berguna untuk mengurangi tanda dan gejala yang disebabkan oleh

multiple sclerosis terutama untuk meredakan spasme otot flexor dan nyeri

konkomitan, klonus dan rigiditas otot. Akan tetapi pasien yang menggunakan

Baclofen harus mempunyai spastisitas yang reversibel sehingga terapi Baclofen dapat

memberi hasil yang bagus dalam mengembalikan sisa fungsi otot yang spasme.

Baclofen juga dapat digunakan pada beberapa pasien dengan cedera korda spinalis

maupun penyakit kanalis dorsalis yang lain(7).

Indikasi Baclofen (9), (7)

1) Multiple sclerosis

2) Cerebral palsy

3) Spinal cord injury

4) Trigeminal neuralgia

5) Hiccups/cegukan

6) Gastroesophageal reflux disease

7) Migrain dan nyeri kepala kluster

8) Chronic pain

9) Tardive diskinesia

10) Tetanus

b. Kontra Indikasi Baclofen

1) Riwayat hipersensitivitas pada Baclofen

2) Lioresal intrathecal tidak dianjurkan untuk diberikan secara intravena,

intramuscular,subcutaneous dan epidural.

3) Terapi spasme otot pada keadaan rheumatic disorders, stroke, dan penyakit

Parkinson(7) (8)

Penggunaan Baclofen harus dihindari pada pasien dengan gangguan fungsi

ginjal karena Baclofen diekskresi secara primer di ginjal tanpa perubahan

bentuk/metabolit sehingga penting untuk memberikan dosis Baclofen secara hati-hati.

Penggunaan Baclofen pada pasien dengan penyakit serebrovaskular atau stroke juga

harus dipertimbangkan secara matang karena Baclofen terbukti tidak memberi

keuntungan signifikan untuk pasien stroke. Beberapa pasien menunjukkan

Page 8: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

8

intolerabilitas terhadap obat. Baclofen terbukti meningkatkan kejadian omfalokel pada

janin tikus yang diberikan kira-kira 13x dosis maksimum yang direkomendasikan

untuk manusia. Keamanan serta efektivitas Baclofen pada pasien anak kurang dari 12

tahun belum dapat ditegakkan(10).

Page 9: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

9

FARMAKODINAMIK DAN FARMAKOKINETIK BACLOFEN

1. FARMAKODINAMIK BACLOFEN

Efek farmakodinamik primer dari Baclofen adalah menyebabkan relaksasi otot

dengan cara meningkatkan konduksi K+ sehingga terjadi hiperpolarisasi (di medulla

spinalis dan dalam otak) yang menyebabkan inhibisi prasinaptik dengan akibat

mengurangi influks kalsium. Selain itu, baclofen mengurangi nyeri pada spastisitas

dengan menghambat penglepasan neurotransmitter eksitasi, yakni substansi P, di medulla

spinalis.

Spasme otot adalah kontraksi otot involunter yang nyeri, yang dapat menyebabkan

gerakan involunter, mengganggu fungsi dan menyebabkan distorsi. Obat-obat golongan ini

digunakan untuk mengobati spasme otot seperti splinting yang terjadi sebagai respons

terhadap trauma local atau gangguan sendi dan musculoskeletal. Splinting merupakan refleks

spasme otot yang menghasilkan kekakuan otot dan berlaku sebagai mekanisme protektif

untuk mencegah gerakan dan kerusakan lebih lanjut. Pengobatan terutama ditujukan kepada

pennyebabnya, dan obat pelemas otot hanya diberikan untuk jangka pendek.

Spastisitas ditandai oleh peningkatan refleks regangan tonik dan spasme otot

fleksor (misalnya peningkatan tonus otot basal), disertai dengan kelemahan otot. Spastisitas

merupakan ciri kondisi neurologic misalnya sclerosis multiple, cerebral palsy, cedera otak

dan stroke, terutama jika ada lesi spinal (spinal cord injury).

Mekanismenya melibatkan tidak hanya lengkung refleks regangan tetapi juga

pusat-pusat yang lebih tinggi di SSP, yang menghasilkan eksitasi berlebihan terhadap saraf

motoric α dan di medulla spinalis.

Untuk mengurangi refleks regangan yang hiperaktif, obat harus mengurangi

aktivitas serat Ia yang mengeksitasi saraf motoric primer atau meningkatkan aktivitas inhibisi

interneuron.

Baclofen hanya dapat mengurangi nyeri akibat spasme otot, tetapi kurang efektif

untuk memperbaiki fungsi otot yang terganggu(11).

Page 10: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

10

2. FARMAKOKINETIK BACLOFEN

a. Pola Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi Baclofen

1) Absorbsi Baclofen

Sediaan Baclofen diabsorbsi secara cepat dan sempurna di saluran pencernaan

setelah pemberian per oral tetapi harus menjalani metabolisme lintas pertama di

hepar (7). Kadar puncak plasma dicapai Baclofen dalam 0.5-3 jam tetapi laju dan

luas absorpsi bervariasi di antara pasien(9). Absorpsi Baclofen juga bersifat dose-

dependent yaitu laju absorpsi akan menurun seiring peningkatan dosis

pemberian(9).

2) Distribusi Baclofen

Setelah pemberian per oral, sebagian Baclofen menembus sawar darah otak

dengan konsentrasi di cairan serebrospinal (CSS) sebanyak 12% dari konsentrasi

di plasma. Sekitar 30% Baclofen terikat protein di plasma darah. Pada ibu hamil

Baclofen juga dapat melewati plasenta dan terdistribusi dalam ASI. Pada

pemberian injeksi intrathecal konsentrasi Baclofen dalam CSS adalah sebanyak

100x daripada pemberian per oral(9) (10).

3) Metabolisme Baclofen

Hanya sekitar 15% Baclofen yang mengalami metabolisme di hepar. Baclofen

mengalami metabolisme lintas pertama yaitu deaminasi di hepar. Baclofen

kemudian mengalami proses konjugasi, oksidasi, reduksi, dan hidrolisis di hepar

sehingga terbentuk metabolit(9).

4) Ekskresi Baclofen

Dalam 24 jam, hampir semua dosis telah diekskresi lewat urin, paling banyak

dalam bentuk utuh yaitu sekitar 70-80%. Proses eliminasi Baclofen terjadi lebih

lambat pada orang tua dan pasien dengan penyakit hati dan ginjal. Sisa Baclofen

maupun metabolitnya yang lain diekskresi melalui feses(9) (5).

b. Waktu Paruh (t ½) dan Durasi Aksi Baclofen

Waktu paruh plasma dari Baclofen dilaporkan terjadi dalam 3-4 jam sedangkan di

CSS sekitar 1-5 jam(9). Onset of action Baclofen tablet adalah dalam jam atau sampai

berminggu-minggu. Onset of action Baclofen intrathecal adalah 0.5-1 jam setelah

bolus intrathecal. Respons spasmolitik puncak dapat dilihat setelah 4 jam dan durasi

aksi obat ini adalah sekitar 4-8 jam. Onset, respons puncak maupun durasi aksi dari

Page 11: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

11

Baclofen sangat bervariasi pada tiap individu tergantung dosis dan beratnya gejala.

Pada pasien anak respons puncak, onset maupun durasi aksi Baclofen seperti halnya

pada orang dewasa. Untuk Baclofen yang diberikan secara continous infusion melalui

pompa implant efek antispasme terlihat pada 6-8 jam setelah inisiasi continous

infusion. Aktivitas maksimum dipantau selama 24-48 jam(5).

c. Ikatan Protein Baclofen

Sekitar 30% Baclofen melalui pemberian oral akan terikat dengan protein

plasma di dalam darah(9).

d. Bioavaibility Baclofen

Bioavaibilitas Baclofen pada bentuk sediaan tablet adalah 30% sedangkan

seperti pada penggunaan intrathecal lainnya, bioavaibilitas di CSS adalah 100% (9).

TOKSISITAS BACLOFEN

1. Efek Samping Baclofen

Beberapa efek samping yang dapat disebabkan Baclofen adalah (13) (8) (10):

a. Pada sistem kekebalan tubuh : reaksi hipersentivitas

b. Pada penglihatan : nistagmus, gangguan visus, fotofobia

c. Pada kulit : bercak kemerahan, rasa gatal, prespirasi berlebihan, alopesia, dermatitis

kontak, ulkus dekubitus.

d. Pada sistem neuropsikiatri : sedasi, rasa kantuk, rasa pusing, parestesia, rasa lelah dan

lemah, nyeri kepala, bingung, depresi, halusinasi,ataxia, nistagmus, distonia, coma

e. Pada sistem kardiovaskular : hipotensi orthostatik, bradikardia, hipertensi, palpitasi,

chest pain, sinkop, dyspneu

f. Pada sistem pernafasan : kongesti hidung, apneu, dyspneu, hiperventilasi sampai

depresi nafas

g. Pada sistem pencernaan : mual, muntah, konstipasi, nyeri abdomen, diare, disfagia,

perdarahan gastrointestinal (terutama bila dosis dinaikkan tiba-tiba)

h. Pada sistem hematologi : anemia, lekositosis dan petechial rash

i. Pada sistem hepatologi : peningkatan serum transaminase dan alkalin fosfatase

j. Pada sistem endokrin : hiperglikemia dan peningkatan risiko kista ovarii pada wanita

Page 12: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

12

2. Gejala Toksisitas Baclofen dan Penanggulangannya

Gejala-gejala yang mungkin timbul akibat overdosis baclofen baik secara per oral

maupun intrathecal antara lain mual, muntah, hipotonia otot, mengantuk, gangguan

akomodasi, hipotermia, distres nafas, kejang, dan koma(12).

Untuk mengatasi gejala overdosis secara simtomatis dapat diberikan karbon aktif

(Norit) untuk pasien dewasa yang telah mengkonsumsi >100 mg dan pasien anak yang

telah mendapat > 5mg/kgBB dalam 1 jam pemberian. Sebagai alternatif dapat dilakukan

gastric lavage pada pasien dewasa dalam waktu maksimal 1 jam setelah kejadian

overdosis yang mengancam nyawa. Hemodialisis dapat dilakukan pada kasus keracunan

yang berat. Pasien kemudian diobservasi selama minimal 6 jam setelah penanganan awal.

Untuk overdosis pada penggunaan intrathecal dapat diberikan physostigmine salycilate(12).

Sedangkan pada continous infusion bila terjadi gejala overdosis langkah pertama

adalah harus mengevakuasi Baclofen intrathecal residual dari pompanya sesegera

mungkin. Bila pasien mengalami depresi nafas dapat dilakukan intubasi sampai obat

hilang dari plasma. Bila perlu pasien dipasang ventilator bila terjadi gagal nafas dan bila

tidak ada kontraindikasi dapat dilakukan aspirasi CSS sebanyak 30-40 ml untuk

mengurangi kadar Baclofen dalam CSS(10).

3. Interaksi Baclofen dengan Obat Lain

Alkohol dan CNS depressant yang lain dapar menyebabkan eksaserbasi efek Baclofen

pada sistem saraf pusat (SSP) sehingga harus dihindari. Mungkin terjadi peningkatan

kelemahan otot jika Baclofen diberikan kepada pasien yang mendapat trisiklik

antidepresan dan dapat meningkatkan risiko hipotensi jika diberikan kepada pasien yang

mendapat terapi antihipertensi. Ibuprofen dan obat lain yang dapat menginduksi renal

insufficiency dapat menyebabkan ekskresi Baclofen menurun sehingga bisa memicu

toksisitas(12).

Page 13: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

13

DISKUSI

Analisis keuntungan Baclofen sebagai terapi yang rasional untuk pasien GERD pada

jurnal yang berjudul “Control of transient lower oesophageal sphincter relaxations and reflux

by the GABAB agonist baclofen in patients with gastro-oesophageal reflux disease” yang

ditulis oleh Q Zhang, A Lehmann, R Rigda, J Dent, and R H Holloway harus memenuhi 5

tepat, yaitu tepat bahan obat, tepat dosis, tepat bentuk sediaan obat, tepat cara dan waktu

pemberian obat, dan tepat pasien.

1. Tepat Bahan Obat

Baclofen (p-chlorophenyl-GABA) adalah spasmolitik aktif dan berperan sebagai

GABA agonis pada reseptor GABAB. Aktivasi reseptor-reseptor di otak oleh baclofen

menghasilkan hiperpolarisasi, mungkin karena konduktans kalium bertambah.

Sebagaimana telah disarankan bahwa proses hiper polarisasi ini (pada saraf dan didapati

juga pada otak) menjalankan fungsi inhibitorik pra-sinaps, dimungkinkan karena

penurunan influks kalsium, untuk mengurangi release transmitter eksitatorik, baik di otak

maupun korda spinalis. (katzung)

Reserptor GABAB ditemukan pada nucleus tractus solitarius pada dorsal motor

nukleus dari nervus vagus, yang dikenal sebagai pusat integrasi signal afferen

preganglion dari mekanoreseptor tekanan gaster dan lower oesophageal spinchter (LOS).

Penelitian mengenai fisiologi dan farmakologi pada binatang menunjukkan bahwa

aktivasi reseptor GABA dengan GABAB agonis baclofen menghambat transient LOS

relaksasi, gastro-oesophageal reflux, dan sekresi gaster.

Pada subjek normal dan pasien dengan GERD, penelitian terbaru menunjukkan

bahwa baclofen mengurangi tingkat TLOSR, episode gastro-oesophageal acid reflux, dan

meningkatkan tekanan LOS(13).

Pada penelitian ini baclofen memodulasi transient relaksasi spingter esofagus

bawah yang dimediasi oleh jalur reflek vagal melalui aktivasi reseptor gamma-

aminobutyric acid B. Mengingat bahwa transient relaksasi spingter esofagus bawah

merupakan penyebab terbanyak dari kejadian reflux(14). (harga? Efek samping?Toksisitas?

Kontra indikasi??)

Page 14: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

14

Oleh karena itu, dari segi efikasi, kesesuaian dan harga baclofen telah memenuhi

kriteria tepat bahan obat.

2. Tepat Dosis

Dosis maksimal yang direkomendasikan pada penggunaan Baclofen untuk penderita dewasa

adalah 80 mg/hari (sitasi). Dosis Baclofen yang digunakan untuk terapi spastisitas otot dan

trigeminal neuralgia adalah apabila digunakan secara per oral 3x5mg selama 3 hari, kemudian

3x10mg selama 3 hari, kemudian 3x15 mg selama 3 hari, kemudian 3x20 mg. Dosis untuk

terapi rumatan 40-80mg/hari. Sedangkan apabila penggunaan secara intrathecal, dosis dimulai

50mcg (dalam volume 1 mL) jika tidak ada respon terapi maka dosis ditingkatkan menjadi 75

mcg dan bisa ditingkatkan menjadi 100 mcg apabila masih tidak ada respon(5). Pada

penggunaan Baclofen untuk terapi GERD belum ditetapkan dosis yang tepat untuk

penggunaan sehari-hari, sebab untuk mengetahui dosis terapeutik harus diberikan dosis

multipel dalam 24 jam, namun hingga saat ini belum ada penelitian yang menginformasikan

tentang efek baclofen untuk refluks baik pada orang normal maupun penderita GERD. Pada

penelitian ini dosis yang digunakan adalah pemberian oral Baclofen sebesar 40 mg/hari. Dosis

ini masih di bawah dosis maksimal yang ditentukan sehingga kriteria tepat dosis telah

dipenuhi dalam penelitian ini(14).

3. Tepat Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

Bentuk sediaan Baclofen yang tersedia hingga saat ini di pasaran adalah sediaan

oral dan intrathecal. Pada penelitian ini bentuk sediaan obat yang digunakan adalah

secara per oral. Mengingat Baclofen diabsorbsi secara cepat dan sempurna melalui

traktus gastro intestinal setelah pemberian per oral, maka pemberian obat pada penelitian

ini rasional.

4. Tepat Waktu Pemberian

Waktu pemberian Baclofen pada penelitian ini adalah 90 menit sebelum makan

sebagai kontrol untuk meniadakan efek makanan dan dilakukan pemeriksaan ulang

dengan manometri dan pH asam lambung setelah 3 jam pemberian obat karena kadar

puncak konsentrasi Baclofen di plasma terjadi kurang lebih 0.5-3 jam setelah pemberian

obat (Martindale). Pada penelitian ini juga dilakukan pengecekan kadar Baclofen dalam

Page 15: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

15

darah tiap 1 jam untuk tetap memantau dan mempertahankan kadar Baclofen dalam

darah. Waktu pemberian obat pada penelitian ini sudah cukup rasional.

5. Tepat Pasien

Pasien dengan semua kelainan GERD merupakan salah satu indikasi pemberian

Baclofen. Hasil analisa penggunaan Baclofen pada penderita GERD pada penelitian ini

menunjukkan bahwa terapi tersebut sudah rasional dalam hal tepat obat, tepat dosis, tepat

bentuk sediaan, tepat cara pemberian, dan tepat pasien, namun dosis untuk penggunaan

sehari-hari belum ditentukan baru sebatas pada penelitian.

Page 16: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

16

RINGKASAN DAN KESIMPULAN

Paragraf 1 (sekilas tentang GERD dan kerugian penderita)

Baclofen (p-chlorophenyl-GABA) adalah spasmolitik aktif dan berperan sebagai

GABA agonis pada reseptor GABAB. Reserptor GABAB ditemukan pada nucleus tractus

solitarius pada dorsal motor nukleus dari nervus vagus, yang dikenal sebagai pusat

integrasi signal afferen preganglion dari mekanoreseptor tekanan gaster dan lower

oesophageal spinchter (LOS). Penelitian mengenai fisiologi dan farmakologi pada

binatang menunjukkan bahwa aktivasi reseptor GABA dengan GABAB agonis baclofen

menghambat transient LOS relaksasi, gastro-oesophageal reflux, dan sekresi gaster. Efek

samping Baclofen????? Toksisitas????Harga?????

Bentuk sediaan obat yang digunakan adalah tablet dan dosis yang digunakan adalah

pemberian oral Baclofen sebesar 40 mg/hari dengan dosis maksimal 80 mg/hari karena

sediaan yang terdapat di pasaran adalah bentuk oral dan intrathecal. Waktu pemberian

Baclofen pada penelitian ini adalah 90 menit sebelum makan sebagai kontrol untuk

meniadakan efek makanan dan dilakukan pemeriksaan ulang dengan manometri dan pH

asam lambung setelah 3 jam pemberian obat karena kadar puncak konsentrasi Baclofen di

plasma terjadi kurang lebih 0.5-3 jam setelah pemberian obat.

Penggunaan Baclofen untuk penderita GERD pada penelitian ini menunjukkan

bahwa terapi tersebut sudah rasional dalam hal tepat obat, tepat dosis, tepat bentuk

sediaan, tepat cara pemberian, dan tepat pasien, namun dosis untuk penggunaan sehari-

hari belum ditentukan baru sebatas pada penelitian.

Page 17: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

17

SUMMARY AND CONCLUSIONS

Page 18: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

18

DAFTAR PUSTAKA

1. FK-USU. Perbandingan Spesifisitas dan Sensitivitas Kuesioner FSSG dan GerdQ pada

Pasien GERD dan Hubungannya dengan Gambaran Endoskopi Pasien GERD . Majalah

Kedokteran Nusantara,2010; 40 (3) : 17-20. Diunduh dari: http:// usupress.usu.ac.id /files /

MKN%20Vol_%2040%20 No_%203% 20September%202007.pdf [diakses pada 6 Juli

2013]

2. Zhang Q, Lehmann A, Ridga R, Dent J, Holloway RH. Control of transient lower

oesophageal sphincter relaxations and reflux by the GABAB agonist baclofen in patients

with gastro-oesophageal reflux disease.Gut, 2002; 50(1): 19-24. Diunduh dari :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1773078/ [diakses pada 6 Juli 2013]

3. Upsher-Smith Laboratories, Inc Baclofen Tablets, USP. 2013. Minneapolis Diunduh dari:

http://www.upsher-smith.com/wp-content/uploads/Baclofen_Insert.pdf [diakses pada 4

Juli 2013]

4. PubChem. 2005. Baclofen – Compound Summary. Diunduh dari :

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=2284&loc=ec_rcs [diakses

pada 5 Juli 2013]

5. MicromedexTM. 2013. Baclofen Dosage. Diunduh dari :

http://www.drugs.com/dosage/baclofen.html [diakses pada 5 Juli 2013]

6. MIMS Indonesia. 2013. Lioresal. Diunduh dari :

http://www.mims.com/INDONESIA/drug /info/Lioresal/?q=baclofen&type=brief [diakses

pada 5 Juli 2013]

7. NCS Health Care of KY, Inc. 2012. Baclofen – Tablet (Human Prescribtion Drug Label).

Diunduh dari : http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/lookup.cfm?setid=37d6a465-acde-

4acc-9cb5-f5a32b75c072 [diakses pada 6 Juli 2013]

8. Medtronic Neuromodulation. 2013. LIORESAL (baclofen) – Injection. Diunduh dari :

http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/lookup.cfm?setid=351cde63-00fa-404a-92df-

cb055e991840 [diakses pada 6 Juli 2013]

9. Sweetman, Sean C., 2009. Martindale : The Complete Drug Reference. 36th ed. USA:

Pharmaceutical Press

Page 19: Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)

19

10.Mallinckrodt Inc. 2012. Gablofen Injection. Diunduh dari :

http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/lookup.cfm?setid=0a50560d-d053-4cb2-8160-

8ee35179c0ee [diakses pada 6 Juli 2013]

11.Setiawati A, Gan S., 2008. Pelumpuh Otot dan Pelemas Otot. Farmakologi dan Terapi,

Edisi Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

12.Cerner MultumTM. 2013. Baclofen Side Effects. Diunduh dari :

http://www.drugs.com/sfx/baclofen-side-effects.html [diakses pada 5 Juli 2013]

13.Xianghuai Xu, Qiang Chen, Siwei Liang, Hanjing Lu, and Zhongmin Qiu. Successful

resolution of refractory chronic cough induced by gastroesophageal reflux with treatment

of baclofen. Published online 2012 October 18. doi:  10.1186/1745-9974-8-8. Diunduh

dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3500706/?report=classic [diakses

pada 6 Juli 2013]

14.Marzio L, Ciccaglione AF. Effect of acute and chronic administration of the

GABAB agonist baclofen on 24 hour pH metry and symptoms in control subjects and in

patients with gastro-oesophageal reflux disease. Gut, 2003, April; 52(4): 464–70.

Diunduh dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1773602/ [diakses pada 5

Juli 2013]