responsi kardiologi nstemi

Upload: kdevarajah

Post on 06-Apr-2018

270 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    1/52

    RESPONSI KARDIOLOGI

    SINDROM KORONER AKUT

    DENGAN TOTAL AV BLOK

    Oleh:

    Adhan

    Rizky Devitasari 0610710118

    Arumsari Kusumaningtyas 0610713011

    Kharrtheek 0710714016

    Pembimbing:

    dr. Setiasih Anjarwani SpJP

    LABORATORIUM / SMF KARDIOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAIFUL ANWAR MALANG

    2012

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    2/52

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi

    yang digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan

    proses penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil/APTS (unstable

    angina/UA), infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa

    elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI),

    dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi

    segmen ST (ST elevation myocardial infarction/STEMI) (Gambar 1). APTS

    dan NSTEMI mempunyai patogenesis dan presentasi klinik yang sama,

    hanya berbeda dalam derajatnya. Bila ditemui penanda biokimia nekrosis

    miokard (peningkatan troponin I, troponin T, atau CK-MB) maka diagnosis

    adalah NSTEMI; sedangkan bila penanda biokimia ini tidak meninggi,

    maka diagnosis adalah APTS.

    Pada APTS dan NSTEMI pembuluh darah terlibat tidak mengalami

    oklusi total/ oklusi tidak total (patency), sehingga dibutuhkan stabilisasi

    plak untuk mencegah progresi, trombosis dan vasokonstriksi. Penentuantroponin I/T ciri paling sensitif dan spesifik untuk nekrosis miosit dan

    penentuan patogenesis dan alur pengobatannya. Sedang kebutuhan

    miokard tetap dipengaruhi obat-obat yang bekerja terhadap kerja jantung,

    beban akhir, status inotropik, beban awal untuk mengurangi konsumsi O2

    miokard. APTS dan NSTEMI merupakan SKA yang ditandai oleh

    ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard.

    Penyebab utama adalah stenosis koroner akibat trombus non-oklusif yang terjadi pada plak aterosklerosis yang mengalami erosi, fisur,

    dan/atau ruptur. Angina tidak stabil (UA) dan infark miokard non-ST

    elevasi (NSTEMI) adalah bagian dari sindrom koroner akut kontinum, di

    mana plak pecah dan terbentuk trombosis koroner aliran darah ke daerah

    miokardium. UA dan NSTEMI juga disebut sindrom koroner akut non-ST

    elevasi, untuk membedakan mereka dari akut infark miokard ST elevasi

    (STEMI). Dalam UA dan NSTEMI, tidak ditemukan ST elevasi dan

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    3/52

    3

    gelombang Q patologis pada EKG. Pada pasien dengan MI akut, alasan

    mengapa gelombang Q atau menjadi oklusi koroner, berhubungan dengan

    durasi oklusi, sejauh mana daerah infark menjaga kelangsungan hidup

    selama oklusi, serta letak pembuluh darah yang menentukan ukuran

    infark. Arteriografi koroner dilakukan pada 60-85% kasus, dalam periode

    akut NSTEMI menunjukkan bahwa infark arteri yang terkait tidak

    tersumbat.2-5 Hal ini merupakan alasan terhadap kurangnya kemanjuran

    fibrinolisis dalam gangguan ini.

    Infark miokard akut tanpa elevasi ST (non ST elevation myocardial

    infarction = NSTEMI) diketahui merupakan suatu kesinambungan dengan

    kemiripan patofisiologi dan gambaran klinis sehingga pada prinsipnya

    penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosa NSTEMI ditegakkan

    jika pasien dengan manifestasi UA menunjukkan bukti adanya nekrosis

    miokard dengan peningkatan biomarker jantung.

    Gejala yang sering dikeluhkan adalah nyeri dada, yang menjadi

    salah satu gejala yang paling sering didapatkan pada pasien yang dating

    ke IGD, diperkirakan terdapat 5,3 juta kunjungan tiap tahun. Kira-kira

    sepertiga dari kunjungan tersebut disebabkan oleh UA/NSTEMI, danmerupakan penyebab tersering kunjungan ke rumah sakit pada penyakit

    jantung. Angka kunjungan RS untuk pasien UA/NSTEMI semakin

    meningkat sementara angka infark miokard dengan elevasi ST (STEMI)

    menurun.

    Penatalaksanaan UA/NSTEMI telah disusun dalam pedoman

    (guidelines) oleh America College of Cardiology (ACC) dan American

    Heart Association (AHA). Guidelines untuk tatalaksana UA/NSTEMI jugadibuat oleh European Society of Cardiology dan memiliki kemiripan

    dengan guideline Amerika. Perlu diketahui bahwa prinsip

    penatalaksanaan sangat bergantung pada sarana dan prasarana yang

    tersedia di tempat layanan kesehatan.

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    4/52

    4

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    2.1 Identitas Pasien

    Nama : Tn Ivan Hidayat

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Usia : 32 tahun

    Alamat : Jl. Jombang, Malang

    Pekerjaan : SWASTA

    Suku : Jawa

    Bangsa : Indonesia

    Agama : Islam

    Status kawin : Kawin

    No MR : 11017500

    2.2 Anamnesis

    Keluhan utama : Pingsan

    Pasien pingsan setelah mencabut rumput, sebelum pingsan pasienNampak kaku selama 1 menit. Ketika pasien sadar, pasien dibawa

    kembali ke rumah sakit RKZ dan pasien pingsan kembali. Pasien tidak

    mempunyai riwayat pingsan sebelumnya, nyeri dada (-), keringat dingin

    (+), mual (+), muntah (+). Paien sehari-hari dapat beraktivitas tanpa ada

    keluhan sesak, tidur dengan satu bantal, tidak mpernah ada bengkak di

    kaki.

    Pasien memiliki kebiasaan merokok 2 pak per hari sejak tahun1997, pasien minum alcohol sejak tahun 1997 sampai tahun 2005 per

    tahunnya sebanyak satu sampai dua kali minum alcohol.

    Riwayat penyakit dahulu, tidak ada hipertensi, tidak ada diabetes

    mellitus. Riwayat penyakit keluarga tidak ada.

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    5/52

    5

    2.3 Pemeriksaan Fisik

    KU tampak sakit parah

    GCS 456

    BP 85/60 mmHg

    PR 61x/ menit (reguler, adekuat)

    RR 22x/menit

    Tax 36,6 C

    Kepala/leher :Anemik -/- , icteric -/-, edema palpebra -

    JVP R+ 1 cmH2O on 30o

    Tho : Cor / Ictus invisible, palpable ICS VI MCL (S)

    RHM SL (D), LHMIctus

    S1 S2 single murmur - gallop -

    P/ simetris SF D=S

    S S V V Rh - - Wh - -

    S S V V - - - -

    S S V V - - - -

    Abdomen : flat, soefl, BU (+) N, Liver span 8 cm,

    traube space tympaniEkstremitas : akral hangat, Edema - - , anemic - -

    - - - -

    2.4 Pemeriksaan Penunjang

    2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 26 Januari 2012)

    Darah Lengkap

    Leucocyte: 10.200 Albumin: 3.87

    Hb: 14,7 Na: 132

    PCV: 43.8 K: 3.52

    Trombocyte: 251.000 Cl: 103

    RBS: 152

    Ur: 40.9

    Cr: 1.19

    SGOT: 84

    SGPT: 31

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    6/52

    6

    PPT:

    APTT:

    Troponin I: + 2.5

    CPK : 543

    CKMB : 88

    BGA (O2 2- 4 lpm, Tanggal 26 Januari 2012)

    pH: 7.36

    PCO2: 33.8 mmHg

    PO2: 214.8 mmHg

    HCO3: 19.5 mmol/L

    O2 Saturasi: 99.4 %

    BE: - 7.0

    Kesimpulan: Asidosis metabolic terkompensasi, hiperoksimia

    Urine Lengkap

    SG/BJ:Glukosa:

    pH:

    Keton:

    Leukosit:

    Urobilinogen:

    Nitrit:

    Bilirubin:Protein/Alb:

    Eritrosit:

    (Mikroskop sedimen)

    10x epitel:

    40x eritrosit: /lpb

    Lekosit:

    KristaL:

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    7/52

    7

    Bakteri:

    Lain-lain:

    Garam sedimen:

    2.4.2 ECG

    (ECG tanggal 1 Januari 2012)

    Interpretasi

    Sinus rhytm

    HR bpm

    PR interval

    QRS complex:

    QT interval:

    Frontal axis:

    Horisontal axis:

    Kesimpulan:

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    8/52

    8

    (ECG tanggal 1 Januari 2012)

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    9/52

    9

    (ECG tanggal 1 Januari 2012)

    Interpretasi

    Sinus rhytm

    HR bpm

    PR interval

    QRS complex:

    QT interval:

    Frontal axis:

    Horisontal axis:

    Kesimpulan:

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    10/52

    10

    (ECG tanggal 1 Januari 2012)

    (ECG tanggal 1 Januari 2012)

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    11/52

    11

    (ECG tanggal 1 Januari 2012)

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    12/52

    12

    (ECG tanggal 1 Januari 2012)

    Interpretasi

    Sinus rhytm

    HR bpm

    PR interval

    QRS complex:

    QT interval:

    Frontal axis:

    Horisontal axis:

    Kesimpulan:

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    13/52

    13

    Pemeriksaan Foto Thoraks

    InterpretasiPosisi AP, Asimetris, KV cukup

    Trakea: di tengah

    Soft tissue & skeletal: normal

    Sudut phrenicocostalis: D & S tajam

    Paru D & S: infiltrat di bagian medial dan bawah

    Jantung: ukuran normal, CTR 65%, aorta skelrotik

    Kesimpulan: Kardiomegali, aorta sklerotik

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    14/52

    14

    Cue &

    Clue

    Problem

    List

    Initial

    Diagnos

    is

    Planning

    Diagnose

    Planning

    Therapy

    Planning

    Monitori

    ng

    Male, 32

    years old.

    Post

    LOC.

    ECG : T

    inverted

    II, III AVF.

    Increase

    cardiac

    enzyme.

    Male, 32

    years old.

    Disorgani

    ze P

    wave and

    QRS

    complex

    in ECG.

    Male, 32

    years old.

    1.NSTE

    MI

    inferior

    2.Post

    distal AV

    block

    3.Post

    syncope

    4. AV

    block

    derajat 1

    5.Heavy

    smoker

    2.1 d.t

    no 1

    3.1 d.t

    no 2

    3.2 d.t

    no 1

    4.1 d.t

    no 1

    Coronary

    angiography

    Echocardiograp

    hy

    - O2 2- 4

    lpm n.c

    - IVFD NS

    0,9% LL

    - Puasa

    sampai

    nyeri

    hilang

    diet

    jantung I

    1500

    kkal/hr

    - Drip

    dopamine

    5mg/kg/m

    in

    - Sc :

    avixtra

    1x2,5mg

    - PO :

    15DN

    3x5mg

    Captopril

    2x6,25

    ASA

    1x80 mg

    CPG

    - V5

    subjecti

    ve

    - ECG /

    24 jam

    -

    Produksi

    urin

    - Intake

    cairan

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    15/52

    15

    History of

    LOC 2

    times.

    Male, 32

    years old.

    ECG :

    prolong

    P-R

    interval

    0,24

    1x75mg

    Simvastat

    in1x10mg

    DZP

    1x5mg

    Laxadyn

    3xCI

    - Smoking

    ceasation

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    16/52

    16

    Follow Up Harian

    Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning

    26/11/12

    20.00

    27/11/12

    06.45

    -

    -

    Pagi ini

    kejang 1 x

    T : 95/70

    N : 76 x/m

    RR : 20 x/m

    T : 80/50

    N : 33x/m

    RR : 20x/m

    1. NSTEMI

    2. Total AV- blok

    3. Post syncope

    4. Heavy smoker

    1. NSTEMI

    2. Total AV- blok

    3. Post syncope

    4. Heavy smoker

    Total cairan

    max 1500

    cc/ 24 jam.

    DJ I 1500

    kkal/hr

    NS 0,9% LL

    Drip dopa

    5mg/kg BB

    Sc arixtra

    1x2,5

    PO: ASA,

    15 DN,

    Simvastatin,

    CPG,

    Captopril,

    DZP,

    laxadyn

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    17/52

    17

    POMR

    Summary of database Physical

    Examinations

    Lab Findings

    Mr. IH / 32 years old /

    CVCU

    Chief complaint : loss

    of consciousness.

    Patient had LOCwhen he was

    gardening 2 hours

    before admission

    accompanied with

    cold sweat + vomiting.

    Conscious

    spontaneously.

    He got LOC again in

    the private hospital.

    Chest pain

    SOB

    DM - , HT-

    heavy smoker and

    alcoholic

    GA : look moderately

    ill

    GCS : 456

    BP: 95/70

    PR : 67x , strong ,

    regular

    RR : 18 tpm

    Eye : anemis + , ict -

    /-

    Neck : JVP R + 1 cm

    ,30

    Tho :

    C/ictus visible,

    palpable at ICS V

    MCL 5

    LHM ~ ictus , RHM ~

    Hb/Hct/leu/Tro:

    14,1/43,8/10,100/251000

    GDA : 152

    Ur/Cr : 40,9 /1,19

    Alb : 3,87

    CPK/CKMB/ trop I :

    543/88/+2,5 11,4

    OT/PT :84/31

    Na/K/Cl : 132/3,55/103

    BGA : pH:7,356

    PCO2 : 33,8

    PO2 : 214,8

    HCO3 : 19,5

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    18/52

    18

    SLD

    S1 S2 single, murmur

    - , gallop

    P/simetris v v

    v v

    v v

    Rh - -

    - -

    - -

    Wh- -- -- -

    Abd : flat, soefl, met -,BU + N, liver span8cm, traube space

    tympani

    Ext : oedema - -

    - -Warm acral

    O2 sat arterial : 99,4 %

    Base excess : - 7,0

    Chest Xray : within

    normal limit

    ECG : sinus rythm,

    ischemia inferior, AV

    block derajat I

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    19/52

    19

    Problem dan Diagnosis

    Berdasarkan anamnesis pasien laki umur 32 tahun dengan keluhan utama

    pingsan.Pasien pingsan setelah mencabut rumput, sebelum pingsan

    pasien tampak kaku selama 1 menit. Ketika pasien sadar, pasien dibawa

    kembali ke rumah sakit RKZ dan pasien pingsan kembali. Pasien tidak

    mempunyai riwayat pingsan sebelumnya, nyeri dada (-), keringat dingin

    (+), mual (+), muntah (+). Pasien sehari-hari dapat beraktivitas tanpa ada

    keluhan sesak, tidur dengan satu bantal, tidak mpernah ada bengkak di

    kaki.Pasien memiliki kebiasaan merokok 2 pak per hari sejak tahun 1997,

    pasien minum alcohol sejak tahun 1997 sampai tahun 2005 per tahunnya

    sebanyak satu sampai dua kali minum alcohol.Riwayat penyakit dahulu, tidak ada hipertensi, tidak ada diabetes

    mellitus. Riwayat penyakit keluarga tidak ada.

    Dari pemerisaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak

    sakit parah,GCS 456BP 85/60 mmHg,PR 61x/ menit (reguler, adekuat),

    RR 22x/menit,Tax 36,6 C.Dari kepala leher tidak didapatkan anemis dan

    ikterik. JVP R+ 1 cmH2O on 30o . Dari pemeriksaan thoraks,cor,ictus

    invisible, palpable ICS VI MCL (S),RHM SL (D), LHMIctus,S1 S2single,tidak ada murmur,paru simetris SF D=S,perkusi sonor,tidak ada

    ronkhi dan wheezing.Dari pemeriksaan abdomen didapatkan perutnya flat,

    soefl, BU (+) N, Liver span 8 cm,traube space tympani.Dari pemeriksaan

    ekstremitas didapatkan akral hangat,tidak anemis dan edema tungkai atas

    dan bawah.

    Dari pemeriksaan penunjang,pemeriksaan laboratorium didapatkan

    leucocyte:10.200,Albumin:3.87,Hb:14,7,Na:132, K:3.52, Cl: 103PCV:43.8,

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    20/52

    20

    Trombocyte: 251.000, ,RBS: 152 ,Ur: 40.9,Cr: 1.19,SGOT: 84,SGPT:

    31,PPT: APTT: Troponin I: + 2.5,CPK: 543,CKMB: 88.Dari hasil BGA

    didapatkan asidosis metabolic terkompensasi dan hiperoksimia.

    Dari data hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan

    radiologis dari pasien ini maka dapat dibuat diagnosis NSTEMI.

    Kecurigaan faktor pencetusnya NSTEMI pasien ini adalah dislipidemia,

    perokok aktif,ketidak-aktifan fisik, dan lain lain.

    Terapi

    O2 8-12 lpm NRBM

    IVFD Nacl 0.9% Lifeline

    Puasa 6-8 jam Diet jantung 1150 kkal/hari

    Drip dopamin 5-10 gr/kg/BB target MAP 70 mmHG

    PO:

    ISDN 3 x 5mg

    Captopril 3 x 6.25mg

    ASA 1 x 80mg

    Clopigogrel 1 x 75mg

    Simvastatin 1 x 10 mg

    D2P 3 x 5

    Laxadyn 2 x C1

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    21/52

    21

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Definisi Sindrom Koroner Akut

    Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi

    yang digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan

    proses penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil/APTS (unstable

    angina/UA), infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa

    elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI),

    dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi

    segmen ST (ST elevation myocardial infarction/STEMI) (Gambar 1). APTSdan NSTEMI mempunyai patogenesis dan presentasi klinik yang sama,

    hanya berbeda dalam derajatnya. Bila ditemui penanda biokimia nekrosis

    miokard (peningkatan troponin I, troponin T, atau CK-MB) maka diagnosis

    adalah NSTEMI; sedangkan bila penanda biokimia ini tidak meninggi,

    maka diagnosis adalah APTS.

    Pada APTS dan NSTEMI pembuluh darah terlibat tidak mengalami

    oklusi total/ oklusi tidak total (patency), sehingga dibutuhkan stabilisasiplak untuk mencegah progresi, trombosis dan vasokonstriksi. Penentuan

    troponin I/T ciri paling sensitif dan spesifik untuk nekrosis miosit dan

    penentuan patogenesis dan alur pengobatannya. Sedang kebutuhan

    miokard tetap dipengaruhi obat-obat yang bekerja terhadap kerja jantung,

    beban akhir, status inotropik, beban awal untuk mengurangi konsumsi O2

    miokard. APTS dan NSTEMI merupakan SKA yang ditandai oleh

    ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard.

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    22/52

    22

    Penyebab utama adalah stenosis koroner akibat trombus non-

    oklusif yang terjadi pada plak aterosklerosis yang mengalami erosi, fisur,

    dan/atau ruptur. Angina tidak stabil (UA) dan infark miokard non-ST

    elevasi (NSTEMI) adalah bagian dari sindrom koroner akut kontinum, di

    mana plak pecah dan terbentuk trombosis koroner aliran darah ke daerah

    miokardium. UA dan NSTEMI juga disebut sindrom koroner akut non-ST

    elevasi, untuk membedakan mereka dari akut infark miokard ST elevasi

    (STEMI). Dalam UA dan NSTEMI, tidak ditemukan ST elevasi dan

    gelombang Q patologis pada EKG. Pada pasien dengan MI akut, alasan

    mengapa gelombang Q atau menjadi oklusi koroner, berhubungan dengan

    durasi oklusi, sejauh mana daerah infark menjaga kelangsungan hidup

    selama oklusi, serta letak pembuluh darah yang menentukan ukuran

    infark. Arteriografi koroner dilakukan pada 60-85% kasus, dalam periode

    akut NSTEMI menunjukkan bahwa infark arteri yang terkait tidak

    tersumbat.2-5 Hal ini merupakan alasan terhadap kurangnya kemanjuran

    fibrinolisis dalam gangguan ini.

    3.2 EpidemiologiDiagnosis NSTEMI lebih sulit untuk ditegakkan dibanding diagnosis

    STEMI. Oleh karena itu perkiraan prevalensinya menjadi lebih sulit.

    Secara keseluruhan, data menunjukkan bahwa kejadian NSTEMI dan UA

    tahunan lebih tinggi daripada STEMI. Perbandingan antara SKA dan

    NSTEMI telah berubah seiring waktu, karena laju peningkatan NSTEMI

    dan UA relatif terhadap STEMI tanpa penjelasan yang jelas mengenai

    perubahan ini.

    1,9

    Perubahan dalam pola kejadian NSTEMI dan UA mungkindapat dihubungkan dengan perubahan dalam manajemen serta upaya

    pencegahan CAD selama 20 tahun terakhir.1,9 Secara keseluruhan, dari

    berbagai penelitian, didapatkan bahwa kejadian tahunan dari penerimaan

    rumah sakit untuk NSTEMI dan UA sekitar 3 per 1000 penduduk. Hingga

    saat ini, tidak ada perkiraan yang jelas untuk Eropa secara keseluruhan,

    karena tidak adanya statistik kesehatan umum yang terpusat.

    3.3 Patogenesis

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    23/52

    23

    SKA merupakan salah satu bentuk manifestasi klinis dari penyakit

    jantung koroner (PJK), salah satu akibat dari proses aterotrombosis selain

    strok iskemik serta peripheral arterial disease (PAD). Aterotrombosis

    merupakan suatu penyakit kronik dengan proses yang sangat kompleks

    dan multifaktor serta saling terkait.4

    Aterotrombosis terdiri dari aterosklerosis dan trombosis.

    Aterosklerosis merupakan proses pembentukan plak (plak aterosklerotik)

    akibat akumulasi beberapa bahan seperti makrofag yang mengandung

    foam cells, lipid ekstraselular masif dan plak fibrosa yang mengandung

    sel otot polos dan kolagen. Perkembangan terkini menjelaskan

    aterosklerosis adalah suatu proses inflamasi atau infeksi, dimana awalnya

    ditandai dengan adanya kelainan dini pada lapisan endotel, pembentukan

    sel busa dan fatty streaks, pembentukan fibrous cupsdan lesi lebih lanjut,

    dan proses pecahnya plak aterosklerotik yang tidak stabil. Banyak sekali

    penelitian yang membuktikan bahwa inflamasi memegang peranan

    penting dalam proses terjadinya aterosklerosis. Pada penyakit jantung

    koroner, inflamasi dimulai dari pembentukan awal plak hingga terjadinya

    ketidakstabilan plak yang akhirnya mengakibatkan terjadinya ruptur plakdan trombosis pada SKA.4,6

    Perjalanan proses aterosklerosis (inisiasi, progresi, dan komplikasi

    pada plak aterosklerotik), secara bertahap berjalan dari sejak usia muda

    bahkan dikatakan juga sejak usia anak-anak sudah terbentuk bercak-

    bercak garis lemak (fatty streaks) pada permukaan lapis dalam pembuluh

    darah, dan lambat-laun pada usia tua dapat berkembang menjadi bercak

    sklerosis (plak atau kerak pada pembuluh darah) sehingga terjadinyapenyempitan dan atau penyumbatan pembuluh darah. Kalau plak tadi

    pecah, robek atau terjadi perdarahan subendotel, mulailah proses

    trombogenik, yang menyumbat sebagian atau keseluruhan suatu

    pembuluh koroner. Pada saat inilah muncul berbagai presentasi klinik

    seperti angina atau infark miokard. Proses aterosklerosis ini dapat stabil,

    tetapi dapat juga tidak stabil atau progresif. Konsekuensi yang dapat

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    24/52

    24

    menyebabkan kematian adalah proses aterosklerosis yang bersifat tidak

    stabil atau progresif yang dikenal juga dengan SKA.4,6

    Gambar 1. Ilustrasi perjalanan proses aterosklerosis pada plak

    aterosklerosis5

    Sedangkan trombosis merupakan proses pembentukan atau

    adanya darah beku yang terdapat di dalam pembuluh darah atau kavitas

    jantung.4

    Ada dua macam trombosis, yaitu trombosis arterial (trombus

    putih) yang ditemukan pada arteri, dimana pada trombus tersebut

    ditemukan lebih banyak platelet, dan trombosis vena (trombus merah)

    yang ditemukan pada pembuluh darah vena dan mengandung lebih

    banyak sel darah merah dan lebih sedikit platelet.6 Komponen-komponen

    yang berperan dalam proses trombosis adalah dinding pembuluh darah,

    aliran darah dan darah sendiri yang mencakup platelet, sistem koagulasi,

    sistem fibrinolitik, dan antikoagulan alamiah.

    7

    Patogenesis terkini SKA menjelaskan bahwa SKA disebabkan oleh

    obstruksi dan oklusi trombotik pembuluh darah koroner, yang disebabkan

    oleh plak aterosklerosis yang rentan mengalami erosi, fisur, atau ruptur.

    Penyebab utama SKA yang dipicu oleh erosi, fisur, atau rupturnya plak

    aterosklerotik adalah karena terdapatnya kondisi plak aterosklerotik yang

    tidak stabil dengan karakteristik inti lipid besar, fibrous cups tipis, dan

    bahu plak penuh dengan aktivitas sel-sel inflamasi seperti limfosit T dan

    http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/jantung-dan-pembuluh-darah-cardiovaskular/2010/11/15/sindrom-koroner-akut-definisi-patogenesis/attachment/plak/
  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    25/52

    25

    lain sebagainya. Tebalnya plak yang dapat dilihat dengan persentase

    penyempitan pembuluh koroner pada pemeriksaan angiografi koroner

    tidak berarti apa-apa selama plak tersebut dalam keadaan stabil. Dengan

    kata lain, risiko terjadinya ruptur pada plak aterosklerosis bukan

    ditentukan oleh besarnya plak (derajat penyempitan) tetapi oleh

    kerentanan plak.

    Gambar 2. Perbandingan karakteristik plak yang stabil dan

    tidak stabil5

    Erosi, fisur, atau ruptur plak aterosklerosis (yang sudah ada dalam

    dinding arteri koroner) mengeluarkan zat vasoaktif (kolagen, inti lipid,

    makrofag dan faktor jaringan) ke dalam aliran darah, merangsang

    agregasi dan adhesi trombosit serta pembentukan fibrin, membentuk

    trombus atau proses trombosis. Trombus yang terbentuk dapat

    menyebabkan oklusi koroner total atau subtotal. Oklusi koroner berat yang

    terjadi akibat erosi atau ruptur pada plak aterosklerosis yang relatif kecil

    akan menyebabkan angina pektoris tidak stabil dan tidak sampai

    menimbulkan kematian jaringan. Trombus biasanya transien atau labil dan

    menyebabkan oklusi sementara yang berlangsung antara 1020 menit.

    Bila oklusi menyebabkan kematian jaringan tetapi dapat diatasi oleh

    kolateral atau lisis trombus yang cepat (spontan atau oleh tindakan

    trombolisis) maka akan timbul NSTEMI (tidak merusak seluruh lapisan

    miokard).4

    Trombus yang terjadi dapat lebih persisten dan berlangsung

    sampai lebih dari 1 jam. Bila oklusi menetap dan tidak dikompensasi oleh

    kolateral maka keseluruhan lapisan miokard mengalami nekrosis (Q-wave

    http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/jantung-dan-pembuluh-darah-cardiovaskular/2010/11/15/sindrom-koroner-akut-definisi-patogenesis/attachment/plak-2/
  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    26/52

    26

    infarction), atau dikenal juga dengan STEMI. Trombus yang terbentuk

    bersifat stabil dan persisten yang menyebabkan perfusi miokard terhenti

    secara tiba-tiba yang berlangsung lebih dari 1 jam dan menyebabkan

    nekrosis miokard transmural.4

    Trombosis pada pembuluh koroner terutama disebabkan oleh

    pecahnya plak aterosklerotik yang rentan akibatfibrous caps yang tadinya

    bersifat protektif menjadi tipis, retak dan pecah. Fibrous caps bukan

    merupakan lapisan yang statik, tetapi selalu mengalami remodeling akibat

    aktivitas-aktivitas metabolik, disfungsi endotel, peran sel-sel inflamasi,

    gangguan matriks ekstraselular akibat

    aktivitas matrix metalloproteinases (MMPs) yang menghambat

    pembentukan kolagen dan aktivitas sitokin inflamasi.4

    Perkembangan terkini menjelaskan dan menetapkan bahwa proses

    inflamasi memegang peran yang sangat menentukan dalam proses

    patogenesis SKA, dimana kerentanan plak sangat ditentukan oleh proses

    inflamasi. Inflamasi dapat bersifat lokal (pada plak itu sendiri) dan dapat

    bersifat sistemik. Inflamasi juga dapat mengganggu keseimbangan

    homeostatik. Pada keadaan inflamasi terdapat peningkatan konsentrasifibrinogen dan inhibitor aktivator plasminogen di dalam sirkulasi. Inflamasi

    juga dapat menyebabkan vasospasme pada pembuluh darah karena

    terganggunya aliran darah.4,6

    Vasokonstriksi pembuluh darah koroner juga ikut berperan pada

    patogenesis SKA. Vasokonstriksi terjadi sebagai respon terhadap

    disfungsi endotel ringan dekat lesi atau sebagai respon terhadap disrupsi

    plak dari lesi itu sendiri. Endotel berfungsi mengatur tonus vaskulardengan mengeluarkan faktor relaksasi yaitu nitrit oksida (NO) yang dikenal

    sebagai Endothelium Derived Relaxing Factor (EDRF), prostasiklin, serta

    faktor kontraksi seperti endotelin-1, tromboksan A2, prostaglandin H2.

    Pada disfungsi endotel, faktor kontraksi lebih dominan dari pada faktor

    relaksasi. Pada plak yang mengalami disrupsi terjadi platelet dependent

    vasoconstriction yang diperantarai oleh serotonin dan tromboksan A2,

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    27/52

    27

    serta thrombin dependent vasoconstrictionyang diduga akibat interaksi

    langsung antara zat tersebut dengan sel otot polos pembuluh darah.4,6

    3.4 Definisi non ST elevation myocardial infarction (NSTEMI)

    Infark miokard akut tanpa tanpa elevasi ST ( non ST Elevation

    Myocardial Infarction = NSTEMI ) diketahui merupakan kesinambungan

    dengan kemiripan patofisiologi dan gambaran klinis STEMI, namun

    berbeda derajat ringansehingga pada prinsip penatalaksanaan keduanya

    tidak berbeda.Yang terutama berbeda apakah iskemia yang terjadi cukup

    berat untuk mengakibatkan kerusakan miokard dan petanda kerusakan

    otot yang dapatdiperiksa secara kuantitatif; yang tersering troponin I (Tn I),

    troponin T (Tn T), atau creatine kinase-MB (CK-MB). Jika sudah terbukti

    tidak ada petanda biokimia nekrosis miokard yang dikeluarkan,maka

    pasien dikatakan mengalami UA.Diagnosis NSTEMI ditegakkan

    jika pasien dengan manifestasi klinis UA menunjukkan adanya

    nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker jantung.Padakeadaan tersebut dapat terjadi perubahanpada segmen T atau

    gelombang T. Pada pasien UA, hal ini bisa saja terjadi, namunbiasanya

    tidak menetap. Petanda dari kerusakan miokard dapat terdeteksi di

    dalamdarah beberapa jam setelah kejadian nyeri iskemik,

    yang memberikan petun jukuntuk membedakan UA dan NSTEMI.

    3.4.1 PatofisiologiNon ST elevation myocardial infection (NSTEMI) dapat

    disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan

    kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.

    NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstriksi

    koroner. Thrombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya

    rupture plak yang tidak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya

    mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah, fibrous

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    28/52

    28

    cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang

    cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi

    asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai

    sel makrofag dan sel limfosit T yang menunjukkan adanya proses

    inflamasi. Sel sel ini akan mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF

    , IL 6. Selanjutnya IL 6 akan merangsang pengeluaran hsCRP di hati.

    3.4.2 Evaluasi Klinis

    Nyeri dada dengan lokasi khas sub sterna atau kadang kala

    di epigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat,

    perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan menjadi

    presentasi gejala yang sering ditemukan pada NSTEMI. Analisis

    berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka yang memiliki

    gejala dengan onset baru angina berat/terakselerasi memiliki prognosis

    lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki nyeri dada pada saat

    istirahat. Walaupun gejala khasnya adalah rasa tidak enak di dada,

    iskemia pada NSTEMI telah telah diketahui dengan baik, gejala khas

    seperti dispneu, mual, diaphoresis, sinkop, atau nyeri di lengan,epigastrium, bahu atas, atau leher yang terjadi dalam kelompok yang lebih

    besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.

    3.4.3 Gambaran ECG NSTEMI

    Gambaran electrocardiogram (ECG), secara spesifik berupa

    deviasi segmen ST merupakan hal penting yang menentukan resiko pada

    pasien. Pada Thrombosis in Myocardial (TIM) IIIRegistry, adanya depresisegmen ST baru sebanyak 0,05 mV merupakan prediktor outcome yang

    buruk. Kaul et al menunjukkan peningkatan risiko outcome yang buruk

    meningkat secara progresif dengan memberatnya depresi segmen ST,

    dan baik depresi segmen ST maupun perubahan troponin T keduanya

    memberikan tambahan informasi prognosis pasien-pasien dengan

    NSTEMI.

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    29/52

    29

    3.4.4 Biomarker Kerusakan Miokard

    Troponin T atau troponin I merupakan petanda nekrosis

    miokard yang lebih disukai, karena lebih spesifik daripada enzim jantung

    seperti CK dan CKMB. Pada pasien dengan IMA, peningkatan awal

    troponin pada darah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap sampai 2

    minggu.

    PETANDA BIOLOGIS (BIOMARKER) MULTIPLE UNTUK

    PENILAIAN RISIKO.

    Newby et al mendemonstrasikan bahwa strategi bedsite

    menggunakan mioglobin, creatinin kinase-MB dan troponin I menunjukkan

    stratifikasi risiko yang lebih akurat dibandingkan jika menggunakan

    petanda tunggal berbasis laboratorium. Sabatine et al mempertimbangkan

    3 faktor patofisiologi yang terjadi pada UA/NSTEMI yaitu:

    Ketidak stabilan plak dan nekrosis otot

    Yang terjadi akibat mikroembolisasi

    Inflamasi faskular

    Kerusakan ventrikel kiri.

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    30/52

    30

    BAB 4

    PEMBAHASAN KASUS

    Penegakkan diagnosis NSTEMI terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik,

    pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi, dan EKG). Berdasarkan

    teori yang dijelaskan pada bab sebelumnya, pasien ini sesuai dengan

    definisi penyakit NSTEMI.

    I. Definisi

    Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah

    ke otot jantung1, kematian sel-sel miokardium ini terjadi akibat kekurangan

    oksigen yang berkepanjangan2.

    II. Etiologi

    Faktor-faktor yang menyebabkan Acute Myocardial Infarction adalah

    suplai darah oksigen ke miokard berkurang (aterosklerosis, spasme,arteritis, stenosis aorta, insufisiensi jantung, anemia, hipoksemia), curah

    jantung yang meningkat (emosi, aktivitas berlebihan, hipertiroidisme), dan

    kebutuhan oksigen miokard meningkat (kerusakan miokard, hipertrofi

    miokard, hipertensi diastolik). Penyebab yang paling sering adalah

    terjadinya sumbatan koroner sehingga terjadi gangguan aliran

    darah.3 Sumbatan tersebut terjadi karena ruptur plak yang menginduksi

    terjadinya agregasi trombosit, pembentukan trombus, dan spasmekoroner. Penyebab infark miokard yang jarang adalah penyakit vaskuler

    inflamasi, emboli (endokarditis, katup buatan), spasme koroner yang berat

    (misal setelah menggunakan kokain), peningkatan viskositas darah serta

    peningkatan kebutuhan O2 yang bermakna saat istirahat.

    III. Epidemiologi

    Infark miokard akut merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering

    di negara maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30%

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    31/52

    31

    dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai

    rumah sakit. Walaupun laju mortalitas menurun sebesar 30% dalam 2

    dekade terakhir, sekitar 1 diantara 25 pasien yang tetap hidup pada

    perawatan awal, meninggal dalam tahun pertama setelah IMA.4 Spektrum

    sindrom koroner akut terdiri dari angina pektoralis tidak stabil, IMA tanpa

    elevasi ST, dan IMA dengan elevasi ST.

    IV. Patogenesis

    1. IMA dengan elevasi ST

    IMA dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah koroner

    menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak

    aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. STEMI terjadi jika trombus

    arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskular, dimana injuri

    ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan

    akumulasi lipid. Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin

    rich red trombus, yang dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI

    memberikan respon terhadap terapi trombolitik. Selanjutnya pada lokasi

    ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) memicu

    aktivitas trombosit, yang selanjutnya akan memproduksi dan melepaskantromboksan A2 (vasokontriktor lokal yang poten). Selain itu aktivasi

    trombosit memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa.

    Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai afinitas tinggi

    terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin)

    seperti faktor von willebrand (vWF) dan fibrinogen, dimana keduanya

    adalah molekul multivalen yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda

    secara simultan, menghasilkan ikatan silang platelet dan agregasi.Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factorpada sel

    endotel yang rusak. Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konversi

    protrombin menjadi trombin, yang kemudian mengkonversi fibrinogen

    menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat kemudian akan mengalami

    oklusi oleh trombus yang terdiri dari agregat trombosit dan fibrin. Pada

    kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    32/52

    32

    koroner yang disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital,

    spasme koroner dan berbagai penyakit inflamasi sistemik.

    2. Infark miokard akut tanpa elevasi ST

    Non ST elevation myocardial infarction(NSTEMI) dapat disebabkan

    oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen

    miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena

    trombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada

    arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak

    yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas

    otot polos yang rendah, fibrous capyang tipis dan konsentrasi faktor

    jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur mempunyai

    konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang

    tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel mikrofag dan limfosit T

    yang menunjukkan adanya proses inflamasi. Sel-sel ini akan

    mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF , dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaran hsCRP di hati.

    V. Gejala Klinis

    Keluhan yang khas ialah nyeri dada, nyeri dada tipikal (angina)

    merupakan gejala kardinal pasien IMA. Sifat nyeri dada angina sebagai

    berikut:

    Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial

    Sifat nyeri : seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindihbarang berat.

    Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang

    bawah gigi, punggung/interskapula, perut dan dapat juga ke lengan

    kanan.

    Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat dan responsif terhadap nitrat.

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    33/52

    33

    faktor pencetus : latihan fisik, stres emosi, udara dingin dan sesudah

    makan.Gejala yang menyertai dapat berupa mual, muntah, sulit bernapas,

    keringat dingin, cemas dan lemas.5

    VI. Diagnosis IMA tanpa ST elevasi (NSTEMI)

    Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang epigastrium

    dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar,

    nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan menjadi manifestasi gejala

    yang sering ditemui pada NSTEMI. Analisis berdasarkan gambaran klinis

    menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onset baru

    angina berat memiliki prognosis lebih baik jika dibandingkan dengan yang

    nyeri dada pada saat istirahat.Walaupun gejala khas rasa tidak enak di

    dada, iskemia pada NSTEMI telah diketahui dengan baik, gejala tidak

    khas seperti dispneu, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan,

    epigastrium, bahu atas, atau leher juga terjadi dalam kelompok yang lebih

    besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.

    a. Anamnesis

    Diagnosis adanya suatu SKA harus ditegakkan secara cepat dan tepatdan didasarkan pada tiga kriteria, yaitu gejala klinis nyeri dada spesifik,

    gambaran EKG (elektrokardiogram) dan evaluasi biokimia dari enzim

    jantung. Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien

    SKA. Nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada merupakan keluhan dari

    sebagian besar pasien dengan SKA. Seorang dokter harus mampu

    mengenal nyeri dada angina dan mampu membedakan dengan nyeri

    dada lainnya karena gejala ini merupakan penanda awal dalampengelolaan pasien SKA. Sifat nyeri dada yang spesifik angina sebagai

    berikut:4,6

    Lokasi : substermal, retrostermal, dan prekordial

    Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih

    benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.

    Penjalaran ke : leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung atau

    interskapula, dan dapat juga ke lengan kanan.

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    34/52

    34

    Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat

    dingin, dan lemas.

    Berat ringannya nyeri bervariasi. Sulit untuk membedakan Angina

    Pektoris Tidak Stabil /NSTEMI dan STEMI berdasarkan gejala

    semata-mata.

    Presentasi klinis klasik SKA tanpa elevasi segmen ST berupa:

    angina saat istirahat lebih dari 20 menit (angina at rest)

    angina yang dialami pertama kali dan timbul saat aktivitas yang

    lebih ringan dari aktivitas sehari-hari (new onset angina)

    peningkatan intensitas, frekuensi dan durasi angina (angina

    kresendo)

    angina pasca infark

    Pada beberapa pasien dapat ditemukan tanda-tanda gagal

    ventrikel kiri akut. Gejala yang tidak tipikal seperti rasa lelah yang

    tidak jelas, nafas pendek, rasa tidak nyaman di epigastrium atau

    mual dan muntah dapat terjadi, terutama pada wanita, penderita

    diabetes dan pasien lanjut usia. Kecurigaan harus lebih besar pada

    pasien dengan faktor risiko kardiovaskular multipel dengan tujuan

    agar tidak terjadi kesalahan diagnosis atau bahkan sampai tidak

    terdiagnosis/under estimate.

    b. Pemeriksaan Fisik

    Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi faktor

    pencetus dan kondisi lain sebagai konsekuensi dari SKA. Keadaan

    disfungsi ventrikel kiri (hipotensi, ronki dan gallop S3) menunjukkanprognosis yang buruk.4

    c. Elektrokardiografi

    EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis. Rekaman

    yang dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat.

    Gambaran diagnosis dari EKG adalah :

    1. Depresi segmen ST > 0,05 mV (1/2 kotak kecil)

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    35/52

    35

    2. Inversi gelombang T, ditandai dengan > 0,2 mV (2 kotak kecil)

    inversi gelombang T yang simetris di sandapan prekordial

    Perubahan EKG lainnya termasuk bundle branch block (BBB) dan

    aritmia jantung, terutama Sustained VT. Serial EKG harus dibuat

    jika ditemukan adanya perubahan segmen ST. Namun EKG yang

    normal pun tidak menyingkirkan diagnosis APTS/NSTEMI.

    Pemeriksaaan EKG 12 sadapan pada pasien SKA dapat

    mengambarkan kelainan yang terjadi dan ini dilakukan secara

    serial untuk evaluasi lebih lanjut, dengan berbagai ciri dan kategori:

    Angina pektoris tidak stabil: depresi segmen ST dengan atau

    tanpa inversi gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen ST

    sewaktu nyeri, tidak dijumpai gelombang Q.

    Infark miokard non-Q: depresi segmen ST, inversi gelombang T

    d. Penanda Biokimia Jantung

    Penanda biokimia seperti troponin I (TnI) dan troponin T (TnT)

    mempunyai nilai prognostik yang lebih baik dari pada CK-MB.

    Troponin T juga didapatkan selama jejas otot, pada penyakit otot(misal polimiositis), regenerasi otot, gagal ginjal kronik. Hal ini dapat

    mengurangi spesifisitas troponin T terhadap jejas otot jantung.

    Sehingga pada keadaan-keadadan tersebut, troponin T tidak lagi

    dapat digunakan sebagai penanda biokimia.Troponin C, TnI dan

    TnT berkaitan dengan kontraksi dari sel miokard. Susunan asam

    amino dari Troponin C sama antara sel otot jantung dan rangka,

    sedangkan pada TnI dan TnT berbeda. Nilai prognostik dari TnIatau TnT untuk memprediksi risiko kematian, infark miokard dan

    kebutuhan revaskularisasi dalam 30 hari adalah sama. Kadar

    serum creatinine kinase (CK) dengan fraksi MB merupakan

    indikator penting dari nekrosis miokard. Keterbatasan utama dari

    kedua penanda tersebut adalah relatif rendahnya spesifikasi dan

    sensitivitas saat awal (

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    36/52

    36

    lebih buruk pada pasien tanpa segmen ST elevasi lebih besar pada

    pasien dengan peningkatan nilai CKMB.4,6

    Gambar 3. Penanda Biokimia Jantung4

    Meskipun mioglobin tidak spesifikasi untuk jantung, tapi memiliki

    sensitivitas yang tinggi. Dapat terdeteksi secara dini 2 jam setelah

    onset nyeri. Tes negatif dari mioglobin dalam 4-8 jam sangat

    berguna dalam menetukan adanya nekrosis miokard. Meskipun

    demikian mioglobin tak dapat digunakan sebagai satu- satunyapenanda jantung untuk mengidentifikasi pasien dengan NSTEMI.

    Peningkatan kadar CKMB sangat erat berkaitan dengan kematian

    pasien dengan SKA tanpa elevasi segmen ST, dan naiknya risiko

    dimulai dengan meningkatnya kadar CKMB diatas normal.

    Meskipun demikian nilai normal CKMB tidak menyingkirkan adanya

    kerusakan ringan miokard dan adanya risiko terjadinya perburukan

    penderita.4

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    37/52

    37

    Troponin khusus jantung merupakan penanda biokimia primer

    untuk SKA. Sudah diketahui bahwa kadar troponin negatif saat < 6

    jam harus diulang saat 6-12 jam setelah onset nyeri dada.

    Tabel 1. Spektrum Klinis Sindrom Koroner

    e. Stratifikasi Resiko

    Penilaian Risiko

    Penilaian risiko harus dimulai dengan penilaian terhadap

    kecenderungan penyakit jantung koroner (PJK). Lima faktor

    terpenting yang dimulai dari riwayat klinis yang berhubungan

    dengan kecenderungan adanya PJK, diurutkan berdasarkan

    kepentingannya adalah,

    1. Adanya gejala angina

    2. Riwayat PJK sebelumnya

    3. Jenis kelamin

    4. Usia

    5. Diabetes, serta faktor risiko lainnya

    Saat diagnosis APTS/NSTEMI sudah dipastikan, maka

    kencenderungan akan terjadinya perubahan klinis dapat diramalkan

    berdasarkan usia, riwayat PJK sebelumnya, pemeriksaan klinis,

    EKG dan pengukuran penanda jantung.6

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    38/52

    38

    Rasionalisasi Stratifikasi Risiko

    Pasien dengan APTS/NSTEMI memiliki peningkatan terhadap risiko

    kematian, infark berulang, iskemia berulang dengan simptom,

    aritmia berbahaya, gagal jantung dan stroke. Penilaian prognosis

    tidak hanya menolong untuk penanganan kegawatan awal dan

    pengobatannya, tetapi juga membantu penentuan pemakaian

    fasilitas seperti:4

    1. Seleksi ruang perawatan (CVCU, intermediate ward, atau

    rawat jalan)

    2. Seleksi pengobatan yang tepat, seperti antagonis GP IIb/

    IIIa dan intervensi koroner

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    39/52

    39

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    40/52

    40

    Tatalaksana

    1. Tindakan Umum

    Prinsip penatalaksanaan SKA adalah mengembalikan aliran darah

    koroner dengan trombolitik/ PTCA primer untuk menyelamatkan

    jantung dari infark miokard, membatasi luasnya infark miokard, dan

    mempertahankan fungsi jantung. Penderita SKA perlu penanganan

    segera mulai sejak di luar rumah sakit sampai di rumah sakit.

    Pengenalan SKA dalam keadaan dini merupakan kemampuan

    yang harus dimiliki dokter/tenaga medis karena akan memperbaiki

    prognosis pasien. Tenggang waktu antara mulai keluhan-diagnosis

    dini sampai dengan mulai terapi reperfusi akan sangat

    mempengaruhi prognosis. Terapi IMA harus dimulai sedini

    mungkin, reperfusi/rekanalisasi sudah harus terlaksana sebelum 4-

    6 jam.1,4

    Pasien yang telah ditetapkan sebagai penderita APTS/NSTEMI

    harus istirahat di ICCU dengan pemantauan EKG kontinyu untuk

    mendeteksi iskemia dan aritmia. Oksigen diberikan pada pasien

    dengan sianosis atau distres pernapasan. Perlu dilakukanpemasangan oksimetri jari (finger pulse oximetry) atau evaluasi gas

    darah berkala untuk menetapkan apakah oksigenisasi kurang

    (SaO2

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    41/52

    41

    2. Tata Laksana Sebelum Ke Rumah Sakit (RS)

    Prinsip penatalaksanaan adalah membuat diagnosis yang cepat

    dan tepat,

    menentukan apakah ada indikasi reperfusi segera dengan

    trombolitik dan teknis transportasi pasien ke rumah sakit yang

    dirujuk.1,6

    Pasien dengan nyeri dada dapat diduga menderita infark miokard

    atau angina pektoris tak stabil dari anamnesis nyeri dada yang teliti.

    Dalam menghadapi pasien-pasien nyeri dada dengan kemungkinan

    penyebabnya kelainan jantung, langkah yang diambil atau

    tingkatan dari tata laksana pasien sebelum masuk rumah sakit

    tergantung ketepatan diagnosis, kemampuan dan fasilitas

    pelayanan kesehatan maupun ambulan yang ada.

    Berdasarkan triase dari pasien dengan kemungkinan SKA, langkah

    yang diambil pada prinsipnya sebagai berikut :

    a. Jika riwayat dan anamnesa curiga adanya SKA

    Berikan asetil salisilat (ASA) 300 mg dikunyah

    Berikan nitrat sublingual

    Rekam EKG 12 sadapan atau kirim ke fasilitas yang

    memungkinkan

    Jika mungkin periksa penanda biokimia

    b. Jika EKG dan penanda biokimia curiga adanya SKA

    Kirim pasien ke fasilitas kesehatan terdekat dimana terapi

    definitif dapat diberikan

    c. Jika EKG dan penanda biokimia tidak pasti akan SKA Pasien risiko rendah ; dapat dirujuk ke fasilitas rawat

    jalan

    Pasien risiko tinggi : pasien harus dirawat

    Semua pasien dengan kecurigaan atau diagnosis pasti SKA harus

    dikirim dengan ambulan dan fasilitas monitoring dari tanda vital.

    Pasien harus diberikan penghilang rasa sakit, nitrat dan oksigen

    nasal. Pasien harus ditandu dengan posisi yang menyenangkan,

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    42/52

    42

    dianjurkan elevasi kepala 40 derajat dan harus terpasang akses

    intravena. Sebaiknya digunakan ambulan/ambulan khusus.4

    3. Tata Laksana di Rumah Sakit

    Instalasi Gawat Darurat

    Pasien-pasien yang tiba di UGD, harus segera dievaluasi karena

    kita berpacu dengan waktu dan bila makin cepat tindakan reperfusi

    dilakukan hasilnya akan lebih baik. Tujuannya adalah mencegah

    terjadinya infark miokard ataupun membatasi luasnya infark dan

    mempertahankan fungsi jantung. Manajemen yang dilakukan

    adalah sebagai berikut :1,4,6

    1. Dalam 10 menit pertama harus selesai dilaksanakan adalah:

    a. pemeriksaan klinis dan penilaian rekaman EKG 12 sadapan,

    b. periksa enzim jantung CK/CKMB atau CKMB/cTnT,

    c. berikan segera: 02, infus NaCl 0,9% atau dekstrosa 5%,

    d. pasang monitoring EKG secara kontiniu,

    e. pemberian obat:

    nitrat sublingual/transdermal/nitrogliserin intravena

    titrasi (kontraindikasi bila TD sistolik < 90 mmHg),

    bradikardia (< 50 kali/menit), takikardia,

    aspirin 160-325 mg: bila alergi/tidak responsif diganti

    dengan dipiridamol, tiklopidin atau klopidogrel, dan

    mengatasi nyeri: morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena,

    dapat diulang tiap 5 menit sampai dosis total 20 mg atau

    petidin 25-50 mg intravena atau tramadol 25-50 mgintravena.

    2. Hasil penilaian EKG, bila:

    a. Elevasi segmen ST > 0,1 mV pada 2 atau lebih sadapan

    ekstremitas berdampingan atau > 0,2 mV pada dua atau lebih

    sadapan prekordial berdampingan atau blok berkas (BBB) dan

    anamnesis dicurigai adanya IMA maka sikap yang diambil adalah

    dilakukan reperfusi dengan :

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    43/52

    43

    - terapi trombolitik bila waktu mulai nyeri dada sampai terapi

    < 12 jam, usia < 75 tahun dan tidak ada kontraindikasi.

    - angioplasti koroner (PTCA) primer bila fasilitas alat dan

    tenaga memungkinkan. PTCA primer sebagai terapi

    alternatif trombolitik atau bila syok kardiogenik atau bila ada

    kontraindikasi terapi trombolitik

    b. Bila sangat mencurigai ada iskemia (depresi segmen ST, insersi

    T), diberi terapi anti-iskemia, maka segera dirawat di ICCU; dan

    c. EKG normal atau nondiagnostik, maka pemantauan dilanjutkan

    di UGD. Perhatikan monitoring EKG dan ulang secara serial dalam

    pemantauan 12 jam pemeriksaan enzim jantung dari mulai nyeri

    dada dan bila pada evaluasi selama 12 jam, bila:

    - EKG normal dan enzim jantung normal, pasien berobat jalan

    untuk evaluasi stress test atau rawat inap di ruangan (bukan di

    ICCU), dan

    - EKG ada perubahan bermakna atau enzim jantung meningkat,

    pasien dirawat di ICCU.

    4. Tatalaksana Pasien APTS/ NSTEMI

    Diagnosis Resiko

    Berdasarkan diagnosis APTS atau NSTEMI, level resiko akan

    kematian dan iskemia kardiak dan non fatal harus dipertimbangkan.

    Pengobatan dilakukan berdasarkan level resiko ini. Diagnosis suatu

    resiko dilakukan berdasarkan level resiko ini.

    4,6

    Pasien Resiko Tinggi

    Jika satu atau lebih dari hal-hal di bawah ini terjadi pada pasien, hal-

    hal tersebut diantaranya adalah:

    Iskemia berulang. Dapat muncul baik itu berupa sakit dada berulang

    atau perubahan segmen ST yang dinamik yang terlihat pada profil

    EKG. (Depresi segmen ST atau penaikan segment ST

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    44/52

    44

    sementara),terjadinya sakit dada saat istirahat > 20 menit, peningkatan

    level marker cardiac (CK-MB, Troponin T atau I, Protein reactive C),

    pengembangan ketidakstabilan hemodinamik dalam periode observasi,

    Aritmia mayor (fibrilasi ventricular, keberulangan tachycardia

    ventrikular) atau disfungsi ventricular kiri, Angina tak stabil post-

    infarction dini, thrombus pada angiografi

    Pasien Resiko Rendah

    Tidak ada sakit dada berulang saat perioda observasi, tidak ada tanda

    angina saat istirahat, tidak ada peningkatan troponin atau marker

    biokimia lain, EKG normal atau tidak ada perubahan selama episode

    ketidaknyamanan dada.

    Obat yang digunakan :

    Aspirin & Klopidogrel

    Jika aspirin intoleransi dan klopidogrel tidak dapat digunakan,

    gunakan :

    Ticlopidine

    Nitrat

    Tablet sublingual atau spray atau IV,

    -bloker oral (jika tidak ada kontra indikasi)

    antagonis kalsium non-dihidropiridin jika sukar untuk meneruskan

    pengobatan

    yang terdahulu.

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    45/52

    45

    Senyawa penurun lipid

    - Inhibitor HMG-CoA reduktase & diet LDL-c> 2.6 mmol/L (100

    mg/dL) dimulai dalam 24-96 jam setelah masuk RS.Dilanjutkan

    pada saat keluar RS

    - Fibrat atau niasin jika HDL-c < 1 mmol/L (40 mg/dL) muncul

    sendiri atau dalam kombinasi dengan obnormalitas lipid lain

    Follow up dalam 2-6 minggu

    Pengobatan Untuk Pasien Berisiko Tinggi

    Istirahat di kasur dengan monitoring EKG yang tetap berlangsung

    Suplemen oksigen untuk mempertahankan kejenuhan O2 > 90%.

    Pengobatan Iskemia

    Nitrat

    Tablet sublingual atau spray (max 3 dosis)

    Jika sakit tidak berkurang, lanjutkan dengan pemakaian IV

    Nitrogliserin IV lazimnya diganti dengan nitrat oral dalam 24 jam

    periode bebas sakit

    Regimen dosis oral seharusnya memiliki interval bebas nitratuntuk mencegah berkembangnya toleransi

    Kontraindikasi pada pasien yang menerima sildenafil dalam 24

    jam yang lalu

    Gunakan dengan perhatian pada pasien dengan gagal RV

    -bloker

    Direkomendasikan jika tidak ada kontraindikasi

    Jika sakit dada berlanjut, gunakan dosis pertama IV yang diikutidengan tablet oral

    Semua -bloker itu keefektifannya sama, tetapi -bloker tanpa

    aktivitas simpatomimetik intrinsik lebih disukai

    Morfin sulfat

    Direkomendasikan jika sakit tidak kurang dengan terapi anti

    iskemia yang cukup dan jika terdapat kongesti pulmoner atau

    agitasi parah

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    46/52

    46

    Dapat digunakan dengan nitrat selama tekanan darah dimonitor

    1-5 mg IV setiap 5-30 menit jika diperlukan

    Perlu diberikanjuga obat anti muntah

    Penggunaan disertai perhatian jika terjadi hipotensi pada

    penggunaan awal nitrat

    Pilihan Pengobatan Lain Untuk Iskemia :

    Antagonis Kalsium

    Dapat digunakan ketika -bloker kontra indikasi (verapamil &

    diltiazem lebih disukai)

    Antagonis kalsium dihidropiridin dapat digunakan pada pasien

    yang sulit sembuh hanya setelah gagal menggunakan nitrat dan -

    bloker

    Inhibitor ACE

    Diindikasikan pada hipertensi yang tetap (walaupun sedang

    menjalani pengobatan dengan nitrat dan -bloker), disfungsi sistolik

    LV,CHF.

    Terapi Antiplatelet dan Antikoagulan

    Esensial untuk memodifikasi proses penyakit & kemungkinan

    perkembangannya menuju kematian, MI atau MI berulang.

    Aspirin dan Klopidogrel

    Sebaiknya diinisiasi dengan baik

    Untuk pasien intoleransi aspirin & ketika klopidogrel tidak dapatdigunakan

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    47/52

    47

    Heparin

    Heparin bobot molekul rendah (LMWH = low molecular weight

    heparin) secara subkutan atau heparin tidak terfraksinasi (UFH =

    unfractioned heparin) secara IV dapat ditambahkan sebagai terapi

    antiplatelet.

    Antagonis GP IIb/IIIa

    Penggunaannya direkomendasikan sebagai tambahan aspirin &

    UFH pada pasien dengan iskemia berlanjut atau dengan risiko

    tinggi lainnya & untuk pasien yang intervensi koroner percutaneous

    direncanakan

    Modifikasi risiko :

    Senyawa penurun lipid

    - Inhibitor HMG-CoA reduktase & diet untuk LDL-c> 2,6 mmol/L

    (100mg/dL) dimulai dengan 24- 96 jam setelah masuk RS

    Diteruskan saat keluar RS

    - Fibrat atau niasin jika HDL-c < 1 mmol/L (40 mg/dL) munculsendiri atau kombinasi dengan

    abnormalitas lipid lain.

    Berikut ini adalah hasil analisa kasus kami.

    Pasien laki umur 32 tahun dengan keluhan utama pingsan.Pasien

    pingsan setelah mencabut rumput, sebelum pingsan pasien tampak

    kaku selama 1 menit. Ketika pasien sadar, pasien dibawa kembalike rumah sakit RKZ dan pasien pingsan kembali. Pasien tidak

    mempunyai riwayat pingsan sebelumnya, nyeri dada (-), keringat

    dingin (+), mual (+), muntah (+). Paien sehari-hari dapat

    beraktivitas tanpa ada keluhan sesak, tidur dengan satu bantal,

    tidak mpernah ada bengkak di kaki.Pasien memiliki kebiasaan

    merokok 2 pak per hari sejak tahun 1997, pasien minum alcohol

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    48/52

    48

    sejak tahun 1997 sampai tahun 2005 per tahunnya sebanyak satu

    sampai dua kali minum alcohol.

    Riwayat penyakit dahulu, tidak ada hipertensi, tidak ada

    diabetes mellitus. Riwayat penyakit keluarga tidak ada.

    Dari pemerisaan fisik didapatkan keadaan umum pasien

    tampak sakit parah,GCS 456BP 85/60 mmHg,PR 61x/ menit

    (reguler, adekuat), RR 22x/menit,Tax 36,6 C.Dari kepala

    leher tidak didapatkan anemis dan ikterik. JVP R+ 1 cmH2O

    on 30o . Dari pemeriksaan thoraks,cor,ictus invisible, palpable ICS

    VI MCL (S),RHM SL (D), LHMIctus,S1 S2 single,tidak ada

    murmur,paru simetris SF D=S,perkusi sonor,tidak ada ronkhi dan

    wheezing.Dari pemeriksaan abdomen didapatkan perutnya flat,

    soefl, BU (+) N, Liver span 8 cm,traube space tympani.Dari

    pemeriksaan ekstremitas didapatkan akral hangat,tidak anemis dan

    edema tungkai atas dan bawah.

    Dari pemeriksaan penunjang,pemeriksaan laboratorium

    didapatkan leucocyte:10.200,Albumin:3.87,Hb:14,7,Na:132, K:3.52,

    Cl: 103PCV:43.8,Trombocyte: 251.000, ,RBS: 152 ,Ur: 40.9,Cr: 1.19,SGOT:

    84,SGPT: 31,PPT: APTT: Troponin I: + 2.5,CPK: 543,CKMB:

    88.Dari hasil BGA didapatkan asidosis metabolic terkompensasi

    dan hiperoksimia.

    Dari data hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium,

    dan radiologis dari pasien ini maka dapat dibuat diagnosis NSTEMI.

    Kecurigaan faktor pencetusnya NSTEMI pasien ini adalahdislipidemia, perokok aktif,ketidak-aktifan fisik, dan lain lain.

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    49/52

    49

    BAB V

    PENUTUP

    Telah dilaporkan pasien laki umur 32 tahun dengan keluhan utama

    pingsan.Pasien pingsan setelah mencabut rumput, sebelum pingsan

    pasien tampak kaku selama 1 menit. Ketika pasien sadar, pasien dibawa

    kembali ke rumah sakit RKZ dan pasien pingsan kembali. Pasien tidak

    mempunyai riwayat pingsan sebelumnya, nyeri dada (-), keringat dingin

    (+), mual (+), muntah (+). Paien sehari-hari dapat beraktivitas tanpa ada

    keluhan sesak, tidur dengan satu bantal, tidak pernah ada bengkak di

    kaki.Pasien memiliki kebiasaan merokok 2 pak per hari sejak tahun 1997,

    pasien minum alcohol sejak tahun 1997 sampai tahun 2005 per tahunnya

    sebanyak satu sampai dua kali minum alcohol.

    Riwayat penyakit dahulu, tidak ada hipertensi, tidak ada diabetes

    mellitus. Riwayat penyakit keluarga tidak ada.

    Dari pemerisaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit

    parah,GCS 456BP 85/60 mmHg,PR 61x/ menit (reguler, adekuat),RR 22x/menit,Tax 36,6 C.Dari kepala leher tidak didapatkan anemis dan

    ikterik. JVP R+ 1 cmH2O on 30o . Dari pemeriksaan thoraks,cor,ictus

    invisible, palpable ICS VI MCL (S),RHM SL (D), LHMIctus,S1 S2

    single,tidak ada murmur,paru simetris SF D=S,perkusi sonor,tidak ada

    ronkhi dan wheezing.Dari pemeriksaan abdomen didapatkan perutnya flat,

    soefl, BU (+) N, Liver span 8 cm,traube space tympani.Dari pemeriksaan

    ekstremitas didapatkan akral hangat,tidak anemis dan edema tungkai atasdan bawah.

    Dari pemeriksaan penunjang,pemeriksaan laboratorium didapatkan

    leucocyte:10.200,Albumin:3.87,Hb:14,7,Na:132, K:3.52, Cl: 103PCV:43.8,

    Trombocyte: 251.000, ,RBS: 152 ,Ur: 40.9,Cr: 1.19,SGOT: 84,SGPT:

    31,PPT: APTT: Troponin I: + 2.5,CPK: 543,CKMB: 88.Dari hasil BGA

    didapatkan asidosis metabolic terkompensasi dan hiperoksimia.

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    50/52

    50

    Dari kasus pasien ini,kesimpulannya adalah bahwa pasien ini telah

    menderita penyakit SKA dengan NSTEMI karena curiga ada

    sinkop,disertai gejala klinis seperti pernah nyeri di

    bahu,mual,muntah,keringat dingin,cardiac marker + dan ada peningkatan

    cardiac marker pada pasien ini.Pasien ini juga merupakan perokok

    aktif,dengan pola hidup yang tidak sehat,tidak aktif-fisik,ada riwayat

    minum alcohol.

    Faktor resiko SKA pada pasien ini adalah seperti: dislipidemia,

    merokok,ketidak-aktifan fisik, dan lain lain.

    Rencana terapi umum untuk pasien adalah dengan memberi oksigen,

    aspirin, nitrogliserin, dan morfin.

  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    51/52

    51

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Anderson, J, Adams, C, Antman, E, et al. ACC/AHA 2007

    guidelines for the management of patients with unstable

    angina/non-ST-elevation myocardial infarction: a report of the

    American College of Cardiology/American Heart Association Task

    Force on Practice Guidelines 50:e1. Diunduh dari:

    www.acc.org/qualityandscience/clinical/statements.htm (Accessed

    January 27, 2012).

    2. Gibler, WB. Evaluation of chest pain in the emergency department.

    Ann Intern Med 1995; 123:315;.

    3. Tatum, JL, Jesse, RL, Kontos, MC, et al. Comprehensive strategy

    for the evaluation and triage of the chest pain patient. Ann Emerg

    Med 1997; 29:116. Ornato, JP.

    4. Chest pain emergency centers: improving acute myocardial

    infarction care. Clin Cardiol 1999; 22:IV3.

    5. Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical Care untuk Pasien

    Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Depkes RI; 2006.6. Kalim H, et al. Pedoman Praktis Tatalaksana Sindrom Koroner

    Akut. Jakarta: Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular

    FKUI; 2008.p.3-7.

    7. Naik H, Sabatine MS, Lilly LS. Acute Coronary Syndromes. In: Lilly

    LS. Pathophysiology of Heart Disease. 4th ed. Philadelphia:

    Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business. 2007.

    8. Setiabudy RD, editor. Hemostasis dan Trombosis. 3

    rd

    ed. Jakarta:Balai Penerbit FKUI; 2007.

    9. Acute Coronary Syndrome. Diunduh dari http://

    www.emedicine.com pada September 2009.

    (Accessed January 27, 2012)

    10. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. (ed).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Dept. IlmuPenyakit Dalam FKUI,2006. Pg 1615-31.

    http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/
  • 8/2/2019 RESPONSI KARDIOLOGI NSTEMI

    52/52

    11. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Pathologic Basis of Disease 7 ed.

    Myocardial Infarction (MI). Rosenberg AE. Elsevier Inc. 2005. Pg

    575-586.

    12. Crawford ,Michael, MD. CURRENT Diagnosis & Treatment inCardiology. 2ed. McGraw-Hill/Appleton & Lange. 2002.

    13. Braunwald, Eugene. Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular

    Medicine, 6th ed.W. B. Saunders Company.2001.

    14. Dennis L. Kasper, Eugene Braunwald, Anthony Fauci. Harrison's

    Principles of Internal Medicine 16th Edition. McGraw-Hill

    Professional. 2004.

    15. PERKI. Buku Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut: ACLSIndonesia. 2008. Jakarta: Hal. 70)

    16. Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Edisi 29.

    Jakarta: EGC

    17. Sudoyo, Aru W. Setyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Dkk. 2006.Buku

    Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka

    FKUI.

    18. Lilly, Leonard S. 2003. Pathofisiology of Heart Disease. USA:

    Lippincott Williams Wilkins.

    19. James T. Willerson, Jay N. Cohn, Hein J.J. Wellens, and David R.

    Holmes, Jr. (Eds). 2007. Cardiovascular Medicine Third Edition.

    Springer-Verlag: London.

    20. dr. Fitriani Lumongga. 2007. Atherosclerosis. Departemen Patologi

    Anatomi Fakultas Kedokteran Universita Sumatra Utara. Medan.

    21.Shirley A. Jones.2007.ECG success : exercises in ECG

    interpretation. F.A. David Company: Philadelphia.

    22. Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi : Ulasan Bergambar / Mary J.

    Mycek, Richard A. Harvey, Pamela C. Champe; alih bahasa Azwar

    Agoes; editor, Huriawati Hartanto. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika.

    23. Katzung, B.G. 2008. Basic ang Clinical Pharmacology, 11th Ed

    (international Ed), Boston, New York: Mc. Graww Hill.