laporan tugas responsi

12
LAPORAN TUGAS RESPONSI UJIAN SKILL NIFAS Disusun oleh: 1. Izza Luaily Ramdha NIM.105070601111016 2. Pipit Puspita Dewi NIM.105070601111007 3. Dessy Apriliya Mandasari NIM.105070607111002 4. Monica Dara Delia Suja NIM.105070607111003 5. Riyanfita Lestari NIM.105070607111004 6. Dewi Larasati NIM.105070607111005 PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: dewi-larasati

Post on 25-Sep-2015

231 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

LAPORAN TUGAS RESPONSIUJIAN SKILL NIFAS

Disusun oleh:1. Izza Luaily Ramdha NIM.1050706011110162. Pipit Puspita Dewi NIM.1050706011110073. Dessy Apriliya MandasariNIM.1050706071110024. Monica Dara Delia SujaNIM.1050706071110035. Riyanfita LestariNIM.1050706071110046. Dewi LarasatiNIM.105070607111005

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2013

1. Pembesaran Bendungan Vena Jugularis nifasSetelah persalinan, shunt akan dengan hilang tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menyebabkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan bertambahnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Normalnya ini menyebabkan kardio dilatasi jantung yang disertai peningkatan tekanan vena jugularis (dilatasi ventrikel kanan) pada 3-5 hari post partumNamun kondisi patologis dapat terjadi apabila ibu mengalami gagal jantung pada masa nifas. Hal ini terjadi apabila beban jantung melebihi kapasitas fungsionalmjantung. Terjadi peningkatan bertahap volume cairan intra dan ekstravaskular dan perubahan-perubahan fungsional dalam berbagai organ. Retensi garam dan air karena perubahan fungsi ginkal menghasilkan hipervolemia yang memperberat keadaan bendungan. Dapat menyebabkan pula oedema paru sebagai akibat kongesti paru dan peningkatan tekanan kapiler paru.Patofisiologi gagal jantung kananGagal jantung kanan paling sering disebabkan oleh gagal jantung kiri. Gagal jantung kanan yang sejati dapat terjadi karena penyakit katup trikuspid atau pulmonalis atau karena penyakit vaskulatur pulmoner atau penyakit intrinsik pulmoner yang menghalangi aliran- keluar darah dari ventrikel kanan.Gagal jantung kanan dapat pula terjadi karena gangguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa didahului oleh gagal jantung kiri. Dengan menurunnya isi kuncup ventrikel kanan, tekanan dan volume akhir diastole ventrikel kanan akan meningkat dan ini menjadi beban atrium kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastole, dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan dalam atrium kanan. Tekanan dalam atrium kanan akan meninggi, akan menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dalam vena kava superior dan inferior ke dalam jantung sehingga mengakibatkan kenaikan dan adanya bendungan pada vena-vena sistemik tersebut (bendungan pada vena jugularis dan bendungan dalam hepar) dengan segala akibatnya (tekanan vena jugularis yang meninggi dan hepatomegali). Bila keadaan ini terus berlanjut, maka terjadi bendungan sistemik yang lebih berat dengan akibat timbulnya edema tumit atau tungkai bawah dan asites2. MastitisMekanisme pengeluaran AsI berlangsung karena setelah 2-3 hari estrogen plasenta berkurang sampai menghilang sehingga hambatan sekresi prolaktin menyebabkan pembentukan ASI yang dituangkan ke dalam asinus kelenjar mama. Untuk dapat mengeluarkan ASI diperlukan isapan bayi yang akan menimbulkan refleks menuju hipofise posterior. Untuk itu keluarkan oksitosin sehingga terjaid kontraksi mioepitel sekitar asinus dan duktus alveoli. Di samping itu, oksitosin akan merangsang pula uterus sehingga mengalami involusi dan ibu merasakan kontraksi saat memberikan ASI. Hambatan dalam pengeluaran ASI ketika bayi menghisap menimbulkan perlukaan dan memberikan peluang untuk terjadinya infeksi mama mastitis.Penyebab bakteria mastitisPenyebab dominan bakteria mastitis adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini dapat masuk melalui perlukaan puting susu, limfogen atau hematogen.Bahaya (komplikasi) yang paling penting diperhatikan adalah pembentukan abses mama yang memerlukan tindakan bedah dengan jalan insisi.Gejala klinis abses mama Panas badan meningkat Warna kulit tampak mengkilat kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal Terasa sakit, nyeri seluruh payudara atau nyeri lokal Pemeriksaan akan teraba Tumor kisteus-dengan undulasi atau padat Nyeri tekan Terasa panas

ABSES PAYUDARAHarus dibedakan antara abses dan mastitis. Abses payudara merupakan kelanjutan/ komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradanagn dalam payudara tersebut.Gejalanya: Ibu tampak lebih parah sakitnya Payudara lebih merah mengkilap Benjolan lebih lunak karena berisi nanah

Pada abses perlu diinsisi untuk mengeluarkan nanahnya serta perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan analgesik. Sementara bayinya hanya disusukan tanpa jadwal pada payudara yang sehat saja. Sedangkan ASI dari payudara yang sakit diperas sementara (tidak disusukan). Setelah sembuh, bayi bisa disusukan kembali.

4. Tahap Penyembuhan Luka Perineum dan SC

Fisiologi Penyembuhan LukaPenyembuhan luka dimulai sejak terjadinya cedera pada tubuh, kulit yang utuh merupakan garis depan perlawanan terhadap masuknya organisme. Luka memiliki tepi yang berlawanan, misalnya luka operasi, sembuh dengan cepat dengan intensi pertama atau primer. Luka dalam dan menganga lebih lama penyembuhannya melalui intensi sekunder.Dalam penatalaksanaan bedah penyembuhan luka, luka digambarkan sebagai penyembuhan melalui intensi pertama, kedua, atau ketiga.Penyembuhan melalui Intensi Pertama (Penyatuan Primer). Luka dibuat secara aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, dan penutupan dengan baik, seperti dengan suture, sembuh dengan sedikit reaksi jaringan melalui intensi pertama. Ketika luka sembuh melalui instensi pertama, jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal.Penyembuhan melalui Instensi Kedua (Granulasi). Pada luka dimana terjadi pembentukan pus (supurasi) atau dimana tepi luka tidak saling merapat, proses perbaikannya kurang sederhana dan membutuhkan waktu lebih lama.Penyembuhan melalui Instensi Ketiga (Suture Sekunder). Jika luka dalam baik yang belum disuture atau terlepas dan kemudian disuture kembali nantinya, dua permukaan granulasi yang berlawanan disambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas.

Gambar 2.1 Jenis Penyembuhan LukaFase fase penyembuhan luka menurut Smeltzer (2002 : 490) adalah sebagai berikut:A. Fase Inflamasi (fase initial, substrat, produktif, autolitik, katabolik)Reaksi awal tubuh terhadap adanya trauma luka, antara hari 1-4, reaksi untuk menghilangkan mikroorganisme, benda asing dan jaringan non vital yang terdapat dalam luka sebagai persiapan reparasi. Makin hebat proses inflamasi terjadi, makin lama fase ini berlangsung. Di dalam fase ini terjadi 3 aktivitas : respon vaskuler, respon hemostatik dan respon seluler.

B. Fase Proliferatif (fibroplasia, kolagen)Fase ini terdiri dari proses epitelialisasi, kontraksi luka dan reparasi jaringan ikat. Berlangsung pada hari ke 5 20.Fibroblas pada fase ini sangat menonjol perannya. Fibroblas berasal dari sel mesenkin yang belum berdiferensiasi, berproliferasi menghasilkan mukopolisakarida, asam amino glisin dan prolin. Fibroblas terbentuk dari resting sel disekitar pembuluh darah, menghasilkan tropokolagen, beserta mukopolisakarida membentuk kolagen. Jenis fibroblas yang muncul dalam luka memiliki ciri khas yaitu lebih mobil dari pada fibroblas yang tidak aktif. Jenis ini dapat berkontraksi. Migrasi sel-sel fibroblas didorong oleh transforming growth factor beta (TGF) yang dihasilkan oleh trombosit dan keratinosit, sedang proliferasi didorong oleh trombin dan serotonin yang dihasilkan oleh trombisit dan IL-1 yang dihasilkan oleh keratinosit dan oleh FGF yang dihasilkan oleh sel-sel makrofag dan oleh EGF (epidermal growth factor) yang dihasilkan oleh sel epidermis.

C. Fase Maturasi (remodelling, resorbsi, diferensiasi).Proses ini berlangsung setelah integritas jaringan tercapai. Proses ini mulai hari ke 21 sampai terjadinya pematangan parut luka kira-kira 6-9 bulan atau lebih dari 1 tahun ditandai dengan perubahan parut menjadi tipis, lemas, pucat, tidak nyeri dan gatal. Levenson dkk mengamati terjadinya perubahan histologi pada kolagen. Kolagen yang terjadi pada hari ke 5 masih tipis, dengan fibril-fibril yang tidak teratur, dalam beberapa minggu atau bulan diameter fibril meningkat dan serabutnya menjadi kompak

Dapat disimpulkan bahwa sejatinya fase penyembuhan luka pada ibu nifas baik itu luka perineum ataupun luka operasi SC adalah sama, yaitu melalui fase inflamasi, proliferasi, dan juga maturasi, hanya saja lamanya perkembangan setiap fase bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti ukuran luka, jahitan, kondisi klinis individu dan infeksi.

5. Dalam Operasi Sectio Caesar, ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu :1) lapisan kulit2) lapisan lemak3) sarung otot4) otot perut5) lapisan dalam perut6) lapisan luar rahim7) rahim.

REFRENSI :1. Obstetri Williams2. Buku ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan3. Buku Ajar Praktik Kebidanan, Ruth Johnson