lp hepatitis ii[1]
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS
Di Susun Oleh :
Riswandi (P17420213029)
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKKES KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2015
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS
A. DEFINISI
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap
virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006).
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Wening Sari, 2008).
Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau
oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwn Elizabeth J, 2001).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta
seluler yang khas. Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis
A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-
oral) sedangkan hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama
(Smeltzer Suzanne C 2002).
B. ETIOLOGI
1. Hepatitis Virus
a. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal
dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia
anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui
air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan melalui darah. Masa
inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko
penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna obat,
hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan gejala
dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM
anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara
tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi
dominan dan bertahan seterusnya hingga menunjukkan bahwa penderita pernah
mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan
karier tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala.
Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia
yang terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel
hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala
dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan
flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.
b. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung
ganda yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral)
terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal.
Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada
aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan
IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir
dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan
ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen,
pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai
dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa
nyeri tekan dan membesar hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar
dan kelenjar limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg,
HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap
berada dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan
penularan virus tersebut.
c. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai
tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah
hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50
hari. Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja
layanan keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien
faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).
d. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus
RNA untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah
tapi sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60
hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan
pada pengguna obat IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor
pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan
antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B
yang beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada
pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D
serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis
fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
e. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen
virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air,
bisa terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari,
rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan
wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih
32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B,
pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang
dikodekan khusus.
2. Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau preparat lain
yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia, mual dan muntah.
Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan secara dini atau kontak
dengan penyebabnya terbatas. Terapi ditujukan pada tindakan untuk memulihkan dan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, penggantian darah, memberikan
rasa nyaman dan tindakan pendukung.
3. Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling berkaitan
denagn cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang
dipakai untuk mengobati penakit rematik seta muskuloskletal, obat anti depresan,,
psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.
C. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan
kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak
dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan
fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu
hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam
darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
D. PATHWAY
PATHWAY HEPATITIS
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari:
1. Masa tunas
a. Virus A :15-45 hari (rata-rata 25 hari)
b. Virus B :40-180 hari (rata-rata 75 hari)
c. Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut
kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang,
bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC
berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok
pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang
disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik.
Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan
lekas capai.
F. KOMPLIKASI
Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut, penciutan hati,
kadar bilirubin serum meningkat cepat,pemanjangan waktu protrombin dan koma
hepatikum. Prognosis adalah kematian pada 60-80% pasien. Komplikasi tersering adalah
perjalanan klinis yang lebih lama hngga berkisar dari 2-8 bulan. Sekitar 5-10% paasien
heatitis virus mengalami kekambuhan setelah sembuh dari serangan awal.
Sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi kortikosteroid
dapat memperlambat perluasan cidera hati namun prognosisnya tetap buruk. Komplikasi
lanjut hepatitis yang bermakna adalah berkembangnya karsinoma heatoseluler sekunder.
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
1) Urobilirubin direk
2) Bilirubun serum total
3) Bilirubin urine
4) Urobilinogen urine
5) Urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
1) Protein totel serum
2) Albumin serum
3) Globulin serum
4) HbsAG
c. Waktu protombin
1) Respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
1) AST atau SGOT
2) ALT atau SGPT
3) LDH
4) Amonia serum
2. Radiologi
a. Foto rontgen abdomen
b. Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
c. Kolestogram dan kalangiogram
d. Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
a. Laparoskopi
b. Biopsi hati
H. PENATALAKSANAAN
1. MEDIS
a. Pencegahan
1) Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak
menjadi donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
2) Pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi
pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
b. Obat-obatan terpilih
1) Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi
imun yang berlebihan.
2) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4) Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
5) Roboransia.
6) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7) Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
c. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
d. Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di
berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang
cukup
e. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang
mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total
4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus
sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
2. KEPERAWATAN
a. Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran
hati kenaikan bilirubin kembali normal.
b. Nutrisi yang adekuat.
c. Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga
sehingga diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam
persepsi sensori.
d. Pengendalian dan pencegahan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATITIS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1. Aktivitas
a. Kelemahan
b. Kelelahan
c. Malaise
2. Sirkulasi
a. Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
b. Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
a. Urine gelap
b. Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
a. Anoreksia
b. Berat badan menurun
c. Mual dan muntah
d. Peningkatan oedema
e. Asites
5. Neurosensori
a. Peka terhadap rangsang
b. Cenderung tidur
c. Letargi
d. Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
a. Kram abdomen
b. Nyeri tekan pada kuadran kanan
c. Mialgia
d. Atralgia
e. Sakit kepala
f. Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
a. Demam
b. Urtikaria
c. Lesi makulopopuler
d. Eritema
e. Splenomegali
f. Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
a. Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor
biologi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interna ; perubahan kondisi
metabolik, perubahan sirkulasi.
5. Cemas berhubungan dengan perubahan peran dalam lingkungan sosial
C. RENCANA KEPERAWATAN
NODiagnosa
KeperawatanTujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut
berhubungan dengan
agen injuri biologis
- Setelah dilakukan tinfakan
keperawatan selama …. Pasien
tidak mengalami nyeri, dengan
kriteria hasil:
- Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen
nyeri
NOC: Pain control
NIC :
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
- Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
2 Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan
menyeluruh.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. Pasien
bertoleransi terhadap aktivitas dengan
kriteria hasil ;
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
- Mampu melakukan aktivitas
sehari-hari (ADLs) secara mandiri
NOC : Self Care : ADLs
NIC : Energy Management
- Observasi adanya pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
- Dorong untuk mengngkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
- Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelalahan
- Monitor nutrisi dan sumber energi yang
adekuat
- Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
dan emosi secara berlebihan
- Monitor respon kardiovaskuler terhadap
aktivitas
- Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
sesuai dengan keampuan fisik, psikologi dan
sosial
- Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas
- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
- Bantu klien untuk membuat jadwal layihan di
waktu luang
- Bantu keluarga/pasien untuk
mengidentivikasi kekurangan dalam beraktifitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
- Monitor respon fisik,emosi, sosial dan
spiritual
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
tidak mampu dalam
memasukkan,
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama….nutrisi kurang
teratasi dengan kriteria hasil :
- Adanya penngkatan berat badan
sesuai dengan tujuan
NOC : Nutritional Status ; food and fluid intake
NIC : Nutrition Management
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
mencerna,
mengabsorbsi
makanan karena
faktor biologi.
- Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yangdibutuhkan pasien
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
Fe
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
da vitamin C
- Berikan substansi gula
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan yang terpilih
- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makaan harian
- Monitor julahnutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuanpasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan beratbadan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan datindakan tidak
selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam dan
mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan
kadar Ht
- Montor makanan esukaan
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
4. Kerusakan integritas
kulit berhubungan
dengan interna ;
perubahan kondisi
metabolik, perubahan
sirkulasi.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…. Gangguan
integritas kulit tidak terjadi dengan
kriteria hasil:
- Integritas kulit yang baik bias
dipertahankan sensasi, elastisitas,
temperature, hidrasi, pigmentsi)
NOC : Tissue Integrity ; Skin and Mucous
Membranes
NIC : Pressure Management
- Anjrkan pasien untuk menggunakan pakaian
yang longgar
- Hindari kerutan pada tempat tidur
- Tidak ada luka/lesi pada kulit
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit danmencegah
terjadinya cedera berulang
- Mampu melindungi klit dan
mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering
- Mobilisasi pasien (ubah poasisi pasien) setiap
2 jam sekali
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Oleskan lotion atau minyak pada daerah yang
tertekan
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Monitor status nutrisi pasien
- Anjurkan pasien mandi dengan sabun dan air
hangat
5 Hipertermia
berhubungan
dengan :penyakit
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama………..pasien
menunjukkan :
Suhu tubuh dalam batas normal
dengan kreiteria hasil:
- Suhu 36 – 37C
- Nadi dan RR dalam rentang normal
- Tidak ada perubahan warna kulit
dan tidak ada pusing, merasa
nyaman
NOC: Thermoregulasi
NIC :
- Monitor suhu sesering mungkin
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor WBC, Hb, dan Hct
- Monitor intake dan output
- Berikan anti piretik:
- Kelola Antibiotik:………………………..
- Selimuti pasien
- Berikan cairan intravena
- Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
- Tingkatkan sirkulasi udara
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)
6 Cemas berhubungan
dengan perubahan
peran dalam
lingkungan sosial
Setelah dilakukan asuhan selama
……………klien kecemasan teratasi
dgn kriteria hasil:
- Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
- Mengientifikasi, mengungkapkan
dan menjukkan teknik untuk
mengontrol kecemasan
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan
NOC ; Anciety control
NIC : Anxiety Reduction
- Gunakan pendekatan yang menyenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
perilaku pasien
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
- Pahami perspektif faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
- Lakukan back/neck rub
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkanperasaan, ketakutan persepsi
- Insruksikanpasien menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Corwm, Elizabeth J,2001, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : EGC
Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC), Mosby.
Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius.
Mc. Closkey, Joanne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby.
Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proes-proses Penyakit., Jakarta : EGC
Priharjo Robert, 2006, Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC.
Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification 2005-2006, NANDA International.
Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Jakarta, EGC.