lp bronchitis
DESCRIPTION
bgTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN BRONCHITIS DI RUANG ISMAIL II
RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG
Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Anak
Pembimbing Klinik :
Noor Faizah, S.Kep
Pembimbing Akademik :
Ns. Elsa Naviati, M.Kep, Sp.Kep.An
Oleh :
Rakhmatika isnaeni
22020111130069/ A 11.1
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONCHITIS
A. DEFINISI
Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus.
Bronchitis dapat bersifat akut maupun kronis. Bronchitis akut adalah penyakit
pernapasan obstruktif yang sering dijumpai yang disebabkan inflamasi pada
bronkus. Penyakit ini biasanya berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri
atau inhalasi iritan seperti asap rokok dan zat-zat kimia yang ada di dalam
polusi udara. Penyakit ini memiliki karakteristik produksi mucus yang
berlebihan. Bronchitis kronis adalah gangguan paru obstruktif yang ditandai
produksi mucus berlebihan di saluran napas bawah dan menyebabkan batuk
kronis. Kondisi ini terjadi selama setidaknya 3 bulan berturut-turut dalam
setahun untuk 2 tahun berturut-turut (Corwin, 2009).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari bronchitis antara lain :
1. Asap Rokok
Rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan
antara merokok dan penurunan VEP (Volume Ekspirasi Paksa) 1 detik.
Rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan
metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan
bronchitis akut (Tembayong, 2000).
2. Infeksi
Eksasebasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang
isolasi paling banyak adalah hemophilus influenza dan stertococus
pneumonia (Tembayong, 2000).
3. Polusi
Polusi tidak begitu berpengaruh sebagai faktor penyebab tetapi bila
ditambah dengan merokok maka akan lebih tinggi berisiko bronchitis. Zat-
zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis seperti zat perinduksi O2.
Zat-zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon (Tembayong,
2000).
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Bronchitis Akut
Tanda dan gejala bronchitis akut (Corwin, 2009) :
a. Batuk, biasanya produktif dengan mucus kental dan sputum purulent
b. Dyspnea
c. Demam
d. Suara serak
e. Ronkhi (bunyi paru diskontinu yang halus atau kasar), terutama saat
insoirasi
Tanda dan gejala bronchitis akut (Suryo, 2010) :
a. Nyeri dada yang kadang timbul
b. Terasa sakit pada sendi-sendi
c. Lemas seperti saat flu
d. Demam ringan atau demam tinggi
e. Dada terasa nyeri terutama di belakang tulang dada
f. Napas berbunyi: adanya lendir di saluran pernapasan sehingga udara
harus bergesekkan dengan lendir
g. Sering diiringi batuk keras dan kering yang hampir terus menerus
h. Terdapat lendir kental atau ludah dalam tenggorokan. Apabila ludah
yang dikeluarkan berwarna kuning ketika batuk, hal tersebut
menandakan adanya infeksi
i. Kulit mungkin menjadi nampak kebiruan karena kekurangan suplai
oksigen
2. Bronchitis Kronis
Tandan dan gejala bronchitis kronis (Corwin, 2009) :
a. Batuk yang sangat produktif, purulent dan mudah memburuk dengan
inhalasi iritan, udara dingin atau infeksi
b. Produksi mucus dalam jumlah sangat banyak
c. Sesak napas dan dyspnea
d. Ditandai dengan tersumbatnya saluran pernapasan secara kronis,
terjadi secara lamban dan lama-lama menjadi parah
Tanda dan gejala bronchitis kronis (Suryo, 2010) :
a. Napas pendek-pendek dan berbunyi
b. Penurunan stamina
c. Sering batuk-batuk
d. Keadaan nomor 2 dan 3 semakin parah sejalan dengan bertambahnya
usia dan perkembangan penyakit sehingga menyebabkan kesukaran
bernapas, kurangnya oksigen dalam darah dan kelainan fungsi paru-
paru.
e. Jika semakin parah dapat menyebabkan terjadinya pembengkaka
jantung, kelumpuhan, kegagalan pernapasan yang parah serta
kematian.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan pada klien bronchitis kronik meliputi rontgen
thoraks, analisa sputum, tes fungsi paru dan pemeriksaan gas darah arteri
(Manurung, 2008).
1. Rontgen Radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterior-interior dilakukan untuk menilai
derajat progesitivitas yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif
menahun.
2. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum secara makroskopik, mikroskopik, atau
bakteriologik berperan penting dalam diagnosis etiologi berbagai penyakit
pernapasan. Warna, bau, dan adanya darah merupakan petunjuk yang
berharga. Pemeriksaan mikroskopik dapat mengungkapkan organisme
penyebab berbagai pneumonia bacterial, tuberculosis, serta berbagai jenis
infeksi jamur.
Apabila terjadi infeksi oleh kuman anaerob akan menimbulkan sputum
sangat berbau pada kasus yang sudah berat, misalnya saccular type
bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen dan apabila
ditampung beberapa lama tampak terpisah menjadi 3 bagian (Muttaqin,
2008):
a. Lapisan teratas agak keruh
b. Lapisan tengah berwarna jernih terdiri atas saliva (ludah)
c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak (celluler debris)
3. Tes Fungsi Paru
Pernapasan atau ventilasi bermakna sebagai siklus inspirasi dan ekspirasi.
Frekuensi pernapasan pada orang dewasa berkisar 12-16 kali permenit
yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar dari paru.
Volume dan kapasitas paru dapat diukur dengan menggunakan spirometri.
4. Pemeriksaan Kadar Gas Darah (Baughman, 2000)
Volume paru: FEV1 rendah, TLC normal, RV meningkat sedang.
PaCO2: meningkat (50-60 mmHg)
PaO2: 45-60 mmHg
SaO2: desaturasi tinggi karena ketidakseimbangan V/Q
Hematokrit: 50%-55%
Sianosis: sering
E. PATHWAY
Hiperkapnia
Bronkitis kronikEkspirasi terhambat
Lemahnya dinding bronkus
Hiperventilasi bronkus
Vasokontriksi hipoksik
Bronkitis kronik
Gangguan pertukaran gas dalam paru
Jumlah mukus meningkat
Radang bronkus dan bronkiolus
Obstruksi jalan napas akibat radang
Rangsangan toksik(asap rokok, polusi udara)
Hipersekresi lendir Disfungsi silia
Inflamasi
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan bronchitis akut antara lain:
1. Antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri primer atau sekunder
2. Peningkatan asupan cairan dan ekspektoran untuk mengencerkan sputum
3. Istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen
Penatalaksanaan bronchitik kronik antara lain:
1. Penyuluhan kesehatan agar pasien menghindari pajanan iritan lebih lanjut
terutama asap rokok.
2. Terapi antibiotik profilaktik terutama pada musim dingin, untuk
mengurangi insiden akan semakin meningkatkan pembentukan mucus dan
pembengkakan.
3. Karena banyak pasien yang mengalami spasme saluran napas akibat
bronchitis kronis mirip dengan spasme pada asma kronis, individu sering
diberikan bronkodilator.
4. Obat anti-inflamasi menurunkan produksi mukus dan mengurangi
sumbatan.
5. Ekspektoran dan peningkatan asupan cairan untuk mengencerkan mukus.
6. Mungkin diperlukan terapi oksigen.
7. Vaksinasi terhadap pneumonia pneumokokus sangat dianjurkan.
G. ANALISA DATA
No. Data Fokus Masalah Etiologi Masalah Keperawatan
1. Batasan karakteristik :
a. Tidak ada batuk
b. Suara napas tambahan
c. Perubahan frekuensi napas
d. Perubahan irama napas
e. Sianosis
f. Kesulitan berbicara/
mengeluarkan suara
g. Penurunan bunyi napas
h. Dispnea
i. Sputum dalam jumlah yang
berlebihan
j. Batuk yang tidak efektif
k. Ortopnea
l. Gelisah
m. Mata terbuka lebar
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Mucus dalam jumlah
berlebih
Ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan mucus
dalam jumlah berlebih (No.
NANDA 00031)
2. Batasan karakteristik :
a. Gas darah arteri abnormal
b. pH arteri abnormal
c. Pernapasan, abnormal (misal
kecepatan, irama, kedalaman)
d. Warna kulit abnormal (misal
pucat, kehitaman)
e. Konfusi
f. Sianosis (pada neonatus saja)
g. Penurunan karbondioksida
h. Diaforesis
i. Dispnea
j. Sakit kepala saat bangun
k. Hiperkapnia
l. Hipoksemia
m. Hipoksia
n. Iritabilitas
o. Napas cuping hidung
p. Gelisah
Gangguan pertukaran
gas
Ventilasi-perfusi Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ventilasi-
perfusi (No. NANDA 00030)
q. Somnolen
r. Takikardi
s. Gangguan penglihatan
3. Batasan karakteristik :
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Perubahan frekuensi
pernapasan
e. Laporan isyarat
f. Diaforesis
g. Perilaku distraksi (misal
berjalan mondar-mandir,
mencari orang lain, dan/ atau
aktivitas lain, aktivitas yang
berulang)
h. Mengekspresikan perilaku
(misal gelisah, merengek,
meangis, waspada, iritabilitas,
Nyeri Agens cedera (misal
biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)
Nyeri berhubungan dengan agens
cedera (misal biologis, zat kimia,
fisik, psikologis) (No. NANDA
00132)
mendesah)
i. Masker wajah (misal mata
kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpancar
atau tetap pada satu fokus
meringis)
j. Perilaku berjaga-jaga/
melindungi area nyeri
k. Fokus menyempit (misal
gangguan persepsi nyeri
hambatan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungannya)
l. Indikasi nyeri yang dapat
diamati
m. Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
n. Sikap tubuh melindungi
o. Dilatasi pupil
p. Fokus pada diri sendiri
q. Gangguan tidur
r. Melaporkan nyeri secara
verbal
H. RENCANA KEPERAWATAN
No. Masalah Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan
jalan napas berhubungan
dengan mucus dalam jumlah
berlebih
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4x24 jam
pasien menunjukkan keefektifan
bersihan jalan napas dengan kriteria
hasil :
a. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas
1. Memantau Tanda-Tanda Vital (No. NIC 6680)
a. Memantau tekanan darah, suhu, nadi, dan status
pernapasan
b. Mencatat kecenderungan fluktuasi tekanan darah
c. Memantau rata-rata irama jantung
d. Memantau bunyi paru
e. Memantau warna kulit, elastisitas kulit, turgor
kulit, dan kapilari refil
f. Mengidentifikasi kemungkinan yang terjadi
akibat tanda-tanda vital
2. Peningkatan Batuk (No. NIC 3250)
a. Memantau hasil tes fungsi paru, kapasitas sangat
penting, kekuatan inspirasi maksimal, dipaksa,
volume ekspirasi dalam 1 detik (FEV1) dan
FEV1/FVC.
b. Mendorong pasien untuk mengambil beberapa
abnormal)
c. Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang
penyebab.
d. Saturasi O2 dalam batas normal
e. Foto thorak dalam batas normal
napas dalam.
c. Menganjurkan pasien untuk tarik napas dalam
beberapa kali, untuk menghembuskan napas
perlahan dan batuk pada akhir pernapasan.
d. Menganjurkan pasien untuk mengikuti batuk
dengan beberapa napas inhalasi maksimal.
3. Pengisapan Jalan Napas (No. NIC 3160)
a. Menentukan kebutuhan untuk penyedotan
melalui oral atau trakea
b. Mengauskultasi suara napas sebelum dan
sesudah suction
c. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga
tentang penyedotan
d. Memasukkan alat suction melalui hidung atau
melalui nasotracheal
e. Menganjurkan pasien untuk menarik napas
dalam-dalam selama insertation dari kateter
suction melalui rute nasotracheal
f. Memantau status oksigen pasien (tingkat SaO2,
SvO2) dan status hemodinamik
2. Gangguan pertukaran gas
berhubungan ventilasi-perfusi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
pertukaran gas pasien tidak
terganggu dengan kriteria hasil:
a. PaCO2, SaO2, pH arteri dalam
batas normal
b. Volume tidal dalam batas
normal
c. Keseimbangan perfusi
ventilasi baik
d. Sesak napas saat istirahat
berkurang
e. Tidak ada sianosis
1. Manajemen Jalan Napas (No. NIC 3140)
a. Membuka jalan napas dengang mengangkat dagu
dengan tepat
b. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
c. Mengidentifikasi potensi jalan napas
d. Membuka jalan napas nasofaring dengan baik
e. Memonitor pernapasan dan status oksigenasi
dengan tepat
2. Memantau Pernapasan (No.NIC 3350)
a. Memantau bunyi pernapasan seperti snoring atau
crowing
b. Memantau pola napas yaitu bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, pernapasan kusmaul, atau apnea
c. Memonitor rata-rata irama pernapasan,
kedalaman, serta usaha pasien dalam bernapas
d. Mencatat pergerakkan dada, lihat
kesimetrisannya, penggunaan alat bantu
pernapasan, supraklavikular dan retraksi otot
interkostal
e. Memonitor kelemahan otot diafragma
f. Mencatat perubahan SaO2, SvO2, volume tidal
dan nilai analisa gas darah
g. Memantau sekresi dari pernapasan
h. Memberikan terapi pernapsan, sesuai kebutuhan
3. Nyeri berhubungan dengan
agens cedera (misal biologis,
zat kimia, fisik, psikologis)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tingkat nyeri dapat
berkurang dengan kriteria hasil :
a. Nyeri dapat dilaporkan kepada
perawat
b. Menggosok daerah yang nyeri
c. Kegelisahan berkurang
1. Manajemen Nyeri (No. NIC 1400)
a. Melakukan penilaian yang komprehensif dari
rasa sakit untuk memasukkan lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas, dan faktor pencetus
b. Mengamati reflek nonverbal pasien untuk
mengkaji kemampuan komunikasi
c. Mempertimbangkan pengaruh budaya pada
respon nyeri
d. Megeksplorasi dengan pasien faktor yang
mengurangi dapat nyeri
2. Mengurangi Kecemasan (No. NIC 5820)
a. Mengatur suasana yang tenang
b. Menjelaskan rasa sakit
c. Melatih relaksasi untuk megurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Dianne C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta: EGC.
Darmanto, Djojodibroto. 2009. Respiratologi (recpiratory medicine). Jakarta:
EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: B First.
Tembayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wilkinson. Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.