lp bronchopneumonia

24
LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEMONIA A. PENGERTIAN Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572) Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710) Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.

Upload: muhammad-azis

Post on 14-Sep-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUANBRONCHOPNEMONIA

A. PENGERTIANBronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710)Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998) Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.B. ETIOLOGISecara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.2. Virus : Legionella pneumoniae3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682)C. MANIFESTASI KLINISBronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. (Barbara C. long, 1996 :435)Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat). (Sandra M. Nettina, 2001 : 683)D. PATHOFISIOLOGIBronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Soeparman, 1991).E. KOMPLIKASIPenyakit bronkopneumonia ini selain terjadi pada dewasa seringkali juga terjadi pada bronchopneumonia pada anak. Berikut beberapa komplikasi dari penyakit bronchopneumonia :a. Atelektasis adalah pengembangan paru paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilangb. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradangc. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulanya nanah dalam rongga .pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleurad. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.f. Infeksi sistemik.PATHWAYBakteri Stafilokokus aureusBakteri Haemofilus influezae

Saluran Pernafasan AtasKuman berlebih di bronkusProses peradangan Akumulasi sekret di bronkus Bersihan jalan nafas tidak efektif Mukus bronkus meningkat Bau mulut tidak sedap Anoreksia Intake kurang Nutrisi kurang dari kebutuhan Kuman terbawa di saluran pencernaan Infeksi saluran pencernaan Peningkatan flora normal dalam usus Peningkatan peristaltik usus Malabsorbrsi Diare Gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit Infeksi Saluran Pernafasan BawahDilatasi pembuluh darah Eksudat plasma masuk alveoli Gangguan difusi dalam plasma Gangguan pertukaran gas Peningkatan suhu Septikimia Peningkatan metabolisme Evaporasi meningkat Edema antara kaplier dan alveoli Iritasi PMN eritrosit pecah Edema paru Pengerasan dinding paru Penurunan compliance paru Suplai O2 menurun Hipoksia Metabolisme anaeraob meningkat Akumulasi asam laktat Fatigue Intoleransi aktivitas Hiperventilasi Dispneu Retraksi dada / nafas cuping hidung Gangguan pola nafas Penderita akit berat yang dirawat di RS Penderita yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuh Kontaminasi peralatan RS

F. PENATALAKSANAANUntuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:1. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darahPada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) Pemeriksaan sputumBahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)2. Pemeriksaan Radiologi Rontgenogram ThoraksMenunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 : 435) Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)G. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166)2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 : 166)3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :177)4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral. (Doenges, 1999 : 172)5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari. (Doenges, 1999 : 170)7. H. INTERVENSI KEPERAWATAN1. DP : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputumTujuan : Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekretHasil yang diharapkan : Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.Intervensi :a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki.Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisiusb. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasiRasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowlerRasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafasd. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibirRasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udarae. Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk.Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran.2. DP : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.Tujuan : Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.Hasil yang diharapkan : Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasiIntervensi :a. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasanRasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umumb. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosisRasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.c. Kaji status mentalRasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia.d. Awsi frekuensi jantung/ iramaRasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi.e. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigilRasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektifRasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi.g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasiRasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.3. DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli Tujuan: Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersihIntervensi :a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas.b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan.e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.g. Berikan humidifikasi tambahanRasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan.h. Bantu fisioterapi dada, postural drainageRasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.4. Dp : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral.Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolitIntervensi :a. Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,, hipotensi.Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemikb. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairanc. Catat lapporan mual/ muntah.Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan orald. Pantau masukan dan haluaran urine.Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantiane. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan5. DP : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan Mempertahankan/ meningkatkan berat badanIntervensi :a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalahb. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan mulut.Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mualc. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan inid. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro intestinale. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang menarik untuk pasien.Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembalif. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi 6. DP : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-hari.Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.Intervensi :a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahatc. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat.Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolikd. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGCNettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGCLong, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan KeperawatanSoeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUISylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC