lp apendiks.docx

22
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN PASIEN APENDISITIS DI RUANG BOUGENVILE RS dr. SOEPRAOEN MALANG OLEH : ROFI SYAHRIZAL NIM. 12.1.046

Upload: rofisyahrizal

Post on 20-Nov-2015

45 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Keperawatan

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN PASIEN APENDISITISDI RUANG BOUGENVILE RS dr. SOEPRAOEN MALANG

OLEH :ROFI SYAHRIZALNIM. 12.1.046

POLITEKNIK KESEHATANRUMAH SAKIT TINGKAT II dr. SOEPRAOEN MALANGPROGRAM STUDI KEPERAWATANTAHUN AKADEMIK 2014/2015LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

A. DefinisiApendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kananrongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapatsembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiranumbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awalusus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007).

B. Etiologi1. Menurut Syamsyuhidayat,2004:a. Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.b. Tumor apendiks.c. Cacing ascaris.d. Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.e. Hiperplasia jaringan limfe.2. Menurut Mansjoer , 2000 :a. Hiperflasia folikel limfoid.b. Fekalit.c. Benda asing.d. Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.e. Neoplasma.3. Menurut Markum,1996:a. Fekolit b. Parasit c. Hiperplasia limfoidd. Stenosis fibrosis akibat radang sebelumnyae. Tumor karsinoid

C. Patofisiologi Menurut Mansjoer, 2000:Apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus. Pada saat ini terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E Coli dan spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietalis terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mulai naik.Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut dengan apendisitis supuratif akut.Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark diding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah, akan menyebabkan apendisitis perforasi. Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan menghilang.Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah. Tahapan Peradangan Apendisitisa. Apendisitis akuta (sederhana, tanpa perforasi)b. Apendisitis akuta perforate ( termasuk apendisitis gangrenosa, karena dinding apendiks sebenarnya sudah terjadi mikroperforasi)

D. Manifestasi Klinik1. Menurut Betz, Cecily, 2000:a. Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kana bawahb. Anoreksiac. Muald. Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar).e. Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.f. Nyeri lepas.g. Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.h. Konstipasi.i. Diare.j. Disuria.k. Iritabilitas.l. Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.

2.Manifestasi klinis menurut Mansjoer,2000Keluhan apendiks biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen bawah akan semakin progresif, dan denghan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda Rovsing, psoas, dan obturatorpositif, akan semakin meyakinkan diagnosa klinis.Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.

E. Komplikasi1.Menurut Hartman, dikutip dari Nelson, 1994:a. Perforasi.b. Peritonitis. c. Infeksi luka.d. Abses intra abdomen.e. Obstruksi intestinum.

2.Menurut Mansjoer, 2000:Apendiksitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi peyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut.Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise, leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertam akali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring dalam posisi fowler medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik berspektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan kultur, transfusi utnuk mengatasi anemia, dan penanganan syok septik secara intensif, bila ada.Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotik (misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakaukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang menonjol ke arah rektum atau vagina dengan fruktuasi positif juga perlu dibuatkan drainase. Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus dicurigai bila ditemukan demam sepsis, menggigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada keadaan ini diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan drainase. Komplikasi lain yang terjadi ialah abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.

F. Pemeriksaan Pemeriksaan menurut Betz(2002), Catzel(1995), Hartman(1994), antara lain:1. AnamnesaGejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: a. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. b. Muntah oleh karena nyeri viseral. c. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).d. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.

2. Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragmaa. Foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil pemeriksaan riwayat sakit dan pemeriksaan fisik meragukanb. Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum)c. Patognomonik bila terlihat gambaran fekolit.d. Foto polos pada apendisitis perforasi :1) Gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas di kuadran kanan bawah.2) Penebalan dinding usus sekitar letak apendiks, seperti sekum dan ileum.3) Garis lemak pra peritoneal menghilang.4) Scoliosis ke kanan.5) Tanda-tanda obstruksi usus seperti garis-garis permukaan cairan-cairan akibat paralysis usus-usus lokal di daerah proses interaksi.

3. Laboratorium Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

G. PenatalaksanaanPenatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer,2000:1. Sebelum operasia. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresib. Pemasangan kateter untuk control produksi urin.c. Rehidrasid. Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.e. Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.f. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.2. Operasia. Apendiktomi. b. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.c. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.3. Pasca operasi a. Observasi TTV.b. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. c. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan.e. Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.f. Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. g. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30 menit.h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.i. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai dengan :a. Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggib. Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda peritonitisc. Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri.Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi.

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan :a. Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih.b. Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi.c. Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.d. Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.

H. Asuhan KeperawatanPengkajian1. Keluhan a. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas. b. Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien sekarang ditanyakan kepada orang tua.c. Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.d. Kebiasaan eliminasi.

2. Pemeriksaan Fisika. Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.b. Sirkulasi : Takikardia.c. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.d. Aktivitas/istirahat : Malaise.e. Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.f. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.g. Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.h. Demam lebih dari 380C.i. Data psikologis klien nampak gelisah.j. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. k. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.l. Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.3. Pemeriksaan Penunjanga. Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum).b. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.c. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.d. Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.e. Pada enema barium apendiks tidak terisi.f. Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.

Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan krtiteria hasil : Nyeri berkurang Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah Kegelisahan atau keteganganotot Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

Intervensi Keperawatan Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan, factor presipitasinya Observasi ketidaknyamanan non verbal Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan Anjurkan pasien untuk istirahat Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi pasien adekuat dengan krtiteria hasil :

Mempertahankan berat badan. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan. Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi. Turgor kulit baik.

Intervensi Keperawatan Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya. Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah. pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali normal 37o C dengan krtiteria hasil :

Suhu tubuh dalam batas normal Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan Perubahan warna kulit tidak ada

Intervensi Kepeerawatan Pantau suhu minimal setiap dua jam, sesuai dengan kebutuhan Pantau warna kulit dan suhu Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan hanya selembar pakaian. Berikan cairan intravena

4. Konstipasi berhubungan dengan pola makan yang buruk.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan konstipasi teratasi dengan kriteria hasil : Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan Mengeluarkan feses tanpa bantuan.

Intervensi Keperawatan Pantau pergerakan defekasi meliputi frekuensi, konsistensi,bentuk, volume, dan warna yang tepat. Perhatikan masalah defekasi yang telah ada sebelumnya, rutinitas defekasi dan penggunaan laksatif. Instruksikan pada pasien dan keluarga tentang diet, asupan cairan,aktivitas dan latihan. Awali konferensi keperawatan dengan melibatkan pasien dan keluarga untuk mendorong perilaku positif yaitu perubahan diet.

PathwaysIdiopatikMakan tak TeraaturKerja Fisik yang berat

Resiko infeksiPeningkatan produk hclResiko kekurangan vol.cairan Mual, muntah Menekan gasterPembatasan intake cairan Nyeri Insisi bedah Apendiktomy Nyeri Distensi abdomenPeradangan pada apendiksPerforasi, abses, peritonitisSuplay aliran darah menurun, mukosa terkikisObstruksi LumenMassa Keras Feses