lp tonsilitis.doc

24
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TONSILITIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III Disusun oleh : 1.Akhditia Citratami W. NIM. P07120110002 2.Bernadeta Lia Merdiana NIM. P07120110006 3.Febriana Kurniawati NIM. P07120110012 4.Henry Prihambodo NIM. P07120110017 5.Ismaya Putri Utami NIM. P07120110020 6.Jenia Dwi Khasanah NIM. P07120110023 7.Liya Kurniasari NIM. P07120110024 8.RatnaPratami NIM. P07120110030 9.Ricky Hasto Amirudin NIM. P07120110032 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Upload: nissakurnia

Post on 14-Jul-2016

47 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Tonsilitis

TRANSCRIPT

Page 1: LP tonsilitis.doc

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANTONSILITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Medikal

Bedah III

Disusun oleh :

1. Akhditia Citratami W. NIM. P07120110002

2. Bernadeta Lia Merdiana NIM. P07120110006

3. Febriana Kurniawati NIM. P07120110012

4. Henry Prihambodo NIM. P07120110017

5. Ismaya Putri Utami NIM. P07120110020

6. Jenia Dwi Khasanah NIM. P07120110023

7. Liya Kurniasari NIM. P07120110024

8. RatnaPratami NIM. P07120110030

9. Ricky Hasto Amirudin NIM. P07120110032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN2012

Page 2: LP tonsilitis.doc

A. Tonsilitis1. Pengertian

Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri

berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam

(Megantara, Imam, 2006).

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman

streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan

streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer,

A. 2000).

Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut

yang berulang. Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi

lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan bahan

purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil

memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa,

bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi

(Sacharin, R.M. 1993).

Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri

kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga

disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing,

2004).

2. Klasifikasi

Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)

a. Tonsillitis akut

Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus

viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh

virus.

b. Tonsilitis falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi

eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut

detritus.

Page 3: LP tonsilitis.doc

Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat

peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.

c. Tonsilitis Lakunaris

Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-

lekuk) permukaan tonsil.

d. Tonsilitis Membranosa (Septis sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak

tersebut menyerupai membrane. Membran ini biasanya mudah

diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.

e. Tonsilitis Kronik

Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik

(rokok, makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang

tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.

3. Etiologi

Menurut Adams George (1999) Tonsilitis bakterialis supuralis

akut. paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus

grup A.

a. Pneumococcus

b. Staphilococcus

c. Haemalphilus influenza

d. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus

viridens.

Menurut Iskandar N (1993) Bakteri merupakan penyebab pada 50

% kasus.

a. Streptococcus B hemoliticus grup A

b. Streptococcus viridens

c. Streptococcus pyogenes

d. Staphilococcus

e. Pneumococcus

Page 4: LP tonsilitis.doc

f. Virus

g. Adenovirus

h. ECHO

i. Virus influenza serta herpes

Menurut Medicastore Firman S (2006) Penyebabnya adalah

infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi

membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai

tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh

bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,

menyebabkan tonsillitis.

4. Patofisiologi

Menurut Iskandar N (1993) yaitu :

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka

jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear.

Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak

kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,

bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus

disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi

satu maka terjadi tonsillitis lakonaris.

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran

semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi

karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan

limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid

diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang

antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,

proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul

perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak

proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

Page 5: LP tonsilitis.doc

Penyebab terserang tonsilitis akut adalah streptokokus beta

hemolitikus grup A. Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan

tonsilitis akut adalah Haemophilus influenza dan bakteri dari

golongan pneumokokus dan stafilokokus. Virus juga kadang –

kadang ditemukan sebagai penyebab tonsilitis akut.

a. Pada Tonsilitis Akut

Penularan terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi

lapisan Epitel kemudian bila Epitel ini terkikis maka jaringan

Umfold superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang

dengan infiltrasi leukosit polimorfo nuklear.

b. Pada Tonsilitif Kronik

Terjadi karena proses radang berulang maka Epitel mukosa dan

jaringan limpold terkikis, sehingga pada proses penyembuhan

jaringan limpold, diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan

mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang

akan di isi oleh detritus proses ini meluas hingga menembus

kapsul dan akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan sekitar

fosa tonsilaris.

Jadi tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abu –

abu atau kekuningan pada permukaannya, dan jika berkumpul maka

terbentuklah membran. Bercak – bercak tersebut sesungguhnya

adalah penumpukan leukosit, sel epitel yang mati, juga kuman –

kuman baik yang hidup maupun yang sudah mati.

5. Manifestasi klinik

Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika

penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena

tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).

Gejala lain :

a. Demam

Page 6: LP tonsilitis.doc

b. Tidak enak badan

c. Sakit kepala

d. Muntah

Menurut Mansjoer, A 1999 :

a. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan

b. Tenggorokan terasa kering

c. Persarafan bau

d. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata,

kriptus membesar dan terisi detritus

e. Tidak nafsu makan

f. Mudah lelah

g. Nyeri abdomen

h. Pucat

i. Letargi

j. Nyeri kepala

k. Disfagia (sakit saat menelan)

l. Mual dan muntah

Gejala pada tonsillitis akut :

a. Rasa gatal / kering di tenggorokan

b. Lesu

c. Nyeri sendi

d. Odinafagia

e. Anoreksia

f. Otalgia

g. Suara serak (bila laring terkena)

h. Tonsil membengkak

Menurut Smelizer, Suzanne, 2000:

Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan

menelan.

Menurut Hembing :

Page 7: LP tonsilitis.doc

a. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi

parah, sakit saat menelan, kadang-kadang muntah.

b. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri

pada seluruh badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada

telinga.

c. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit

tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Tes Laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri

yang ada dalam tubuh pasien merupkan akteri grup A, karena

grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan

demam jengkering.

b. Pemeriksaan penunjang dengan Kultur dan uji resistensi bila

diperlukan.

c. Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.

d. Terapi dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan

sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung

desinfektan.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tonsilitis secara umum :

a. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui

mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa

diberikan dalam bentuk suntikan.

b. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :

1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.

2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun

waktu 2 tahun.

Page 8: LP tonsilitis.doc

3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun

waktu 3 tahun.

4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian

antibiotik.

Menurut Mansjoer, A 1999 :

a. Penatalaksanaan tonsilitis akut

1) Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan

obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi

dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.

2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,

kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat

simptomatik.

3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk

menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau

sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.

4) Pemberian antipiretik.

b. Penatalaksanaan tonsilitis kronik

1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa

atau terapi konservatif tidak berhasil.

8. Perawatan bedah

a. Perawatan Prabedah

Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus

dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan

bagian atas.

b. Teknik Pembedahan

Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien

diposisikan terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan

leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan

suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan.

Page 9: LP tonsilitis.doc

Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi

dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.

Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat

tonsil secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan

menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang

harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang

berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh

darah pada dasar tonsil.

c. Perawatan Paska-bedah

1) Berbaringg ke samping sampai bangun kemudian posisi

mid fowler.

2) Memantau tanda-tanda perdarahan seperti Menelan

berulang, Muntah darah segar, Peningkatan denyut nadi

pada saat tidur

3) Diet yaitu memberikan cairan bila muntah telah reda

a) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan

yang besar (lebih nyaman dari ada kepingan kecil).

b) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan

perdarahan).

c) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau

banyak bumbu selama 1 minggu.

4) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan

5) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan

menyisi hidung segera selama 1-2 minggu.

9. Komplikasi

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A 1999 :

a. Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum

mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan

biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.

Page 10: LP tonsilitis.doc

b. Otitis media akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius

(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat

mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.

c. Mastoiditis akut

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi

ke dalam sel-sel mastoid.

d. Laringitis

e. Sinusitis

f. Rhinitis

B. Manajemen Keperawatan1. Pengkajian

Focus pengkajian menurut Firman S (2006) yaitu :

a. Wawancara

1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)

2) Apakah pengobatan adekuat

3) Kapan gejala itu muncul

4) Apakah mempunyai kebiasaan merokok

5) Bagaimana pola makannya

6) Apakah rutin / rajin membersihkan mulut

b. Pemeriksaan fisik

Data dasar pengkajian (Doengoes, 1999)

1) Intergritas Ego

Gejala : Perasaan takut. Khawatir bila pembedahan

mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja, dan

keuangan.

Tanda : ansietas, depresi, menolak.

2) Makanan / Cairan

Gejala : Kesulitan menelan

Page 11: LP tonsilitis.doc

Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi,

kebersihan gigi buruk.

3) Hygiene

Tanda : Kesulitan menelan

4) Nyeri / Keamanan

Tanda : gelisah, perilaku berhati-hati

Gejala : sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga

5) Pernapasan

Gejala : riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja

dengan serbuk kayu, debu.

Hasil pemerisaan fisik secara umum di dapat :

a) Pembesaran tonsil dan hiperemis

b) Letargi

c) Kesulitan menelan

d) Demam

e) Nyeri tenggorokan

f) Kebersihan mulut buruk

c. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan usap tenggorok. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan

sebelum memberikan pengobatan, terutama bila keadaan

memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita dapat

mengetahui kuman penyebab dan obat yang masih sensitif

terhadapnya.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan

fisik.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

a. Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.

b. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.

Page 12: LP tonsilitis.doc

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

d. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

e. Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman

3. Intervensi

Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.

NOC : Perawatan Diri : Makan

Tujuan : Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan

selama 3x24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam makan

dengan skala 4 sehingga kerusakan menelan dapat diatasi

Kriteria hasil :

a. Reflek makan

b. Tidak tersedak saat makan

c. Tidak batuk saat menelan

d. Usaha menelan secara normal

e. Menelan dengan nyaman

Skala :

1. Sangat bermasalah

2. Cukup bermasalah

3. Masalah sedang

4. Sedikit bermasalah

5. Tidak ada masalah

NIC : Terapi menelan

Intervensi :

a. Pantau gerakan lidah klien saat menelan

b. Hindari penggunaan sedotan minuman

c. Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk

menyimpkan menelan.

d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan

pasien selama makan / minum obat.

Page 13: LP tonsilitis.doc

Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan

tonsil.

NOC : Kontrol Nyeri

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri

selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri

dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

a. Mengenali faktor penyebab.

b. Mengenali serangan nyeri.

c. Tindakan pertolongan non analgetik

d. Mengenali gejala nyeri

e. Melaporkan kontrol nyeri

Skala :

1. Ekstream

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak Ada

NIC : Menejemen Nyeri

Intervensi :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

b. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas

dalam.

c. Berikan analgesik yang sesuai.

d. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.

e. Anjurkan pasien untuk istirahat.

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.

Page 14: LP tonsilitis.doc

NOC : Fluid balance

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi

selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan

skala 4 sehingga ketidak seimbangan nutrisi dapat teratasi

Kriteria hasil :

a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan

b. BB ideal sesuai tinggi badan

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Skala :

1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang-kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC : Manajemen nutrisi

a. Berikan makanan yang terpilih

b. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

c. Berikan makanan sedikit tapi sering

d. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.

Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

NOC : Termoregulasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment

selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh

dengan skala 4 sehingga suhu tubuh kembali normal atau turun.

Kriteria hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal

b. Suhu kulit dalam batas normal

c. Nadi dan pernafasan dalam batas normal.

Page 15: LP tonsilitis.doc

Skala :

1. Ekstrem

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada

NIC : Fever Treatment

a. Monitor suhu sesering mungkin

b. Monitor warna, dan suhu kulit

c. Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

d. Monitor intake dan output

e. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.

Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman

NOC : Kontrol Cemas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan

cemas selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan

kecemasan dengan skala 4 sehingga rasa cemas dapat hilang atau

berkurang

Kriteria hasil :

a. Ansietas berkurang

b. Monitor intensitas kecemasan

c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn

d. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada

Skala :

1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang-kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC : Pengurangan Cemas

Page 16: LP tonsilitis.doc

a. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis,

treatmen dan prognosis.

b. Tenaggkan anak / pasien.

c. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.

(takhikardi, eskpresi cemas non verbal)

d. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang

tepat.

e. Instruksikan pasien untuk melakukan ternik relaksasi

4. Evaluasi

Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.

a. Reflek makan 4

b. Tidak tersedak saat makan 4

c. Tidak batuk saat menelan 4

d. Usaha menelan secara normal 4

e. Menelan dengan nyaman 4

Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan

tonsil.

a. Mengenali faktor penyebab. 4

b. Mengenali serangan nyeri. 4

c. Tindakan pertolongan non analgetik 4

d. Mengenali gejala nyeri 4

e. Melaporkan kontrol nyeri 4

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.

a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan 4

b. BB ideal sesuai tinggi badan 4

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4

d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. 4

Page 17: LP tonsilitis.doc

Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

a. Suhu tubuh dalam rentang normal 4

b. Suhu kulit dalam batas normal 4

c. Nadi dan pernafasan dalam batas normal 4

Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman

a. Ansietas berkurang 4

b. Monitor intensitas kecemasan 4

c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn 4

d. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada 4

Page 18: LP tonsilitis.doc

DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.

Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.

Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.

Pracy R, dkk.1985. Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan. Jakarta:Gramedia.

Price, Silvia.1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta:EGC.

Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.