lp kecemasan

53
LAPORAN PENDAHULUAN KECEMASAN (ANSIETAS) Untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan Jiwa Koordinator : Ns. Sri Padma Sari, S.Kep., MNS Disusun Oleh : Kelompok 8 Jati Adi Prakoso Pipit Aprillia Ristanti Yudea Atalia Selly Hning Pangastuti Ciptaningrum Marisa P Alnia Rindang C Aniestia Yuliana Ghilma Agustia Rohaina Suwaryanti PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Upload: hakim-luqman

Post on 16-Jan-2016

792 views

Category:

Documents


155 download

DESCRIPTION

LAPORAN PENDAHULUAN KECEMASAN

TRANSCRIPT

Page 1: LP Kecemasan

LAPORAN PENDAHULUAN

KECEMASAN (ANSIETAS)

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan Jiwa

Koordinator : Ns. Sri Padma Sari, S.Kep., MNS

Disusun Oleh :

Kelompok 8

Jati Adi Prakoso

Pipit Aprillia Ristanti

Yudea Atalia

Selly Hning Pangastuti

Ciptaningrum Marisa P

Alnia Rindang C

Aniestia Yuliana

Ghilma Agustia Rohaina

Suwaryanti

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014

Page 2: LP Kecemasan

LAPORAN PENDAHULUAN

KECEMASAN (ANSIETAS)

A. MASALAH UTAMA

Kecemasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

a. Pengertian

Kecemasan

Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa

ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.

(Sutardjo, 2005)

Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu

dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap siatuasi yang

sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul atau bergabung

dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. (Savitri, 2003)

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang

menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah

atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya

tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan

fisiologis dan psikologis (Kholil, 2010).

Jadi, kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat

mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian

dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Gangguan panik

Merupakan suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, yang

berlangsung 15 sampai 30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosioanl

yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis.

2

Page 3: LP Kecemasan

b. Penyebab atau Etiologi

Secara umum, ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi

situasi, masalah, dan tujuan hidup.

Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Laraia, terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas,

diantaranya:

1. Teori Biologis

Setiap orang mempunyai potensi mengalami kecemasan yang kemungkinan besar

dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa kimia di dalam otak yang membuat

kecemasan atau ketakutan menjadi abnormal. Hal ini terjadi karena seseorang

mengalami abnormalitas elektroensefalografik pada lobus temporal yang biasanya

berespons terhadap karbamazepin (suatu antikonvulsan) atau obat-obatan lain.

(Sullivan & Coplan, 2000).

a. Teori Genetik

Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena kerabat tingkat

pertama individu yang mengalami peningkatan ansietas memiliki kemungkinan

lebih tinggi mengalami ansietas dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih

besar daripada pria. Horwath dan Weissman (2000) menjelaskan bahwa suatu

kemungkinan “sindrom kromosom 13 yang dapat terlibat dalam hubungan

genetika yang mungkin pada gangguan panik, seperti sakit kepala hebat,

masalah ginjal, kandung kemih, atau tiroid, prolaps katup mitral.

b. Teori neurokimia

Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter asam amino

yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan ansietas. GABA, suatu

neurotransmiter inhibitor, berfungsi sebagai agens antiansietas alami tubuh

dengan mengurangi eksitabilitas sel sehingga megurangi frekuensi bangkitan

neuron. GABA tersedia pada sepertiga sinaps saraf, terutama sinaps di sistem

limbik dan lokus seruleus, tempat neurotransmitter norepinefrin diproduksi,

yang menstimulasi fungsi sel. Karena GABA mengurangi ansietas dan

noreepinefrin meningkatkan ansietas, diperkirakan bahwa masalah pengaturan

neurotransmitter ini menimbulkan gangguan ansietas.

3

Page 4: LP Kecemasan

2. Teori Psikologis:

a. Teori Perilaku

Ansietas merupakan sesuatu yang diperlajari melalui pengalaman individu.

Pola-pola perilaku tertentu mengajarkan seseorang bertindak dengan cara

berbeda. Misalnya, jika sejak kecil seringkali diterapkan perilaku main sendiri

atau jarang bersosialisasi, maka kondisi tersebut bisa terbawa hingga dewasa

yang membuatnya menjadi takut atau cemas untuk berhadapan dengan orang

lain. Ansietas merupakan segala sesuatu yang mengganggu kemampuan

seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku

menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam

untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini

dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas

dalam kehidupan selanjutnya

b. Psikodinamik (Pandangan Psikoanalitik)

Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang

bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

Teori psikodinamik berpendapat bahwa beberapa ketakutan berakar dari

trauma atau kekerasan di masa kecil seperti pernah diejek atau dipermalukan.

Ketakutan ini bisa dilupakan tapi dapat muncul kembali di kemudian hari.

c. Pandangan Interpersonal

Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan

penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma,

seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.

Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami

perkembangan ansietas yang berat.

3. Sosial budaya

Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih

dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor

ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

4

Page 5: LP Kecemasan

Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi:

1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang

akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga diri,

dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

Etiologi Panik:

a. Teori biologi

Gangguan panik dapat diwariskan secara genetik. Serangan panik dapat muncul

ketika girus parahipokampus diaktifkan oleh jalur norepinefrin. Gejala serangan

panik, misalnya peningkatan frekuensi jantung yang terlihat pada peningkatan kadar

noreepinefrin yang dilepaskan. Obat-obatan seperti yohimbin menyekat reseptor

pengikat norepinefrin sehingga ansietas meningkat.

b. Psikoanalitis

Informasi yang direpresi ke alam bawah sadar dapat muncul ke alam sadar. Informasi

ini menyebabkan konflik yang berasal dari salah satu dari empat sumber: ansietas

superego, rasa bersalah yang dirasakan oleh individu yang secara sosial dan personal

memiliku impuls yang tidak tepat, dan tipe hukuman terhadap konflik jika informasi

ini diketahui, ansietas separasi, tentang potensi kehiangan orang terdekat, dan ansietas

id atau destruksi individu. Tujuan psikoanalitis adalah menghadapi konflik untuk

mengkaji sumber ansietas yang sebenarnya kemudian melakukan intervensi.

Masalah fisik yang dapat dikaitkan dengan kecemasan meliputi: (TirtoJiwo, 2012)

1) Penyakit jantung

2) Diabetes

3) Masalah tiroid (seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme)

4) Asma

5) Penyalahgunaan obat

6) Penarikan diri (withdrawal) alkohol

7) Penarikan diri (withdrawal) dari obat anti-kecemasan (benzodiazepin)

5

Page 6: LP Kecemasan

8) Tumor Langka yang memproduksi hormon tertentu yang menyebabkan badan

dalam posisi siaga “hadapi atau lari”

9) Otot atau kejang atau kram.

10) Rasa terbakar atau sensasi menusuk-nusuk sensasi yang tidak memiliki sebab

yang jelas

Hal-hal yang dapat meningkatkan resiko terkena gangguan kecemasan meliputi:

(TirtoJiwo, 2012)

a. Menjadi perempuan. Wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk didiagnosis

dengan gangguan kecemasan.

b. Trauma ketika anak anak. Anak-anak yang mengalami pelecehan atau trauma

atau menyaksikan peristiwa traumatis beresiko lebih tinggi mengalami gangguan

kecemasan di beberapa titik dalam hidup.

c. Stres karena sakit. Memiliki kondisi kesehatan kronis atau penyakit serius seperti

kanker dapat menyebabkan kekhawatiran yang signifikan tentang masa depan,

perawatan Anda dan mungkin keuangan Anda.

d. Penumpukan stres. Sebuah peristiwa besar atau penumpukan yang lebih kecil

dalam situasi kehidupan yang penuh stres dapat memicu kecemasan yang

berlebihan – misalnya, kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang keuangan

atau kematian anggota keluarga.

e. Kepribadian. Orang dengan beberapa tipe kepribadian lebih rentan terhadap

gangguan kecemasan dari orang lain. Selain itu, beberapa gangguan kepribadian,

seperti gangguan kepribadian borderline, mungkin berhubungan dengan gangguan

kecemasan.

f. Memiliki hubungan darah dengan penderita gangguan kecemasan. Gangguan

kecemasan dapat diwariskan dalam keluarga.

g. Penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan narkotik atau alkohol dapat menyebabkan

atau memperburuk kecemasan.

6

Page 7: LP Kecemasan

c. Tanda dan Gejala

Awitan gangguan ansietas sangat bervariasi. Awitanldi secara akut atau bertahap.

Awitan dapat timbul tanpa peristiwa pencetus atau terjadi karena peritiwa akut yang

menimbulkn stress atau bahkan stressor kronis seperti masalah kesehatan, pekerjaan,

nutrisi, medikasi atau keluarga. Gangguan ansietas ditandai dengan tingkat ansietas

yang tinggi, yang terlihat pada perilaku yang tidak lazim, misalnya khawatir, panik,

pikiran dan tindakan obsesif-kompulsif atau takut terhadap objek atau peristiwa yang

tidak sesuai dengan realitas situasi.

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan

psikologis (Sheila,2008)

1. Respon fisiologis

a. Kardiovaskuler : tekanan arteri meingkat, denyut jantung meningkat,

konstruksi pembuluh darah perifer, tekanan darah meningkat, tekanan darah

menurun, denyut nadi menurun

b. Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah

c. Gastrointestinal : nafsu makan menuru, tidak nyaman pada perut, mual dan

diare

d. Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing

e. Traktus urinarius : sering berkemih

f. Kulit : keringat dingin, gatal dan wajah kemerahan

2. Respon perilaku

Respon perilaku yang sering muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik,

reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang koordinasi, menarik diri

dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah.

3. Respon kognitif

Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, hambatan berpikir logis, tidak mampu berkonsentrasi,

tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan

7

Page 8: LP Kecemasan

kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan

takut cedera atau kematian.

4. Respon afektif

Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,

tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu.

d. Akibat atau Dampak

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang betul-

betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan

dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif.

Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran

serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Cutler, 2004)

Menurut Yustinus (2006) membagi beberapa dampak kecemasan ke dalam beberapa

simtom, yaitu:

a. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman

dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui.

Orang yang mengalami kecemasan tidak dapat tidur, sehingga dapat

menyebabkan sifat mudah marah.

b. Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu

mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu

tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu

sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi

lebih merasa cemas.

8

Page 9: LP Kecemasan

c. Simtom motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,

kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-

ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom

motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan

merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya

mengancam.

C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Masalah keperawatan (Stuart & Sunden ,1998)

a. Koping individu tidak efektif

b. Anxietas

c. Isolasi sosial : menarik diri

d. Tidak efektifnya koping keluarga

e. Harga diri rendah : Gangguan konsep diri

f. Perilaku kekerasan

g. Tidak efektifnya pelaksanaana regimen terapeutik

2. Data yang perlu dikaji :

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui

gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.

a. Kaji faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:

1) Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis

yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.  

2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.

Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat

menimbulkan kecemasan  pada individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir

secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.

9

Page 10: LP Kecemasan

4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang  berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman

terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan

mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami

karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon

individu dalam  berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang

mengandung  benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan

neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas

neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan

b. Kaji stressor presipitasi

Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan

dikelompokkan menjadi dua bagian:

1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas

fisik meliputi:

a) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun,

regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil).

b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan bakteri,

polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan

di tempat kerja,  penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman

terhadap integritas fisik juga dapat mengancanm harga diri

b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan

status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya

10

Page 11: LP Kecemasan

c. Kaji perilaku

Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis

dan  psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme

koping sebagai  pertahanan melawan kecemasan.

1) Respon fisiologis: Mengaktifkan system saraf otonom (simpatis dan

parasimpatis)

2) Respon psikologologis: Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal

maupun personal.

3) Respon kognitif: Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik

proses pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu

memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya lapangan

persepsi, bingung.

4) Respon afektif : Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan

curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan

d. Kaji penilaian terhadap stressor

1) Kognitif (kerusakan perhatian, kurang konsentrasi, pelupa, kesalahan dalam

menilai, preokupasi, bloking, penurunan lapangan pandang, berkurangnya

kreativitas, produktivitas menurun, bingung, sangat waspadai, berkurangnya

objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut bayangan visual, takut akan

terluka atau kematian, kesadaran diri meningkat, mimpi buruk).

2) Afektif (mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervous, takut, alarm,

frustasi, teror, gugup, gelisah, merasa bersalah, pemalu, frustasi).

3) Fisiologik

a) Kardiovaskular (palpitasi, jantung berdebar, td meningkat, rasa mau

pingsan, pingsan, TD menurun, denyut nadi menurun).

b) Pernafasan (nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal,

pembengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah).

c) Neuromuskular (refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip,

insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang).

11

Page 12: LP Kecemasan

d) Gastrointestinal (kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak

nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar di perut, diare, perut melilit).

e) Traktus urinarius (tidak dapat menahan kencing, sering berkemih).

f) Reproduksi (tidak datang bulan/amenore, darah haid berlebihan, darah

haid amat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid

beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin, ejakulasi dini).

g) Integumen (wajah kemerahan, berkeringat setempat/telapak tangan, gatal,

rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh).

4) Behavioral (gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang

koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan

interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindar,

hiperventilasi).

5) Respon sosial (kadang kadang menghindari kontak sosial/ aktivitas sosial

menurun, kadang-kadang menunjukkan sikap bermusuhan).

e. Kaji sumber dan mekanisme koping

1) Sumber koping

Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan

menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari

sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset

ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang

diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat

mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).

2) Mekanisme koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi

merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak.

Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi,

mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola

koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan

adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok,

olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada

12

Page 13: LP Kecemasan

orang lain (Suliswati, 2005). Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan

sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati

(2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

a) Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.

Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk

menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu:

- Perilaku menyerang (agresif)

Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar

memenuhi kebutuhan.

- Perilaku menarik diri

Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik

maupun secara psikologis.

- Perilaku kompromi.

Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau

mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.

b) Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Mekanisme

pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang

digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk

mempertahankan ketidakseimbangan. Adapun mekanisme pertahanan Ego

adalah:

- Kompensasi

Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri

dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang

dimilikinya.

- Penyangkalan (Denial)

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari

realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan

primitif.

- Pemindahan (Displacemen)

Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu

yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.

13

Page 14: LP Kecemasan

- Disosiasi

Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau

identitasnya.

- Identifikasi (Identification)

Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi

dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang

tersebut.

- Intelektualisasi (Intelektualization)

Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari

pengalaman yang mengganggu perasaannya.

- Introjeksi (Intrijection)

Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu

oleh ancaman dari luar (pembentukan superego).

- Fiksasi

Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi

atau tingkah laku atau pikiran) sehingga perkembangan selanjutnya

terhalang.

- Proyeksi.

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang

lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat

ditoleransi.

- Rasionalisasi

Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan

yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.

- Reaksi formasi

- Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan

keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.

- Regressi

Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang

primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak,

melempar barang, meraung, dan sebagainya.

14

Page 15: LP Kecemasan

- Represi

Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan

yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang

primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.

- Acting Out

Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.

- Sublimasi

Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata

masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam

penyalurannya secara normal.

- Supresi

Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi

sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan

yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-

kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.

- Undoing

Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari

tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme

pertahanan primitif.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pada kecemasan:

1. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman pada lingkungan

2. Panik berhubungan dengan penolakan keluarga

E. RENCANA TINDAKAN

Tujuan Umum:

Klien akan menunjukkan mekanisme koping adaptif dalam mengatasi stres dan mampu

mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.

15

Page 16: LP Kecemasan

Tujuan Khusus:

a. Klien mampu mengenal ansietas.

b. Klien mampu mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang ansietasnya.

c. Klien mampu mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.

d. Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.

e. Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi

ansietas.

f. Klien mampu membina hubungan saling percaya.

g. Klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari.

h. Klien mampu meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.

i. Klien terlindung dari bahaya.

TINDAKAN KEPERAWATAN:

a. Bina hubungan saling percaya

1) Pertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.

2) Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya

meliputi:

i) Mengucapkan salam terapeutik

ii) Berjabat tangan

iii) Menjelaskan tujuan interaksi

iv) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien atau

klien.

b. Bantu pasien mengenal ansietas

1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.

3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.

4) Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas.

c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri.

1) Pengalihan situasi

2) Latihan relaksasi:

i) Tarik nafas dalam

16

Page 17: LP Kecemasan

ii) Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot.

3) Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).

d. Motivasi klien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 1

a. Membina hubungan saling percaya.

b. Membantu pasien mengenal ansietas.

c. Mengajarkan tehnik relaksasi dengan pengalihan situasi.

d. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 2

a. Mengevaluasi latihan teknik pengalihan situasi.

b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi nafas dalam.

c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 3

a. Mengevaluasi latihan teknik tarik nafas dalam

b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi progresif: mengerutkan dan

mengendurkan otot.

c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 4

a. Mengevaluasi latihan tehnik relaksasi progresif mengerutkan dan mengendurkan

otot.

b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi lima jari.

c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

Teknik relaksasi progresif:

a. Otot yang dapat dilatih mulai dari otot muka sampai otot kaki.

b. Kerutkan otot muka, kendurkan, 3-10 kali.

c. Otot punggung

17

Page 18: LP Kecemasan

d. Otot perut

e. Otot tangan

f. Otot kaki.

Teknik relaksasi lima jari:

a. Membayangkan, distraksi.

b. Sentuhkan ibu jari dengan telunjuk, sambil melakukannya, kenang saat merasa

sehat, menikmati kegiatan fisik yang menyenangkan, misalkan membayangkan

ketika baru saja selesai mengikuti pertandingan bulu tangkis dan bapak menjadi

pemenangnya.

c. Kedua, sentuhkan ibu jari dengan jari tengah, sambil melakukannya, kenang saat

pertama kali jatuh cinta, saat pertama kali bertemu dengan istri dan kenangan

indah yang lain.

d. Ketiga, sentuhkan ibu jari dengan jari manis dan bayangkan ketika saat pertama

menerima pujian yang paling berkesan.

e. Terakhir, sentuhkan ibu jari dengan kelingking dan bayangkan berada di satu

tempat yang paling disukai, misalnya pantai, bayangkan berjalan di sekeliling

pantai, kembangkan imajinasi.

Rencana Keperawatan berdasarkan tingkat ansietas:

1.   Ansietas Ringan

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas ringan

adalah ansietas

normal dimana

motivasi individu

pada keseharian

dalam batas

kemampuan

untuk melakukan

dan memecahkan

a)      Tidak nyaman.

b)      Gelisah.

c)      Insomnia ringan.

d)     Perubahan nafsu

makan ringan.

e)      Peka.

f)       Pengulangan

pertanyaan.

g)      Perilaku mencari

a)      Gerakan tidak

tenang.

b)      Perhatikan tanda

peningkatan ansietas.

c)      Bantu klien

menyalurkan energi

secara konstruktif.

d)     Gunakan obat bila

perlu.

18

Page 19: LP Kecemasan

masalah

meningkat.

perhatian.

h)      Peningkatan

kewaspadaan.

i)        Peningkatan

persepsi pemecahan

masalah.

j)        Mudah marah.

e)      Dorong pemecahan

masalah.

f)       Berikan informasi

akurat dan fuktual.

g)      Sadari penggunaan

mekanisme pertahanan.

h)      Bantu dalam

mengidentifikasi

keterampilan koping

yang berhasil.

i)        Pertahankan cara

yang tenang dan tidak

terburu.

j)        Ajarkan latihan dan

tehnik relaksasi.

2.  Ansietas Sedang

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas sedang

adalah cemas

yang

mempengaruhi

pengetahuan

baru dengan

penyempitan

lapangan

persepsi sehngga

individu

kehilangan

pegangan tetapi

a)      Perkembangan dari

ansietas ringan.

b)      Perhatian terpilih dari

lingkungan.

c)      Konsentrasi hanya

pada tugas-tugas

individu.

d)     Suara bergetar.

e)      Ketidaknyamanan

jumlah waktu yang

digunakan.

f)       Takipnea.

a)      Pertahankan sikap

tidak tergesa-gesa,

tenang bila berurusan

dengan pasien.

b)      Bicara dengan sikap

tenang, tegas

meyakinkan.

c)      Gunakan kalimat

yang pendek dan

sederhana.

d)     Hindari menjadi

cemas, marah, dan

19

Page 20: LP Kecemasan

dapat mengikuti

pengarahan

orang lain.

g)      Takikardia.

h)      Perubahan dalam nada

suara.

i)        Gemetaran.

j)        Peningkatan

ketegangan otot.

k)      Menggigit kuku,

memukul-mukulkan jari,

menggoyangkan kaki

dan mengetukkan jari

kaki.

melawan.

e)      Dengarkan pasien.

f)       Berikan kontak

fisik dengan

menyentuh lengan

dan tangan pasien.

g)      Anjurkan pasien

menggunakan tehnik

relaksasi.

h)      Ajak pasien untuk

mengungkapkan

perasaannya.

i)        Bantu pasien

mengenali dan

menamai ansietasnya.

3.  Ansietas Berat

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Pada ansietas

berat lapangan

persepsi menjadi

sangat menurun.

Individu

cenderung

memikirkan hal

yang sangat kecil

saja dan

mengabaikan hal

yang lain.

a)      Perasaan terancam.

b)      Ketegangan otot yang

berlebihan.

c)      Diaforesis.

d)     Perubahan pernapasan.

e)      Napas panjang.

f)       Hiperventilasi.

g)      Dispnea.

h)      Pusing.

i)        Perubahan

gastrointestinalis.

a)      Isolasi pasien

dalam lingkungan

yang aman dan

tenang.

b)      Biarkan perawatan

dan kontak sering

sampai konstan.

c)      Berikan obat-

obatan pasien

melakukan hal untuk

dirinya sendiri.

20

Page 21: LP Kecemasan

Individu tidak

mampu berfikir

realistis dan

membutuhkan

banyak

pengarahan,

untuk dapat

memusatkan

pada daerah lain.

j)        Mual muntah.

k)      Rasa terbakar pada ulu

hati.

l)        Sendawa.

m)    Anoreksia.

n)      Diare atau konstipasi.

o)      Perubahan

kardivaskuler.

p)      Takikardia.

q)      Palpitasi.

r)       Rasa tidak nyaman

pada prekokardia.

s)       Berkurangnya jarak

persepsi secara berat.

t)       Ketidakmampuan

untuk berkonsentrasi.

u)      Rasa terbakar.

v)      Kesulitan dan

ketidaktepatan

pengungkapan.

w)    Aktivitas yang tidak

berguna.

x)      Bermusuhan.

d)     Observasi adanya

tanda-tanda

peningkatan agitasi.

e)      Jangan mennyentuh

pasien tanpa permisi.

f)       Yakinkan pasien

bahwa dia aman.

g)      Kaji keamanan

dalam lingkungan

sekitarnya.

4.   Panik

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Adalah tingkat

dimana individu

berada pada

bahaya terhadap

a)      Hiperaktif / imobilitasi

berat.

b)      Rasa terisolasi yang

ekstrim.

a)      Tetap bersama

pasien ; minta

bantuan.

b)      Jika mungkin

21

Page 22: LP Kecemasan

diri sendiri dan

orang lain serta

dapat menjadi

diam atau

menyerang

dengan cara

kacau.

c)      Kehilangan

desintegrasi kepribadian.

d)     Sangat goncang dan

otot-otot tegang.

e)      Ketidakmampuan

untuk berkomunikasi

dengan kalimat yang

lengkap.

f)       Distori persepsi dan

penilaian yang tidak

realistis terhadap

lingkungan dan ancaman.

g)      Perilaku kacau dalam

usaha melarikan diri.

h)      Menyerang.

hilangkan beberapa

stressor fisik dan

psikologisdari

lingkungan.

c)      Bicara dengan

tenang, sikap

meyakinkan,

menggunakan nada

suara yang rendah.

d)     Katakan pada pasien

bahwa anda (staf)

tidak akan

membahayakan

dirinya sendiri atau

orang lain.

e)      Isolasikan pasien

pada daerah yang

aman dan nyaman.

f)       Lanjut dengan

perawatan ansietas

berat.

Sedangkan rencana keperawatan pada ansietas berat dan sedang, yaitu sebagai

berikut:

Kriteria hasil: klien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan.

22

Page 23: LP Kecemasan

Rencana keperawatan: respon ansietas pada tingkat sangat berat

Tujuan

Khusus

Intervensi Rasional

Klien dapat

terlindung

dari bahaya.

- Dukung dan terima

mekanisme pertahan diri

klien

Kenalkan klien pada

kriteria kesediahan yang

berhubungan dengan

mekanisme kopingnya

saat ini

- Berikan umpan balik

kepada klien tentang

perilaku, stressor dan

sumber koping.

-  Hindari perhatian pada

fobia, ritual atau keluhan

fisik.

- Kuatkan ide bahwa

kesehatan fisik

berhubungan dengan

kesehatan emosional

- Batasi perilaku maladaptif

klien dengan cara yang

Ansietas berat dan panik

dapat dikurangi dengan

mengijinkan klien untuk

menentukan besarnya

stress yang dapat

ditangani.

Jika klien tidak mampu

menghilangkan ansietas,

ketegangan dapat

mencapai

23

Page 24: LP Kecemasan

mendukung

Klien akan

mengalami

situasi yang

lebih sedikit

menimbulkan

ansietas

-  Bersikap tenang terhadap

klien

-  Kurangi stimulus

lingkungan

-  Batasi interaksi klien

dengan klien lain untuk

meminimalkan aspek

menularnya ansietas

-  Identifikasi dan

modifikasi situasi yang

dapat menimbulkan

ansietas bagi klien

-  Berikan tindakan fisik

seperti mandi air hangat

dan massage

Perilaku dapat

dimodifikasi dengan

mengubah lingkungan

dan interkasi klien

dengan lingkungan

Klien dapat

terlibat dalam

aktivitas yang

dijadwalkan

sehari-hari

-  Ikutlah terlibat dengan

aktivitas klien untuk

memberikan dukungan

pada penguatan perilaku

produktif secara sosial

-  Berikan beberapa jenis

latihan fisik

-  Rencanakan jadwal atau

daftar aktivitas yang

dapat dilakukan setiap

Dengan mendorong

aktivitas ke luar rumah,

perawat membatasi

waktu klien yang

tersedia untuk

mekanisme koping

destruktif sambil

meningkatkan partisipasi

dan meninkmati aspek

kehidupan lainnya

24

Page 25: LP Kecemasan

hari

-  Libatkan anggota

keluarga dan sistem

pendukung lainnya

Klien akan

mengalami

penyembuhan

dan gejala-

gejala

ansietas berat

-  Berikan medikasi yang

dapat membantu

mengurangi rasa tidak

nyaman klien

- Amati efek samping

medikasi dan lakukan

penyuluhan kesehatan

yang relevan

Efek hubungan yang

terapeutik dapat

ditingkatkan jika kendali

kimiawi terhadap gejala

kemungkinan klien

untuk mengarahkan

perhatian pada konflik

yang mendasari

Rencana keperawatan: respon ansietas pada tingkat berat

Tujuan Khusus Intervensi Rasional

Klien akan

mengidentifikasi

dan

menggambarkan

perasaan tentang

ansietasnya

-  Bantu klien

mengindentifikasi

dan menggambarkan

perasaan yang

mendasari kecemasan

-  

Kaitkan perilaku

klien dengan

perasaan tersebut

Untuk mengadopsi

respon koping yang

baru, klien pertama

kali harus menyadari

perasaan dan

mengatasi

penyakangkalan dan

resistens yang

disadari atau tidak

disadri

25

Page 26: LP Kecemasan

-  Validasikan semua

perubahan dan

asumsi kepada klien

-  Gunakan pertanyaan

terbuka untuk beralih

dari topic yang tidak

mengancam ke isu-

isu konflik

-  Variasikan besarnya

ansietas untuk

meningkatkan

motivasi klien

-  Gunakan konfrontasi

supportif dengan

bijaksana

26

Page 27: LP Kecemasan

Klien akan

mengidentifikasi

penyebab ansietas

-  Bantu klien

manggambarkan

situasi dan interaksi

yang mendahului

ansietas

 Tinjau penilaian klien

terhadap stressor,

nilai-nilai yang

terancam dan cara

konflik berkembang

-  Hubungkan

pengalaman klien

dengan pengalaman

yang relevan pada

masa lalu

Setelah perasaan

ansietas dikenali,

klien harus mengerti

perkembangannya

termasuk stressor

pencetus, penilaian

stressor dan sumber

yang tersedia

Klien akan

menguraikan

respons koping

adaptif dan

maladaptif

-  Kaji bagaimana klien

menurunkan

ansietasnya  dimasa

lalu dan tindakan

yang dilakukan untuk

menurunkakannya

-  

Tunjukkan efek

Respons koping

adaptif dapat

dipelajri melalui

analisa mekanisme

koping yang

digunakan dimasa

lalu, penilaian ulang

stressor,

menggunakan

sumber koping yang

tersedia dan

menerima tanggung

jawab untuk berubah.

27

Page 28: LP Kecemasan

maladaptif dan

destruktif dari

respons koping saat

ini

-  Dorong klien

menggunakan koping

adaptif yang efektif

dimasa lalu

-  Fokuskan klien pada

tanggung jawab

untuk berubah

-  Bantu klien untuk

mengevaluasi nilai,

sifat dan arti stressor

pada saat yang tepat

-  Bantu klien secara

aktif mengkaitkan

hubungan sebab

akibat

Klien akan

mengimplementasi

kan dua respons

adaptif untuk

mengatasi ansietas

-  Bantu klien

mengidentifikasi cara

untuk membangun

kembali pikiran,

memodifikasi

perilaku,

menggunakan

su,mber dan menguji

respons koping yang

Individu dapat

mengatasi stress

dengan mengatur

distress emosional

yang menyertainya

melalui teknik

penatalaksanaan stres

28

Page 29: LP Kecemasan

baru

-  Dorong klien

melakukan aktivitas

fisik untuk

menyalurkan energi

-  Libatkan orang

terdekat sebagai

sumber koping dan

dukungan sosial

- Ajarkan teknik

relaksasi untuk

meningkatkan

percaya diri

TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tujuan tindakan untuk keluarga:

a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.

b. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.

c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas.

d. Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien dengan ansietas.

e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.

Tindakan keperawatan keluarga yang dapat dilakukan adalah:

a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.

b. Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala.

c. Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas.

d. Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara mengakarkan teknik

relaksasi:

i) Mengalihkan situasi

29

Page 30: LP Kecemasan

ii) Latihan relaksasi

iii) Menghipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).

e. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan bagaimana

merujuk pasien.

f. Terapi Aktivitas Kelompok.

Rencana Keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan:

1. Cemas Berat atau Panik

Tujuan yang diharapkan:

a. Klien terlindung dari bahaya.

b. Klien dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya.

c. Kien dapat mengikuti aktifitas yang telah dijadwalkan.

d. Klien dapat mengalami kesembuhan dengan berkurangnya tanda gejala.

Rencana Tindakan Keparawatan:

a. Lindungi klien dari bahaya:

1) Bina hubungan terapeutik: terima terlebih dahulu kehendaknya dan

beri        dukungan klien dari pada melawan Kenalkan realitas nyeri yang

berhubungan dengan mekanisme koping Jangan fokuskan pada fobia, ritual atau

keluhan fisik.

2) Beri umpan balik tentang: perilaku stress, penilaian stresor dan sumber koping

perkuat ide bahwa kesehatan fisik Berhubungan dengan kesehatan emosi.

Kemudian mulailah membuat batasan perilaku mal-adaptif klien dengan cara

mendukung.

b. Modifikasi lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan:

1) Lakukan cara yang tenang kepada klien

2) Kurangi stimulasi lingkungan

3) Batasi interaksi pasien dengan orang lain, untuk meminimalkan

menularnya  cemas pada orang lain.

4) Identifikasi dan modifikasi situasi yang mempengaruhi kecemasan.

5) Berikan tindakan yang dapat mendukung fisik, seperti; mandi hangat, massage.

30

Page 31: LP Kecemasan

c. Dorong klien melakukan aktifitas yang telah dijadwalkan

1) Dukung klien untuk beraktifitas dengan berbagi kegiatan seperti membersihkan

ruangan, merawat taman selanjutnya berikan penguatan perilaku produktif secara

sosial.

2) Berikan beberapa jenis latihan fisik seperti; senam, relaksas

3) Bersama-sama klien untuk membuat jadwal kegiatan.

4) Libatkan keluarga atau sistem pendukung lainnya yang memungkinkan.

5) Kolaborasi pemberian obat-obat anti ansietas untuk menurunkan gejal-gejala

cemas berat.

6) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

7) Amati efek samping obat.

2. Cemas tingkat sedang

a. Tujuan Umum

1) Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas.

2) Klien dapat mengenali penyebab cemas.

3) Klien dapat menguraikan respon koping adaptif dan mal-adaptif.

4) Klien dapat melaksanakan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas.

Rencana Tindakan Keperawatan

1. Identifikasi perasaan cemas.

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

c. Monitor adakah kesesuaian perilaku dengan perasaan.

d. Validasi pasien tentang perasaan cemasnya semua perubahan dari asumsi yang

ada.

e. Gunakan pertanyaan terbuka, kaitkan perilaku klien dengan perasaan klien.

f. Lakukan konfrontasi suportif secara bijaksana. (jika perlu)

2. Kenali penyebab kecemasan klien

a. Bantu klien untuk menggambarkan situasi dan interaksi yang mendahului cemas.

31

Page 32: LP Kecemasan

b. Tinjau penilaian klien terhadap; stresor; nilai-nilai yang terancam; timbulnya

konflik.

c. Hubungkan pengalaman klien sekarang dengan masa lalu

3. Dorong klien untuk menguraikan cara koping adaptif

a. Gali bagaimana klien mengatasi cemas dimasa lalu dan bagaimana tindakan yang

dilakukan.

b. Tunjukan efek distruktif dari koping mal-adaptif.

c. Dorong klien untuk melakukan koping adaptif yang efektif.

d. Beri tanggung jawab klien.

e. Bantu klien menilai kembali : nilai, sifat dan arti stressor.

f. Diskusikan dengan klien manfaat manfaat berhubungan dan akibat kita

tidak   berhubungan.

4. Bantu klien melakukan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas

a. Bantu klien mengidentifikasi cara untuk membangun kembali: pikiran positif;

perilaku adaptif, penggunaan sumber-sumer koping, dan menguji respon koping

yang baru.

b. Beri dorongan untuk melakukan aktifitas fisik dalam menyalurkan energi.

c. Libatkan orang terdekat sebagai sumber koping/dukungan sosial.

d. Ajarkan latihan relaksasi untuk meningkatkan pengendalian diri, relevansi diri

serta mengurangi stress.

Manajemen Ansietas secara umum:

1. Obat

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan. Ini

termasuk:

a. Antidepresan. Obat-obat ini mempengaruhi aktivitas kimia otak (neurotransmitter)

diperkirakan memainkan peran dalam gangguan kecemasan. Contoh antidepresan

digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan termasuk fluoxetine (Prozac),

paroxetine (Paxil), escitalopram (Lexapro), sertraline (Zoloft), venlafaxine (Effexor)

dan imipramine (Tofranil).

32

Page 33: LP Kecemasan

b. Buspirone. Ini obat anti-kecemasan dapat digunakan secara berkelanjutan. Seperti

kebanyakan dengan antidepresan , biasanya memakan waktu sampai beberapa

minggu untuk menjadi sepenuhnya efektif. Sebuah efek samping yang umum dari

buspirone adalah perasaan kepala ringan tak lama setelah meminumnya. Efek

samping yang kurang umum termasuk sakit kepala, mual, gugup dan insomnia.

c. Benzodiazepin. Dalam keadaan terbatas dokter mungkin meresepkan salah satu obat

penenang untuk menghilangkan gejala kecemasan. Contohnya termasuk clonazepam

(Klonopin), lorazepam (Ativan), diazepam (Valium), chlordiazepoxide (Librium) dan

alprazolam (Xanax). Benzodiazepin biasanya digunakan hanya untuk menghilangkan

kecemasan akut secara jangka pendek. Karena mereka dapat membentuk kecanduan

(adiktif), obat ini bukan pilihan yang baik jika Anda punya masalah dengan

penyalahgunaan alkohol atau obat (membuat Anda lebih rentan terhadap kecanduan).

Mereka dapat menyebabkan efek samping yang mencakup kantuk, koordinasi

berkurang, dan masalah dengan keseimbangan dan memori.

2. Psikoterapi (TirtoJiwo,2012).

a. Psikoterapi merupakan terapi bicara dan konseling psikologis. Psikoterapi menggarap

tekanan hidup dan kekhawatiran yang mendasari dan membuat perubahan perilaku.

Psikoterapi ini dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk mengatasi kegelisahan.

b. Terapi perilaku kognitif adalah salah satu yang paling umum dari jenis psikoterapi

untuk gangguan kecemasan. Terapi perilaku kognitif berfokus pada pengajaran

keterampilan khusus untuk mengidentifikasi pikiran dan perilaku negatif dan

menggantinya dengan yang positif

.

33

Page 34: LP Kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, L.J., 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin

Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.

2. Carpenito, L.J.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC.

3. Cutler, Howard C. 2004. Seni Hidup Bahagia. Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono Widodo.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

4. David AT. 2004. Buku Saku Psikiatri.Ed.6. Jakarta:EGC.

5. Herdman, T Heather. 2012. NANDA International, diagnosis Keperawatan definisi dan

klasifikasi. 2012-2014. Jakarta: EGC

6. Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih,

Jakarta : EGC

7. Mallapiang.2003.Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC.

8. Potter Patricia A, Anne Griffin, P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep

Klinis, Proses dan Praktik. Alih Bahasa: Yasmin Asih dkk. Editor edisi bahasa Indonesi:

34

Page 35: LP Kecemasan

Dewi Yulianti.

9. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, 2000. Jakarta : EGC.

10. Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.

Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.

11. Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:

Pustaka Populer Obor

12. Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press

13. Struart, G.W., Sundeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.Jakarta: EGC

14. Stuart & Sundeen.2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Achir Yani S

Hamid. Editor: Yasmin Asih. Cetakan 1. Jakarta: EGC.

15. Suliswati.2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

16. Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.

Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Editor Monica Ester, Jakarta : EGC.

17. Tirtojiwo. 2012. Anxiey (Kecemasan). http://tirtojiwo.org/wpcontent/uploads/2012/06/

kuliah-anxiety.pdf diakses pada 25 Agustus 2014 pukul 18.57 WIB.

18. Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

19. Wiramihardja, Sutardjo. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama

20. Yustinus, Semium. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius

35