laporan pendahuluan asfiksia

Download LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA

If you can't read please download the document

Upload: isnaini-amaliah

Post on 21-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

nain

TRANSCRIPT

26

LAPORAN PENDAHULUANASFIKSIA

DEFENISIAsfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Prawirohardjo: 2008).Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis. Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, atau dapat terjadi segera setelah lahir. Banyak faktor yang menyebabkannya, diantaranya adanya penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, paru, gangguan kontraksi uterus pada ibu, resiko tinggi kehamilan, dapat terjadi pada faktor plasenta seperti janin dengan solusio plasenta, atau juga faktor janin itu sendiri. ( Hidayat, 2005).

ETIOLOGIBeberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah sebagai berikut :

Factor Ibu

Cacat bawaanPreklampsia dan eklampsiaPendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)Partus lama atau partus macetDemam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)Hipoventilasi selama anastesiPenyakit jantung sianosis Gagal bernafas Keracunan COTekanan darah rendah Gangguan kontraksi uterus Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Factor tali pusat

Lilitan tali pusatTali pusat pendek

Factor bayi

Kompresi umbilikus Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir Prematur Gemeli Kelainan congential Pemakaian obat anestesi Trauma yang terjadi akibat persalinanBayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)kelainan bawaan (kongenital)Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Factor plasenta

Plasenta tipis Plasenta kecil Plasenta tidak menempel Solusio plasenta

Factor persalinan

Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)Partus lama Partus tindakan

MANIFESTASI KLINIKBayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara berangsur-agsur berkurang dari bayi memasuki periode apneru primer.

Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosisus, nadi cepat Gejala lanjut pada asfiksia :Pernafasan megap-megap yang dalamDenyut jantung terus menurunTekanan darah mulai menurunBayi terlihat lemas (flaccid)Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic)Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerobTerjadinya perubahan sistem kardivaskuler

PATOFISIOLOGISelama kehidupan didalam rahim, paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat CO2 keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam arteriol paru.

Segera setelah lahir bayi akan menarik nafas yang pertama kali (menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran darah kedalam paru akan meningkat secara memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup bersamaan dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari jantung kanan (janin) yang sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam Aorta akan mulai memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam arteriole paru yang mulai mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi extrauterin akan dipertahankan.Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan diperlukan untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan alveoli mengembang untuk pertama kali. Pada kenyataannya memang beberapa tarikan nafas yang pertama sangat diperlukan untuk mengawali dan menjamin keberhasilan pernafasan bayi selanjutnya. Proses persalinan normal (pervaginam) mempunyai peran yang sangat penting untuk mempercepat proses keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui ruang perivaskuler dan absorbsi kedalam aliran darah atau limfe. Gangguan pada pernafasan pada keadaan ini adalah apabila paru tidak mengembang dengan sempurna (memadai) pada beberapa tarikan nafas yang pertama. Apnea saat lahir, pada keadaan ini bayi tidak mampu menarik nafas yang pertama setelah lahir oleh karena alveoli tidak mampu mengembang atau alveoli masih berisi cairan dan gerakan pernafasan yang lemah, pada keadaan ini janin mampu menarik nafas yang pertama akan tetapi sangat dangkal dan tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh. keadaan tersebut bisa terjadi pada bayi kurang bulan, asfiksia intrauterin, pengaruh obat yang dikonsumsi ibu saat hamil, pengaruh obat-obat anesthesi pada operasi sesar.Dalam hal respirasi selain mengembangnya alveoli dan masuknya udara kedalam alveoli masih ada masalah lain yang lebih panjang, yakni sirkulasi dalam paru yang berperan dalam pertukaran gas. Gangguan tersebut antara lain vasokonstriksi pembuluh darah paru yang berakibat menurunkan perfusi paru. Pada bayi asfiksia penurunan perfusi paru seringkali disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah paru, sehingga oksigen akan menurun dan terjadi asidosis. Pada keadaan ini arteriol akan tetap tertutup dan Duktus Arteriosus akan tetap terbuka dan pertukaran gas dalam paru tidak terjadi.Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigenasi ke jaringan tubuh tidak mungkin terjadi. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan lamanya asfiksia, fungsi tadi dapat reversible atau menetap, sehingga menyebabkan timbulnya komplikasi, gejala sisa, ataupun kematian penderita. Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan oksigen dan pengeluaran CO2 tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ini akan mengganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi perubahan sirkulasi kardiovaskular yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pada penderita asfiksia akan terlihat tahapan proses kejadian yaitu menurunnya kadar PaO2 tubuh, meningkat PCO2, menurunnya pH darah dipakainya sumber glikogen tubuh dan gangguan sirkulasi darah. Perubahan inilah yang biasanya menimbulkan masalah dan menyebabkan terjadinya gangguan pada bayi saat lahir atau mungkin berakibat lanjut pada masa neonatus dan masa pasca neonatus.Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

KOMPLIKASIKomplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :

Edema otak & Perdarahan otak

Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.Anuria atau oliguria

Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit. Kejang

Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.Koma

Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.PEMERIKSAAN PENUNJANGBeberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis adanya asfiksia pada bayi (pemeriksaan diagnostik) yaitu:

Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya (Wiknjosastro, 2007).Analisa Gas Darah

Analisa dilakukan pada darah arteri, penting untuk mengetahui adanya asidosis dan alkalosis respiratorik/metabolik. Hal ini diketahui dengan tingkat saturasi SaO2 dan PaO2. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui oksigenasi, evaluasi tingkat kemajuan terapi (Muttaqin, 2008).Elektrolit Darah

Komplikasi metabolisme terjadi didalam tubuh akibatnya persediaan garam-garam elektrolit sebagai buffer juga terganggu kesetimbangannya. Timbul asidosis laktat, hipokalsemi, hiponatremia, hiperkalemi. Pemeriksaan elektrolit darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine untuk kandungan ureum, natrium, keton atau protein (Harris, 2003). Gula darah

Pemeriksaan gula darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine untuk kandungan glukosa. Menurut Harris (2003), penderita asfiksia umumnya mengalami hipoglikemiPemeriksaan radiologic

Pemeriksaan radiologik seperti ultrasonografi (USG), computed tomography scan (CT-Scan) dan magnetic resonance imaging (MRI) mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan diagnosis USG ( Kepala )Penilaian APGAR scorePemeriksaan EGC dab CT- ScanFoto polos dada

TERAPI DAN PENGOBATANPengaturan suhu

Segera setelah lahir, badan dan kepala neonatus hendaknya dikeringkan seluruhnya dengan kain kering dan hangat, dan diletakan telanjang di bawah alat/ lampu pemanas radiasi, atau pada tubuh Ibunya, bayi dan Ibu hendaknya diselimuti dengan baik, namun harus diperhatikan pula agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada tubuh bayi.Lakukan tindakan A-B-C-D (Airway/ membersihkan jalan nafas, Breathing/ mengusahakan timbulnya pernafasan/ ventilasi, Circulation/ memperbaiki sirkulasi tubuh, Drug/ memberikan obat)

Memastikan saluran nafas terbuka

Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal.Menghisap mulut, hidung dan trakhea.Bila perlu, masukkan pipa ET untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.

Memulai pernafasan

Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.Memakai VTP bila perlu, seperti sungkup dan balon, pipa ET dan balon, mulut ke mulut (hindari paparan infeksi)

Mempertahankan sirkulasi darah

Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompres pada daerah dadaPemberian obat-obatan

Epineprin Indikasi : diberikan apabila frekuensi jantung tetap dibawah 80 x/mnt walaupun telah diberikan paling sedikit 30 detik VTP adekuat dengan oksigen 100 % dan kompresi dada atau frekuensi jantung. Dosis 0,1 0,3 ml/kg untuk larutan 1:10000. Cara pemberian dapat melalui intravena (IV) atau melalui pipa endotrakheal.

Efek : Untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan konstraksi jantungVolume ekspander (darah/ whole blood, cairan albumin-salin 5%, Nacl, RL).

Indikasi : digunakan dalam resusitasi apabila terdapat kejadian atau diduga adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda hipovolemi. Dosis 10 ml/ kg. Cara pemberian IV dengan kecepatan pemberian selama waktu 5-10 menit. Efek : meningkatkan volume vaskuler, meningkatkan asidosis metabolik.Natrium Bikarbonat

Indikasi : digunakan apabila terdapat apneu yang lama yang tidak memberikan respon terhadap terapi lain. Diberikan apabila VTP sudah dilakukan. Efek : memperbaiki asidosis metabolik dengan meningkatkan ph darah apabila ventilasi adekuat, menimbulkan penambahan volume disebabkan oleh cairan garam hipertonik.Nalakson hidroklorid/ narcan

Indikasi : depresi pernafasan yang berat atau riwayat pemberian narkotik pada Ibu dalam 4 jam sebelum persalinan. Efek : antagonis narkotik.APGAR SKORApgar score adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan neonatus dalam menit pertama setelah lahir sampai 5 menit setelah lahir , serta dapat diulang pada menit ke 10 15 . Nilai apgar merupakan standart evaluasi neonatus dan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk evaluasi di kemudian hari . (Adelle , 2002) .

Kata APGAR dipublikasikan pertama kali pada tahun 1952 . Lalu tahun 1962 , Joseph membuat akronim dari kata APGAR tersebut , yaitu Appearance (colour = warna kulit) , Pulse (heart rate = denyut nadi) , Grimace (refleks terhadap rangsangan) , Activity (tonus otot) , dan Respiration (usaha bernapas) . (Sujiyatini , 2011) .

Tujuan yang dilakukannya apgar

Hal yang penting diketahui , bahwa penilaian skor ini dibuat untuk menolong tenaga kesehatan dalam mengkaji kondisi bayi baru lahir secara umum dan memutuskan untuk melakukan tindakan darurat atau tidak . Penilaian ini bukan sebagai prediksi terhadap kesehatan bayi atau intelegensi bayi dimasa mendatang . Beberapa bayi dapat mencapai angka 10 , dan tidak jarang , bayi yang sehat mempunyai skor yang lebih rendah dari biasanya , terutama pada menit pertama saat baru lahir . Sampai saat ini , skor apgar masih tetap digunakan , karena , selain ketepatannya , juga karena cara penerapannya yang sederhana , cepat , dan ringkas . Dan yang terpenting dalam penentuan skor apgar ini adalah untuk menetukan bayi tersebut asfiksia atau tidak . (Sujiyatini , 2011) .Kriteria Lima kriteria skor apgarKriteria

Nilai 0Nilai 1Nilai 2Appearance(warna kulit)seluruhnya biru atau pucatwarna kulit tubuh normal merah muda ,tetapi kepala dan ekstermitas kebiruan (akrosianosis)warna kulit tubuh , tangan , dan kakinormal merah muda , tidak ada sianosisPulse(denyut jantung)tidak teraba100 kali/menitGrimace(respons refleks)tidak ada respons terhadap stimulasimeringis/menangis lemah ketika di stimulasimeringis/bersin/batuk saat stimulasi saluran napasActivity(tonus otot)lemah/tidak adasedikit gerakan bergerak aktifRespiration(pernapasan)tidak adaLemah, tidak teraturmenangis kuat, pernapasan baik dan teratur

Cara penilaian apgarSkor Apgar dinilai pada menit pertama , menit kelima , dan menit kesepuluh setelah bayi lahir , untuk mengetahui perkembangan keadaan bayi tersebut . Namun dalam situasi tertentu , Skor Apgar juga dinilai pada menit ke 10 , 15 , dan 20 , hingga total skor 10 . (Sujiyatini , 2011).

Appearance (warna kulit) : Menilai kulit bayi . Nilai 2 jika warna kulit seluruh tubuh bayi kemerahan , nilai 1 jika kulit bayi pucat pada bagian ekstremitas , dan nilai 0 jika kulit bayi pucat pada seluruh badan (Biru atau putih semua) .Pulse (denyut jantung) :

Untuk mengetahui denyut jantung bayi , dapat dilakukan dengan meraba bagian atas dada bayi di bagian apeks dengan dua jari atau dengan meletakkan stetoskop pada dada bayi . Denyut jantung dihitung dalam satu menit , caranya dihitung 15 detik , lalu hasilnya dikalikan 4 , sehingga didapat hasil total dalam 60 detik . Jantung yang sehat akan berdenyut di atas 100 kali per menit dan diberi nilai 2 . Nilai 1 diberikan pada bayi yang frekuensi denyut jantungnya di bawah 100 kali per menit . Sementara bila denyut jantung tak terdeteksi sama sekali maka nilainya 0 . Grimace (respon reflek) :

Ketika selang suction dimasukkan ke dalam lubang hidung bayi untuk membersihkan jalan nafasnya , akan terlihat bagaimana reaksi bayi . Jika ia menarik , batuk , ataupun bersin saat di stimulasi , itu pertanda responnya terhadap rangsangan bagus dan mendapat nilai 2 . Tapi jika bayi hanya meringis ketika di stimulasi , itu berarti hanya mendapat nilai 1 . Dan jika bayi tidak ada respon terhadap stimulasi maka diberi nilai 0 .

Activity (tonus otot) :

Hal ini dinilai dari gerakan bayi . Bila bayi menggerakkan kedua tangan dan kakinya secara aktif dan spontan begitu lahir , artinya tonus ototnya bagus dan diberi nilai 2 . Tapi jika bayi dirangsang ekstermitasnya ditekuk , nilainya hanya 1 . Bayi yang lahir dalam keadaan lunglai atau terkulai dinilai 0 . Respiration (pernapasan) :

Kemampuan bayi bernafas dinilai dengan mendengarkan tangis bayi . Jika ia langsung menangis dengan kuat begitu lahir , itu tandanya paru-paru bayi telah matang dan mampu beradaptasi dengan baik . Berarti nilainya 2 . Sedangkan bayi yang hanya merintih rintih , nilainya 1 . Nilai 0 diberikan pada bayi yang terlahir tanpa tangis (diam) .Dan kriteria keberhasilannya adalah sebagai berikut :Hasil skor 7-10 pada menit pertama menunjukan bahwa bayi berada dalam kondisi baik atau dinyatakan bayi normal.Hasil skor 4-6 dinyatakan bayi asfiksia ringan sedang , sehingga memerlukan bersihan jalan napas dengan resusitasi dan pemberian oksigen tambahan sampai bayi dapat bernafas normal .Hasil skor 0-3 dinyatakan bayi asfiksia berat , sehingga memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen secara terkendali .

Penatalaksanaan pada bayi baru lahirAsfiksia berat (nilai APGAR 0-3) : Kolaborasi dalam pemberian suction .Kolaborasi dalam pemberian O2 .Berikan kehangatan pada bayi .Observasi denyut jantung , warna kulit , respirasi .Berikan injeksi vit K , bila ada indikasi perdarahan .

Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6) :

Kolaborasi dalam pemberian suction .Kolaborasi dalam pemberian O2 .Observasi respirasi bayi .Beri kehangatan pada bayi .

Bayi normal (nilai APGAR 7-10) :

Berikan kehangatan pada bayi .Observasi denyut jantung , warna kulit , serta respirasi pada menit selanjutnya sampai nilai Apgar menjadi 10 .

Penilaian bayi waktu Lahir (assesment at birth) 1 menit dan 5 menit berikutnya:

Tanda012Jumlah nilaiMenit1Frekuensi jantung ( ) tidak ada( ) < 100( ) < 100

Usaha bernafas( ) tidak ada( ) lambat tak teratur( ) baik, menangis

Tonus otot( ) lumpuh( ) eks. Fleksi sedikit dari anggota( ) gerakan aktif

Reflex( ) tidak bereaksi( ) menangis ( ) menangis kuat

Warna( ) biru pucat( ) tubuh kemerahan Tangan & kaki biru( ) kemerahan Seluruh tubuh

Menit5Frekuensi jantung ( ) tidak ada( ) < 100( ) < 100

Usaha bernafas( ) tidak ada( ) lambat tak teratur( ) baik, menangis

Tonus otot( ) lumpuh( ) eks. Fleksii sedikit dari anggota( ) gerakan aktif

Reflex( ) tidak bereaksi( ) menangis ( ) menangis kuat

Warna( ) biru pucat( ) tubuh kemerahan Tangan & kaki biru( ) kemerahan seluruh tubuh

(Prawihardjo : 2006)

Selain penilaian bayi waktu lahir dinilai dengan APGAR SKOR dapat dinilai juga dengan cara SKOR DOWN : Evaluasi Respiratory Distress dengan Skor Down

012Frekuensi nafas< 60 / menit60-80 / menit> 80 / menitRetraksi Tidak ada retraksiRetraksi ringanRetraksi beratSianosisTidak sianosisSianosis hilang dengan O2Sianosis menetap walaupun diberi O2Air entryUdara masuk bilateral baikPenurunan ringan udara masukTidak tidak ada udara masukMerintihTidak merintihDapat di dengar dengan stetoskopDapat didengar tanpa alat bantu Evaluasi gawat nafas dengan menggunakan Skor Down1. Skor < 4 : Tidak ada gawat nafas2. Skor 4-7 : Gawat nafas3. Skor 7 : Ancaman gagal nafas (pemeriksaan gas darah harus dilakukan)

ASUHAN KEPERAWATANPengkajian Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien

Identitas Pasien

yaitu: mencakup nama pasien, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.Keluhan Utama

biasanya bayi setelah partus akan menunjukkan tidak bisa bernafas secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan bayi ditandai dengan sianosis, hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis metabolicRiwayat kehamilan dan kelahiran

Prenatal Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik, keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan tejadi trauma pada waktu kehamilan. IntranatalBiasanya asfiksia neonatus dikarenakan kekurangan o2 sebab partus lama, rupture uteri yang memberat, tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada placenta, prolaps fenikuli tali pusat, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya, perdarahan bayak, placenta previa, sulitio plasenta, persentase janin abnormal, lilitan tali pusat, dan kesulitan lahirPostnatalBiasanya ditandai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolic, perubahan fungsi jantung, kegagalan system multi organ.

Riwayat kesehatan

RKDKemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik, keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan tejadi trauma pada waktu kehamilan. RKSBiasanya bayi akan menunjukkan warna kulit membiru, terjadi hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolic, usaha bernafas minimal atau tidak ada, perubahan fungsi janutng, kegagalan system multi organ, kejang, nistagmus dan menagis kurang baik atau tidak menangis. RKKbiasanya faktor ibu meliputi amnionitis, anemia, diabetes, hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan dan obat-obat infeksi.

Pemeriksaan fisik

Kulit

warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.Kepala

Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung.Mata

Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada bleeding konjungtiva, warna sclera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.Hidung

Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.Mulut

Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak.Telinga

Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.Leher

Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek.Thorax

Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 x/menit.Abdomen

Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites/tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.Umbilikus

Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan/tidak, adanya tanda- tanda infeksi pada tali pusat.Genitalia

Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.Anus

Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeces. Ekstremitas: Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

Refleks

Pada neonates preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan saraf pusat atau adanya patah tulang Diagnose keperawatanBersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasiKerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat.Resiko terjadinya hipotermia .Resiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan respon imun yang terganggu. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat terpisah.

Intervensi

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.Kriteria Hasil :Tidak menunjukkan demam.Tidak menunjukkan cemas.Rata-rata repirasi dalam batas normal.Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.Tidak ada suara nafas tambahan.

Intervensi :Auskultasi bunyi napas,dan catat adanya bunyi napas tambahan

Rasional :obstrusi jalan napas dapat dimanifestasikan dengan adnya bunyi tambahan missal ronkiKaji / pantau frekuensi pernapasan

Rasional : pada takipnea biasanya ditemukan pernapasan dapat melambat dan frekuensi espirasi memanjang dibanding ispirasi.Catat adanya dispnea

Rasional: disfungsi pernapasan adalah variable biasanya disebabkan oleh adanya infeksi atau reaksi alergi

Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.Kriteria hasil :Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.Ekspansi dada simetris.Tidak ada bunyi nafas tambahan.Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.

Intervensi :Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender.Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhanAuskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasiKolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alat bantu nafasSiapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi.Kriteria hasil :Tidak sesak nafasFungsi paru dalam batas normal

Intervensi :Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.Pantau saturasi O2 dengan oksimetriPantau hasil Analisa Gas Darah

Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat

Tujuan: Kebutuhan O2 bayi terpenuhiKriteria hasil :Pernafasan normal 40-60 kali permenitPernafasan teraturTidak cyanosisWajah dan seluruh tubuh warna kemerahanGas darah normal.

Intervensi: Letakkan bayi terlentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.

Rasional:Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.

Rasional:Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.

Rasional:Deteksi dini adanya kelainan.Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri.

Rasional:Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama untuk jantung dan otak. Dan peningkatan pada kadar PCO2 menunjukkan hypoventilasi. Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya proses persalinan yang lama dengan ditandai akral dingin suhu tubuh dibawah 36 C.

Tujuan: Tidak terjadi hipotermia.Kriteria: Suhu tubuh 36,5 37,5CAkral hangat; Warna seluruh tubuhkemerahan.

Intervensi:Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer).

Rasional:Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga meletakkan bayi menjadi hangat.

Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.

Rasional:Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.

Rasional:Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat hipotermiaKolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.

Rasional:Mencegah terjadinya hipoglikemia. Resiko gangguan penemuan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria: Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baikBerat badan tidak turun lebih dari 10%; Retensi tidak ada.

Intervensi:Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.

Rasional: Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera mendapat Monitor turgor dan mukosa mulut.

Rasional: Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.Monitor intake dan out put

Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance).Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.

Rasional; Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat. Lakukan control berat badan setiap hari.

Rasional: Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor.

Resiko terjadinya infeksi.

Tujuan: Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi) Kriteria: Tidak ada tanda-tanda infeksiTidak ada gangguan fungsi tubuh.

Intervensi: Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan keperawatan

Rasional: Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya kurang / rendah.Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

Rasional: Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).

Rasional: Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi.lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.

Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dan memper-cepat pengeringan tali pusat karenamengan-dung anti biotik, anti jamur, desinfektan. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.

Rasional: Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman. Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal.

Rasional: Deteksi dini adanya kelainan.Hindarkan bayi kontak dengan sakit.

Rasional: Mencegah terjadinya penularan infeksi.Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian antibiotik.

Rasional: Mencegah infeksi dari pneumonia.Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan perawatan intensif.

Tujuan: Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu. Kriteria: Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayiBayi segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya sendiri.

Intervensi:Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang

Rasional: Ibu mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi kecemasan serta untuk kooperatifan ibu/keluarga. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya.

Rasional: Membantu memecah-kan permasalahan yang dihadapi.Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit.

Rasional: Ketidaktahuan memperbesar stressor.Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi oleh kaca pembatas).

Rasional: Menjalin kontak batin antara ibu dan bayi walaupun hanya melalui kaca pembatas. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika keadaan bayi memungkinkan

Rasional: Rawat gabung merupakan upaya mempererat hubungan ibu dan bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang

DAFTAR PUSTAKAArif. M. (2000).Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 2. FKUI. JakartaBrunner and Suddart. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC. JakartaCarpenito. J.L. (2001).Diagnosa Keperawatan.EGC. JakartaDoengoes. M.E. (2001).Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. EGC. JakartaDorland. (2002).Kamus Saku Kedokteran. Edisi 25. EGC. JakartaHidayat. A.A.A. (2005).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I.Salemba Media.JakartaMarkum. A.H. (2002).Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.Jilid I. FKUI. JakartaNelson. (2000).Ilmu Kesehatan Anak. EGC. JakartaNursalam. dkk. (2001).Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat danbidan). Salemba Medika: JakartaSetiadi. S.F.A. (2001).Ilmu Kesehatan Anak.FKUI. JakartaSuprajitno. (2004).Askep Keluarga. EGC. JakartaWiknjosastro. H. (2006).Ilmu Kebidanan.Edisi ke-3.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Jakarta