asfiksia, tenggelam, sudden death

31
LAPORAN TUTORIAL MODUL FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL TRIGGER 4 OLEH : Kelompok Tutorial XI Fasilitator : dr. Tati Khairina, Sp.S M. Biomed Ketua : Uphik Try Kurniati (12-102) Sekretaris : Sri Muharni Sarah (12- 110) Pipit Arika (12-107) Anggota : Suci Leni Mimanda (12-101) Chairunnisa Permata Sari (12-103) Citra Nabila (12-104) Sarah Arafhanie (12-105) Revina Rinda Mutia (12-106) Anastasya Shinta Yuliani (12- 108) Windri Of Frita (12-109)

Upload: uphik-try

Post on 14-Apr-2016

91 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

asfiksia tenggelam, sudden death, pemeriksaan toksikologi, Surat kematian, Cara, sebab, dan mekanisme kematian, Aspek hukum dan etika malpraktek

TRANSCRIPT

Page 1: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

LAPORAN TUTORIAL

MODUL FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

TRIGGER 4

OLEH :

Kelompok Tutorial XI

Fasilitator : dr. Tati Khairina, Sp.S M. Biomed Ketua : Uphik Try Kurniati (12-102)Sekretaris : Sri Muharni Sarah (12-110)

Pipit Arika (12-107)Anggota : Suci Leni Mimanda (12-101)

Chairunnisa Permata Sari (12-103) Citra Nabila (12-104) Sarah Arafhanie (12-105)

Revina Rinda Mutia (12-106) Anastasya Shinta Yuliani (12-108) Windri Of Frita (12-109)

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG2015

Page 2: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga kami tutorial XI dapat menyelesaikan penulisan makalah modul forensik

dan medikolegal trigger 4.

Kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penulisan

makalah ini, serta seluruh pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Kami menyadari

bahwa dalam proses pembutan makalah ini masih jauh dari sempurna.

Padang , Oktober 2015

Penulis

Page 3: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

STEP I. CLARIFY UNFAMILIAR TERMS

1. Sudden death : suatu kematin yang disebabkam oleh penyakit alamiah dan terjadi tiba-

tiba dimana tidak ada faktor trauma atau keracunan.

2. Malpraktek : tindakan profesional yang tidak benar atau kegagalan untuk menerapkan

keterampilan profesional yang tepat.

3. Apnoe : henti nafas

4. Pemeriksaan toksikologi : ilmu yang mempelajari efek negatif dari bahan kimia dan

material lain hasil kegiatan manusia.

5. Alga atau diatom : uniseluler yang merupakan penyusun fitoplankton baik di perairan air

tawar maupun laut.

STEP II. DEFINE THE PROBLEM

1. Apa saja kriteria asfiksia?

2. Apa yang menyebabkan Pak Iman tiba-tiba mengalami apnoe?

3. Apa kriteria sudden death?

4. Apa penyebab sudden death?

5. Apa prosedur pemeriksaan toksikologi?

6. Apa makna klinis ditemukan alga atau diatom pada getah paru?

7. Apa saja tanda-tanda korban tenggelam?

8. Bagaimana tatacara autopsi pada korban malpraktek?

9. Apa saja sampel organ tubuh yang dibutuhkan pada pemeriksaan toksikologi?

10. Apa dasar hukum malpraktek?

11. Bagimana mekanisme mati pada korban tenggelam?

12. Jelaskan sebab kematian pada kasus ditrigger!

13. Bagimana cara pembuatan surat kematian?

14. Bagaimana cara kematian pada kasus di trigger?

15. Apa saja jenis-jenis asfiksia?

Page 4: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

STEP III. BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION

1. Kriteria asfksia

Lebam mayat

Sianosis

Busa halus, putih, kadang kemerahan pada saluran nafas

Pembendungan darah vena

Pembendungan disertai dengan keadaan hipoksia

2. Penurunan O2 peningkatan CO2 asfiksia apnoe

3. Pending

4. Sistem cardiovascular, sistem saraf, sistem pernafasan, dan sistem pencernaan serta

urogential

5. Prosedur pemeriksaan toksikologi

- Menganalisis dan mengevaluasi penyebab kematian

- Analisis ada tidaknya alkohol, obat terlarang didalam cairan tubuh/nafas

- Analisis obat terlarang di dalam darah

6. Mati tenggelam karena alga atau diatom dapat ditemukan pada air tawar, air laut, dll

7. Tanda-tanda asfiksia

Cadaveric spasm

Ditemukan diatom

Ditemukan air di dalam saluran cerna dan nafas

Perdarahan di liang telinga

Bercak paltouf

Berat jenis yang berbeda antara darah di jantung kanan dan kiri

8. Pending

9. Otak, hati, par-paru, ginjal, lambung, usus, cairan otak, lemak, kuku, rambut, otot dan

urine.

10. Dasar hukum mlapraktek

o UU No 6 Tahun 1963 tentang tenaga kesehatan

o UU No 5 Tahunu1999 tentsng perlindungan konsumen

o UU No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan

Page 5: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

11. Orang terjun ke air gravitasi terbenam oleh karena berat jenis air, akan

timbul dan berusaha bernafas tidak bisa berenang air masuk dan tertelan

asfiksia

12. Settiap cidera, luka atau penyakit yang menyebabkan kemtian seperti gangguan vascular

dan gangguan saluran nafas

13. Pending

14. Kematian secara wjar karena akibat suatu penyakit

15. Jenis-jenis asfiksia

Anoksia anoksik (asfiksia murni dan asfiksia mekanik)

Anoksia anemia

Anoksia tambahan

Anoksia jaringan

STEP IV. ARRANGE EXPLANATION INTO A TENTATIVE SOLUTION

Page 6: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

STEP V. DEFINE LEARNING OBJECTIVE

Seorang laki-laki berenang

Asfiksia

Autopsi

Tenggelamm

Sudden death

Apnoe

Surat kematian

Cara

Sebab

Mekanisme

Pemeriksaan toksikologi

Pasien korban malpraktek Aspek hukum dan etika

Page 7: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

1. Asfiksia

a. Definisi

b. Klasifikasi

c. Tanda-tanda

2. Sudden death

a. Definisi

b. Kriteria

c. Penyebab

3. Tenggelam

a. Jenis-jenis

b. Tanda-tanda

4. Pemeriksaan toksikologi

a. Definisi

b. Prosedur

c. Klasifikasi

5. Surat kematian

a. Prosedur

b. Strukrur

6. Cara, sebab, dan mekanisme kematian

7. Aspek hukum dan etika malpraktek

STEP VI . PRIVATE STUDY

STEP VII .SHARE THE RESULT INFORMATION AND GATHERING PRIVATE

STUDY

Page 8: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

A.Asfiksia 1. Defenisi Asfiksia

Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara

pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan

karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen

(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997). Secara klinis

keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia (Amir, 2008).

2. Klasifikasi Asfiksia

Secara fisiologi dapat dibedakan 4 bentuk anoksia (Amir, 2008), yaitu:

a. Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)

Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru-paru karena:

Tidak ada atau tidak cukup O2. Bernafas dalam ruangan tertutup, kepala di tutupi

kantong plastik, udara yang kotor atau busuk, udara lembab, bernafas dalam selokan

tetutup atau di pegunungan yang tinggi. Ini di kenal dengan asfiksia murni atau

sufokasi.

- Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti pembekapan,

gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpus alienum dalam

tenggorokan. Ini di kenal dengan asfiksia mekanik.

b. Anoksia Anemia (Anemia anoxia)

Di mana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapati pada anemia

berat dan perdarahan yang tiba-tiba. Keadaan ini diibaratkan dengan sedikitnya

kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik.

c. Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia)

Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagal jantung,

syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi, tetapi sirkulasi

darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet tersendat jalannya.

d. Anoksia Jaringan (Hystotoxic anoxia)

Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak dapat

menggunakan oksigen secara efektif. Tipe ini dibedakan atas:

Page 9: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

- Ekstraseluler

Anoksia yang terjadi karena gangguan di luar sel. Pada keracunan Sianida terjadi

perusakan pada enzim sitokrom oksidase, yang dapat menyebabkan kematian

segera. Pada keracunan Barbiturat dan hipnotik lainnya, sitokrom dihambat secara

parsial sehingga kematian berlangsung perlahan.

- Intraselular

Di sini oksigen tidak dapat memasuki sel-sel tubuh karena penurunan permeabilitas

membran sel, misalnya pada keracunan zat anastetik yang larut dalam lemak seperti

kloform, eter dan sebagainya.

Metabolik

Di sini asfiksia terjadi karena hasil metabolik yang mengganggu pemakaian O2 oleh

jaringan seperti pada keadaan uremia.

- Substrat

Dalam hal ini makanan tidak mencukupi untuk metabolisme yang efisien, misalnya

pada keadaan hipoglikemia.

3. Tanda Kardinal Asfiksia

Selama beberapa tahun dilakukan autopsi untuk mendiagnosis kematian akibat asfiksia,

telah ditetapkan beberapa tanda klasik (Knight, 1996), yaitu:

a. Tardieu’s spot (Petechial hemorrages)

Tardieu’s spot terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut yang menyebabkan

overdistensi dan rupturnya dinding perifer vena, terutama pada jaringan longgar,

seperti kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian belakang telinga, circumoral

skin, konjungtiva dan sklera mata. Selain itu juga bisa terdapat dipermukaan jantung,

paru dan otak. Bisa juga terdapat pada lapisan viseral dari pleura, perikardium,

peritoneum, timus, mukosa laring dan faring, jarang pada mesentrium dan intestinum.

b. Kongesti dan Oedema

Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie. Kongesti

adalah terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi akumulasi darah dalam organ

yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah. Pada kondisi vena

yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular (tekanan yang

Page 10: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

mendorong darah mengalir di dalam vaskular oleh kerja pompa jantung) menimbulkan

perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan

mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi oedema).

c. Sianosis

Merupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang

terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak berikatan

dengan O2). Ini tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal 5 gram

hemoglobin per 100 ml darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi bukti, terlepas

dari jumlah total hemoglobin. Pada kebanyakan kasus forensik dengan konstriksi

leher, sianosis hampir selalu diikuti dengan kongesti pada wajah, seperti darah vena

yang kandungan hemoglobinnya berkurang setelah perfusi kepala dan leher dibendung

kembali dan menjadi lebih biru karena akumulasi darah.

d. Tetap cairnya darah

Terjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian. Gambaran tentang tetap

cairnya darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia

adalah bagian dari mitologi forensik. Pembekuan yang terdapat pada jantung dan

sistem vena setelah kematian adalah sebuah proses yang tidak pasti, seperti akhirnya

pencairan bekuan tersebut diakibatkan oleh enzim fibrinolitik. Hal ini tidak relevan

dalam diagnosis asfiksia

4. Tanda Khusus Asfiksia

Didapati sesuai dengan jenis asfiksia (Amir, 2007), yaitu:

a. Pada pembekapan, kelainan terdapat disekitar lobang hidung dan mulut. Dapat berupa

luka memar atau lecet. Perhatikan bagian di belakang bibir luka akibat penekanan pada

gigi, begitu pula di belakang kepala atau tengkuk akibat penekanan. Biasanya korban

anak-anak atau orang yang tidak berdaya. Bila dilakukan dengan bahan halus, kadang-

kadang sulit mendapatkan tanda-tanda kekerasan.

b. Mati tergantung. Kematian terjadi akibat tekanan di leher oleh pengaruh berat badan

sendiri. Kesannya leher sedikit memanjang, dengan bekas jeratan di leher. Ada garis

ludah di pinggir salah satu sudut mulut.

Page 11: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

Bila korban cukup lama tergantung, maka lebam mayat didapati di kedua kaki dan

tangan. Namun bila segera diturunkan, maka lebam mayat akan didapati pada bagian

terendah tubuh. Muka korban lebih sering pucat, karena peristiwa kematian

berlangsung cepat, tidak sempat terjadi proses pembendungan.

Pada pembukaan kulit di daerah leher, didapati resapan darah setentang jeratan,

demikian juga di pangkal tenggorokan dan oesophagus. Tandatanda pembendungan

seperti pada keadaan asfiksia yang lain juga didapati. Yang khas disini adalah adanya

perdarahan berupa garis yang letaknya melintang pada tunika intima dari arteri

karotis interna, setentang dengan tekanan tali pada leher.

Tanda-tanda diatas tidak didapati pada korban yang digantung setelah mati, kecuali

bila dibunuh dengan cara asfiksia. Namun tanda-tanda di leher tetap menjadi petunjuk

yang baik.

B.Sudden Death 1. Defenisi sudden death

Mati mendadak adalah kematian terjadi tanpa diperkirakan sebelumnya, tanpa gejala yang nyata

sebelumnya atau gejalanya hanya dalam waktu yang singkat (menit atau jam), nontraumatis,

tidak mengandung unsur kesengajaan (Chung, 1995).

Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak gejala-

gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan

menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul.

2. Kriteria sudden death

Pada kasus kematian mendadak, korban tidak meninggal seketika atau segera, tetapi sering

korban meninggal dalam beberapa menit sampai lebih dari 24 jam setelah menderita sakit. Pada

kasus kematian mendadak harus dipikirkan kemungkinan penyakit, kekerasan, keracunan yang

kadang-kadang sulit dibedakan. Meninggal mendadak adalah kejadian meninggal yang terjadi

pada orang yang sebelumnya tidak ada gejala. Kriteria yang dipakai pada sebagian besar literatur

adalah meninggal dalam 1 jam setelah mulai timbulnya gejala.

3. Penyebab sudden death

Page 12: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

a. Penyakit – penyakit system kardiovaskular misalnya

Arteriosclerosis heart disease

Congestive heart failure

Pulmonary embolism infarct

Aneurisma aortae

b. Penyakit – penyakit pada system respirasi

Bronchopneumonia dan pneumonia

Tuberculosa

Asthma

Akut laryngitis atau tracheitis

c. Penyakit – penyakit pada system traktus digestivus

Gastroenteritis

Varices esophagus yang pecah

Perforasi ulkus peptikum/duodenum

Pankreatitis akuta

d. Penyakit – penyakit system syaraf pusat

Perdarahan intraserebral

Epilepsy

Perdarahan intracranial

Meningitis

e. Penyakit – penyakit system urogenital

Rupture spontan dari vesical urinaria

Akut renal failure

Endometriosis

Uterine hemorangge

f. Penyakit – penyakit sistemik

Diabetes mellitus

Addison disease

Cerebral malaria

Konvulsi

Page 13: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

C. TENGGELAM Tenggelam (drowning) adalah suatu suffocation dimana jalan napas terhalang oleh air / cairan

sehingga terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paru-paru.

1) Jenis-jenis

Ada 2 jenis mati tenggelam (drowning) berdasarkan posisi mayat, yaitu :

a. Submerse drowning

b. Immerse drowning

Submerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi sebagian tubuh mayat masuk

ke dalam air,seperti bagian kepala mayat. Immerse drowning adalah mati tenggelam

dengan posisi seluruh tubuh mayat masuk ke dalam air.

Ada 2 jenis mati tenggelam (drowning) berdasarkan penyebabnya, yaitu :

1. Dry drowning = mati tenggelam dengan inhalasi sedikit air

2. Wet drowning = mati tenggelam dengan inhalasi banyak air.

Ada 2 penyebab kematian pada kasus dry drowning, yaitu :

1. Spasme laring (menimbulkan asfiksia).

2. Vagal reflex / cardiac arrest / kolaps sirkulasi.

Ada 3 penyebab kematian pada kasus wet drowning, yaitu :

1. Asfiksia.

2. Fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam dalam air tawar.

3. Edema paru pada kasus tenggelam dalam air asin (laut).

Ada 4 cara kematian pada kasus tenggelam (drowning), yaitu :

1. Kecelakaan (paling sering).

2. Undeterminated.

3. Pembunuhan.

4. Bunuh diri.

Page 14: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

Ada 2 kejadian kecelakaan pada kasus mati tenggelam (drowning) yang dapat kita jumpai, yaitu :

1. Kapal tenggelam.

2. Serangan asma datang saat korban sedang berenang.

Penyebab mati tenggelam (drowning) yang termasuk undeterminated yaitu sulit kita ketahui cara

kematian korban karena mayatnya sudah membusuk dalam air.

2) Tanda-tanda

Ada 2 tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian pembunuhan pada kasus mati

tenggelam

(drowning), yaitu :

1. Biasanya tangan korban diikat yang tidak mungkin dilakukan oleh korban.

2. Kadang-kadang dapat kita temukan tanda-tanda kekerasan sebelum korban ditenggelamkan.

Ada 4 tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian bunuh diri pada kasus mati tenggelam

(drowning), yaitu :

1. Biasanya korban meninggalkan perlengkapannya.

2. Kita dapat temukan suicide note.

3. Kedua tangan / kaki korban diikat yang mungkin dilakukan sendiri oleh korban.

4. Kadang-kadang tubuh korban diikatkan bahan pemberat.

Pada pemeriksaan luar otopsi, tidak ada patognomonis untuk mati tenggelam. Ada 7 tanda

penting yang yang memperkuat diagnosis mati tenggelam (drowning), yaitu :

1. Kulit tubuh mayat terasa basah, dingin, pucat dan pakaian basah.

2. Lebam mayat biasanya sianotik kecuali mati tenggelam di air dingin berwarna merah muda.

3. Kulit telapak tangan / telapak kaki mayat pucat (bleached) dan keriput (washer woman’s

hands /feet)

4. Kadang-kadang terdapat cutis anserine / goose skin pada lengan, paha dan bahu mayat.

5. Terdapat buih putih halus pada hidung atau mulut mayat (scheumfilz froth) yang bersifat

melekat.

6. Bila mayat kita miringkan, cairan akan keluar dari mulut / hidung.

7. Bila terdapat cadaveric spasme maka kotoran air / bahan setempat berada dalam genggaman

tangan mayat.

Page 15: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

Ada 5 tanda penting yang yang memperkuat diagnosis mati tenggelam (drowning) pada

pemeriksaan dalam otopsi, yaitu :

1. Paru-paru mayat membesar dan mengalami kongesti.

2. Saluran napas mayat berisi buih. Kadang-kadang berisi lumpur, pasir, atau rumput air.

3. Lambung mayat berisi banyak cairan.

4. Benda asing dalam saluran napas masuk sampai ke alveoli.

5. Organ dalam mayat mengalami kongesti.

D.Pemeriksaan toksikologi 1. Definisi

Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang mekanisme kerja dan efek yang

tidak diinginkan dari bahan kimia yang bersifat racun serta dosis yang berbahaya terhadap

tubuh manusia (Prasetya Putri, 2011).

2. Klasifikasi

- Toksikologi klinis adalah bidang ilmu kedokteran yang memberikan perhatian terhadap

penyakit yang disebabkan oleh bahan toksik atau hubungan yang unik dan spesifik dari

bahan toksik tersebut. Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh

bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk

menimbulkan keadaan toksik (UnSU, 2011).

- Toksikologi lingkungan: mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan

pengaruhnnya pada ekosistem, yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia

dengan polutan yang ada di lingkungan.

- Toksikologi forensik: mempelajari aspek medikolegal dari bahan kimia yang

mempunyai efek membahayakan manusia/hewan sehingga dapat dipakai untuk membantu

mencari/menjelaskan penyebab kematian pada penyelidikan seperti kasus pembunuhan

(Buchari, 2010)

3. Prosedur

Menurut masyarakat toksikologi forensik amerika “society of forensic toxicologist, inc. SOFT”

bidang kerja toksikologi forensik meliputi:

Page 16: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

- analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian,

- analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau napas, yang dapat

mengakibatkan perubahan prilaku (menurunnya kemampuan mengendarai kendaraan bermotor

di jalan raya, tindak kekerasan dan kejahatan, penggunaan dooping),

- analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan

obat terlarang lainnya.

secara umum tugas analisis toksikolog forensik dalam melakukan analisis dapat dikelompokkan

ke dalam tiga tahap yaitu:

1) penyiapan sampel “sample preparation”

Spesimen untuk analisis toksikologi forensik biasanya diterok oleh dokter, misalnya pada

kasus kematian tidak wajar spesimen dikumpulkan oleh dokter forensik pada saat

melakukan otopsi. Spesimen dapat berupa cairan biologis, jaringan, organ tubuh. Dalam

pengumpulan spesimen dokter forensik memberikan label pada masing-masing

bungkus/wadah dan menyegelnya. Label seharusnya dilengkapi dengan informasi: nomer

indentitas, nama korban, tanggal/waktu otopsi, nama spesimen beserta jumlahnya.

Pengiriman dan penyerahan spesimen harus dilengkapi dengan surat berita acara

menyeran spesimen, yang ditandatangani oleh dokter forensik. Toksikolog forensik yang

menerima spesimen kemudian memberikan dokter forensik surat tanda terima, kemudian

menyimpan sampel/spesimen dalam lemari pendingin “freezer” dan menguncinya sampai

analisis dilakukan. Prosedur ini dilakukan bertujuan untuk memberikan rantai

perlindungan/pengamanan spesimen (chain of custody).

2) analisis meliputi uji penapisan “screening test” atau dikenal juga dengan “general

unknown test” dan uji konfirmasi yang meliputi uji identifikasi dan kuantifikasi

Uji penapisan untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit) dalam sampel.

Disini analit digolongkan berdasarkan baik sifat fisikokimia, sifat kimia maupun efek

farmakologi yang ditimbulkan. Obat narkotika dan psikotropika secara umum dalam uji

penapisan dikelompokkan menjadi golongan opiat, kokain, kannabinoid, turunan

amfetamin, turunan benzodiazepin, golongan senyawa anti dipresan tri-siklik, turunan

Page 17: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

asam barbiturat, dan turunan metadon. Pengelompokan ini berdasarkan struktur inti

molekulnya.

3) langkah terakhir adalah interpretasi temuan analisis dan penulisan laporan analisis

Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya.

Konfirmatori test paling sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun harus lebih

spesifik. Umumnya uji pemastian menggunakan teknik kromatografi yang dikombinasi

dengan teknik detektor lainnya, seperti: kromatografi gas - spektrofotometri massa (GC-

MS), kromatografi cair kenerja tinggi (HPLC) dengan diode-array detektor, kromatografi

cair - spektrofotometri massa (LC-MS), KLT-Spektrofotodensitometri, dan teknik

lainnya. Meningkatnya derajat spesifisitas pada uji ini akan sangat memungkinkan

mengenali identitas analit, sehingga dapat menentukan secara spesifik toksikan yang ada.

E. Surat kematian 1. PROSEDUR KEPNGURUSAN AKTA KEMATIAN

Pencatatan kematian dilakukan pada Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Medan tempat terjadinya kematian.

Pencatatan kematian dilakukan dengan memenuhi syarat berupa:

o Surat Pengantar dari Kepala Lingkungan untuk mendapatkan Surat

Keterangan Lurah dan / atau

o Keterngan kematian dari dokter / paramedic

Pencatatan kematian, dilakukan dengan tata cara:

o pelaporan mangisi dan menyerahkan formulir pelaporan kematian dengan

melampirkan persyaratan kepada Petugas registrasi di kantor untuk diteruskan

kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

o Pejabat Pencatatan Sipil Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mencatat

pada Register Akta Kematian dan Menerbitkan Kutipan Akta kematian

Page 18: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

o Memberitahukan data hasil pencatatan kematian kepada Instansi pelaksana

tempat domisili yang bersangkutan

o Instansi Pelaksana tempat domisili mencatat dan merekam dalam database

kependudukan

Mengapa orang meninggal perlu diurus akta kematiannya? Bukti sah

mengenai status kematian seseorang, yang diperlukan sebagai berikut:

a. Pembagian hak waris

b. Penetapan status janda atau duda pasangan yang ditinggalkan

c. Pengurusan asuransi, pension, perbankan

2. Persyaratan akta kematian

Pengisian formulir dan diketahui oleh kepala desa atau lurah

Pengisisan formulir laporan kematian

Surat kematian ( visum ) dari dokter/petugas kesehatan

Ktp dan kartu keluarga yang bersangkutan

Akta kelahiran yang meninggal

Data saksi – saksi

Surat keterangan lurah

Page 19: Asfiksia, Tenggelam, sudden death
Page 20: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

F. Cara , sebab, dan mekanisme kematian 1. Cara kematian

Cara kematian adalah yang menjelaskan bagaimana kematian itu terjadi bias karena :

a. Sebab yang alamiah ( natural death / mati wajara ), misalnya karena penyakit

b. Sebab yang tidak alamiah ( unnatural death / mati tidak wajar ), misalnya

pembunuhan , bunuh diri dll

c.

2. Sebab kematian

penyebab kematian adalah adanya trauma atau penyakit yang menimbulkan kegagalan fisiologis

pada tubuh dan menyebabkan kematian pada seseorang. Misalnya, penyebab kematian adalah

luka tembak pada kepala, luka tusuk pada dada, adenokarsinoma pada paru, dan aterosclerosis

koronaria.

3. Mekanisme kematian

mekanisme kematian adalah kegagalan fisiologis yang dihasilkan oleh penyebab kematian yang

menyebabkan kematian. Contohnya adalah perdarahan, septikemia, dan aritmia jantung.

G.Aspek hukum dan etika malpraktek Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang

hukum yang dilanggar, yaitu:

a. Criminal malpractice

Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice

manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yaitu:

1. Perbuatan tersebut ( positive act maupun negative act ) merupakan

perbuatan tercela

2. Dilakukan dengan sikap batin yang salah yang berupa kesengajaan

misalnya melakukan euthanasia ( pasal 344 KUHP ), membuka rahasia

jabatan ( pasal 332 KUHP ), membuat surat keterangan palsu ( pasal 263

KUHP ), melakukan aborsi tanpa indikasi ( pasal 299 KUHP )

b. Civil malpractice

Page 21: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

Tindakan tenaga jasa yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain

1. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan

2. Melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan tapi terlambat

melakukannya

3. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tapi tidak

sempurna

4. Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya dilakukan

a. Administrative malpractice

Tenaga jasa dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala

orang tersebut telah melanggar hukum administrasi.

Malpraktek yang sering dilakukan oleh petugas kesehatan

a. Pelanggaran etika profesi

Pelanggaran ini sepenuhnya tanggung jawab organisasi profesi ( majelis kode etik

keperawatan ) aebagaimana tercantum pada pasal 26 dan 27 anggaran dasar PPNI.

b. Sanksi administrasi

Berdasarkan keppres no. 56 tahun 1995 dibentuk majelis disiplin tenaga kesehatan dalam

rangka pemberian perlindungan yang seimbang dan objektif kepada tenaga kesehatan dan

masyarakat penerima kesehatan . tindakan sebagaimana yang dmaksud tidak mengurangi

ketentuan pada pasal 54 ayat 1 dan ayat 2 UU no.23 tahun 1992 tentang kesehatan yaitu

berbunyi sebagai berikut:

3. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan atau kelalaian dalam

melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin

4. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud

dalam ayat 1 ditentukan oleh majelis disiplin tenaga kesehatan

c. Pelanggaran hukum

Page 22: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

Pelanggaran hukum dapat besifat perdata atau pidana. Pelanggaran yang bersifat perdata

sebagaimana yang tertera pada uu no.23 tahun 1992 pada pasal 55 ayat 1 dan ayat 2 yang

berbunyi

5. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang

dilakukan tenaga kesehatan

6. Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

KESIMPULAN

Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran

udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan

Page 23: Asfiksia, Tenggelam, sudden death

peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami

kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Tanda asfiksia pada pemeriksaan

luar jenazah dapat ditemukan berupa sianosis, kongesti, buih halus, warna lebam mayat merah-

kebiruan gelap.

DAFTAR PUSTAKA

• Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian

Kedokteran Forensik UI: Jakarta

• Idries, Abdul Mu’min. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi I. Binapura

Aksara: Jakarta Barat