lp 7 diagnosa utama keperawatan jiwa

107
LAPORAN PENDAHULUAN TUJUH DIAGNOSA UTAMA KEPERAWATAN JIWA Disusun Oleh : LAILY NUR HIDAYAH PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA

Upload: niez-cabiez-is

Post on 07-Jul-2016

531 views

Category:

Documents


121 download

DESCRIPTION

7 LP diagnosa keperawatan jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUANTUJUH DIAGNOSA UTAMA

KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :

LAILY NUR HIDAYAH

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2015/2016

Page 2: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan tujuh diagnosa Gannguan Keperawatan Jiwa (Halusinasi, RBD,

perilaku kekerasan, isolasi sosial, HDR, DPD) sebagai syarat melengkapi tugas Profesi Stase

Jiwa Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Insan Cendekia Medika Jombang,

Oleh :

Nama : Laily Nur Hidayah

NIM : 1564100044

Telah diteliti dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Malang,....................................2015

Mahasiswa

(Laily Nur Hidayah)

Mengetahui

Pembimbing Ruangan

( )

Pembimbing Akademik

( )

Kepala Ruangan

( )

Page 3: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT KEPERAWATAN DIRI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2015/2016

Page 4: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan

sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya

jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Menurut Poter. Perry

(2005).

Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu

melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

1.2 Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah

sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :

Faktor Predisposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan

inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi

lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang

dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan

perawatan diri.

Page 5: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal

hygiene adalah:

1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia

harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri

seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu

bantuan untuk melakukannya.

1.3 Jenis – Jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan

memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan

aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

Page 6: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

1.4 Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan

diri adalah:

a) Fisik

Badan bau, pakaian kotor.

Rambut dan kulit kotor.

Kuku panjang dan kotor

Gigi kotor disertai mulut bau

penampilan tidak rapi

b) Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif.

Menarik diri, isolasi diri.

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c) Sosial

Interaksi kurang.

Kegiatan kurang

Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan

mandi tidak mampu mandiri.

1.5 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya

kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :

Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata

dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial.

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri dan gangguan interakisosial.

Page 7: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Pohon Masalah

Resiko gangguan integritas kulit

Harga diri rendah Isolasi social : menarik diri

Rentang Respon

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri

adalah :

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.

a. Bantu klien merawat diri

b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap

c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi

yang dekat dan tertutup.

Mekanisme koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen,

2000) yaitu :

1. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan

mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri

secara mandiri

Defisit keperawatan diri

Page 8: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

2. Mekanisme koping maladaptive

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,

menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah

tidak mau merawat diri.

Page 9: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

I. IDENTITAS KLIEN

Nama :

Umur :

Alamat :

Pendidikan :

Agama :

Status :

Pekerjaan ;

Jenis kelamin :

Tanggal dirawat :

Tanggal pengkajian :

Ruang rawat :

Diagnosa medis :

II. ALASAN MASUK

a. Data primer

Px mengatakan malas mandi, gosok gigi.

b. Data sekunder

Baju kotor, Rambut acak acakan, Badan bau, Kulit kotor, Menggaruk tubuh

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG dan FAKTOR PRESIPITASI

Faktor presipitasi :kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,

lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu

melakukan perawatan diri.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu atau tidak

2. Pengobatan sebelumnya berhasil, kurang berhasil, atau tidak berhasil

3. a. Pernah mengalami penyakit fisisk (termasuk gangguan tumbuh kembang )

b. pernah ada riwayat NAPZA seperti narkotika, penyalahgunaan psikotropika, zat aditif

(kafein, nikotin, alkohol) atau tidak

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,

perpisahan )

5. Riwayat penyakit keluarga: Ada/tidak Anggota keluarga yang gangguan jiwa, (kalau ada :

hubungan dengan keluarga, gejala, dan riwayat pengobatan)

V. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : px terlihat kotor, bau, lusuh, kumal.

2. Tanda vital

Page 10: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

TD :

N :

S :

P :

3. Ukur :

BB :

TB :

4. Keluhan fisik :

VI. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)

1. Genogram

2. Konsep diri

a. Citra tubuh

b. Identitas

c. Peran

d. Ideal diri

e. Harga diri

3. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti/terdekat

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

b. Kegiatan ibadah

VII.STATUS MENTAL

1. Penampilan

2. Pembicaraan

3. Aktifitas motorik/psikomotor

Kelambatan : (hipokinesia, hipoaktifitas, katalepsi, sub stupor katatonik, fleksibilitas

area)

Peningkatan : (hiperkinesia, hiperaktifitas, gagap, stereotipi, gaduh gelisah katatonik,

mannarism, katapleksi, tik, ekhopraxia,grimace, tremor, otomatisma, negativisme,

reaksikonversi, verbigerasi, berjalan kaku/rigid)

4. Afek dan emosi

a. Afek (adekuat, tumpul, dangkal/datar, inadekuat, labil, ambivalensi)

b. Emosi (merasa kesepian, apatis, marah, anhedonia, eforia, cemas, sedih, depresi,

keinginan bunuh diri)

Page 11: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

5. Interaksi selama wawancara (bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak

mata kurang, defensif, curiga)

6. Persepsi – Sensorik (Halusinasi, Ilusi, Depersonalisasi, Derealisasi,)

7. Proses Pikir (Arus pikir, isi pikir)

8. Kesadaran (Menurun, Meninggi, Hipnosa, Disosiasi, Gangguan Perhatian)

9. Orientasi (Waktu, Tempat, Orang, Resiko tinggi cidera, Gangguan Proses Pikir)

10. Memori (Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 Bulan), Gangguan daya ingat jangka

pendek (1 hari-1 bulan), Gangguan daya ingat saat ini (<24 jam), Amnesia, Paramnesia,

Konfabulasi, Dejavu,Jamaisvu)

11. Tingkat Konsentrasi dan berhitung (mudah beralih, tidak mampu berkonsentrasi, tidak

mampu menghitung sederhana)

12. Kemampuan penilaian

13. Daya Tilik Diri (Mengingkari penderita yang diderita, menyalahkan hal-hal diluar dirinya

)

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan (Mandiri, bantuan minimal, bantuan total)

2. BAB / BAK (mandiri, bantuan minimal, bantuan total)

3. Mandi (mandiri, bantuan minimal, bantuan total)

4. Sikat Gigi (mandiri, bantuan minimal, bantuan total)

5. Keramas (mandiri, bantuan minimal, bantuan total)

6. Berpakaian /berhias (mandiri, bantuan minimal, bantuan total)

7. Istirahat dan tidur (lama tidur siang, lama tidur malam)

8. Penggunaan obat (bantuan minimal, bantuan total)

9. Pemeliharaan kesehatan

10. Aktifitas dalam rumah (mempersiapkan makanan, menjaga kerapihan rumah, mencuci

pakaian, pengaturan keuangan)

11. Aktifitas diluar rumah (belanja, transportasi, lain-lain)

Page 12: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

IX. MEKANISME KOPING

Skor Keterangan Karakteristik

0 Tidak cukup informasi

1 Sangat berat Menyelesaikan masalah dengan memakai

mekanisme pertahanan ego disertai perilaku

menciderai diri

2 Berat Menyelesaiakan masalah dengan memakai

mekanisme pertahanan ego

3 Sedang Tidak mampu menyelesaiakan masalah

dengan cara adaptif meskipun telah dibantu

orang lain

4 Ringan Mampu menyelesaikan masalah dengan cara

adaptif dengan bantuan orang lain

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

o Masalah debgan dukungan kelompok

o Masalah berhubungan dengan lingkungan

o Masalah dengan pendidikan

o Masalah dengan pekerjaan

o Masalah dengan perumahan

o Masalah dengan ekonomi

o Masalah dengan pelayanan kesehatan

o Masalah lainnya

XI. ASPEK PENGETAHUAN

Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang

suatu hal ? seperti : penyakit/gangguan jiwa, sistem pendukung, faktor presipitasi, mekanisme

koping, penyakit fisik, obat-obatan, lainnya.

XII.ASPEK MEDIS

1. Diagnosis medik

2. Terapi medik

Page 13: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

XIII. ANALISA DATA

No. DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. DS : px mengatakan malas mandi, gosok gigi.DO : px terlihat kumal, bau, lusuh.

Deficit perawatan diri

B. Diagnosa

Defisit perawatan diri

C. Rencana Tindakan Keperawatan

No TINDAKAN KEPERAWATANA Pasien

SP I 1 Mengidentifikasi penyebab defisit perawatan diri pasien2 Berdiskusi dengan pasien tentang pentingnya kebersihan diri3 Berdiskusi dengan pasien tentang cara menjaga kebersihan diri4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP II1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2 Menjelaskan cara mandi yang baik3 Membantu pasien mempraktekkan cara mandi yang baik 4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III p1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2 Menjelaskan cara eliminasi yang baik3 Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan memasukkan dalam

jadual4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV p1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2 Menjelaskan cara berdandan3 Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan 4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harianB Keluarga

SP I1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit

perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri

SP II1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan

diriSP III

1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Page 14: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2015/2016

Page 15: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

A. Pengertian

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,

2002).

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa

ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca

indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas,

maka penulis  mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui

panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

B. Klasifikasi

Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :

a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,

biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang

dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %

Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,

gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.

Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidu (olfactory)

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan

seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya

berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

d. Halusinasi peraba (tactile)

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang

terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang

lain.

e. Halusinasi pengecap (gustatory)

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,

merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

f. Halusinasi sinestetik

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui

vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

Page 16: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

g. Halusinasi Kinesthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

C. Etiologi

Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

faktor predisposisi1. biologis

abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai berikut:a. penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas

dalam perkembangan skizofrenb. beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihanc. pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya

atropi yang signifikan pada otak manusia.2. Psikolagis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3. sosial budayakondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi

faktor presipitasisecara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006).Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :

1. biologisganngguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2. Sterss lingkunganAmbang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

3. sumber koping.Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

D. Fase halusinasi

Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):

a. Comforting

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa

bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan

Page 17: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,

menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.

b. Condemning

Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai

lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber

yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat

ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan

darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk

membedakan halusinasi dengan realita.

c. Controling

Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi

dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang

lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada

dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan

orang lain.

d. Consquering

Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti

perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak

mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih

dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

E. Tanda gejala

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku

dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara

tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang

menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya

(apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis

berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :

Page 18: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan

Gejala klinis:

1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai

2) Menggerakkan bibir tanpa bicara

3) Gerakan mata cepat

4) Bicara lambat

5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis:

1) Cemas

2) Konsentrasi menurun

3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis:

1) Cenderung mengikuti halusinasi

2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain

3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).

d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis:

1) Pasien mengikuti halusinasi

2) Tidak mampu mengendalikan diri

3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata

4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Page 19: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

F. Rentan respon Halusinasi

Rentan Respon Neurobiologis

Respon MaladaptifRespon Adaptif

1. Pikiran logis2. Persepsi akurat3. Emosi konsisten dengan

pengalaman4. Perilaku sesuai5. Hubungan sosial

harmonis

1. Kadang proses pikir terganggu

2. Ilusi 3. Emosi

berlebihan/kurang4. Perilaku tidak biasa5. Menarik diri

1. Gangguan proses pikir (waham)

2. Halusinasi3. Kerusakan proses emosi4. Perilaku tidak

terorganisir5. Isolasi sosial

(Stuart dan Laraia 2007)

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya secara umum yang berlaku didalam masyarakat, dimana individu menyelesaikan masalah dalam batas normal yang meliputi :

1. Pikiran logis adalah segala sesuatu  yang diucapkan dan dilaksanakan oleh individu sesuai dengan kenyataan.

2. Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang disadari oleh indra perasaan, dimana dapat membedakan objek yang satu dengan yang lain dan mengenai kualitasnya menurut berbagai sensasi yang dihasilkan.

3. Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan individual sesuai dengan stimulus yang datang.

4. Prilaku sesuai dengan cara berskap individu yang sesuai dengan perannya.5. Hubungan social harmonis dimana individu dapat berinteraksi dan berkomunkasi dengan

orang lain tanpa adanya rasa curiga, bersalah dan tidak senang.

Page 20: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Sedangkan mal adaptif adalah suatu respon yang tidak dapat diterima oleh norma-norma

sosial dan budaya secara umum yang berlaku dimasyarakat, dimana individu dalam

menyelesaikan  masalah tidak berdasarkan norma yang sesuai diantaranya :

1. Gangguan proses pikir / waham adalah ketidakmampuan otak untuk memproses data

secara akurat yang dapat menyebabkan gangguan proses pikir, seperti ketakutan, merasa

hebat, beriman, pikiran terkontrol, pikiran yang terisi dan lain-lain.

2. Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan  informasi yang diterima

otak dari lima indra seperti suara, raba, bau, dan pengelihatan

3. Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan Individu tidak sesuai dengan

stimulus yang datang.

4. Prilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang tidak sesuai dengan

peran

5. Isolasi social adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari lingkungan atau tidak

mau berinteraksi dengan lingkungan

G. Patofisiologi

Menurut Trimelia ( 2012 ), pohon masalah pada klien dengan gangguan sensori

persepsi : halusinasi pendenganran dan perabaan sebagai beriku:

Resiko Prilaku Kekerasan

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial

Page 21: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat

halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan

usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien

jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau

mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya

hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.

Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian

dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,

gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan

2. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan

halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.

Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat

yang di berikan.

3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah

pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi

masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien

atau orang lain yang dekat dengan pasien.

4. Memberi aktivitas pada pasien

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah

raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan

pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak

menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar

ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari

percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki

yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar

jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam

permainan atau aktivitas yang ada.

Page 22: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi

A. Identitas klien

Identitas ditulis lengkap seperti nama, usia dalm tahun, alamat, pendidikan, agama,

status perkawinan, pekerjaan, jenis kelamin, nomer rekam medic dan diagnose medisnya.

B. Alasan Masuk

Menanyakan kepada klien/keluarga/pihak yang berkaitan dan tulis hasilnya, apa yang

menyebabkan klien dating ke rumah sakit, apa yang sudah dilakukan oleh klien/keluarga

sebelumnya atau dirumah untuk mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya.

Pasien dengan halusinasi biasanya dilaporkan oleh keluarga bahwa paien sering

melamun, menyendiri dan terlihat berbicara sendiri, tertawa sendiri.

C. Riwayat Penyakit sekarang dan Faktor Presipitasi

Menanyakan riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa saaf ini, penyebab munculnya

gejala, uapaya yang dilakukan keluarga untuk mengatasi dan bagaimana hasilnya.

D. Factor Predisposisi

Menanyakan apakah pasien perah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan

yang pernah dilakukan sebelumnya, adanya trauma masa lalu, factor genetic dan silsilah

orang tuanya dan pengalaman masa lalu yang tidak menyenagkan.

E. Pemeriksaan Fisik

Mengkaji keadaan umum klien, tanda-tanda vital, tinggi badan/berat badan, ada/tidak

keluhan fisik seperti nyeri dll.

F. Pengkajian Psikososial

1. Genogram

Membuat genogram beserta keterangannya, untuk mengetahui kemungkinan adanya

riwayat genetic yang menyebabkan/menurunkan gangguan jiwa

2. Konsep Diri

a. Citra tubuh, bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuhnya yang

paling/tidak disukai

b. Identitas diri, bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat,

kepuasan klien terhadap suatu/ posisi tersebut, kepuasan klien sebagai laki-laki atau

perempuan.

c. Peran, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas/peran yang

harapannya dalam keluarga, kelompok, masyarakat dan bagaimana kemampuan klien

dalam melaksanakan tugas/peran tersebut.

d. Ideal diri, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas/peran dan

harapan klien terhadap lingkungan.

Page 23: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

e. Harga diri, bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam hubungannya dengan

orang lain sesuai dengan kondisi dan bagaimana penilaian/ penghargaan orang lain

terhadap diri dan lingkungan klien.

3. Hubungan social

Mengkaji siapa orang yang berarti/terdekat dengan klien, bagaimana peran serta dalam

kegiatan dalam kelompok/masyarakat serta ada/tidak hambatan dalam berhubungan

dengan orang lain.

4. Spiritual

Apa agama/keyakinan klien. Bagaimana nilai, norma, pandangan dan keyakinan diri

klien, keluarga dan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa sesuai dengan norma

budaya dan agam yang dianut.

G. Status Mental

1. Penampilan

Observasi penampilan umum klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan,

sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah, kontak mata.

2. Pembicaraan

Bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah cepat, keras. Gagap,

inkoheren, apatis, lambat, membisu dll.

3. Aktivitas motorik (Psikomotor)

Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu dicatat dalam hal tingkat

aktivitas (latergik, tegang, gelisah, agitasi), jenis (tik, seringan, tremor) dan isyarat

tubuh yang tidak wajar.

4. Afek dan emosi

Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang

menyertai suatu pikiran dan berlangsung relative lama dan dengan sedikit komponen

fisiologis/fisik seperti bangga, kecewa.

Emosi adalah manifestasi afek yang ditampilkan/diekspresikan keluar, disertai banyak

komponen fisiologis dan berlangsung relative lebih singkat/spontan seperti sedih,

ketakutan, putus asa, kuatir atau gembira berlebihan.

5. Interaksi selama wawancara

Bagaimana respon klien saat wawancara, kooperatif/tidak, bagaimana kontak mata

dengan perawat dll.

6. Persepsi sensori

Memberikan pertanyaan kepada klien seperti “ apakah anda sering mendengar suara

saat tidak ada orang? Apa anda mendengar suara orang yang tidak dapat anda lihat?

Apa yang dilakukan oleh suara itu. Memeriksa ada/ tidak halusinasi, ilusi.

Page 24: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

7. Proses pikir

Bagaimana proses pikir klien, bagai mana alur pikirnya (koheren/inkoheren), bagaimna

isi pikirnya realistis/ tidak.

8. Kesadaran

Bagaimana tingkat kesadaran klien menurun atau meninggi.

9. Orientasi

Bagaimna orientasi pasien terhadap waktu, tempat dan orang.

10. Memori

Apakah klien mengalami gangguan daya ingat.

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Apakah klien mengalami kesulitan saat berkonsentrasi, bagaimana kemampuan

berhitung klien.

12. Kemampuan penilaian

skor Keterangan karakteristik

0 Tidak ada Tidak cukup informasi

1 Sangat berat Keputusan yang diambil maladaptive dan

prilakunya berisiko membahayakan diri

sendiri dan orang lain

2 Berat Penilaian yang diambil maladaptif

3 Sedang Tidak mampu membuat penilain sederhana

(konstruktif dan adaptif) meskipun telah

mendapatkan bantuan orang lain

4 Ringan Mampu membuat penilaian sederhana dengan

bantuan orang lain

13. Daya tilik diri

Apakah klien mengingkari penyakit yang diderita, apakah klien menyalahkan hal-hal

diluar dirinya

Page 25: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

H. Analisa Data

Data Problem

Subjektif:

Pasien mengatakan mendengar

bisikan/melihat bayangan

Pasien menyatakan senang dengan

suara-suara

Objektif:

Pasien terlihat bicara sendiri, tertawa

sendiri, sering melamun, menyendiri

dan marah tanpa sebab

Gangguan sensori persepsi: halusinasi

I. Diagnose keperawatan

Gangguan sensori persepsi: halusinasi

J. Intervensi

Pasien

SP 1

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien3. Mengidentifikasi waktu halusinasi

pasien4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi

pasien5. Mengidentifikasi situasi yang

menimbulkan halusinasi6. Mengidentifikasi respon pasien

terhadap halusinasi7. Mengajarkan pasien menghardik

halusinasi8. Menganjurkan pasien memasukkan

cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

SP 2

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan oang lain

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga

SP 1

1. Mendiskusikan maslah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tand gejala dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi

SP 2

1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan halusinasi

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi

SP 3

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Page 26: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

SP 3

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan pasien

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratut

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Page 27: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2015/2016

Page 28: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Pengertian Isolasi Sosial : Menarik Diri

Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan

hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya secara wajar dalam

khalayaknya sendiri yang tidak realistis. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang

dialami oleh  seseorang karena orang lain mengatakan sikap negatif atau mengancam.

(Dalami dkk, 2009).

Gangguan hubungan sosial merupakan suatu ganggguan hubungan interpersonal yang

terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku

maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial. (Riyadi Sujono,

2009).

Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan

sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. (Dr.Keliat, 2009).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau

bahkaan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. (Yosep,

2007).

Berdasarkan definisi yang telah disebutkan sebelumnya, jadi dapat disimpulkan bahwa

isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal atau perasaan kesepian yang

dialami oleh seseorang karena akibat penolakan dan sikap negatif serta kepribadian yang

tidak fleksibel sehingga muncul perilaku maladaptif seperti menghindari/kehilangan

hubungan dengan orang, tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran,

prestasi, atau kegagalan, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada

perhatian sehingga fungsi hubungan sosial seseorang terganggu.

Etiologi

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya

perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya

diri, tidak percaya pada orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa

tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang

lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari

terabaikan. (Farida, 2010).

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial antara lain :

a. Menyendiri dalam ruangan

b. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata

c. Sedih, afek datar

d. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya

Page 29: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

e. Berpikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna

f. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain

g. Tidak ad asosiasi antara ide satu dengan yang lainnya

h. Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme)

i. Menggunakan kata yang tak berarti

j. Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara Klien cenderung menarik diri dari

lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri. (Farida, 2010).

Patofisiologi

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi

sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar

belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.

Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangakan

hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami

penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan

diri.

Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah

laku primitif antara lain pembicaraan yang austik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan

kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi. (Dalami, 2009).

Rentang Respons 

Respon Adaptif :                     Respon Maladaptif :

      Solitude Kesepian

Autonom Menarik Diri

Kebersamaan Ketergantungan

Saling Ketergantungan Manipulasi

Implusif

Narkisisme

Keterangan rentang respon :

a. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan kultural dimana

individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal. Adapun respon rentang

adaptif tersebut : 

Solitude atau menyendiri

Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan

sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menentukan langkah

berikutnya.

Page 30: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Otonomi

Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran dan

perasaan dalam hubungan sosia. Individu mampu menetapkan diri untuk

inetrdependen dan mengatur diri.

Mutuality atau Kebersamaan

Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk

memberi dan menerima.

Interdependen atau Saling ketergantungan

Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam hubungan

interpersonal.

b. Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah

yang menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat. Karakteristik

diri perilaku maladaptif tersebut adalah :

Menarik diri

Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan

dengan orang lain untuk mencari ketengan sementara waktu.

Manipulasi

Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain

sebagai objek dan bberorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi

pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

Ketergantungan

Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki.

Implusif

Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak

dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan

kehendak.

Narkisisme

Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan

pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain tidak

mendukung. (Dalami, 2009).

Faktor penyebab

Faktor Predisposisi

a. Faktor Perkembangan

Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social berkembang sesuai

dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai usia lanjut untuk dapat 

mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan setiap tahapan

Page 31: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

perkembangan dapat dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat

menunjang perkembangan respon social maladaptif.

b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk

mengembangkan gangguan tingkah laku.

Sikap bermusuhan/hostilitas

Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak

Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya.

Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak,

hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi

kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara

terbuka dengan musyawarah.

Ekspresi emosi yang tinggi

Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang

membuat bingung dan kecemasannya meningkat)

c. Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung

terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma

yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan

dari lingkungan sosial.

d. Faktor Biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi

skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita

skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah

diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot

persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,

penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat

menyebabkan skizofrenia.

Faktor Presipitasi

Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya

penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai,

kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah

sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

a. Stresor Biokimia

1) Teori dopamine yaitu kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik

serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.

Page 32: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan

dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim

yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan

indikasi terjadinya skizofrenia.

3) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien

skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat

oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon

adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.

4) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik

diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.

b. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial

Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat

interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.

c. Stresor Psikologis

Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu

untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan

memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah

akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.

Menurut teori psikoanalisa perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat

menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego

pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini

berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase

simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.

Mekanisme Koping

Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme

dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis

masalah hubungan yang spesifik (Gail, W Staurt  2006). Koping yang berhubungan dengan

gangguan kepribadian antisosial antara lain proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain,

koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang splitting, formasi reksi,

proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyeksi.

Perilaku

Pada klien gangguan sosial menarik diri yaitu: kurang sopan, apatis, sedih, afek tumpul,

kurang perawatan diri, komunikasi verbal turun, menyendiri, kurang peka terhadap

lingkungan, kurang energy, harga diri rendah dan sikap tidur seperti janin saat tidur.

Sedangkan perilaku pada gangguan sosial curiga meliputi tidak mempercayai orang lain,

Page 33: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

sikap bermusuhan, mengisolasi diri dan paranoia. Kemudian perilaku pada klien dengan

gangguan sosial manipulasi adalah kurang asertif, mengisolasi diri dari lingkungan, harga

diri rendah, dan sangat tergantung pada orang lain.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis :

a. Electro Convulsive Therapy (ECT)

Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus

listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan

dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan

kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon

bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia

dalam otak.

Indikasi :

1) Depresi mayor

Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada perhatian lagi

terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan yang berlebihan dan

adanya ide bunuh diri yang menetap.

Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan respon

membaik pada ECT.

Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan atau

klien tidak dapat menerima antidepresan.

2) Maniak

Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau terapi lain

berbahaya bagi klien.

3) Skizofrenia

Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada

skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.

b. Psikoterapi

Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting dalam

proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan

tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien

apa adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara

verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada klien.

c. Terapi Okupasi

Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam

melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk

memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.

Page 34: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Penatalaksanaan Keperawatan :

Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:

a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

1) Pengertian

TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada

sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.

2) Tujuan

Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku

yang destruktif dan maladaptif.

3) Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien dengan isolasi sosial

adalah TAK Sosialisasi dimana klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan

individu yang ada di sekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap

dari interpersonal, kelompok dan massa.

Page 35: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Pengkajian

a. Data yang dikaji

1. Wawancara :

Merasa sepi

Merasa tidak aman

Hubungan tidak berarti

Bosan dan waktu terasa lambat

Tidak mampu konsentrasi

Merasa tidak berguna

Tidak yakin hidup

Merasa ditolak.

2. Observasi

Banyak diam

Tidak mau bicara

Menyendiri

Tidak mau berinteraksi

Tampak sedih

Ekspresi datar dan dangkal

Kontak mata kurang.

Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi Sosial : Menarik Diri

Intervensi Keperawatan

Intervensi Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. Pasien

SP 1 :

Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan

orang lain dalam kegiatan harian

SP 2 :

Page 36: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan

satu orang

Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain

sebagai salah satu kegiatan harian

SP 3 :

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih

Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

b. Keluarga

SP 1 :

Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien

beserta proses terjadinya

Menjelaskan cara - cara merawat pasien isolasi sosial

SP 2 :

Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial

Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial

SP 3 :

Membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum obat

(Discharge planning)

Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

Page 37: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUANPERUBAHAN PROSES PIKIR : WAHAM

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2015/2016

Page 38: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

A.     Pengertian

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang

salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang

budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti

adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya.

(Budi Anna Keliat,1999).

Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai

dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu

dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya

atau kesalahannya atau tidak benar secara umum. (Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI,

2005).

Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat dikurangi

dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)

B.    Tanda dan Gejala :

1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,

kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai

kenyataan

2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain

3. Curiga

4. Bermusuhan

5. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)

6. Takut, sangat waspada

7. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas

8. Ekspresi wajah tegang

9. Mudah tersinggung

C.     Macam – macam waham yaitu :

1.      Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat

supranatural

2.      Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh

3.      Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa

4.      Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dengan

orang lain

5.      Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar

Page 39: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

6.      Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya

7.      Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain

D.    RENTANG RESPON WAHAM

Respon Adaptif <-----------------------------------> Respon Maladaptif

Pikiran Logis                         Distorsi Pikiran                          Gangguan Pikiran

1. Persepsi Kuat               1. Ilusi                                   1. Sulit Berespon

2. Emosi Konsisten            2. Reaksi Emosi                     2. Emosi

Dengan Pengalaman  Berlebihan                           3. Perilaku kacau

3. Perilaku Sesuai

4. Berhubungan Sesuai

Rentang respon waham yaitu ada respon adaptif dan ada respon maladaptif :

Respon adaptif terdapat pikiran yang logis. Dibagi beberapa bagian :

a. Persepsi Kuat : dimana apa yang diyakini seseorang tersebut sangatlah kuat dan tidak

bisa di ganggu gugat, serta dapat dibuktikan kebenarannya.

b. Emosi Konsisten : pengalaman bisa membuat seseorang mengalami atau mempunyai

emosi yang stabil atau tetap.

c. Perilaku sesuai : perilaku tidak menyimpang dari kenyataan yang ada

d. Berhubungan sesuai : dalam berhubungan antar teman dan keluarga berbeda, jadi

seaharusnya dalam berhubungan kita harus dapat menyesuaikan diri.

Dalam rentang respon ada Distorsi pikiran, terdiri dari :

a. Ilusi : keadaan proses berfikir yang tidak benar tentang mengartikan suatu benda.

b. Reaksi Emosi : dimana tingkat emosi seseorang meningkat, tidak lagi stabil atau

konstan.

Rentang respon maladaptif terdapat gangguan pikiran. Terbagi beberapa masalah :

a. Sulit Berespon : sesorang yang terganggu pikirannya akan susah sekali untuk diajak

berinteraksi.

b. Emosi : dalam tingkatan ini emosi seseorang sudah tidak lagi bisa terkontrol, dia mudah

marah, dan mudah tersinggung.

c. Perilaku kacau : dimana seseorang berprilaku tidak sesuai dengan keadaan, mereka

menunjukan prilaku yang sesuai dengan pola pikir mereka tersebut.

Page 40: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

E.     Penyebab

Faktor presdisposisi

Faktor perkembangan

Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat

meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan presepsi, klien menekankan

perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif

Faktor sosial budaya

Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya waham

Faktor psikologis

Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan ansietas dan

berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan

Faktor biologis

Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak atau

perubahan pada sel kortikal dan lindik

Faktor genetik

Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia

Faktor presipitasi

Faktor sosial budaya

Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di

asingkan dari kelompok.

Faktor biokimia

Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi penyebab

waham pada seseorang

Faktor psikologis

Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi masalah

sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang

menyenagkan.

Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri:

harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat

digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa

gagal mencapai keinginan.

Page 41: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Tanda-tanda dan Gejala Waham

a. Menolak makan

b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri

c. Ekspresi wajah sedih / gembira / ketakutan

d. Gerakan tidak terkontrol

e. Mudah tersinggung

f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan

g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan

h. Menghindar dari orang lain

i. Mendominasi pembicaraan

j. Berbicara kasar

k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

F.     POHON MASALAH

Resiko ----- Resiko Perilaku Kekerasan

CP ---------- Perubahan proses pikir: waham

Etiologi ---- Gangguan konsep diri: harga diri rendah

G.   Akibat dari Waham

Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan

lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/

membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala :

1.      Memperlihatkan permusuhan

2.      Mendekati orang lain dengan ancaman

3.      Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai

4.      Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan

5.      Mempunyai rencana untuk melukai

Page 42: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

H.    Proses Berpikir

Arus Pikir

a. Koheren : Kalimat / pembicaran dapat difahami dengan baik.

b. Inkoheren : Kalimat tidak terbentuk, pembicaraan sulit difahami.

c. Sirkumstansial : Pembicaraan yangberbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan.

d. Tangensial : Pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan pembicaraan.

e. Asosiasi longgar : Pembicaraan tidak ada hubungan antara kalimat yang satu dengan

kalimat yang lainnya, dan klien tidak menyadarinya.

f. Flight of ideas : Pembicaraan yang melompat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada

hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.

g. Blocking : Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan

kembali.

h. Perseverasi : Berulang-ulang menceritakan suatu ide, tema secara berlebihan.

i. Logorea : Pembicaraan cepat tidak terhenti.

j. Neologisme : Membentuk kata-kata baru yang tidak difahami oleh umum.

k. Irelefansi : Ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang

sedang dibicarakan.

l. Assosiasi bunyi : Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi

m. Main kata-kata : Membuat sajak secara tidak wajar.

n. Afasi : Bisa sensorik (tidakmengerti pembicaraan orang lain), motorik (tidak bisa atau

sukar berbicara)

Isi Pikir

1. Obsesif : Pikiran yang selalu muncul meski klien berusaha menghilangkannya

2. Phobia : Ketakutan yang pathologis / tidak logis terhadap obyek / situasi tertentu

3. Ekstasi : Kegembiraan yang luar biasa

4. Fantasi : Isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diinginkan

5. Bunuh diri : Ide bunuh diri

6. Ideas of reference : Pembicaraan orang lain, benda-benda atau suatu kejadian yang

dihubungkan dengan dirinya.

7. Pikiran magis : Keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang

mustahil / diluar kemampuannya

8. Alienasi : Perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda atau asing

9. Rendah diri : Merendahkan atau menghina diri sendiri, menyalahkan diri sendiri tentang

suatu hal yang pernah atu tidak pernah dilakukan

10. Pesimisme : Mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal dalam hidupnya

Page 43: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Bentuk pikir

a. Realistik : Cara berfikir sesuai kenyataan atau realita yang ada

b. Non realistic : Cara berfikir yang tidak sesuai dengan kenyataan

c. Autistik : Cara berfikir berdasarkan lamunan / fantasi / halusinasi / wahamnya sendiri

d. Dereistik : Cara berfikir dimana proses mentalnya tidak ada sangkut pautnya dengan

kenyataan, logika atau pengalaman.

I.       Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1.      Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir : waham

Data Subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan

dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Data objektif :

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain,

lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/ realitas,

ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.

Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

Page 44: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Intervensi Keperawatan waham :

Pasien

SP 1

1. Membantu orientasi realita

2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak

terpenuhi

3. Membantu pasien memenuhi

kebutuhannya

4. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

SP 2

1. Mejadwal kegiatan harian pasien

2. Berdiskusi tentang kemampuan yang

dimiliki

3. Melatih kemampuan yang dimiliki

SP 3

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan

tentang penggunaan obat secara teratur

3. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga

SP 1

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda gejala

dan jenis waham yang dialami pasien

beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien

waham

SP 2

1. Melatih keluarga mempraktikkan cara

merawat pasien dengan waham

2. Melatih keluarga melakukan cara

merawat langsung kepada pasien

waham

SP 3

1. Membantu keluarga membuat jadwal

aktivitas dirumah termasuk minum obat

2. Mendiskusikan sumber rujukan yang

bisa dijangkau keluarga

Page 45: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUANPRILAKU KEKERASAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2015/2016  

Page 46: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

A. Pengertian

Prilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal

tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.

(Stuart dan Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal

tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.

(Stuart dan Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007; hal, 146).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara

fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000).

Sedangkan menurut Carpenito 2000, perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-

individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.

Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan yang

dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan.

B. Etiologi

Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga

diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan

negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang

diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak

mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan

keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

C. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan

a. Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan  menurut

teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan  oleh Towsend

(1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:

1. Teori Biologik

Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:

a) Neurobiologik

Page 47: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls  agresif: sistem

limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai

peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem

limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada

gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial

perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak

mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan

agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi

memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam

menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan

berinteraksi dengan pusat agresif.

b) Biokimia

Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan

serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif.

Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye

dalam teorinya tentang respons terhadap stress.

c) Genetik

Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif

dengan genetik karyotype XYY.

d) Gangguan Otak

Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan

tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan

lobus temporal; trauma otak, yang  menimbulkan perubahan serebral; dan

penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti

berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2. Teori Psikologik

a) Teori Psikoanalitik

Teori ini menjelaskan tidak  terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan

kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan

membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan

dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti  dalam

kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan

secara terbuka terhadap rasa  ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

b) Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang

tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai

prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang

positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap

Page 48: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka

mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya

ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak

mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan

setelah dewasa.

3. Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial

terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima

perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga

berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa

kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk

yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku

kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup

individu.

b. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan 

dengan (Yosep, 2009):

1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam

sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan

sebagainya.

2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.

3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak

membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan

dalam menyelesaikan konflik.

4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya

sebagai seorang yang dewasa.

5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme

dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.

6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap

perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

D. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yaitu;

a. Muka merah dan tegang

b. Pandangan tajam

c. Mengatupkan rahang dengan kuat

d. Mengepalkan tangan

Page 49: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

e. Jalan mondar-mandir

f. Bicara kasar

g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

h. Mengancam secara verbal atau fisik

i. Melempar atau memukul benda/orang lain

j. Merusak barang atau benda

k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan

E. Rentang Respon

Rentang adaptif Respon Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif kekerasan

Keterangan :a. Asertif

individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan

ketenangan.

b. Frustasi

Individu gagal mencapai tujuan kupuasan saat marah dan tidak dapat menemukan

alternative

c. Pasif

Individu tidak dapat mengungkapkan perasaanya

d. Agresif

Prilaku yang menyertai marah terhadap dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol

e. Kekerasan

Perasan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control

Page 50: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Perbandingan antara prilaku asertif, pasif, agrsif / kekerasan

Pasif Asertif Agresif

Isi

pembicar

aan

Negatif menurun

menandakan diit,

contoh

“dapatkah saya?”

“Dapatkah

kamu ?”

Positif dan

menwarkan diri,

contoh :

“saya dapat….

“saya akan….

Menyombongkan diri,

memindahkan orang lain

contoh

“ kamu selalu….”

“kamu tidak pernah…”

Tekanan

suara

Cepat lambat ,

mengeluh.

Sedang Keras dan mengotot

Posisi

badan

Menundukan

kepala

Tegap dan santai Kaku, cenderung

Jarak Menjaga jarak

dengan sikap acuh

mengabaikan

Mempertahankan

jarak yang nyaman

Siap dengan jarak dan

menyerang orang lain

Penampil

an

Loyo, tidak dapat

tenang

Sikap tenang Mengancam posisi

menyerang

Kontak

mata

Sedikit/ sama

sekali tidak

Mepmpertahankan

kontak mata sesuai

dengan hubungan

Mata melotot dan di

pertahankan

F. Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai orang lain, diri sendiri,dan lingkungan

Prilaku kekerasan

PPS

Halusinasi

 

Regimen terapeutik HDR kronis isolasi sosial

Inefektif

 

Koping keluarga berduka disfungsional

Tdk efektif

Page 51: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

G. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

a.    Prilaku kekerasan

b.   Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

c.    Perubahan persepsi sensori : halusinasi

d.   Harga diri rendah kronis

e.    Isolasi sosial

f.    Berduka disfungsional

g.   Penaktalaksanaan regimen terapeutik inefektif

h.   Koping keluarga inefektif

H. Data yang perlu dikaji

Masalah Keperawatan Data yang perlu di kaji

Perilaku Kekersan Subjektif

        Klien mengancam

        Klien mengumpat dengan kata-kata kotor

        Klien mengaatkan dendam dan jengkel

        Klien mengatakan ingin berkelahi

        Klien mengatakan menyalahkan dan menuntut

        Klien meremehkan

Objektif

         Mata melotot/pandangan tajam

         Tangan mengepal

         Rahang mengatup

         Wajah memerah dan tegang

         Postur tubuh kaku

         Suara keras

Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai berikut:

a.       Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah

b.      Stimulus lingkungan

c.       Konflik interpersonal

d.      Status mental

e.       Putus obat

f.       Penyalahgunaan narkoba

I. Diagnosa keperawatan.

Perilaku Kekerasan

Page 52: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

J. Rencana Tindakan Keperawatan

Pasien

SP 1

1. Mengidentifikasi penyebab PK2. Mengidentifikasi tand gejala PK3. Mengidentifikasi PK yang dilkukan4. Menidentifikasi akibat PK5. Menyebutkan cara mengontrol PK6. Membantu pasien mempraktikkan

latihan cara mengontrol PK7. Mengnjurkan pasien memasukkan

dalam kegiatan harianSP 2

1. Menevaluasi jadwal kegiatan harian pesien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian

SP 3

1. Menevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 5

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga

SP 1

1. Mendiskusikan masalah yang dirasaka keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian PK, tanda gejala serta proses tejadinya PK

3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK

SP 2

1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan PK

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK

SP 3

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Page 53: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2015/2016

Page 54: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

A. Definisi

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa

seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau harapan

langsung menghasilkan perasaan bahagia. (Budi Ana Keliat, 1998).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang

negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan.

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat

bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.(Stuart dan Sundeen, 2005).

Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap diri dan kemampuan yang

diekspresikan secara langsung dan tidak langsung (Bawlis,2002).

Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan

memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa – apa, tidak kompeten,

gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang

dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan

kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya, entah itu

menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain (Rini, J.F, 2002).

Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa harga diri rendah adalah sebagai

perasaan negative terhadap diri sendiri dalam kepercayaan diri yang gagal mencapai keinginan.

B. Konsep Diri

Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :

1. Citra tubuh (Body Image)

Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak

disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan

tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan

dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).

2. Ideal Diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan

standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga

disebut bahwa ideal diri sama dengan cita – cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.

3. Identitas Diri (Self Identifity)

Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap

kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 1998).

Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan

tapi merupakan tugas utama pada masa remaja

4. Peran Diri (Self Role)

Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan

fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah peran dimana

Page 55: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau

dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen, 1998).

5. Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang

tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun

melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga

(Stuart & Sundeen, 1998.

C. Rentang HDR

Rentang harga diri rendah :

1. Aktualisasi diri

Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif.

2. Konsep diri positif

Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan sesuai dengan

kenyataan.

3. Harga diri rendah

Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai

keinginan.

4. Kerancunan identitas

Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa dewasa, sifat

kepribadian yang bertentangan perasaan hampa dan lain-lain.

5. Dipersonalisasi

Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu dan sedih karena

orang lain.

Kepribadian yang sehat mempunyai konsep diri sebagai berikut :

1. Konsep diri posistif

2. Gambaran diri yang tepat dan positif

3. Ideal diri yang realistis

4. Harga diri yang tinggi

5. Penampilan diri yang memuaskan

6. Identitas yang jelas

D. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi

adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan

kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan berharga.

Page 56: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui

tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.Umumnya disertai oleh evalauasi diri yang

negative membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :

1. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus

sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah

karena prifasi yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan

alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai

karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.

2. Kronik

Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat.

Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah

persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive,

kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien

gangguan jiwa.

E. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak

realistic. Tergantung pada orang tua dan ideal diri yang tidak realistic. Misalnya ; orang tua

tidak percaya pada anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah

a. Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain, harapan orang tua yang

tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab

personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan peran kerja,

harapan peran kultural.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak percayaan orang tua

tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam stuktural sosial

2. Faktor Presipitasi

a. Ketegangan peran

Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau posisi

b. Konflik peran

Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan

c. Peran yang tidak jelas

Kurangnya pengetahuan individu tentang peran

Page 57: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

d. Peran yang berlebihan

Menampilkan seperangkat peran yang konpleks

e. Perkembangn transisi

Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri

f. Situasi transisi peran

Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu

g. Transisi peran sehat-sakit

Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan, prosedur pengobatan

dan perawatan.

F. Manifestasi klinis (Gejala dan Tanda)

Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit. Misalnya

malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis

seperti kanker.

1. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke RS menyalahkan

dan mengejek diri sendiri.

2. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang bodoh

dan tidak tahu apa – apa.

3. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu orang lain, lebih suka

menyendiri.

4. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin memilih

alternatif tindakan.

5. Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram mungin klien ingin

mengakhiri kehidupan.

Menurut Struart & Sundden (1998) perilaku klien HDR ditunjukkan tanda – tanda sebagai

berikut :

1. Produktivitas menurun.

2. Mengukur diri sendiri dan orang lain.

3. Destructif pada orang lain.

4. Gangguan dalam berhubungan.

5. Perasaan tidak mampu.

6. Rasa bersalah.

7. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.

8. Perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri.

9. Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.

10. Pandangan hidup yang pesimis.

11. Keluhan fisik.

Page 58: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

12. Pandangan hidup yang bertentangan.

13. Penolakan terhadap kemampuan personal.

14. Destruktif terhadap diri sendiri.

15. Menolak diri secara sosial.

16. Penyalahgunaan obat.

17. Menarik diri dan realitas.

18. Khawatir.

G. Akibat harga diri rendah berkepanjangan (kronis).

Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul dengan

orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan

kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi

seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).

H. Patopsikologi

Menurut Stuart (2005), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung harga diri rendah meliputi

penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang

mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak

realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran gender, tuntutan peran kerja,

dan harapan peran budaya. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi

ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.

Sedangkan faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma seperti penganiayaan

seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang megancam kehidupan dan ketegangan

peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami

frustrasi.

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam

berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh

permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan

emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien

semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman

tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak

tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas

daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Semakin klien

menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan

orang lain.

Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri rendah yaitu mengkritik

diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai

Page 59: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Curiga

Intoleransi aktivitas Rendah

Distress spiritualHarga Diri Rendah

Kurang Percaya DiriDefisit perawatan diri Rendah

Resiko amukIsolasi Sosial Halusinasi

keinginan,gangguan dalam berhubungan, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan

pada orang lain, rasa bersalah, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis,

adanya keluhan fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik diri secara

realitas,penyalahgunaan zat dan menarik diri secara sosial.(Stuart & Sundeen, 1998, hal.

230).Melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak ditanggulangi secara intensif akan

menimbulkan distress spiritual, perubahan proses pikir (curiga), perubahan interaksi sosial

(menarik diri) dan resiko terjadi amuk.

WOC

I. Penatalaksanaan MedisMenurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan

sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada

masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :

1. Psikofarmaka

Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.

b. Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.

c. Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif

maupun gejala negative skizofrenia.

d. Tidak menyebabkan kantuk

e. Memperbaiki pola tidur

f. Tidak menyebabkan lemas otot.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan

resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan

golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya

chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi

kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan

aripiprazole.

Page 60: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

2. Psikoterapi

Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,

penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena

bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk

mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)

3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan

melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi

kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral

atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)

4. Therapy Modalitas

Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang

ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan

keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri

sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi

skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang

nyata.

Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi

kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok

stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005). Dari

empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu

dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi

persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang

mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk

didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau

alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).

J. Konsep Askep

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk

rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.

b. Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah

sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang

dicapai.

c. Faktor predisposisi

Page 61: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa

lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi

psikologis, biologis, dan social budaya.

d. Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik

yang dialami oleh klien.

e. Aspek psikososial

1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi

2) Konsep diri

3) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang

diikuti dalam masyarakat

4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

f. Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,

interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,

tingkat konsentrasi, dan berhitung.

g. Kebutuhan persiapan pulang

1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan

merapikan pakaian.

3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

h. Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,

menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang

lain.

i. Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,

pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

j. Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

k. Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,

okopasional, TAK dan rehabilitas.

Page 62: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Keliat ( 1999 ), diagnosa yang lazzim muncul pada pasien dengan gangguan konsep diri

: harga diri rendah adalah :

a. Gangguan harga diri rendaah

b. Keputus asaan

c. Isolasi sosial : menarik diri

d. Resiko perilaku social

3. Intervensi Keperawatan

Pasien

SP 1

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien

2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan

3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien

4. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih

5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keerhasilan klien

6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 2

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih kemampuan kedua

3. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

Keluarga

SP 1

1. Mendiskusikan masalah ynag dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah

SP 2

1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah

SP 3

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Page 63: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2015/2016

Page 64: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

A. Pengertian

Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri

sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa.

(Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009).

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan,

individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan hasratnya untuk mati. Perilaku

bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan

mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010).

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.

(Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009.)

Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk

mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk memecahkan

masalah yang dihadapi.

(Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan

Gangguan Jiwa ).

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk

mengakhiri kehidupannya.Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri

memiliki 4 pengertian, antara lain:

1) Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional

2) Bunuh diri dilakukan dengan intensi

3) Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri

4) Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),

misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau

secara sengaja berada di rel kereta api.

B. Etiologi

1. Faktor predisposisi

Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang siklus

kehidupan (Fitria, 2009):

a. Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan

bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (ganggan afektif, penyalagunaan zat, dan

skizofrenia).

b. Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan risiko bunuh diri

adalah antipasti, impulsive, dan depresi.

c. Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan

dukungan social, kejadian-kkejadian negative dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan,

atau bahkan perceraian.

Page 65: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

d. Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan

faktor penting yang dpaat menyebabkan seseorang melakukan tinfdakan bunuh diri.

e. Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terdapat

peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan

dopamine yang dapat dilihat dengan EEG.

Menurut Iyus Yosep (2010), terdapat beberapa factor yang berpengaruh dalam bunuh diri,

anatara lain:

a. Faktor mood dan biokimia otak.

b. Faktor riwayat gangguan mental.

c. Faktor meniru, imitasi, dan factor pembelajaran.

d. Faktor isolasi sosial dan human relations.

e. Faktor hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasar.

f. Faktor religiusitas.

2. Faktor Presipitasi

Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang dialami oleh individu.

Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang memalukan, melihat atau membaca melalui

media tentang orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri (Fitria, 2009).

C. Manifestasi Klinis

Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :

1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.

2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.

3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

4. Impulsif.

5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan).

8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan

diri).

9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan

menyalahgunakan alcohol).

10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).

11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam

karier).

12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.

13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

14. Pekerjaan.

Page 66: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

15. Konflik interpersonal.

16. Latar belakang keluarga.

17. Orientasi seksual.

18. Sumber-sumber personal.

19. Sumber-sumber social.

20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

D. Akibat

Klien dengan resiko bunuh diri dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya atau mencederai

dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot,

membakar rumah, dll.

E. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah

F. Penatalaksanaan

Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan darurat di RS,

dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau

keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis.

Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria

yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka

sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan

beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik.

Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien

dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan

psikoterapi.

Page 67: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Masalah keperawatan

a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

b. Resiko bunuh diri

c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

2. Data yang perlu dikaji

a. Resiko bunuh diri

DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.

DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

1) Data subjektif

a) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya

b) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli

c) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa

d) Mengungkapkan dirinya tidak berguna

e) Mengkritik diri sendiri

2) Data objektif

a) Merusak diri sendiri

b) Merusak orang lain

c) Menarik diri dari hubungan sosial

d) Tampak mudah tersinggung

e) Tidak mau makan dan tidak tidur

c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

1) Data subyektif

Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin

membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

2) Data obyektif

Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan

kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Core Problem : Resiko bunuh diri

Diaggnosa Penyerta : Gangguan konsep diri : harga diri rendah (HDR)

Page 68: LP 7 Diagnosa Utama Keperawatan Jiwa

I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWAAN

PasienSP 1

1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien

2. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien

3. Melakukan kontrak treatment4. Mengajarkan cara mengendalikan

dorongan bunuh diri5. Melatih cara mengendalikan dorongan

bunuh diri

SP 21. Mengidentifikasi aspek positif pasien2. Mendorong apsien untuk berpikir

positif terhadap diri3. Mendorong pasien untuk menghargai

diri sebagai individu yang berharga

SP 31. Mengidentivikasi pola koping yang

biasa diterapkan pasien2. Menilai pola koping yang biasa

dilakukan3. Mengidentifikasi pola koping yang

konstruktif4. Mendorong pasien memilih pola

koping yang konstruktif5. Menganjurkan pasien menerapkan

pola koping konstruktif dalam kegiatan harian

SP 41. Membuat rencana masa depan yang

realistis bersama pasien2. Mengidentifikasi cara mencapai

rencana masa depan yang realistis3. Memberi dorongan pasien melakukan

kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis

KeluargaSP 1

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda gejala resiko bunuh diri dan jenis prilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri

SP 21. Melatih keluarga mempraktikkan cara

merawat pasien dengan resiko bunuh diri

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien resiko dunuh diri

SP 31. Membantu keliarga membuat jadwal

aktivitas dirumah termasuk minum obat

2. Mendiskusikan sumber rujukan yang biasa dijangkau oleh keluarga