laporan tutorial blok 3.1 lbm 4

19
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 4 “Infeksi Saluran Pernafasan” BLOK : 3.1 Pembimbing : Sri Setiyarini, S.Kp., M.Kes. KELOMPOK 5 PANDU HERBOWO 14655 KARINA KRISTIANTI 14277 INTAN DEWI RAMADHANI 14317 INDRIANI SAFILA 14347 INDAH PURNAMA SARI 14409 HERLINA RISTANTI 14467 HIKMAHTIKA W. A. 14523 FATMA ZAKI RAMADANI 14579 FIRLY LAILY NUZLIA 14590 FIRDA ULFAH AULIA 14672 HERLINA N SILABAN 14732 PUTI DAMAYANTI 14230 KARUNIA SHOLICHAH 14733 NURMA DWI S. 14557 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Upload: hikmahtika-corleone

Post on 29-Dec-2015

100 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan tutorial LBM 4 Blok 3.1 2014

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 4

“Infeksi Saluran Pernafasan”

BLOK : 3.1

Pembimbing : Sri Setiyarini, S.Kp., M.Kes.

KELOMPOK 5

PANDU HERBOWO 14655

KARINA KRISTIANTI 14277

INTAN DEWI RAMADHANI 14317

INDRIANI SAFILA 14347

INDAH PURNAMA SARI 14409

HERLINA RISTANTI 14467

HIKMAHTIKA W. A. 14523

FATMA ZAKI RAMADANI 14579

FIRLY LAILY NUZLIA 14590

FIRDA ULFAH AULIA 14672

HERLINA N SILABAN 14732

PUTI DAMAYANTI 14230

KARUNIA SHOLICHAH 14733

NURMA DWI S. 14557

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2013

Page 2: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

Blok : 3.1 Hadir :14

Minggu : 5 Tidak hadir : -

Tanggal : 7 Oktober 2013

Acara : tutorial

Nama tutor : Sri Setiyarini, S.Kp., M.Kes.

Ketua : Herlina N Silaban (14732)

Sekretaris : 1. Karunia Sholichah (14733)

2. Indah Purnama S. (14409)

Step 1

1. Faringitis : penyakit peradangan yang menyerang tenggorokan, disebabkan bakteri

streptococcus. Tanda gejala salah satunya kesulitan saat menelan.

Step 2

1. Apakah itu ISPA? Apa sajakah penyakit yang termasuk ke dalam ISPA?

2. Apa sajakah pemeriksaan untuk mengetahui penyakit penyerta pada an.Wartini?

3. Apakah asama itu berisiko untuk ISPA?

4. Apa sajakah kemungkinan penyakit pernyerta pada an.Wartini?

5. Apa saja manifestasi klinis ISPA & asma?

6. Bagaimana patofisiologi dari ISPA dan asma?

7. Adakah perbedaan ISPA pada anak dan dewasa dari segi penularannya?

Infeksi Saluran Pernafasan

Anak Wartini (10 tahun), sudah selamatiga hari ini batuk-batuk, badannya panas dan kesulitan istirahat. Satu hari terakhir, kondisinya semakin menurun karena sesak nafasnya. Wati dibawa ibunya ke rumah sakit dan berdasarkan pemerikasaan oleh perawat dan dokter didapatkan data bahwa RR: 28 kali/menit, terdapat sesak nafas, mengi, batuk berdahak dan faringitis. Saat bersamaan, dokter juga melakukan pemerikasaan untuk mengetahui apakah ada penyakit penyerta pada anak Wartini. An. Wartini dikatakan menderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan asma.

Page 3: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

8. Bagaimanakah tingkatan untuk ISPA dan asma?

9. Apa sajakah komplikasi yang ditimbulkan oleh ISPA dan asma?

10. Bagaimanakah perbedaan struktur anatomi dan fisiologi saluran pernafasan anak dan

dewasa, dan perbedaan struktur fungsinya?

11. Bagaimanakah hubungan antara ISPA dengan asma?

12. Apa sajakah factor yang menyebabkan terjadinya ISPA dan asma?

13. Bagaimankah penularan ISPA?

14. Bagaimanakah ASKEP pada kasus dan pemeriksaan penunjangnya?

15. Termasuk dalam tingkatan manakah kasus An. Wartini?

16. Apakah penyakit yang lebih berisiko pada kematian antara ISPA dan asma?

STEP 3

1. ISPA : infeksi saluran pernafasan akut, yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Dibagi

menjadi 2 yaitu atas dan bawah. Atas termasuk rongga hidung. Bawah termasuk

pneumonia.

2. Asma: ISPA:

- Allergen, debu - infeksi influenza

- Terpapar hewan - stress

- Infeksi - asap kendaraan & rokok

- Latihan fisik yang terlalu berat - kekurangan vit D+C

- Factor keturunan - imunitas

- Cuaca, dingin - usia, jenis kelamin

- lingkungan, kontruksi rumah

- kebiasaan memasak

3. Asma berisiko terhadap ISPA disebabkan factor pencetus yang sama. ISPA menimbulkan

asma, namun asma belum tentu ISPA.

4. LO

5. Manifestasi klinis ISPA:

- Demam, muntah, suara nafas weezing, stridor

- Dahak banyak, bisa juga keluar darah

- Nyeri dada dan limfatik

- Hidung tersumbat

- Kehilangan nafsu makan

Page 4: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

- Gatal ditenggorokan

Manifestasi klinis asma:

- Sesak, mengi

- Gatal ditenggorokan

- Batuk dimalam hari

6. 3 tahap ISPA :

- Prepatogenesis

- Inkubasi

- Dini penyakit

Asma : allergen masuk pengeluaran histamine diparu-paru asma

Asma : fase cepat dan fase lambat

7,8. ISPA menyerang lebih sering menyerang anak-anak karena imunitas yang rendah, infeksi

silang juga bisa terjadi, anatomi dan fisiologi system pernafasan pada anak juga lebih

rentan. Anak diatas dua tahun lebih rentan.

9. LO

10. LO

11. LO

12. Asma: ISPA:

- allergen, debu - Infeksi influenza

- infeksi - stress

- latihan fisik terlalu berat - asap kendaraan dan rook

- faktor keturunan - kekurangan vit D+C

- cuaca dingin - Imunitas

- usia, jenis kelamin

- lingkungan, konstruksi rumah

- kebiasaan memasak

13. Melalui udara

14. LO

15. Sedang, karena An. Wartini demam >39°C, da nada batuk stridor

16. Lebih berisiko ISPA, penyebab kematian terbesar ke-2 setelah diare pada anak.

STEP 4

12. VIT C untuk imunitas, otomatis jika kekurangan maka akan lebih mudah terserang ISPA

VIT D ISPA dapat meningkatkan aktivasi vit D. Pada epitel sel diaktifkannya vit D ketika ada pathogen atau bakteri yang masuk.

Page 5: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

STEP 5

LO:

1. Apa sajakah macam-macam penyakit ISPA?

2. Bagaimanakah patofisiologi ISPA dan asma?

3. Apa sajakah komplikasi dari masing-masing ISPA dan asma?

4. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi pernafasan anak dan dewasa?

5. Bagaimanakah hubungan ISPA dan asma?

6. Apa sajakah kemungkinan penyakit penyerta pada An. Wartini?

7. Apa sajakah pemeriksaan diagnostic pada ISPA dan asma secara umum?

8. Manakah yang lebih berisiko terhadap kematian, ISPA atau asma?

9. Bagaimanakah perbedaan ISPA dan asma dan sisi penularan pada ISPA dan asma?

10. Askep pada kasus dan pemeriksaan penunjang yang sesuai?

STEP 6

Mancari literatur

STEP 7

1. Apa sajakah macam-macam penyakit ISPA?

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang

menyerang tenggorokan, hidung, dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari,

ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai

bagian saluran atas dan bawah secara stimulant atau berurutan (Muttaqin, 2003). ISPA

adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan

ISPA Asma

Anak

Faktor mempengaruhi

Patofisiologi

PemeriksaanASKEP AsmaASKEP ISPAPemeriksaan

Evaluasi

Resiko kematian

komplikasi

penularan

TingkatanTingkatan

Penyakit penyertaPenyakit penyerta

Tanda GejalaTanda Gejala

Page 6: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga

telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003)

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002):

a. ISPA ringan

Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek, dan

sesak

b. ISPA sedang

Apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 39°C dan bila bernafas

mengeluarkan suara seperti mengorok.

c. ISPA berat

Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan

menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan untuk

golongan umur 2 bulan – 5 tahun (Muttaqin, 2008)

a. Golongan umur kurang 2 bulan

1. Pneumonia berat

Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat dinding pada bagian bawah atau nafas

cepat. Batas nafas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x permenit atau

lebih.

2. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat.

Tanda bahaya untuk golongann umur kurang 2 bulan, yaitu: kurang bisa minum

(kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari ½ volume yang biasa

diminum), kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam/dingin

b. Golongan umur 2 bulan-5 tahun

1. Pneumonia berat

Bila disertai nafas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam

pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan

tenang, tidak menangis atau meronta)

2. Pneumonia sedang

Bila disertai nafas cepat. Batas nafas cepat ialah:

a. Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih

Page 7: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

b. Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih

3. Bukan pneumonia

Bila ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat. Tanda

bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5tahun yaitu:

a. Tidak bisa minum

b. Kejang

c. Kesadaran menurun

d. Stridor

e. Gizi buruk

Macam penyakit ISPA :

A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut bagian ATAS

- Rinitis :

- Sinusitis : Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal.

Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya didahului oleh

infeksi saluran napas atas.

- Faringitis : Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke

jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis,

rhinitis dan laryngitis.

- Laringitis : peradangan laryng

- Tonsilitis : peradangan pada tonsil

B. Infeksi Saluran Pernapasan Akut bagian BAWAH

- Bronkhitis : Bronkhitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial.

Peradangan tidak meluas sampai alveoli.

- Bronkiolitis : Bronkhitis yang terjadi pada bayi

- Pneumoniae : Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli

yang dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit.

Ditinjau dari asal patogen, maka pneumonia dibagi menjadi tiga macam yang

berbeda penatalaksanaannya.

1. Community acquired pneumonia (CAP)

Merupakan pneumonia yang didapat di luar rumah sakit atau panti jompo. Patogen

umum yang biasa menginfeksi adalah Streptococcus pneumonia, H. influenzae,

bakteri atypical, virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV). Pada anak-anak

patogen yang biasa dijumpai sedikit berbeda yaitu adanya keterlibatan Mycoplasma

pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, di samping bakteri pada pasien dewasa.

2. Nosokomial Pneumonia

Merupakan pneumonia yang didapat selama pasien di rawat di rumah sakit. Patogen

yang umum terlibat adalah bakteri nosokomial yang resisten terhadap antibiotika

yang beredar di rumah sakit. Biasanya adalah bakteri enterik golongan gram negatif

Page 8: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

batang seperti E.coli, Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang sudah lebih dulu

mendapat terapi cefalosporin generasi ke-tiga, biasanya dijumpai bakteri enterik yang

lebih bandel seperti Citrobacter sp., Serratia sp., Enterobacter sp.. Pseudomonas

aeruginosa merupakan pathogen

yang kurang umum dijumpai, namun sering dijumpai pada pneumonia yang fulminan.

Staphylococcus aureus khususnya yang resisten terhadap methicilin seringkali

dijumpai pada pasien yang dirawat di ICU.

3. Pneumonia Aspirasi

Merupakan pneumonia yang diakibatkan aspirasi sekret oropharyngeal dan cairan

lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status mental

terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks menelan. Patogen yang

menginfeksi pada Community Acquired Aspiration Pneumoniae adalah kombinasi

dari flora mulut dan flora saluran napas atas, yakni meliputi Streptococci anaerob.

Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae bakteri yang lazim dijumpai

campuran antara Gram negatif batang + S. aureus

+ anaerob

2. Bagaimanakah patofisiologi ISPA dan asma?

Patofisiologi asma:

Patofisiologi ISPA:

Page 9: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

Virus (Streptococcus & Shaphy lococcus)

Masuk melalui partikel udara (Droplet)

Melekat pada epitel sel dinding

Masuk ke bronkus

Kemudia ke traktus respiratorius (sel nafas)

Tampak tanda dan gejala influenza seperti : batuk, pilek, demam, dan sakit kepala

3. Apa sajakah komplikasi dari masing-masing ISPA dan asma?

Komplikasi ISPA:

- Infeksi telinga akut yang berulang dapat menyebabkan mastoiditis dan infeksi

menyebar sampai meningitis

- Otitis media purulenta

- Ulkus besar kronis pada faring

Komplikasi asma:

- Gagal nafas, terjadi karena penurunan Pa O2 menyebabkan hipoksemia,

hiperventilasi kelelahan otot gagal nafas

- Pneumothorak, karena tekanan udara di alveoli

- Status asmatikus, bisa menyebabkan kematian misalnya pada pengobatan yang

terlambat

4. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi pernafasan anak dan dewasa?

- Struktur tulang toraks agak bundar (6 tahun), lunak, memungkinkan kerangka dada

tertarik selama pernafasan yang memerlukan usaha besar. Bayi punya sedikit

kartilago dan jaringan pada trachea dan bronkus yang memungkinkan struktur ini

mudah kolaps.

- Bayi bernafas melalui hidung, dan rongga hidung yang dilewati sempit, di bawah 6-7

tahun pernafasan diafragma dan abdomen. Volume CO2 yang diekspirasi oleh bayi

dan anak-anak lebih besar dari pada yang diekspresikan oleh dewasa.

5. Bagaimanakah hubungan ISPA dan asma?

Page 10: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

Hubungan ISPA dengan asma, karena adanya obstruksi dari kecil maka resiko terkena

ISPA akan semakin mudah.

6. Apa sajakah kemungkinan penyakit penyerta pada An. Wartini?

Cough, diare, meningismus (telinga berdengung)

7. Apa sajakah pemeriksaan diagnostic pada ISPA dan asma secara umum?

Asma:

Anamnesis

Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain: riwayat hidung

ingusan atau mampat (rhinitis alergi), mata gatal, merah, dan berair (konjungtivitis

alergi), dan eksem atopi, batuk yang sering kambuh (kronik) disertai mengi, flu berulang,

sakit akibat perubahan musim atau pergantian cuaca, adanya hambatan beraktivitas

karena masalah pernapasan (saat berolahraga), sering terbangun pada malam hari, riwayat

keluarga (riwayat asma, rinitis atau alergi lainnya dalam keluarga), memelihara binatang

di dalam rumah, banyak kecoa, terdapat bagian yang lembab di dalam rumah. Untuk

mengetahui adanya tungau debu rumah,

tanyakan apakah menggunakan karpet berbulu, sofa kain bludru, kasur kapuk, banyak

barang di kamar tidur. Apakah sesak dengan bau-bauan seperti parfum, spray pembunuh

serangga, apakah pasien merokok, orang lain yang merokok di rumah atau lingkungan

kerja, obat yang digunakan pasien, apakah ada beta blocker, aspirin atau steroid.

Pemeriksaan Klinis1

Untuk menegakkan diagnosis asma, harus dilakukan anamnesis secara rinci, menentukan

adanya episode gejala dan obstruksi saluran napas. Pada pemeriksaan fisis pasien asma,

sering ditemukan perubahan cara bernapas, dan terjadi perubahan bentuk anatomi toraks.

Pada inspeksi dapat ditemukan; napas cepat, kesulitan bernapas, menggunakan otot napas

tambahan di leher, perut dan dada. Pada auskultasi dapat ditemukan; mengi, ekspirasi

memanjang.

Pemeriksaan Penunjang1,2,5

- Spirometer. Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis

juga untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.

- Peak Flow Meter/PFM. Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru

sederhana, alat tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari

paru. Oleh karena pemeriksaan jasmani dapat normal, dalam menegakkan diagnosis

asma diperlukan pemeriksaan obyektif (spirometer/FEV1 atau PFM). Spirometer

lebih diutamakan dibanding PFM oleh karena; PFM tidak begitu sensitif dibanding

FEV. untuk diagnosis obstruksi saluran napas, PFM mengukur terutama saluran napas

besar, PFM dibuat untuk pemantauan dan bukan alat diagnostik, APE dapat

Page 11: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

digunakan dalam diagnosis untuk penderita yang tidak dapat melakukan pemeriksaan

FEV1.

- X-ray dada/thorax. Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan

asma

- Pemeriksaan IgE. Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya

antibodi IgE spesifik pada kulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan

mencari faktor pencetus. Uji alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab

asma. Pemeriksaan darah IgE Atopi dilakukan dengan cara radioallergosorbent test

(RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak dapat dilakukan (pada dermographism).

- Petanda inflamasi. Derajat berat asma dan pengobatannya dalam klinik sebenarnya

tidak berdasarkan atas penilaian obyektif inflamasi saluran napas. Gejala klinis dan

spirometri bukan merupakan petanda ideal inflamasi. Penilaian semi-kuantitatif

inflamasi saluran napas dapat dilakukan melalui biopsi paru, pemeriksaan sel

eosinofil dalam sputum, dan kadar oksida nitrit udara yang dikeluarkan dengan napas.

Analisis sputum yang diinduksi menunjukkan hubungan antara jumlah eosinofil dan

Eosinophyl Cationic Protein (ECP) dengan inflamasi dan derajat berat asma. Biopsi

endobronkial dan transbronkial dapat menunjukkan gambaran inflamasi, tetapi jarang

atau sulit dilakukan di luar riset.

- Uji Hipereaktivitas Bronkus/HRB. Pada penderita yang menunjukkan FEV1 >90%,

HRB dapat dibuktikan dengan berbagai tes provokasi. Provokasi bronkial dengan

menggunakan nebulasi droplet ekstrak alergen spesifik dapat menimbulkan obstruksi

saluran napas pada penderita yang sensitif. Respons sejenis dengan dosis yang lebih

besar, terjadi pada subyek alergi tanpa asma. Di samping itu, ukuran alergen dalam

alam yang terpajan pada subyek alergi biasanya berupa partikel dengan berbagai

ukuran dari 2 um sampai 20 um, tidak dalam bentuk nebulasi. Tes provokasi

sebenarnya kurang memberikan informasi klinis dibanding dengan tes kulit. Tes

provokasi nonspesifik untuk mengetahui HRB dapat dilakukan dengan latihan

jasmani, inhalasi udara dingin atau kering, histamin, dan metakolin.

- Tomografi terkomputasi dan foto resonansi magnetic CTI. Menggambarkan

struktur toraks bagian dalam, dalam rincian yang jauh lebih rinci daripada yang

dimungkinkan melalui roentgenogram biasa. Kemajuan teknik telah sangat

memperbesar penggunaan cara diagnostic ini (bahkan rekonstruksi tiga-dimensi

sering mudah dilakukan), sementara waktu scan dan pajanan radiasi sangat

berkurang.

- Sadapan paru perkutan. Dengan menggunakan teknik yang sangat serupa dengan

teknik torasentesis, sadapan paru perkutan merupakan metode pengambilan specimen

bakteriologi yang paling langsung dari parenkim paru dan merupakan satu-satunya

teknik selain dari biopsy paru terbuka yang sekurang-kurangnya tidak disertai dengan

beberapa risiko kontaminasi oleh flora mulut. Sesudah anastesi local, jarun 1,5 inci,

ukuran no. 20 atau 22 dilekatkan pada tabung 10 ml yang berisi sekitar 1 mL salin

streril non bakteriostatik, lalu dimasukkan dengan menggunakan teknik aseptic

melalui sisi inferior sela antar-iga pada daerah yang diinginkan. Jarum dengan cepat

Page 12: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

didorong ke dalam paru, salin disuntikkan dan diaspirasi ulang, dan jarum ditarik.

Tindakan ini dulakukan secepat mungkin.

- Pemeriksaan Radiologi. Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.

Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni

radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang

menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah

sebagai berikut:

Bila disertai bronchitis, maka bercak-bercak hilus akan bertambah

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

Dapat pula menimbulkan gambaran ateleksis local

Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium

maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

- Elektrokardiografi. Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat

dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada

empisema paru yaitu:

Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan

clock wise rotation

Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi oto jantung, yakni terdapatnya RBB (Right

bundle branch block)

Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES

atau terjadi depresi segmen ST negative.

8. Manakah yang lebih berisiko terhadap kematian, ISPA atau asma?

- 20-35 % kematian pada balita itu akibat ISPA, umumnya adalah ISPA bagian bawah

dan hampir semua pneumonia

- Pada bayi < 2 bulan ISPA lebih berisiko

- Asma bisa menyebabkan kematian saat terjadi status asmatikus

- Prevalensi asma 4%, pada ISPA penyebab kematian disebabkan berobat dalam

keadaan sudah parah dan disertai penyakit lain dan kurang gizi.

- Di US 6,7 miliar anak-anak mempunyai asma, dan 3,9 % carier

- MTBS 5 penyakit penyebab kematian, pneumonia adalah salah satunya

- Pada pneumonia gagal nafas dan meningitis menyebabkan kematian cepat.

9. Bagaimanakah perbedaan ISPA dan asma dan sisi penularan pada ISPA dan asma?

- Pada bayi anatomi system pernafan memudahkan virus dan infeksi turun ke saluran

pernafasan bagian bawah,namun pada umur 0- <3 bulan antibody lebih kuat, > 3

bulan masa transisi untuk produksi antibody sendiri.

- Pada anak jaringan pernafasan mudah kolabse dan rupture disebabkan struktur tulang

dada lebih bundar sehingga masih pernafasan perut, dan pada pertukaran gas keluaran

CO2 lebih besar dari pada dewasa.

Page 13: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

- Anak > 2 tahun bronkus kanan pendek, lebar, lebih vertical dari pada yang kiri,

pernafasan perut karena muskulus dada sedikit

- Neonates < 4 minggu, bernafas lewat hidung, jika ada sumbatan belum bisa untuk

reflex nafas dari mulut, dan alveoli berjumlah 25 juta, 3 tahun 300 juta. Dan juga

terdapat airway resisten > dari orang dewasa sampai 15 kali

10. Askep pada kasus dan pemeriksaan penunjang yang sesuai?

Pengkajian :

Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada ASMA

- Jika pasien tampak sakit berat, berikan oksigen dengan masker

- Apakah pasien sianosis

- Apakah pasien tertekan, ketakutan, maupun tidak mampu berbicara (kalimat lengkap)

lelah atau kecapaian

- Adakah mengi, (bedakan dengan stridor inspirasi)

- Adakah sputum, jika ya, apa warnanya, apakah menyumbat?

- Bagaimana laju pernafasan pasien?

- Periksa aliran puncak pasien

- Pada pasien yang sakit ringan periksa teknik inhalasinya apakah penggunaan oto

bantu pernafasan, retraksi interkonsta?

- Pertimbangkan pneumonia atau pneumotoraks sebagai penyebab

- Adakah pulsus paradox (penurunan TD berlebihan saat inspirasi)

- Sebab lain sesak nafas dan mengi: edema, PPOK, stridor, anafilaksis

- Pulsus paradoksus juga bisa terjadi pada tamponade, syok hipovolemik, gagal

ventrikel kanan, dan emboli paru

- Kaji pola nafas : kedalaman, usaha, irana pernafasan,

- Kaji peningkatan suhu badan, TTV,

Diagnose : bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mucus, asma

NOC : anxiety control

NIC : - positioning fowler

- Pantau oksigen sesuai kebutuhan

- Oksigen 90 %

- Medication bronchodilator, kortikostreroid

- Fisioterapi dada membantu bernafas

- Bantu fisikal dan mental relaxation

Sumber:

- Anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh jonathan gleadle, erlangga 2007

Page 14: Laporan Tutorial Blok 3.1 LBM 4

- Buku Ajar Ilmu penyakit dalam jilid II edisi ketiga, Heru Sundaru, Balai penerbit UI,

Jakarta

- PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN -

DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

DEPARTEMEN KESEHATAN RI 2005

- Diagnosis and Management of Bronchial Asthma oleh Iris Rengganis Department of

Internal Medicine Faculty of Medicine, University of Indonesia, Cipto Mangunkusumo

Hospital, Jakarta dalam Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 58, Nomor: 11,

Nopember 2008

- Infeksi saluran pernafasan akut dan penanggulangannya, Fak Kes.Masy USU

- Ilmu Kesehatan Anak vol II ed 5 oleh Nelson, Nelson Textbook of Pediatric