laporan sediaan krim steril_hanifa rahma_dalfa indriani_2a

38
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL “Sediaan Krim Steril Hidrokortison Asetat” Disusun oleh: DALFA INDRIANI P17335114047 Dosen Pembimbing : Hanifa Rahma,M.Si.,Apt.

Upload: dalfaindriani

Post on 13-Jul-2016

788 views

Category:

Documents


94 download

DESCRIPTION

Laporan sediaan steril

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“Sediaan Krim Steril Hidrokortison Asetat”

Disusun oleh:

DALFA INDRIANI

P17335114047

Dosen Pembimbing :

Hanifa Rahma,M.Si.,Apt.

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI

2015

Page 2: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

KRIM STERIL HIDROKORTISON ASETAT 1%

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Mampu menentukan formulasi sediaan krim steril dengan bahan aktif Hidrokortison Asetat 1%

Mampu membuat sediaan krim steril dengan bahan aktif Hidrokortison Asetat 1%

Mampu mengevaluasi sediaan yang telah dibuat

II. PENDAHULUAN

Saat terjadinya luka terbuka, kulit akan mengalami peradangan. Radang atau inflamasi

adalah suatu respon protektif tubuh terhadap cedera atau jejas. keadaan ini bukanlah suatu penyakit

namun merupakan manifestasi adanya penyakit. Reaksi ini merupakan upaya pertahanan tubuh

untuk menghilangkan penyebab cidera (Lanti, dkk., 2012). Inflamasi merupakan reaksi lokal pada

jaringan vascular terhadap cedera yang ditandai dengan gejala rubor (kemerahan), kalor (panas),

dolor (nyeri) dan tugor (pembengkakan) (Apriani, 2011). Selain itu juga menimbulkan bengkak

(edema) karena pengiriman cairan dan selsel dari sirkulasi darah ke daerah interstitial (Dyatmiko,

2003). Edema merupakan cairan berlebih di sela-sela jaringan. Edema yang terjadi biasanya sangat

mengganggu pasien, oleh karena itu sebagai ahli madya Farmasi, salah satu peran seorang ahli

madya farmasi yaitu mampu membuat sediaan obat dengan efek yang sesuai dan tentunya aman

bagi pasien. Obat sintetik yang banyak digunakan untuk mengatasi inflamasi adalah obat golongan

anti inflamasi non steroid (NSAIDs) dan Kortikoseroid (Apriani, 2011).

Salah satu obat anti inflamasi golongan kortikosteroid yang akan dibuat sediaan krim dalam

praktikum kali ini adalah hidrokortison asetat. Hidrokortison diindikasikan sebagai agen

antiinflamasi (Taro Pharmaceuticals U.S.A., Inc), antiinflamasi kortikosteroid topikal dimediasi

oleh penghambatan rilis fosfolipase A2 (PLA2) yang merupakan enzim produksi prostaglandin,

leukotrien, dan turunan asam arakhidonat (Anonim, 2014).

III. TINJAUAN PUSTAKA

Kortikosteroid merupakan anti-inflamasi yang identik dengan kortisol, hormon steroid

alami pada manusia yang disintesis dan disekresi oleh korteks adrenal. Efek antiinflamasi

kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritik,

eosinofil, neutrofil, dan sel mast, yaitu dengan menghambat respons inflamasi dan menyebabkan

apoptosis berbagai sel tersebut. Hidrokortison merupakan antiinflamasi kortikosteroid topikal

yang dimediasi oleh penghambatan rilis fosfolipase A2 (PLA2) yang merupakan enzim produksi

Page 3: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

prostaglandin, leukotrien, dan turunan asam arakhidonat (Anonim, 2014).

Dosis :

Gunakan pada bagian yang sakit, oleskan tipis 2 – 4 kali sehari (Taro Pharmaceuticals

U.S.A., Inc)

KRIM STERIL

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang

dari 60%) (Syamsuni, 2006). Krim merupakan bentuk emulsi dengan konsistensi semisolida

sehingga mempunyai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan likuida. Sediaan

krim terdiri dari dua fase yang tidak saling ampur, yaitu fase internal (fase terdispersi) dan fase

eksternal (fase pendispersi) yang digabungkan dengan adanya surfaktan (Ameliana, dkk., 2013).

A. Syarat sediaan krim (Ameliana, dkk., 2013) :

1. Aman, berarti sediaan tersebut memiliki kandungan bahan aktif yang sesuai dengan

monografi dan tidak memberikan pelepasan bahan aktif dalam jumlah yang sesuai dari

sediaan pada tempat penggunaannya.

2. Efektif

3. Stabil, berarti sediaan tidak mengalami perubahan sifat dan konsistensi baik secara fisika,

kimia, mikrobiologi, toksikologi, maupun farmakologi

4. Akseptabel

Suatu krim steril digunakan untuk penggunaan pada luka terbuka yang besar atau pada kulit

yang terluka parah. Hal – hal yang harus diperhatikan untuk sediaan krim steril :

Metode / prosedur pembuatan

Sterilitas : bila krim berlabel steril maka harus memenuhi uji sterilitas

Untuk sediaan topikal, krim steril tidak perlu penambahan pewarna dan pewangi

Krim steril dibuat dengan cara aseptik dalam LAF. Sterilisasi akhir dengan pemanasan tidak

dilakukan untuk menghindari rusaknya sediaan.

IV. FORMULASI

1. Hidrokortison asetat

Page 4: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

Pemerian Serbuk kristal putih atau hampir putih (TPC 12th ed pg 901)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sedikit larut dalam etanol

(1:230) dan dalam kloroform (TPC 12th ed pg 903)

Stabilita

Panas

Hidrolisis

Cahaya

pH stabilitas

Hidrokortison asetat dapat dibuat denga teknik aseptik (TPC 12th ed pg 901)

Tidak ditemukan dalam TPC, USP, BP

Simpa dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya (TPC 12th ed pg

903)

3,5 – 4,5 (TPC 12th ed pg 903)

Penyimpanan wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya (TPC 12th ed pg 903)

Kesimpulan :

Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Ester

Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Krim

Cara sterilisasi sediaan : Teknik aseptik

Kemasan : Tube alumunium

2. Cetostearyl Alkohol

Pemerian Massa putih atau warna krem, serpihan, pellet, atau granul. Mempunyai

karakteristik aroma manis yang lemah. Pada pemanasan, cetostearyl alkohol

melebur menjadi cairan bebas bahan tersuspensi, jernih, tidak berwarna atau

kuning pucat (HOPE 6th, pg 150)

Kelarutan Larut dalam etanol (95%), eter, dan minyak; prakts tidak larut dalam air

(HOPE 6th, pg 150)

Stabilita Cetostearyl alkohol stabil dibawah kondisi penyimpanan normal. (HOPE 6th,

pg 150)

Penyimpanan Harus disimpan diwadah tertutup baik (HOPE 6th, pg 150)

Kegunaan Emulgator (HOPE 6th, p 150)

Inkompabilitas Tidak kompatibel dengan oksidator kuat dan garam logam (HOPE 6th, pg 150)

3. Emulsifying wax

Pemerian Putih atau putih pucat lilin padat atau serpihan yang mencair ketika

dipanaskan untuk memberikan cairan hampir tidak berwarna yang jelas.

Page 5: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

Lilin pengemulsi non ionic memiliki bau samar dari cetostearyl alcohol.

(HOPE 6th ed, p 777)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air (formula emulsi), larut dalam alkohol dan

mudah larut dalam eter, kloroform, lebih larut pada pelarut hidrokarbon

dan aerosol propellants. (HOPE 6th ed, p 777)

Stabilitas Emulsifying wax merupakan bahan stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk dan kering. (HOPE 6th ed, p 777)

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering (HOPE 6th

ed, p 777)

Kegunaan Emulsifying agent; solubilizing agent; stiffening agent. (HOPE 6th ed, p 777)

Inkompabilitas Emulsifying wax inkompatibel dengan tannin, phenol dan bahan

fenolik, resorsinol, dan benzokain. Dapat mengurangi khasiat

antibakteri senyawa ammonium kuartener. (HOPE 6th ed, p 777)

4. Vaselin Album

Pemerian putih pucat berwarna kekuningan, transparan, mass lembut, tidak berbau dan

tidak berasa, tidak lebih dari sedikit sinar di siang hari, bahkan ketika meleleh

(HOPE 6th ed, p. 483)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol, (95%) dan dalam etanol (HOPE 6th

ed, p. 483)

Stabilitas Petrolatum merupakan bahan inheren stabil karena sifat aktif dari komponen

hidrokarbon; sebagia besar masalah stabil terjadi karena adanya sejumlah kecil

kotoran. Pada paapran cahaya, kotoran ini dapat teroksidasi sehingga

menghitamkan petrolatum dan menghasilkan bau yang tidak diinginkan

(HOPE 6th ed. p. 482)

Penyimpanan Petrolatum harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,

di tempat yang sejuk dan kering (HOPE 6th ed, p. 482)

Kegunaan Vaselin album digunakan sebagai emollient (HOPE 6th ed, p. 482)

Inkompatibilitas Vaselin album merupakan bahan yang inert dengan sedikit inkompabilitas

(HOPE 6th ed. p. 482)

5. Benzil Alkohol

Pemerian Jernih tidak berbwarna, cairan berminyak dengan bau aromatik samar – samar

dan tajam; rasa terbakar (HOPE 6th, pg 64)

Page 6: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

Kelarutan 1 : 2,5 dalam air pada suhu 25oC

1: 1,4 dalam ai pada suhu 90oC

1: 1,5 dalam etanol 90% (HOPE 6th, pg 64)

Stabilita Dapat disterilisasi dengan autoklaf; sensitif terhadap cahaya (HOPE 6th, pg 64)

Penyimpanan Dalam wadah terlindung dari cahaya (HOPE 6th, pg 64)

Kegunaan Sebagai pengawet (HOPE 6th, pg 64)

Inkompatibilitas Inkompatible dengan pengoksidasi kuat, dan asam kuat. Ini juga dapat

menghasilkan autooksidasi dari lemak (HOPE 6th, pg 64)

6. Natrium Metabisulfit

Pemerian Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan berbau belerang dioksida (FI

V hlm. 908)

Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam gliserin ( FI V hlm 908)

Stabilita Paparan udara dan kelembapan secara perlahan teroksidasi menjadi Na sulfit

dengan disintegrasi kristal (HOPE 6th, pg 654)

Penyimpanan Dalam wadah terlindung dari cahaya (HOPE 6th, pg 654)

Kegunaan Sebagai antioksidan (HOPE 6th, pg 654)

Inkompatibilitas Bereaksi dengan obat simpatomimetik dan obat lain yang merupakan turuna

ortho- or para-hydroxybenzyl alcohol untuk membentuk turunan asam sulfonat

memiliki sedikit atau tidak ada aktivitas farmakologis (HOPE 6th, pg 654)

7. Na2 EDTA

Pemerian Kristal putih, serbuk berwarna, rasa sedikit asam (HOPE 6th ed, p 243)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedkit larut dalam etanol

(95%), larut dalam air 1:11 bagian (HOPE 6th ed, p 243)

Stabilitas Garam EDTA lebih stabil daripada asam adetic, namun dinatrium EDTA

dihidrat kehilangan air dari kristalosasi ketika dipanaskan sampai 120oC

larut dinatrium EDTA dapat disterilkan dengan autoklaf (HOPE 6th ed,

p 243)

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering (HOPE 6th

ed, p 777)

Kegunaan pengompleks/pengkelat (HOPE 6th ed, p 243)

Inkompabilitas Dinatirum EDTA berifat seperti asam lemah, menggantikan

Page 7: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

karbondioksida dari karbonat dan bereaksi dengan logam untuk

membenutk hidrogen. Inkompatibel dengan oksidator kuat, basa kuat,

ion logam dan paduan logam (HOPE 6th ed, p 243)

8. Gliserin

Pemerian Gliserin tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan higroskopis, memiliki rasa

manis, kira-kira 0,6 kali rasa manis sukrosa. (HOPE 6th, 2009, pg. 283)

Kelarutan Kelarutan pada suhu 20oC :

Aseton : Sedikit larut, benzene : praktis tidak larut, kloroform : praktis tidak

larut, ethanol 95% : larut, ether : 1:500, Etil asetat : 1:11, methanol : larut,

minyak : praktis tidak larut, air : larut. (HOPE 6th, 2009, pg. 284)

Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi

pada suasana di bawah kondisi penyimpanan biasa, tetapi dapat terurai pada

pemanasan dengan evolusi akrolein beracun. Campuran gliserin dengan air,

etanol 95% dan propilen glikol stabil secara kimiawi. (HOPE 6th, 2009, pg.

284)

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering. (HOPE 6 th, 2009, pg.

284)

Kegunaan Antimicrobial preservative : < 20 %

Emollient : ≤ 30 %

Gel vehicle, aqueous : 5.0–15.0 %

Gel vehicle, nonaqueous : 50.0–80.0 %

Humectant : ≤ 30 %

Ophthalmic formulations : 0.5–3.0 %

(HOPE 6th, 2009, pg. 283)

Inkompabilitas Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan zat pengoksidasi kuat seperti

kromium trioksida, potassium klorat, atau kalium permanganat. Dalam larutan

encer, reaksi berlangsung lebih lambat dengan beberapa produk oksidasi yang

terbentuk. (HOPE 6th, 2009, pg. 285)

9. Water For Injection

Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa (HOPE 6 th ed pg.

766)

Page 8: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

Kelarutan Larut dengan sebagian besa pearut polar (HOPE 6th ed pg. 766)

Stabilita Secara kimia, air stabil disemua bentuk fisiknya (uap air, cairan sukrosa)

(HOPE 6th ed pg. 766)

Penyimpanan Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat (HOPE 6th, 2009, pg. 768)

Kegunaan Air banyak digunakan sebagai bahan baku , bahan dan pelarut dalam proses ,

formula dan pembuatan produk kefarmasian, bahan aktif farmasi perantara ,

dan bahan reaksi analisis. (HOPE 6th, 2009, pg. 766)

Inkompatibilitas Dalam formulasi farmasi , air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien

lain yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam keberadaan air atau

uap air) pada saat suhu ditinggikan. Air dapat bereaksi dengan logam alkali

dan bereaksi cepat dengan alkali tanah dan oksida nya , seperti kalsium oksida

dan magnesium oksida . Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk

membentuk garam hidrat dengan berbagai komposisi , dan dengan beberapa

organik bahan dan kalsium karbida . (HOPE 6th, 2009, pg. 768)

V. PENDEKATAN FORMULA

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

1. Hidrokortison Asetat 1 % b/b Bahan aktif

2. Na Metabisulfit 0,01 % b/b Antioksidan

3. Benzil Alkohol 0,3 % b/b Pengawet

4. Na EDTA 0,05 % b/b Pengompleks

5. Vaselin album 7% b/b Basis krim

6. Gliserin 5% b/b Emollient

7. Emulsifying wax 2% b/bEmulgator

8. Cetostearil alcohol 10% b/b

9. WFI Ad 100% v/b Pelarut

VI. PENIMBANGAN

Dibuat 3 tube @ 5 g

Total pembuatan : 3 x 5 g : 15 g

Total sediaan dilebihkan 25% : (25% x 15 g) + 15 g

Page 9: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

: 18,75 g ~20 g

Hidrokortison asetat 1% : 1% x 20 g : 0,2 g

Kemurnian hidrokortison asetat 90% - 110%

Zat aktif dilebihkan 10% : ( 10% x 0,2 g) + 0,2 g = 0,22 g 1,1%

Penimbangan dibuat sebanyak 20 g berdasarkan pertimbangan volume terpindahkan dan

kehilangan selama proses produksi.

No Nama bahan Jumlah Dilebihkan 20%1 Hidrokortison asetat 1,1 g

100 g x 20 g = 0,22 g -

Basis yang dilebur

2 Na EDTA 0,05 g100 g x 20 g = 0,01 g (

20 g100 g x 0,01g) + 0,01 g =

0,012 g

3 Na Metabisulfit 0,01 g100 g x 20 g = 0,002 g (

20 g100 g x 0,002 g) + 0,002 g =

0,0024 g

4 Benzyl alkohol 1,5 g100 g x 20 g = 0,3 g (20% x 0,3 g) + 0,3 g : 0,36 g

5 Gliserin 5 g100 g x 20 g = 1 g (

20 g100 g x 1 g) + 1 g : 1,2 g

6 Vaselin album 7 g100 g x 20 g = 1,4 g (

20 g100 g x 1,4 g) + 1,4 g = 1,68

g

7 Cetostearil alcohol 10 g100 g x 20 g = 2 (

20 g100 g x 2 g) + 2 g = 2,4 g

8 Emulsifaying wax 2 g100 g x 20 g = 0,4 g (

20 g100 g x 0,4g) + 0,4 g = 0,48 g

9 WFI 20 g – ( 0,22 +0,3 + 0,01 + 0,002 + 2 + 1 + 1,4 + 0,4) g = 14,67 ml (

20 g100 g x 14,67 ml) + 14,67 ml

= 17,604 ml

10 Jumlah basis yang ditimbang : (0,01 + 0,002 + 0,3 + 2 + 1 + 1,4 + 0,4 + 14,67) g = 19,782 g

VIII. STERILISASI

Page 10: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

a. Alat

Nama Alat Cara Sterilisasi Waktu Sterilisasi Jumlah

Beaker glass 100 ml, 50 ml Autoklaf suhu 121o C 15 menit tekanan 15 Psi 1,2

Erlenmeyer 100 ml Autoklaf suhu 121o C 15 menit tekanan 15 Psi 1

Pipet tetes Autoklaf suhu 121o C 15 menit tekanan 15 Psi 2

Gelas ukur 10 ml, 100 ml Autoklaf suhu 121o C 15 menit tekanan 15 Psi 1,1

Batang pengaduk Oven pada suhu 170oC 1 jam 2

Spatel Oven pada suhu 170oC 1 jam 2

Kaca arloji Oven pada suhu 170oC 1 jam 2

Mortir Oven pada suhu 170oC 1 jam 1

Stamper Oven pada suhu 170oC 1 jam 1

Cawan penguap Oven pada suhu 170oC 1 jam 1

Karet pipet Direndam dalam alkohol

70%

24 jam 2

b. Wadah

No. Nama alat Jumlah Cara sterilisasi

1. Tube alumunium 3 Oven pada suhu 170oC, 1 jam

2. Tutup tube 3 Direndam dalam alkohol 70% selama 24 jam

c. Bahan

No. Nama bahan Jumlah Cara sterilisasi

1. Hidrokortison Asetat 0,22 g Teknik aseptik

2. Na Metabisulfit 0,0024 g Radiasi gamma CO60, dosis 25 KGy

3. Benzil Alkohol 0,36 g Autoclave suhu 121oC, 15 Psi, selama 15

menit

4. Na EDTA 0,012 g Oven pada suhu 170oC selama 1 jam

5. Vaselin album 1,68 g Radiasi gamma CO60, dosis 25 Kgy

6. Gliserin 1,2 g Autoclave suhu 121oC, 15 Psi, selama 15

menit

7. Emulsifying wax 0,48 g Radiasi gamma CO60, dosis 25 Kgy

8. Cetostearil alcohol 2,4 g Radiasi gamma CO60, dosis 25 Kgy

9. WFI 50 ml Autoclave suhu 121oC, 15 Psi, selama 15

Page 11: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

menit

IX. PROSEDUR PEMBUATAN

RUANG PROSEDUR

Grey area

(ruang sterilisasi)

1. Semua alat dan wadah dicuci bersih, dibilas dengan aquadest dan

keringkan

2. Bagian mulut erlenmeyer, beaker glass, corong, dan gelas ukur ditutup

dengan kertas perkamen

3. Bungkus semua alat yang akan di sterilisasi panas menggunakan

perkamen

4. Lakukan sterilisasi dengan cara :

Beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, corong gelas,

dan kaca arloji, disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC

tekanan 15 Psi, selama 15 menit

Spatel, mortir, stamper, cawan penguap, tube dan batang

pengaduk disterilisasi dengan oven pada suhu 170o C selama 1

jam

Karet pipet dan tutup plastik tube direndam dalam alkohol 70%

selama 24 jam

5. Setelah disterilisasi, semua alat dan wadah dimasukkan kedalam white

area melalui trnsfer box

Page 12: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

Grey area

(ruang

penimbangan)

Bahan – bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan krim ditimbang

menggunakan timbangan analitik :

1. Hidrokortison asetat digerus terlebih dahulu dalam mortir steril, lalu

timbang sebanyak 0,22 g dalam kaca arloji steril, ditutup dengan kertas

perkamen lalu diberi nama dan jumlah bahan

2. Na2EDTA ditimbang sebanyak 0,012 g pada kaca arloi, ditutup dengan

kertas perkamen lalu diberi nama dan jumlah bahan

3. Natrium metabisulfit ditimbang sebanyak 0,0024 g pada kaca arloji

ditutup dengan kertas perkamen lalu diberi label nama dan jumlah

bahan

4. Benzil alkohol ditimbang sebanyak 0,36 g dalam kaca arloji, ditutup

dengan kertas perkamen, lalu diberi nama dan jumlah bahan

5. Gliserin ditimbang sebanyak 1,2 g pada cawan uap, ditutup dengan

perkamen, diberi nama dan jumlah bahan

6. Emulsifying wax ditimbang sebanyak 0,48 g pada kaca arloji, ditutup

dengan perkamen, diberi nama dan jumlah bahan

7. Cetosteryl alkohol ditimbang sebyanyak 2,4 g pada kaca arloji, ditutup

dengan kertas perkamen, diberi nama dan jumlah bahan

8. Vaselin album ditimbang sebanyak 1,68 g pada kaca arloji, ditutup

dengan kertas perkamen, diberi nama dan jumlah bahan

Bahan – bahan yang telah ditimbang disterilisasi dengan cara :

1. Na EDTA disterilkan dengan oven pada suhu 170o C selama 1 jam

2. Gliserin, dan benzil alkohol disterilkan dengan autoklaf pada suhu

121oC selama 15 menit dengan tekanan 15 Psi

3. Emulsifying wax, cetosteryl alkohol, vaselin album, dan Na

metabisulfit disterilisasi dengan radiasi gamma cobalt-60 dengan dosis

25 Kgy

White area

(ruang

pencampuran)

Grade A

background B

1. Pembuatan WFI : 50 ml aquadest dalam beaker glass 50 ml disterilkan

dengan autoklaf pada suhu 121o C tekanan 15 Psi selama 15 menit

2. Mortir dan stamper steril dipanaskan dengan menuangkan air panas

kedalam mortir

3. Bahan – bahan yang larut air dan tahan panas (fase air), yaitu Na

EDTA, Na metabisulfit,benzil alkohol, dan gliserin serta WFI yang

Page 13: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

diperlukan dimasukkan kedalam satu beakker glass 50 ml dan

dipanaskan pada suhu 60 – 70oC

4. Bahan – bahan yang tidak larut air (fase minyak) dan tahan panas yaitu

emulsifying wax, cetostearil alkohol, dan vaselin album dimasukkan

kedalam satu cawan uap steril, panaskan diatas hotplate pada suhu 60 –

70oC hingga semua bahan melebur

5. Fase air dan fase minyak yang telah dipanaskan dicampurkan kedalam

mortir steril yang telah dipanaskan, campuran diaduk hingga terbentuk

masa krim yang homogen, kemudian didinginkan

6. Basis krim ditimbang sejumlah yang diperlukan yaitu 18,758 g

7. Hidrokortison asetat yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam mortir,

ditambahkan sebagian basis krim sedikit demi sedikit , digerus ad

homogen.

8. Krim yang telah jadi ditimbang sebanyak 5,5 g di kertas perkamen

steril, kertas perkamen digulung hingga menutupi sediaan krim

9. Gulungan kertas yang berisi sediaan kemudian dimasukkan ke dalam

tube seril dalam kondisi ujung tube keluar dalam keadaan tertutup.

Ujug tube ditekan dengan piinset steril dan kertas perkame dikeluarkan

dengan cara menarik kertas perkamen keluar

10. Bagian belakang tube dilipat menggunakan pinset steril.

11. Sediaan yang telah ditutup dibawa ke ruang evaluasi melalui transfer

box

Grey area ( ruang

evaluasi )

1. Lakukan evaluasi sediaan

2. Sediaan diberi etiket dan brosur kemudian dikemas dalam wadah

sekunder

Page 14: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

X. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

No Jenis

evaluasi

Prinsip

evaluasi

Jumlah

sampel

Hasil

pengamatanSyarat

FISIKA

1.Organoleptik

Evaluasi

meliputi uji bau

dan warna

1 tube

Bau: tidak berbau

Warna: putih susuBau: tidak berbau

Warna: putih susu

2.pH sediaan

Pengukuran

dilakukan

menggunakan

pH indikator

1 tube 7,80 3,5 – 4,5

3.Homogenitas

Dengan melihat

distribusi ukuran

partikel secara

visual di kaca

arloji

1 tube Tidak homogen

Persebaran dan

ukuran partikel harus

sama

4.Tipe krim

Teteskan sedikit

emulsi pada

kaca arloji,

tambahkan

pewarna metilen

blue. Amati

perubahan

warna yang

terjadi

1 tubeSediaan berwarna

biru

Untuk tipe krim o/w,

warna metilen blue

larut dalam sediaan

5. Isi minimum Menghitung

berat bersih isi

disetiap wadah

3 tube Tube 1: 5,367 g

Tube 2: 5,482 g

Tube 3: 5,35 g

Rata-rata: 5,3997 g

(98,18% dari 5,5

gram)

Berat bersih rata-rata

10 wadah tidak

kurang dari bobot di

etiket, dan tidak ada 1

wadah yang bobot

bersih isinya kurang

dari 90 %

dari bobot di etiket.

Page 15: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

Berat bersih di etiket

5 gram.

6. Viskositas

Pengujian

dilakukan

menggunakan

viskometer

stomer.

Dispensasi

Hasil mendekati

viskositas yang

diinginkan yaitu

10.000-20.000 cPas

7.

Penentuan

ukuran

globul

Menentukan

ukuran globul

rata – rata dan

distribusinya

dalam selang

waktu tertentu

dengan

menggunakan

mikroskop

Dispensasi

Ukuran globul

berkisar 0,1 – 10 µm

dan mengikuti

distribusi normal

8.

Uji

pelepasan

zat aktif dari

sediaan

Mengukur

kecepatan

pelepasan zat

aktif dari

sediaan dengan

cara mengukur

konsentrasi zat

aktif dalam

cairan penerima

dalam waktu

tertentu

Dispensasi

Zat aktif dikatakan

mudah terlepas dari

sediaan apabila dalam

waktu tunggu (waktu

pertama kali zat aktif

ditemukan dalam

cairan penerima)

semakin kecil

pembawa

penambahan

komponen 10 jenis

cairan penerima

9. Uji

kebocoran

tube

Menggunakan

vacum, dengan

penambahan

metilen blue,

jika tube

Dispensasi Tube tidak mengalami

kebocoran

Page 16: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

mengalami

kebocoran,

sediaan akan

berwarna biru

10.

Uji difusi zat

aktif dari

sediaan

Dengan

mengukur

konsentrasi zat

aktif dalam

cairan penerima

pada selang

waktu tertentu

Dispensasi

Yield value diantara

100 – 1000 dines/cm3

menunjukan

kemampuan untuk

mudah tersebar

11.Stabilitas

krim

Yield value suatu

sediaan dapat

ditentukan

dengan

piknometer.

Dilakukan uji

dipercepat

dengan agitasi/

sentrifugasi

yaitu sediaan

sentrifuga

DispensasiYield value antara

100 – 1000 dinescm3

KIMIA

1.Identifikasi

zat aktif

Dengan

menggunakan

spektrum

serapan infra

merah zat yang

telah

dikeringkan

dan dilarutkan

dalam

kloroform

DispensasiZat aktif adalah

hidrokortison asetat

Page 17: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

2.Penetapan

kadar

Dengan

menggunakan

KLT, HPLC

atau denga

densitometri

Dispensasi

Kadar tidak kurang

dan tidak lebih dari

1,1%

BIOLOGI

1. Uji sterilitas

Dengan cara

inokulasi

menggunakan

medua

tioglikonat cair

atau soybean

casein digest

Dispensasi

Tidak terjadi

pertumbuahan

mikrobasetelah

inkubasi selama 14

hari

2.

Uji

efektivitas

pengawet

Penggujian

dengan

menggunakan

mikroba uji

Dispensasi

Tidak terjadi

pertumbuhan

mikroba sampai hari

ke 28

XI. PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini, dibuat formula dengan bahan aktif Hidrokortison Asetat 1,1%. Sediaan

digunakan untuk topikal karena absorbsi di oral buruk. Untuk mempertahankan dan meningkatkan

kelembutan kulit serta tidak menyebabkan lengket, sediaan dibuat dalam bentuk krim. Krim adalah

bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut

atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%) (Syamsuni,

2006). Fungsi krim adalah Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, sebagai

bahan pelumas bagi kulit, sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung dengan

zat-zat berbahaya. (anief,1999). Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang

dapat dicuci dengan air (M/A), ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Juwita, 2013).

Karena sediaan ditujukan untuk pengobatan pada luka terbuka yang besar, maka sediaan krim

dibuat steril. Suatu krim steril digunakan untuk penggunaan pada luka terbuka yang besar atau pada

kulit yang terluka parah. Namun, dalam kompendial disebutkan bahwa hidrokortison asetat dapat

dibuat dengan teknik aseptik, maka dapat dikatakan bahwa zat aktif tidak tahan pemansan. Maka

saat proses pembuatan dilakukan dengan metode aseptik.

Page 18: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

Pada dasarnya, mekanisme kerja hidrokortison dengan hidrokortison asetat adalah sama,

yaitu sebagai anti inflamasi golongan kortekosteroid. Radang atau inflamasi adalah suatu respon

protektif tubuh terhadap cedera atau jejas. keadaan ini bukanlah suatu penyakit namun merupakan

manifestasi adanya penyakit. Reaksi ini merupakan upaya pertahanan tubuh untuk menghilangkan

penyebab cidera (Lanti, dkk., 2012). Respon inflamasi ditandai dengan adanya warna merah karena

adanya aliran darah yang berlebihan pada daerah cedera, panas yang merupakan respon inflamasi

pada permukaan tubuh dan rasa nyeri karena adanya penekanan jaringan akibat edema. Selain itu

juga menimbulkan bengkak (edema) karena pengiriman cairan dan selsel dari sirkulasi darah ke

daerah interstitial (Dyatmiko, 2003). Edema merupakan cairan berlebih di sela-sela jaringan (Lanti,

dkk., 2012). Fase inflamasi berawal setelah terjadinya luka, dilanjutkan dengan aktivasi pembekuan,

serta kaskade komplemen. Pelepasan faktor kemotaksis (prostaglandin, faktor komplemen,

interleukin-1) akan menstimulasi migrasi sel-sel inflamasi, misalnya neutrofil dan makrofag. Sel-sel

tersebut akan membersihkan luka. Makrofag melepaskan sitokin dan faktor pertumbuhan, misalnya

Transforming Growth Factor (TGF-β) serta Platelet Derived Growth Factor (PDGF). Faktor

pertumbuhan ini akan membentuk formasi matriks pada luka (Nouri, 2005).

Kortikosteroid merupakan anti-inflamasi yang identik dengan kortisol, hormon steroid alami

pada manusia yang disintesis dan disekresi oleh korteks adrenal. Efek antiinflamasi kortikosteroid

mempengaruhi berbagai sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritik, eosinofil,

neutrofil, dan sel mast, yaitu dengan menghambat respons inflamasi dan menyebabkan apoptosis

berbagai sel tersebut. Hidrokortison merupakan antiinflamasi kortikosteroid topikal yang dimediasi

oleh penghambatan rilis fosfolipase A2 (PLA2) yang merupakan enzim produksi prostaglandin,

leukotrien, dan turunan asam arakhidonat (Anonim, 2014). Efek samping kortikosteroid amat

banyak dan dapat terjadi pada setiap cara pemberian. Oleh sebab itu, kortikosteroid hanya diberikan

apabila manfaat terapi melebihi risiko efek samping yang akan terjadi (risk-benefit ratio). Dosis dan

lama terapi dengan kortikosteroid bersifat individual. Pemberian kortikosteroid dianjurkan untuk

dimulai dari dosis tinggi kemudian diturunkan secara perlahan menurut tanda klinis inflamasi.

Apabila kortikosteroid digunakan selama lebih dari 2-3 minggu, penghentiannya harus dilakukan

secara bertahap (tapering off) (Sitompul, 2011). Obat ini juga bekerja dengan menghambat

transkripsi gen yang mengaktifasi proinflamasi. Hal tersebut yang menjadikan kortikosteroid

menghambat fagositosis dan menstabilkan membran liposomal dari sel fagosit yang berkontibusi

pada efek antiinfalmasi (Anonim, 2014).

Dalam pembuatannya digunakan beberapa eksipien antara lain : gliserin, Na EDTA,

Natrium metabisulfit, Benzil Alkohol, dan pelarut WFI. Serta basis krim terdiri dari Vaselin album,

cetostearyl alcohol, dan cetomacrogolum/emulsifying wax..

Page 19: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

Koefisien partisi hidrokortison asetat adalah 2,21 dimana zat aktif lebih banyak terlarut dalam

minyak, sehingga untuk mempermudah pelepasan zat aktif dari sediaan, fase minyak harus lebih

sedikit, maka sediaan dibuat tipe m/a. Karena sediaan dibuat tipe M/A, maka basis yang digunakan

berupa vanishing krim, yaitu vaselin album, cetostearyl alcohol dan emulsifying wax. cetostearyl

alcohol dan emulsifying wax ini merupakan emulgator. Penggunaan emulgator dimaksudkan karena

dalam pembuatan krim, terdapat bahan yang berupa minyak, yang tidak bisa bercampur dengan air.

Penggunaan kedua bahan emulgator tersebut bertujuan agar terbentuknya suatu basis krim (metoda

saponifikasi/penyabunan). Biasanya Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan dihasilkan

menurut reaksi asam basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi

hidrolisis asam lemak dan basa (Nurhadi,2012). Cetostearyl alkohol merupakan asam lemak dan

emulsifying wax bersifat basa (Rowe, 2009), maka keduanya dapat dicampurkan dan membentuk

basis krim yang baik.

Tujuan dibuatnya krim adalah untuk meningkatkan kelembutan kulit, maka dibutuhkan

emollient yaitu gliserin. Pelembab atau emollient ditambahkan dalam sediaan topical dimaksudkan

untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak,

mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif (Anonim, 2012). Dalam

sediaan terdapat vaselin album yang mudah teroksidasi dengan adanya cahaya (Rowe, 2009), maka

pada sediaan ditambahkan anti oksidan yaitu Natrium Metabisulfit. Antioksidan didefinisikan

sebagai senyawa yang dapat memperlambat dan mencegah proses oksidasi. Senyawa ini dapat

menstabilkan senyawa radikal bebas yaitu dengan cara bereaksi dengan elektron bebas pada kulit

terluar dari radikal bebas sehingga terbentuk senyawa yang relatif stabil (Febrina, dkk., 2007).

Sediaan digunakan sebagai multiple dose dan disimpan dalam jangka waktu yang lama, sehingga

rentan ditumbuhi mikroba. Maka dari itu, kedalam sediaan yang dibuat ditambahkan pengawet.

Bahan pengawet berfungsi menghambat, memperlambat, menutupi atau menahan proses

pembusukan, pengasaman atau dekomposisi, yang ditambahkan ke dalam bahan makanan, obat atau

minuman (Husniati dkk, 2012).

Bahan aktif sangat sensitif terhadap cahaya, maka digunakan wadah berupa tube saat

penyimpanan. Tube yang digunakan untuk penyimpanan terbuat dari logam alumunium yang bisa

bereaksi dengan sediaan. Maka dari itu diperlukan agen pengompleks/pengkelat yang bisa

mencegah terjadinya reaksi kimia antara wadah dan sediaan. Agen pengkelat (juga dikenal sebagai

sequestering agent) dapat menghambat reaksi logam-dikatalisasi yang tidak diinginkan dengan

membentuk kompleks dengan ion logam. Struktur yang dihasilkan, disebut khelat, menonaktifkan

ion logam dan mencegah reaksi dengan komponen lain dari sistem (msdssearch.dow.com). Yang

Page 20: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

digunakan sebagai pengompleks dalam praktikum ini adalah Na EDTA. EDTA adalah agen

chelating yang paling stabil. Kemampuannya untuk mengikat ion logam berat dapat digunakan

untuk menyerap sisa logam tersebut. Kemampuan EDTA penngompleks digunakan secara

komersial untuk mendorong atau menghambat reaksi kimia, tergantung pada aplikasinya. EDTA

telah digunakan secara luas sebagai aditif makanan untuk menyerap sisa logam yang mengkatalisis

oksidasi minyak, vitamin, dan lemak tak jenuh yang menyebabkan perubahan tengik, rasa, dan

warna. EDTA juga telah digunakan dalam larutan pembersih yang kontak dengan makanan, untuk

mengontrol interaksi dari logam dalam formulasi sabun cair, kosmetik, dan obat-obatan, di logam,

pengolahan pulp dan kertas, karet dan polimer kimia, dan pengolahan tekstil serta pencelupan

(Boyle, 2004).

Bahan aktif memiliki pH stabilitas yang sempit yaitu 3,5 – 4,5. Namun pada sediaan krim

tidak ditambahkan dapar, karena sediaan krim tidak terlalu banyak mengandung air, selain itu,

bahan aktif memiliki koefisien partisi yang besar dimana zat aktif lebih banyak terlarut dalam

lemak, bila dapar ditambahkan tidak akan berpengaruh banyak terhadap bahan aktif. Sediaan dibuat

sebanyak 3 tube, bobot masing-masing sediaan adalah 5 gram/tube, untuk menghindari kehilangan

volume pada saat pembuatan, bobot total sediaan dilebihkan 25%. Karena bahan aktif tidak stabil

terhadap panas, maka saat pembuatan digunakan metoda triturasi dengan teknik aseptik. Pada

metoda ini, penimbangan untuk tiap bahan yang dilebur/dipanaskan dilebihkan 20%.

Setelah sediaan jadi dilakukan uji organoleptik, yang meliputi bau, dan warna. Uji pH

sediaan, homogenitas, tipe krim, dan isi minimum. Saat uji pH, pH yang didapat adalah 7,80, ini

tidak sesuai dengan pH target yaitu 3,5 – 4,5 ini berarti sediaan tidak memenuhi syarat. Pada uji tipe

krim, ketika ditetesi metilen blue, sediaan berwarna biru, ini menandakan bahwa tipe krim adalah

krim M/A, karena metilen blue larut dalam air. Sehingga jika sediaan berupa tipe M/A, ketika

ditetesi pada sediaan, metilen blue akan tersebar dan terlarut kedalam sediaan. Namun, pada uji

homogenitas, sediaan tidak terlihat homogen, ini dapat terjadi karena teknik pengadukan yang tidak

konstan.

XII. KESIMPULAN

Page 21: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

Formulasi yang tepat untuk sediaan krim steril Hidrokortison Asetat adalah sebagai berikut.

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

1. Hidrokortison Asetat 1 % b/b Bahan aktif

2. Na Metabisulfit 0,01 % b/b Antioksidan

3. Benzil Alkohol 0,3 % b/b Pengawet

4. Na EDTA 0,05 % b/b Pengompleks

5. Vaselin album 7% b/b Basis krim

6. Gliserin 5% b/b Emollient

7. Emulsifying wax 2% b/bEmulgator

8. Cetostearil alcohol 10% b/b

9. WFI Ad 100% v/b Pelarut

Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan krim steril hidrokortison adalah dengan

teknik aseptik

Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan krim steril yang dibuat tidak memenuhi syarat

karena pH sediaan tidak sesuai denga pH target, dimana pH merupakan parameter kritis

XIII. DAFTAR PUSTAKA

1. Boyle, Kathryn. 2004. Recommendation for Tolerance Reassessment. United States

Environmental Protection Agency Washington, D.C. 20460.

http://www.epa.gov/opprd001/inerts/edta.pdf. Diakses 24-05-2015 pukul 23:40 WIB

Page 22: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

2. Deliyana Lanti, Fatimawali, Adeanne Wullur. 2012. UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK

ETANOL KULIT BATANG JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) TERHADAP EDEMA

KAKI TIKUS JANTAN GALUR WISTAR. http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=15399&val=1015. Diakses : 22-05-2015 pukul 20:15 WIB

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta:

Departemen Kesehatan

4. Ellin Febrina, S.Si, Drs. Dolih Gozali, M.S, Taofik Rusdiana, S.Si., M.Si. 2007. Formulasi

Sediaan Emulsi Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam.) Sebagai Produk Antioksidan Alami.

Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran.

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/formulasi_sediaan_emulsi_buah_merah

.pdf. diakses : 23-05-2015 pukul 00:20 WIB

5. http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/hydrocortisone#section=Drug-Information .

Diakses 18-05-2015 pukul 13:50 WIB

6. http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB0373175_EN.htm . Diakses 19-

05-2015 pukul 13:40 WIB

7. Husniati dan Eva Oktarina. 2012. The Effect of Chitosan Addition in Pinneapple Juice Toward

Shelf Life. Jurnal Hasil Penelitian Industri. http://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CC8QFjAB&url=http

%3A%2F%2Fwww.kemenperin.go.id%2Fdownload%2F4525%2FJurnal-Penelitian-Hasil-

Industri-Volume-25-No.-1-April-

2012&ei=nflEVfzdNoWfugTpgYHoCg&usg=AFQjCNFfEVRTHU2_rI7GpfQiODecofF2mQ

&sig2=QubvceUiw5-cfttX3FC9Zw. Di akses : 20:45 WIB. 01-04-2015

8. Lund, Water. 1994. The Pharmaceutical Codex Twelfth edition.London :Departemen of

Pharmaceutical Science

9. Remington, P Joseph. 2006. The Pharmaceutical Science., USA : University of Science in

Philadelphia

10. Resty Annisa Damayanti, Tedjo Yuwono. 2013. Dimetilsulfoksid Sebagai Enhancer Transpor

Transdermal Teofilin Sediaan Gel. Jurnal Ilmiah Kefarmasian.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=123080&val=5554. Diakses : 23-05-2015

pukul 00:45 WIB

11. Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed., London:

Pharmaceutical Press

12. Sitompul, Ratna. 2011. Kortikosteroid dalam Tata Laksana Uveitis: Mekanisme Kerja, Aplikasi

Klinis,dan Efek Samping. J Indon Med Assoc, Volum: 61. http://www.google.co.id/url?

Page 23: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

sa=t&rct=j&q=mekanisme+genomik+dan+non+genomik+adalah&source=web&cd=1&cad=rja

&uact=8&ved=0CBwQFjAA&url=http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/

article/download/671/668&ei=XklfVcLgKYeUuASO_IL4Cw&usg=AFQjCNEEFiEqs6nG-

0HMMVKz6MhcjnIMKA&sig2=Z5yYwQ4CpbSnXO1pV1J8-Q. Diakses 22-05-2015 pukul

22:39

13. Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

XIV. LAMPIRAN

KEMASAN

Page 24: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

ETIKET

BROSUR

Page 25: Laporan Sediaan Krim Steril_hanifa Rahma_dalfa Indriani_2a

ANFIM®KRIM STERIL HIDROKORTISON ASETAT

KOMPOSISITiap 5 gram krim hidrokortison mengandung :Hidrokortison asetat... 55 mg

EFEK FARMAKOLOGIuntuk anti inflamasi atau imunosupresif untuk mengobati peradangan akibat luka terbuka yang parah

INDIKASIuntuk peradangan pada luka terbuka

CARA PAKAIDioleskan pada bagian yang sakit 2 – 4 kali sehari

EFEK SAMPINGRasa terbakar, gatal, kekeringan, atropi kulit, infeksi sekunder

PERINGATANHati-hati penggunaan hidrocortison pada jangka waktu yang lama, area kulit yang luas, wanita hamil, bayi dan anak berusia di bawah 4 tahun.Hindari kontak dengan mata, membran mukosa, dan kulit yang sensitive / rusak.

No. Reg. DKL1500202029A1

PT. PHARAFAM FARMABANDUNG – INDONESIA